Upload
correa-lim
View
251
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
limbah, udara
Citation preview
• Keharusan untuk mengurangi emisi atmosfir menjadi minimum atau paling tidak di bawah Nilai ambang batas yang ditentukan.
• Bagaimanapun juga, terdapat beberapa residu emisi yang tidak dapat dihilangkan dan ini harus secara aman didispersikan ke lingkungan.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi dispersi gas-gas ke atmosfir adalah :– Suhu– Kecepatan angin– Turbulensi
SUHU
• Suhu merupakan faktor kritis.
• Pada umumnya suhu atmosfir berkurang terhadap ketinggian dan perubahan nyata suhu terhadap ketinggian dikenal sebagai environmental lapse rate (ELR).
• Udara yang berasal dari permukaan bumi, jika naik, akan dingin karena ekspansi perubahan tekanan.
• Laju pendinginan dikenal sebagai dry adiabatic lapse rate (DALR) dan kira-kira 9,80C per kilometer, sampai terjadinya pengembunan.
• The environmental lapse rate (ELR) akan menentukan apa yang terjadi dengan kantung udara jika dilakukan pemaksaan untuk naik
• Gambar menunjukkan situasi di mana ELR mempunyai perubahan temperatur yang besar terhadap ketinggian dari pada DALR.
• ΔT/ΔZ = - 1,250C/100 m• Hal ini berarti sejumlah kecil volume udara
dipindahkan ke atas dan menjadi kurang berat daripada sekelilingnya dan akan berlanjut dengan gerakannya ke atas.
• Hal ini merupakan kondisi yang dikehendaki untuk dispersi atmosfir dan dikenal dengan Unstable Conditions
• Gambar 1.c. menunjukkan situasi di mana ELR dan DALR secara kasar sama, dikenal dengan Neutral Conditions (ΔT/ΔZ = - 1,000C/100 m).
• Dalam hal ini, tidak ada kecenderungan untuk perpindahan volume untuk memperoleh atau kehilangan gaya ke atas.
• Situasi ketiga ditunjukkan Gambar 1.b. di mana ELR pada kondisi suhu meningkat terhadap ketinggian, dikenal sebagai Inversion.
• Hal ini dikenal dengan Stable Conditions dan memberikan tahan yang kuat terhadap gerakan ke atas dari suatu perpindahan volume udara.
• ΔT/ΔZ = - 0,500C/100 m
• Stable Conditions merupakan problem utama dalam titik pandang dispersi gas.
• Pada lapisan lebih bawah atmosfir. ELR berubah terhadap waktu tiap hari. Gambar 2. menunjukkan jenis variasi harian stabilitas atmosfir.
• Dimulai sebelum terbit matahari, suhu minimum adalah pada permukaan bumi. Hal ini disebabkan oleh hilangnya panas radiasi gelombang panjang. Ini akan menyebabkan suatu inversi (meningkatnya suhu terhadap ketinggian) sampai mungkin 100 meter. Segera setelah matahari terbit, pemanasan pada lapisan atas terjadi, tetapi inversi masih tersisa pada lapisan yang lebih tinggi.
• Sekitar tengah hari, pemanasan telah meluas dari permukaan bumi, sehingga sekarang dalam kondisi tidak stabil (unstable conditions) yaitu berkurangnya suhu terhadap ketinggian melalui lapisan atmosfir lebih rendah.
• Mendekati matahari terbenam, terdapat radiasi dari permukaan bumi, dan inversi mulai meluas ke permukaan
Contoh soal :• Diberikan data berikut untuk suhu dan elevasi,
tentukan stabilitas atmosfirnya ?• Elevasi (m) Suhu (0C)
2,00 14,35
324 11,13
Penyelesaian :• Mulai dengan menentukan lapse rate
• ΔT/ΔZ = (T2 – T1)/(Z2 – Z1)
• = (11,13 – 14,35)/(324 – 2,00) = - 0,0100C/m = -1,000C/100 m
• Stabilitas : Netral
a. Looping
Terjadi bila penurunan suhu akibat ketinggian (lapse rate) besar sehingga terjadi kondisi labil yang kuat.
Atmosfir didominasi struktur olakan yang relatif besar disertai konveksi bebas.
Disebabkan oleh ukuran olakan yang lebih besar dari diameter kepulan maka akibatnya transportasi kontaminan akan bergerak ke atas dan ke bawah pada alur yang berliku-liku.
