Upload
laras
View
218
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nyeri sendi lutut
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lutut adalah salah satu sendi utama pemikul berat badan dan banyak
menjadi korban keausan dan regangan pada orang dengan keaktifan tinggi. Resiko
aus dan cedera semakin besar bila pekerjaan seseorang banyak melibatkan
pelipatan lutut atau berjongkok.
Untuk mengetahui berbagai penyebab nyeri lutut, perlu adanya
pengetahuan tentang fungsi lutut. Lutut merupakan perhubungan antara tulang
paha (femur) dan tulang kering (tibia). Di depan perhubungan itu terdapat tulang
yang disebut tempurung lutut (patela), dan sambungan ini dilapisi oleh suatu
selaput yang disebut kantung synovial yang menghasilkan cairan synovial sebagai
suatu pelumas. Selain itu juga terdapat jaringan lain yang meliputi tulang rawan,
otot, tendon, dan ligamen, serta terdapat alat penahan goncangan yang disebut
menisci (singular meniskus). Struktur lain yang bersifat melindungi adalah bursa.
Sakit lutut adalah hal yang sangat umum. Setiap tahun, berjuta-juta orang
mengunjungi dokter untuk masalah ini, dan merupakan alasan yang paling sering
mengapa orang mengunjungi seorang ahli bedah tulang. Keluhan nyeri lutut ini
paling banyak dikeluhkan oleh orang yang lanjut usia atau terkait dengan
pekerjaan yang memerlukan mobilitas yang tinggi pada sendi lutut.
Penyebab dari nyeri lutut itu sendiri dapat beragam. Nyeri dapat bersumber
dari tulang, otot maupun jaringan disekitarnya. Beberapa contohnya di antara lain
karena proses degenerative seperti pada osteoarthritis, peradangan pada
rheumatoid artritis, trauma, penumpukan asam urat, proses osteoporosis atau
kerusakan pada ligamen sendi lutut. Penyebab yang bervariasi ini juga akan
membutuhkan penanganan yang bervariasi. Penanganan yang diberikan dapat
LBM 4 Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
“NYERI LUTUT BERULANG”
Seorang ibu usia 58 tahun mengeluhkan nyeri pada sendi lutut kanan dan
kiri sejak seminggu yang lalu, nyeri seperti ditusuk-tusuk, hilng timbul. Nyeri
biasanya memberat saat melakukan berbagai aktivitas dan membaik jika istirahat,
selain keluhan tersebut, ibu juga mengeluh nyeri pada paha bagian belakang
hingga telapak kaki. Lutut dan kaki menjadi sulit digerakkan terasa kaku dan
kdang dirasakan seperti suara gemertak pada lutut terutama saat berubah posisi
dari duduk lama ke berdiri. Keluhan ini dirasakan sering berulang dan biasanya
membaik setelah berobat. Pasien sendiri adalah wanita tua yang sejak memiliki
anak kedua memakai KB dan mengalami peningkatan berat badan drastis.
Pada pemeriksaan tampak adanya deformitas, edema dan kemerahan pada sendi
lutut, nyeri tekan +, teraba hangat, Leseque test +, Patrick +, contrapatrick +.
2.2 TERMINOLOGI
1. Deformitas
2. Leseque test
3. Patrick
4. contrapatrick
5. KB
2.3 PERMASALAHAN
1. Bagaimana Anatomi dan fisiologi sendi lutut ?
2. Apa saja Klasifikasi nyeri ?
3. Bagaimana Mekanisme nyeri alih?
4. Mengapa bisa deformitas dan kemerahan pada skenario?
LBM 4 Page 3
5. Bagaimana hubungan nyeri lutut dengan riwayat pemakaian KB dan
meningkatkan berat badan?
6. Bagaimana hubungan usia dengan keluhan pasien ?
7. Apa saja Diagnosis banding dari skenario?
8. Kemungkinan Diagnosis pada skenario
2.4 PEMBAHASAN TERMINOLOGI
1. Deformitas : Perubahan bentuk tubuh sebagian atau umum.
2. Leseque test : Tes untuk menentukan nyeri pada piriformis dan untuk
menentukan nyeri pada daerah Knee.
3. Patrick : Tes untuk membangkitkan nyeri di sendi pinggu yang terkena
penyakit.
4. Contrapatrick : Tes untuk menentukan lokasi patologi di sendi sacroiliaca
5. KB : Usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan.
2.5 PEMBAHASAN PERMASALAHAN
1. Anatomi dan Fisiologi sendi lutut
Sendi lutut merupakan sendi yang terbesar pada tubuh manusia. Sendi ini
terletak pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya
sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris
medialis, lateralis dan condylus tibiae yang terkait dalam sebuah sendi pelana ,
diantara patella dan fascies patellaris femoris.
A. Tulang pembentuk sendi lutut
Sendi lutut dibentuk dari empat buah tulang yaitu tulang femur, tulang
tibia, tulang fibula dan patella.
1) Tulang femur
Merupakan tulang panjang yang bersendi keatas dengan pelvis dan
kebawah dengan tulang tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis
proksimal, diaphysis dan epiphysis distalis. Pada tulang femur ini yang
LBM 4 Page 4
berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis
distalis merupakan bulatan sepanjang yang disebut condylous
femoralis lateralis dan medialis.
Dibagian proksimal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil
yang disebut epicondilus lateralis dan medialis. Bila dilihat dari depan,
terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut facies
patelaris yang nantinya bersendi dengan tulang patella. Dan bila dilihat
dari belakang, diantara condylus lateralis dan medialis terdapat
cekungan yang disebut fossa intercondyloideal.
Gambar 1a. Tulang Femur Gambar 1b. Tulang Femur
tampak depan tampak belakang
2) Tulang patella
Merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dengan
bentuk segitiga dan gepeng dengan apex menghadap kearah distal.
Pada permukaan depan atau anterior tulang patella kasar sedangkan
permukaan dalam atau dorsal memiliki permukaan sendi yang lebih
besar dan facies medial yang lebih kecil.
LBM 4 Page 5
Gambar 2a. Patella tampak Gambar 2b. Patella tampak
Depan belakang
3) Tulang tibia
Merupakan salah satu tulang tungkai bawah selain tulang fibula, tibia
merupakan tulang kuat satu-satunya yang menghubungkan femur
dan tumit kaki. Seperti halnya tulang femur, tulang tibia dibagi tiga
bagian, bagian ujung proksimal, corpus dan ujung distal bagian dari
tulang tibia yang membentuk sendi lutut adalah bagian proksimal,
dimana pada bagian ujung proksimal terdapat condillus medialis dan
tubercullum inter condiloseum lateral. Didepan dan dibelakang
eminentia terdapat fossa intercondilodea anterior dan posterior.
Gambar 3. Tulang Tibia
LBM 4 Page 6
4) Tulang fibula
Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang, terletak di sebelah lateral
dari tibia juga terdiri dari tiga bagian : epiphysis proximal, diaphysis
dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis membulat disebut
capitulum fibula yang ke proximal.
Gambar 4. Fibula
B. Jaringan lunak sekitar sendi lutut
1) Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah
meniscus lateralis. Adapun fungsi meniscus adalah:
Penyebaran pembebanan
Peredam kejut (shock absorber)
Mempermudah gerakan rotasi
LBM 4 Page 7
Mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap
oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi.
Gambar 5. Meniscus
Meniscus medialis
Meniscus medialis berbentuk semi sirkulasi dan bersatu dengan
ligament collateral medial.
Meniscus lateralis
Meniscus lateralis berbentuk hampir sirkuler, tempat-tempat
perlengketannya dekat satu sama lain. Meniscus lateralis tidak
bersatu dengan kapsula atau ligament collateral dan maka dari itu
meniscus lateral lebih mobile daripada meniscus medialis.
2) Bursa
Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan
terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh
membrane synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut
antara lain :
bursa popliteus
bursa supra patellaris
LBM 4 Page 8
bursa infra patellaris
bursa subcutan prapatelaris
bursa sub patellaris
3) Ligamen-ligamen Sendi Lutut
Ligamen mempunyai sifat yang cukup lentur dan jaringannya cukup
kuat yang berfungsi sebagai pembatas gerakan dan stabilitas sendi.
Ada beberapa ligamen sendi lutut yaitu :
1) Ligamentum cruciatum anterior
Berjalan dari depan fossa intercondyloidea anterior ke permukaan
medial condilus lateralis femoris yang berfungsi menahan
hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan.
2) Ligamentum cruciatum posterior
Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femoris menuju ke
fossa intercondylodea tibia yang berfungsi menahan bergesernya
tibia ke arah belakang.
3) Ligamentum collateral lateral
Berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang
berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar.
