18
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, …kc.umn.ac.id/1055/4/BAB III.pdf · dengan jalan menyebar dan kemudian diserap oleh berbagai pihak yang memproduksi teks seperti

  • Upload
    hatuong

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

  40  

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sifat Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan

paradigma kritis. John W. Creswell mengatakan bahwa penelitian kualitatif

memiliki asumsi filosofi yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penelitian

kualitatif mencakup strategi analisis yang mendalam, metode pengumpulan data,

analisis dan interpretasi. Prosedur dari penelitian kualitatif bergantung pada data

teks dan data gambar, selain itu penelitian ini juga memiliki langkah-langkah

yang unik dalam analisis data dan juga mengandalkan strategi analisis mendalam

yang berbeda (2009:173).

Creswell juga mendefinisikan beberapa karakter dari penelitian kualitatif,

yaitu pertama, Natural setting-Peneliti kualitatif cenderung mengumpulkan data

di mana objek atau partisipan mereka mengalami sebuah situasi atau masalah

yang sedang mereka teliti. Peneliti kualitatif tidak ‘membawa’ objek penelitian

mereka ke lab. Informasi-informasi serta data yang dimiliki oleh para peneliti,

dikumpulkan lewat pembicaraan langsung dengan objek penelitian mereka.

Dalam pengaturan alamiah ini, para peneliti memiliki face-to-face interaction dari

waktu ke waktu.

Yang kedua adalah Researcher as key instrument-Peneliti sebagai alat

kunci. Para peneliti kualitatif mengumpulkan data-data penelitian mereka sendiri

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  41  

dengan memeriksa dokumen, mengobservasi kebiasaan-kebiasaan objek peneliti,

atau mewawancarai partisipan. Mereka mungkin menggunakan sebuah protokol

atau alat untuk mengumpulkan data, namun si peneliti inilah yang seharusnya

mengumpulkan informasi itu sendiri. Mereka tidak bergantung pada kuisioner

atau alat pengolah data.

Ketiga, Multiple sources of data-Peneliti kualitatif harus mengumpulkan

berbagai macam bentuk data, seperti wawancara, observasi lapangan, membaca

dokumen-dokumen. Peneliti kualitatif tak boleh bergantung hanya pada satu

sumber data saja. Setelah itu, peneliti harus merangkum semua data tersebut,

menyusunnya, dan menarik kesimpulan dari data-data yang sudah terkumpul

tersebut.

Keempat, Analisis data induktif. Peneliti kualitatif membangun pola,

kategori, serta tema dari bawah atau dari awal, dengan menyusun data dari

berbagai unit informasi. Proses induktif ini menggambarkan bagaimana peneliti

tersebut bekerja hilir-mudik dari mencari data, hingga memiliki tema yang

komprehensif tentang penelitiannya. Proses ini juga termasuk bagaimana peneliti

berinteraksi dengan partisipan, sehingga penelitiannya menjadi sempurna.

Kelima, Participant meanings. Dalam seluruh proses penelitian kualitatif,

para peneliti harus tetap fokus mempelajari arti dan keinginan dari partisipannya

terhadap masalah atau topik penelitiannya. Yang difokuskan di sini bukanlah

keinginan sang peneliti, tetapi si partisipan atau objek penelitian tersebut.

Keenam, Emergent design. Rencana penelitian tidak dapat ditentukan

penuh. Maksudnya adalah, peneliti kualitatif harus fleksibel dengan proses.

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  42  

Peneliti harus siap jika ketika sudah di lapangan atau di medan penelitian, bentuk

pengumpulan data, atau pertanyaan yang akan diajukan kepada partisipan

sewaktu-waktu berubah. Ide kunci dari penelitian kualitatif adalah bagaimana kita

belajar tentang topik penelitian kita melalui partisipan, dan bagaimana peneliti

mengatasi objek penelitian tersebut untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan.

Ketujuh, ‘Lensa’ teoritikal. Peneliti kualitatif biasanya menggunakan

‘lensa’ atau pandangan lain untuk mempelajari penelitian mereka, misalnya

konsep kebudayaan, pusat etnografi, gender, feminisme, ras, atau perbedaan

kelas-kelas yang ada dalam masyarakat. Studi mengenai kebudayaan dan lainnya

ini akan membantu peneliti untuk menyusun penelitiannya ketika

mengidentifikasi bagaimana kondisi sosial, politik, atau konteks historis dari

masalah atau topik penelitian mereka.

