28
RINGKASAN Kelapa adalah satu jenis tanaman dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan merupakan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tanaman ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tanaman serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Bagian tanaman kelapa yang paling banyak digunakan yaitu buah kelapa karena mempunyai nilai ekonomis yang paling tinggi. Hasil buah kelapa yang paling banyak diperdagangkan di pasar dunia adalah kopra, minyak kelapa, bungkil kopra, kelapa parut kering, tepung kelapa dan protein kelapa. Selain buah kelapa masih banyak bagian dari tanaman kelapa yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti batok kelapa, serabut kelapa, air kelapa, daun kelapa, dan lain-lain. Dalam hal pemanfaatan produk turunan kelapa yaitu serabut, Indonesia masih tertinggal dari negara produsen kelapa lainnya. Jika dibandingkan dengan Srilanka yang luas lahannya hanya 0,442 juta ha tetapi dalam hal ekspor serabut mampu menguasai 50,3% pasar dunia, sedangkan Indonesia hanya mampu menguasai 0,6% saja. Apabila pemanfaatan serabut kelapa bisa lebih dimaksimalkan, maka dapat menambah devisa negara dan dapat meningkatkan pendapatan petani kelapa pada khususnya. Serabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa. Bagian ini merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa atau sebesar 0,4 kg. Ketebalan serabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Endocarpium mengandung serat-serat halus yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat tali, karung, pulp, karpet, sikat, keset, isolator panas dan suara, filter, bahan pengisi jok kursi/mobil dan papan hardboard. Komposisi kimia serabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potasium. Pemanfaatan serabut kelapa menjadi barang industri masih sangat terbatas pada industri kecil peralatan rumah tangga seperti sapu, keset dan tali. Secara khusus pengolahan serabut kelapa menghasilkan 2 jenis produk utama yaitu cocofibre (40-45 %) dan cocodust (45–50 %)

Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tes2

Citation preview

Page 1: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

RINGKASAN

Kelapa adalah satu jenis tanaman dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan merupakan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tanaman ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tanaman serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini.

Bagian tanaman kelapa yang paling banyak digunakan yaitu buah kelapa karena mempunyai nilai ekonomis yang paling tinggi. Hasil buah kelapa yang paling banyak diperdagangkan di pasar dunia adalah kopra, minyak kelapa, bungkil kopra, kelapa parut kering, tepung kelapa dan protein kelapa. Selain buah kelapa masih banyak bagian dari tanaman kelapa yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti batok kelapa, serabut kelapa, air kelapa, daun kelapa, dan lain-lain. Dalam hal pemanfaatan produk turunan kelapa yaitu serabut, Indonesia masih tertinggal dari negara produsen kelapa lainnya. Jika dibandingkan dengan Srilanka yang luas lahannya hanya 0,442 juta ha tetapi dalam hal ekspor serabut mampu menguasai 50,3% pasar dunia, sedangkan Indonesia hanya mampu menguasai 0,6% saja. Apabila pemanfaatan serabut kelapa bisa lebih dimaksimalkan, maka dapat menambah devisa negara dan dapat meningkatkan pendapatan petani kelapa pada khususnya.

Serabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa. Bagian ini merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa atau sebesar 0,4 kg. Ketebalan serabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Endocarpium mengandung serat-serat halus yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat tali, karung, pulp, karpet, sikat, keset, isolator panas dan suara, filter, bahan pengisi jok kursi/mobil dan papan hardboard. Komposisi kimia serabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potasium. Pemanfaatan serabut kelapa menjadi barang industri masih sangat terbatas pada industri kecil peralatan rumah tangga seperti sapu, keset dan tali. Secara khusus pengolahan serabut kelapa menghasilkan 2 jenis produk utama yaitu cocofibre (40-45 %) dan cocodust (45–50 %) serta aul (5–15 %) sebagai hasil sampingan. Cocofibre dapat diproses menjadi serat berkaret, matras, geotextile, karpet, dan produk-produk kerajinan/ industri rumah tangga. Matras dan serat berkaret banyak digunakan dalam industri jok, kasur, dan pelapis panas.