4) Ligamentum collateral mediale
Berjalan dari epicondylus medial ke permukaan medial tibia
(epicondylus medialis tibia) yang berfungsi menahan gerakan
valgus atau samping dalam eksorotasi. Namun secara bersamaan
fungsi – fungsi ligament collateralle menahan bergesernya tibia ke
depan pada lutut 90°.
5) Ligamentum patella
Yang merupakan lanjutan dari tendon M. Quadriceps Femoris yang
berjalan dari patella ke tuberositas tibia.
6) Ligamentum retinacullum patella lateral dan medial
Ligament ini berada disebelah lateral dari tendon M. Quadricep
LBM 4 Page 9
Femoris dan berjalan menuju tibia, dimana ligamen-ligamen ini
melekat dengan tuberositas tibia.
7) Ligamentum popliteum articuatum
Terletak pada daerah condylus lateralis femoris erat hubungannya
dengan M. Popliteum.
8) Ligamentum popliteum oblicum
Berjalan dari condylus lateralis femoris kemudian turun menyilang
menuju fascia popliteum yang berfungsi mencegah hyperekstensi
lutut.
C. Vascularisasi dan inervasi sendi lutut
1) Regio femoralis anterior (A. femoralis)
Di regio femoralis anterior dibungkus oleh selubung yang merupakan
lanjutan dari jaringan ikat ektraperitonial dan dinamakan femoral sheat
yang dibungkus oleh fascia latae sedangkan dasarnya merupakan
lekukan yang dibentuk oleh mm.iliopsoas dan pectineus.
2) Regio femoralis posterior
Di regio femoralis posterior terdapat a. perforantes yang
dipercabangkan dari a. profunda femoris.
3) Regio genu anterior
Di regio genu anterior tidak terdapat saraf dan pembuluh darah yang
besar. Pada sisi medial kira-kira selebar tangan, di sebelah dorsal
patella terdapat v. saphena magna.
4) Regio posterior
Arteri genu superior lateralis berjalan ke lateral proksimal terhadap
condylus lateralis femoris tertutup oleh tendon M. biceps femoris
menuju M. vastus lateralis.
2. Klasifikasi Nyeri
a Menurut lokasinya
LBM 4 Page 10
1) Nyeri perifer,nyeri ini ada tiga jenis
2) Nyeri supersial,rasa nyeri yang muncul akibat ranagsangan pada kulit
dan mukosa
3) Nyeri viseral,yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor
nyeri pad abdomen ,kranium,dan toraks
4) Nyeri alih,yakni nyeri yang dirasakan pada daerah yang jauh dari
jaringan penyebab nyeri.
5) Nyeri sentral ,yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula
spinalis ,batang otak,dan thalamus.
6) Nyeri psikogenik,nyeri yang tidak di ketahui penyebab fisiknya ,nyeri
ini timbul akibat pikiran si penderita sendiri
b. Menurut durasinya
karateristik
Nyeri akut
Nyeri kronis
pengalaman
Suatu kejadian,jika klien baru
mngalami episode nyeriSuatu situasi, status eksistensi nyeri.
Sumber
Sebab eksternal atau penyakit
yang berasal dari dalam
Sumber nyeri tidak diketahui; klien
sukar menentukan sumber nyeri karena
penginderaan nyeri yang sudah lebih
dalam
Serangan
Mendadak
Bisa mendadak atau bertahap,
tersembunyi
Durasi Transien(sampai 6 bulan)
Beberapa bulan hingga beberapa tahun
Pernyataan Daerah nyeri umumnya diketahui Daerah yang nyeri dan yang tidak,
LBM 4 Page 11
nyeri
dengan pasti.klien yang
mengalami nyeri ini sering kali
merasa takut dan khawatir dan
berharap nyeri dapat segera
teratasi. Nyeri ini dapat hilang
setelah area yang mengalami
gangguan kembali pulih
intensitasnya menjadi sukar di evaluasi.
Klien yang mengalami nyeri ini kerap
merasa tidak aman karena mereka tidak
tahu apa yang mereka rasakan. Dari
hari ke hari klien mengeluh mengalami
keletihan, insomnia, anokresia, depresi,
putus asa, dan sulit mengontrol emosi
Gejala krinis
Pola respon khas,dengan gejala
yang lebih jelas
Bervariasi,kdng hllng,kdng bertmbah
parah
perjalanan
Biasanya melaporkan kekeurngn
gejala setelah beberapa waktu
Berlngsung terus
c. Berdasarkan patofisiologinya terbagi dalam:
1) Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat
adanya stimulus mekanis terhadap nosiseptor.
2) Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada
system saraf
3) Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat
ditemukan.
4) Nyeri psikologik.
d. Penyebab nyeri neuropatik :
1) Lesi penyakit pada system saraf perifer; Polineuropati Diabetika.
2) Lesi pada sisem saraf pusat; Stroke, Multiple sclerosis, Spinal injury.
LBM 4 Page 12
3) Kelainan system saraf pusat setelah kelainan perifer; Postherpetic
Neuralgia.
4) Nyeri neuropatik & Nosiseptif timbul bersama; Low back pain.
3. Mekasisme Nyeri Alih
cabang-cabang serabut nyeri visceral bersinaps dengan neuron kedua
dalam medulla spinalis dimana neuron ini akan menerima serabut nyeri yang
berasal dari kulit. Ketika serabut nyeri viseral terangsang, maka sinyal nyeri
yang berasal dari vicera akan selanjutnya dijalarkan melalui beberapa neuron
yang sama dan juga menjalarkan sinyal nyeri yang berasal dari kulit, dan
akibatnya orang itu akan merasakan sensasi benar-benar berasal dari daerah
kulit.
Rangsangan yang dapat menstimulus ujung serabut nyeri yang terdapat
didaerah visceral mencakup keadaan iskemia jaringan, akibat bahan kimia,
spasme otot polos dan peregangan organ. Pada nyeri iskemia menyebabkan
aliran darah terhambat dan pada saat yang sama merangsang serabut nyeri
yang difus dan menimbulkan rasa nyeri yang ekstrem. Hal ini menyebabkan
terbentuknya produk akhir metabolik yang asam atau produk dari jaringan
degeneratif seperti bradikinin atau enzim proteolitik. Contoh nyeri yang
disebabkan bahan kimia ialah asam proteolitik getah lambung yang keluar dari
tukak lambung menyebabkan terkenanya peritoneum viscera sehingga
menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat.
4. Mengapa bisa deformitas dan kemerahan pada skenario?
Reaksi peradangan muncul karna adanya pengumpulan cairan dalam
ruang sendi. Adanya deformitan karna terbentuknya osteofit adalah tulang-
tulang kecil yang terbentuk sepanjang tepi sendi sehingga tulang tidak licin
lagi. Adanya tanda-tanda peradangan itu juga karna adanya sinovitis dimana
LBM 4 Page 13
sinovitis itu adalah peradangan pada membran sinovialnya, jaringan yang
melapisi dan melindungi sendi.
5. Bagaimana hubungan nyeri lutut dengan riwayat pemakaian KB dan
meningkatkan berat badan?
Dalam penggunaan KB jangka panjang dapat meningkatkan resiko
berkurangnya kepadatan mineral tulang, karena saat seorang wanita
menapatakan suntik KB dalam tubuh wnita tersebut ditambahkan hormon
progesterone. Dengan adanya pertambahan hormon progesterone yang
berlebihan maka tubuh akan direspon oleh hipotalamus untuk memerintahkan
hifopisis yang menghambat pengeluaran hormon FSH dan LH sehingga akan
mempengaruhi hormon-hormon yang dihasilkan oleh ovarium seperti
estrogen. Hal ini disebabkan karena kepadatan tulang seorang wanita
dipengaruhi oleh hormon estrogen.
Kemudian peningkatan berat badan, dipengaruhi oleh faktor hormonal,
yaitu hormon progesterone, karena hormon ini dapat mempermudah
perubahan karbohidrat menjadi lemak sehingga spenumpukan seringkali
menimbulkan penumpukan lemak yang menyebabkan peningkatan berat badan
yang berlebihan, sehingga akan meningkatkan beban pada sendi yang akan
menyebabkan rasa nyeri pada daerah sendi terebut.
6. Bagaimana hubungan usia dengan keluhan pasien ?
Fungsi kondrosit menurun seiring bertambahnya usia. Sel kondrosit ini
mensintesis aggrecans yang lebih kecil dan protein penghubung yang
kurang fungsional sehingga mengakibatkan pembentukan aggregat
proteoglikan yang ireguler dan lebih kecil
Aktifitas mitotik dan sintesis menurun seiring bertambahnya usia dan
kurangnya responsif terhadap sitokin anabolik dan rangsang mekanik
Karna adanya hubungan antara umur dengan penurunan kekuatan kolagen
LBM 4 Page 14
dan proteoglikan pada kartilago sendi.
