7
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Fasies Fluvial Paper pertama membahas mengenai stratigrafi dan sedimentasi formasi Menggala    Bangko dan potensi jebakan stratigrafi hidrokarbon, sub cekungan North Aman, cekungan Sumatera Tengah. Berdasarkan data seismik, log, dan core ini dapat dibahas beberapa poin mengenai lingkungan  pengendapan terutama pada fasiesnya. Cekungan Sumatera tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier  penghasil hidrokarbon ter besar di I ndonesia. Ditinjau dari posisi t ektoniknya, Cekungan Sumatera tengah merupakan  Back-arc basin. Cekungan Sumatera Tengah ini relatif memanjang Barat laut-Tenggara, dimana pembentukannya dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-Australia dibawah lempeng Asia. Batas cekungan sebelah Barat daya adalah Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan preTersier, sedangkan ke arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu Pegunungan Tigapuluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatera tengah dengan Cekungan Sumatera Selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut yaitu Busur Asahan, yang memisahkan Cekungan Sumatera Tengah dari Cekungan Sumatera Utara. Pada daerah cekungan Sumatera Tengah mengalami p roses-  proses sedimentasi dan deposisi yang mengarah pada lingkun gan  pengendapan fluvial. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa meto de yang digunakan oleh penulis saat melakukan pengamatan dan analisis, diantaranya yang telah disebutkan tadi yaitu seismik, log dan core. Berdasarkan pada geologi regionalnya daerah cekungan Sumatera Tengah ini terdapat dua fase rifting, yaitu fase  syn-rift  dan  post-rift . Dimulai dari fase  syn-rift dimana diendapkan Kelompok Pematang, yang kemudian dilanjutkan dengan fase post-rift dimana terendapkan Kelompok Sihapas serta diakhiri dengan fase inversi dimana terendapkan Kelompok Petani dan Formasi Minas (Heidrick dan Aulia, 1993). Kelompok Pematang merupakan

lingpeng pemb..pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: lingpeng pemb..pdf

7/27/2019 lingpeng pemb..pdf

http://slidepdf.com/reader/full/lingpeng-pembpdf 1/7

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Fasies Fluvial

Paper pertama membahas mengenai stratigrafi dan sedimentasi

formasi Menggala  –  Bangko dan potensi jebakan stratigrafi hidrokarbon, sub

cekungan North Aman, cekungan Sumatera Tengah. Berdasarkan data

seismik, log, dan core ini dapat dibahas beberapa poin mengenai lingkungan

 pengendapan terutama pada fasiesnya.Cekungan Sumatera tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier

 penghasil hidrokarbon terbesar di Indonesia. Ditinjau dari posisi tektoniknya,

Cekungan Sumatera tengah merupakan  Back-arc basin. Cekungan Sumatera

Tengah ini relatif memanjang Barat laut-Tenggara, dimana pembentukannya

dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-Australia dibawah

lempeng Asia. Batas cekungan sebelah Barat daya adalah Pegunungan

Barisan yang tersusun oleh batuan preTersier, sedangkan ke arah Timur laut

dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu Pegunungan

Tigapuluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatera tengah dengan

Cekungan Sumatera Selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut yaitu

Busur Asahan, yang memisahkan Cekungan Sumatera Tengah dari Cekungan

Sumatera Utara. Pada daerah cekungan Sumatera Tengah mengalami proses-

 proses sedimentasi dan deposisi yang mengarah pada lingkungan

 pengendapan fluvial. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa metode yang

digunakan oleh penulis saat melakukan pengamatan dan analisis, diantaranya

yang telah disebutkan tadi yaitu seismik, log dan core.

