5
Sense and Sensibility “Detail bukan untuk diperlihatkan, tetapi untuk menyembunyikan sesuatu yang tidak perlu kita lihat” Gambar 1. Pembukaan Lecture dengan Irianto. Sumber: Dok. SKETSA Pada hari Sabtu, 30 Januari 2016 SKETSA berkesempatan untuk menghadiri acara Lecture di Galeri Nasional Indonesia. Lecture yang merupakan salah satu rangkaian dari acara AfairUI 2016 ini mengangkat tema Sense and Sensibility dengan Bapak Irianto Purnomo Hadi sebagai pembicara. Irianto mengatakan bahwa suatu pendapat yang diyakini atau dikatakan oleh banyak orang belum tentu benar dan suatu pendapat yang diyakini atau dikatakan oleh sedikit orang juga belum tentu salah. Akan lebih baik bila kita dapat melakukan pengamatan serta pemikiran terhadap segala sesuatu, bukan hanya mempelajarinya. Seperti misalnya, guru kita mengajarkan suatu hal yang baru, kita mendapat pengetahuan baru karena mempelajari apa yang diberitahukan oleh guru kita. Namun, pengetahuan itu tidak akan berkembang karena kita hanya menerima apa yang diajarkan tanpa memikirkannya lebih jauh. Sehingga kita hanya akan menerapkan apa yang ada dan kita ketahui tanpa mampu mengembangkan berbagai hal menjadi lebih baik.

Lecture AfairUI2016

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jjyt

Citation preview

Page 1: Lecture AfairUI2016

Sense and Sensibility“Detail bukan untuk diperlihatkan, tetapi untuk menyembunyikan sesuatu yang tidak perlu kita lihat”

Gambar 1. Pembukaan Lecture dengan Irianto.Sumber: Dok. SKETSA

Pada hari Sabtu, 30 Januari 2016 SKETSA berkesempatan untuk menghadiri acara Lecture di Galeri Nasional Indonesia. Lecture yang merupakan salah satu rangkaian dari acara AfairUI 2016 ini mengangkat tema Sense and Sensibility dengan Bapak Irianto Purnomo Hadi sebagai pembicara.

Irianto mengatakan bahwa suatu pendapat yang diyakini atau dikatakan oleh banyak orang belum tentu benar dan suatu pendapat yang diyakini atau dikatakan oleh sedikit orang juga belum tentu salah. Akan lebih baik bila kita dapat melakukan pengamatan serta pemikiran terhadap segala sesuatu, bukan hanya mempelajarinya. Seperti misalnya, guru kita mengajarkan suatu hal yang baru, kita mendapat pengetahuan baru karena mempelajari apa yang diberitahukan oleh guru kita. Namun, pengetahuan itu tidak akan berkembang karena kita hanya menerima apa yang diajarkan tanpa memikirkannya lebih jauh. Sehingga kita hanya akan menerapkan apa yang ada dan kita ketahui tanpa mampu mengembangkan berbagai hal menjadi lebih baik.

Irianto berbagi pengalaman mengenai bagaimana proses berpikir yang dilakukan saat merancang/men-design bangunan. Seperti yang dilakukan Irianto pada salah satu proyeknya yang mulai dirancang pada tahun 1998. Adanya pemandangan yang dapat dilihat dari ruang keluarga melalui bukaan dengan lebar/bentang 10,8 m.

melisa dewi h, 02/02/16,
Sebenernya ini ga penting, tp gada foto yg bagus lg yg ada irianto ny bagusan dikit
Page 2: Lecture AfairUI2016

Gambar 2. Proyek rumah dengan bukaan lebar yang dibagi menjadi 3.Sumber: Dok. SKETSA

Ia berpikir bagaimana mendapat pemandangan secara maksimal, yaitu dengan membagi bukaan menjadi 3 bukaan. Untuk menutup masing-masing bukaan tersebut maka diperlukan pintu, namun pintu seperti apa yang akan digunakan? Ia memilih menggunakan dua buah daun pintu untuk menutup setiap bukaan yang ada. Langkah berikutnya adalah memilih cara pemasangan dan bagaimana pintu tersebut dipasang, karena pintu yang memiliki lebar kurang lebih 172.5 cm akan memiliki momen besar yang harus ditanggung oleh engsel pintu. Setelah membaca dari beberapa referensi, akhirnya Irianto memilih menggunakan pintu pivot. Engsel pinty pivot dapat diletakkan dengan sesuka hati, tidak harus diletakkan di ujung pintu seperti engsel pintu pada umumnya.

