Upload
vuliem
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Sektor UMKM
(Usaha Mikro, Kecil, dan Menengan)
Terhadap Tingkat Rasio Non Performing Financing (NPF)
Bank Syariah
(Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia)
llllllll 11111 11111 -
Ulll Universltas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Riyana Sari
NIM: 106046101687
KONSENRASI PERBANKAN SYAIUAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKUL TAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010 M
~:~PUST AKAAN UT AMA I I"":';~., <>v.11.u1n 1.11.l<'ai:lT.ll.
PENGARUH PENYALURAN PEMBIAYAAN SEKTOR UMKM
(USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH)
TERHADAP TINGKAT RASIO NON PERFORMING FINANCING (NPF)
PADA BANK MUAMALAT INDONESIA
Oleh:
Riyana Sari u1.terin.
~,~~'. : iff :~g}.~~:~~:u~~;~::::::~:: No. Jmluk : .i:l!!!~.R.l:..'i\!l!'il...." ................ . khigifikalit : ············"········ .... , ................. .
KONSENRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAII DAN HUI(UM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYAIUF HIDATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
.psi yang berjudul Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Sektor UMKM (Usaha Kccil, lro, dan Menengah) Terhadap Tingkat Rasio No11 Pe1forming Financing (NPF) Pada tk Muamalat Indonesia, telah diL~jikan clalam siclang munaqasyah Fakultas Syariah dan ~um UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pacla tanggal I 0 Desember 20 I 0. Skripsi ini telah rima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saijana Program Strata I (SI) pada gram Studi Muamalat.
tua
cretaris
Jakarta, lO Desember 2010 Dekan,
P of. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. NIP. 195505051982031012 _..-
: Mu'min Rouf, S.Ag., MA. NIP. 150281979
11bimbing I : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd. NIP. 195607121.981131003
mbimbing II : Yuke Ralunawati, MA. NIP.197509032007011016
nguji I : Dr. Syahrul A' dam, M1Ag.
NIP. 19730504200031002
ng~ji II : Ahmad Choirul Hadi, M.Ag. NIP. 1504111184
(.......... . .... )
(:IA'.~ C)
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata I (SI) di Universitas Islam
Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universi1as Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakatia.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplak dari orang lain, maka saya bernedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 November 2010
~;;.1~,~~----~~ KATA PENGANTAR
Maha Suci Allah SWT yang telah memberikan jalan hidup setiap insan yang
berbeda-beda. Sungguh Maha Indah karunia-Nya yang telah membekali setiap insan
dengan begitu banyak potensi dan bakat yang beraneka ragam. Dan atas ridho, kasih
sayang dan cinta-Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.
Salawat serta salam tidak luput penulis panjatkan kepada kekasih Allah,
Muhammad Saw. beserta para keluarga, sahabat, dah bahkan umatnya selurnh dunia
hingga akhir zaman, Insya Allah dan mudah-mudahan kita pun termasuk salah satu
kedalam umatnya, Amiin.
Alhamdulillah skripsi yang be1judul "Pengaruh Penyaluran Pembiayaan
Sektor UMKM Terhadap Tingkat Rasia Non Performing Financing (NPF) Bank
Syariah (Studi kasus pada Bank Muamalat Indonesia)" dapat penulis selesaikan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana (Sl) pada jurusan Muamalat prodi Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.
Sepenuhnya penulis meyadari bahwa banyak pihak dan orang-orang yang
terlibat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, semoga Allah memberikan balasan
yang terbaik dan berlipat ganda. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan untaian
terima kasih, khususnya kepada:
I. Ibunda tercinta dan tersayang, Nurhayati, atas segala doa, pengorba:nan, ribuan
kasih sayang dan cintanya, keringat dan cucuran air mata yang telah banyak
mengalir. Tiada untaian kata yang sanggup untuk dilukiskan. Semoga Allah
memberikan balasan yang terindah dan berlipat ganda, serta membangunkan
sebuah rumah yang indah di surga-Nya nanti.
2. Ayahanda yang selalu dirindukan, Kasiyanto, terima kasih atas pengorbanan clan
kasih sayangnya selama ini. Semoga Allah selalu memberikan ampunan,
menyelimuti dengan kehangatan, memberikan kesejukkan, clan cahaya-Nya di
alam barkzah sana.
3. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM., selaku dekan
Fakultas Syariah clan Hukum
4. !bu Dr. Enis Amalia, M. Ag. clan bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag selaku
ketua dan sekretaris jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
5. Bapak Ors. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd. dan Yuke Rahmawati, MA., selaku
dosen pembimbing atas kesediaan clan kesabarannya dalam memberikan
bimbingan, bantuan, arahan, dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Semoga Allah senantiasa menaungi dalam keberkahan, kabaikan, dan
kebahagiaan dunia akhirat.
6. Para dosen Fakultas Syariah clan Hukum yang telah banyak memberikan ilmu
dan inspirasinya yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa perkuliahan.
7. Pimpinan clan staf Perpustakaan Utama clan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi dengan berbagai referensi.
8. Mba Narti, mba Abela, dan mas priyo yang banyak membantu penulis untuk
melakukan penelitian baik permohonan data maupun wawancara yang
dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Ors. Syaffrudin, HR. selaku paman yang telah bersedia untuk menjadi sosok
seorang ayah, tulus clan ikhlas memberikan kasih sayang, perhatian, dan nasehat
kehidupan.
I 0. Adikku tersayang, Donny Ariyanto, atas pengorbanan, bantuan, dan
kesediaannya selama ini mengantar jemput penulis kemana saja.
11. !bu Nana, Bapak Sunarto, ka Dewi, ka HaiTy, Encing Evi, dan nenek ku yang
telah banyak memberikan bantuan, doa, semangat, kasih sayang, perhatian, dan
pinjaman komputernya untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Ly, Lia, dan Eti, yang selalu memberikan kesediaam1ya mendengarkan keluh
kesah dan berbagi dalam keadaan suka, senang, sedih, dan duka. Semoga Allah
selalu memberikan segala sesuatu yang terbaik dai1 terindah.
13. Teman-teman sepe1juanganjurnsal1 perbankan syariah angkatan 2006, khususnya
kelas PS D. Semoga persahabatan ini tidak akan pernah luntur oleh waktu dan
tetap abadi hingga akhirat kelak.
14. Para ustad dall ustadzah di YISC Al-Azhar, yang telah ballyak memberikan
arahan, bimbingai1, dan berperan besar dalam perubahan di.ri penulis.
15. Teman-temall YISC Al-Azhar yang selalu ceria, khususnya untuk Yuli, Titik,
Rusda, Dini, Aulia, Azka, Nuris, Nuri, Nurhayati, dan teman-teman lainnya yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Kalian turut membantu dan mendukung
dalam perubahan diri penulis. Semoga Allah selalu menguatkan keimanan .dan
menaungi kita dalam keistiqamahan.
16. Dan pihak-pihak yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis sadar tentu ada kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena
itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak yallg
membacanya, karena hanya Allah-lah yang Maha Benar. Penulis pun berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat clan wawasan untuk kita semua. Amiin
Allahumma Amiin.