Limbah serabut kelapa ini mempunyai dampak yang positif dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan sehingga industri pengolahan serabut kelapa lebih dapat ditingkatkan lagi.

Page 2: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa adalah satu jenis tanaman dari suku aren-arenan atau Arecaceae

dan merupakan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tanaman ini dimanfaatkan

hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tanaman serba

guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah

yang dihasilkan tumbuhan ini (Wikipedia, 2010).

Di Indonesia tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman industri yang

potensial dan mudah untuk dikembangbiakan, hampir diseluruh pesisir Indonesia

banyak ditemukan tanaman kelapa yang tumbuh. Selain itu tanaman kelapa juga

mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan pendapatan negara

karena hampir seluruh bagian dari tanaman kelapa dapat digunakan dan diolah

yang kemudian dapat dijual. Menurut data dari APCC (Asia Pacific Coconut

Community) mencatat bahwa Indonesia merupakan negara dengan luas lahan

perkebunan kelapa terbesar kedua sedunia dengan luas lahan 3,776 juta ha

(Coconut Statistic Yearbook, 2006). Dari data tersebut maka tanaman kelapa

sebenarnya sangat berpotensi menjadi komoditas ekspor yang dapat

mendatangkan devisa negara, namun pemanfaatannya tidak maksimal.

Bagian tanaman kelapa yang paling banyak digunakan yaitu buah kelapa

karena mempunyai nilai ekonomis yang paling tinggi. Hasil buah kelapa yang

paling banyak diperdagangkan di pasar dunia adalah kopra, minyak kelapa,

bungkil kopra, kelapa parut kering, tepung kelapa dan protein kelapa. Selain buah

kelapa masih banyak bagian dari tanaman kelapa yang mempunyai nilai ekonomi

tinggi seperti batok kelapa, serabut kelapa, air kelapa, daun kelapa, dan lain-lain.

Dari data yang dihimpun oleh Asia Pasific Coconut Community (APCC, 2001)

bahwa konsumsi kelapa segar dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia mencapai

8,15 milyar butir (52,6%), dengan konsumsi per kapita per tahun sebanyak 37

butir. Sisanya sebanyak 7,35 milyar butir (47,4%) diolah menjadi 1,43 juta ton

Page 3: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

kopra. Dari 1,43 juta ton kopra di atas 85-90% diolah menjadi crude coconut oil

(CCO) dan sisanya (10,15%) untuk olahan lanjutan. Dari angka-angka ini

menunjukkan bahwa kegunaan buah kelapa beragam dengan pengguna yang juga

tersebar. Hal ini menyebabkan bahan baku hasil samping kelapa tersebar,

sehingga memerlukan strategi, kelembagaan dan implikasi yang tepat untuk

membangun industri hilir tersebut.

Dalam hal pemanfaatan produk turunan kelapa yaitu serabut, Indonesia

masih tertinggal dari negara produsen kelapa lainnya. Jika dibandingkan dengan

Srilanka yang luas lahannya hanya 0,442 juta ha tetapi dalam hal ekspor serabut

mampu menguasai 50,3% pasar dunia, sedangkan Indonesia hanya mampu

menguasai 0,6% saja. Apabila pemanfaatan serabut kelapa bisa lebih

dimaksimalkan, maka dapat menambah devisa negara dan dapat meningkatkan

pendapatan petani kelapa pada khususnya (Anonim, 2007)

Pemanfaatan dari sabut kelapa dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Produk turunan dari sabut kelapa (Mahmud,2005)

Page 4: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

Salah satu pemanfaatan serabut kelapa yaitu menjadi jok mobil atau

dengan nama lain jok sebutret. Jok sebutret yaitu jok kursi dari serabut kelapa

berkaret yang dibuat dengan menggunakan bahan dasar serat sabut kelapa. Pada

pembuatan industri ini menggunakan bahan yaitu serat serabut kelapa yang sudah

diolah dan ditambahkan karet sehingga manjadi lebih kuat, dan juga

menggunakan alat dan mesin untuk pengolahannya yaitu :