7. Apa saja diagnosis banding dari skenario?
A. Oateoartritis
Definisi
Osteoarthritis (OA) merupakan sindroma klinis nyeri sendi yang
disertai dengan berbagai derajat limitasi fungsi dan berkurangnya quality
of life. Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang
mengenai sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis
yang berupa memburuknya tulang rawan sendi, yang merupakan hasil
akhir dari perubahan biokimiawi, metabolisme patologis yang terjadi pada
perendian.
Etiologi
Pada umumnya penderita Osteoarthritis lutut ini, etiologinya tidak
diketahui.
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi, dan beratnya osteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah pada
anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur
di atas 60 tahun Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara
umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada
kartilago sendi.
b. Jenis kelamin
Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi
terkenanya osteoartritis pada wanita lebih tinggi dari pria. Usia kurang
dari 45 tahun Osteoarthritis lebih sering terjadi pada pria dari wanita.
c. Suku bangsa
Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat
LBM 4 Page 15
perbedaan prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoartritis. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaaan
pada frekuensi pada kelainan kongenital dan pertumbuhan.
d. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-
unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya
berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban,
tetapi juga dengan osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain
penyakit jantung koroner,diabetes melitus dan hipertensi.
f. Cedera sendi (trauma), pekerjaan dan olah raga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus-
menerus, berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Demikian juga cedera sendi dan oleh raga yang sering menimbulkan
cedera sendi berkaitan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
Patofisiologi
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses
penuaan yang tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini
sekarang berpendapat bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan
homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur
proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui. OA dan
proses penuaan (aging process), serta OA dapat diinduksi pada percobaan
hewan yang distimulasi menggunakan zat kimia atau trauma buatan.
LBM 4 Page 16
Proses utama OA tersebut sebenarnya terdapat pada khondrosit yang
merupakan satu-satunya sel hidup yang ada di dalam rawan sendi.
Gangguan pada fungsi khondrosit itulah yang akan memicu proses
patogenik OA. Khondrosit akan mensintesis berbagai komponen yang
diperlukan dalam pembentukan rawan sendi, seperti proteoglikan, kolagen
dan sebagainya. Disamping itu ia akan memelihara keberadaan komponen
dalam matriks rawan sendi melalui mekanisme turn over yang begitu
dinamis.
Osteoartritis ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang
berhubungan dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks
makromolekul oleh khondrosit sebagai kompensasi perbaikan (repair).
Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi,
remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi (Tjokroprawiro, 2007).
Dengan kata lain terdapat satu keseimbangan antara proses sintesis dan
degradasi rawan sendi. Gangguan keseimbangan ini yang pada umumnya
berupa peningkatan proses degradasi, akan menandai penipisan rawan
sendi dan selanjutnya kerusakan rawan sendi yang berfungsi sebagai
bantalan redam kejut. Sintesis matriks rawan sendi tetap ada terutama pada
awal proses patologik OA, namun kualitas matriks rawan sendi yang
terbentuk tidak baik. Pada proses akhir kerusakan rawan sendi, adanya
sintesis yang buruk tidak mampu lagi mengatasi proses destruksi sendi
yang cepat. Hal ini terlihat dari menurunya produksi proteoglikan yang
ditandai dengan menurunnya fungsi khondrosit. Khondrosit yang
merupakan aktor tunggal pada proses ini akan dipengaruhi oleh faktor
anabolik dan katabolik dalam mempertahankan keseimbangan sintesis dan
degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh sitokin Interleukin-1
(IL-1) dan tumour necrosis factor a (TNFa) yang dikeluarkan oleh sel lain
di dalam sendi. Sedangkan faktor anabolik diperankan oleh transforming
growth factor b(TGFb) dan insulin like growth factor-1 (IGF-1).
LBM 4 Page 17
Perubahan patologik pada OA ditandai oleh kapsul sendi yang menebal
dan mengalami fibrosis serta distorsi. Pada rawan sendi pasien OA juga
terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas
fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan
komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Ini
mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan
interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkondral
yang diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat
menghantarkan rasa sakit. Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat
dari dilepasnya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang
menyebabkan radang sendi, peregangan tendon atau ligamentum serta
spasmus otot-otot ekstra artikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada
sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan
radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena
intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena proses remodelling
pada trabekula dan subkondral. Sinovium mengalami keradangan dan akan
memicu terjadinya efusi serta proses keradangan kronik sendi yang
terkena. Permukaan rawan sendi akan retak dan terjadi fibrilasi serta fisura
yang lama-kelamaan akan menipis dan tampak kehilangan rawan sendi
fokal. Selanjutnya akan tampak respon dari tulang subkhondral berupa
penebalan tulang, sklerotik dan pembentukkan kista. Pada ujung tulang
dapat dijumpai pembentukan osteofit serta penebalan jaringan ikat
sekitarnya. Oleh sebab itu pembesaran tepi tulang ini memberikan
gambaran seolah persendian yang terkena itu bengkak.
LBM 4 Page 18
Peran makrofag di dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila
dirangsang oleh jejas mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau
CSFs, akan memproduksi sitokin aktivator plasminogen (PA) yang disebut
katabolin. Sitokin tersebut adalah IL-1, IL-6, TNF α dan β, dan interferon
(IFN) α dan . Interleukin-1 mempunyai efek multiple pada sel cairan
sendi, yaitu meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi
yaitu stromelisin dan kolagenosa, menghambat proses sintesis dan
perbaikan normal khondrosit.
Faktor pertumbuhan dan sitokin mempunyai pengaruh yang
berlawanan dengan perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang
degradasi komponen matriks rawan sendi, sebaliknya faktor pertumbuhan
merangsang sintesis, padahal IGF-1 pasien OA lebih rendah dibandingkan
individu normal pada umur yang sama. Percobaan pada kelinci
membuktikan bahwa puncak aktivitas sintesis terjadi setelah 10 hari
perangsangan dan kembali normal setelah 3-4 minggu.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari OA biasanya terjadi secara perlahan-lahan.
Awalnya persendian akan terasa nyeri di persendian, kemudian nyeri
tersebut akan menjadi persisten atau menetap, kemudian diikuti dengan
kekakuan sendi terutama saat pagi hari atau pada posisi tertentu pada
waktu yang lama.
LBM 4 Page 19
Tanda kardinal dari OA adalah kekakuan dari persendian setelah
bangun dari tidur atau duduk dalam waktu yang lama, swelling (bengkak)
pada satu atau lebih persendian, terdengar bunyi atau gesekan (krepitasi)
ketika persendian digerakkan.
Pada kasus-kasus yang lanjut terdapat pengurangan massa otot.
Terdapatnya luka mencerminkan kelainan sebelumnya.Perlunakan sering
ditemukan, dan dalam cairan sendi superfisial, penebalan sinovial atau
osteofit dapat teraba.
Pergerakan selalu terbatas, tetapi sering dirasakan tidak sakit pada
jarak tertentu; hal ini mungkin disertai dengan krepitasi.Beberapa gerakan
lebih terbatas dari yang lainnya oleh karena itu, pada ekstensi panggul,
abduksi dan rotasi interna biasanya merupakan gerakan yang paling
terbatas. Pada stadium lanjut ketidakstabilan sendi dapat muncul
dikarenakan tiga alasan: berkurangnya kartilago dan tulang, kontraktur
kapsuler asimetris, dan kelemahan otot.
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat
didasarkan hanya pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya dilakukan
pemeriksaan reumatologi ringkas berdasarkan prinsip GALS (Gait, arms,
legs, spine) dengan memperhatikan gejala-gejala dan tanda-tanda sebagai
berikut :
a. Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
b. Nyeri Sendi
Merupakan keluhan utama yang sering kali membawa pasien datang ke
dokter.Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit
berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu menimbulkan
rasa sakit yang berlebih dibanding gerakan lain. Nyeri juga dapat
menjalar (radikulopati) misalnya pada osteoarthritis servikal dan
LBM 4 Page 20
lumbal. Claudicatio intermitten merupakan nyeri menjalar ke arah betis
pada osteoartritis lumbal yang telah mengalami stenosis spinal. Asal
nyeri dapat dibedakan, yaitu :
Peradangan
Nyeri yang berasal dari peradangan biasanya bertambah pada pagi
hari ( morning stiffness ) atau setelah istirahat beberapa saat dan
berkurang setelah bergerak. Hal ini karena sinovitis sekunder,
penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
yang menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi.
Semua ini menimbulkan rasa nyeri.