Kedelapan, Interpretif. Penelitian kualitatif adalah sebuah bentuk

penelitian interpretif di mana peneliti membuat interpretasi terhadap apa yang

mereka lihat, dengar, dan mengerti. Interpretasi ini tidak dapat dipisahkan dari

latar belakang, sejarah, konteks dan pengertian atau pemaknaan dari si peneliti

sendiri. Setelah laporan penelitian mereka selesai, para pembaca penelitian

tersebut juga nantinya akan menginterpretasi secara sama dengan peneliti. Dengan

pembaca, partisipan dan para peneliti membuat interpretasi, ini menunjukkan

bahwa betapa beragamnya pandangan-pandangan yang akan muncul nantinya.

Yang terakhir adalah Hollistic account. Peneliti kualitatif mencoba untuk

membangun gambaran kompleks dari topik atau masalah penelitian mereka. Ini

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  43  

termasuk dengan mempelajari berbagai perspektif, mengidentifikasi banyak faktor

dan situasi, serta secara menggambarkan secara umum dari gambaran-gambaran

besar yang ditemukannya. Peneliti akan memunculkan model visual atau

fenomena sentral yang nantinya akan muncul lewat penelitiannya.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Artinya, penelitian ini merupakan

penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik

individual, situasi, atau kelompok tertentu secara akurat, dimana dalam penelitian

ini lebih spesifik dengan memusatkan perhatian pada aspek-aspek tertentu dan

sering menunjukan hubungan antara berbagai variabel.

Metode deskriptif bertujuan untuk:

1) Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala

yang ada.

2) Mengidentifikasikan maslah atau memeriksa kondisi dan praktik-

praktik yang berlaku.

3) Membuat perbandingan atau evaluasi.

4) Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi

masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk

menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang

(Rakhmat, 2001: 25).

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  44  

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

wacana kritis. Hal ini dikarenakan penelitian ini akan mengkritisi cara media

dalam mengemas pemberitaan tertentu.

3.3 Unit Analisis

Unit analisis dari penelitian ini adalah artikel-artikel pada majalah Gogirl!

edisi Februari 2013. Artikel-artikel tersebut adalah:

1. ‘Battle of the Big 3’ dalam rubrik K-Storm. Penulis: Yenni Kartika

Sari.

2. ‘The Black Pion’ dalam rubrik K-Storm. Penulis: Yenni Kartika Sari.

3. ‘1.2.3.4... This is Lee Hi’ dalam rubrik K-Storm. Penulis: Yenni

Kartika Sari.

4. ‘The Rookies’ dalam rubrik K-Storm. Penulis: Yenni Kartika Sari.

5. ‘He’ll Turn You Up T.O.P’ dalam rubrik K-Storm. Penulis: Yenni

Kartika Sari.

Pemilihan artikel-artikel ini berkaitan dengan salah satu karaketer

penelitian kualitatif yang sangat erat dengan faktor-faktor kontekstual. Dalam

buku ‘Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi)’ (Moleong, 2010),

dijelaskan bahwa maksud sampling dalam hal ini adalah untuk menjaring

sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam sumber dan bangunannya

(constructions). Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam

ramuan konteks yang unik. Selain itu, sampling juga dimaksudkan untuk

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  45  

menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang

muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi

sampel bertujuan (purposive sample).

Sampel bertujuan dapat diketahui dari ciri-ciri berikut. Pertama, sampel

tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. Kedua, tujuan memperoleh

variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel

dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Ketiga, sampel

ini dipilih atas dasar fokus penelitian. Terakhir, pemilihan berakhir ketika sudah

terjadi pengulangan (2010: 224-225).

Selain menggunakan artikel-artikel dalam majalah Gogirl! sebagai unit

analisis, peneliti juga menggunakan hasil wawancara dengan beberapa tokoh

kunci di majalah Gogirl!. Sosok yang dipilih oleh peneliti sebagai key informant

adalah Nina Moran karena ia adalah CEO dari majalah Gogirl!. Sebagai

Pemimpin Perusahaan, Nina Moran pasti terlibat langsung dalam penentuan

konten pada setiap edisi majalah Gogirl! sehingga ia pantas untuk dijadikan key

informant dalam penelitian ini.