Jakarta, 26 November 2010
Riyana Sa:ri
DAFTARISI
LEMBAR PERNYAT AAN ........................................................ .
KATA PENGANTAR ... ... ... ... ... . .. . ........... ...... ... . .. ... ................... 11
DAFTAR ISi ......... ... ...... .......... ........ ...... ......... ...... .............. ... VI
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .. .. .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . 6
C. Tujuan Penelitian .... .. . . . .... .. .. .... .... . . .. .. .. .. .. .. ...... .. .... .. ... 7
D. Manfaat Penelitian . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. . .. 7
E. Kajian Pustaka .. .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. ... 8
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep .......................................... 9
G. Metode Penelitian ....................... ......... ....................... 12
H. Sistematika Penulisan .. . . .. .. .. .. .. .. .. .. . . . .. .. . . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 19
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)
a. Pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) 21
b. Karakteristik UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) . . . 23
c. Kelemahan dan Keunggulan UMKM (Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah) . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. 26
B. Pengertian Pengamh . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .. . .. . . . . . . . . .. .. . . .. .. . . . . . .. . .. 29
C. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan . . . .. .. . . . . . .. . . .. . . . . . . . .. . . . .. . . . . .. . .. .. . .. 29
b. Tujuan Pembiayaan .. .. .. .. . .. .. .. .. .. . . . . . . .. . . .. .. .. .. .. . . . . .. .. ... 30
c. Jenis-jenis Pembiayaan . .. . .. . .. .. . . .. .. . . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. .. .. . . .. 32
d. Prinsip-prinsip Pemberian Pembiayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
e. Prosedur Pemberian Pembiayaan . . . .. .. .. . . . . . . .. .. . .. . .. .. .. .. .. . 38
f. Tujuan Analisis Pembiayaan . .. .. . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . .. . . . . . . . . . . 41
g. Pembiayaan Sektor UMKM .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . . . . . .. .. . . .. . . . . .. .. 42
D. Non Performing Financing (NPF)
a. Definisi Non Pe(forming Financing (NPF) 44
b. Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....... 46
c. Penyebab Non Pe1forming Financing (NPF) ... .... .. ............. 49
d. Upaya Penanganan Non Pe1forming Financing (NP F) . . . . . . . . . 51
BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA
A. Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 53
B. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia .. .. .. . . . . . .. . . . . . .. . .. .. ... 57
C. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
D. Tujuan Bank Muamalat Indonesia .. .. .. .. .. .. . . . .. . . . . . .. .. .. .. .. . . .. 59
E. Strategi Usaha Bank Muamalat Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
F. Produk-Produk Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia ........ ... 62
G. Kriteria Sektor UMKM Pada Pembiayaan Bank Muamalat
Indonesia .. . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . .. . . . . . . .. .. .. . .. . .. . .. . . .. .. . . .. .. .. .. ... 65
H. Prosedur Pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia .. .. .. .. .. .. .. .. 68
BAB IV HASIL ANALISIS
A. Peta Penyaluran Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia
B. Perkembangan Pembiayaan Sektor UMKM Pada Bartle Muamalat
Indonesia.
73
a. Berdasarkan Porsi Pembiayaan .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 77
b. Berdasarkan Komposisi Pembiayaan .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. 78
c. Berdasarkan Jumlah Nasabah .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. 81
d. Berdasarkan Jenis Akad Pembiayaan ............ ...... ............ 84
C. Strategi Bank Muamalat Indonesia Dalam Penyaluran Pembiayaan
Sektor UMKM ..................... ........... .... .. . .... ........... ..... 91
D. Perkembangan Non Pe1forming Financing (NPF} Pada Bank
Muamalat Indonesia .. . .. . .. . .. . .. . . .. . .. .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. . .. ... 94
E. Strategi Bartl( Muamalat Indonesia Dalam Mengatasi Non Pe1forming
Financing (NPF) . . . . . . ... . .. .. . . . . . . . . . ..... . . . ... .. . ... .. . ............ 99
F. Analisis penyaluran pembiayaan sektor UMKM terhadap tingkat
rasio Non Performing Financing bank syariah (NP F) . . . . . . . . . . . . . . . I 01
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 117
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . .... 122
DAFT AR PUST AKA
LAMP IRAN
DAFTAR TABEL
Tabel I.I Tabel Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Golongan Tahun
2006-2007 (Rp triliyun) . . . . . . . .. . . . . . . .. .. . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . .. . .. . I 0
Tabel 1.2 Tabel Tingkat Hubungan ... ............ ...... ...... ... ......... .. ....... 18
Tabel 2.1 Tabel Kriteria UMKM ................................................................... 23
Tabel 4.1 Tabel Perkembangan Pembiayaan Sektor UMKM dan NPF
Bank Muamalat Indonesia Per Triwulan Tahun 2007-2009 . .. .... 102
Tabel 4.2 Tabel Model Summary and Parameter Estimates . .. . . . .. . . . . . . ...... 104
Tabel 4.3 Tabel Uji Kolmogorov-Smirnov . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 107
Tabel 4.4 Tabel Korelasi (Product Moment) .. . . . . . .. .. .. . . . .. . . .. . . . . . .. . . . . . . . .. 110
Tabel 4.5 Tabel Koefisien Determinasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 112
Tabel 4.6 Tabel Regresi . . . . . . . . . . . . .. ................. .. .. . .. . .. . .. .. . . .. . .. . . . . . . .. 113
Tabel 4.7 Tabel Uji F ......... ..................... ... ............................... 116
Gambar I.I
Gainbar 4.1
Gambar4.2
Gambai·4.3
Gambar 4.4
DAFTAR GAMBAR
Gambar Flow Chaii Alur Penelitian ................................. .
Kurva Komposisi Pembiayaan Bank Muainalat Indonesia
Berdasai·kan Golongannya Tahun 2007 .............................. .
Kurva Komposisi Pembiayaai1 Ba!lk Muamalat Indonesia
Berdasarka11 Golongam1ya Tahun 2008 ............................... .
Kurva Komposisi Pembiayaan Ba11k Muainalat Indonesia
Berdasarka11 Golonga!lllya Tahun 2009 ............................. .
Kurva Perbandingan Komposisi Pembiayaan Bank Muainalat
Indonesia Berdasarkan Golongannya Tahun 2007-2009 .......... .