Mekanik
Nyeri akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya
dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi
telah rusak berat. Nyeri biasanya terlokalisasi hanya pada sendi
yang terkena, tetapi dapat juga menjalar.
c. Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit.
d. Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
e. Kaku Sendi
Merupakan keluhan pada hampir semua penyakit sendi dan
osteoartritis yang tidak berat. Pada beberapa pasien, nyeri dan kaku
sendi dapat timbul setelah istirahat beberapa saat misalnya sehabis
duduk lama atau bangun tidur. Berlawanan dengan penyakit inflamasi
sendi seperti artritis rheumatoid, dimana pada artritis rheumatoid
kekakuan sendi pada pagi hari berlangsung lebih dari 1 jam,maka pada
LBM 4 Page 21
osteoartritis kekakuan sendi jarang melebihi 30 menit.
f. Pembengkakan Sendi
Merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang
sendi. Biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan. Pada sendi yang
terkena akan terlihat deformitas yang disebabkan terbentuknya osteofit.
Tanda-tanda adanya reaksi peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan)
mungkin dijumpai pada osteoartritis karena adanya sinovitis.
g. Perubahan Gaya Jalan
Salah satu gejala yang menyusahkan pada pasien osteoartritis adalah
adanya perubahan gaya jalan. Hampir pada semua pasien osteoartritis,
pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggulnya berkembang menjadi
pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain
merupakan ancaman besar untuk kemandirian pasien lanjut usia.
h. Gangguan Fungsi
Timbul karena ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi. Adanya
kontraktur, kemungkinan adanya osteofit, nyeri dan bengkak
merupakan penyebab yang menimbulkan gangguan fungsi. Pada
osteoartritis tidak terdapat gejala-gejala sistemik seperti kelelahan,
penurunan berat badan atau demam.
Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis lutut berdasrkan klinis, klinis dan
radiologis, serta klinis dan laboratoris (JH Klippel, 2001) :
a. Klinis:
Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi < 30 menit
3. krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
LBM 4 Page 22
5. pembesaran tulang sendi lutut
6. tidak teraba hangat pada sendi
Catatan: Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.
b. Klinis, dan radiologis:
Nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. krepitus disertai osteofit
Catatan: Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.
c. Klinis dan laboratoris:
Nyeri sendi ditambah adanya 5 dari kriteria di bawah ini:
1. usia >50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. Krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang
6. tidak teraba hangat pada sendi terkena
7. LED<40 mm/jam
8. RF <1:40
9. analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis
Catatan: Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.
Kriteria diagnosis osteoarthritis tangan adalah nyeri tangan, ngilu atau
kaku dan disertai 3 atau 4 kriteria berikut:
1. pembengkakan jaringan keras > 2 diantara 10 sendi tangan
2. pembengkakan jaringan keras > 2 sendi distal interphalangea (DIP)
3. pembengkakan < 3 sendi metacarpo-phalanea (MCP)
4. deformitas pada ≥ 1 diantara 10 sendi tangan
Catatan: 10 sendi yang dimaksud adalah: DIP 2 dan 3, PIP 2 dan 3 dan
CMC 1 masing-masing tangan. Sensitivitas 94% dan spesifisitas 87%.
LBM 4 Page 23
B. Reumatoid Arthritis
Definisi
Artritis Reumatoid atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah
penyakit autoimun sistemik. RA merupakan salah satu kelainan
multisistem yang etiologinya belum diketahui secara pasti dan
dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis. Penyakit ini merupakan
peradangan sistemik yang paling umum ditandai dengan keterlibatan sendi
yang simetris. Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang
menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai
lebih dari lima sendi (poliartritis).
Etiologi
Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya
dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan.
a. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini
memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%.
b. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental
Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi
dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting
dalam sintesis estrogen plasenta. Dan stimulasi esterogen dan
progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan menghambat
respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan
terhadap perkembangan penyakit ini.
c. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel
induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T
sehingga muncul timbulnya penyakit RA.
d. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi
sebagai respon terhadap stres. Protein ini mengandung untaian
LBM 4 Page 24
(sequence) asam amino homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan
molekul dimana antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen
infeksi dan sel Host. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya reaksi
silang Limfosit dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi
imunologis.
e. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok.
Patofisiologi
RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi.
Reaksi autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai
terjadi dari proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit
menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel
kemudian terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang
terlibat mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi.
Terbentuknya pannus akibat terjadinya pertumbuhan yang iregular pada
jaringan sinovial yang mengalami inflamasi. Pannus kemudian
menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang Respon imunologi
melibatkan peran sitokin, interleukin,
proteinase dan faktor pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan
destruksi sendi dan komplikasi sistemik.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis RA terbagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi
artikular dan manifestasi ekstraartikular.
a. Manfestasi artikular RA terjadi secara simetris berupa inflamasi sendi,
bursa, dan sarung tendo yang dapat menyebabkan nyeri, bengkak, dan
kekakuan sendi, serta hidrops ringan. Tanda kardinal inflamasi berupa
nyeri, bengkak, kemerahan dan teraba hangat mungkin ditemukan pada
awal atau selama kekambuhan, namun kemerahan dan perabaan
hangat mungkin tidak dijumpai pada RA kronik. Sendi-sendi besar,
seperti bahu dan lutut, sering menjadi manifestasi klinis tetap,
LBM 4 Page 25
meskipun sendi-sendi ini mungkin berupa gejala asimptomatik setelah
bertahun-tahun dari onset terjadinya.
b. Manifestasi ekstraartikular jarang ditemukan pada RA. Secara umum,
manifestasi RA mengenai hampir seluruh bagian tubuh. Manifestasi
ekstraartikular pada RA, meliputi:
Konstitusional, terjadi pada 100% pasien yang terdiagnosa RA.
Tanda dan gejalanya berupa penurunan berat badan, demam
>38,3oc , kelelahan (fatigue), malaise, depresi dan pada banyak
kasus terjadi kaheksia, yang secara umum merefleksi derajat
inflamasi dan kadang mendahului terjadinya gelaja awal pada
kerusakan sendi.
Nodul, terjadi pada 30-40% penderita dan biasanya merupakan
level tertinggi aktivitas penyakit ini. Saat dipalpasi nodul biasanya
tegas, tidak lembut, dan dekat periosteum, tendo atau bursa. Nodul
ini juga bisa terdapat di paru-paru, pleura, pericardium, dan
peritonuem. Nodul bisanya benign (jinak), dan diasosiasikan
dengan infeksi, ulserasi dan gangren.
Sjogren’s syndrome, hanya 10% pasien yang memiliki secondary
sjogren’s syndrome. Sjogren’s syndrome ditandai dengan
eratoconjutivitis sicca (dry eyes) atau xerostomia.
Paru (pulmonary) contohnya adalah penyakit pleura kemudian
diikuti dengan penyakit paru interstitial.
Jantung (cardiac) pada <10% penderita. Manifestasi klinis pada
jantung yang disebabkan oleh RA adalah perikarditis,
kardiomiopati, miokarditis, penyakti arteri koreoner atau disfungsi
diastol.
Vaskulitis, terjadi pada <1% penderita, terjadi pada penderita
dengan penyakit RA yang sudah kronis.
Hematologi berupa anemia normositik, immmune mediated
LBM 4 Page 26
trombocytopenia dan keadaan dengan trias berupa neutropenia,
splenomegaly,dan nodular RA sering disebut dengan felty
syndrome. Sindrom ini terjadi pada penderita RA tahap akhir.
Limfoma, resiko terjadinya pada penderita RA sebesar 2-4 kali
lebih besar dibanding populasi umum. Hal ini dikarenakan
penyebaran B-cell lymphoma sercara luas (Longo, 2012).
Beberapa keadaan yang diasosiakan dengan mordibitas dan
mortalitas pada pasien RA adalah penyakti kardiovaskuler, osteoporosis
dan hipoandrogenisme.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa RA ada beberapa kriteria yang
digunakan, yaitu kriteria diagnosis RA menurut American College of
Rheumatology (ACR) tahun 1987 dan kriteria American College of
Rheumatology/European League Against Rheumatism (ACR/EULAR)
tahun 2010 (. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk diagnosa
RA antara lain, pemeriksaan serum untuk IgA, IgM, IgG , antibodi anti-
CCP dan RF, analisis cairan sinovial, foto polos sendi, MRI, dan
ultrasound.
C. Gout Arthritis
Definisi
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu
penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah
dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri
infalamasi satu sendi. Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis,
bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun,
gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain
termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku
dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi
LBM 4 Page 27
satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari
waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan
istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai
oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia).
Etiologi
Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih belum
jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout
dan hiperurisemia primer. Gout primer yang merupakan akibat dari
hiperurisemia primer, terdiri dari hiperurisemia karena penurunan ekskresi
(80-90%) dan karena produksi yang berlebih (10-20%). Hiperurisemia
karena kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1% yaitu karena
peningkatan aktivitas varian dari enzim phosporibosylpyrophosphatase
(PRPP) synthetase, dan kekurangan sebagian dari enzim hypoxantine
phosporibosyltransferase (HPRT).
