16
1 LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: REGENERASI PENUTUR BAHASA SUNDA (SUNDANESE LEXICAL IN PURWAKARTA REGENCY: REGENERATION OF SUNDANESE SPEAKERS) Ariyanti Balai Bahasa Jawa Barat Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung Pos-el: [email protected] Abstract Sundanese is a regional language spoken by people in Purwakarta Regency, West Java. Although Sundanese is the second most spoken language in Indonesia, there are concerns with the retention of Sundanese due to people’s bilingualism. Kridalaksana and Sumarsono stated that language retention factors are language transfer and regeneration of speakers. Therefore, this paper examines the vocabulary of elderly respondents’ and young respondents’ through ten lexicals, namely children, read, come, speak, see, eat, go, come home, bathe, and forget, using qualitative methods. The results show that there are differences in the vocabulary of elderly respondents’ and younger respondents’, namely the lexical speak and look on peer level, lexical child and read on elderly level, and lexical see on self level. However, the vocabulary of elderly and younger respondents’ is still largely the same, so it is assumed that the regeneration of Sundanese speakers in Purwakarta Regency is still on going. Keywords: lexical, regeneration, sundanese Abstrak Bahasa Sunda adalah bahasa daerah yang dituturkan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Meskipun bahasa Sunda menjadi bahasa dengan penutur kedua terbanyak di Indonesia, ada kekhawatiran mengenai pemertahanan bahasa Sunda karena kedwibahasaan masyarakatnya. Kridalaksana dan Sumarsono menyatakan bahwa faktor pemertahanan bahasa adalah pengajaran bahasa dan regenerasi penutur. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji kosakata orang tua dan anak melalui sepuluh leksikal, yaitu anak, baca, datang, berkata, lihat, makan, pergi, pulang, mandi, dan lupa. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kosakata antara responden orang tua dengan responden anak, yaitu pada leksikal berkata dan lihat untuk tingkat sebaya, leksikal anak dan baca untuk tingkat orang tua, serta leksikal lihat untuk tingkat diri sendiri. Akan tetapi, kosakata orang tua dan anak sebagian besar masih sama sehingga timbul asumsi bahwa regenerasi penutur bahasa Sunda di Kabupaten Purwakarta masih berjalan. Kata Kunci: leksikal, regenerasi, sunda.

LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

Ariyanti : Leksikal Bahasa Sunda di Kabupaten ...

1

LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: REGENERASI PENUTUR BAHASA SUNDA

(SUNDANESE LEXICAL IN PURWAKARTA REGENCY: REGENERATION OF SUNDANESE SPEAKERS)

AriyantiBalai Bahasa Jawa Barat

Jalan Sumbawa Nomor 11, BandungPos-el: [email protected]

Abstract

Sundanese is a regional language spoken by people in Purwakarta Regency, West Java. Although Sundanese is the second most spoken language in Indonesia, there are concerns with the retention of Sundanese due to people’s bilingualism. Kridalaksana and Sumarsono stated that language retention factors are language transfer and regeneration of speakers. Therefore, this paper examines the vocabulary of elderly respondents’ and young respondents’ through ten lexicals, namely children, read, come, speak, see, eat, go, come home, bathe, and forget, using qualitative methods. The results show that there are differences in the vocabulary of elderly respondents’ and younger respondents’, namely the lexical speak and look on peer level, lexical child and read on elderly level, and lexical see on self level. However, the vocabulary of elderly and younger respondents’ is still largely the same, so it is assumed that the regeneration of Sundanese speakers in Purwakarta Regency is still on going.

Keywords: lexical, regeneration, sundanese

Abstrak

Bahasa Sunda adalah bahasa daerah yang dituturkan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Meskipun bahasa Sunda menjadi bahasa dengan penutur kedua terbanyak di Indonesia, ada kekhawatiran mengenai pemertahanan bahasa Sunda karena kedwibahasaan masyarakatnya. Kridalaksana dan Sumarsono menyatakan bahwa faktor pemertahanan bahasa adalah pengajaran bahasa dan regenerasi penutur. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji kosakata orang tua dan anak melalui sepuluh leksikal, yaitu anak, baca, datang, berkata, lihat, makan, pergi, pulang, mandi, dan lupa. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kosakata antara responden orang tua dengan responden anak, yaitu pada leksikal berkata dan lihat untuk tingkat sebaya, leksikal anak dan baca untuk tingkat orang tua, serta leksikal lihat untuk tingkat diri sendiri. Akan tetapi, kosakata orang tua dan anak sebagian besar masih sama sehingga timbul asumsi bahwa regenerasi penutur bahasa Sunda di Kabupaten Purwakarta masih berjalan.

Kata Kunci: leksikal, regenerasi, sunda.

Page 2: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

2

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020:1–16

1. PendahuluanBahasa Sunda sebagaimana bahasa-bahasa

daerah lainnya di Indonesia saat ini menghadapi permasalahan yang cukup rumit. Sejatinya, bahasa Sunda harus terus hidup dan berkembang menjadi bahasa daerah dengan jumlah penutur yang banyak. Namun, upaya agar bahasa Sunda dapat menjadi bahasa yang besar dan berwibawa tidaklah mudah. Mempertahankan keberadaan bahasa Sunda terasa sangat sulit karena perkembangan ilmu teknologi, perekonomian, dan komunikasi membuat komunikasi global semakin mudah. Selain itu, perpindahan penduduk yang tak terelakkan menimbulkan interaksi dengan bahasa dan budaya lain. Hal itu menciptakan masyarakat multibahasa. Rendahnya kebanggaan dan loyalitas terhadap bahasa dan budaya Sunda juga membuat upaya pemertahanan bahasa semakin sulit.

Banyak upaya yang telah ditempuh oleh berbagai pihak, baik pemerintahmaupun swasta, untuk mengangkat bahasa Sunda. Pemerintah, melalui pemerintah daerah, telah menetapkan bahasa Sunda sebagai mata pelajaran muatan lokal di beberapa kota dan kabupaten di Jawa Barat. Selain itu, pemerintah daerah juga sudah menerbitkan aturan-aturan mengenai penggunaan bahasa daerah dan penggunaan busana daerah melalui hari Rebo Nyunda. Bahkan, beberapa pemerintah daerah telah menerbitkan peraturan daerah tentang bahasa Sunda, misalnya Perda Nomor 09 tahun 2012 yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Bandung tentang penggunaan, pemeliharaan, dan pengembangan bahasa, sastra, dan aksara Sunda.

Upaya-upaya untuk memertahankan bahasa dan budaya Sunda tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan keluarga sebagai ujung tombak masyarakat pengguna bahasa Sunda. Penggunaan bahasa Sunda di dalam keluarga sangat berperan penting dalam pemertahanan bahasa Sunda. Regenerasi bahasa Sunda melalui pengajaran bahasa Sunda dari orang tua kepada anak-anaknya akan lebih efektif dan berhasil dalam mendukung upaya pemerintah melestarikan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah di Jawa Barat.

