Upload
hatuong
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sifat Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan
paradigma kritis. John W. Creswell mengatakan bahwa penelitian kualitatif
memiliki asumsi filosofi yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penelitian
kualitatif mencakup strategi analisis yang mendalam, metode pengumpulan data,
analisis dan interpretasi. Prosedur dari penelitian kualitatif bergantung pada data
teks dan data gambar, selain itu penelitian ini juga memiliki langkah-langkah
yang unik dalam analisis data dan juga mengandalkan strategi analisis mendalam
yang berbeda (2009:173).
Creswell juga mendefinisikan beberapa karakter dari penelitian kualitatif,
yaitu pertama, Natural setting-Peneliti kualitatif cenderung mengumpulkan data
di mana objek atau partisipan mereka mengalami sebuah situasi atau masalah
yang sedang mereka teliti. Peneliti kualitatif tidak ‘membawa’ objek penelitian
mereka ke lab. Informasi-informasi serta data yang dimiliki oleh para peneliti,
dikumpulkan lewat pembicaraan langsung dengan objek penelitian mereka.
Dalam pengaturan alamiah ini, para peneliti memiliki face-to-face interaction dari
waktu ke waktu.
Yang kedua adalah Researcher as key instrument-Peneliti sebagai alat
kunci. Para peneliti kualitatif mengumpulkan data-data penelitian mereka sendiri
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
41
dengan memeriksa dokumen, mengobservasi kebiasaan-kebiasaan objek peneliti,
atau mewawancarai partisipan. Mereka mungkin menggunakan sebuah protokol
atau alat untuk mengumpulkan data, namun si peneliti inilah yang seharusnya
mengumpulkan informasi itu sendiri. Mereka tidak bergantung pada kuisioner
atau alat pengolah data.
Ketiga, Multiple sources of data-Peneliti kualitatif harus mengumpulkan
berbagai macam bentuk data, seperti wawancara, observasi lapangan, membaca
dokumen-dokumen. Peneliti kualitatif tak boleh bergantung hanya pada satu
sumber data saja. Setelah itu, peneliti harus merangkum semua data tersebut,
menyusunnya, dan menarik kesimpulan dari data-data yang sudah terkumpul
tersebut.
Keempat, Analisis data induktif. Peneliti kualitatif membangun pola,
kategori, serta tema dari bawah atau dari awal, dengan menyusun data dari
berbagai unit informasi. Proses induktif ini menggambarkan bagaimana peneliti
tersebut bekerja hilir-mudik dari mencari data, hingga memiliki tema yang
komprehensif tentang penelitiannya. Proses ini juga termasuk bagaimana peneliti
berinteraksi dengan partisipan, sehingga penelitiannya menjadi sempurna.
Kelima, Participant meanings. Dalam seluruh proses penelitian kualitatif,
para peneliti harus tetap fokus mempelajari arti dan keinginan dari partisipannya
terhadap masalah atau topik penelitiannya. Yang difokuskan di sini bukanlah
keinginan sang peneliti, tetapi si partisipan atau objek penelitian tersebut.
Keenam, Emergent design. Rencana penelitian tidak dapat ditentukan
penuh. Maksudnya adalah, peneliti kualitatif harus fleksibel dengan proses.
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
42
Peneliti harus siap jika ketika sudah di lapangan atau di medan penelitian, bentuk
pengumpulan data, atau pertanyaan yang akan diajukan kepada partisipan
sewaktu-waktu berubah. Ide kunci dari penelitian kualitatif adalah bagaimana kita
belajar tentang topik penelitian kita melalui partisipan, dan bagaimana peneliti
mengatasi objek penelitian tersebut untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
Ketujuh, ‘Lensa’ teoritikal. Peneliti kualitatif biasanya menggunakan
‘lensa’ atau pandangan lain untuk mempelajari penelitian mereka, misalnya
konsep kebudayaan, pusat etnografi, gender, feminisme, ras, atau perbedaan
kelas-kelas yang ada dalam masyarakat. Studi mengenai kebudayaan dan lainnya
ini akan membantu peneliti untuk menyusun penelitiannya ketika
mengidentifikasi bagaimana kondisi sosial, politik, atau konteks historis dari
masalah atau topik penelitian mereka.
