Upload
erizadil
View
243
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LI Dan Analisis Masalah Uul
Citation preview
Nama : Nurul Rizki Syafarina
NIM : 04011181320105
Kelas : A PSPD 2013
TINEA CORPORIS
a. Definisi
Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit yang tidak berambut (glabrous skin)
kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan lipat paha (Verma dan Heffernan, 2008).
Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu
Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies
dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang
disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis (Verma dan Heffernan,
2008).
b. Etiologi
Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu
Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies
dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang
disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis (Verma dan Heffernan,
2008).
c. Epidemiologi
Prevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan menyerang 20-25%
populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi kulit tersering (Rezvani dan
Sefidgar, 2010). Penyakit ini tersebar di seluruh dunia yang dapat menyerang semua ras
dan kelompok umur sehingga infeksi jamur superfisial ini relatif sering terkena pada
negara tropis (iklim panas dan kelembaban yang tinggi) dan sering terjadi eksaserbasi
(Havlickova et al, 2008). Penyebab tinea korporis berbeda-beda di setiap negara, seperti
di Amerika Serikat penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Trycophyton
mentagrophytes, Microsporum canis dan Trycophyton tonsurans. Di Afrika penyebab
tersering tinea korporis adalah Tricophyton rubrum dan Tricophyton mentagrophytes,
sedangkan di Eropa penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, sementara di Asia
penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Tricophyton mentagropytes dan
Tricophyton violaceum (Verma dan Heffernan, 2008).
Dilaporkan penyebab dermatofitosis yang dapat dibiakkan di Jakarta adalah T.
rubrum 57,6%, E. floccosum 17,5%, M. canis 9,2%, T. mentagrophytes var. granulare
9,0%, M. gypseum 3,2%, T. concentricum 0,5% (Made, 2001). Di RSU Adam
malik/Dokter Pirngadi Medan spesies jamur penyebab adalah dermatofita yaitu: T.
rubrum 43%, E. floccosum 12,1%, T.mentagrophytes 4,4%, dan M. canis 2%, serta
nondermatofita 18,5%, ragi 19,1% (C. albicans 17,3%, Candida lain 1,8%) (Made, 2001).
d. Klasifikasi Ekologi
Menurut Arnold et al (1990) berdasarkan pada pejamunya, jamur penyebab
dermatofita diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, dimana pembagian ini juga
mempengaruhi cara penularan penyakit akibat dermatofita ini. Pengelompokannya yaitu:
- Geofilik yaitu transmisi dari tanah ke manusia
- Zoofilik yaitu transmisi dari hewan ke manusia, contoh Trycophyton simii (monyet),
Trycophyton mentagrophytes (tikus), Microsporum canis (kucing), Trycophyton
equinum (kuda) dan Microsporum nannum (babi).
- Antrofilik yaitu transmisi dari manusia ke manusia.
e. Patogenesa
Elemen kecil dari jamur disebut hifa, berupa benang-benang filament terdiri dari sel-
sel yang mempunyai dinding. Dinding sel jamur merupakan karakteristik utama yang
membedakan jamur, karena banyak mengandung substrat nitrogen disebut dengan chitin.
Struktur bagian dalam (organela) terdiri dari nukleus, mitokondria, ribosom, retikulum
endoplasma, lisosom, apparatus golgi dan sentriol dengan fungsi dan peranannya masing-
masing. Benang-benang hifa bila bercabang dan membentuk anyaman disebut miselium
(Ryan, 2004). Dermatofita berkembang biak dengan cara fragmentasi atau membentuk
spora, baik seksual maupun aseksual. Spora adalah suatu alat reproduksi yang dibentuk
hifa, besarnya antara 1-3 µ, biasanya bentuknya bulat, segi empat, kerucut atau lonjong.
Spora dalam pertumbuhannya makin lama makin besar dan memanjang membentuk hifa.
terdapat 2 macam spora yaitu spora seksual (gabungan dari dua hifa) dan spora aseksual
(dibentuk oleh hifa tanpa penggabungan) (Hay dan Moore, 2004).