Penelitian ini akan menganalisis responden orang tua dan responden anak-anak yang memunculkan berian bahasa Sunda untuk

leksikal bahasa Indonesia yang diajukan. Setiap leksikal terdiri atas tiga tingkatan, yaitu tingkatan untuk sebaya, tingkatan untuk orang tua, dan tingkatan untuk diri sendiri. Penelitian ini tidak mengkhususkan pada tingkat kesopanan atau undak usuk basa, tetapi lebih menekankan pada penguasaan kosakata atau leksikal anak.

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana berian atau kosakata bahasa Sunda yang dituturkan oleh responden orang tua dan anak-anak di Kabupaten Purwakarta untuk leksikal anak, baca, datang, berkata, lihat, makan, pergi, pulang, mandi, dan lupa? Apakah ada perbedaan antara kosakata bahasa Sunda pada responden orang tua dan kosakata bahasa Sunda pada responden anak? Apakah terjadi regenerasi penutur bahasa Sunda melalui leksikal bahasa Sunda?

Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan kosakata bahasa Sunda yang dituturkan oleh responden orang tua dan anak di Kabupaten Purwakarta untuk leksikal anak, baca, datang, berkata, lihat, makan, pergi, pulang, mandi, dan lupa; mengungkapkan perbedaan antara leksikal bahasa Sunda orang tua dengan leksikal bahasa Sunda anak; serta mengungkapkan ada tidaknya regenerasi penutur bahasa Sunda dilihat dari penguasaan kosakata atau leksikal anak.

Leksikal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah 1. ‘Berkaitan dengan kata’, 2. ‘Berkaitan dengan leksem’, dan 3. ‘Berkaitan dengan kosakata’ (kbbi.web.id/leksikal). Perbedaan antara kata dan leksem dijelaskan oleh Abdul Chaer (2008:6) dalam istilah mofologi dan leksikologi. Morfologi adalah ilmu tentang bentuk dan pembentukan kata, sedangkan leksikologi adalah ilmu tentang leksikon yang satuannya disebut leksem. Dalam kajiannya, morfologi lebih mengarah pada proses pembentukan kata dan leksilogi lebih mengarah pada kata yang telah jadi, baik yang terbentuk melalui proses morfologi maupun yang terbentuk secara arbitrer.

Leksikal bahasa Sunda tentu berbeda dengan leksikal bahasa Indonesia karena kedua bahasa tersebut memiliki kaidah-kaidah bahasa yang berbeda. Misalnya, untuk padanan leksikal bahasa Indonesia memberi, bahasa Sunda memiliki bikeun, mikeun, méré, maparinkeun, atau ngahaturkeun.

Page 3: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

Ariyanti : Leksikal Bahasa Sunda di Kabupaten ...

3

Bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dengan jumlah penutur terbanyak kedua setelah bahasa Jawa di Indonesia (Sudaryat, 2007) adalah bahasa yang unik karena adanya undak usuk basa. Undak usuk basa dijelaskan oleh Sudaryat sebagai berikut:

Ragam basa nurutkeun sikep panyatur raket palaina jeung kakawasaan, kalungguhan, sarta lomana antara panyatur, pamiarsa, jeung jalma nu dicaritakeun, disebut undak usuk basa atawa tata krama basa. Undak usuk basa enas-enasna mangrupa sopan santun makéna basa (2007: 4).Jadi, menurut Sudaryat, undak usuk basa

adalah sopan santun dalam berbahasa. Undak usuk basa dikelompokkan menjadi ragam basa lemes (halus) dan ragam basa kasar (akrab).

Menurut Yudibrata (1990: 47), undak usuk basa adalah sistem penggunaan ragam bahasa hormat dan kasar yang erat kaitannya dengan status, kekuasaan dan keakraban antara penutur, petutur, dan orang yang terlibat dalam tuturan.

Basa lemes atau hormat dibagi menjadi ragam hormat untuk diri sendiri dan ragam hormat untuk orang lain. Jadi, kosakata dalam bahasa Sunda berbeda pemakaiannya bergantung pada tingkat kesopanannya. Ragam bahasa hormat biasanya digunakan untuk berbicara dengan orang tua (tingkatan orang tua), ragam loma atau kasar bahasa yang digunakan untuk diri sendiri (tingkatan diri sendiri), dan bahasa yang digunakan untuk sebaya (tingkatan sebaya), contohnya untuk leksikal kakek, ragam kasarnya adalah aki, ragam hormat untuk diri sendiri adalah pun aki, dan ragam hormat untuk orang lain atau orang tua adalah tuang éyang (Yudibrata, 1990:53).

Fokus penelitian ini bukan pada undak usuk basa atau kesopanan dalam penggunaan bahasa Sunda, tetapi pada kosakata bahasa Sunda yang dikuasai oleh orang tua dan anak-anak terhadap beberapa leksikal dalam bahasa Indonesia yang ditanyakan. Jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden orang tua dan anak-anak disebut dengan berian. Dari berian-berian inilah diharapkan adanya gambaran mengenai regenerasi bahasa Sunda melalui pengajaran kosakata orang tua kepada anaknya guna mempertahankan bahasa Sunda sebagai

bahasa daerah di Kabupaten Purwakarta.Penelitian mengenai bahasa Sunda juga

pernah dilakukan oleh Dasripin (2009) di Kabupaten Serang. Ia menemukan bahwa masyarakat Serang merupakan masyarakat yang multilingual dengan tiga bahasa, yaitu bahasa Sunda, bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa Serang. Dengan kondisi tersebut ternyata masyarakat Serang masih berupaya untuk mempertahankan bahasa Sunda (Dasripin, 2009). Akan tetapi, Dasripin dalam penelitiannya itu tidak mengungkapkan bagaimana regenerasi penutur bahasa Sunda di daerah tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa langkah, pertama menyebarkan kuesioner berisi kolom-kolom mengenai 25 leksikal bahasa Sunda, yaitu anak, ayah, baca, beli, bisa, datang, dengar, hati, ibu, isteri, jatuh, kakak, berkata, lihat, ludah, lupa, makan, malu, mandi, muntah, pulang, pergi, mempunyai, sakit, dan suami. Responden diminta untuk memberikan jawaban (berian) untuk leksikal bahasa Sunda yang ditanyakan. Setiap leksikal mencakup tiga tingkatan, yaitu leksikal untuk tingkatan sebaya, leksikal untuk tingkatan orang tua, dan leksikal untuk tingkatan diri sendiri. Kedua puluh lima leksikal tersebut dipilih dari dua ratus kosakata swadesh dengan asumsi leksikal tersebut dalam undak usuk basa mengalami perubahan dan merupakan leksikal yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tahap kedua, setelah data penelitian terkumpul, data tersebut dianalisis untuk menjabarkan dan mendeskripsikan masalah penelitian.

Menurut Sugiyono (2014:8), penelitian kualitiatif dilakukan pada kondisi alamiah. Data yang terkumpul dan analisisnya bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif juga lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berupa kata-kata dan tidak menekankan pada angka (Sugiyono, 2014:13). Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif.

2. Kerangka Teori Pemertahanan bahasa pada dasarnya

merupakan upaya-upaya yang dilakukan agar suatu bahasa terus digunakan dan dihargai terutama sebagai identitas kelompok, melalui pengajaran, kesusastraan, media massa, dan sebagainya (Kridalaksana, 2001)

Page 4: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

4

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020:1–16

Penelitian mengenai pemertahanan bahasa sudah banyak dilakukan, begitu pula penelitian mengenai pemertahanan bahasa Sunda. Ada beberapa jenjang pendidikan dan ranah yang telah diteliti, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Selvia (2014), Riyanto (2016), Widiyanto (2018), dan Wagiati (2017).