Kedelapan, Interpretif. Penelitian kualitatif adalah sebuah bentuk
penelitian interpretif di mana peneliti membuat interpretasi terhadap apa yang
mereka lihat, dengar, dan mengerti. Interpretasi ini tidak dapat dipisahkan dari
latar belakang, sejarah, konteks dan pengertian atau pemaknaan dari si peneliti
sendiri. Setelah laporan penelitian mereka selesai, para pembaca penelitian
tersebut juga nantinya akan menginterpretasi secara sama dengan peneliti. Dengan
pembaca, partisipan dan para peneliti membuat interpretasi, ini menunjukkan
bahwa betapa beragamnya pandangan-pandangan yang akan muncul nantinya.
Yang terakhir adalah Hollistic account. Peneliti kualitatif mencoba untuk
membangun gambaran kompleks dari topik atau masalah penelitian mereka. Ini
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
43
termasuk dengan mempelajari berbagai perspektif, mengidentifikasi banyak faktor
dan situasi, serta secara menggambarkan secara umum dari gambaran-gambaran
besar yang ditemukannya. Peneliti akan memunculkan model visual atau
fenomena sentral yang nantinya akan muncul lewat penelitiannya.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Artinya, penelitian ini merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik
individual, situasi, atau kelompok tertentu secara akurat, dimana dalam penelitian
ini lebih spesifik dengan memusatkan perhatian pada aspek-aspek tertentu dan
sering menunjukan hubungan antara berbagai variabel.
Metode deskriptif bertujuan untuk:
1) Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada.
2) Mengidentifikasikan maslah atau memeriksa kondisi dan praktik-
praktik yang berlaku.
3) Membuat perbandingan atau evaluasi.
4) Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang
(Rakhmat, 2001: 25).
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
44
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
wacana kritis. Hal ini dikarenakan penelitian ini akan mengkritisi cara media
dalam mengemas pemberitaan tertentu.
3.3 Unit Analisis
Unit analisis dari penelitian ini adalah artikel-artikel pada majalah Gogirl!
edisi Februari 2013. Artikel-artikel tersebut adalah:
1. ‘Battle of the Big 3’ dalam rubrik K-Storm. Penulis: Yenni Kartika
Sari.
2. ‘The Black Pion’ dalam rubrik K-Storm. Penulis: Yenni Kartika Sari.
3. ‘1.2.3.4... This is Lee Hi’ dalam rubrik K-Storm. Penulis: Yenni
Kartika Sari.
4. ‘The Rookies’ dalam rubrik K-Storm. Penulis: Yenni Kartika Sari.
5. ‘He’ll Turn You Up T.O.P’ dalam rubrik K-Storm. Penulis: Yenni
Kartika Sari.
Pemilihan artikel-artikel ini berkaitan dengan salah satu karaketer
penelitian kualitatif yang sangat erat dengan faktor-faktor kontekstual. Dalam
buku ‘Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi)’ (Moleong, 2010),
dijelaskan bahwa maksud sampling dalam hal ini adalah untuk menjaring
sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam sumber dan bangunannya
(constructions). Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam
ramuan konteks yang unik. Selain itu, sampling juga dimaksudkan untuk
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
45
menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang
muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi
sampel bertujuan (purposive sample).
Sampel bertujuan dapat diketahui dari ciri-ciri berikut. Pertama, sampel
tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. Kedua, tujuan memperoleh
variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel
dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Ketiga, sampel
ini dipilih atas dasar fokus penelitian. Terakhir, pemilihan berakhir ketika sudah
terjadi pengulangan (2010: 224-225).
Selain menggunakan artikel-artikel dalam majalah Gogirl! sebagai unit
analisis, peneliti juga menggunakan hasil wawancara dengan beberapa tokoh
kunci di majalah Gogirl!. Sosok yang dipilih oleh peneliti sebagai key informant
adalah Nina Moran karena ia adalah CEO dari majalah Gogirl!. Sebagai
Pemimpin Perusahaan, Nina Moran pasti terlibat langsung dalam penentuan
konten pada setiap edisi majalah Gogirl! sehingga ia pantas untuk dijadikan key
informant dalam penelitian ini.