13
74
74
75
76
Gambar 4.4 Diagrain Perkembangan Pembiayaan sektor UMKM Tahun
2007 - 2009 . . . . .. . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . .. . . .. . . . .. .. .. .. 77
Gambar 4.5 Kurva Perkembangan Komposisi Pembiayaa11 sektor UMKM
Pada Bank Muamalat Indonesia Tahun 2007 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79
Gambar 4.6 Kurva Perkembangan Komposisi Pembiayaan sektor UMKM
Pada Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79
Gambar 4.7 Kurva Perkembangan Komposisi Pembiayaan sektor UMKM
Pada Bank Muamalat Indonesia Tahun 2009 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 80
Gambar 4.8 Diagram Perkembanga11 Jumlah Nasabah UMKM Bank Muamalat
Indonesia Tahun 2007 . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. 8 I
Gambar 4.9 Diagram Perkembangan Jumlah Nasabah UMKM Bank Muainalat
Indonesia Tahun 2007 - 2008 . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. .. . . . . .. . .. . . . ... . . . 83
Gambar 4.10 Diagram Perkembangan Jumlah Nasabah UMKM Bank Muamalat
Indonesia Tahun 2007 - 2009 .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. 83
Gambar 4.11 Kurva Perkembangan Jumlah Pembiayaan UMKM Berdasarkan
Jenis Akadnya Tahun 2007 ............................................. 85
Gambar 4.12 Kurva Perkembangan Jumlah Pembiayaan UMKM Berdasarkan
Jenis Akadnya Tahun 2008 .. .. . . .. .. . .. .. . . . .. . .. .. .... .. .. .. . .. .. .. ... 86
Gambar 4.13 Diagram Perkembangan Jumlah Pembiayaan UMKM Pada Tahun
2007-2008 .. "" ... """ """ """ .. """"" .. """. """""" "" 87
Gambar 4 .14 Diagram Perkembangan Jumlah Pembiayaan UMKM Berdasarkan
Jenis Akadnya Tahun 2009 .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. ... 88
Gambar 4.15 Diagram Perkembangan Jumlah Pembiayaan sektor UMKM Pada
Bank Muamalat Indonesia Berdasarkan Akadnya Tahun
2007 - 2009 . "".""" .. """""""" ... "" ..... """" ..... ". .... 89
Gambar 4.16 Diagram Perkembangan Non Performing Financing Tahun
2005 - 2007 ............................................................ " 95
Gambar 4.17 Diagram Perkembangan Non Pe1forming Financing Tahun
2005 - 2008 ............................................................ " 96
Gambar 4.18 Diagram Perkembangan Non Performing Financing Tahun
2005 - 2009 ".". " .... " ... " .. " ..... " """ ... """."" .. "."" ... 97
Gambar 4.20 Gambar Flow Chart Alur Analisis .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 103
Gambar 4.21 Grafilc sebaran data .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. . .. .. . ...... ...... 105
Gambar 4.22 Grafik Sebaran Data Pembiayaan Sektor UMKM .. .. .. .. . ........... 108
Gambar 4 .23 Grafilc Sebaran Data NPF .. . .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. . .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. .. 109
dari tahun ke tahun terns mengalami kenaikan, tetapi Bank Muamalat Indonesia dapat majaga dan menekan tingkat pembiayaan bermasalahnya dibawah batas toleran yang ditetapkan oleh BI sebesar 5%.
Kemudian berdasarkan output yang dihasilkan dapat diketahui bahwa ternyata antara variabel pembiayaan sektor UMKM dengan variabel NPF memiliki hubungan yang positif yaitu sebesar 64,4% yang berarti hubungan ini bersifat kuat.Model persamaan regresi sederhana yang dihasilkan yaitu Y= -0,047 + 0,0000000165 X yang berarti hal ini menunjukkan bahwa antara variabel pembiayaan sektor UMKM (X) dan variabel NPF (Y) memiliki arah hubungan yang searah sehingga setiap terjadi peningkatan terhadap pembiayaan sektor UMKM maka akan meningkatkan pula nilai NPF pada Bank Muamalat Indonesia.
Berdasarkan hasil tersebut diatas, dapat diketahui bahwa walaupun dari sisi profit, pembiayaan sektor UMKM memberikan kontribusi yang cuknp menguntungkan bagi Bank Muamalat Indonesia, tetapi di sisi lain juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap risiko pembiayaan bermasalah atau tingkat rasio Non Performing Financing (NPF) pada Bank Muamalat Indonesia. Sehingga dalam penyalurannya pun Bank Muamalat Indonesia tidak se11a merta hanya melihat dari sisi profit yang diperoleh.
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Islam, manusia diwajibkan untuk berusaha agar ia mendapatkan
rezeki guna memenuhi kebutuhan kehidupannya. Untuk memulai usaha
diperlukan modal, seberapa pun kecilnya. Adakalanya orang mendapatkan modal
dari simpanannya atau dari keluarganya. Ada pula yang meminjam kepada rekan-
rekannya. Jika tidak tersedia, peran institusi keuangan 'menjadi sangat penting
karena dapat menyediakan modal bagi orang yang ingin berusaha. 1
Institusi keuangan khususnya sektor perbankan, baik bank konvensional
maupun bank syariah, dalam melakukan kegiatan usahanya memerlukan dana dari
masyarakat, dan kemudian dana terse but dioperasikan kem bali kepada masyarakat
dalam bentuk pembiayaan yang pada akhirnya akan menghasilkan pendapatan.2
Dalam perkembangannya, sektor perbankan syariah di Indonesia
menunjukkan perkembangan yang makin pesat dan fantastis. Krisis keuangan
global tahun 2008 di satu sisi telah membawa hiklhah bagi perkembangan
perbankan syariah. Penetapan sistem syariah sebagai pola alternatif yang tepat
1 Muhammad Syafi'I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakm1a, Gema Insani, 2001, h. 169
2 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1995, edisi IV, h. 88.
2
dalam menghadapi berbagai persoalan ekonomi di [ndonesia. 3 Karenanya,
penekanan pada aspek pemberdayaan ekonomi kerakyata11 di sektor riil membuat
perbankan syariah lebih realistis dalam prakteknya. Misalnya, mengenai
mekanisme pembiayaan yang membuat keseimbangan antara pertumbuhan di
sektor moneter dan sektor riil. 4
Salah satu target pencapaian sistem perbankan syariah nasional yang
tercantum pada blue print Perbankan Syariah Indonesia adalah memiliki peran
signifikan dalam sistem perekonomian nasional, serta mampu melakukan
perbaikan kesejahteraan rakyat. Sekaligus berdasarkan nilai-nilai syariah, salah
sati visi pengembangan perbankan syariah di Indonesia adalah "Terwujudnya
sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip kehati-
hatian yang mampu mendukung sektor riil secara r.yata melalui kegiatan
pembiayaan berbasis bagi has ii (share-based financing) dan transaksi riil dalam
kerangka keadilan, to/ong-meno/ong dan menuju kebaikan guna mencapai
kemashlahatan masyarakat".' Perbankan syariah yang menyalurkan pembiayaan
ke sektor riil, termasuk diantaranya usaha kecil dan menengah (UKM) berperan
besar meningkatkan kemajuan UKM. Dengan prinsip bagi hasil membuat
lembaga keuangan syariah dinilai tepat untuk menyalurkan pembiayaan kepada
j en is us aha i tu.