Selvia (2014:476) dalam penelitian penggunaan bahasa Sunda untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengungkapkan bahwa ada dua faktor pendukung dan tiga faktor penghambat dalam pemertahan bahasa Sunda di Kabupaten Subang. Faktor pendukungnya adalah loyalitas terhadap bahasa ibu dan lingkungan keluarga, sedangkan faktor penghambatnya adalah faktor perpindahan penduduk, faktor ekonomi, dan faktor pernikahan antaretnis yang berbeda.

Penelitian mengenai pemertahanan bahasa Sunda juga dilakukan pada jenjang mahasiswa, seperti yang telah dilakukan oleh Riyanto dan Wagiati (2016). Riyanto dan Wagiati melakukan penelitian terhadap mahasiswa yang berbahasa pertama Sunda dan mengungkapkan bahwa mahasiswa menggunakan bahasa Sunda pada tiga ranah, yaitu di dalam kampus, di luar kampus, dan di lingkungan keluarga. Mereka menemukan bahwa kedekatan sosial dan emosional juga menjadi pengaruh dalam pemilihan penggunaan bahasa Sunda.

Wagiati dan Dudy (2017:29) dalam penelitian di ranah permukiman menunjukkan bahwa bahasa sunda dalam komunikasi sehari-hari sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian penuturnya bahkan dalam komunikasi sesama penutur bahasa sunda, hal ini terjadi karena adanya anggapan bahwa bahasa Indonesia memiliki nilai prestise yang lebih tinggi daripada bahasa sunda. Wagiati (2017:38) juga menemukan faktor lain yang menghambat penggunaan bahasa Sunda dalam komunikasi adalah faktor interlokutor. Jadi, jika interlokutor dalam tuturan terdapat penutur non-Sunda, komunikasi cenderung dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Penelitian lain yang menunjukkan upaya yang dapat dilakukan untuk memertahankan bahasa Sunda telah dilakukan oleh Widiyanto. Widiyanto (2018:12) menyatakan bahwa pemertahanan bahasa dapat dilakukan melalui

pendidikan dengan tiga cara, yaitu pembelajaran, kegiatan komunitas atau ekstrakurikuler, dan menjadikan bahasa Sunda sebagai bahasa wajib pada hari-hari tertentu.

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menghambat pemertahanan bahasa Sunda adalah perkawinan yang berbeda etnis, tingkat kedekataan sosial dan emosional, interlokutor non-Sunda, serta dukungan pada program pendidikan bahasa Sunda anak di sekolah.

Faktor-faktor lain yang menghambat pemertahanan bahasa juga dikemukakan oleh Sumarsono (2004). Faktor yang memengaruhi pemertahanan suatu bahasa menurut Sumarsono (1993:3), yaitu faktor kemultibahasaan, industrialisasi, urbanisasi, jumlah penutur, konsentrasi pemukiman, dan kepentingan politik. Faktor-faktor lain dalam pemertahanan bahasa menurut Sumarsono (1993) dalam penelitannya mengenai bahasa Melayu Loloan di Bali adalah faktor konsentrasi pemukiman, adanya toleransi dari masyarakat pengguna bahasa lain selain bahasa Melayu Loloan, minimnya interaksi dengan budaya lain, loyalitas yang tinggi terhadap bahasa, dan regenerasi penutur bahasa. Di samping itu, ada pula faktor ekonomi, faktor agama, dan faktor politik Sumarsono (2004:200).

Berbeda dengan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah proses pengajaran bahasa Sunda dari orang tua pada anak-anaknya masih berjalan, melalui pengajaran leksikal bahasa Sunda. Hal ini sangat penting karena pengajaran yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya akan menentukan keberhasilan regenerasi penutur bahasa Sunda di masa depan. Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana dan Sumarsono bahwa faktor pemertahanan bahasa adalah pengajaran bahasa dan regenerasi penutur bahasa.

3. Hasil dan PembahasanDari lima puluh kuesioner yang diisi oleh

responden, 25 kuesioner diisi oleh responden orang tua dan 25 kuesioner diisi oleh responden anak-anak. Data dari kuesioner tersebut kemudian dianalisis sebagai berikut.

Page 5: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

Ariyanti : Leksikal Bahasa Sunda di Kabupaten ...

5

3.1 Leksikal Anak 3.1.1 Tingkatan Sebaya

Tabel 1 Leksikal Anak

Respon-den

Berian

Budak Reren-cangan Urang Putra Anak

Orang tua 12 2 7 2 0

Anak-anak 16 0 7 1 1

Tabel 1 menunjukkan bahwa leksikal anak

untuk tingkatan sebaya, responden orang tua yang memberikan jawaban budak ada 12 orang, sedangkan responden anak-anak yang menjawab budak ada 16 orang. Reponden orang tua yang memberikan jawaban rerencangan ada dua orang, sedangkan responden anak-anak tidak ada yang memberikan leksikal jawaban tersebut. Reponden orang tua dan reponden anak-anak berjumlah sama, yaitu tujuh orang yang memberikan jawaban leksikal urang. Leksikal putra diajukan oleh dua responden orang tua dan satu responden anak-anak, sedangkan berian anak, diajukan oleh hanya satu reponden anak-anak dan tidak ada responden orang tua. Dengan demikian terlihat perbedaan kosakata untuk leksikal anak dalam bahasa Sunda yang digunakan oleh responden orang tua dan responden anak-anak. Selain itu, terlihat adanya pengaruh bahasa Indonesia pada bahasa anak-anak saat anak-anak menuturkan berian anak.

3.1.2 Tingkatan Orang Tua

Tabel 2 Leksikal anak

Respon-den

Berian

Budak Murang-kalih Abdi Putra Abi

Orang tua 4 11 5 1 2

Anak-anak 14 6 2 1 2

Tabel 2 menunjukkan berian leksikal anak untuk tingkatan orang tua. Responden orang tua yang memberikan jawaban budak untuk

leksikal anak ada empat orang, sedangkan responden anak-anak ada empat belas orang. Responden orang tua yang memberikan jawaban murangkalih untuk leksikal anak ada sebelas orang, sedangkan responden anak-anak ada enam orang. Responden orang tua memberikan jawaban abdi ada lima orang, sedangkan responden anak-anak hanya dua orang. Untuk jawaban (berian) putra, responden orang tua dan responden anak-anak sama-sama berjumlah satu orang. Berian abi diberikan oleh dua orang responden orang tua dan dua orang responden anak-anak. Pada tingkat bahasa Sunda untuk orang tua, terdapat perbedaan pada berian budak, murangkalih, dan abdi. Namun, ternyata ada persamaan antara responden orang tua dan responden anak-anak pada berian putra dan abi.