Sedangkan informant dalam penelitian ini adalah Yenni Kartika Sari. Ia
adalah Managing Editor majalah Gogirl! yang menulis artikel-artikel dalam rubrik
K-Storm. K-Storm merupakan rubrik yang membahas tentang industri musik
Korea atau K-Pop dalam majalah Gogirl! edisi Februari 2013. Peneliti akan
mewawancarai keduanya untuk menggali lebih jauh mengenai proses penulisan
rubrik K-Storm ini.
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
46
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa
cara sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam
Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data-
data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian
lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data di lapangan dengan
melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah
dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul di lapangan,
kemudian terus-menerus disempurnakan selama penelitian
berlangsung. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan peneliti
kepada Nina Moran dan Yenni Kartika Sari.
2. Studi dokumen
Peneliti melakukan pencarian dokumen dengan membaca majalah
Gogirl! edisi Februari 2013 yang memuat rubrik K-Storm.
3. Studi kepustakaan
Peneliti juga melakukan pencarian data melalui sumber-sumber
tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini,
sebagai data sekunder. Diantaranya, studi letaratur untuk mendapatkan
kerangka teoritis dan memperkaya latar penelitian melalui jurnal-
jurnal yang berkaitan dengan penelitian dan mengunjungi situs-situs
web di internet yang mendukung penelitian.
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
47
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Wacana Kritis
model Teun A. van Dijk. Menurut van Dijk, keberadaan sebuah teks bukanlah
sebuah ruang hampa, melainkan hanya sebuah bagian kecil yang tidak dapat
dilepaskan dari struktur besar yang terdapat di dalam masyarakat. Proses produksi
suatu teks selalu melibatkan sebuah proses yang disebut dengan nama ‘kognisi
sosial’ sehingga analisis wacana van Dijk sering dikenal dengan nama model
kognisi sosial (2008:141).
Ada dua istilah dalam kognisi sosial yang dikemukakan oleh Van Dijk,
yaitu schemata atau skemata, dan stereotip. Skemata adalah sebuah model, di
mana melaluinya, manusia menginternalisasi, mengkonstruksi, dan memahami
sebuah peristiwa. Skemata digunakan oleh individu untuk mempersepsi,
menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain dan dapat memberikan gambaran
mengenai orang lain tanpa harus merujuk kepada sebuah pengamatan aktual.
Skemata yang terdapat dalam pikiran individu maupun kelompok sosial inilah
yang menyusun sebuah kognisi sosial.
Sedangkan stereotip adalah pemberian atribut tertentu terhadap individu,
kelompok, atau bangsa . mereka sering diperlakukan berdasarkan atribut mereka,
yang mungkin saja memiliki asosiasi positif maupun negatif, tetapi tidak netral
atau berkorespondensi pada kenyataan. Stereotip ini jamak ditemukan di dalam
teks media. Misalnya, perempuan seringkali distereotipkan sebagai makhluk yang
lemah sehingga harus dilindungi oleh laki-laki (2008:142).
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
48
Van Dijk berpendapat bahwa stereotip merupakan bagian dari kognisi
sosial sehingga dapat dijadikan sasaran kritik dengan analisis wacana. Tapi tak
hanya stereotip saja, van dijk juga meneliti berbagai aspek seperti prasangka,
opini, sikap, dan ideologi. Dari sini dapat dilihat bahwa van Dijk ingin
menjabarkan bagaimana aspek-aspek tersebut memengaruhi proses produksi teks
dengan jalan menyebar dan kemudian diserap oleh berbagai pihak yang
memproduksi teks seperti wartawan, penulis, dan lainnya.
Analisis wacana kritis Teun A. van Dijk terdiri dari tiga dimensi, yaitu
dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks. Dalam level teks, kita akan melihat
bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan
sebuah tema tertentu. Van Dijk banyak menggunakan analisis linguistik untuk
menjelaskan makna dari sebuah teks. Pada level kognisi sosial, kita akan meneliti
proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu yang membuat dan
memproduksi teks tersebut. Cara pandang tertentu misalnya opini, sikap, ideologi
dari individu yang memproduksi teks inilah yang berpengaruh pada hasil tulisan
mereka di media. Selanjutnya pada level konteks, analisis wacana kritis van Dijk
akan melihat bangunan wacana mengenai suatu masalah yang berkembang di
lingkungan sosial di mana teks tersebut diproduksi. Misalnya bangunan patriarki
yang sudah mendarah daging, stereotip yang menempel pada suku tertentu, dan
lainnya. Dari sini bisa dilihat bahwa teks merupakan produk dari kognisi sosial
dari pihak pembuat teks, dan keberadaan kognisi sosial dari pihak-pihak pembuat
teks tersebut tidak dapat dilepaskan dari konteks bangunan wacana yang terdapat
dalam masyarakat.