1. Peralatan pemekat lateks kebun cara pendadihan

2. Perlengkapan pendispersi bahan kimia ( ball mill )

3. Perlengkapan pencampur

4. Mesin pemisah serat

5. Perlengkapan pengeritingan serat

6. Mesin pemintal

7. Rol penggulung

8. Pembuat dan penggilas tambang

9. Kukus penguap

10. Bak pemeraman tambang

11. Cetakan

12. Perlengkapan penyemprotan

13. Oven vulkanisasi

14. Alat pemotong

Selain itu serabut kelapa dapat dijadikan Cocopeat. Cocopeat diolah dari

serabut kelapa yang digunakan sebagai media tanam. Sebelum diolah, serabut

kelapa direndam selama 6 bulan untuk menghilangkan senyawa-senyawa kimia

yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat

pertumbuhan tanaman. Setelah dikeringkan, serabut kelapa dimasukkan ke dalam

mesin untuk memisahkan serat dan jaringan empulur. Residu dari pemisahan

itulah yang kemudian dicetak membentuk kotak. Media dicetak dengan tingkat

kerapatan rongga kapiler sehingga dapat menyimpan oksigen sampai 50%.

Kemampuan itu lebih tinggi bila dibandingkan dengan kemampuan menyimpan

oksigen pada tanah yang hanya 2-3%. Ketersediaan oksigen pada media tanam

dibutuhkan untuk pertumbuhan akar.

Page 5: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

Hasil penelitian Dr Geoff Creswell, dari Creswell Horticultural Service,

Australia, media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Dari 41 ml

air yang dialirkan melewati lapisan cocopeat, yang terbuang hanya 11 ml. Jumlah

itu jauh lebih tinggi daripada sphagnum moss yang hanya 41%. Secara umum,

derajat keasaman media cocopeat 5,8-6, pada kondisi itu tanaman optimal

menyerap unsur hara. Derajat keasaman ideal yang diperlukan tanaman 5,5-6,5.

Pada beberapa jenis tanaman, media terlalu lembap dapat menyebabkan

busuk akar. Oleh sebab itu, kita dapat mencampur cocopeat dengan bahan lain

yang daya ikat airnya tidak begitu tinggi seperti pasir atau arang sekam. Menurut

Kevin Handreck dalam bukunya Growing Media, kandungan klor pada cocopeat

cenderung tinggi. Bila klor bereaksi dengan air, ia akan membentuk asam klorida.

Akibatnya, kondisi media menjadi asam. Sedangkan tanaman umumnya

menghendaki kondisi netral. Sydney Environmental and Soil Laboratory,

Australia, mensyaratkan kadar klor pada cocopeat tidak boleh lebih dari 200 mg/l.

Oleh sebab itu, pencucian bahan baku cocopeat sangat penting. Sekadar berjaga-

jaga, setiap kali membeli cocopeat, rendamlah hingga tiga hari. Air rendaman

diganti setiap hari. Dikhawatirkan masih mengandung tanin atau zat-zat racun

lainnya. Membeli cocopeat hasil pabrikan lebih terjamin. Produsen biasanya

mencantumkan spesifikasi produk seperti porositas, kelembapan, water hold

capacity (WHC), derajat keasaman (pH), electric conductivity (EC), indeks kadar

racun, kandungan mineral, dan cara penggunaannya pada kemasan atau brosur

(Widodo, 2009).

Page 6: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

BAB IISTUDI PUSTAKA

Serabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa yang membungkus

tempurung kelapa. Bagian ini merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa,

yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa atau sebesar 0,4 kg. Ketebalan

serabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan

lapisan dalam (endocarpium). Endocarpium mengandung serat-serat halus yang

dapat digunakan sebagai bahan pembuat tali, karung, pulp, karpet, sikat, keset,

isolator panas dan suara, filter, bahan pengisi jok kursi/mobil dan papan

hardboard. Komposisi kimia serabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin,

pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potasium (Rindengan et al., 1995).