3.1.3 Tingkatan Diri Sendiri

Tabel 3 Leksikal Anak

Respon-den

Berian

Bu-dak

Murang-kalih Abdi Pu-

tra Urang

Orang tua 13 0 3 1 9

Anak-anak 14 1 1 1 8

Untuk leksikal anak dengan tingkat tuturan diri sendiri, responden orang tua menjawab budak sebanyak tiga belas orang dan responden anak-anak sebanyak empat belas orang. Berian murangkalih diberikan oleh satu responden anak-anak dan tak ada satu pun responden orang tua. Ada tiga orang responden orang tua yang memberikan jawaban abdi dan satu responden anak-anak. Untuk berian urang ada sembilan orang responden orang tua dan delapan orang responden anak-anak, sedangkan berian putra diberikan oleh satu orang responden orang tua dan satu orang responden anak-anak. Jadi, untuk leksikal anak pada tingkatan diri sendiri terdapat perbedaan pada berian putra dan urang. Namun, ada persamaan pada berian putra. Untuk berian murangkalih ada satu responden anak-anak yang mengenal kosakata tersebut, tetapi tidak ada orang tua yang memberikan murangkalih sebagai berian anak untuk diri sendiri.

Page 6: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

6

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020:1–16

3.2 Leksikal Baca3.2.1 Tingkatan Sebaya

Tabel 4 Leksikal Baca

RespondenBerian

Baca Maca Maos

Orang tua 1 19 1

Anak-anak 2 21 2

Tabel 4 menunjukkan berian leksikal baca untuk tingkatan sebaya. Pada tingkatan sebaya ini, responden orang tua sebagian besar memberikan berian maca, begitu pula dengan responden anak-anak dengan perincian, yaitu 19 responden orang tua dan 21 responden anak-anak. Berian lainnya, yaitu baca diberikan oleh satu responden orang tua dan maos diberikan oleh dan dua responden anak-anak. Pada leksikal baca ini dapat dilihat bahwa responden orang tua dan responden anak-anak sebagian besar memberikan jawaban yang sama, yaitu maca. Akan tetapi, ada gejala masuknya pengaruh bahasa Indonesia pada beberapa responden yang memberikan jawaban dalam kosakata bahasa Indonesia, yaitu baca.

3.2.2 Tingkatan Orang Tua

Tabel 5 Laksikal Baca

RespondenBerian

Maca Maos AosOrang tua 6 13 4Anak-anak 17 5 2

Leksikal baca pada tingkatan yang berbeda, yaitu tingkatan orang tua (bahasa untuk orang tua) ternyata memunculkan berian yang berbeda. Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden orang tua, yaitu sebanyak 13 responden memberikan jawaban maos sebagai leksikal yang digunakan untuk makna baca. Sementara itu, responden anak-anak lebih banyak memberikan jawaban maca sebagai padanan untuk baca, yaitu 17 responden. Ada

berian lain yang dikenal yaitu aos, tetapi hanya diwakili oleh empat responden orang tua dan dua responden anak-anak. Pada tingkatan orang tua, untuk leksikal baca ternyata responden orang tua lebih memilih maos sementara responden anak-anak lebih memilih maca. Jadi, terdapat perbedaan kosakata untuk leksikal baca ini.

3.2.3 Tingkatan Diri Sendiri

Tabel 6 Laksikal Baca

RespondenBerian

Maca Maos BacaOrang tua 20 2 1Anak-anak 21 1 3

Tabel 6 menunjukkan berian untuk leksikal

baca pada tingkatan diri sendiri. Pada tingkatan ini, responden orang tua dan responden anak memberikan jawaban yang sama. Sebagian besar responden menjawab maca untuk leksikal baca, yaitu sebanyak 20 responden orang tua dan 21 responden anak-anak. Berian lain yang dikenal untuk leksikal baca ini adalah maos dan baca. Maos diberikan oleh dua responden orang tua dan satu responden anak-anak, sedangkan baca dinyatakan oleh satu responden orang tua dan tiga responden anak-anak. Pada tabel 6 dapat kita lihat bahwa responden orang tua dan responden anak-anak memiliki kosakata yang sama untuk menyatakan leksikal baca, yaitu maca. Hal ini dapat dimaknai bahwa orang tua telah mengajarkan maca untuk leksikal baca serta adanya pengaruh bahasa Indonesia pada kosakata responden anak-anak yang ditunjukkan dengan adanya tiga orang responden yang mengajukan berian baca.

3.3. Leksikal Datang3.3.1 Tingkatan Sebaya

Tabel 7 Laksikal Baca

RespondenBerian

Datang Dongkap Sumping

Orang tua 19 1 1

Anak-anak 21 0 3

Page 7: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

Ariyanti : Leksikal Bahasa Sunda di Kabupaten ...

7

Tabel 7 menunjukkan berian untuk leksikal datang pada tingkatan sebaya. Responden orang tua dan responden anak-anak sebagian besar memberikan jawaban yang sama, yaitu datang. Jawaban ini diberikan oleh 19 responden orang tua dan 21 responden anak-anak. Berian lainnya, yaitu dongkap dituturkan oleh satu responden orang tua, sedangkan berian sumping dituturkan oleh satu responden orang tua serta tiga responden anak-anak. Jadi, pada tingkatan sebaya responden orang tua dan responden anak-anak memilih berian datang untuk leksikal datang, sedangkan berian dongkap tidak dikenal oleh responden anak-anak yang ternyata lebih mengenal berian sumping.

3.3.2 Tingkatan Orang Tua

Tabel 8 Laksikal Baca

RespondenBerian

Dongkap Sumping Datang

Orang tua 24 1 0

Anak-anak 13 11 1

Leksikal datang untuk tingkatan orang tua

ditunjukkan pada Tabel 8. Responden orang tua memberikan berian dongkap dan sumping, sedangkan responden anak-anak memberikan berian dongkap, sumping, dan datang.

Sebagian besar responden orang tua dan anak-anak memberikan berian dongkap untuk leksikal datang pada tingkatan orang tua. Responden orang tua ada 24 orang dan responden anak-anak ada 13 orang. Berian sumping ternyata lebih dikenal oleh responden anak-anak daripada responden orang tua. Hal ini terlihat dari jumlah responden anak-anak sebanyak 11 orang dan hanya satu orang responden orang tua yang memberikan jawaban sumping untuk leksikal datang pada tingkatan orang tua. Berian datang justru tampaknya lebih tidak dikenal oleh para responden karena hanya ada satu responden anak-anak yang memberikan berian datang. Jadi, untuk leksikal datang pada tingkatan orang tua terdapat persamaan dan perbedaan kosakata

yang dimiliki oleh responden orang tua dan responden anak-anak. Persamaannya ada pada berian dongkap dan perbedaannya ada pada berian sumping.

3.3.3 Tingkatan Diri Sendiri

Tabel 9 Leksikal Datang

RespondenBerian

Dongkap Sumping Datang

Orang tua 3 0 18

Anak-anak 3 2 20

Tabel 9 menunjukkan berian untuk leksikal

datang pada tingkatan diri sendiri, yaitu dongkap, sumping, dan datang. Responden orang tua dan responden anak-anak sama-sama berjumlah tiga orang yang memberikan jawaban dongkap. Berian sumping hanya dikenal oleh dua responden anak-anak dan berian datang dituturkan oleh 18 responden orang tua dan 20 responden anak-anak. Jadi, pada tingkatan diri sendiri leksikal datang responden orang tua dan responden anak-anak lebih mengenal berian datang daripada berian dongkap dan sumping. Berian sumping bahkan tidak dikenal oleh responden orang tua.

