14
Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari 135 LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI DENGAN GOOGLE DIGITAL LITERACY ON THE SEARCHING PROBLEM WITH GOOGLE Wasvita Sari Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada Jl. Bulaksumur Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, telp. (0274) 563362. Email: [email protected] diterima tanggal 25 September 2018 | direvisi tanggal 5 Oktober 2018 | disetujui tanggal 17 Oktober 2018 ABSTRACT As we know that Google is the most popular search engine in the world. We are can get so much about the information and believe in the Google's result. So, the information is fake information, hoax or wrong information, that's all appears on Google. This paper aims to explore the negative side of Google search engine and give a solution with a digital literature study. Qualitative method with reference approach will use in this paper. The result is need two skills when we search the information from Google. there are consumming skills to and preconsumming skills. The consuming skill is an skill to analize, evaluate, make critical and give some synthesis of the information we get. The preconsumming skill is a product to be distributed and product information from Google. Finally, this paper will prevent the people from entering the Google game and work carefully to read the search engine information especially in Google. Keywords: Digital Literacy, Search Engine, Google, Literacy ABSTRAK Seperti yang kita ketahui bahwa Google adalah mesin pencari paling populer di dunia. Kita bisa mendapatkan begitu banyak informasi dan percaya pada hasil Google. Jadi, informasi itu informasi palsu, tipuan atau informasi salah, itu semua muncul di Google. Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi sisi negatif dari mesin pencari Google dan memberikan solusi dengan studi literatur digital. Metode kualitatif dengan pendekatan referensi akan digunakan dalam makalah ini. Hasilnya adalah perlu dua keterampilan ketika kita mencari informasi dari Google. ada keterampilan yang menyita keterampilan dan keterampilan prakonsepsi. Keterampilan mengkonsumsi adalah keterampilan untuk menganalisis, mengevaluasi, membuat kritis dan memberikan beberapa sintesis dari informasi yang kami dapatkan. Keterampilan preconsumming adalah produk yang akan didistribusikan dan informasi produk dari Google. Akhirnya, tulisan ini akan mencegah orang-orang memasuki gim Google dan bekerja dengan hati-hati untuk membaca informasi mesin pencari terutama di Google. Kata kunci: literasi digital, mesin pencari, Google, literasi I. PENDAHULUAN Zaman yang dikenal era digital ini sangat mudah bagi masyarakat dalam memperoleh infor- masi apapun yang manusia inginkan. Salah satu caranya adalah dengan akses “Google” menjadi jawaban singkat memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah tidak asing lagi dengan kata “mbah Google” yakni istilah yang menandakan bahwa Google merupakan dukun dari segala masalah ketidaktahuan informasi manusia karena semua hal informasi dengan mudah didapatkan. Bagaimana tidak, Google ini memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan semua infor- masi yang diunggah di internet yang ada di dunia dan menyusunnya sesuai dengan apa yang cari dalam keyword Google. Disaat era yang saat ini disebut dengan big data atau melimpahnya informasi atau data digital yakni Secara riil salah

LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari

135

LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI DENGAN GOOGLE

DIGITAL LITERACY ON THE SEARCHING PROBLEM WITH GOOGLE

Wasvita Sari Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada

Jl. Bulaksumur Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, telp. (0274) 563362.

Email: [email protected]

diterima tanggal 25 September 2018 | direvisi tanggal 5 Oktober 2018 | disetujui tanggal 17 Oktober 2018

ABSTRACT

As we know that Google is the most popular search engine in the world. We are can get so much

about the information and believe in the Google's result. So, the information is fake information, hoax

or wrong information, that's all appears on Google. This paper aims to explore the negative side of

Google search engine and give a solution with a digital literature study. Qualitative method with

reference approach will use in this paper. The result is need two skills when we search the information

from Google. there are consumming skills to and preconsumming skills. The consuming skill is an

skill to analize, evaluate, make critical and give some synthesis of the information we get. The

preconsumming skill is a product to be distributed and product information from Google. Finally,

this paper will prevent the people from entering the Google game and work carefully to read the

search engine information especially in Google.

Keywords: Digital Literacy, Search Engine, Google, Literacy

ABSTRAK

Seperti yang kita ketahui bahwa Google adalah mesin pencari paling populer di dunia. Kita bisa mendapatkan

begitu banyak informasi dan percaya pada hasil Google. Jadi, informasi itu informasi palsu, tipuan atau

informasi salah, itu semua muncul di Google. Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi sisi negatif dari

mesin pencari Google dan memberikan solusi dengan studi literatur digital. Metode kualitatif dengan

pendekatan referensi akan digunakan dalam makalah ini. Hasilnya adalah perlu dua keterampilan ketika kita

mencari informasi dari Google. ada keterampilan yang menyita keterampilan dan keterampilan prakonsepsi.

Keterampilan mengkonsumsi adalah keterampilan untuk menganalisis, mengevaluasi, membuat kritis dan

memberikan beberapa sintesis dari informasi yang kami dapatkan. Keterampilan preconsumming adalah

produk yang akan didistribusikan dan informasi produk dari Google. Akhirnya, tulisan ini akan mencegah

orang-orang memasuki gim Google dan bekerja dengan hati-hati untuk membaca informasi mesin pencari

terutama di Google.