Pemanfaatan serabut kelapa menjadi barang industri masih sangat terbatas

pada industri kecil peralatan rumah tangga seperti sapu, keset dan tali. Secara

khusus pengolahan serabut kelapa menghasilkan 2 jenis produk utama yaitu

cocofibre (40-45 %) dan cocodust (45–50 %) serta aul (5–15 %) sebagai hasil

sampingan. Cocofibre dapat diproses menjadi serat berkaret, matras, geotextile,

karpet, dan produk-produk kerajinan/ industri rumah tangga. Matras dan serat

berkaret banyak digunakan dalam industri jok, kasur, dan pelapis panas. Selain itu

serat serabut kelapa yang dihasilkan dari pengolahan serabut kelapa dapat

digunakan untuk :

a. bahan peredam dan penahan panas pada industri pesawat terbang

b. bahan pengisi jok atau bantalan kursi pada industri mobil mewah di eropa

c. bahan geotekstil untuk perbaikan tanah pada bendungan, saluran air, dll

d. bahan cocosheet sebagai pengganti busa pada industri spring bed

e.  bahan untuk membuat tali, sapu, sikat, keset dan alat rumah tangga lain.

Page 7: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

Serat serabut kelapa memiliki keunggulan dibandingkan dengan produk

substitusinya, terutama serat sintetis, yaitu :

a. memiliki daya serap air yang sangat tinggi

b.  memiliki sifat material yang ramah lingkungan (natural recycle)

c. memiliki daya serap panas yang sangat tinggi

d.  proses pengolahannya tidak mencemari lingkungan

e. menggunakan mesin pengolah yang relatif sederhana

f. memiliki pangsa pasar yang sangat besar baik domestik maupun eksport

Hasil samping pengolahan serat serabut kelapa berupa butiran-butiran

gabus serabut kelapa, dikenal dengan nama cocopeat. Sifat fisika-kimianya yang

dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk, serta dapat menetralkan

keasaman tanah menjadikan hasil samping ini mempunyai nilai ekonomi.

Cocopeat digunakan sebagai media pertumbuhan tanaman hortikultur dan media

tanaman rumah kaca dan juga dapat digunakan sebagai substitusi gambut alam

untuk industri bunga dan pelapis lapangan golf (Nur et al., 2003).

Serat serabut kelapa bagi negara-negara tetangga penghasil kelapa sudah

merupakan komoditi ekspor yang memasok kebutuhan dunia yang berkisar 75,7

ribu ton pada tahun 1990. Indonesia walaupun merupakan negara penghasil kelapa

terbesar di dunia, pangsa pasar serat serabut kelapa masih sangat kecil.

Kecenderungan kebutuhan dunia terhadap serat kelapa yang meningkat dan

perkembangan jumlah serta keragaman industri di Indonesia yang berpotensi

dalam menggunakan serat serabut kelapa sebagai bahan baku/bahan pembantu,

merupakan potensi yang besar bagi pengembangan industri pengolahan serat

serabut kelapa.

Selain itu permintaan cocopeat diperkirakan akan meningkat tajam karena

di samping tekanan isu lingkungan yang berkait dengan penggunaan gambut alam

juga karena mutu produk yang ternyata lebih baik daripada gambut alam. Ekspor

serat sabut Indonesia pernah mencapai 866 ton, sedangkan 2 tahun terakhir hanya

mencapai 191 ton/tahun. Sedangkan cocopeat datanya belum tersedia, namun

sebagai gambaran, setiap memproduksi serat serabut sebanyak 1 ton bersamaan

Page 8: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

dengan itu dihasilkan 1,8 cocopeat. Harga cocopeat Rp. 400,-/kg (Mahmud,

2005).

India dan Sri Lanka adalah produsen terbesar produk-produk dari serabut

dengan volume ekspor tahun 2000 masing-masing 55.352 ton dan 127.296 ton

dan masing-masing terdiri atas 6 dan 7 macam produk yaitu benang (coir yarn),

tikar (coir mattings), keset (coir mats), karpet (rugs and carpets), coco sheet atau

ruberized coir, tambang (coir rope), pintalan (coir twine), twist fibre,  bristle dan

mattress fibre. Pada saat yang sama, Indonesia hanya mengekspor satu jenis

produk (berupa serat mentah) dengan volume 102 ton. Angka ini menurun tajam

dibandingkan ekspor tertinggi pada tahun 1996 yang mencapai 866 ton

(Ditjenbun, 2002).

Apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6

juta ton, maka berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton serabut kelapa yang dihasilkan.

Potensi produksi serabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan

sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya

(Info Pasar Agro, 2010).

Dari aspek teknologi, pengolahan serat serabut kelapa relatif sederhana

yang dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Adapun kendala dan masalah

dalam pengembangan usaha kecil/menengah industri pengolahan serat serabut

kelapa adalah keterbatasan modal, akses terhadap informasi pasar dan pasar yang

terbatas, serta kualitas serat yang masih belum memenuhi persyaratan.

Dalam rangka menunjang pengembangan industri serat serabut kelapa

yang potensial ini, diperlukan acuan yang dapat dimanfaatkan pihak perbankan,

investor serta pengusaha kecil dan menengah sehingga memudahkan semua pihak

dalam mengimplementasikan pengembangan usaha pengolahan serat serabut

kelapa ini.

Bisnis pengolahan serabut kelapa menjadi produk komersial sangat

potensial mengingat tidak kurang dari 1,1 juta ton serabut setiap tahun belum

dimanfaatkan, bahkan di beberapa daerah masih dianggap sebagai limbah. Serat

serabut kelapa sangat ulet dan tahan air sehingga banyak dimanfaatkan sebagai

bahan keset dan tambang. Serat serabut kelapa juga tahan patah dan cukup lentur

Page 9: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

jika terkena tekanan dan tekukan berulang, sehingga banyak digunakan untuk

pelapis bagian atas per pada kasur pegas dan jok mobil (Lembaga Riset

Perkebunan Indonesia, 2007)

Page 10: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

BAB IIIANALISIS DAMPAK

A. Dampak Lingkungan

Dampak pada lingkungan yang dapat terjadi apabila limbah dari serabut

kelapa ini tidak digunakan yaitu akan menjadi sampah yang sulit terurai oleh air

maupun mikroorganisme, sehingga apabila serabut kelapa ini hanya di buang saja

akan menjadi sarang penyakit. Selain itu, limbah ini dapat mengeluarkan bau yang

tidak sedap apabila didiamkan selama berhari-hari, dan juga dapat mengurangi

keindahan di lingkungan sekitar.

Namun apabila limbah ini dimanfaatkan, salah satunya yaitu menjadi jok

mobil maka akan mengurangi timbunan sampah dan juga akan memperindah

lingkungan sekitar. Pemanfaatan limbah ini juga akan mengurangi penyebaran

penyakit demam berdarah di lingkungan tersebut.

B. Dampak Sosial

Dampak sosial yang akan ditimbulkan dari limbah ini yaitu akan

mengganggu orang lain secara langsung maupun tidak langsung. Dampak

langsungnya yaitu seseorang akan mencium bau yang tidak sedap apabila

melewati daerah yang menjadi pembuangan dari limbah ini, selain itu dampak

tidak langsung yang akan ditimbulkan dari limbah ini yaitu akan menjadi sarang

nyamuk demam berdarah, yang mana nyamuk tersebut akan beterbangan menuju

pemukiman setempat.

Bila limbah dari serabut kelapa ini dimanfaatkan akan mengurangi dampak

sosial yang ditimbulkan, salah satunya yaitu masyarakat sekitar tidak akan

terganggu dengan adanya bau yang ditimbulkan dari limbah tersebut dan juga

dapat memperindah lingkungan sekitar.

Page 11: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

C. Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi dari limbah ini yaitu tidak akan menguntungkan

siapapun, namun akan merugikan lingkungan sekitar karena dapat menjadi sarang

penyakit. Di daerah yang menjadi sentra gula kelapa, limbah ini hanya dijadikan

sebagai bahan bakar untuk membuat gula tersebut, sehingga nilai jual dari limbah

ini tidak menguntungkan.

Apabila limbah serabut kelapa ini dimanfaatkan menjad jok mobil maka

akan menambah penghasilan bagi lingkungan sekitar karena dengan membuat jok

mobil dengan ukuran standar, dijual dengan harga sekitar Rp. 35.000.- . Dengan

memanfaatkan limbah ini akan menambah pemasukan negara dan juga dapat

mengurangi pengangguran di daerah tersebut.