Hiperurisemia primer karena penurunan ekskresi kemungkinan
disebabkan oleh faktor genetik dan menyebabkan gangguan pengeluaran
asam urat yang menyebabkan hiperurisemia. Hiperurisemia akibat
produksi asam urat yang berlebihan diperkirakan terdapat 3 mekanisme.
• Pertama, kekurangan enzim menyebabkan kekurangan inosine
monopospate (IMP) atau purinenucleotide yang mempunyai efek
feedback inhibition proses biosintesis de novo
• Kedua, penurunan pemakaian ulang menyebabkan peningkatan jumlah
PRPP yang tidak dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP
menyebabkan biosintesis de novo meningkat.
• Ketiga, kekurangan enzim HPRT menyebabkan hipoxantine tidak bisa
diubah kembali menjadi IMP, sehingga terjadi peningkatan oksidasi
hipoxantine menjadi asam urat.
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan
yang menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang
LBM 4 Page 28
menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat
dan kelainan yang menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia sekunder
karena peningkatan biosintesis de novo terdiri dari kelainan karena
kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada syndome Lesh -Nyhan,
kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada glycogen storage diseasedan
kelainan karena kekurangan enzim fructose-1 phosphate aldolase melalui
glikolisis anaerob.
Hiperurisemia sekunder karena produksi berlebih dapat disebabkan
karena keadaanyang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP atau
pemecahan asam nukleat dari dari intisel. Peningkatan pemecahan ATP
akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk IMP atau purine
nucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan hiperurisemia akibat
penurunan ekskresi dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu
karena penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan
fractional uric acid clearence dan pemakaian obat-obatan.
Patofisiologi
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih
besar dari 7,0 mg/dl) dapat menyebabkan penumpukan kristal
monosodium urat. Peningkatan atau penurunan kadar asam urat serum
yang mendadak mengakibatkan serangan gout. Apabila kristal urat
mengendap dalam sebuah sendi, maka selanjutnya respon inflamasi akan
terjadi dan serangan gout pun dimulai. Apabila serangan terjadi berulang-
ulang, mengakibatkan penumpukan kristal natrium urat yang dinamakan
tofus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan,
dan telinga.
Pada kristal monosodium urat yang ditemukan tersebut dengan
imunoglobulin yang berupa IgG. Selanjutnya imunoglobulin yang berupa
IgG akan meningkat fagositosis kristal dengan demikian akan
memperlihatkan aktivitas imunologik.
LBM 4 Page 29
Manifestasi Klinis
Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak (kebanyakan
menyerang pada malam hari). Jika gout menyerang sendi-sendi yang
terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas
disertai rasa nyeri yang hebat, dan persendian sulit digerakan.
Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam, kepala terasa sakit,
nafsu makan berkurang, dan jantung berdebar. Serangan pertama gout pada
umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki.
Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti
tumit, lutut dan siku. Dalam kasus encok kronis, dapat timbul tofus (tophus),
yaitu endapan seperti kapur pada kulit yang membentuk tonjolan yang
menandai pengendapan kristal asam urat
Diagnosis
Gold standard dalam menegakkan gout arthritis adalah ditemukannya
LBM 4 Page 30
kristal urat MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus. Untuk
memudahkan diagnosis gout arthritis akut, dapat digunakan kriteria dari
ACR (AmericanCollege Of Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut :
- Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau
- Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau
- Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai
berikut :
o Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
o Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
o Arthritis monoartikuler
o Kemerahan pada sendi
o Bengkak dan nyeri pada MTP-1
o Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
o Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
o Kecurigaan terhadap adanya tofus
o Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)j
o Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
o Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi
D. Ischialgia
Definisi
Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang perjalanan
n.ischiadicus L4-S2. Ischialgia yang terasa bertolak dari lokasi foramen
infrapiriformis dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadicus cum
nervus peroneus dan nervus tibialis harus dicurigai sebagai manifestasi
ischiadicus primer atau entrapment neuritis dengan tempat jebakan di
daerah sacroilika.
Etiologi
LBM 4 Page 31
Ischialgia timbul karena terangsangnya serabut-
serabut sensorik dimana nervus ischiadicus berasal yaitu
radiks posterior L4, L5, S1, S2, S3. Penyebab ischialgia
dapat dibagi dalam:
a. Ischialgia diskogenik, biasanya terjadi pada penderita
hernia nukleus pulposus (HNP).
b. Ischialgia mekanik terbagi atas :
Spondiloarthrosis defermans.
Spondilolistetik.
Tumor caud.
Metastasis carsinoma di corpus vertebrae
lumbosakral.
Fraktur corpus lumbosakral.
Fraktur pelvis, radang atau neoplasma pada alat- alat
dalam rongga panggul sehingga menimbulkan
tekanan pada pleksus lumbosakralis.
c. Ischailgia non mekanik (medik) terbagi atas:
Radikulitis tuberkulosa
Radikulitas luetika
Adhesi dalam ruang subarachnoidal\
Penyuntikan obat-obatan dalam nervus ischiadicus
Neuropati rematik, diabetik dan neuropati lainnya.
Patofisiologi
Vertebrae manusia terdiri dari cervikal, thorakal, lumbal, sakral,
dan koksigis. Bagian vertebrae yang membentuk punggung bagian bawah
adalah lumbal 1-5 denagn discus intervertebralis dan pleksus lumbalis
serta pleksus sakralis. Pleksus lumbalis keluar dari lumbal 1-4 yang terdiri
dari nervus iliohipogastrika, nervus ilioinguinalis, nervus femoralis, nervus
genitofemoralis, dan nervus obturatorius. Selanjutnya pleksus sakralis
LBM 4 Page 32
keluar dari lumbal4-sakral4 yang terdiri dari nervus gluteus superior,
nervus gluteus inferior, nervus ischiadicus, nervus kutaneus femoris
superior, nervus pudendus, dan ramus muskularis. Nervus ischiadicus
adalah berkas saraf yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju
foramen infrapiriformis dan keluar pada permukaan tungkai di
pertengahan lipatan pantat. Pada apeks spasium poplitea nervus ischiadicus
bercabang menjadi dua yaitu nervus perineus komunis dan nervus tibialis.
Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang
berasal dari radiks posterior lumbal 4 sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi
pada setiap bagian nervus ischiadicus sebelum sampai pada permukaan
belakang tungkai.
Kesalahan postur dan sikap dapat menyebabkan cedera pada tulang
belakang yang lama-kelamaan akan menyebabkan proses penulangan, oleh
karena adanya proses degenerasi yang terus menerus maka nucleus
pulposus akan terhimpit, sehingga anolus fibrosus mengalami penekanan
dan sering menonjol ke bagian lateral. Penonjolan ini mengakibatkan
penekana pada medulla spinalis. Jika keadaan seperti ini tidak segera
diobati maka lama – kelamaan akanmengakibatkan adanya nyeri menjalar
pada sepanjang tungkai oleh karena adanya penekanan pada nervus
ischiadicus (Ischialgia). Ischialgia yang disebakan oleh beberapa factor
etiologi dan sindroma yang biasanya dikenal sebagai sindroma stenois
lumbal dan entropmentneuritis , nyeri yang bertolak dari vertebra
lumbosakralis sesisi dan menjalar sepanjang tungkai sampai ujung kaki
harus dicurigai sebagai nyeri saraf akibat perangsangan di dalam Vertebra
Lumbosakralis.
Manifestasi klinis
Ischialgia biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Yang bisa
menyebabkan rasa seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti
ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan,
LBM 4 Page 33
berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri
tersebut, yang diringankan dengan menekuk pinggang atau duduk.
Gejala yang seing ditimbulkan akibat ischialgia adalah :
Nyeri punggung bawah
Nyeri daerah bokong
Rasa kaku/ terik pada punggung bawah
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum, yang dirasakan
daerah bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki,
tergantung bagian saraf mana yang terjepit
Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang
belebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak
berdiri dan berjalan.
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang
berat
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/tungkai bawah yang disertai dengan
mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.
Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.
Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks
tendon patella (KPR) dan Achilles (APR)
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan
defekasi, miksi, dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan
kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk
mencegah kerusakan fungsi permanen.
Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, dan mengangkat.
8. Kemungkinan Diagnosis
Osteoatritis
1) Definisi
LBM 4 Page 34
Osteoarthritis (OA) merupakan sindroma klinis nyeri sendi yang
disertai dengan berbagai derajat limitasi fungsi dan berkurangnya quality
of life. Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang
mengenai sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis
yang berupa memburuknya tulang rawan sendi, yang merupakan hasil
akhir dari perubahan biokimiawi, metabolisme patologis yang terjadi pada
perendian.
2) Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit rematik sendi yang paling banyak
mengenai terutama pada orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85% orang
berusia 65 tahun menggambarkan osteoarthritis pada gambaran x-ray,
meskipun hanya 35%-50% hanya mengalami gejala. Umur di bawah 45
tahun prevalensi terjadinya Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada pria
sedangkan pada umur 55 tahun lebih banyak terjadi pada wanita. Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
Osteoarthritis pada obesitas, pada sendi penahan beban tubuh.
Progresifitas dari OA biasanya berjalan perlahan-lahan, terjadi dalam
beberapa tahun atau bahkan dekade. Nyeri yang timbul biasanya menjadi
sumber morbiditas awal dan utama pada pasien dengan OA. Pasien dapat
secara progresif menjadi semakin tidak aktif beraktivitas, membawa
kepada morbiditas karena berkurangnya aktivitas fisik (termasuk
penurunan berat yang bermakna). Prevalensi OA berbeda-beda pada
berbagai ras. OA lutut lebih banyak terjadi pada wanita Afrika Amerika
dibandingan dengan ras yang lainnya. Terdapat kecenderungan bahwa
kemungkinan terkena OA akan meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Penyakit ini biasanya sebanding jumlah kejadiannya pada pria dan
wanita pada usia 45-55 tahun. Setelah usia 55 tahun, cenderung lebih
banyak terjadi pada wanita. Sendi distal interfalangeal dan dan proksimal
interfalangeal seringkali terserang sehingga tampak gambaran Heberden
LBM 4 Page 35
dan Bouchard nodes, yang banyak ditemui pada wanita.
3) Etiologi
Pada umumnya penderita Osteoarthritis lutut ini, etiologinya tidak
diketahui.
g. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi, dan beratnya osteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah pada
anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur
di atas 60 tahun Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara
umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada
kartilago sendi.
h. Jenis kelamin
Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi
terkenanya osteoartritis pada wanita lebih tinggi dari pria. Usia kurang
dari 45 tahun Osteoarthritis lebih sering terjadi pada pria dari wanita.
i. Suku bangsa
Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat
perbedaan prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoartritis. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaaan
pada frekuensi pada kelainan kongenital dan pertumbuhan.
j. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-
unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.
k. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering
LBM 4 Page 36
menyebabkan osteoartritis lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya
berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban,
tetapi juga dengan osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain
penyakit jantung koroner,diabetes melitus dan hipertensi.
l. Cedera sendi (trauma), pekerjaan dan olah raga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus-
menerus, berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Demikian juga cedera sendi dan oleh raga yang sering menimbulkan
cedera sendi berkaitan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
4) Patofisiologi
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses
penuaan yang tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini
sekarang berpendapat bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan
homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur
proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui. OA dan
proses penuaan (aging process), serta OA dapat diinduksi pada percobaan
hewan yang distimulasi menggunakan zat kimia atau trauma buatan.
Proses utama OA tersebut sebenarnya terdapat pada khondrosit yang
merupakan satu-satunya sel hidup yang ada di dalam rawan sendi.
Gangguan pada fungsi khondrosit itulah yang akan memicu proses
patogenik OA. Khondrosit akan mensintesis berbagai komponen yang
diperlukan dalam pembentukan rawan sendi, seperti proteoglikan, kolagen
dan sebagainya. Disamping itu ia akan memelihara keberadaan komponen
dalam matriks rawan sendi melalui mekanisme turn over yang begitu
dinamis.
Osteoartritis ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang
berhubungan dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks
makromolekul oleh khondrosit sebagai kompensasi perbaikan (repair).
LBM 4 Page 37
Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi,
remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi (Tjokroprawiro, 2007).
Dengan kata lain terdapat satu keseimbangan antara proses sintesis dan
degradasi rawan sendi. Gangguan keseimbangan ini yang pada umumnya
berupa peningkatan proses degradasi, akan menandai penipisan rawan
sendi dan selanjutnya kerusakan rawan sendi yang berfungsi sebagai
bantalan redam kejut. Sintesis matriks rawan sendi tetap ada terutama pada
awal proses patologik OA, namun kualitas matriks rawan sendi yang
terbentuk tidak baik. Pada proses akhir kerusakan rawan sendi, adanya
sintesis yang buruk tidak mampu lagi mengatasi proses destruksi sendi
yang cepat. Hal ini terlihat dari menurunya produksi proteoglikan yang
ditandai dengan menurunnya fungsi khondrosit. Khondrosit yang
merupakan aktor tunggal pada proses ini akan dipengaruhi oleh faktor
anabolik dan katabolik dalam mempertahankan keseimbangan sintesis dan
degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh sitokin Interleukin-1
(IL-1) dan tumour necrosis factor a (TNFa) yang dikeluarkan oleh sel lain
di dalam sendi. Sedangkan faktor anabolik diperankan oleh transforming
growth factor b(TGFb) dan insulin like growth factor-1 (IGF-1).
Perubahan patologik pada OA ditandai oleh kapsul sendi yang menebal
dan mengalami fibrosis serta distorsi. Pada rawan sendi pasien OA juga
terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas
fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan
komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Ini
mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan
interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkondral
yang diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat
menghantarkan rasa sakit. Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat
dari dilepasnya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang
LBM 4 Page 38
menyebabkan radang sendi, peregangan tendon atau ligamentum serta
spasmus otot-otot ekstra artikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada
sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan
radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena
intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena proses remodelling
pada trabekula dan subkondral. Sinovium mengalami keradangan dan akan
memicu terjadinya efusi serta proses keradangan kronik sendi yang
terkena. Permukaan rawan sendi akan retak dan terjadi fibrilasi serta fisura
yang lama-kelamaan akan menipis dan tampak kehilangan rawan sendi
fokal. Selanjutnya akan tampak respon dari tulang subkhondral berupa
penebalan tulang, sklerotik dan pembentukkan kista. Pada ujung tulang
dapat dijumpai pembentukan osteofit serta penebalan jaringan ikat
sekitarnya. Oleh sebab itu pembesaran tepi tulang ini memberikan
gambaran seolah persendian yang terkena itu bengkak.
Peran makrofag di dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila
dirangsang oleh jejas mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau
CSFs, akan memproduksi sitokin aktivator plasminogen (PA) yang disebut
katabolin. Sitokin tersebut adalah IL-1, IL-6, TNF α dan β, dan interferon
(IFN) α dan . Interleukin-1 mempunyai efek multiple pada sel cairan
sendi, yaitu meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi
yaitu stromelisin dan kolagenosa, menghambat proses sintesis dan
LBM 4 Page 39
perbaikan normal khondrosit.
Faktor pertumbuhan dan sitokin mempunyai pengaruh yang
berlawanan dengan perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang
degradasi komponen matriks rawan sendi, sebaliknya faktor pertumbuhan
merangsang sintesis, padahal IGF-1 pasien OA lebih rendah dibandingkan
individu normal pada umur yang sama. Percobaan pada kelinci
membuktikan bahwa puncak aktivitas sintesis terjadi setelah 10 hari
perangsangan dan kembali normal setelah 3-4 minggu.
5) Klasifikasi
Ada lebih dari satu klasifikasi artritis. Dua dari yang umum adalah
sistem Kellgren - Lawrence Grading dan Outerbridge. Sistem Kellgren dan
Lawrence didasarkan pada xrays dan terdiri dari Normal, Grade I, Grade
II, Grade III dan Grade IV.
Hal ini berdasarkan dari ada tidaknya ciri khas dari osteoarthritis,
yaitu; Joint space narrowing bone terlihat pada rontgen tapi ligamen tulang
rawan yang mencakupnya tidak. Persendian normal tampak memiliki
ruang antar tulang. Setiap penurunan ruang menandakan penipisan tulang
rawan penutup.
Osteophytes - proyeksi dari tulang kecil yang terbentuk di
sekeliling persendian. Dianggap sebagai akibat dari tubuh yang mencoba
untuk meningkatkan luas permukaan persendian untuk mengurangi
tekanan. Osteophytes inilah yang menyebabkan terbatasnya rentang gerak
dan dapat menyebabkan rasa sakit.
Sclerosis – yang berarti 'pengerasan' dan merupakan tanda
osteoarthritis, yang terlihat sebagai peningkatan daerah putih di tulang
pada persendian
Grade I : penyempitan ruang sendi, bisa terdapat osteophytes
Grade II: terlihat ada osteophytes yang kecil ,bisa terdapat
penyempitan
LBM 4 Page 40
Grade III: osteophyte berukuran sedang dan multiple, penyempitan
ruang sendi, beberapa sclerotic area, bisa terdapat deformasi tulang
Grade IV: osteophyte luas dan multiple, penyempitan ruang sendi
yang parah, sclerosis dan terjadi deformitas
The Outerbridge Classification juga menilai dari Grade 0-IV.