Kata kunci: literasi digital, mesin pencari, Google, literasi

I. PENDAHULUAN

Zaman yang dikenal era digital ini sangat

mudah bagi masyarakat dalam memperoleh infor-

masi apapun yang manusia inginkan. Salah satu

caranya adalah dengan akses “Google” menjadi

jawaban singkat memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah

tidak asing lagi dengan kata “mbah Google” yakni

istilah yang menandakan bahwa Google merupakan

dukun dari segala masalah ketidaktahuan informasi

manusia karena semua hal informasi dengan mudah

didapatkan. Bagaimana tidak, Google ini memiliki

kemampuan untuk mengintegrasikan semua infor-

masi yang diunggah di internet yang ada di dunia

dan menyusunnya sesuai dengan apa yang cari

dalam keyword Google. Disaat era yang saat ini

disebut dengan big data atau melimpahnya

informasi atau data digital yakni Secara riil salah

Page 2: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147

136

satu penelitian Pada tahun 2012, McAfee

mengungkapkan bahwa tercipta 2,5 exabytes setiap

harinya dan Setiap 40 bulan, angka tersebut

meningkat dua kali lipat (Tirto, 2017), Google

beraksi memberikan pencerahan di masyarakat

sebagai solusi pencari informasi yang tercepat

dengan kemampuan logaritmanya.

Indonesia merupakan negara pengguna Google

yang terbanyak sehingga menempati urutan pertama

yakni Dalam penelitian WeAreSocial.net dan

Hootsuite menunjukkan bahwa Indonesia menem-

pati urutan kedua pengguna internet terbesar di

dunia pada 2017. Riset tersebut diketahui bahwa

beberapa situs yang memiliki jumlah kunjungan

yang tinggi setiap bulannya merupakan website

mesin pencari (search engine). Google Indonesia

(Google.co.id) menempati urutan pertama dengan

jumlah kunjungan rata-rata per bulan mencapai 2,92

miliar kunjungan, dan waktu rata-rata yang dihabis-

kan per akses mencapai 9 menit 2 detik. Di urutan

kedua masih ditempati oleh website pencarian, yaitu

Google.com dengan jumlah kunjungan rata-rata per

bulan mencapai 1,18 kunjungan unik (katadata

Indonesia, 2017). Dari data tersebut ditemukan

bahwa Google memiliki posisi kepercayaan tinggi

di masyarakat Indonesia dalam pemenuhan

kepuasan pencarian informasi.

Berbagai dampak positif dari penggunaan

pencari informasi “Google” yang telah diketahui di

masyarakat. Tidak hanya dampak positif saja tetapi

ada juga dampak negatif dari penggunaan Google

yang selama ini mungkin tidak banyak masyarakat

ketahui. Tidak semua hasil yang muncul pada situs

Google adalah situs yang selalu memberikan

kevalidan data hanya karena posisi urutan yang

muncul pada jendela Google. Celakanya yang

terjadi adalah masih banyak masyarakat yang secara

langsung mempercayai hasil pencarian tersebut dan

menerapkan dalam kehidupan karena efek posisi

dan rangking yang dirasa terpercaya. Perlu diingat

bahwa informasi palsu mudah ditemukan di

internet. Penelitian menunjukan sebagian besar

informasi pada situs kesehatan di internet memiliki

kesalahan yang signifikan, baik jika ditinjau dari

segi kualitas, akurasi dan juga kelengkapan data

yang disediakan (Muse, et al., dalam Arif 2016).

Penelitian Ryen White dan Eric Horvitz (2009)

menunjukan mayoritas tautan menghubungkan

gejala umum seperti “nyeri kepala” dengan penyakit

langka seperti “tumor pada otak”. Contoh lain yang

dapat dilihat adalah pencarian dengan kata kunci

“nyeri dada” akan dihubungkan dengan gagal

jantung dan gangguan pencernaan (White &

Horvitz, 2009). Pada kasus di Indonesia Salah

satunya adalah cerita tentang Salah satu contohnya

adalah informasi mengenai penyakit stroke

yang untuk pertolongan pertamanya, seseorang di-

anjurkan menusuk jari penderita stroke dengan

jarum. Yang sebenarnya hal tersebut akan semakin

memperparah keadaan kesehatan orang tersebut

karena hal tersebut tidak ilmiah dalam kesehatan

(Kompas.id:2017). Hal ini adalah salah satu contoh

masalah yang terjadi dari penggunaan Google pada

bidang kesehatan yang dapat memberikan efek

bahaya bagi pengkonsumsi informasi, mungkin

banyak lagi contoh pada bidang lainnya akibat dari

hasil pencarian Google dan secara langsung

menerima informasi yang ada pada paparan situs-

situs di dalam jendela Google.

Dampak yang ditimbulkan dalam penjelasan

diatas akan dibahas dalam tulisan ini yang bertujuan

memberikan pengetahun literasi agar tidak terjadi

resiko pada pengkonsumsi informasi dari Google

khususnya. Diharapkan dari hasil penelitian ini akan

Page 3: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari

137

membantu masyarakat terutama di Indonesia agar

lebih selektif dengan hasil yang muncul pada hasil

pencarian informasi di Google dan mendukung

program masyarakat melek literasi digital serta

mewujudkan masyarakat yang bijak dalam berme-

dia.

Tidak banyak studi yang membahas secara

spesifik tentang permasalahan pencarian informasi

melalui pencarian informasi “Google” dan literasi

digitalnya. Hal yang membahas tentang hal tersebut

khususnya penelitian di indonesia sangat hampir

tidak ada. Yang ditemukan lebih membahas tentang

pemanfaatan Google lebih kearah penggunaan

Google untuk media belajar, pemograman dengan

pemanfaatan Google dan beberapa ditemukan yang

berhubungan dengan literasi lebih pad akeliterasi

informasi untuk kurikulum belajar bukan secara

khusus literasi dalam mencari informasi di pencari

informasi di Google.