Sedangkan informant dalam penelitian ini adalah Yenni Kartika Sari. Ia

adalah Managing Editor majalah Gogirl! yang menulis artikel-artikel dalam rubrik

K-Storm. K-Storm merupakan rubrik yang membahas tentang industri musik

Korea atau K-Pop dalam majalah Gogirl! edisi Februari 2013. Peneliti akan

mewawancarai keduanya untuk menggali lebih jauh mengenai proses penulisan

rubrik K-Storm ini.

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  46  

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa

cara sebagai berikut :

1. Wawancara mendalam

Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data-

data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian

lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data di lapangan dengan

melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah

dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul di lapangan,

kemudian terus-menerus disempurnakan selama penelitian

berlangsung. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan peneliti

kepada Nina Moran dan Yenni Kartika Sari.

2. Studi dokumen

Peneliti melakukan pencarian dokumen dengan membaca majalah

Gogirl! edisi Februari 2013 yang memuat rubrik K-Storm.

3. Studi kepustakaan

Peneliti juga melakukan pencarian data melalui sumber-sumber

tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini,

sebagai data sekunder. Diantaranya, studi letaratur untuk mendapatkan

kerangka teoritis dan memperkaya latar penelitian melalui jurnal-

jurnal yang berkaitan dengan penelitian dan mengunjungi situs-situs

web di internet yang mendukung penelitian.

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  47  

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Wacana Kritis

model Teun A. van Dijk. Menurut van Dijk, keberadaan sebuah teks bukanlah

sebuah ruang hampa, melainkan hanya sebuah bagian kecil yang tidak dapat

dilepaskan dari struktur besar yang terdapat di dalam masyarakat. Proses produksi

suatu teks selalu melibatkan sebuah proses yang disebut dengan nama ‘kognisi

sosial’ sehingga analisis wacana van Dijk sering dikenal dengan nama model

kognisi sosial (2008:141).

Ada dua istilah dalam kognisi sosial yang dikemukakan oleh Van Dijk,

yaitu schemata atau skemata, dan stereotip. Skemata adalah sebuah model, di

mana melaluinya, manusia menginternalisasi, mengkonstruksi, dan memahami

sebuah peristiwa. Skemata digunakan oleh individu untuk mempersepsi,

menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain dan dapat memberikan gambaran

mengenai orang lain tanpa harus merujuk kepada sebuah pengamatan aktual.

Skemata yang terdapat dalam pikiran individu maupun kelompok sosial inilah

yang menyusun sebuah kognisi sosial.

Sedangkan stereotip adalah pemberian atribut tertentu terhadap individu,

kelompok, atau bangsa . mereka sering diperlakukan berdasarkan atribut mereka,

yang mungkin saja memiliki asosiasi positif maupun negatif, tetapi tidak netral

atau berkorespondensi pada kenyataan. Stereotip ini jamak ditemukan di dalam

teks media. Misalnya, perempuan seringkali distereotipkan sebagai makhluk yang

lemah sehingga harus dilindungi oleh laki-laki (2008:142).

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  48  

Van Dijk berpendapat bahwa stereotip merupakan bagian dari kognisi

sosial sehingga dapat dijadikan sasaran kritik dengan analisis wacana. Tapi tak

hanya stereotip saja, van dijk juga meneliti berbagai aspek seperti prasangka,

opini, sikap, dan ideologi. Dari sini dapat dilihat bahwa van Dijk ingin

menjabarkan bagaimana aspek-aspek tersebut memengaruhi proses produksi teks

dengan jalan menyebar dan kemudian diserap oleh berbagai pihak yang

memproduksi teks seperti wartawan, penulis, dan lainnya.

Analisis wacana kritis Teun A. van Dijk terdiri dari tiga dimensi, yaitu

dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks. Dalam level teks, kita akan melihat

bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan

sebuah tema tertentu. Van Dijk banyak menggunakan analisis linguistik untuk

menjelaskan makna dari sebuah teks. Pada level kognisi sosial, kita akan meneliti

proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu yang membuat dan

memproduksi teks tersebut. Cara pandang tertentu misalnya opini, sikap, ideologi

dari individu yang memproduksi teks inilah yang berpengaruh pada hasil tulisan

mereka di media. Selanjutnya pada level konteks, analisis wacana kritis van Dijk

akan melihat bangunan wacana mengenai suatu masalah yang berkembang di

lingkungan sosial di mana teks tersebut diproduksi. Misalnya bangunan patriarki

yang sudah mendarah daging, stereotip yang menempel pada suku tertentu, dan

lainnya. Dari sini bisa dilihat bahwa teks merupakan produk dari kognisi sosial

dari pihak pembuat teks, dan keberadaan kognisi sosial dari pihak-pihak pembuat

teks tersebut tidak dapat dilepaskan dari konteks bangunan wacana yang terdapat

dalam masyarakat.