Berdasarkan pada geologi regionalnya daerah cekungan Sumatera

Tengah ini terdapat dua fase rifting, yaitu fase  syn-rift  dan post-rift . Dimulai

dari fase  syn-rift dimana diendapkan Kelompok Pematang, yang kemudian

dilanjutkan dengan fase post-rift dimana terendapkan Kelompok Sihapas serta

diakhiri dengan fase inversi dimana terendapkan Kelompok Petani dan

Formasi Minas (Heidrick dan Aulia, 1993). Kelompok Pematang merupakan

Page 2: lingpeng pemb..pdf

7/27/2019 lingpeng pemb..pdf

http://slidepdf.com/reader/full/lingpeng-pembpdf 2/7

unit batuan sedimen Tersier tertua yang menjadi penyusun Cekungan

Sumatera Tengah. Kelompok ini diendapkan secara tidakselaras langsung

diatas batuan dasar (basement ). Kelompok ini terdiri dari Formasi Lower Red

Bed, Brown Shale dan Upper Red Bed. . Kelompok Sihapas merupakan unit

kelompok batuan yang diendapkan secara tidakselaras diatas kelompok

Pematang. Pada pengendapan kelompok ini telah berkembang lingkungan

fluvial hingga laut dan secara umum ditunjukkan dengan pengendapan batuan

yang relatif menghalus ke bagian atas ( fining upward ). Kelompok Sihapas

terdiri dari berbagai formasi batuan, yakni Formasi Menggala, Formasi

Bangko, Formasi Bekasap, Formasi Duri dan Formasi Telisa. Formasi

Menggala merupakan formasi tertua dalam kelompok sihapas yang terdiri

dari berbagai variasi batuan. Formasi ini berumur Miosen awal serta

diendapakan pada lingkungan fluvial hingga estuarin. Pada bagian awal

formasi ini terdiri dari batuan konglomerat yang relatif menghalus keatas

( fining upward ) dan batupasir kasar (coarse sandstone) hingga batupasir

halus ( fine sandstone). Sedangkan Formasi Bangko menjadi batuan penutup

 bagian atas dari Formasi Menggala. Formasi Bangko diendapan pada Miosen

awal dengan lingkungan pengendapan berada pada daerah yang dipengaruhi

marine serta lingkungan pasangsurut (intertidal ). Formasi ini terdiri dari

 batulempung kapuran (calcareous shale).

Lingkungan pengendapan Fluvial dicirikan dengan penampang

stratigrafi yang relatif menghalus ke atas. Contoh yang baik untuk

menjelaskan sistem fining upward  pada daerah fluvial adalah point bar. Point

 bar memiliki bentuk yang unik karena air sungai mengalir melewati channel

yang membelok (curving channel ) seperti pada kelokan sungai. Ketika air

memasuki kelokan sungai, alirannya memutar spiral. Aliran yang terkuat

terdapat pada sisi luar kelokan, aliran tersebut mengerosi tepi sungai terluar.

Air yang terus mengalir menjauh dari kelokan menyebabkan penambahan

slope pada daerah tepi sungai bagian dalam. Hal tersebut juga menyebabkan

 pengurangan energi aliran air dan mulai mengendapkan sedimen-sedimen

yang tererosi dari tepi luar tadi. Material yang terendapkan lebih dulu ialah

Page 3: lingpeng pemb..pdf

7/27/2019 lingpeng pemb..pdf

http://slidepdf.com/reader/full/lingpeng-pembpdf 3/7

material berukuran kasar (channel lag ) dan material yang lebih halus

mengendap di bagian atas ketika aliran air membawa sedimen halus ini

menuju bagian atas point bar. Pada lingkungan fluvial di daerah ini terdapat

 beberapa subfasies yaitu braided fluvial , meandering fluvial   dan creavasse

 splay.

Berdasarkan data dan pembahasan di atas maupun paper yang

dianalisis dapat diambil beberapa poin penting yaitu di daerah cekungan

Sumatera Tengah ini memiliki litologi batuan sedimen seperti konglomerat

yang berstruktur  fining upward , batupasir hingga batulempung yang pada

masing-masing formasi yang mengandungnya terdapat struktur sedimen

seperti laminasi, scour , lenticular  dan flaser . Subfasies yang dijelaskan pada

 paper mulai dari lingkungan fluvial seperti creavasse splay, meandering

channel , hingga barrier island dan lagoon  yang dianalisis menggunakan

metode elektrofasies. Semua hal tersebut berasosiasi dengan lingkungan

 pengendapan fluvial.