Beberapa studi yang bersangkutan yang

dibahas dalam versi indonesia adalah skripsi yang

ditulis oleh Gilang Putra Persada dengan judul

“Pemanfaatan akses internet Google pada

mahasiswa UPN Veteran Jatim” yang secara singkat

membahas bagaimana manfaat Google bagi

mahasiswa UPN sangat tinggi untuk akses data

berhubungan dengan edukasi perkuliahan. Yang

kedua adalah dari Arif yang ditulis dalam

disertasinya yang berjudul “Pengaruh pencarian

informasi kesehatan di internet dengan kecemasan

pada mahasiswa informatika UNS” yakni

membahas tentang banyaknya tingkat pencarian

informasi kesehatan di internet berpe-ngaruh

terhadap tingginya kecemasan pada maha-siswa

bukan berbicara tentang permsalahan Google dan

literasinya. Dan studi lain yang ditemukan lebih ke

teknis pemaksimalan pemakaian Google. Sehingga

penulis mencari referensi lain dari dari studi

internasional tentang literasi digital dan masalah

penggunaan pencarian informasi Google dan yang

dihasilkan adalah kebanyakan berbicara literasi

secara umum tidak spesifik Google dan untuk

masalah Google lebih dibahas pada cara kerja

Google dengan banyak perangkat-perangkat seperti

Google ads, gmail, gmap beserta pemanfaatannya

dan permasalahan pada kasus marketing online pada

Google.

Penelitian pertama yang berjudul “The Google

case in EU” yang ditulis oleh Ioannois Kokkoris

yang berbicara yang membahas tentang investigasi

Komisi Eropa tentang Google terkait dugaan

penyalahgunaan di pasar penelusuran online terkait

layanan belanja perbandingan Google. Yang kedua

dengan judul “Seeking science information online:

Data mining Google to better understand the roles

of the media and the education system” yang ditulis

oleh Elad Segev yang membahas tentang permin-

taan pencarian, perhatian media dan waktu selama

tahun akademik sangat berkorelasi dengan

perubahan perilaku mencari informasi (diung-

kapkan oleh perubahan dalam proporsi pencarian

terkait ilmu pengetahuan Google). Ketiga terdapat

buku panduan yang ada pada publikasi sage yang

berjudul “Guiding Gifted Elementary Students Onto

the Entrance Ramp of the Information Super-

highway Google” yang ditulis oleh Joan Schneider

yang merumuskan penambahan literasi media

spesifik pada literasi informasi penggunaan Google

pada kurikulum pembelajaran SD yang dari literasi

ketiga ini dapat dijadikan acuan dengan mengubah

obyeknya lebih umum lagi.

Dari beberpa penelitian yang ditemukan

penelitian ini lebih mempertajam pada bagaimana

literasi pada kegiatan pencarian informasi di

Page 4: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147

138

Google. Yang menjadi perbedaan pada penelitian

ketiga yang di tulisa oleh Joan Schneider adalah

pada obyeknya yakni Joan lebih fokus pada obyek

SD dan masuk pada kurikulum pendidikan sekolah

dasar. Fokus pada penelitian adalah memberikan

edukasi atau literasi kepada masyarakat bagaimana

menggunakan pencari informasi yang benar hingga

memberikan informasi tentang permaitan mesin

pencari Google dalam memunculkan keyword yang

dicari.

Sehingga masyarakat mengetahui bagaimana

cara kerja Google yang tidak semua informasi dapat

dibernarkan. Dengan pengetahuan literasi terhadap

pencarian informasi di Google ini harapannya

adalah masyarakat semakin selektif dalam

memperoleh informasi dari mesin pencari apapun

yang terkoneksi dengan internet. Penelitian ini juga

memiliki keterbatasan yakni lebih pada membe-

rikan informasi literasi umum tidak sampai membe-

rikan gambaran teknis seperti buku panduan. Yang

harapannya dari hasil penelitian ini juga dapat

dikembangkan menjadi buku panduan untuk tulisan

atau aktifitas literasi digital.

Teori Yang membantu dalam pemecahan

masalah dalam literasi digital pada kasus

permasalahan pencarian informasi di google. Teori

ini diambil dari penulis yang bernama T.-B. Lin, J.-

Y. Li, F. Deng, & L. Lee tahun 2013 dan 2015 yang

sering membahas tentang digital literasi atau media

literasi dengan judul penelitian “Understanding

New Media Literacy: An Explorative Theoretical

Framework” dan terjelakan lagi pada tulisan yang

kedua tahun2015 dengan judul “Understanding new

media literacy: The development of a measuring

instrument”. Dalam idenya lin dkk menemukan pola

dalam pengkonsumsian informasi dan bagaimana

framework mengkonsumsi digital media. Sebelum

membahas tentang konsumsi media, dalam teori lin

dkk membahas pertama tentang pola literasi new

media yang dengan jelas pada gambar 1.

Sumber: Chen et al. (2011) Source: Chen et al. (2011)

Gambar 1. Kerangka Kerja untuk Literasi Media Baru

Picture 1. Framework for new media literacy

Berdasarkan dua continua di atas, empat jenis NML

dapat dikenali. Mereka adalah (a) mengkon-sumsi

secara fungsional (FC, kuadran kiri bawah Gambar

1), (b) mengkonsumsi kritis (CC, kuadran kiri atas),

(c) fungsional prosuming (FP, kuadran kanan

bawah), dan (d) pengujian kritis (CP, kuadran kanan

atas). Dengan demikian, FC membutuhkan

kemampuan individu untuk mengakses konten

media dan memahami makna tekstualnya. CC

melibatkan kemampuan untuk menafsirkan konten

media dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan

budaya tertentu. FP berfokus pada kemampuan

untuk berpartisipasi dalam pembuatan konten

media, sementara CP menggarisbawahi interpretasi

kontekstual individu dari media konten selama

kegiatan partisipasi mereka. Chen & Wu

Page 5: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari

139

Sumber: Chen et al. (2011) Source: Chen et al. (2011)

Gambar 2. Refined kerangka kerja dari literasi media baru Picture 2. A refined framework of new media literacy

(2011) menyarankan, CP harus diadvokasi sebagai

tujuan penting dalam masyarakat informasi.