Infeksi Dermatofita diawali dengan perlekatan jamur atau elemen jamur yang dapat
tumbuh dan berkembang pada stratum korneum. Pada saat perlekatan, jamur dermatofita
harus tahan terhadap rintangan seperti sinar ultraviolet, variasi temperatur dan
kelembaban, kompetensi dengan flora normal, spingosin dan asam lemak. Kerusakan
stratum korneum, tempat yang tertutup dan maserasi memudahkan masuknya jamur ke
epidermis (Verma dan Heffernan, 2008). Masuknya dermatofita ke epidermis
menyebabkan respon imun pejamu baik respon imun nonspesifik maupun respon imun
spesifik. Respon imun nonspesifik merupakan pertahanan lini pertama melawan infeksi
jamur. Mekanisme ini dapat dipengaruhi faktor umum, seperti gizi, keadaan hormonal,
usia, dan faktor khusus seperti penghalang mekanik dari kulit dan mukosa, sekresi
permukaan dan respons radang. Respons radang merupakan mekanisme pertahanan
nonspesifik terpenting yang dirangsang oleh penetrasi elemen jamur. Terdapat 2 unsur
reaksi radang, yaitu pertama produksi sejumlah komponen kimia yang larut dan bersifat
toksik terhadap invasi organisme. Komponen kimia ini antara lain ialah lisozim, sitokin,
interferon, komplemen dan protein fase akut. Unsur kedua merupakan elemen
seluler,seperti netrofil, dan makrofag, dengan fungsi utama fagositosis, mencerna, dan
merusak partikel asing. Makrofag juga terlibat dalam respons imun yang spesifik.Sel-sel
lain yang termasuk respons radang nonspesifik ialah basophil, sel mast, eosinophil,
trombosit dan sel NK (natural killer). Neutrofil mempunyai peranan utama dalam
pertahanan melawan infeksi jamur (Cholis, 2001).
Imunitas spesifik membentuk lini kedua pertahanan melawan jamur setelah jamur
mengalahkan pertahanan nonspesifik. Limfosit T dan limfosit B merupakan sel yang
berperan penting pada pertahanan tubuh spesifik. Sel-sel ini mempunyai mekanisme
termasuk pengenalan dan mengingat organism asing, sehingga terjadi amplifikasi dari
kerja dan kemampuannya untuk merspons secara cepat terhadap adanya presentasi
dengan memproduksi antibodi, sedangkan limfosit T berperan dalam respons seluler
terhadap infeksi. Imunitas seluler sangat penting pada infeksi jamur. Kedua mekanisme
ini dicetuskan oleh adanya kontak antara limfosit dengan antigen (Cholis, 2001).
f. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dimulai dengan lesi bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif dengan
perkembangan kearah luar, bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya memberi gambaran
yang polisiklik, arsinar, dan sirsinar. Pada bagian pinggir ditemukan lesi yang aktif yang
ditandai dengan eritema, adanya papul atau vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi
relatif lebih tenang. Tinea korporis yang menahun, tanda-tanda aktif menjadi hilang dan
selanjutnya hanya meninggalkan daerah hiperpigmentasi saja (Verma dan Heffernan,
2008). Gejala subyektif yaitu gatal, dan terutama jika berkeringat dan kadang-kadang
terlihat erosi dan krusta akibat garukan (Fransisca, 2000).
Tinea korporis biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau dengan binatang
piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi karena kontak dengan mamalia liar atau
tanah yang terkontaminasi. Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda misalnya
pakaian, perabot dan sebagainya (M. Goedadi dan H. Suwito, 2001).
Gambar penyakit tinea corporis pada badan
Gambar penyakit tinea corporis pada lengan
g. Pemeriksaan Laboratorium
Selain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus dibantu dengan pemeriksaan
laboratorium antara lain pemeriksaan mikroskopis, kultur, pemeriksaan lampu wood,
biopsi dan histopatologi, pemeriksaan serologi, dan pemeriksaan dengan menggunakan
PCR (Hay dan Moore, 2004). Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan membuat
preparat langsung dari kerokan kulit, kemudian sediaan dituangi larutan KOH 10%.
Sesudah 15 menit atau sesudah dipanaskan dengan api kecil, dilihat di bawah mikroskop.
Pemeriksaan ini memberikan hasil positif hifa ditemukan hifa (benang-benang) yang
bersepta atau bercabang, selain itu tampak juga spora berupa bola kecil sebesar 1-3µ (Hay
dan Moore, 2004).
