Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2120/8/LAMPIRAN.pdf · tersebut tergantung dari alat yang digunakan. Selanjutnya saya menggunakan base ... melakukan

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

44

LAMPIRAN A

LEMBAR BIMBINGAN

Peran Director..., Sumarlin Widya Eka Putra, FSD UMN, 2014

45


46

LAMPIRAN B

SURAT IZIN WAWANCARA


47

LAMPIRAN C

TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN ADI SUPRIADI

PENULIS: bagaimanakah tahapan kerja color grading itu?

ADI SUPRIADI: Tahapan awalnya saya bertanya dengan DOP, kamera apa yang mereka gunakan. Sebagai contohya adalah kamera RED camera, apabila dengan kamera tersebut dan menginginkan hasil yang maksimal, saya tidak menggunakan materi prores yang mana sudah melalui proses converting. Saya harus meminta materi dengan format RAW dari file materi yang ada. Akan tetapi RAW file tersebut tergantung dari alat yang digunakan. Selanjutnya saya menggunakan base light 2, yang berupa software dan harware dan mesin ini bisa membaca file RAW dengan ukuran aslinya mulai dari 2K hingga 5k. Berbeda dengan mesin software lainnya yang hanya bisa memaca file hinga ukuran 2.5K saja.

Dari RAW file tersebut saya bisa mengetahui bagaimana seorang DOP tersebut memberi cahaya saat dilokasi. Selanjutnya dari RAW file tersebut saya bisa mendapatkan color space yang cukup, kemudian digunakan untuk merubah kelvin, iso, eksposure dan kebutuhan coloring lainnya. Berbeda halnya apabila DOP menggunakan kamera DSLR seperti Canon 5D, what you see what you get. Dan saya tidak bisa merubah terlalu banyak dari materi kamera DSLR tersebut, karena color space yang dihasilkan tidak cukup banyak. Akan tetapi banyak DOP yang menggunakan picture style flat, menurut saya itu cukup bagus, hanya saja yang dihasilkan dari kamera DSLR adalah format H.264 kalau dalam bit itu hanya 8bit. Sedangkan kamera Alexa bisa sampai 32bit dan kamera Red bisa sampai 16bit log setara dengan 32bit.

Yang perlu diperhatikan pada pemilihan kamera digital bukan hanya pada aspek rasionya saja, melainkan color depth dalam ukuran bit nya juga diperharikan. Semakin tinggi bit nya maka informasi warna yang dihasilkan akan semakin banyak juga, dan itu memudahkan colorist dalam merubah warna menjadi warna yang diinginkan. Pengetahuan tentang kedalaman warna ini masih jarang diketehui oleh seorang DOP, kebanyakan dari mereka hanya memperhatikan besar aspek rasio gambar yang dihasilkan.

Setelah saya mengetahui jenis kamera, aspek rasio dan color bit nya, maka saya meminta edit list (EDL). Selanjutnya saya akan mendapatkan guide dari EDL tersebut, sebelum picture lock saya melakukan preview terlebih dahulu, setelah dikonfirmasi oleh sutradara dan DOP maka saya membawanya ke proses grading.


48

Kemudian baru dilakukan proses color grading. Dalam proses ini saya perlu mendiskusikannya dengan sutradara dan DOP secara mendalam untuk mendapatkan ritme dan warna yang diinginkan. Sebelum saya melakukan proses pewarnaan ini, saya harus terlebih dahulu membaca naskah secara keseluruhan, agar saya merasakan apa yang terjadi pada adegan tersebut. Dalam proses diskusi antara colorist, sutradara dan DOP, saya menyatukan dan mengembangkan visi dan misi mereka.

Langkah berikutnya adalah proses rendering, disini saya menggunakan format TIFF 16BIT dengan aspek rasio 2K dengan color space X, Y dan Z. Banyak yang melakukan converting dari MOV ke JPEG sehingga membuat kualitas gambar menurun, dan saya tidak mau melakukan hal itu.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka saya, sutradra dan DOP akan mendiskusikannya pada saat produksi, dan menyamakan frame rate antara audio dan video, frame rate yang digunakan adalah 24 frame per second (FPS). Kemudian penggunaan lampu juga dapat mempengaruhi tampilan, misalkan pada saat shoting DOP menggunakan lampu thungsten lalu pada saat coloring DOP berubah pikiran dan mennginginkan looks daylight, itu bisa dilakukan namun hanya merubah tampilan saja, sedangkan soul dari adegannya tidak akan sama.

PENULIS: Menurut anda sendiri bagaimana menentukan mood ceria dan murung dalam segi pewarnaan?

ADI SUPRIADI: Dalam melakukan proses coloring saya tidak menggunakan audio, dengan begitu saya bisa lebih merasakannya lebih dalam. Misalnya dalam adegan wawancara seperti ini saya capture kemudian anda tersenyum dan akan saya bikin adegan yang ceria atau warm, dari adegan itu saya bisa memainkan warna dari blacknya. Dari black (shadow) tersebut saya akan berikan warna biru dan menggunakan warna kompleneter maka hilightnya akan saya berikan kuning, akan tetapi dilihat lagi apakah warna itu sesuai gesture karakter dan warna dari set dan propertinya.

Kemudian untuk membuat warna murung bisa menggunakan warna dingin seperti biru, akan tetapi intensitas warna biru itu sendiri disesuaikan dengan warna pakaian dan warna yang ada pada adegan itu.

Karena warna itu subyektif maka penilaian akan warna itu sendiri akan berbeda beda. Akan tetapi hal itu bisa didapatkan dengan mengetahui psikologi warna. Sebuah cerita akan mendapatkan moodnya jika ada pewarnaan, gesture dari karakter dan set properti yang sesuai, tanpa adanya ketiga hal tersebut maka kesan


49

warna yang ditimbulkan tidak dapat tersampaikan, karena tidak adanya parameter warna yang pasti tentang warna sedih dan warna cerita.

Menurut saya warna pada film ini, si anak yang berulang tahun ini boleh dia bewarna yang lebih ditonjolkan. Semua warna yang ada pada film ini akan saya desaturate, akan tetapi ada beberapa simbol yang bewarna, seperti balon, kue ulang tahun, dan kertas warna warni. Ekspresi anak yang berulan tahun tidak terlihat ceria, akan tetapi pada scene ceria ini semua warna dibuat desaturate kecuali warna balon, kue ulant taun dan kertas warna warni tadi.

Untuk scene makan malam ini, jika ingin mendapatkan kesan murung maka hendaknya cahaya yang ada lebih dipusatkan pada nasi tumpeng yang ada di meja, menjadikan nasi tumpeng itu sebagai alat pemersatu keluarga. Karena ada nasi tumpeng itulah mereka bisa berkumpul di meja makan pada saat itu. Sedangkan gambar yang ada disini tidak menunjukkan kalau ini suasana ceria.

Warna ditambah dengan cerita, karakter dan set properti yang mendukung maka faktor itu semua yang menjadikan sebuah scene bercerita. Apabila faktor tersebut ada yang kurang maka mood yang akan dibuat tidak akan sesuai. Karena pada cerita ini hanya menggunakan satu tempat maka yang dapat menimbulkan ceria dan murung ada pada beberapa benda yang mempunyai warna ceria.


50

LAMPIRAN D

SCRIPT RUMAH SETELAH BADAI


51


52


53


54


55


56


57


58


59


60

LAMPIRAN E

STORY BOARD


61


62


63


Documents

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2120/8/LAMPIRAN.pdf · tersebut tergantung dari alat yang digunakan. Selanjutnya saya menggunakan base ... melakukan