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
49
Berikut adalah bagan model Analisis Wacana Kritis Teun A. van Dijk:
Gambar 3.1 Model Analisis Wacana Teun A. van Dijk
3.5.1 Level Teks
Van Djik melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan
yang masing-masing saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga
tingkatan, yaitu pertama, struktur makro. Ini merupakan makna
global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau
tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Tingkat kedua adalah
superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan
kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersebut tersusun ke
dalam berita secara utuh. Lalu yang terakhir adalah struktur mikro, ini
adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil suatu teks,
yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar
(2001:226).
Bagan dari struktur teks adalah sebagai berikut:
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
50
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan.
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai suatu teks.
Gambar 3.2 Bagan Struktur Teks van Dijk
Peneliti juga harus menganalisis satu per satu elemen wacana yang
diciptakan oleh Van Dijk. Elemen wacana ini mencakup berbagai hal
seperti pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika, dan lainnya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan berikut:
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI
ELEMEN
Struktur Makro Tematik: Tema atau
topik yang
dikedepankan dalam
suatu berita
Topik
Superstruktur Skematik: Bagaimana Skema
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
51
bagian dan urutan
berita diskemakan
dalam teks berita utuh
Struktur Mikro Sematik: Makna yang
ingin ditekankan dalam
teks berita. Misalnya
dengan memberi detail
pada suatu sisi atau
membuat eksplisit satu
sisi dan mengurangi
detil sisi lain
Latar, Detil, Maksud,
Praanggapan,
Nominalisasi
Struktur Mikro Sintaksis: Bagaimana
bentuk dan susunan
kalimat yang dipilih
Bentuk kalimat,
Koherensi, Kata ganti
Struktur Mikro Stilistik: Bagaimana
pilihan kata yang
dipakai dalam teks
berita
Leksikon
Struktur Mikro Retoris: Bagaimana
dan dengan cara apa
penekanan dilakukan
Grafis, Metafora,
Ekspresi
Tabel 3.1 Elemen Wacana van Dijk
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
52
3.5.2 Kognisi Sosial
Selain struktur teks, analisis wacana kritis juga memperhatikan
pada bagaimana teks tersebut diproduksi. Para psikolog sosial sering
mengartikan kognisi sosial sebagai pembentukan proses informasi
mengenai dunia sosial secara mental. Dalam hal ini, istilah sosial mengacu
pada pengertian objek dari kognisi, yakni manusia dan bukannya hewan,
benda mati, ataupun konsep yang abstrak. Titik perhatian dari pandangan
ini adalah pada mekanisme psikologis yang membuat seorang individu
yang terisolir dapat memahami dirinya dan orang lain melalui sebuah cara
tertentu dan dalam kondisi tertentu. Ada pula yang berpendapat bahwa
kognisi sosial berhubungan dengan sifat sosial dasar dari orang yang
memahami dunia dan juga konstruksi sosial dari pengetahuan kita
mengenai dunia. Ini berarti bahwa teks, yang merupakan perwujudan dari
pengetahuan individu mengenai dunia luar- merupakan hasil dari
konstruksi sosial (2008:146). Analisis wacana van Dijk tidak melihat teks
hadir di dalam ruang hampa melainkan melihatnya hadir melalui sebuah
produksi yang melibatkan kognisi sosial dari si pembuat teks. Kognisi
sosial di sini adalah kesadaran mental para pembuat teks alias sang
wartawan atau penulis berita. Lalu yang dimaksud dengan kesadaran
mental itu meliputi kesadaran, kepercayaan, pengetahuan, dan prasangka
dari pembuat teks.