Gambar 1, menyediakan indikator / kata kunci

tertentu untuk memahami setiap jenis NML (New

Media Literacy). Sebagai contoh, diharapkan

konsumen media fungsional dapat mengakses dan

memahami isi media pada tingkat tekstual. Selain

itu, konsumen media yang penting harus mampu

menganalisis, mengevaluasi, kritik, dan mensintesis

konten media dengan merenungkan sosio-

budayanya yang tertanam arti/nilai.

Kerangka pada Gambar 2 diatas menunjukkan

bahwa empat jenis NML dapat secara umum

diwakili oleh sepuluh indikator lebih halus

(ditunjukkan dalam kotak merah pada Gambar

2). Dalam paragraf berikut, setiap indikator

diperkenalkan, diuraikan, dan didiskusikan. Secara

khusus, pertama-tama kami mendefinisikan dan

mengilustrasikan masing-masing indikator, dan

kemudian mendiskusikan persamaan dan / atau

perbedaan antara definisi kami dan orang lain dari

literatur.

Keterampilan mengkonsumsi mengacu pada

serangkaian keterampilan teknis yang diperlukan

untuk seorang individu ketika suatu individu

mengkonsumsi konten media. Sebagai contoh,

diperlukan seorang individu untuk mengetahui cara

mengoperasikan komputer, bagaimana caranya

untuk mencari / mencari informasi, bagaimana

Page 6: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147

140

menggunakan teknologi informasi (misalnya

Internet), dan sebagainya.

Indikator Memahami ini mengacu pada

kemampuan individu untuk memahami makna

konten media secara tingkat harfiah. Contohnya

termasuk kemampuan individu untuk menangkap

ide orang lain yang dipublikasikan di berbagai

platform (misalnya buku, video, blog, Facebook,

dll.), dan untuk menafsirkan makna bentuk-bentuk

singkat atau emotikon baru. Di atas sisi lain, Lin

Dkk mencoba untuk membongkar lebih lanjut

tingkat kritis dari Buckingham et al. (2005)

memahami ke tiga lagi indikator halus (yaitu,

analisis, sintesis, dan evaluasi) yaitu: (1) Analisis.

Indikator ini mengacu pada kemampuan individu

untuk mendekonstruksi pesan pada media; (2)

Sintesis, indikator sitetis ini dikategorikan dalam

mengkonsumsi daripada mengasumsikan keaksara-

an. Ini didasarkan pada argumen bahwa sintesis itu

sendiri tidak selalu menyiratkan kecenderungan

kebenaran, dan (3). Evaluasi. Indikator ini termasuk

kemampuan individu untuk mempertanyakan,

mengkritik, dan menantang kredibilitas dalam isi

dari media.

Selain itu, lima indikator lain untuk

meningkatkan literasi media adalah: (1)

Prosumming skill. Indikator ini mengacu pada

seperangkat keterampilan teknis yang diperlukan

bagi seorang individu untuk memproduksi/

membuat isi media. Bersama dengan dua indikator

berikutnya (yaitu, distribusi dan produksi), menurut

Thoman dan Jolls (2008) itu merupakan hal yang

menggarisbawahi penggunaan berbagai teknologi

untuk membuat, mengedit, dan menyebarkan pesan

media; (2) Distribusi, Indikator ini mengacu pada

kemampuan individu untuk menyebarluaskan

informasi yang ada; (3) Produksi. Indikator ini

melibatkan kemampuan untuk menduplikasi

(sebagian atau seluruhnya) atau mencampur konten

media. Singkatnya, ketiga indikator di atas (yaitu,

keterampilan, distribusi, dan produksi) bersama-

sama memberikan pemahaman yang lebih halus dari

Chen et al (2011) fungsional dalam keaksaraan. (4)

Partisipasi. Tidak seperti ketiga indikator di atas,

partisipasi membutuhkan lebih banyak kekritisan

dari individu.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif

dengan menggunakan data sekunder yakni metode

referen dengan memaksimalkan data dari informasi

literatur-literatur terkait seperti jurnal, hasil

penelitian dan informasi dari internet yang akan

dianalisa dengan cara rasional yaitu keketatan

logika dengan teori yang terkait literasi media.

Diharapkan dengan metode kualitatif pendekatan

melalui kajian pustaka atau referen ini dapat

memberikan data yang menyeluruh tentang masalah

pencarian infromasi melalu mesin pencari

informasi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pembahasan berikut pertama yang

dijabarkan adalah data yaitu sesuai dengan kerangka

berfikir yakni berhubungan dengan google dan

permasalahannya. Sehingga diperlukan data yang

menjelaskan google dan bagaimana sistem kerja

hingga fitur-fitur di dalamnya sehingga bisa

memprediksi permasalahan yang muncul dari

operasional google secara keseluruhan dan dengan

memahami permasalahan-permasalahan tersebut.

Dengan mengetahui efek permasalahan dari kerja

google tersebut akan mempermudah kita dalam

Page 7: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari

141

merumuskan literasi digital dengan menggunakan

pendekatan teori literasi Lin dkk yang telah

dirumuskan diatas. Paragraf selanjutnya akan

membahas tentang informasi google yang secara

detail akan terjabarkan

A. Google

Google adalah mesin pencari yang didirikan

oleh Larry Page dan Sergey Brin dari Stanford

University pada 1995 silam. Backrub adalah nama

mesin pencarian yang dikembangkan mereka

berdua akhirnya tercipta. Backrub tidak berumur

lama, karena kedua pendiri itu akhirnya memilih

“Google” sebagai nama pengganti. Misi “untuk

mengorganisasikan informasi dunia dan

membuatnya dapat diakses dan digunakan secara

universal.” (Tirto.id, 2018)

Diambil dari informasi yang berhasil ditulis

kompas.com dari informasi google langsung yakni

Secara garis besar, ada tiga langkah yang dilakukan

oleh sistem pencarian Google. Ketiga langkah

tersebut adalah Crawling & Indexing, Algoritma,

dan Fighting Spam. Sistem Google akan memulai

proses pencarian dengan mencari kata yang diingin-

kan oleh pengguna ke sekitar 30 triliun halaman

situs yang ada di dunia maya. Setelah selesai

mencari, kata-kata tersebut akan dibuatkan indeks.