3.4 Leksikal Berkata3.4.1 Tingkatan Sebaya

Tabel 10 Leksikal Berkata

RespondenBerian

Ngomong Nyarios CeukOrang tua 17 4 0Anak-anak 9 10 1

Tabel 10 menunjukkan berian untuk leksikal

berkata pada tingkatan sebaya. Responden orang tua memberikan dua berian untuk leksikal berkata, yaitu ngomong dan nyarios, sedangkan responden anak-anak memberikan tiga berian, yaitu ngomong, nyarios, dan ceuk. Mayoritas responden orang tua memberikan berian ngomong untuk mengungkapkan makna

Page 8: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

8

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020:1–16

berkata pada tingkatan sebaya, yaitu sebanyak 17 orang, sedangkan responden anak-anak mayoritas memberikan berian nyarios untuk mengungkapkan makna berkata, dan hanya satu orang responden anak-anak yang memberikan berian ceuk. Jadi, terdapat perbedaan kosakata antara responden orang tua dan responden anak-anak untuk leksikal berkata pada tingkatan sebaya ini.

3.4.2 Tingkatan Orang Tua

Tabel 11 Leksikal Berkata

Respon-den

Berian

Ngo- mong

Nya-rios Ceuk Basa Ngucap

Orang tua 0 19 0 1 2

Anak- anak 3 19 1 0 0

Berian untuk leksikal berkata pada

tingkatan orang tua ternyata menunjukkan bahwa responden orang tua dan responden anak-anak sebagian besar menjawab nyarios, yaitu masing-masing 19 orang responden. Selain terdapat persamaan, terdapat pula perbedaan. Responden orang tua memiliki kosakata basa dan ngucap, sementara responden anak-anak memiliki kosakata ngomong dan ceuk. Jadi, responden orang tua dan responden anak-anak memiliki persamaan dan perbedaan kosakata

untuk mengungkapkan makna leksikal berkata pada tingkatan orang tua.

3.4.3 Tingkatan Diri Sendiri

Tabel 12 Leksikal Berkata

RespondenBerian

Ngomong Nyarios CeukOrang tua 17 5 0Anak-anak 11 11 1

Tabel 12 menunjukkan kosakata yang dimiliki responden orang tua dan responden anak-anak untuk leksikal berkata pada tingkatan diri sendiri. Responden orang tua sebagian besar memilih berian ngomong untuk menyatakan berkata, yaitu 17 orang responden dan hanya lima orang responden yang memilih berian nyarios. Responden anak-anak memilih berian ngomong dan nyarios untuk mengungkapkan makna leksikal berkata yaitu sebanyak masing-masing 11 orang. Responden anak-anak ada satu orang yang memilih berian ceuk. Jadi, untuk leksikal berkata pada tingkatan diri sendiri terdapat perbedaan kosakata antara responden orang tua dan responden anak-anak. Responden orang tua lebih memilih berian ngomong sedangkan responden anak-anak memilih berian ngomong dan berkata. Responden anak-anak juga memiliki lebih banyak varian berian, yaitu ngomong, nyarios, dan ceuk.

3.5 Leksikal Lihat3.5.1 Tingkatan Sebaya

Tabel 13 Leksikal Lihat

RespondenBerian

Tingal Ningali Nempo Nenjo Deuleu LihatOrang tua 10 9 2 0 0 0Anak-anak 4 14 0 1 1 1

Leksikal lihat pada tingkatan sebaya ditunjukkan pada tabel 13. Pada responden orang tua, berian yang diajukan hanya ada tiga varian, yaitu tingal, ningali, dan nempo. Responden anak-anak menunjukkan berian yang lebih bervariasi, yaitu tingal, ningali, nenjo, deuleu, dan lihat. Berian terbanyak

yang diajukan oleh responden orang tua adalah tingal, yang diajukan oleh sepuluh orang responden. Berian ningali diajukan oleh sembilan orang responden dan berian nempo diajukan oleh dua orang responden orang tua. Berian terbanyak yang diajukan oleh responden anak-anak adalah ningali,

Page 9: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

Ariyanti : Leksikal Bahasa Sunda di Kabupaten ...

9

yaitu sebanyak empat belas orang. Berian tingal diajukan oleh empat responden dan berian nenjo, deuleu, serta lihat masing-masing satu orang responden. Jadi, untuk leksikal lihat pada tingkatan sebaya terdapat perbedaan kosakata antara responden orang tua dengan responden anak-anak. Responden orang tua lebih memilih berian tingal untuk leksikal lihat pada tingkatan sebaya, sedangkan responden anak-anak lebih memilih berian ningali. Terdapat pengaruh kosakata bahasa Indonesia pada salah satu responden anak-anak yang memberikan berian lihat.

3.5.2 Tingkatan Orang Tua

Tabel 14 Leksikal Lihat

RespondenBerian

Tingal NingaliOrang tua 9 15

Anak 5 20 Tabel 14 menunjukkan berian untuk leksikal lihat pada tingkatan orang tua. Pada tingkat ini, responden orang tua dan responden anak-anak menunjukkan dua berian, yaitu tingal dan ningali. Ada 9 orang responden orang tua yang memberikan berian tingal dan 15 orang responden yang memberikan berian nngali. Responden anak-anak ada lima orang yang memberikan berian tingal dan 20 orang yang memberikan berian ningali. Jadi, untuk lesikal lihat pada tingkatan orang tua, responden orang tua dan responden anak-anak sebagian besar sama-sama mengajukan berian ningali dan sama-sama hanya mengajukan dua berian, yaitu tingal dan ningali.

3.5.3 Tingkatan Diri Sendiri

Tabel 15 Leksikal Lihat

Respon-den

Berian

Tingal Ningali Noong Nempo Li-hat

Orang tua 11 9 0 2 0

Anak-anak 4 17 1 2 1

Berian untuk leksikal lihat pada tingkatan diri sendiri lebih beragam. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15. Responden orang tua memberikan berian tingal, ningali,dan nempo, sedangkan responden anak-anak memberikan berian tingal, ningali, noong, nempo, dan lihat. Sebelas orang responden orang tua memberikan tingal sebagai padanan lihat untuk tingkatan diri sendiri, sembilan orang mengajukan berian ningali, dan dua orang mengajukan berian nempo. Tujuh belas responden anak-anak memberikan berian ningali sebagai padanan leksikal lihat pada tingkatan diri sendiri, empat orang mengajukan berian tingal, dua orang mengajukan berian nempo, satu orang responden anak mengajukan berian noong, serta satu orang responden mengajukan berian lihat. Jadi, untuk leksikal lihat pada tingkatan diri sendiri terdapat perbedaan berian antara responden orang tua dengan responden anak-anak-anak. Reponden orang tua lebih memilih berian tingal, sedangkan responden anak lebih memilih berian ningali.