Transportasi yang tidak menentu tersebut dapat mengakibatkan kepulan yang relatif pekat dan belum mengalami pengenceran kontak dengan penerima pada jarak yang sangat pendek dari cerobong sehingga lokasi kontak konsentrasi kontaminan sesaatnya tinggi.
b. Conning
• Terjadi pada waktu siang atau malam pada semua musim.
• Karakteristik atmosfir berangin dan atau berawan pada kondisi stabil mendekati netral.
• Tidak adanya turbulensi menyebabkan atmosfir hanya mengalami olakan konveksi paksaan kecil yang ditimbulkan oleh gesekan.
• Tidak adanya penguatan vertikal dari kondisi labil maka penyebaran vertikal dan lateral dari kepulan hampir sama sehingga kepulan berbentuk kerucut simetri.
c. Fanning
• Dicirikan atmosfir yang sangat stabil (adanya inversi). Kondisi ideal terjadi pada daerah anti siklon terutama pada malam hari.
• Pada kondisi di mana turbulensi lemah atau tidak ada sama sekali, hanya ada sedikit gerakan pada kepulan.
• Udara yang stabil menekan setiap gerakan pengadukan vertikal sehingga difusi vertikal kecil.
• Tidak adanya transportasi vertikal mengakibatkan konsentrasi kontaminan pada permukaan tanah sangat kecil kecuali cerobongnya rendah atau kepulan tertiup angin yang mengarah ke topografi yang lebih tinggi di mana kepulan akan bertemu dengan permukaan tanah.
• Kepulan tipe fanning pada umumnya berpotensi menjadi bentuk kepulan yang lebih berbahaya atau tipe fumigasi.
d. Lofting
• Tipe lofting merupakan kondisi dispersi kontaminan yang paling baik.
• Tipe ini dijumpai umumnya pada petang hari di mana terjadi inversi radiasi.
• Lapisan stabil di bawah kepulan menghalangi transportasi ke bawah, sedangkan lapisan yang agak labil di atas mengakibatkan kepulan terdispersi ke atas.
• Kondisi ini seringkali hanya transisi karena bila tinggi inversi melebihi tinggi efektif cerobong maka kepulan akan berubah menjadi fanning.
e. Fumigasi
• Adalah kondisi kebalikan dari lofting.
• Pada fumigasi inversi di atas kepulan menghalangi dispersi ke atas.
• Profil penurunan suhu di bawah inversi mengakibatkan terjadinya pencampuran vertikal sehingga kepulan akan turun ke permukaan tanah.
KECEPATAN ANGIN• Tidak hanya perubahan arah angin akan tetapi
juga kecepatan angin meningkat terhadap ketinggian di atas permukaan bumi ketinggian maksimum di mana kecepatannya sama dengan udara bebas (free air) atau kecepatan angin geostrophik.
• Laju perubahan kecepatan angin terhadap ketinggian disebabkan oleh topografi.
• Bangunan-bangunan di area pedesaan, misalnya memperlambat udara sampai ke tanah, hal ini berarti bahwa kecepatan maksimum terjadi pada ketinggian yang lebih tinggi dari pada ketinggian permukaan daerah kita.
TURBULENSI• Turbulansi mekanik disebabkan oleh kekasaran dari
permukaan bumi.
• Jauh dari permukaan, turbulensi konvektif (pemanasan udara yang naik dan pendinginan udara yang turun) menjadi sangat penting.
• Banyaknya turbulensi dan ketinggian yang beroperasi tergantung pada kekasaran permukaan, kecepatan angin dan stabilitas atmosfir.
• Masalah utama bagi perancang adalah untuk menentukan tinggi cerobong yang cocok.
• Pada Gambar 3 menunjukkan ketinggian cerobong efektif merupakan kombinasi dari tinggi cerobong nyata dan tinggi kepulan (plume rise).
• Tinggi kepulan merupakan fungsi kecepatan pembuangan, suhu emisi, dan stabilitas atmosfir.
• Emisi dari cerobong harus mematuhi peraturan lingkungan : konsentrasi dan laju alir polutan.
• Bagaimanapun juga, cerobong harus cukup tinggi sehingga polutan yang mencapai tanah harus lebih rendah dibandingkan dengan tingkat konsentrasi permukaan tanah yang tertentu dengan otoritas peraturan.