Kultur dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (25-30⁰C), kemudian
satu minggu dilihat dan dinilai apakah ada pertumbuhan jamur. Spesies jamur dapat
ditentukan melalui bentuk koloni, bentuk hifa dan bentuk spora (Hay dan Moore,2004).
Pemeriksaan lampu wood adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar ultraviolet
dengan panjang gelombang 365 nm. Sinar ini tidak dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan
ke kulit yang mengalami infeksi oleh jamur dermatofita tertentu, sinar ini akan berubah
menjadi dapat dilihat dengan memberi warna (fluoresensi). Beberapa jamur yang
memberikan fluoresensi yaitu M. canis, M. audouini, M. ferrugineum dan T. schoenleinii.
(Hay dan Moore, 2004).
h. Diagnosa Banding
Ada beberapa diagnosis banding tinea korporis, antara lain eritema anulare
sentrifugum, eksema numular, granuloma anulare, psoriasis, dermatitis seboroik, pitiriasis
rosea, liken planus dan dermatitis kontak (Verma dan Heffernan, 2008).
i. Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium yaitu
mikroskopis langsung dan kultur (Verma dan Heffernan, 2008).
j. Pengobatan
Pengobatan infeksi jamur dibedakan menjadi pengobatan non medikamentosa dan
pengobatan medikamentosa.
- Non Medikamentosa
Menurut Badan POM RI (2011), dikatakan bahwa penatalaksanaan non
medikamentosa adalah sebagai berikut:
Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena infeksi atau
bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah penyebaran infeksi ke
bagian tubuh lainnya.
Jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara bergantian dengan
orang yang terinfeksi.
Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas untuk
mencegah penyebaran jamur tersebut.
Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan sisa-
sisa kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.
Jika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat menyebabkan
kulit selalu basah seperti bahan wool dan bahan sintetis yang dapat menghambat
sirkulasi udara.
Sebelum menggunakan sepatu, sebaiknya dilap terlebih dahulu dan bersihkan
debu-debu yang menempel pada sepatu.
Hindari kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi jamur. Gunakan
sandal yang terbuat dari bahan kayu dan karet
- Medikamentosa
Pengobatan tinea korporis terdiri dari pengobatan lokal dan pengobatan sistemik.
Pada tinea korporis dengan lesi terbatas, cukup diberikan obat topikal. Lama
pengobatan bervariasi antara 1-4 minggu bergantung jenis obat. Obat oral atau
kombinasi obat oral dan topikal diperlukan pada lesi yang luas atau kronik rekurens.
Anti jamur topikal yang dapat diberikan yaitu derivate imidazole, toksiklat,
haloprogin dan tolnaftat. Pengobatan lokal infeksi jamur pada lesi yang meradang
disertai vesikel dan eksudat terlebih dahulu dilakukan dengan kompres basah secara
terbuka (Vermam dan Heffernan, 2008). Pada keadaan inflamasi menonjol dan rasa
gatal berat, kombinasi anti jamur dengan kortikosteroid jangka pendek akan
mempercepat perbaikan klinis dan mengurangi keluhan pasien (Verma dan Heffernan,
2008).
Pengobatan Topikal
Pengobatan topikal merupakan pilihan utama. Efektivitas obat topikal dipengaruhi
oleh mekanisme kerja, viskositas, hidrofobisitas dan asiditas formulasi obat
tersebut. Selain obat-obat klasik, obat-obat derivate imidazole dan alilamin dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tinea korporis ini. Efektivitas obat yang
termasuk golongan imidaol kurang lebih sama. Pemberian obat dianjurkan selama
3-4 minggu atau sampai hasil kultur negative. Selanjutnya dianjurkan juga untuk
meneruskan pengobatan selama 7-10 hari setelah penyembuhan klinis dan
mikologis dengan maksud mengurangi kekambuhan (Verma dan Heffernan,
2008).
Pengobatan Sistemik
Menurut Verma dan Heffernan (2008), pengobatan sistemik yang dapat diberikan
pada tinea korporis adalah:
Griseofulvin. Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis
untuk anak-anak 15-20 mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 500-1000 mg/hari
Ketokonazol. Ketokonazol digunakan untuk mengobati tinea korporis yang
resisten terhadap griseofulvin atau terapi topikal. Dosisnya adalah 200
mg/hari selama 3 minggu.