3.6 Leksikal Makan3.6.1 Tingkatan Sebaya

Tabel 16 Leksikal Makan

RespondenBerian

Dahar Emam Tuang NedaOrang tua 18 1 1 1Anak-anak 17 9 4 0

Tabel 16 menunjukkan berian untuk

leksikal makan pada tingkatan sebaya. Pada tingkat ini, responden orang tua dan responden anak-anak sebagian besar mengajukan berian yang sama, yaitu dahar. Responden orang tua yang mengajukan berian dahar berjumlah 18 orang dan responden anak-anak berjumlah 17 orang. Berian lain yang diajukan oleh responden orang tua untuk leksikal makan pada tingkatan sebaya adalah emam, tuang, dan neda. Responden anak-anak tidak mengenal berian neda. Jadi, responden orang tua dan responden anak-anak memberikan berian yang sama untuk leksikal makan pada tingkatan sebaya, yaitu dahar. Namun terdapat perbedaan berian antara responden orang tua dan responden anak, yaitu pada berian neda.

Page 10: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

10

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020:1–16

3.6.2 Tingkatan Orang Tua

Tabel 17 Leksikal Makan

RespondenBerian

Dahar Emam Tuang NedaOrang tua 0 0 23 2Anak-anak 2 3 13 6

Berian untuk leksikal makan pada tingkatan orang tua ditunjukkan oleh Tabel 17. Pada tabel ini terlihat bahwa responden orang tua dan responden anak-anak sebagian besar menjawab dengan berian tuang, responden orang tua sebanyak 23 orang dan responden anak-anak sebanyak 13 orang. Selain tuang, responden orang tua juga ada yang memberikan berian neda. Responden anak-anak memiliki lebih banyak variasi berian daripada responden orang tua. Responden anak-anak memiliki berian tuang, dahar, emam, dan neda. Responden orang tua tidak mengenal berian dahar dan emam untuk leksikal makan pada tingkatan orang tua. Jadi, untuk leksikal makan pada tingkat orang tua, terdapat persamaan persepsi antara responden orang tua dan responden anak-anak dengan memberikan berian tuang, tetapi terdapat perbedaan variasi berian antara responden orang tua dan responden anak-anak. Hal ini ditunjukkan dengan tidak dikenalnya berian dahar dan emam pada responden orang tua.

3.6.2 Tingkatan Diri Sendiri

Tabel 18 Leksikal Makan

RespondenBerian

Dahar Emam Tuang NedaOrang tua 18 2 1 1Anak-anak 13 10 1 1

Tabel 18 menunjukkan berian untuk leksikal makan pada tingkatan diri sendiri. Responden orang tua sebagian besar mengajukan berian dahar untuk leksikal makan pada tingkatan diri sendiri, yaitu sebanyak 18 orang. Berian lain yang diajukan oleh responden orang tua adalah emam yang diajukan oleh dua orang responden, tuang yang diajukan oleh satu orang responden, dan neda yang diajukan oleh satu orang responden. Responden anak-anak memberikan varian berian

yang sama dengan responden orang tua. Berian dahar diajukan oleh 13 orang responden, berian emam diajukan oleh 10 orang responden, berian tuang diajukan oleh satu orang responden, dan berian neda diajukan oleh satu orang responden. Jadi, responden orang tua dan responden anak-anak memiliki varian berian yang sama untuk leksikal makan pada tingkatan diri sendiri ini, berian tersebut adalah dahar, emam, tuang dan neda.

3.7 Leksikal Pergi3.7.1 Tingkatan Sebaya

Tabel 19 Leksikal Pergi

RespondenBerian

Mangkat Angkat Pergi InditOrang tua 16 1 0 3Anak-anak 18 2 1 2

Berian untuk leksikal pergi pada tingkatan sebaya ditunjukkan pada Tabel 19. Pada tabel ini dapat dilihat bahwa sebagian besar responden orang tua (enam belas orang) dan responden anak-anak (delapan belas orang) memberikan berian mangkat untuk leksikal pergi pada tingkatan sebaya. Berian yang diberikan oleh reponden orang tua selain mangkat adalah angkat dan indit. Berian yang diberikan oleh responden anak-anak lebih beragam, yaitu mangkat, angkat, indit, dan pergi. Jadi, untuk leksikal pergi pada tingkat sebaya responden orang tua dan responden anak-anak sama-sama mengajukan berian mangkat, tetapi responden orang tua tidak memiliki berian pergi. Berian pergi yang diajukan oleh responden anak-anak menunjukkan adanya pengaruh bahasa Indonesia pada responden anak-anak.

3.7.2 Tingkatan Orang Tua

Tabel 20 Leksikal Pergi

RespondenBerian

Mangkat Angkat Indit Mios

Orang tua 0 20 1 4

Anak-anak 4 12 2 5

Page 11: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

Ariyanti : Leksikal Bahasa Sunda di Kabupaten ...

11

Tabel 20 menunjukkan berian untuk leksikal pergi pada tingkatan orang tua. Responden orang tua dan responden anak-anak pada tingkatan ini sebagian besar sama-sama mengajukan berian angkat, dengan rincian 20 orang responden orang tua dan 12 orang responden anak-anak. Selain berian angkat, responden orang tua juga mengajukan berian indit dan mios. Responden anak-anak memiliki lebih banyak variasi berian daripada responden orang tua. Berian responden anak adalah mangkat, angkat, indit dan mios. Jadi, untuk leksikal pergi pada tingkatan orang tua, responden orang tua dan responden anak-anak memiliki persamaan pada berian angkat tetapi terdapat pula perbedaan karena responden anak memiliki berian mangkat, sedangkan responden orang tua tidak.

3.7.3 Tingkatan Diri Sendiri

Tabel 21 Leksikal Pergi

Respon-den

BerianMangkat Angkat Pergi Indit Mios

Orang tua 18 1 0 2 1Anak- anak 18 2 1 2 1

Berian untuk leksikal pergi pada tingkatan diri sendiri ditunjukkan pada Tabel 21. Pada Tabel 21 berian mangkat merupakan berian yang paling banyak diajukan oleh responden orang tua, yaitu sebanyak 18 orang dan responden anak-anak sebanyak 18 orang. Responden orang tua dan responden anak-anak juga memiliki variasi berian angkat, indit, dan mios. Selain berian mangkat, angkat, indit, dan mios, responden anak-anak juga mengenal berian pergi. Hal ini tampaknya karena adanya pengaruh bahasa Indonesia pada responden anak-anak. Jadi, responden orang tua dan responden anak-anak

memiliki persamaan berian untuk leksikal pergi pada tingkatan diri sendiri, yaitu berian mangkat. Akan tetapi terdapat pula perbedaan karena responden orang tua tidak menuturkan berian pergi.