3 K. H. Ma'ruf Amin, Prospek Cerah Perbankan Syariah, Cet. I, Jakarta, LeKAS, 2007, h. 134 4 Ibid., h. 142-143 5 M Showam Azmy dan M. Mahrus, "Bank Syariah: Bank Yang Ramah UMKM', artikel ini
diakses pada hari Rabu tanggal 11 November 2008 dari http://ekisonline.com/index. php?option=eom content&task=view&id= 15 5&Itemid=27
3
Dalam konteks Indonesia, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) adalah kelompok yang masih sangat penting peranannya dalam
pembangunan ekonomi nasional.6 Peningkatan peran dan kegiatan usaha UMKM
semakin nampak sejak !crisis tahun 1997, UMKM telah menunjukkan
perkembangan yang terus meningkat dan bahkan mampu menjadi penopang
peiiumbuhan ekonomi nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari data BPS 2003,
yang menunjukkan populasi UMKM mencapai sekitar 48,39 juta unit atau
99 ,85% dari keseluruhan pelaku bisnis di Indonesia. Disamping itu, UMKM juga
memberikan kontribusi besar dalan1 penyerapan tenaga kerja yaitu 99,4% dan
mernberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp.
1.013,5 triliun atau 56,73%.7
Meskipun UMKM menjanjikan bagi masa depan ekonomi nasional,
namun, dalam perkembangmmya seringkali diperhadapkan oleh berbagai
dilema. 8 Dalam mengembangkan usahanya, UMKM menghadapi berbagai kendala
baik yang bersifat internal maupun eksternal, permasalahan-permasalahan tersebut
antara lain: 1) manajemen, 2) permodalan, 3) teknologi, 4) bahan baku, 5) info1masi
dan pemasaran, 6) infrastruktur, 7) birokrasi dan pungutan, 8) kemitraan.9 Dari
6 "Tak Punya Utang Luar Negeri, UMKM Ma/ah Tahan Krisis ". Kompas, 27 November 2008. 7
Sri Lestari Hs, "Perkembangan dan Strategi Pengembagan Pembiayaan Usaha Mikro, Keci/, dan Menengah (UMKM"), artikel 1m diakses pada 2 Februari 20 IO dari www .smecda.com/deputi7 /file _Infokop/V 0L15 .. ./6 _ %20 lestari.pdf
8 Muhammad Ghafur W., Protet Perbankan Syariah Indonesia Terkini (Kajian Kritis Perkembangan Perbankan Syariah), Yogyakarta, Biruni Press, Cet. Pertama, 2007, h. 118-119
9 Sri Lestari Hs, "Perkembangan dan Strategi Pengembagan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)", artikel m1 diakses pada 2 Februari 2010 dari www.smecda.com/deputi7 /file lnfokop/VOL 15 .. ./6 %201estari.pdf
4
beragamnya permasalahan yang dihadapi UMKM, nampaknya persoalan pendanaan
merupakan salah satu dilema yang sangat krusial bagi kelanjutan usaha UMKM.
Sehingga lembaga keuangan formal (bank) memandang bahwa usaha mikro
sebagai unit ekonomi yang not bankable. 10
Namnn semenjak berdiri, bank syariah sudah memfokuskan diri dalam
melakukan penyaluran pembiayaan ke sektor UMKM dalam rangka
pemberdayaan ekonomi ummat. 11 Hal ini bisa dilihat dari beberapa bulan
menjelang pecahnya krisis global, industri perbankan syariah tampak
menunjukkan keberpihakan pada sektor UMKM yang ditunjukkan dengan
naiknya agregat pembiayaan, 12 dimana bank syariah memberikan porsi
pembiayaan kepada UMKM mencapai nominal Rp27,18 Trilyun (72,13%)
sampai dengan posisi September 2008, dengan pertumbuhan pembiayaan pada
sektor UMKM sebesar 38,91% dan pembiayaan untuk sektor non UMKM
mencapai Rpl0,5 triliun (27,87%). (Data BI, oktober 2008)13
Sedangkan kegiatan bank dalam menyalurkan dana kepada
masyarakat/nasabah tidak terlepas dari adanya risiko pembiayaan macet (Non
Performing Financing/NPF). Dalam upaya untuk meminimalkan risiko
'0 Ghafur W., Protet Perbankan Syariah Indonesia Terkini (Kajian Kritis Perkembangan
Perbankan Syariah), h. I 18-1I9 11 Aku dan Tugas Ku, "Ana/is is Kebijakan Bank Syariah Terhadap Pembiayaan UKM'', aitikel
ini di akses pada 16 Juni 2010 di http://akudantugasku.wordpress.com/2009/06/26/analisis-kebijakanbank-syariah-terhadap-pe1nbiayaan-ukm/
12 A. Riawan An1in, Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekono111ia11 Nasional, Jakarta, UIN Press, 2009, h. 30-3 I.
13 Agustianto, "Perkembangan dan Proyeksi bank Syariah 2009", artikel ini di akses pada hari 09 Januari 2009 dari http://indonesiafile.com/content/view/6 I 1147/
5
pembiayaan tersebut, bank perlu melakukan analisis pada potensi usaha
b k d l b I. b. 14 nasa ahnya, khususnya emampuan a am pengem a 1an pem iayaan.
Sepandai apa pun analisis kredit yang dilakukan dalam menganalisis setiap
permohonan kredit, kemungkinan kredit tersebut macet pasti ada. Hanya saja
dalam hal ini, bagaimana meminimalkan resiko tersebut seminimal mungkin. 15
Sejak !crisis keuangan global melanda, perbankan syariah bersikap lebih
hati-hati dalam melakukan pembiayaan untuk mencegah meningkatnya angka
non performing finance (NPF). Angka NPF perbankan syariah di November
2008 pun tercatat 4,97 persen, meningkat dibanding Oktober 2008 yang sebesar
4,49 persen. Oleh karena itu, bank syariah menahan ekspansi pembiayaan dalam
kondisi ekonomi yang masih tidak menentu.
Untuk itu perbankan syariah pun harus lebih selektif dalam memilih usaha
yang dibiayai agar tidak membuat NPF semakin tinggi. Untuk melakukan
pembiayaan ke sektor mikro pun, perbankan sym-iah harus menyiapkan
infrastruktur yang memadai. Pasalnya, pembiayaan ke sektor mikro tak terlalu
besar, namun jumlahnya sangat banyak. 16
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai pengaruh pembiayaan sektor UMKM terhadap tingkat rasio
Non Performing Financing (NPF) yang ada dalam Bank Umum Syariah (BUS)
14 Faisal Afiff, Yoso Aripurnomo, dkk, Strategi & Operasional Bank, (Bandung: PT Eresco, 1996), h. 246.
15 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan", Cet. 3, (Jakarta: PT RajaGrafmdo Persada, 2004), h. 128 16 Alfi Wijaya (Kepala Divisi Riset dan Manajemen Proyek Karim Business Consulting),
"Pengurangan Parsi Pembiayaan Bank Syariah Mega", artikel ini di akses pada 24 Maret 2008 dari !ll!Jl:i/www.sebi.ac.id/index.php?option=com content&task=view&id=53 l&Itemid=46
6
melalui penulisan karya ilmiah, yang berupa skripsi dengan judul "Pengaruh
Penyaluran Pembiayaan Sektor UMKM Terhadap Tingkat Rasio Non
Performing Financing (NPF) Pada Bauk Muamalat Indonesia".