• Tingkat konsentrasi polutan di permukaan tanah tergantung pada banyak faktor, yang paling penting adalah :Tinggi cerobong emisiKecepatan dan suhu emisi cerobongStabilitas atmosfirKeadaan alam topografi sekitarnya
Iklim : biasanya minimal 10 tahun (idealnya berjangka
waktu 30 tahun), Harian : diukur 3 kali (06.00, 12.00, dan 18.00) Parameter-parameter yang ada (Data BMG) :
kelembaban, tekanan udara, suhu udara (tertinggi dan terendah), jumlah hari hujan, curah hujan, evaporasi, radiasi surya, arah angin, kecepatan angin
Tabel Kriteria Iklim
No Klasifikasi Iklim
Kriteria
1 Thornthwaite Evapotranspirasi potensial dan moisture budget
2 Koppen Suhu dan curah hujan rerata bulanan atau tahunan dikaitkan dengan pertumbuhan vegetasi.
3 Schmidt-Ferguson
Curah hujan bulanan.
4 Oldeman Curah hujan dan kebutuhan air tanaman.
Tabel Frekuensi sebaran angin suatu daerah pada waktu tertentu.
No Arah anginKecepatan (m/detik)
0 0 - 5 5 - 10 10 - 15 > 15
1 Utara
.... (...%)
.... (...%) .... (...%) .... (...%) .... (...%)
2 Timur Laut .... (...%) .... (...%) .... (...%) .... (...%)
3 Timur .... (...%) .... (...%) .... (...%) .... (...%)
4 Tenggara .... (...%) .... (...%) .... (...%) .... (...%)
5 Selatan .... (...%) .... (...%) .... (...%) .... (...%)
6 Barat Daya .... (...%) .... (...%) .... (...%) .... (...%)
7 Barat .... (...%) .... (...%) .... (...%) .... (...%)
8 Barat Laut .... (...%) .... (...%) .... (...%) .... (...%)
30%
20%
10%30%
20%10%
0-5 m/det
5-10 m/det
10 m/dett
Malam, Oktober 2003 Siang, Oktober 2003
Gambar Pola angin di daerah studi.
Faktor EmisiTabel 1 : Faktor Emisi Polutan pada pembakaran batubara, lb/ton coal
No Polutan Power Plant IndustryRumah
Tangga/Kantor
1. Aldehid, HCHO 0,005 0,005 0,005
2. Karbon Monoksida, CO 0,5 3 50
3. Hidrokarbon, CH4 0,2 1 10
4. Oksida Nitrogen, NO2 20 20 8
5. Sulfur Dioksida 38S 38S 38S
6. Partikulat 16A 16A 16A
Sumber : Perkins, 1974S = sulfur dalam batubara ; A = % abu dalam batubaraJika kadar abu dalam batubara 10%, kadar sulfurnya 0,8%, maka emisi masing-masing :Partikulat = 16A = 16 x 10 lb/ton batubaraSO2 = 38S = 38 x 0,8 lb/ton batubara
Tabel 2 : Faktor Emisi Polutan pada pembakaran Gas Alam, lb/106 BTU NG
No Polutan Power Plant IndustryRumah
Tangga/Kantor
1. Aldehid, HCHO 1 2 N
2. Karbon Monoksida, CO N 0,4 0,4
3. Hidrokarbon, CH4 N N N
4. Oksida Nitrogen, NO2 390 214 116
5. Sulfur Dioksida 0,4 0,4 0,4
6. Partikulat 15 18 19
Sumber : Perkins, 1974
Tabel 3 : Faktor Emisi Polutan pada pembakaran Fuel Oil, lb/1000 gallon FO
No Polutan Power Plant IndustryRumah
Tangga/Kantor
1. Aldehid, HCHO 0,6 2 2
2. Karbon Monoksida, CO 0,04 2 2
3. Hidrokarbon 3,2 2 3
4. Oksida Nitrogen, NO2 104 72 72
5. Sulfur Dioksida, SO2 157S 157S 157S
6. Sulfur Trioksida, SO3 2,4S 2S 2S
7. Partikulat 10 23 8
Sumber : Perkins, 1974
Satuan Pengukuran
Tiga satuan utama untuk polutan udara :
1. Mikrogram/m3 (µg/m3)
2. Bagian per juta (ppm)
3. Mikron/mikrometer (µm)
• Konsentrasi : µg/m3 dan ppm
• Ukuran partikel : µm
Konversi Satuan
1 SO2 1 ppm = 2620 g/Nm3
2 NO2 1 ppm = 1880 g/Nm3
3 Total Oksidan (O3) 1 ppm = 1962 g/Nm3
4 CO 1 ppm = 1145 g/Nm3
Metode Pengukuran / Analisis Udara
No Parameter Satuan Metoda Peralatan
1 SO2 g/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer
2 NO2 g/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
3 Total Oksidan (O3) g/Nm3 Fenolftalin Spektrofotometer
4 CO g/Nm3 NDIR NDIR Analyzer
5. NH3 g/Nm3 Indophenol Spektrofotometer
6. Debu g/Nm3 Gravimetri Hi-Volt Sampler
Metode Pengumpulan dan Analisis Sampel Kualitas Udara
No. Parameter Baku MutuPeralatan yang
digunakanWaktu
pengukuranMetoda analisis
sampelSumber
1. SO2 365 µgr/Nm3 Gas Sampler 24 jam Pararosanilin
Keputusan Gubernur Kalimantan Timur.