Namun lebih mengacu pada kondisi yang terlihat melalui athroskopi
daripada dari rontgen
Grade 0 : Normal
Grade I : pelunakan dan pembengkakan dari persendian kartilago
Grade II : penebalan dari sebagian fissura sendi
Grade III: penebalan seluruhya dari fissura sendi
Grade IV: erosi keseluruhan kartilago sendi
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder,
seperti yang tercantum di bawah ini:
IDIOPATIK SEKUNDER
Setempat
Tangan:
- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)
- artritis erosif interfalang
- karpal-metakarpal I
Kaki:
- haluks valgus
- haluks rigidus
- jari kontraktur (hammer/cock-up toes)
- talonavikulare
Coxa
Trauma
− akut
− kronik (okupasional, port)
Kongenital atau
developmental:
Gangguan setempat:
− Penyakit Leg-Calve-Perthes
− Dislokasi koksa kongenital
− Slipped epiphysis
Faktor mekanik
− Panjang tungkai tidak sama
LBM 4 Page 41
- eksentrik (superior)
- konsentrik (aksial, medial)
- difus (koksa senilis)
Vertebra
- sendi apofiseal
- sendi intervertebral
- spondilosis (osteofit)
- ligamentum (hiperostosis, penyakit
Forestier, diffuse idiopathic skeletal
hyperostosis=DISH)
Tempat lainnya:
- glenohumeral
- akromioklavikular
- tibiotalar
- sakroiliaka
- temporomandibular
Menyeluruh:
Meliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut
diatas (Kellgren-Moore)
− Deformitas valgus / varus
− Sindroma hipermobilitas
Metabolik
− Okronosis (alkaptonuria)
− Hemokromatosis
− Penyakit Wilson
− Penyakit Gaucher
Endokrin
− Akromegali
− Hiperparatiroidisme
− Diabetes melitus
− Obesitas
− Hipotiroidisme
Penyakit Deposit
Kalsium
− deposit kalsium pirofosfat
dihidrat
− artropati hidroksiapatit
Penyakit Tulang dan
Sendi lainnya
Setempat:
− Fraktur
−Nekrosis avaskular
Tabel 2.1 Osteoartritis idiopatik dan sekunder, (Setyohadi, 2000)
6) Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari OA biasanya terjadi secara perlahan-lahan.
Awalnya persendian akan terasa nyeri di persendian, kemudian nyeri
tersebut akan menjadi persisten atau menetap, kemudian diikuti dengan
LBM 4 Page 42
kekakuan sendi terutama saat pagi hari atau pada posisi tertentu pada
waktu yang lama.
Tanda kardinal dari OA adalah kekakuan dari persendian setelah
bangun dari tidur atau duduk dalam waktu yang lama, swelling (bengkak)
pada satu atau lebih persendian, terdengar bunyi atau gesekan (krepitasi)
ketika persendian digerakkan.
Pada kasus-kasus yang lanjut terdapat pengurangan massa otot.
Terdapatnya luka mencerminkan kelainan sebelumnya.Perlunakan sering
ditemukan, dan dalam cairan sendi superfisial, penebalan sinovial atau
osteofit dapat teraba.
Pergerakan selalu terbatas, tetapi sering dirasakan tidak sakit pada
jarak tertentu; hal ini mungkin disertai dengan krepitasi.Beberapa gerakan
lebih terbatas dari yang lainnya oleh karena itu, pada ekstensi panggul,
abduksi dan rotasi interna biasanya merupakan gerakan yang paling
terbatas. Pada stadium lanjut ketidakstabilan sendi dapat muncul
dikarenakan tiga alasan: berkurangnya kartilago dan tulang, kontraktur
kapsuler asimetris, dan kelemahan otot.
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat
didasarkan hanya pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya dilakukan
pemeriksaan reumatologi ringkas berdasarkan prinsip GALS (Gait, arms,
legs, spine) dengan memperhatikan gejala-gejala dan tanda-tanda sebagai
berikut :
i. Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
j. Nyeri Sendi
Merupakan keluhan utama yang sering kali membawa pasien datang ke
dokter.Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit
berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu menimbulkan
LBM 4 Page 43
rasa sakit yang berlebih dibanding gerakan lain. Nyeri juga dapat
menjalar (radikulopati) misalnya pada osteoarthritis servikal dan
lumbal. Claudicatio intermitten merupakan nyeri menjalar ke arah betis
pada osteoartritis lumbal yang telah mengalami stenosis spinal. Asal
nyeri dapat dibedakan, yaitu :
Peradangan
Nyeri yang berasal dari peradangan biasanya bertambah pada pagi
hari ( morning stiffness ) atau setelah istirahat beberapa saat dan
berkurang setelah bergerak. Hal ini karena sinovitis sekunder,
penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
yang menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi.
Semua ini menimbulkan rasa nyeri.
Mekanik
Nyeri akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya
dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi
telah rusak berat. Nyeri biasanya terlokalisasi hanya pada sendi
yang terkena, tetapi dapat juga menjalar.
k. Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit.
l. Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
m. Kaku Sendi
Merupakan keluhan pada hampir semua penyakit sendi dan
osteoartritis yang tidak berat. Pada beberapa pasien, nyeri dan kaku
sendi dapat timbul setelah istirahat beberapa saat misalnya sehabis
duduk lama atau bangun tidur. Berlawanan dengan penyakit inflamasi
LBM 4 Page 44
sendi seperti artritis rheumatoid, dimana pada artritis rheumatoid
kekakuan sendi pada pagi hari berlangsung lebih dari 1 jam,maka pada
osteoartritis kekakuan sendi jarang melebihi 30 menit.
n. Pembengkakan Sendi
Merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang
sendi. Biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan. Pada sendi yang
terkena akan terlihat deformitas yang disebabkan terbentuknya osteofit.
Tanda-tanda adanya reaksi peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan)
mungkin dijumpai pada osteoartritis karena adanya sinovitis.
o. Perubahan Gaya Jalan
Salah satu gejala yang menyusahkan pada pasien osteoartritis adalah
adanya perubahan gaya jalan. Hampir pada semua pasien osteoartritis,
pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggulnya berkembang menjadi
pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain
merupakan ancaman besar untuk kemandirian pasien lanjut usia.
p. Gangguan Fungsi
Timbul karena ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi. Adanya
kontraktur, kemungkinan adanya osteofit, nyeri dan bengkak
merupakan penyebab yang menimbulkan gangguan fungsi. Pada
osteoartritis tidak terdapat gejala-gejala sistemik seperti kelelahan,
penurunan berat badan atau demam.
7) Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis lutut berdasrkan klinis, klinis dan
radiologis, serta klinis dan laboratoris (JH Klippel, 2001) :
d. Klinis:
Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
7. umur > 50 tahun
8. kaku sendi < 30 menit
LBM 4 Page 45
9. krepitus
10. nyeri tekan tepi tulang
11. pembesaran tulang sendi lutut
12. tidak teraba hangat pada sendi
Catatan: Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.
e. Klinis, dan radiologis:
Nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
4. umur > 50 tahun
5. kaku sendi <30 menit
6. krepitus disertai osteofit
Catatan: Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.
f. Klinis dan laboratoris:
Nyeri sendi ditambah adanya 5 dari kriteria di bawah ini:
10. usia >50 tahun
11. kaku sendi <30 menit
12. Krepitus
13. nyeri tekan tepi tulang
14. pembesaran tulang
15. tidak teraba hangat pada sendi terkena
16. LED<40 mm/jam
17. RF <1:40
18. analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis
Catatan: Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.
Kriteria diagnosis osteoarthritis tangan adalah nyeri tangan, ngilu atau
kaku dan disertai 3 atau 4 kriteria berikut:
5. pembengkakan jaringan keras > 2 diantara 10 sendi tangan
6. pembengkakan jaringan keras > 2 sendi distal interphalangea (DIP)
7. pembengkakan < 3 sendi metacarpo-phalanea (MCP)
8. deformitas pada ≥ 1 diantara 10 sendi tangan
LBM 4 Page 46
Catatan: 10 sendi yang dimaksud adalah: DIP 2 dan 3, PIP 2 dan 3 dan
CMC 1 masing-masing tangan. Sensitivitas 94% dan spesifisitas 87%.
8) Penatalaksanaan
Strategi pengelolaan pasien dan pilihan jenis pengobatan
ditentukan oleh letak sendi yang mengalami OA, sesuai dengan
karakteristik masing-masing serta kebutuhannya. Oleh karena itu
diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan pasiennya secara
keseluruhan, agar pengelolaannya aman, sederhana, memperhatikan
edukasi pasien serta melakukan pendekatan multidisiplin atau holistic .
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelolaan pasien dengan
osteoarthritis yaitu
Meyakinkan penderita bahwa penyakitnya tidak progresif karena
biasanya penderita takut sekali menjadi lumpuh atau cacat. Rencana
pengobatan selanjutnya dijelaskan dan disesuaikan dengan keadaan
umum penderita, sendi-sendi yang terkena, keluhan dan sikap hidup
sehari-hari.