3.2 Fasies Danau

Berdasarkan paper yang menganalisis stratigrafi Danau Tondano,

Sulawesi Utara ini dapat dibahas beberapa poin mengenai lingkungan

 pengendapan terutama pada fasiesnya. Mulyana dan Santoso (2006) dalam

studi mereka terhadap sedimentologi dan stratigrafi fasies endapan danau

 purba di bagian utara Danau Tondano menyimpulkan, bahwa proses eksternal

erupsi gunung api, sirkulasi iklim, dan tektonik sebagai faktor kendali

terbentuknya fasies Kuarter Danau Tondano purba.

Litologi sedimen Kuarter bawah permukaan di daerah penelitian

tersusun oleh lempung bergambut, lempung organik/humus, lempung tufan,

 pasir, lanau, dan lempung. Secara umum, ciri litologi yang demikian dapat

dibedakan menjadi fasies erupsi gunung api sebagai tuf Tondano dan erupsi

gunung api muda, fasies sedimen dan tanah penutup. Selanjutnya, fasies

sedimen dapat dibedakan menjadi endapan danau, pasir danau (fasies paparan

danau), pasang-surut (perulangan fasies danau dan rawa), dan rawa. Pada

Page 4: lingpeng pemb..pdf

7/27/2019 lingpeng pemb..pdf

http://slidepdf.com/reader/full/lingpeng-pembpdf 4/7

 pembahasan ini lebih ditekankan pada fasies danau maupun perulangannya

dengan fasies rawa (pasang-surut).

Menurut informasi yang dijelaskan pada paper, fasies danau pada

daerah ini terdiri atas pasir yang semakin ke bawah berukuran lempung

 pasiran dan padat, berwarna abu-abu, abu-abu kehijauan hingga hijau juga

mengandung humus dan sisa-sisa tumbuhan, bersisipan tipis pasir dan

lempung setebal 5 - 10 cm. Semakin ke bawah fasies ini didominasi oleh

lempung pasiran dengan sisipan pasir yang semakin menebal antara 10 - 15

cm, berwarna hijau keabu-abuan dengan kandungan sisa tumbuhan yang

 berlimpah. Selain fasies danau terdapat juga fasies endapan pasir danau, yaitu

fasies yang diendapkan di bagian pinggir atau paparan danau, yang sangat

dipengaruhi oleh naik-turunnya permukaan air danau. Fasies ini terdiri atas

 pasir halus hingga kasar, berwarna abu-abu hingga abu-abu gelap,

 pemilahannya sedang - baik, menyudut tanggung - membulat tanggung,

ketebalan antara 20 cm hingga mencapai 4,5 m. Bagian interval bawahnya

 berlapis tipis dan berselang-seling dengan fasies lainnya, sedangkan lapisan

tengah relatif lebih tebal yang menipis ke arah atasnya. Selanjutnya fasies

 perselingan danau-rawa dicirikan oleh perselingan antarbutiran halus, yaitu

lapisan lempung, lempung lanauan, lempung berhumus, dan pasir halus.

Ketebalan lapisannya antara 20 cm hingga 70 cm, banyak mengandung sisa

tumbuhan dan pecahan cangkang moluska. Diinterpretasikan sebagai fasies

endapan danau. Sementara itu, fasies danau ini berselingan dengan lempung

 berhumus berwarna coklat tua dengan ketebalan antara 20 - 30 cm yang

diinterpretasikan sebagai fasies rawa. Perselingan kedua fasies tersebut

ditafsirkan sebagai endapan pasang-surut, yaitu perulangan antara fasies

danau dan rawa.

Danau adalah suatu lingkungan tempat berkumpulnya air yang tidak

 berhubungan dengan laut. Lingkungan ini bervariasi dalam kedalaman, lebar

dan salinitas yang berkisar dari air tawar hingga hipersaline. Danau juga

mengendapkan klastika dan endapan karbonat termasuk oolit dan terumbu

dari alga. Endapan danau ini dibedakan dari endapan laut dari kandungan

Page 5: lingpeng pemb..pdf

7/27/2019 lingpeng pemb..pdf

http://slidepdf.com/reader/full/lingpeng-pembpdf 5/7

fosil dan aspek geokimianya. Danau dapat terbentuk melalui beberapa

mekanisme, yaitu berupa pergerakan tektonik sebagai pensesaran dan

 pemekaran atau hasil dari aktivitas vulkanik sebagai penyumbatan lava atau

danau kawah hasil letusan gunung api.