2. NO2 150 µgr/Nm3 Gas Sampler 24 jam Saltzman
3.CO
15.000 µgr/m3 NDIR Analyser Sesaat NDIR
4. Partikel Debu
230 µgr/m3 High volume sampler
24 jam Gravimetric
Model Pendugaan Emisi Dan Penyebaran Polutan Di Atmosfir
• Box Model
• Rollback Model
• Gaussian Model
Box Model
Emission rateHeight, h
Length of box, w
Wind speed, U
Static layer of air
Gambar Udara yang Terencerkan dari Box Model yang Sederhana
Asumsi : Model paling sederhana, keadaan selalu tetap : emisi,
kecepatan angin dan karakteristik udara Pelepasan polutan tercampur sempurna Polutan udara secara kimia stabil Laju emisi polutannya konstan, P (massa/waktu) Memasuki suatu volume udara ambien yang bergerak
pada satu arah yang tetap, U Udara yang bergerak dibatasi dari atas oleh lapisan udara
yang stabil pada ketinggian, h Udara yang bergerak juga dibatasi oleh arah tegak lurus
terhadap kecepatan angin Model ini menggambarkan suatu lembah di manan udara
melewati suatu daerah (zona) dengan lebar, w, yang terbentuk dari dua baris bukit.
• Konsentrasi Polutan yang dilepaskan ke udara ambien :
C = P/(U h w)– C = konsentrasi polutan j, ppm– U = kecepatan angin, dianggap konstan, m/jam– P = laju emisi polutan j, µg/detik– h = tinggi kolom udara, m– w = lebar kolom udara, m
• Jika kecepatan angin sangat rendah (mendekati nol)
C= [P . t / (x w h)]– x = panjang kolom udara, m– t = waktu emisi, detik
Rollback Model
b : background level Mass of emissions per unit time, P
kP + b
Hubungan Linier Antara Emisi dan Konsentrasi pada Rollback Model
Pendekatan sederhana untuk menduga emisi yang mempengaruhi kualitas udara ambien
Asumsi :Jumlah total polutan yang dilepas di suatu daerah pada
suatu waktu tertentu (p) mempunyai hubungan linier dengan konsentrasi pada titik tertentu
c = kp + bc : konsentrasi polutan, µg/m3
b : background concentration (emisi = 0), µg/m3
k = konstanta empirik
Nilai k :k = (c – b)/p
C : konsentrasi partikulat dekat stasiun pengukuran, µg/m3
Gaussian Model• Model penyebaran yang paling banyak digunakan• Dapat menentukan konsentrasi di beberapa titik
ruang• Asumsi :
– Laju emisi polutan konstant– Kecepatan dan arah angin rerata konstant– Sifat kimia senyawa stabil dan tidak berubah di udara– Daerah sekitar sumber pencemar adalah datar dan
terbuka• Diturunkan dari Hukum Kekekalan Massa dalam
bentuk persamaan differensial + adveksi dan difusi
• Konsentrasi polutan searah angin (downwind)• Sistem koordinat 3 dimensi
Keterangan : Q = Laju emisi konstant (μgr/detik) U = Kecepatan angin konstant (m/detik) h = Ketinggian emisi efektif dari cerobong (m) σy = koeffisien dispersi horizontal (m) σz = koeffisien dispersi vertikal (m)
Tinggi Kepulan (Plumerise) ΔHMenurut Rumus Holland
• Vs : stack velocity, m/s• d : stack diameter, m• u : wind speed, m/s• P : pressure, kPa• Ts : stack temperature, K• Ta : air temperature, K
d
Ts
Ta - Ts (P) 10x 2,68 1,5
U
D vs H 2-
Tabel Stabilitas atmosferik, Turner
Kec. angin padaketinggian 10 m,
m/det
Siang Malam
Strong Moderate Slight> 1/2 cloud
clear to 1/2 cloud
< 2 A A-B B - -
2-3 A-B B C E F
3-5 B B-C C D E
5-6 C C-D D D D
>6 C D D D D
Sumber : Perkins, 1974