Saat proses indexing selesai dikerjakan, proses

algo-ritma super-rumit akan mulai bekerja

memilah-milah konten mana yang diprediksi paling

sesuai dan akhirnya sistem akan menampilkan

hasilnya kepada pengguna (Kompas.com, 2013).

Tiga proses kunci dalam mengirimkan hasil

penelusuran yang secara detail dipaparkan oleh

beranda google dan data lain dari penelitian IT

Journal hingga hasilnya sampai dilayar kita ketika

mengetik keyword adalah sebagai berikut :

1. Merayapi

Merayapi adalah proses yang

digunakan Googlebot untuk menemukan laman

baru dan diperbarui untuk ditambahkan ke indeks

Google. Pihak official google menggunakan banyak

sekali komputer untuk mengambil (atau

"merayapi") miliaran laman di web. Program yang

melakukan pengambilan ini disebut Googlebot

(juga dikenal sebagai robot, bot, atau spider).

Googlebot menggunakan proses algoritma:

program komputer menentukan situs mana yang

dirayapi, seberapa sering, dan berapa banyak laman

yang diambil dari tiap situs. Proses perayapan kami

dimulai dengan daftar URL laman web, yang

dihasilkan dari proses perayapan sebelumnya, dan

ditambahkan dengan data Peta Situs yang

disediakan oleh webmaster. Saat mengunjungi tiap

situs web ini, Googlebot mendeteksi tautan pada

tiap laman dan menambahkannya ke dalam daftar

laman untuk dirayapi.

Situs baru, perubahan terhadap situs yang ada,

dan tautan mati dicatat dan digunakan untuk

memperbarui Google indeks. Google tidak

menerima bayaran untuk lebih sering merayapi

suatu situs dan kami tetap menjaga agar bisnis

penelusuran kami terpisah dari layanan AdWords

yang menjadi sumber pendapatan google.

2. Mengindeks

Googlebot memproses tiap laman yang

dirayapi untuk menyusun indeks dalam jumlah

sangat besar berisi semua kata yang ditemukannya

dan lokasi kata-kata tersebut pada setiap laman.

Selain itu, kami memproses informasi yang

disertakan dalam tag konten utama dan atribut,

Page 8: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147

142

seperti tag Judul dan atribut ALT. Googlebot dapat

memproses banyak jenis konten namun tidak

semuanya. Misalnya, kami tidak dapat memproses

konten beberapa file multimedia atau laman

dinamis.

3. Algoritma

Jika menginginkan jawaban dari Google,

bukan dari triliunan laman web. Algoritma adalah

sebuah program komputer yang melihat sebuah

tanda-tanda untuk memberikan yang terbaik seperti

apa yang diinginkan. Algoritma secara singkat

dapat diartikan sebagai suatu formula/urutan dari

beberapa langkah yang logis untuk menyelesaikan

sebuah masalah. dalam ilmu komputer formu-

la tersebut dituliskan dengan bahasa pemrogram-

an. jadi algoritma google adalah sebuah program

untuk memecahkan masalah, dalam hal

ini menentukan hasil yang relevan dari sebuah kata

atau kalimat yang diketikkan oleh pengguna di

kotak pencarian. Agar menentukkan hasil yang

relevan , algoritma Google mengandalkan lebih dari

200 rujukan informasi , sehingga memungkinkan

untuk menebak informasi apa yang benar-benar

anda cari dari kata kunci yang di masukkan.

rujukan ini mencakup hal-hal seperti istilah pada

situs, konten terbaru, tempat tinggal anda dan

PageRank.

4. Melawan Spam

Setiap harinya, jutaan laman spam yang tidak

berguna dibuat. Google berupaya melawan spam

melalui algoritma komputer dan telaah manual.

Spam adalah kumpulan teknik curang

seperti mengulang kata kunci tertentu secara

berulang-ulang atau juga membeli link agar

mendapat pagerank yang tinggi. sehingga Para

pemilik website mendapat keuntungan websitenya

menjadi hasil pencarian teratas atau di halaman

pertama. padahal website tersebut kebanyakan

tidak relevan dan hanya mencari untung tanpa

mempedulikan isi konten. untungnya google juga

dapat mendeteksi sebagian besar spam dan

menurunkan website tersebut secara otomatis.

Untuk sisanya, mereka memiliki tim yang meninjau

situs secara manual.

5. Menyajikan Hasil

Saat pengguna memasukkan kueri, mesin kami

menelusuri indeks untuk mencari laman yang cocok

dan mengembalikan hasil yang kami yakini paling

relevan bagi pengguna. Relevansi ditentukan oleh

lebih dari 200 faktor, salah satunya adalah

PageRank untuk laman yang diberikan. PageRank

adalah ukuran pentingnya suatu laman berdasarkan

tautan yang datang dari laman lainnya. Singkatnya,

setiap tautan ke suatu laman di dalam situs Anda

dari situs lain menambah PageRank situs kita. Tidak

semua tautan sama: Google berusaha keras mening-

katkan pengalaman pengguna dengan mengiden-

tifikasi tautan spam dan praktik lainnya yang

berakibat negatif pada hasil penelusuran. Jenis

tautan terbaik adalah tautan yang diberikan berda-

sarkan kualitas konten kita.