Page 12: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

BAB IVPEMBAHASAN MASALAH

Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar sampai

ke daun kelapa bermanfaat, demikian juga dengan buahnya. Buah adalah bagian

utama dari tanaman kelapa yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah

kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu serabut kelapa, tempurung kelapa,

daging buah kelapa dan air kelapa. Daging buah adalah komponen utama yang

dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan air,

tempurung, dan serabut sebagai hasil samping dari buah kelapa juga dapat diolah

menjadi berbagai produk yang nilai ekonominya tidak kalah dengan daging buah,

namun pemanfaatannya masih sangat sedikit.

Selama ini rendahnya pendapatan petani kelapa disebabkan karena produk

yang dihasilkan hanya merupakan produk utama seperti kopra dan kelapa butir.

Sementara sebagian besar kopra digunakan untuk kebutuhan bahan baku

pengolahan minyak kelapa (CCO) dalam negeri yang perkembangannya tidak

pesat, dan kelapa butir untuk memenuhi permintaan konsumsi rumah tangga dan

industri lain yang peningkatannya juga tidak terlalu besar. Produksi minyak

kelapa sebagian besar di ekspor, tetapi peningkatan permintaan dunia tidak terlalu

tinggi, berdasarkan data yang diperoleh sepuluh tahun terakhir stok minyak

kelapa dunia mencapai 13,0% - 15,90% atau 386.100–508.100 ton/tahun. Hal ini

merupakan salah satu alasan betapa sulitnya industri kelapa untuk berkembang,

apabila hanya mengandalkan kopra dan minyak kelapa saja.

Philippina, Srilanka, dan India adalah negara-negara yang sudah mengolah

lebih hilir produk kelapa, baik produk utamanya (kopra, minyak kelapa, dan

kelapa parut kering) maupun hasil samping (sabut tempurung dan air). Indonesia

juga sudah mengolahnya, namun sebatas produk hasil samping yang masih berupa

produk seperti serat, arang dan nata de coco. Untuk mengembangkan usaha hasil

samping buah kelapa di Indonesia, diperlukan strategi, kelembagaan dan

implementasi berbagai faktor penunjangnya.

Page 13: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

Di dalam pengolahan serat serabut, pengembangan industri ini haruslah

ditunjang dengan kelayakan teknis terutama ketersediaan pasokan bahan baku

serabut kelapa. Setiap satu alat pengolah serabut sederhana ini haruslah ditunjang

oleh minimal 54,5 ha tanaman kelapa yang setara dengan 5.450 pohon kelapa.

Untuk mendapatkan areal kelapa seluas tersebut di atas dalam satu

hamparan sangat sulit, sehingga bahan baku harus dikumpulkan dari areal yang

terpencar-pencar dan memerlukan biaya dalam pengumpulannya. Keadaan ini

semakin sulit dengan beragamnya produk yang dihasilkan petani. Petani yang

menghasilkan kopra sebagai produk utamanya tidak akan menyisakan serabut dan

tempurung karena digunakan untuk pengasapan kelapa atau sebagai bahan bakar,

sehingga yang tersisa hanya air kelapa. Selain itu infrastruktur yang belum baik di

setiap lokasi juga merupakan faktor kesulitan dalam pengembangan usaha hasil

samping.

Bahan baku serabut kelapa diharapkan pada petani yang menjadikan

butiran kelapa sebagai produk utamanya, karena kelapa dijual dalam bentuk

kelapa tanpa serabut, di mana serabutnya tinggal di areal. Keterangan ini memberi

indikasi bahwa luas areal kelapa yang diperlukan untuk memenuhi bahan baku

satu unit alat pengolah sabut dari 5.450 pohon kelapa dapat tersebar pada luas

wilayah 300 ha.

Faktor lain yang sangat penting dalam pengembangan industri serabut

yaitu jaminan pemasaran produk sabut yang dihasilkan mengingat pada umumnya

tidak ada pasar lokal atau konsumen sabut kelapa yang dekat dengan lokasi

industri ini.