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  49  

Berikut adalah bagan model Analisis Wacana Kritis Teun A. van Dijk:

Gambar 3.1 Model Analisis Wacana Teun A. van Dijk

3.5.1 Level Teks

Van Djik melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan

yang masing-masing saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga

tingkatan, yaitu pertama, struktur makro. Ini merupakan makna

global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau

tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Tingkat kedua adalah

superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan

kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersebut tersusun ke

dalam berita secara utuh. Lalu yang terakhir adalah struktur mikro, ini

adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil suatu teks,

yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar

(2001:226).

Bagan dari struktur teks adalah sebagai berikut:

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  50  

Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan.

Struktur Mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai suatu teks.

Gambar 3.2 Bagan Struktur Teks van Dijk

Peneliti juga harus menganalisis satu per satu elemen wacana yang

diciptakan oleh Van Dijk. Elemen wacana ini mencakup berbagai hal

seperti pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika, dan lainnya. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan berikut:

STRUKTUR

WACANA

HAL YANG

DIAMATI

ELEMEN

Struktur Makro Tematik: Tema atau

topik yang

dikedepankan dalam

suatu berita

Topik

Superstruktur Skematik: Bagaimana Skema

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  51  

bagian dan urutan

berita diskemakan

dalam teks berita utuh

Struktur Mikro Sematik: Makna yang

ingin ditekankan dalam

teks berita. Misalnya

dengan memberi detail

pada suatu sisi atau

membuat eksplisit satu

sisi dan mengurangi

detil sisi lain

Latar, Detil, Maksud,

Praanggapan,

Nominalisasi

Struktur Mikro Sintaksis: Bagaimana

bentuk dan susunan

kalimat yang dipilih

Bentuk kalimat,

Koherensi, Kata ganti

Struktur Mikro Stilistik: Bagaimana

pilihan kata yang

dipakai dalam teks

berita

Leksikon

Struktur Mikro Retoris: Bagaimana

dan dengan cara apa

penekanan dilakukan

Grafis, Metafora,

Ekspresi

Tabel 3.1 Elemen Wacana van Dijk

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  52  

3.5.2 Kognisi Sosial

Selain struktur teks, analisis wacana kritis juga memperhatikan

pada bagaimana teks tersebut diproduksi. Para psikolog sosial sering

mengartikan kognisi sosial sebagai pembentukan proses informasi

mengenai dunia sosial secara mental. Dalam hal ini, istilah sosial mengacu

pada pengertian objek dari kognisi, yakni manusia dan bukannya hewan,

benda mati, ataupun konsep yang abstrak. Titik perhatian dari pandangan

ini adalah pada mekanisme psikologis yang membuat seorang individu

yang terisolir dapat memahami dirinya dan orang lain melalui sebuah cara

tertentu dan dalam kondisi tertentu. Ada pula yang berpendapat bahwa

kognisi sosial berhubungan dengan sifat sosial dasar dari orang yang

memahami dunia dan juga konstruksi sosial dari pengetahuan kita

mengenai dunia. Ini berarti bahwa teks, yang merupakan perwujudan dari

pengetahuan individu mengenai dunia luar- merupakan hasil dari

konstruksi sosial (2008:146). Analisis wacana van Dijk tidak melihat teks

hadir di dalam ruang hampa melainkan melihatnya hadir melalui sebuah

produksi yang melibatkan kognisi sosial dari si pembuat teks. Kognisi

sosial di sini adalah kesadaran mental para pembuat teks alias sang

wartawan atau penulis berita. Lalu yang dimaksud dengan kesadaran

mental itu meliputi kesadaran, kepercayaan, pengetahuan, dan prasangka

dari pembuat teks.