Agar kita mendapatkan peringkat yang baik

dalam laman hasil penelusuran, penting untuk

memastikan bahwa Google dapat merayapi dan

mengindeks situs Anda dengan benar. Pedoman

Webmaster google menguraikan beberapa praktik

terbaik yang dapat membantu user menghindari

perangkap umum dan meningkatkan peringkat situs.

Fitur ‘Mungkin Maksud User’ dan

‘Pelengkapan Otomatis Google’ milik Google

dirancang untuk membantu pengguna menghemat

waktu dengan menampilkan istilah terkait, kesalah-

Page 9: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari

143

an eja umum, dan kueri populer. Layaknya hasil

penelusuran google.com, kata kunci yang

digunakan oleh fitur ini dihasilkan oleh perayap

web dan algoritme penelusuran kami secara

otomatis. Kami menampilkan prediksi ini hanya

apabila kami rasa prediksi tersebut akan menghemat

waktu pengguna. Jika peringkat situs baik untuk

suatu kata kunci, itu karena kami telah menentukan

bahwa kontennya lebih relevan bagi kueri pengguna

sesuai algoritme google.

B. Analisis Penelitian

Penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa

bagaimanapun google mendapatkan informasi yang

user inginkan juga belum bisa dipastikan

kebenarannya atau valid karena google adalah

median pencari. Google mencari hasil sesuai de-

ngan keyword yang dimasukkan user dan akhirnya

google bekerja mencari konten yang sesuai dari

jutaan bahkan milyaran website yang ada di big data

dunia. Dan google menyeleksi semua website dan

menemukan hasil yang sesuai atau mendekati

keyword. Dan faktanya hasil yang dapat kita

temukan dari judul dan pembahasan belum tentu

sesuai. Dan akhirnya user tetap harus membuka

situs by situs untuk menemukan yang konten yang

sesuai dengan user harapkan. Disamping itu juga

kebenaran konten yang disajikan dari satu dengan

yang lainnya akan menawarkan hal yang berbeda

sehingga pengguna pencari informasi juga harus

meneliti atau mencermati sumber dari hasil

pencarian atau hasil dari keyword google.

Yang pasti pada pembahasan ini adalah

pembuktian bahwa google merupakan mesin yang

bekerjanya mesin dapat diatur oleh manusia.

Google adalah mesin ciptaan manusia sehingga

manusia bisa mengetahui kelemahan dari jalannya

proses sebuah mesin. Logika ini seperti halnya jalan

kerja sebuah game yang manusia ketika paham

bagaimana game itu bekerja akan dapat menemukan

peluang keberhasilan suatu game.

Pada contoh google sebagai mesin pencari

informasi ini missal-nya untuk menjadi situs

peringkat pertama ternyata bisa diatur agar situs

milik pribadi muncul pada halaman pertama yaitu

dengan mengatur judul se-baik mungkin, tidak

banyak mengulang kata serta melakukan banyak

promosi pada situs kita.

Salah satunya adalah dengan membuat

tampilan yang menarik sehingga situs milik kita

dapat diakses dan dilihat banyak orang. Semakin

banyak orang melihat tampilan website atau situs

akan dire-komendasikan pada sistem google untuk

naik pada posisi atas. Dan pastinya banyak hal

lainnya yang dapat dilakukan manusia agar situsnya

berada pada peringkat utama yang tidak fokus

peneliti ungkap pada penelitian ini. Hal inilah yang

menjadi hal yang perlu diteliti dan dinalisa lagi

walau google menwarkan peringkat pertama belum

tentu kebe-naran informasi bisa dipastikan.

Pencari informasi harus menggunakan metode

dalam menyaring in-formasi dan tidak terkecoh

dengan yang disarankan google terutama pada

peringkat pertama. Karena disinilah masalah kenapa

pencari informasi salah dalam mendapatkan

informasi yakni tidak terlalu percaya dengan page

pertama atau peringkat dan saran google yang

ternyata peringkat pertama bisa diakalin atau diatur

oleh manusia sendiri dan juga tidak melihat

bagaimana situs tersebut dapat dipercaya atau tidak.

Sehingga diperlukan kemampuan menyeleksi dan

menganalisis situs hasil dari pencarian keyword.

Dalam kali ini penulis memberikan metode sebagai

Page 10: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147

144

pengonsumsi informasi yang benar sesuai dengan

teori yang ditawarkan oleh Lin dkk yang akan

secara detail disampaikan pada paragraf berikutnya.

Literasi digital dibutuhkan dalam mencari

informasi pada mesin pencari google yang overload

of contents dan belum tentu yang menjadi saran

pertama Google adalah jawaban yang benar.

Sehingga pada penulisan kali ini penulis

memberikan pemecahan literasi dengan teori media

literasi yang diambil dari Lin dkk. pada konferensi

literasi media. Lin et al (2013 ) sesuai dengan teori

yang dijelaskan diatas menawarkan solusi :

Pengkonsumsi informasi atau dalam Lin et al

(2013) berbicara tentang consumsing skill

maksudnya adalah kemampuan user dalam

memakai informasi yakni pintar dan bijak dalam

mengkonsumsi informasi yang dijelaskan secara

khusus dengan indikator konsumen media harus

mampu menganalisis, mengevaluasi, kritik, dan

mensintesis.

1. Menganalisis

Menganalisis adalah kemampuan individu

untuk mendekonstruksi pesan media. Dalam

kemampuan ini yang berhubungan dengan

pencarian google adalah kemampuan dimana

konsumen informasi dapat menganalisis informasi

yang kluar dari hasil keyword. Misalnya terlihat dari

hasil pencarian, maka page atau peringkat pertama

yang disarankan belum tentu menjadi jawaban dari

pencarian konsumen. Hal yang perlu dilakukan

adalah dengan membukadan membaca semua situs

dan setelah itu menganalisa tidak hanya sesuai

dengan informasi yang kita kehendaki tetapi

menganalisis konten kebenaran informasi yang

ditawarkan pada situs itu dengan membaca

keseluruhan dan membandingkan dengan situs yang

lain. Cara yang paling inti adalah masih

menganalisa sumber informasi dari konten dan

keterpercayaan situs.