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
I. Pembatasan Masalah
Penulis hanya akan membahas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan bank syariah dalam melakukan penyaluran pembiayaan, yaitu
pembiayaan sektor UMKM dan perkembangan tingkat rasio Non Pe1forming
Financing (NPF) pada bank syariah tahun 2007-2009.
2. Perumusan Masalah
Dari pokok permasalahan tersebut penulis merumuskan beberapa
rincian permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :
I. Bagaimana kriteria UMKM yang mendapatkan persetujuan permohonan
pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia?
2. Bagaimana strategi Bank Muamalat Indonesia dalam menyalurkan
pembiayaan sektor UMKM?
3. Bagaimana pengaruh pembiayaan sektor UMKM tersebut terhadap tingkat
rasio Non Pe1forming Financing (NP F)?
4. Bagaimana strategi yang di ambil oleh Bank Muamalat Indonesia dalam
menjaga tingkat rasio Non Pe1forming Financing (NPF)?
7
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
I. Mengetahui kriteria UMKM yang mendapatkan persetujuan permohonan
pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia.
2. Mengetahui strategi Bank Muamalat Indonesia dalam menyalurkan
pembiayaan sektor UMKM.
3. Mengetahui besarnya pengarnh pembiayaan sektor UMKM terhadap tingkat
rasio Non Performing Financing (NPF).
4. Mengetahui strategi Bank Muamalat Indonesia dalam menjaga tingkat rasio
Non Pe1:forming Financing (NP F) sehingga tetap berada dalam batas toleran
yang ditetapkan oleh BL
D. Kegunaan/Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
I. Diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi yang bermanfaat bagi
pengembangan dan peningkatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan,
khususnya lee sektor riil.
2. Meningkatkan kompetisi penyaluran dana diantara bank syariah yang nantinya
akan memberikan pengaruh terhadap market share perbankan syariah di
Indonesia.
3. Meningkatkan peran bank syariah dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan ekonomi secara makro.
8
E. Kajian Pustaka
Penelitian tentang pembiayaan dan Non Pe1forming Financing telah diteliti
oleh sejurnlah Peneliti. Dari sekian banyak Peneliti yang membahasnya, ada
beberapa yang meqjadi fokus tinjauan pustaka bagi Penulis berkenaan dengan
topik yang dipilih dalam penelitian ini, yaitu :
• Penelitian yang dilakukan oleh M. Irfansyah (2007), yang berjudul "Pengaruh
Jumlah Pembiayaan Terhadap Tingkat Rasia Non Performing Financing
(NPF) Pada Bank DK! Syariah", hasil penelitian ini memaparkan tentang
factor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bemmsalah, pengaruh jumlah
pembiayaan yang disalurkan teradap tingkat rasio Non Pe1forming Financing
(NPF), dan memaparkan langkah-langkah yang dilakukan oleh bank syariah
dalam upaya penanganan pembiayaan bermasalah.
• Penelitian yang dilakukan oleh Dian Agustina Prameswari (2007), yang
berjudul "Peranan Studi Kelayakan Pembiayaan Terhadap Tingkat NPF",
hasil dari penilitian ini yaitu memaparkan akan pentingnya pelaksanaa studi
kelayakan pembiayaan terhadap tingkat NPF di bank syariah dan
mempengarnhi fluktuasi tingkat rasio NPF bank syariah.
• Penelitian yang dilakukan oleh Ria Julianti (2008), yang berjudul "Kebijakan
Bank Muamalat Indonesia dalam Pembiayaan kepada UMKM Tahun 2003-
2007", hasil dari penelitian ini adalah memaparkan beberapa kebijakan yang
9
diterapkan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam melakukan penyaluran
pembiayaan ke sektor UMKM.
Dari penelitian tersebut di atas, belum ada yang memaparkan tentang
pengaruh penyaluran pembiayaan sektor UMKM terhadap tingkat rasio Non
Performing Financing (NPF) pada Bartle Muamalat Indonesia. Sehingga dalam
hal ini, Penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh penyaluran pembiayaan
sektor UMKM terhadap perkembangan tingkat rasio Non Performing Financing
(NPF) dan apa pengaruh penyaluran pembiayaan sektor UMKM tersebut
memberikan kontribusi terhadap tingkat rasio Non Pe1forming Financing (NP F)
di bank syariah.
F. Kerangka Tcori dan Kerangka Konsep
I. Kerangka Teori
Sektor ekonomi di Indonesia secara faktual sebagian besar didukung
oleh sektor usaha Mikro, kecil dan menengah atau dikenal dengan singkatan
UMKM. 17 Pada saat krisis ekonomi terjadi, ternyata sektor Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) memperlihatkan ke:mampuan nntuk tetap
survive meskipun mereka diterpa badai krisis. 18 Meskipun seperti itu, sektor
UMKM selalu dihadapkan oleh permasalahan utama yang dihadapi yaitu
17 Khotibul Umam, SH, "Optima/isasi Peranan Perbankan Syariah Dalam Pembiayaan Produktif Bagi Sek/or UKM", mtikel m1 http://sharialaearn.wikidot.com/khotibulumam003
18 Muhammad, Bank Syariah Problem don Pertama, (Yogyakmta: Graha llmu, 2007), h. 109
diakses pada 27 April 20 I 0 dari
Prospek Perkembcmgan Di Indonesia, Edisi
10
berupa permodalan, dimana terkadang dalam memperoleh modal dari bank
mengalami kesulitan dan yang membuatnya menjadi non bankable.
Namun dalam perkembangan usaha bank syariah justru lebih
memfokuskan diri untuk melakukan penyaluran pembiayaan ke sektor
UMKM. Hal ini dibuktikan dengan terns meningkatnya pembiayaan sektor
UMKM dari tahun ke tahun.
Tabel I. I Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Golongan
Tahun 2006-2007 (Rp triliyun) :19
Ket Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan
UMKM 12,61 12,94 13,74 14,43 14,59 14,87 14,58
NonUMKM 5,91 6,09 5,92 5,66 5,8 5,57 5,64
Feb
14,91
5,55
Hal ini pun dibuktikan kembali ketika beberapa bulan menjelang
pecalmya !crisis global, industri perbankan syariah tampak menunjukkan
keberpihakan pada sektor UMKM yang ditunjukkan clengan naiknya agregat
pembiayaan. 20 Bank Indonesia (BI) mencatat, pembiayaan yang diberikan
perbankan syariah kepada UMKM per September 2008 mencapai Rp 27,81
triliun atau 72,13 persen. Sedangkan pembiayaan kepada non UMKM
mencapai Rp I 0,5 triliun atau 27,87 persen dengan pertumbuhan pembiayaan
pada sektor UMKM sebesar 38,91 % sampai posisi 2008 (tahun ke tahun). 21
19 Muhammad Ghafur W., Prate/ Perbankan Syariah .Jndonesia Terkini (Kajian Kritis Perkembangan Perbankan Syariah), Cet. Pertama, (Yogyakarta: Biruni Press, 2007), h. 18.