Hasil kajian mengenai industri pengolahan produk samping kelapa

menunjukkan bahwa industri serabut, arang, dan nata de coco yang telah

dilakukan oleh petani dengan penerapan teknologi sederhana, layak secara

finansial, dengan B/C ratio 1,11 – 3,58 dan IRR 23 – 76%. Hasil analisis

sensitivitas industri serabut menunjukkan kapasitas berjalan minimal 1.090

butir/hari, yang berarti untuk menjalankan satu unit pengolahan serabut

diperlukan bahan baku sebanyak 1.090 butir/hari. Oleh karena itu penempatan

industri pengolahan serabut perlu mempertimbangkan ketersediaan kebun kelapa

Page 14: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

yang mampu menyediakan bahan baku tersebut secara kontinu. Kontinuitas

ketersediaan bahan baku tersebut juga berpengaruh terhadap harga bahan baku.

Harga maksimal untuk dapat menjalankan industri serabut secara kontinu adalah

Rp 75,-/kg. Pada tingkat harga di atas harga tersebut, industri pengolahan sabut

tidak layak dilaksanakan. Dari sisi harga produk, tingkat harga minimal yang

masih layak untuk industri serabut adalah Rp 750,-/kg. Rendahnya akses pasar

yang menyebabkan biaya transportasi relatif tinggi sering menyebabkan tingkat

harga yang diterima petani jauh di bawah harga pasar, merupakan disinsentif bagi

pelaku industri ini (Mahmud, 2005).

Aspek teknis alat pengolah sangat menentukan kualitas hasil olahan. Yang

banyak terjadi, kualitas serat serabut yang dihasilkan oleh industri rakyat tidak

sesuai dengan standar kualitas yang diminta oleh konsumen, dan hal ini dijadikan

alasan oleh calon pembeli untuk menentukan harga dan bahkan menolak membeli

produk yang sudah dihasilkan petani. Oleh karena itu pembinaan dan pengawasan

terhadap produsen alat pengolah juga mutlak perlu mendapat perhatian dinas

perindustrian setempat.

Untuk pengolahan serabut kelapa ini pengembangannya diarahkan kepada

petani yang memproduksi kelapa butiran sebagai hasil utamanya, dengan luasan

wilayah tidak kurang dari 300 ha, dengan infrastruktur yang baik untuk

menunjang kelancaran transportasi bahan baku. Di dalam pengolahan serabut,

kegiatan ini harus dipadukan dengan pengolahan debu sabut menjadi kompos

yang teknologinya sederhana, sehingga diperoleh pendapatan tambahan. Sebagai

gambaran satu ton serat sabut yang dihasilkan, terdapat lebih kurang 1,8 ton debu

sabut. Harga debu sabut Rp. 400,-.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh Balai Penelitian

Teknologi Karet Bogor (2008) yaitu dengan asumsi umur investasi 15 tahun,

diperlukan biaya sebesar Rp. 93.100.000,-. Biaya produksi yang harus dikeluarkan

adalah Rp. 103.220.000,- untuk tahun 1-5, dan Rp. 67.842.000,- untuk tahun 6-15.

Dengan harga jual jok sebesar Rp. 35.000,- per buah, atau Rp. 51.500,- per kg,

atau 1.545.000 per m3 dengan ukuran 45 cm x 40 cm x 13 cm dan berat 680 g,

diperoleh angka NPV Rp. 92.377.373,- , BCR 1,168,dan IRR 32, 98%.

Page 15: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

Contoh lainnya menurut Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (2007),

untuk memproduksi sebutret bentuk jok, kapasitasnya mencapai 12 jok berukuran

56 cm x 56 cm x 13 cm per hari (8 jam kerja efektif) atau 3.600 jok/tahun (1

tahun=300 hari kerja). Biaya produksi diperkirakan sekitar Rp.

103.000.000/tahun. Dengan harga jual jok Rp. 53.000/buah, pemasukan mencapai

Rp. 190.000.000,-. Pemasukan tersebut dapat ditingkatkan dengan menambah jam

kerja atau kapasitas produksinya. Walaupun harga jok dari serabut kelapa masih

relatif mahal bila dibandingkan dengan jok busa sintetis, yang mana harga jok

serabut kelapa adalah Rp. 1.545.000/m3, sedangkan harga busa sintetis Rp.