Obat-obat yang relative baru seperti itrakonazol serta terbinafin dikatakan
cukuo memuaskan untuk pengobatan tinea korporis.
ANATOMI DAN HISTOLOGI KULIT
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkugan
hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15 % berat badan.
Kulit mempunyai variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya : kulit yang longgar dan elastis
terdapat pada palpebra, bibir dan prepitium.
Kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang
tipis terdapat pada muka, yang lembut dan leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat
pada kepala.
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama :
1. Lapisan epidermis / kutikel
2. Lapisan dermis / kutisvera
3. Lapisansubkutis
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan
adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.
1. Lapisan epidermis
a. Stratum korneum (lapisantanduk)
Lapisan kulit paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati,
tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)
b. Stratum lusidum
Terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng
tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjad iprotein yang disebut
eleidin.Tampak lebih jelas pada telapak tangan dan kaki
c. Stratum granulosum ( lapisankeratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di
telapak tangan dan kaki
d. Stratum spinosum (stratum malphigi) / prickle cell layer (lapisanakanta)
Terdiri atas beberapa sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda
karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah tengah. Sel sel ini makin dekat
permukaan makin gepeng bentuknya.
Diantara sel stratum spinosum terdapat jembatan antarsel (intercellular bridge)
yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril / keratin. Perlekatan antar jembatan ini
membentuk penebalan kecil yang disebut nodulus bizzozero. Diantara sel - sel
stratum spinosum mengandung banyak glikogen
e. Stratum basale
Terdiri atas sel – sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertical pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar. Merupakan lapisan epidermis
yang paling bawah. Sel - sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reduktif.
Lapisan ini terdiri atas 2 jenis sel yaitu :
a) Sel – sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan
besar, di hubungkan dengan jembatan antarsel
b) Sel pembentuk melanin (melanosit) / clear cell berwarna muda, dengan
sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen
( melanosomes)
2. Lapisan dermis
Lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini
terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selulaer dan
folikel rambut. Di bagi menjadi 2 bagian :
a. Pars papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh
darah
b. Pars retikuler
Bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas
serabut – serabut penunjang misalnya : serabutkolagen, elastin, dan retikulin.
Dasar (matriks) lapisan ini terdriri atas cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblas.
Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, membentuk ikatan (bundel) yang
mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur
dengan bertambahnya umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin
mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan
mudah mengenbang serta lebih elastis.
3. Lapisan subkutis
Kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel – sel lemak di
dalamnya, sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir
sioplasma lemak yang bertambah.
Sel – sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainya oleh
trabekula yang fibrosa. Lapisan sel – sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi
sebagai cadangan makanan. Di lapisan – lapisan ini terrdapat ujung – ujung saraf tepi,
pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama,
bergantung lokasinya.
Vaskularisasi di kulit di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di atas dermis
(pleksus superficialis) dan terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus di dermis
bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang terletak di
subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh
darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran
getah bening.
ADNEKSA KULIT
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar- kelnjar kulit, rambut , dan kuku.
1. Kelenjarkulit,
Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, yang terdiri atas :
a. Kelenjar keringat
a) Kelenjar ekrin : kecil, di dermis, di pengaruhi oleh saraf kolinergik, factor
panas, dan stress emosional
b) Kelenjar apokrin : besar, sekret, dipengaruhi oleh saraf adrenergic
b. Glandula sebasea
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki.
Kelenjar sebasea disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan
sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel – sel kelenjar.
Kelenjar ini biasanya terletak di samping akar rambut dan muaranya terdapat
pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung trigliserida,
asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi
oleh hormon androgen
2. Kuku
Adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Kecepatan
tumbuh kuku kira-kira 1 mm per minggu Terdapat bagian – bagian dari kuku terdiri
atas:
a. Nail root : bagian yang terbenam dalam kulit
b. Nail plate : bagianterbukadiatasjaringanlunak
c. Nail groove : alur kuku
d. Eponikium : kulit tipis yang menutupi kuku bagian proksimal disebut
e. Hiponikium : kulit yang di tutupi bagian kuku bebas disebut
3. Rambut
Terdiri atas akar rambut dan batang rambut. Macam – macam tipe rambut :
a. Lanugo : rambut halus , tidak mengandung pigmen, terdapat pada bayi
b. Terminal : lebih kasar, banyak pigmen, mempunyai medula, terdapat pada
orang dewasa
Rambut tumbuh secara siklik, melalui fase – fase, yaitu :
a. Fase anagen : pertumbuhan 2-6 tahun
b. Fase telogen : istirahat
c. Fase katagen : involusi temporer
FISIOLOGI KULIT
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap:
a. Gangguan fisis/ mekanis misal tekanan, gesekan, tarikan
b. Gangguan kimiawi, misalnya :zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan.