20 Amin, Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian NasionaI'', h. 30-3 I 21 Hary Mmthy Gunawan, "Workshop Perbankan Syariah", artikel ini diakses pada 21
Desember 2008 dari http://www.ssffmp.or.id/berita/21844/Bank Muamalat Naikkan Pembiayaan UMKM
l l
Bagi industri perbankan syariah, penyaluran pembiayaan ke sektor UMKM
lebih menguntungkan dibandingkan sektor non UMKM. 22
Kegiatan bank dalam menyalurkan dana kepada masyarakat/nasabah
memang tidak terlepas dari adanya risiko pembiayaan bermasalah (Non
Performing Financing). Dalam upaya untuk meninimalkan risiko pembiayaan
tersebut, bank perlu malakukan analisis pada potensi usaha nasabahnya,
khususnya kemampuan dalam pengembalian pembiayaan.23 Karena sepandai
apa pun analisis laedit yang dilakukan oleh bank, kemungkinan laedit tersebut
. d 24 macet past! a a.
Untuk mengetahui besarnya NPF (Non Pe~forming Financing) suatu
bank, BI menginstruksikan perhitungan NPF dalam laporan keuangan
perbankan nasional sesuai dengan surat edaran No. 6/23/DPNP tanggal 31
Mei 2004, tentang perhitungan Rasio Keuangan Bank yang dirumuskan sebagi
berikut:25
Non Performing Financing (NPF) = Pembiavaan Bermasa/ah
Total Pembiayaan
Dalam perkembangannya, kine1ja pembiayaan Bank Syariah cukup baik
dengan tingkat pembiayaan bermasalah yang relatif kecil. Namun sejak krisis
22 Tomi Sujatmiko, "Pembiayaan BSM Rp!2,5 T'', artikel ini di alrnes pada 11 Desember 2007 dari http://www.syariahmandiri.eo.id/berita/details.php?cid=l&id=489
23 Faisal Afiff, Yoso Aripurnomo, dkk, Strategi & Operasiona/ Bank, h. 246 24 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Cet. 3, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 128 25 M. lrfansyah, "Pengaruh Jumlah Pembiayaan Terhadap Tingkat Rasia Non Pe1forming
Financing (NPF) Pada Bank DK/ Syariah", (Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007), h. 49
12
ekonomi global melanda, perbankan syariah pun harus bersikap lebih hati-hati
dalam melakukan pembiayaan untuk mencegah meningkatnya angka non
performingfinance (NPF). 26
2. Kerangka Konsep
I Bank Syariah
'
I Pembiayaan
/ ~. --
Perkembagan NonUMKM UMKM 1----J. Pembiayaan Sektor ~
I UMKM
Anal is is Resiko - Regresi Sederhana
Pembiayaan
l NPF (Non Performing Financing) I Perkembangan
I . -
NPF
G. Metode Penelitian
Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang
juga merupakan sebuah pemikiran kritis. Pada umumnya, penelitian dilakukan
dengan berbagai metode yang disesuaikan dengan data dan kebutuhan.
26 Aji Dedi Mulawannan, "Krilik Market Share 5% Bank Syariah", artikel ini di akses pada 17 November 2009 dari http://www.ajidedim.com/index.]llJP/ekonomi/ekonomi-islam/65-kritik-marketshare-5-bank-syariah
13
I. .T enis Penelitian
• Berdasarkan J enis Data
Penelitian ini rnerupakan jenis penelitian kuantitatif; dirnana data-data yang
dikumpulkan dinyatakan dalarn bentuk nilai absolute.27
• Berdasarkan tujuan
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif, yaitu merupakan jenis
penelitian yang rnenjelaskan hubungan, perbedaan, atau pengaruh antara
variabel be bas dan variabel terikat. 28
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini memakai pendekatan statistik inferensial parametik, artinya
apa yang terjadi pada sarnpel akan diber!akukan kepada populasi dengan
rnernakai skala interval dan rasio yang digunakan berdasarkan pada populasi
yang berdistribusi norma!.29
3. Teknik Pengurnpulan Data
Teknik pengurnpulan data yang dilakukan oleh penulis mencakup
beberapa ha!, yaitu:
• Interview : melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian ini.
27 Sukandar Rumidi, Metodologi Penelitian: Petwyuk Prak/is untuk Pene/iti Pemu/a, (Jakarta: Gajah Mada University Press, 2004), h. 112
h.4
28 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif,( Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 38. 29 Ali Mauludi, Statistik !: Penelitian Ekonomi !slam Dan Sosial, (Jakarta: Edisi pertama, 2006),
14
• Dokumentasi : mengumpulkan data berdasarkan laporan yang didapat dari
perusahaan yang diteliti dan laporan lainnya yang berkaitan dengan
masalah penelitian ini.
• Observasi : sebuah metode ilmiah berupa pengamatan dari pencatatan
dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.
4. Jenis Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian m1 merupakan data
kuantitatif yang bersumber pada:
1. Data Primer
1. Hasil Observasi
2. Hasil Wawancara
2. Data Sekunder
1. Dokumentasi dari arsip atau data yang berhubungan dengan penelitian.
2. Penelititan kepustakan (Library Research) dari buku, artikel, dan karya
karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.30
3. Hipotesis
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel pembiayaan
sektor UMKM (X) dan variabel NPF (Y). Kedua variabel tersebut akan
dianalisis dengan hipotesis sebagai berikut:
H 0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pembiayaan sektor
UMKMdanNPF
'0 Iqbal Hasan, Metodologi Pene!itian dan Ap/iksinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 11
15
H, = Terdapat pengaruh yang signifikan antara pernbiayaan sektor UMKM
dan NPF
4. Analisis Data yang Dilakukan
Bentuk analisis yang dipergunakan oleh penulis adalah dengan
menggunakan analisis regresi sederhana. Berikut ini bentuk-bentuk analisis
yang dipergunakan penulis untuk manganalisis data-data tersebut, yaitu:
a. Uj i Linearitas
Uj i linearitas digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel
bebas dan variabel terikat terdapat hubungan linear atau tidak. Dalam suatu
penelitian ada kecendrungan pengelompokan data ke jenis data linear,
walaupun tidak semua data memiliki sebaran linear atau berbentuk kurva
sehingga harus digunakan parameter lain, bukan regresi. Kepastian untuk
menentukan linear tidaknya suatu data dapat diuji dengan uji linearitas.