Berdasarkan data dan informasi yang terdapat pada paper dapat

diambil beberapa poin penting, yaitu endapan danau biasanya dicirikan oleh

 perselingan antara lempung ataupun lanau dengan sisa-sisa tumbuhan, fasies

danau juga dapat terpengaruh oleh aktivitas gunung api maupun aktivitas

tektonik (pensesaran) seperti yang terjadi pada Danau Tondano ini.

3.3 Fasies Delta

Berdasarkan paper yang membahas tentang Karakteristik dan

Lingkungan Pengendapan Batubara Formasi Tanjung di daerah Binuang dan

sekitarnya, Kalimantan Selatan dapat dikaji beberapa materi sedimentologi

dan stratigrafi terutama fasies lingkungan pengendapannya. Pada pembahasan

kali ini difokuskan pada fasies Delta, dimana pada Formasi Tanjung di daerah

Binuang ini terbagi menjadi 3 lajur, yaitu lajur barat, tengah dan timur. Pada

ketiga lajur ini dapat diindikasikan sebagai fasies Delta karena

memperlihatkan penampang stratigrafi yang coarsening upward .

Pada lajur barat penampang ini didominasi oleh batupasir, dengan

sedikit batulempung pada bagian bawah. Lingkungan ini tergolong upper

delta plain. Fasiesnya juga berasosiasi dengan lingkungan rawa karena

terdapat lapisan batubara. Pada lajur tengah terdapat kontak batupasir dengan

 batulempung, dimana batupasirnya berbutir halus dan memiliki struktur

sedimen seperti parallel lamination, lenticular , wavy, maupun flaser . Struktur

sedimen ini mengindikasikan lingkungan pasang surut pada lajur tengah.

Keterdapatan lapisan batubara juga menandakan bahwa lajur tengah juga

 berasosiasi dengan lingkungan wet forest swamp  pada lower hingga  upper

delta plain. Yang terkhir adalah lajur timur. Di lajur timur ini terdapat lapisan

 batulempung bersisipan batupasir halus yang menunjukkan endapan paparan

 banjir. Ditambah keterdapatan lapisan batubara yang juga mengindikasikan

Page 6: lingpeng pemb..pdf

7/27/2019 lingpeng pemb..pdf

http://slidepdf.com/reader/full/lingpeng-pembpdf 6/7

lingkungan rawa. Secara garis besar lingkungan pengendapan pada daerah

Binuang ini terdapat di daerah rawa pada lower   hingga upper delta plain.

Fasies Delta umumnya memiliki penampang yang mengkasar ke atas karena

 proses progradasi. Delta termasuk pada lingkungan transisi. Maka dari itu

sekuen batuan pada penampang stratigrafi dimulai dari sedimen laut berbutir

halus dan secara gradasi mengkasar ke atas pada lingkungan air yang lebih

dangkal (lingkungan air tawar). Gradasi ini dapat memiliki ketebalan 1

hingga 100 meter dan terjadi pada lebih dari satu bed . Hal inilah yang dapat

membedakan lingkungan transisi seperti Delta dari fasies lingkungan

 pengendapan lainnya.

Berdasarkan data dan informasi yang terdapat pada paper dapat

diambil beberapa poin penting, yaitu lingkungan pengendapan pada daerah

Binuang, Kalimantan Selatan ini tergolong upper   hingga lower delta plain 

yang masih terpengaruh oleh lingkungan rawa (bercirikan lapisan batubara).

Page 7: lingpeng pemb..pdf

7/27/2019 lingpeng pemb..pdf

http://slidepdf.com/reader/full/lingpeng-pembpdf 7/7

DAFTAR PUSTAKA

http://en.allexperts.com/q/Geology-1359/2008/5/Coarsening-Fining-Upwards.htm

(Diakses pada 13 Desember 2013 pukul 17.00 WIB)

http://en.wikipedia.org (Diakses pada 13 Desember 2013 pukul 17.00 WIB)

http://one-geo.blogspot.jp/2010/01/stratigrafi-regional-cekungan-sumatera.html

(Diakses pada 13 Desember 2013 pukul 17.30 WIB)

http://www.thisoldearth.net/Geology_Online1_Subchapters.cfm?Chapter=5&Row

=4 (Diakses pada 13 Desember 2013 pukul 17.05 WIB)