2. Mengevaluasi

Mengevaluasi kemampuan individu untuk

mempertanyakan, mengkritik, dan menantang

kredibilitas media isi. Dari hasil analisis satu situs

dengan situs yang lain, menganalisa dari judul

hingga konten informasi yang ditawarkan dari situs

yang dihasilkan dari pencarian google, penting dari

pengkonsumsi informasi dengan mengevaluasi situs

tersebut baik atau tidak untuk dikonsumsi. Misal

dari judul dan isi tidak nyambung, atau isi dari

konten memuat hal yang sumber informasi yang

meragukan atau tidak bisa dipercaya atau situs

adalah situs yang memang belum dipastikan

kevalidan informasinya. Sehingga dari evaluasi

yang dihasilkan kita bisa memutuskan apakah situs

tersebut dapat dipercaya atau tidak.

3. Kritik

Kritik adalah kecaman atau tanggapan,

kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan

baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan

sebagainya. Dalam melakukan evaluasi untuk

menentukan bahwa situs tersebut bisa dipercaya

atau tidak dari hasil pencarian, setidaknya dalam

mengevaluasi pengkonsumsi informasi atau pencari

informasi memiliki kritik atau pendapat dalam

membaca konten informasi sehingga pengkonsumsi

dapat memberikan ruang bentrok atau memper-

tanyakan kembali agar menghasilkan hasil

informasi yang lebih obyektif. Misal dalam penca-

rian informasi tentang kesehatan yakni gejala nyeri.

Dalam hasil situs didapatkan informasi tentang

gejala nyeri masuk sakit jantung atau prediksi lain

yang ditawarkan setiap situs. Pengonsumsi perlu

Page 11: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari

145

mempertanyakan kembali apakah iya nyeri dada

sama dengan selalu indikasi penyakit jantung?

Kritis dengan hal lain yang dimungkinkan bisa jadi

penyakit paru-paru basah atau magh yang

sebelumnya pengkonsumsi pernah temukan hasil

dari referensi kesehatan lainnya baik online ataupun

informasi dari dokter.

4. Mensintesis

Mensintesis adalah paduan (campuran)

berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan

kesatuan yang selaras. Dalam contoh pencarian

informasi ini adalah langkah terakhir sebelum

sebuah informasi dari situs dikonsumsi yakni

dengan merangkaikan keseluruhan analisis

hinggakritik sehingga kita dapat menentukan mana

dari banyak website yang layak untuk dikonsumsi.

Langkah ini adalah langkah menstrukturkan

informasi yang benar dari sumber-sumber situ yang

diperoleh dengan mengkonfirmasi dengan yang ahli

dibidangnya dan setelah itu barulah terjadi sintesis

yakni hasil dari penelitian yang kita dapat dari

informasi mesin pencari Google.

Inti dari pengonsumsian informasi dari google

adalah menjadi pengonsumsi yang bijak yakni

dengan tidak langsung menerima dan memakan

dengan lahap semua informasi yang diberikan oleh

google. Harus selalu siap dengan terpaan informasi

yang banyak pada laman google dengan melakukan

skill atau kemampuan diatas yakni menganalisis,

mengevaluasi, mengkritik dan mensintesis laman

dari situs-situs yang telah dibaca. Tidak satu

informasi dari situs dan dianggap sebagai

kebenaran.

prosumming skill adalah bagaimana ketika

informasi didapatkan konsumen informasi media

google memiliki kemampuan dalam membagi dan

membuat konten dengan bijak. Setelah

mendapatkan informasi yang benar dari hasil

kemampuan konsumsi diatas dan selanjutnya ketika

manusia memiliki informasi akan secara otomatis

memiliki kekuatan naluriah untuk menyebarluaskan

dan membuat tiruan agar yang lain tertarik dengan

apa yang dibagikan.

Secara detail bisa dapat dijelaskan dengan

dibawah ini dengan indikasi: (1) distribusi, adalah

sebuah kemampuan individu untuk menyebar-

luaskan informasi yang ada. Misalnya ketika kita

memiliki informasi dari gogle tidak denganmudah

menyebarkan informasi tetapi harus tau informa-

sinya layak share atau tidak, karena menyebar-

luaskan konten banyak hal yang perlu diperhatikan

dan dipertimbangkan hingga mendapatkan kepu-

tusan yang tepat. Misal yang perlu dipertimbangkan

adalah faktor usiakarena tidak semuakonten layak

untuk semua usia, waktu, kondisi, karakter dll.;

(2) Produksi, adalah sebuah hal yang melibatkan

kemampuan untuk menduplikasi (sebagian/ selu-

ruhnya) atau mencampur konten me-

dia. Kemampuan ini juga merupakan salah satu hal

penting untuk para creator media sosial yakni setiap

masyarakat dengan hp sehingga dengan mudah

memproduksi baik sifatnya lembaga atau personal.