Page 3: Lecture AfairUI2016

Gambar 3. Penerapan engsel pivot.Sumber: Dok. SKETSA

Engsel pivot diletakkan ¼ bentang pintu, sehingga berat pintu dapat dinetralisir. Engsel pintu melayani ¾ bentang (di sebelah kanan) namun diimbangi dengan momen ¼ bentang di sisi lainnya (di sebelah kiri) sehingga beban yang ditanggung hanya ½ bentang pintu, dengan hal ini diharapkan bahwa pintu dapat bertahan lebih lama karena beban yang ditanggung tidak terlalu besar.

Masih dengan proyek yang sama. Irianto memperlihatkan teras luas pada rumah tersebut. Umumnya, bila terdapat teras luar maka teras tersebut akan memiliki finishing dan ketinggian yang berbeda dengan ruangan dalam, hal ini dilakukan untuk menghindari air hujan yang dapat masuk bila memiliki ketinggian lantai yang sama. Irianto memikirkan cara lain agar perbedaan tersebut dapat diminimalisir, yaitu dengan memberikan kemiringan pada teras luar sehingga air hujan tidak dapat masuk ke dalam rumah dan finishing pada lantai teras dapat disamakan dengan finishing lantai ruangan dalam. perubahan kecil ini dapat memberi nilai tambah, karena bila kita duduk di ruang keluarga, maka sudah tidak ada lagi yang mengganggu flow over space. Detail bukan untuk diperlihatkan, tetapi untuk menyembunyikan sesuatu yang tidak perlu kita lihat. Irianto berusaha untuk tidak memperlihatkan sesuatu yang orang tidak mau lihat.

Beralih ke proyek lainnya pada tahun 2000. Umumnya, taman yang dimiliki di dalam rumah terbagi menjadi dua, yaitu bagian depan dan belakang rumah dengan ukuran yang mungkin tidak terlalu besar. Namun Irianto memberikan alternatif lain sehingga dapat membuat rumah dengan taman yang lebih besar.

melisa dewi h, 02/02/16,
Gapunya diagram, lg minta gamb yg bagusan si ama stella
Page 4: Lecture AfairUI2016

Gambar 4. Denah rumah umumnya. Gambar 5. Denah rumah pemikiran Irianto

Sumber: Dok. SKETSA

Pada gambar 4, terlihat denah rumah pada umumnya, dimana orang akan memiliki taman depan, lalu garasi yang teletak di tanah dibelakang garis GSB (Garis Sepadan Bangunan), kemudian terdapat taman belakang. Pada gambar 5, terdapat carport yang di-design seperti garasi, karena diberi penutup pada bagian atas (kanopi) dan diberi penutup seperti pintu. Biasanya taman depan rumah akan jarang dinikmati oleh penghuni rumah, sehingga tanah itu dimanfaatkan untuk menjadi driveway dan carport. Ruangan service diletakkan setelah garasi, sehingga sisa tanah tersebut dapat dimanfaatkan dengan bebas. Pada gambar 5, terlihat bahwa taman yang diletakkan di tengah rumah memiliki luasan yang lebih besar bisa dibandingkan dengan taman belakang pada gambar 4. Pada gambar 5 juga terlihat bahwa taman di tengah rumah dapat terlihat dari banyak ruangan (ruangan keluarga, ruang makan, dan teras) yang letaknya mengelilingi taman.

Mungkin hal di atas adalah hal yang sudah umum dijumpai sekarang ini, namun design ini ternyata sudah ada sejak tahun 1998. Design seperti ini mungkin belum marak atau belum ada saat itu, namun Irianto mampu memikirkan terobosan-terobosan yang dapat dilakukan. Melalui pengalaman yang diceritakan, Irianto berpesan agar kita banyak berfikir mengenai segala sesuatu, tidak hanya mengikuti apa yang sudah ada sebelumnya dan tidak berusaha membuat pembaruan. (MDH)