Tabel Penggolongan Stabilitas atmosferik (Forsdyke, 1970)
Kec. angin padaketinggian 10 m,
m/det
Intensitas Radiasi Sinar Surya Siang Hari
Penutupan Awan Rendah Malam Hari
Strong Moderate Slight > 4/8 < 3/8
< 2 A A-B B - -
2-3 A-B B C E F
3-5 B B-C C D E
5-6 C C-D D D D
>6 C D D D D
A = sangat tidak stabil D = netralB = tidak stabil E = agak stabilC = agak tidak stabil F = stabil
Contoh soal :• Telah diperkirakan bahwa emisi SO2 dari PLTU
batubara adalah 1.656 gr/detik. Pada jarak 3 km downwind pada garis pusat kepulan pada siang hari dengan kecepatan angin 4,50 m/detik, berapa konsentrasi SO2 ? (Centerline implies y = 0)– Stack parameters :
• Tinggi : 120,0 m• Diameter : 1,20 m• Kecepatan ke luar : 10,0 m/detik• Suhu : 3150C
– Kondisi atmosfir• Tekanan : 95,0 kPa• Suhu : 25,00C
Penyelesaian :• Menentukan tinggi efektif cerobong
• ΔH = 8,0 m• h = 120,0 + 8,0 = 128,0 m• Stabilitas atmosfir : D →• σy = 190 m dan σz = 65 m
• = 1,36.10-3 g/m3 = 1,4.10-3 g/m3 SO2
1,20
588
298 - 588 (95,0) 10x (2,68 1,5
4,50
0)(10,0)(1,2 ΔH 2-
22
65
128
2
1 - exp
τy
0
2
1 - exp
4,50)(190)(65)( π
1.656,2 C
PENGENDALIAN PENCEMAR UDARA
Pengendalian dapat dilakukan : • 1. Sumber pencemar • 2. Proses yang digunakan • 3. Perawatan peralatan utama
Pemilihan alat pengendali, Faktor lingkungan meliputi : (1) lokasi peralatan, (2) ruang yang tersedia, (3) kondisi ambien, (4) ketersediaan utilitas yang cukup (5) maksimum emisi yang diperbolehkan, (6) pertimbangan estetika, (7) kontribusi sistem polusi udara terhadap
air limbah dan air tanah, dan (8) kontribusi sistem pengendalian polusi
terhadap kebisingan.
Faktor teknik meliputi : 1. karakteristik kontaminan (sifat fisika dan
kimia, konsentrasi, bentuk partikulat, dan distribusi ukuran),
2. karakteristik aliran gas (laju alir, temperatur, tekanan, humidity, komposisi, viskositas, densitas, reaktivitas, korosivitas, dll),
3. karakteristik perancangan dan kinerja terhadap sistem (ukuran dan berat, efisiensi, mass transfer, dll).
4. Termasuk dalam faktor ekonomi yaitu : capital cost, operational cost, dan umur teknis peralatan
PENGOLAHAN LIMBAH PARTIKULAT DAN GAS
a. Partikulat• Dapat berbentuk zat padat/cairan ukurannya
lebih besar dari 1 molekul tetapi kurang dari 1000 m.
• Partikulat yang terdispersi di udara disebut aerosol.
• Debu adalah hasil pemecahan zat padat berukuran 1-200 m.
• Asap adalah padatan atau butiran cairan hasil pembakaran zat organik dan berukuran antara 0,01 sampai 1 m.
• Dari sumbernya : Pertama, sumber bergerak Kedua, sumber tidak bergerak
b. Polutan Gas1. Pengolahan Secara Kering. Menggunakan penjerap (adsorbent) atau resin. Tidak ada adsorbent yang universal yang mampu
menjerap semua polutan Saat ini sudah dikembangkan jenis resin sintetisSyarat-syarat adsorbent/resin penukar ion :• Selektivitas terhadap polutan tertentu tinggi• Mudah diregenerasi• Mudah diperoleh• Mempunyai luas permukaan per satuan volume yang
besar• Harganya terjangkau
2. Pengolahan Secara Basah• Dilakukan dengan penyerapan (absorpsi) polutan yang
ada ke dalam larutan. • Penyerapan oleh larutan ini dilakukan sesuai sifat gas
yang mempunyai kelarutan yang tinggi terhadap pelarut tertentu.