Istirahat atau proteksi terhadap sendi yang terkena
Koreksi semua faktor-faktor yang menimbulkan stress berlebihan pada
rawan sendi. Tindakan ini bukan saja akan mengurangi beban pada
rawan sendi, tetapi juga memperlambat proses degenerasi sehingga
akan lebih memberi kesempatan proses regenerasi berlangsung.
Diet, selain untuk mengurangi berat badan, tidak ada bukti bahwa diet
berperan langsung terhadap pengobatan osteoarthritis. Dengan
menghilangkan kegemukan penderita osteoarthritis sendi penyokong
berat badan maka akan mengurangi keluhan.
Fisioterapi, terutama pemanasan dan latihan yang adekuat. Pemanasan
badan (moist health) lebih nyaman daripada pemanasan kering.
Massage, penggunaannya sangat terbatas karena hanya berefek pada
LBM 4 Page 47
otot yang melingkupi sendi, sedang sendinya sendiri tidak dapat
dicapai. Massage berguna untuk mengurangi nyeri karena spasme otot.
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah:
1. Meredakan nyeri
2. Mengoptimalkan fungsi sendi
3. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit
5. Mencegah terjadinya komplikasi
Penatalaksanaan pada pasien dengan osteoarthritis yaitu:
Nonfarmakologis:
Modifikasi pola hidup
Edukasi
Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
Modifikasi aktivitas
Menurunkan berat badan
Rehabilitasi medik/ fisioterapi
o Latihan statis dan memperkuat otot-otot
o Fisioterapi, yang berguna untuk mengurangi nyeri, menguatkan
otot, dan menambah luas pergerakan sendi
Penggunaan alat bantu (Mairunzi, 2010).
Farmakologis:
a. Sistemik
Analgetik
- Non narkotik: parasetamol
- Opioid (kodein, tramadol)
Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
LBM 4 Page 48
- Oral
- injeksi
- suppositoria
DMOADs (disease modifying OA drugs)
Pada sebuah studi, telah ditetapkan bahwa sekelompok zat yang
sebelumnya dikenal sebagai food supplement, berdasarkan
berbagai penelitian yang telah dilakukan diakui sebagai
nutraceutical atau disease modifying osteorthritis drugs. Bahan
yang tergolong nutraceutical ini berfungsi memperbaiki
metabolisme kartilago sendi apabila dipergunakan dalam jangka
panjang ( 2-3 tahun). Disamping itu beberapa penelitian juga
membuktikan bahwa obat ini bersifat anti inflamasi ringan
dengan memperbaiki konstituen cairan sinovial. Diantara
nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate.
Karena tersedia dalam berbagai dosis dan kombinasi dengan
vitamin C atau mineral, maka dianjurkan untuk mempelajari
konstituen masing-masing sediaan.
b. Topikal
Krim rubefacients dan capsaicin.
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja
pada umumnya bersifat counter irritant.
Krim NSAIDs
Selain zat berkhasiat yang terkandung didalamnya, perlu
diperhatikan campuran yang dipergunakan untuk penetrasi kulit.
Salah satu yang dapat digunakan adalah gel piroxicam, dan
sodium diclofenac.
Injeksi intraartikular/intra lesi
LBM 4 Page 49
Injeksi intra artikular ataupun periartikular bukan merupakan
pilihan utama dalam penanganan osteoartritis. Diperlukan kehati-hatian
dan selektifitas dalam penggunaan modalitas terapi ini, mengingat efek
merugikan baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Pada dasarnya ada
2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan simtomatik dengan
steroid, dan viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk modifikasi
perjalanan penyakit. Dengan pertimbangan ini yang sebaiknya
melakukan tindakan, adalah dokter yang telah melalui pendidikan
tambahan dalam bidang reumatologi.
Steroid: ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs, tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs. Teknik
penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar untuk menghindari
penyulit yang timbul. Sebagian besar literatur tidak menganjurkan
dilakukan penyuntikan lebih dari sekali dalam kurun 3 bulan atau
setahun 3 kali terutama untuk sendi besar penyangga tubuh.
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi,
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg.
Hyaluronan: high molecular weight dan low molecular weight
Di Indonesia terdapat 3 sediaan injeksi Hyaluronan.
Penyuntikan intra artikular biasanya untuk sendi lutut (paling sering),
sendi bahu dan koksa. Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali
dengan interval satu minggu masing-masing 2 sampai 2,5 ml
Hyaluronan. Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar.
Kalau tidak dapat timbul berbagai penyulit seperti artritis septik,
nekrosis jaringan dan abses steril. Perlu diperhatikan faktor alergi
terhadap unsur/bahan dasar hyaluronan misalnya harus dicari riwayat
LBM 4 Page 50
alergi terhadap telur. (ada 3 sediaan di Indonesia diantaranya adalah
Hyalgan, dan Osflex.
Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus
dipertimbangkan terlebih dahulu risiko dan keuntungannya.
Pertimbangan dilakukan tindakan operatif bila :
1. Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
2. Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa dan
rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement
joint
1. Realignment osteotomi
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang
dan merubah sudut dari weightbearing. Tujuan : Membuat karilago
sendi yang sehat menopang sebagian besar berat tubuh. Dapat pula
dikombinasikan dengan ligamen atau meniscus repair.
2. Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan
sendi yang baru ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari
logam yang berada dalam high-density polyethylene.
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis :
Partial replacement/unicompartemental
High tibial osteotmy : orang muda
Patella &condyle resurfacing
Minimally constrained total replacement : stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oelh sendi buatan.
Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang
hilang&severe instability.
LBM 4 Page 51
Indikasi dilakukan total knee replacement apabila didapatkan
nyeri, deformitas, instability akibat dari Rheumatoid atau osteoarthritis.
Sedangankan kontraindikasi meliputi non fungsi otot ektensor, adanya
neuromuscular dysfunction, Infeksi, Neuropathic Joint, Prior Surgical
fusion.
9) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berguna untuk menyingkirkan
penyakit sendi lain, karena tidak ada satupun yang spesifik untuk
osteoartritis. Pemeriksaan hematologis umumnya normal, jumlah
leukosit dan laju endap darah normal, kecuali jika disertai infeksi lain.
Cairan sendi dapat diambil dari sendi manapun yang bengkak
dan tindakan ini dapat mengurangi rasa nyeri penderita. Pada
osteoartritis, cairan sendi akan meningkat jumlahnya, berwarna kuning
transparan, kental, terdapat gumpalan musin, jumlah leukosit kurang
dari 2000/mm3 dengan proporsi sel normal (25% PMN). Mungkin
ditemukan kristal kalsium pirofosfat dan hidroksi-apatit sebagai
penyebab reaksi peradangan. Dapat juga ditemukan serpihan tulang
rawan pada tingkat lanjut penyakit.
Radiologis
Pemeriksaan radiologis membantu diagnosis osteoartritis, tetapi
adanya kelainan radiologis tidak terlalu berarti bahwa ini sebagai
penyebab satu-satunya keluhan penderita. Kriteria radiologis
osteoartritis adalah sebagai berikut :
Osteofit pada tepi sendi atau tempat melekatnya ligamen
Adanya periartikuler ossikel terutama pada DIP dan PIP
Penyempitan celah sendi disertai sklerosis jaringan tulang
subkondrial
LBM 4 Page 52
Adanya kista dengan dinding yang sklerotik pada daerah
subkondrial
Perubahan bentuk tulang, misal pada caput femur.
Kriteria diagnosis radiologis, yaitu :
1. Meragukan : bila ditemukan 1 dari 5 kriteria diatas
2. Osteoartritis ringan : bila ditemukan 2 dari 5 kriteria diatas
3. Osteoartritis moderate : bila ditemukan 3 dari 5 kriteria diatas
4. Osteoartritis berat : bila ditemukan 4 dari 5 kriteria diatas
BAB III
LBM 4 Page 53
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan tanda dan gejala diskenario jadi penyakit yang dialami ibu
usia 56 tahun menderita Osteoarthritis. Osteoarthritis (OA) merupakan sindroma
klinis nyeri sendi yang disertai dengan berbagai derajat limitasi fungsi dan
berkurangnya quality of life. Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi
yang mengenai sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis
yang berupa memburuknya tulang rawan sendi, yang merupakan hasil akhir dari
perubahan biokimiawi, metabolisme patologis yang terjadi pada perendian.
DAFTAR PUSTAKA
LBM 4 Page 54
1. Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi Ed.2. Gangguan Peredaran Darah
Otak. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
2. Sidharta P, Mardjono M. 2004. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan
Saraf. Neurologi Klinis Dasar. Surabaya : Dian Rakyat.
3. Prince, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC
4. Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi . Jakarta : EGC
LBM 4 Page 55