Contoh: lisol, karbol, dll
c. Gangguan yang bersifat panas, mis.radiasi,sengatan sinar ultraviolet
d. Gangguan infeksi luar à kuman/bakteri maupun jamur
Hal tersebut dimungkinkan karena adanya:
a. Bantalan lemak tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang
yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
b. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena stratum korneum yang
impermeabel terhadap pelbagai zat kimia dan air, dismping itu terdapat lapisan
keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. (terbentuk
dari hasil eskresi keringat dan sebum)
c. Keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5-6.5 , sehingga
merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur
d. Proses keratinisasi sebagai sawar mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri
secara teratur
2. Fungsi Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2,CO2,dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi.
Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan,
metabolisme dan jenis vehikulum.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis
atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel
epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi/sisa metabolisme
dalam tubuh berupa NaCl,urea, as.urat,amonia.
4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis :
a. Terhadap rangsangan panas à badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis
b. Terhadap rangsangan dingin à badan-badan Krause di dermis
c. Terhadap rabaan halus à badan taktil Meissner di papilla dermis
d. Terhadap rabaan kasar à badan Merkel Ranvier di epidermis
e. Terhadap tekanan à badan Paccini di epidermis
5. Fungsi Pengatur Suhu Tubuh
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lappisan basal, dan sel ini berasal dari
rigi saraf. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit,
disebut pula sebagai clear cell.
Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim tirosinase,ion Cu dan O2.
Pajanan sinar matahari memperngaruhi produksi melanosom.
Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit, sedangkan ke lapisan
dibawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor)
Nb: warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh
tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.
7. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan
berpindah keatas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel
menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung
seumur hidup.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vit.D tidak cukup hanya dari hal tersebut,
sehingga pemberian vit.D sistemik masih tetap diperlukan.
Nb: pada manusia kulit dapat pula mengespresikan emosi karena adanya pembuluh
darah, kelenjar keringat, dan otot-otot dibawah kulit.
ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana penyebab dan mekanisme dari keluhan rambut rontok?
Jamur bisa masuk ke kulit kepala melalui luka atau goresan yang mungkin bisa
disebabkan karena garukan berulang. Setelah berhasil menembus penghalang tersebut,
jamur berkembang biak dan menyebar dalam lingkaran seperti riak air yang terbentuk
apabila kita melempar batu ke kolam. Jamur juga sangat menyukai area di sekitar folikel
rambut yang sedang tumbuh dan masuk ke dalam serat-serat rambut, menggantikan
intrapilar keratin dan meninggalkan kortex rambut secara utuh. Akhirnya kekuatan
dinding folikel rambut menjadi sangat hilang dan jadi sangat mudah rontok.
2. Bagaimana penyebab dan mekanisme dari bercak tebal keabuan bersisik sebesar uang
logam?
3. Bagaimana makna klinis “keluhan di kulit selain kepala disangkal”?
4. Apa diagnosis kerja pada kasus?
Tinea capitis tipe gray patch
5. Apa saja faktor resiko dari diagnosis pada kasus?
- Umur. Tinea kapitis sering pada anak-anak usia sekolah.
- Berada pada lingkungan yang padat penduduk, sebab infeksi akan lebih cepat
menyebar pada kontak fisik yang terlalu intens.
- Pemelihara hewan. Terkadang hewan yang terinfeksi tidak menunjukkan suatu tanda
klinis yang berarti, sehingga pemelihara hewan pun bisa terinfeksi melalui hewan
(zoonosis)
6. Bagaimana upaya preventif dari diagnosis pada kasus?
- Hindari penggunaan alat-alat pribadi bersama-sama.
- Jaga kebersihan diri.
- Hindari berdekatan dengan hewan peliharaan yang terlihat berpenyakit.
- Rutin mengonsultasikan kondisi hewan peliharaan ke dokter hewan.