Untuk meneliti kognisi sosial dari si pembuat teks, penelitian perlu
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
53
diarahkan untuk melihat skemata atau skema yang dipakai oleh pembuat
teks. Menurut O’ Sullivan, skema adalah model yang mana melaluinya
manusia menginternalisasi, mengonstruksi, dan memaham sebuah
peristiwa. Skema ini digunakan oleh individu untuk menginterpretasi,
memersepsi, dan mengevaluasi orang lain dan dapat memberikan
gambaran mengenai orang lain tanpa harus merujuk kepada sebuah
pengamatan aktual. Oleh sebab itu, pemahaman atas skema yang berada di
dalam benak pembuat teks adalah penting untuk mengetahui bagaimana
sebuah teks diproduksi (2008:147).
Van Dijk memberikan beberapa skema, antara lain skema orang
(Person Schema), skema diri (Self Schema), skema peran (Role Schema),
dan skema peristiwa (Event Schema).
Berikut adalah bagan jenis-jenis skema yang diciptakan oleh van
Dijk (2008:147):
Skema Orang (Person Schema): Skema orang adalah skema yang
menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang
orang lain. Misalnya saja bagaimana seorang wartawan bersuku Aceh,
misalnya, memandang dan memahami orang Jawa. Orang Aceh secara
umum memandang dan memahami orang Jawa. Orang Aceh secara umum
memandang orang Jawa sebagai ‘penjajah’. Pemahaman ini kemungkinan
besar akan berpengaruh terhadap berita yang akan dia tulis.
Skema Diri (Self Schema): Skema diri adalah skema yang berkaitan
dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
54
oleh seseorang. Misalnya saja seorang wartawan yang melihat dirinya
sebagai pejuang hak rakyat kecil yang tertindas, biasanya memiliki nalar
kritis dan keperluan sosial yang tinggi. Kekritisan dan kepekaan sosialnya
yang tinggi ini pasti akan memengaruhi caranya menulis berita.
Skema Peran (Role Schema): Skema peran adalah skema yang
berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan
menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang di dalam
masyarakat. Misalnya saja seorang wartawan infotainment melihat bahwa
artis adalah selebritas yang juga sekaligus figur publik. Status sebagai
figur publik ini mungkin akan diterjemahkan oleh si wartawan sebagai
panutan untuk publik. Oleh sebab itu, ketika sang selebritas melakukan
perbuatan skandal, maka sang wartawan akan merasa berhak untuk
‘menyelidikinya’, bahkan kalau perlu mengabaikan privasi sang artis.
Skema Peristiwa (Event Schema): Skema peristiwa adalah skema yang
barangkali paling sering banyak dipakai karena hampir setiap hari
seseorang melihat, mendengar, dan merasakan peristiwa yang lalu-lalang.
Setiap peristiwa selalu ditafsirkan menurut sebuah skema tertentu. Jenis
skema ini paling banyak digunakan oleh wartawan ketika menulis berita.
Tabel 3.2 Skema Kognisi Sosial Teun A. van Dijk
Untuk mengetahui skema apa yang dipakai oleh si penulis artikel,
peneliti akan melakukan wawancara dengan pembuat teks-teks tersebut.
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
55
3.5.3 Analisis Sosial
Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial.
Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat,
sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan
meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi
dalam masyarakat (2001:27). Dalam penelitian ini misalnya, penulis
meneliti tentang bagaimana wacana pemberitaan media remaja terhadap
industri musik Korea, perlu adanya penelitian tentang bagaimana wacana
K-Pop sebagai budaya populer ini sendiri berkembang di masyarakat. Ada
dua poin penting dalam menganalisis masyarakat ini, yaitu kekuasaan
(power) dan akses (access).
Kekuasaan menurut van Dijk adalah kepemilikian yang dimiliki
oleh suatu kelompok untuk mengontrol kelompok lain. Kekuasaan ini
umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai,
seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain kekuasaan yang bersifat
langsung dan fisik, bisa juga berbentuk persuasif, yakni tindakan
seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan jalan
memengaruh kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.
Sedangkan akses yang dimaksud oleh van Dijk adalah bagaimana akses di
antara masng-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit
cenderung memiliki akses yang lebih besar dengan kelompok yang tidak
berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014
56
kesempatan yang lebih besar untuk mempunyai akses pada media, dan
kesempatan lebih besar untuk memengaruhi kesadaran khalayak. Akses
yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol
kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi
wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak
(2001:273-274).
Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014