3.8 Leksikal Pulang3.8.1 Tingkatan Sebaya

Tabel 22 Leksikal Pulang

Res-ponden

BerianBa-lik

Kasum-pingan

Da-tang

Mu-lih Uih Mu-

langPu-lang

Orang tua 15 1 2 1 1 1 0

Anak-anak 18 0 0 0 4 1 1

Berian untuk leksikal pulang pada tingkatan sebaya ditunjukkan pada Tabel 22. Pada tingkatan sebaya ini, responden orang tua dan responden anak-anak sebagian besar menyatakan berian yang sama, yaitu balik. Responden orang tua yang memberikan berian balik berjumlah 15 orang dan responden anak-anak berjumlah 18 orang. Selain berian balik, responden orang tua memiliki berian kasumpingan, datang, mulih, uih, dan mulang, sedangkan responden anak-anak memiliki berian uih, mulang, dan pulang. Jadi, untuk leksikal pulang pada tingkatan sebaya ini, responden orang tua dan responden anak-anak memiliki kesamaan pada berian balik, tetapi terdapat perbedaan pada berian kasumpingan, datang, dan mulih yang tidak dikenal oleh responden anak-anak. Terdapat satu berian, yaitu pulang pada berian anak yang tidak dikenali oleh responden orang tua dan disinyalir sebagai bentuk asli bahasa Indonesia yang memengaruhi kosakata responden anak-anak.

3.8.2 Tingkatan Orang Tua

Tabel 23 Leksikal Pulang

RespondenBerian

Balik Kasumpingan Dongkap Mulih Uih Mulang Pulang Wangsul

Orang tua 1 0 3 12 6 1 0 2

Anak-anak 5 4 0 5 5 1 1 2

Page 12: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

12

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020:1–16

Berian leksikal pulang pada tingkatan orang tua lebih bervariasi. Responden orang tua memiliki berian balik, dongkap, mulih, uih, mulang, dan wangsul. Responden anak-anak memiliki berian balik, kasumpingan, mulih, uih, mulang, pulang, dan wangsul. Responden orang tua mengajukan berian terbanyak mulih, yaitu sebanyak 12 orang responden, sedangkan responden anak-anak berian terbanyaknya adalah balik, mulih, dan uih, masing-masing sebanyak lima orang responden. Jadi, untuk leksikal pulang pada tingkatan orang tua, responden orang tua dan responden anak-anak memiliki kesamaan pada berian mulih, uih, dan balik, tetapi ada pula perbedaannya, yaitu pada berian kasumpingan dan pulang yang hanya dikenali oleh responden anak-anak. Berian pulang menunjukkan adanya pengaruh bahasa Indonesia pada kosakata responden anak-anak.

3.8.3 Tingkatan Diri Sendiri

Tabel 24 Leksikal Pulang

Respon-den

Berian

Balik Da-tang Uih Mu-

langPu-lang

Wang-sul

Orang tua 16 1 2 1 0 1

Anak-anak 18 0 4 1 1 1

Tabel 24 menunjukkan berian untuk leksikal pulang pada tingkatan diri sendiri. Untuk leksikal pulang pada tingkatan diri sendiri ini, responden orang tua dan responden anak-anak sebagian besar mengajukan berian balik. Responden orang tua yang mengajukan berian balik sebanyak 16 orang, sedangkan responden anak-anak sebanyak 18 orang. Responden orang tua memiliki berian lain selain balik, yaitu datang, uih, mulang, dan wangsul. Responden anak-anak memiliki berian uih, mulang, wangsul, dan pulang. Jadi, selain persamaan pada berian balik, responden orang tua dan responden anak-anak memiliki berian yang berbeda. Responden anak-anak tidak mengenal berian datang, sedangkan

responden orang tua tidak ada yang mengajukan berian pulang. Berian pulang yang diajukan oleh responden anak-anak merupakan pengaruh dari bahasa Indonesia atau bahkan dicurigai bahwa responden anak tersebut tidak dapat berbahasa Sunda.

3.9 Leksikal Mandi3.9.1 Tingkatan Sebaya

Tabel 25 Leksikal Mandi

RespondenBerian

Mandi Ibak SiramOrang tua 10 10 1Anak-anak 5 19 1

Berian untuk leksikal mandi pada tingkatan sebaya ditunjukkan dalam Tabel 25. Responden orang tua dan responden anak-anak memberikan variasi berian yang sama, yaitu mandi, ibak, dan siram. Responden orang tua yang memberikan berian mandi sama banyaknya dengan responden anak-anak yang memberikan berian ibak, yaitu masing-masing 10 orang dan hanya satu orang yang memilih berian siram. Responden anak-anak ternyata lebih memilih berian ibak, yaitu 19 orang, dibandingkan dengan berian mandi yang diajukkan oleh lima orang responden dan siram yang diajukan oleh satu orang responden. Jadi, variasi berian yang diajukan oleh responden orang tua dan responden anak-anak untuk leksikal mandi pada tingkatan sebaya tidak berbeda atau sama.

3.9.2 Tingkatan Orang Tua

Tabel 26 Leksikal Mandi

RespondenBerian

Mandi Ibak SiramOrang tua 1 18 6Anak-anak 1 19 5

Tabel 26 menunjukkan berian-berian untuk leksikal mandi pada tingkatan orang tua. Pada tingkatan ini, responden orang tua dan responden anak-anak memiliki variasi berian yang sama, yaitu mandi, ibak, dan siram. Sebagian besar responden orang tua dan responden anak-anak mengajukan

Page 13: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

Ariyanti : Leksikal Bahasa Sunda di Kabupaten ...

13

berian ibak untuk leksikal mandi pada tingkatan orang tua, dengan perincian responden orang tua sebanyak 18 orang dan responden anak-anak sebanyak 19 orang. Jadi, tidak ada perbedaan kosakata antara responden orang tua dan responden anak untuk leksikal mandi pada tingkatan orang tua.

3.9.3 Tingkatan Diri Sendiri

Tabel 27 Leksikal Mandi

RespondenBerian

Mandi IbakOrang tua 10 12Anak-anak 4 21

Berian untuk leksikal mandi pada tingkatan diri sendiri telihat pada Tabel 27. Responden orang tua dan responden anak-anak sama-sama mengajukan berian mandi dan ibak untuk leksikal mandi pada tingkat diri sendiri. Akan tetapi, responden orang tua lebih banyak yang memilih berian mandi daripada berian ibak, sedangkan responden anak-anak lebih memilih berian ibak daripada berian mandi. Jadi, untuk leksikal mandi pada tingkat diri sendiri responden orang tua dan responden anak-anak memilih berian yang berbeda walaupun kosakatanya sama.

3.10 Leksikal Lupa3.10.1 Tingkatan Sebaya

Tabel 28 Leksikal Lupa

RespondenBerian

Poho Hilap LupaOrang tua 19 0 0Anak-anak 21 1 1

Tabel 28 menunjukkan berian untuk leksikal lupa pada tingkatan sebaya. Pada tingkatan ini, responden orang tua hanya mengajukan satu berian, yaitu poho, yang diajukan oleh 19 orang responden dan 6 orang lainnya memilih untuk mengosongkan jawaban. Responden anak-anak beriannya lebih bervariasi. Sebagian

besar memberikan berian poho, yang diajukan oleh 21 orang responden. Dua berian lainnya, yaitu hilap dan lupa hanya dijawab oleh satu orang responden. Jadi, untuk leksikal lupa pada tingkatan sebaya ini responden orang tua dan responden anak-anak memilih berian yang sama, yaitu poho. Namun, terdapat perbedaan pada variasi berian yang dimiliki oleh responden anak-anak. Sayangnya, salah satu berian yang diajukan oleh responden anak-anak merupakan kosakata bahasa Indonesia. Tampaknya ada pengaruh bahasa Indonesia yang sangat kuat pada salah satu responden anak-anak.