b. Uji No1malitas
Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data yang
digunakan memiliki distribusi nornml, sehingga clapat cligunakan dalam
statistik parametik.31 Sebab data yang berdistribusi ticlak normal tidak clapat
digarap clengan rumus statistik parametik. Dengan demikian, sebelum
dianalisa clengan runms te1ientu normalitas sebaran suatu data harus sudah
31 Agus Eko Sujianto, Ap/ikasi Statistik dengan SPSS 16.0, Cet.l, (Jakarta: Prestasi Pusaka Publisher, 2009), h. 77
11
16
diketahui. Jadi, uji nom1alitas data hams sudah clitentukan sebelum
penerapan suatu rumus statistik untuk pengujian hipotesis.32
Aclapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini aclalah uji
Kolmogorov Smirnov. Uji ini merupakan uji kecocokan antara data hasil
pengamatan dengan hipotesis. Uji ini akan membanclingkan antara
frekuensi kumulatif sebaran data dengan hipotesis.33
c. Uji Korelasi
Korelasi merupakan angka yang menunjuk:kan arah clan kuatnya
hubungan antara clua variabel atau lebih. Arab clinyatakan dalam besamya
koefisien korelasi. Dalam penelitian ini, uji hipotesis digunakan untuk
mengetahui hubungan antara pembiayaan sektor UMKM yang clisalurkan
dengan tingkat rasio NPF. Rumusaimya adalah sebagai berikut:
Besamya koefisien korelasi yang diperoleh dapat berpedoman pada
keterangan yang teriera pada label 1.2 sebagai berikut:34
32 Burhan Nugroho, Statistik Terapan, (Yogyakarta: Gama Mada Universiats Press, 2004), h.
33 Widayat, Riset Bisnis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), h. 115 34 Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, cet. V, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 126
17
Tabel 1.2 Tabel Tingkat Hubungan
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60- 0,799 Kuat 0,80 - 1,00 Sangat Kuat
d. Koefisien Determinasi
Dalam analisi korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan
koefisien determinasi atau disebut juga dengan R Square yang merupakan
kuadrat dari koefisien korelasi. Koefisien determinasi digunakan untuk
Untuk menentukan besamya pengaruh frekuensi variabel X; terhadap
variabel Y. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel Y
dapat dijelaskan oleh variabel X.
e. Uj i Regresi Sederhana
Uji regresi adalah telmik statistik ayang berguna untuk memeriksa
dan memodelkan hubungan diantara variable-variabel.35 Berikut ini rumus
analisis regresi, yaitu:
• Persamaan Regresi Linear Sederhana36
Keterangan :
35 Sujianto, Aplikasi Stalistik dengan SPSS I 6.0, h. 55 36 Sarwoko, Statistik !nferesi untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007),
h. 163.
19
Jika t,,;,,,,,g > t,a,,,1 maka H 0 ditolak
Jika t1,,,,,,," < t,,,,," maka H 0 diterima
• Uji F
Uj i F ini digunakan untuk menguj i ada a tau tidaknya hubungan
linear antar variabel, sehingga model regresi yang dihasilkan dapat
digunakan untuk memprediksi. Dimana hipotesisnya adalah:39
H0 = Tidak ada hubungan yang linear antara variabel pembiayaan
sektor UMKM dengan NPF
H, = Ada hubungan yang linear antara variabel pembiayaan sektor
UMKM dengan NPF
Berdasarkan probabilitas sebagai berikut:
Jika probabilitas < 0,05 malrn H 0 ditolak
Jika probabilitas > 0,05 maka H 0 diterima
H. Sistematika Penulisan
Teknik penulisan ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan
oleh Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007.
Untuk mendapatkan hasil penulisan yang terstruktur dan sesuai dengan
kaidah penulisan, maka sistematika tulisan ini disusun sebagai berikut :
39 Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, h. 65
20
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori,
hipotesis, metodologi penelitian, objek penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini alcan dibahas lebih mendalam tiltjauan pustaka atau studi
literatur dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.
BAB III. GAMBARAN UMUM BANK MUAMALA T INDONESIA
Bab ini terdiri dari sejarah singkat Bank Muamalat Indonesia, visi dan
misi, struktur organisasi, produk-produk perusal1aan dan perkembangan kinerja
Bank Muamalat Indonesia.
BAB IV. HASIL ANALISIS
Bab ini berisi deskripsi basil penelitian, pengujian hipotesis, korelasi,
korelasi determinasi, regresi, koefisien regresi, dan pembahasan hasil penilitian.
BAB V. PENUTUP
Pada bab ini penulis mencoba membuat kesimpulan dari pembahasan
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan saran-saran
yang kiranya bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
21
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)
a. Pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil , dan Menengah)
Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah
telah diatur dalam payung hukum berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Berikut ini
pengertian masing-masing, yaitu: 40
a. Pengertian Usaha Mikro
Usaha Mikro adalah usaha produktifmilik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi !criteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008.
b. Pengertian Usaha Kecil
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.
40 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, "Kriteria Usaha Mikro, Keci/, dan Menengah Menurul VU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM", artikel ini diakses pada 27 Oktober 20 IO dari !illJl://www.deR!illR.go.id/index.php?option=com content&article&id=129
22
c. Pengertian Usaha Menengah
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2008.
Di dalam UU No. 20/2008 tersebut pengertian UMKM tergambar dari
kriteria UMKM, yang dibedakan berdasarkan, pertama : Kekayaan Bersih
(tidak tennasuk tanah dan bangunan), kedua : Hasil Penjualan Tahunan.
Secara ringkas kriteria usaha mikro dan kecil adalah sebagai berikut:41
Tabel 2.1 Tabel Kriteria UMKM
Kriteria UMKM Mikro Kecil Menengah Kekayaan Bersih Paling ban yak Lebih dari Rp. 50 Lebih dari Rp. 500 (tidak termasuk Rp. 50 juta ju ta sampai juta sampai tanah & bangunan) dengan paling dengan paling
ban yak Rp. 500 ban yak Rp. 10 juta Milyar
Hasil Penjualan Paling ban yak Lebih dari Rp.300 Lebih dari Rp. 2,5 Tahunan Rp. 300 juta juta sampai Milyar sampai (Omset/tahun) dengan paling dengan paling
ban yak Rp. 2,5 ban yak Rp. 50 Milyar Milyar
Di kalangan perbankan, pengelompokan/klasifikasi UMKM didasarkan
pada tingkat (plafond) kredit/ pembiayaan yang dapat diberikan kepada
41 Deddy Edward, "UMKM Tulang Punggung Ekonomi Indonesia", artikel ini di akses pada 25 Oktober 20 I 0 dari http://deddyedward.blogdetik.com/page/2/
23
UMKM, yaitu usaha mikro kredit/pembiayaan sampai dengan Rp. 50 juta,
usaha kecil kredit/pembiayaan antara Rp. 50 juta s/d Rp. 500 juta, sedangkan
usaha menengah kredit/ pembiayaan antara Rp. 500 juta s/d Rp. 5 milyar.42
b. Karakteristik UMKM (Usaha Mikro, Kecil , dan Menengah)
1. Usaha Mikro
Berikut ini ciri-ciri usaha mikro:
• Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti;
• Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tern pat;
• Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan
tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
• Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki JIWa
wirausaha yang memadai;
• Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat renclah;
• Umumnya belum akses kepacla perbankan, namun sebagian dari mereka
suclah akses ke lembaga keuangan non bank;
• Umumnya ticlak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
42Deddy edward, "UMKM Tulang Punggung Ekonomi Indonesia", artikel ini diakses pada 26 Oktober 20 I 0 dari http://deddyedward.blogdetik.com/page/2/
24
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen
pasar yang cukup potensial untuk dilayani da.lam upaya meningkatkan
fungsi intermediasi-nya karena usaha mikro mempunyai karakteristik
positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara
lain:
• Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap
dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih
tetap berjalan bahkan terns berkembang;
• Tidak sensitive terhadap suku bunga;
• Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;
• Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menenma
bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha
mikro yang sulit rnemperoleh !ayanan kredit perbankan karena berbagai
kendala baik pada sisi usaha mikro rnaupun pada sisi perbankan sendiri.