Dan juga difikirkan apa yang harus dibuat dalam

contoh pembuatan situs website atau konten tertentu

yang harapannya adalah pembuatan konten yang

membangun atau secara kepercayaan dapat

dipercaya dan tidak sembarangan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pencarian informasi dengan menggunakan

mesin pencari informasi pada riilnya di masyarakat

Page 12: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147

146

menimbulkan permasalahan yakni terlalu cepat

dalam menyimpulkan kebenaran informasi pada

situs-situs informasi yang ditawarkan oleh mesin

pencari google yang akhirnya berdampak pada

masyarakat adalah sering terjadi salah kaprah

terhadap informasi yang muncul teruatama pada

informasi kesehatan. Penelitian ini akan membedah

permasalahan sosial dampak kegiatan pencarian

informasi lewat “google” dan bertujuan untuk

memberikan informasi tentang pentingnya literasi

digital dengan menggunakan metode ilmiah untuk

mendapatkan informasi yang valid agar masyarakat

tidak terjebak dengan permainan sistem mesin

pencari “google”.

Hasil yang ditemukan dengan menggunakan

literasi media menurut Lin dkk (2013) yakni ada dua

kemampuan yakni consumming skill yakni kemam-

puan dalam mengkonsumsi media dengan melaku-

kan tindakan menganalisa, mengevaluasi, meng-

kritik dan mensintesikan data tau informasi pada

situs yang dibaca. Skill yang kedua adalah

prosuming skill yakni bagaimana individu dengan

dapat memproduksi dan mendistri-busikan dengan

benar hingga tidak mengakibatkan kesalahan

informasi pada orang lain.

B. Saran

Penelitian lainnya bisa mengenai digital literasi

pada mesin pencarian Google mungkin bisa

dilakukan dengan menggunakan metode lain dan

dapat dilihat apakah hasil penelitian dengan metode

lain dapat memberikan hasil yang serupa dengan

metode yang digunakan pada penelitian ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

banyak membantu penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Tirto.id, 2017. Memahami banyak hal tentang

big data. [online]. From

https://tirto.id/memahami-banyak-hal-

dengan-big-data-cmVQ. Diakses pada 22

Maret 2018

Katadata.co.id, 2017. Website paling sering

diakses di publik Indonesia. [online].

From

https://databoks.katadata.co.id/datapublis

h/2018/02/02/website-paling-sering-

diakses-publik-indonesia. Diakses pada

27 Mei 2018.

Putra, L. M., 2017. Sains jelaskan kenapa

banyak orang mudah percaya terhadap

hoax. [online]. From

https://sains.kompas.com/read/2017/08/2

2/215000623/sains-jelaskan-mengapa-

banyak-orang-mudah-percaya-hoax-.

Accessed on 27 maret 2018

ARIF, I. D. L. S., 2016. Hubungan Pencarian

Informasi Kesehatan di Internet dengan

Kecemasan pada Mahasiswa Informatika

UNS (Doctoral dissertation, Universitas

Sebelas Maret).

White RW, Horvitz E. C. 2009. Studies of the

escalation of medical concerns in web

search Trans on Inf Sys 2009. in press

GILANG, P. P., 2013. Pemanfaatan Akses

Internet Google Pada Mahasiswa Upn

Veteran Jatim (Studi Deskriptif Kualitatif

Mengenai Pemanfaatan Akses Internet

Google Pada Mahasiswa UPN

‘’Veteran’’Jatim) (Doctoral dissertation,

Faculty of Social Sciences and Political

Science).

Kokkoris, I., 2017. The Google Case in the EU:

Is There a Case?. Sage Journals.

62(2):313-333.

Segev, E., & Baram-Tsabari, A., 2012. Seeking

science information online: Data mining

Google to better understand the roles of

the media and the education system. Public Understanding of

Science, 21(7), 813-829.

Schneider, J., 2009. Guiding Gifted Elementary

Students Onto the Entrance Ramp of the

Information Superhighway Google. Sage

Journals. 32(1):27-31.

Page 13: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Literasi Digital Pada Masalah Pencarian... Wasvita Sari

147

Lee, L., Chen, D. T., Li, J. Y., & Lin, T. B.,

2015. Understanding new media literacy:

The development of a measuring

instrument. Computers & Education, 85,

84-93.

Lin, T. B., Jen-Yi, L., Deng, F., & Lee, L.,

2013. Understanding new media literacy:

An explorative theoretical

framework. Journal of Educational

Technology & Society, 16(4), 160.

Deliusno, 2013. Begini Cara Situs Pencari

Milik Google Bekerja. [online] from

https://tekno.kompas.com/read/2013/03/

04/16243863/begini.cara.situs.pencari.mi

lik.google.bekerja. Diakses pada 28 mei

2018.

Banowosari, L. Y., Darmawan, A., Kurniawan,

K., & Mitchell, M., 2014. Analisis Pada

Fitur Autocomplete Suggestion Dan

Semantik Pada Pencarian Di Mesin

Pencari Google. Prosiding KOMMIT.

Chen, D.-T., & Wu, J., 2011. New media

literacy in the 21th century society: Key

findings, gaps and recommendations.

Paper presented at the National

Association for Media Literacy

Education, Philadelphia, Pennsylvania,

USA.

Chen, D.-T., Wu, J., & Wang, Y.-M., 2011.

Unpacking new media literacy. Journal

on Systemics, Cybernetics and

Informatics, 9(2), 84-88.

Zaenudin, A., 2018. Sisi Kelam dari Mesin

Pencarian Google. [online] from

https://tirto.id/sisi-kelam-dari-mesin-

pencarian-google-cHvo. Diakses pada 28

Mei 2018.

Google.com., 2018. Bantuan Search

Console:Cara Kerja Google Penelusuran.

[online] from

https://support.google.com/webmasters/a

nswer/70897?hl=id. Diakses pada 28 Mei

2018.

Efendi, I, 2018. Bagaimana Cara Kerja Google

dalam Mencari Informasi. [online] from

https://www.it-jurnal.com/cara-kerja-

google-dalam-mencari-informasi/.

Diakses pada 28 Mei 2018.

Page 14: LITERASI DIGITAL PADA MASALAH PENCARIAN INFORMASI …

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 22 No.2 Oktober 2017: 135-147

148