3.10.2 Tingkatan Orang Tua

Tabel 29 Leksikal Lupa

RespondenBerian

Poho Hilap Teu EmutOrang tua 1 22 2Anak-anak 4 10 0

Tabel 29 menunjukkan berian untuk leksikal lupa pada tingkatan orang tua. Responden orang tua memiliki tiga berian, yaitu poho, hilap, dan teu emut, sedangkan responden anak-anak hanya mengenal dua berian, yaitu poho dan hilap. Akan tetapi, responden orang tua dan responden anak-anak sama-sama lebih memilih berian hilap untuk leksikal lupa pada tingkatan orang tua. Jadi, pada tingkatan orang tua, responden orang tua dan responden anak-anak sama-sama mengajukan berian hilap, tetapi kosakata responden orang tua dan responden anak berbeda karena responden anak-anak tidak mengenal berian teu emut.

3.10.3 Tingkatan Diri Sendiri

Tabel 30 Leksikal Lupa

RespondenBerian

Poho Hilap LupaOrang tua 20 2 0

Anak 21 2 1

Berian untuk leksikal lupa pada tingkatan diri sendiri ditunjukkan oleh tabel 30. Responden orang tua dan responden anak-anak sama-sama

Page 14: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

14

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020:1–16

memilih berian poho untuk leksikal lupa pada tingkatan diri sendiri, tetapi responden anak-anak memiliki berian yang lebih bervariasi. Responden orang tua memiliki berian poho dan hilap, sedangkan responden anak-anak memiliki berian poho, hilap dan lupa. Berian lupa yang diajukan oleh responden anak-anak merupakan kosakata bahasa Indonesia, ini juga merupakan tanda masuknya pengaruh bahasa Indonesia terhadap kosakata responden anak-anak atau

bahkan dapat dicurigai bahwa ada responden anak-anak yang tidak dapat berbahasa Sunda. Jadi, untuk leksikal lupa pada tingkatan diri sendiri ini, responden orang tua dan responden anak-anak memilih berian yang sama, yaitu poho, tetapi responden anak-anak memiliki lebih banyak variasi berian daripada responden orang tua karena responden orang tua tidak mengenal berian lupa.

4. Penutup 4.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data, berian-berian

terbanyak yang diajukan oleh responden orang tua dan responden anak-anak untuk tiap-tiap leksikal, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 31 Berian Responden Orang Tua dan Responden Anak-anak

Sebaya Orang Tua Diri Sendiri Sebaya Orang Tua Diri Sendiri1 Anak budak murangkalih budak budak anak budak2 Baca maca maos maca maca maca maca3 Datang datang dongkap datang datang dongkap datang4 Berkata ngomong nyarios ngomong nyarios nyarios ngomong, nyarios5 Lihat tingal ningali tingal ningali ningali ningali6 Makan dahar tuang dahar dahar tuang dahar7 Pergi mangkat angkat mangkat mangkat angkat mangkat8 Pulang balik mulih balik balik mulih, balik, uih balik9 Mandi Mandi, ibak ibak ibak Ibak ibak ibak10 Lupa poho hilap poho poho hilap poho

Leksikal Berian Responden Orang Tua Berian Responden AnakNomor

Terdapat perbedaan kosakata antara responden orang tua dengan responden anak-anak, yaitu pada leksikal berkata dan lihat untuk tingkatan sebaya, leksikal anak dan baca untuk tingkatan orang tua, serta leksikal lihat untuk tingkatan diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa responden anak-anak sebagian besar memiliki kosakata yang sama dengan orang tuanya, walaupun masih ada beberapa kosakata yang berbeda, sehingga dapat dikatakan bahwa pengajaran bahasa Sunda terutama kosakata bahasa Sunda masih berjalan di Kabupaten Purwakarta tanpa melihat unsur undak usuk basa atau tingkat kesopanan berbahasa. Dari persamaan berian antara responden orang tua dengan responden anak-anak, dapat dilihat bahwa regenerasi penutur bahasa Sunda melalui pengajaran leksikal di Kabupaten Purwakarta masih berjalan. Namun, ada hal yang perlu

dicermati bahwa ternyata pengaruh bahasa Indonesia yang masuk ke dalam kosakata bahasa Sunda pada responden orang tua dan responden anak masih terlihat.

4.2 SaranRegenerasi penutur bahasa Sunda harus

terus dilakukan demi menjaga keberlangsungan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah yang ada di Kabupaten Purwakarta. Hal ini dapat dilaksanakan melalui pengajaran kosakata bahasa Sunda dari orang tua kepada anak-anaknya, terutama melalui penggunaan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini sangat terbatas karena masih banyak leksikal lainnya yang belum tergali dan masih banyak unsur-unsur pemertahanan bahasa yang belum dikaji, perlu penelitian lebih lanjut untuk menemukan cara-cara lain untuk mengembangkan, melestarikan, dan mempertahankan bahasa Sunda.

Page 15: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

Ariyanti : Leksikal Bahasa Sunda di Kabupaten ...

15

Daftar PustakaChaer, Abdul. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.Dasripin, Pipin. (2009). “Pemertahanan Bahasa Sunda pada Masyarakat Kabupaten Serang, Provinsi

Banten: Studi Sosiolinguistik”. Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa. Vol. 7 Nomor 1. Bandung: Balai Bahasa Bandung.

Kridalaksana, Harimurti, dkk. (2001). Wiwara, Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

KBBI daring: https://kbbi.web.id/leksikal, diakses tanggal 19 November 2019. Pukul 10.15 WIB.

Riyanto, Sugeng dan Wagiati. (2016). “Pemertahanan Bahasa Sunda oleh Mahasiswa yang Berbahasa Pertama Sunda”. Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol. 14 No. 2. Bandung: Balai Bahasa Jawa Barat.

Selvia. Amanda Putri. (2014). “Sikap Pemertahanan Bahasa Sunda dalam Konteks Pendidikan Anak Usia Dini (Kajian Sosiolinguistik di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang)”. Bahtera Sastra: Antologi Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 2 No. 2. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudaryat, M.Hum., Drs. Yayat, dkk. 2007. Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: Yrama Widya.Sugiyono, Prof.Dr. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.Sumarsono. 1993. Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.Sumarsono dan Partana, P. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.Wagiati, dan Dudy Zein. (2017). “Pemertahanan Bahasa Sunda sebagai Alat Komunikasi

oleh Penutur Sunda di Kompleks Perumahan di Kabupaten Bandung”. Suar Betang: Jurnal Kebahasaan, Kesastraan, dan Pengajarannya. Vol. 12 No. 1. Palangkaraya: Balai Bahasa Kalimantan Tengah.

Widiyanto, Eko. (2018). “Pemertahanan Bahasa Daerah Melalui Pembelajaran dan Kegiatan di Sekolah”. Kredo. Vol 1 No. 2. Kudus: Universitas Muria Kudus.

Yudibrata, Karna., dkk. 1990. Bagbagan Makéna Basa Sunda. Bandung: Rahmat Cijulang.

Page 16: LEKSIKAL BAHASA SUNDA DI KABUPATEN PURWAKARTA: …

16

Metalingua, Vol. 18 No. 1, Juni 2020:1–16