Untuk meneliti kognisi sosial dari si pembuat teks, penelitian perlu

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  53  

diarahkan untuk melihat skemata atau skema yang dipakai oleh pembuat

teks. Menurut O’ Sullivan, skema adalah model yang mana melaluinya

manusia menginternalisasi, mengonstruksi, dan memaham sebuah

peristiwa. Skema ini digunakan oleh individu untuk menginterpretasi,

memersepsi, dan mengevaluasi orang lain dan dapat memberikan

gambaran mengenai orang lain tanpa harus merujuk kepada sebuah

pengamatan aktual. Oleh sebab itu, pemahaman atas skema yang berada di

dalam benak pembuat teks adalah penting untuk mengetahui bagaimana

sebuah teks diproduksi (2008:147).

Van Dijk memberikan beberapa skema, antara lain skema orang

(Person Schema), skema diri (Self Schema), skema peran (Role Schema),

dan skema peristiwa (Event Schema).

Berikut adalah bagan jenis-jenis skema yang diciptakan oleh van

Dijk (2008:147):

Skema Orang (Person Schema): Skema orang adalah skema yang

menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang

orang lain. Misalnya saja bagaimana seorang wartawan bersuku Aceh,

misalnya, memandang dan memahami orang Jawa. Orang Aceh secara

umum memandang dan memahami orang Jawa. Orang Aceh secara umum

memandang orang Jawa sebagai ‘penjajah’. Pemahaman ini kemungkinan

besar akan berpengaruh terhadap berita yang akan dia tulis.

Skema Diri (Self Schema): Skema diri adalah skema yang berkaitan

dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  54  

oleh seseorang. Misalnya saja seorang wartawan yang melihat dirinya

sebagai pejuang hak rakyat kecil yang tertindas, biasanya memiliki nalar

kritis dan keperluan sosial yang tinggi. Kekritisan dan kepekaan sosialnya

yang tinggi ini pasti akan memengaruhi caranya menulis berita.

Skema Peran (Role Schema): Skema peran adalah skema yang

berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan

menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang di dalam

masyarakat. Misalnya saja seorang wartawan infotainment melihat bahwa

artis adalah selebritas yang juga sekaligus figur publik. Status sebagai

figur publik ini mungkin akan diterjemahkan oleh si wartawan sebagai

panutan untuk publik. Oleh sebab itu, ketika sang selebritas melakukan

perbuatan skandal, maka sang wartawan akan merasa berhak untuk

‘menyelidikinya’, bahkan kalau perlu mengabaikan privasi sang artis.

Skema Peristiwa (Event Schema): Skema peristiwa adalah skema yang

barangkali paling sering banyak dipakai karena hampir setiap hari

seseorang melihat, mendengar, dan merasakan peristiwa yang lalu-lalang.

Setiap peristiwa selalu ditafsirkan menurut sebuah skema tertentu. Jenis

skema ini paling banyak digunakan oleh wartawan ketika menulis berita.

Tabel 3.2 Skema Kognisi Sosial Teun A. van Dijk

Untuk mengetahui skema apa yang dipakai oleh si penulis artikel,

peneliti akan melakukan wawancara dengan pembuat teks-teks tersebut.

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  55  

3.5.3 Analisis Sosial

Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial.

Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat,

sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan

meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi

dalam masyarakat (2001:27). Dalam penelitian ini misalnya, penulis

meneliti tentang bagaimana wacana pemberitaan media remaja terhadap

industri musik Korea, perlu adanya penelitian tentang bagaimana wacana

K-Pop sebagai budaya populer ini sendiri berkembang di masyarakat. Ada

dua poin penting dalam menganalisis masyarakat ini, yaitu kekuasaan

(power) dan akses (access).

Kekuasaan menurut van Dijk adalah kepemilikian yang dimiliki

oleh suatu kelompok untuk mengontrol kelompok lain. Kekuasaan ini

umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai,

seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain kekuasaan yang bersifat

langsung dan fisik, bisa juga berbentuk persuasif, yakni tindakan

seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan jalan

memengaruh kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.

Sedangkan akses yang dimaksud oleh van Dijk adalah bagaimana akses di

antara masng-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit

cenderung memiliki akses yang lebih besar dengan kelompok yang tidak

berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014

  56  

kesempatan yang lebih besar untuk mempunyai akses pada media, dan

kesempatan lebih besar untuk memengaruhi kesadaran khalayak. Akses

yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol

kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi

wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak

(2001:273-274).

Wacana Industrialisasi..., Ignez Samantha, FIKOM UMN, 2014