1.100.000/m3. Akan tetapi harga jok serabut kelapa diperkirakan masih dapat

diturunkan dengan mengurangi biaya produksi, terutama dengan meningkatkan

kapasitas produksi dan mencari bahan baku produksi yang lebih murah.

Dengan demikian pemanfaatan limbah serabut kelapa menjadi jok mobil

dapat meningkatkan pendapatan negara dan juga mengurangi pengangguran yang

menjadi masalah pemerintah setiap tahunnya.

Page 16: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

BAB VPENUTUP

A. Simpulan

1. Limbah serabut kelapa dapat dijadikan berbagai macam produk yaitu bahan

peredam dan penahan panas pada industri pesawat terbang, bahan pengisi jok

atau bantalan kursi pada industri mobil mewah di Eropa, bahan geotekstil

untuk perbaikan tanah pada bendungan, saluran air, bahan cocosheet sebagai

pengganti busa pada industri spring bed, bahan untuk membuat tali, sapu, sikat,

keset dan alat rumah tangga lain.

2. Limbah serabut kelapa ini mempunyai dampak yang positif dari segi ekonomi,

sosial, dan lingkungan sehingga industri pengolahan serabut kelapa lebih dapat

ditingkatkan lagi.

B. Saran

Mencari pemanfaatan lain yang lebih bermanfaat dari limbah serabut

kelapa selain dijadikan jok mobil dan juga memperhatikan segi ekonomi, sosial,

dan lingkungan sekitar.

Page 17: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Sabut Kelapa. Tugas Akhir. Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November, Solo.

APCC. 2001. Coconut Statistical Yearbook 2000. Asia Pacific Coconut Community.

_____. 2007. Coconut Statistical Yearbook 2006. Asia Pacific Coconut Community.

Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor. 2008. Jok Sebutret, Produk Alternatif yang Prospektif. (Online) http://www.pustakadeptan.go.id/publikasi/ wr243028.pdf diakses tanggal 7 April 2010.

Ditjenbun. 2002. Statistik Perkebunan Indonesia 2000 – 2002/Kelapa. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Jakarta.

Info Pasar Agro. 2010. Serabut Kelapa (Cocofiber). (Online). http://www.infopasaragro.com/index.php?option=com_content&view=article&id=55&Itemid=60 diakses tanggal 7 April 2010.

Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. 2007. Mengenal Lebih Jauh Teknologi Pembuatan Barang Jadi Karet. (Online). http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr271053.pdf diakses tanggal 7 April 2010.

Mahmud, Z dan Ferry, Y. 2005. Prospek Pengolahan Hasil Samping Buah Kelapa. (Online). http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/ File/publikasi/perspektif/perspektif_Vol_4_No_2_3_Zainal.pdf diakses tanggal 6 April 2010.

Nur, I.I, Kardiyono, Umar, dan A. Aris. 2003. Pemanfaatan Limbah Debu Sabut Kelapa Dalam Usahatani Padi Pasang Surut. Kelembagaan Perkelapaan di Era Otanomi Daerah. Prosiding Konferensi Nasional Kelapa V. Tembilahan 22 – 24 Oktoner 2002. Pp.160– 165.

Rindengan, B., A. Lay., H. Novarianto., H. Kembuan dan Z. Mahmud. 1995. Karakterisasi Daging Buah Kelapa Hibrida Untuk Bahan Baku Industri

Page 18: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi

Makanan. Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama Proyek Pembinaan Kembagaan Penelitian Pertanian Nasional. Badan Litbang 49p.

Sutrisno, A. 2010. Pengolahan Sabut Kelapa. (Online). http://antonsutrisno. orgfree.com/sabut_kelapa.html diakses tanggal 7 April 2010.

Widodo, W.A. 2009. Lebih Lengkap Tentang Cocopeat. (Online). coco.peat.tripod.com diakses tanggal 31 Maret 2010.

Wikipedia. 2010. Kelapa. (Online). http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa diakses tanggal 7 April 2010.

Page 19: Limbah Kebun Sabut Kelapa Agi