2. Usaha Kecil
Berikut ini ciri-ciri usaha kecil:
• Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak
gampang berubah;
• Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap ticlak berpindah-pindah;
25
• Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan
keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;
• Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP;
• Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam
berwirausaha;
• Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
• Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.
3. Usaha Menengah
Berikut ini ciri-ciri usaha menengah:
• Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih
baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang
jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian
produksi;
• Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan
penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
• Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan,
telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
26
• Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga,
izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dl!;
• Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
• Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan
terdidik. 43
c. Kelemahan dan Keunggulan UMKM (Usaha Mikro, Kecik , dan
Menengah)
Dalam perkembangannya di Indonesia, UMKM menjumpai banyak
hambatan atau kendala yang dihadapi dalam beberapa aspek yang berkaitan
langsung dengan kegiatan usahanya. Adapun hambatan-hambatan tersebut
antara lain: 44
I. Keterbatasan Pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis
bagi perkembangan UMKM. Salah satu yang terkait dengan masalah
pemasaran yang umum dihadapi oleh UMKM .adalah tekanan-tekanan
persaingan, baik di pasar domestik dari produk-produk serupa buatan
Usaha Besar (UB) maupun di pasar ekspor.
Selain keterbatasan informasi bagi Usaha Kecil dan Menengah
mereka juga mengalami kekurangan modal dan SDM dalam melakukan
43 Deddy edward, "Ciri-ciri UMKM'', artikel ini di akses pada tanggal 05 Agustus 2008 dari hlli! :// usaha-um km . b Io g. co 111/tag/ c iri-c iri-um km/
44 Tulus T.H. Tambunan, Usaha Keci/ dan Menengah Di Indonesia, Beberapa !su Penting, (Jakarta: Salemba, 2002), h. 73-81.
27
usaha. Di samping itujuga karena daerah mereka yang relatifterisolir dari
pusat-pusat informasi, komunikasi dan transportasi UMKM juga
mengalami kesulitan untuk memenuhi standar-standar internasional yang
berkitan dengan produksi dan perdagangan.
2. Keterbatasan Finansial
UMKM di Indonesia mengalami dua maslah utanm dalam aspek
finansial, yaitu pada mobilisasi modal awal (start-up capital) dan akses
kemodal kerja dan finansial jangka paqjang untuk investasi yang sangaat
diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Hal ini disebabkan
lokasi bank terlalu jauh bagi banyak pengusaha yang tinggal di daerah
yang relatif terisolir, persyaratan ter!alu berat, urusan administrasi terlalu
bertele-tele, dan kurang informasi mengenai skim··Skim perkereditan yang
ada dan prosedurya.
3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia
Masalah SDM juga menjadi masalah bagi UMKM di Indonesia,
terutama dalam aspek enterprenurship, manajemen, teknik produksi,
pengembangan produk, engineerig desaign, quality control, organisasi
bisnis, akuntansi, data processing, telmik pemasaran danpenelitian pasar.
Keterbatasan SDM merupakan salah satu ancaman serius bagi UMKM
Indonesia untuk dapat bersaing baik di pasar domestik maupun di pasar
internasional.
PERPUSTAKAAN UTAMA 28 UIN SYAHID JAKARTA
4. Keterbatasan Bahan Baku
Keterbatasan bahan baku meajdi masalah yang krusial bagi
pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak UMKM di
Indonesia.
5. Keterbatasan Teknologi
Unrnmnya UMKM di Indonesia masih menggunakan teknologi
lama/tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi
yang sifatnya manual, keterbelakangan teknologi tidak hanya membuat
total faktor rendah, productivity dan efesiensidi dalam proses produksi,
tetepi juga kualitas produk yang dibuat rendah.
Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak falctor seperti
keterbatasan modal investasi, informasi mengenai teknologi atau alat-alat
produksi yang baru serta keterbatasan SDM yang dimiliki oleh UMKM.
Keterbatasan semua faktor tersebut mengakibatkan kesulitan dalam
modal dan pemasaran produk yang dihasilkan.
Sedangkan keunggulan yang dimiliki oleh UMKM dibanding
dengan U saha Besar antara lain sebagai berikut:
a) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam
pengembangan produk.
b) Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.
c) Kemapuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau
penyerapam1ya terhadap tenaga kerja.
29
d) Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi
pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan
skala besar yang pada umumnya birokratis.
e) Terdapatnya dinamisme manajeril dan peran kewirusahaan.
B. Pengaruh
Dal am bahasa inggris, pengaruh diartikan "irifluence" sedangkan
berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, pengaruh diartikan sebagai daya
yang ada atau timbul dari sesuatu (benda, orang) yang ikut membentuk watak
kepercayaan perbuatan seseorang.45 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah
sesuatu yang lain. Sehubungan dengan penelitian skripsi ini, pengaruh
merupakan suatu bentuk hubungan sebab akibat antar variabel.
Penge1iian pengaruh dalam ha! ini menjelaskan bahwa pemberian
suatu fasilitas pembiayaan/kredit mengandung suatu resiko kemacetan, sepandai
apa pun analisis pembiayaan yang dilakukan kemungkinan pembiayaan
bermasalah itu pasti ada.46 Sehingga setiap kali bank menyalurkan dananya
dalam bentuk pembiayaan, pasti akan selalu dise1iai dengan adanya resiko
pembiayaan bermasalah, termasuk pembiayaan Bank Muamalat Indonesia yang
disalurkan ke sektor UMKM yang tidak akan lepas dari resiko pembiayaan
bermasalah (Non Performing Financing) pula.
45 Depdikbud, "Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)", (Jakarta: Depdikbud, 1995), h. 665 46 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Cet. 3, (Jakarta: PT RajaGrafmdo Persada, 2004), h. 128
30
C. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan atau financing merupakan pendanaan yang diberikan
oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikelum·kan untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan.47
Pembiayaan dalam perbankan syriah atau istilah tekhnisnya aktiva
produktif menutut ketentuan BI adalah penanaman dana Bank Syariah baik
dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang,
qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan
modal sementara, komitmen clan kontijensi pada rekening administratif se1ia
SWBI.48
Sedangkan menurut UU Perbankan No. JO Tahun 1998 Pasal I
ayat (12), penge1iian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan anatara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut, setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.49
47 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Y ogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 17.
48 Muhammad, Manajemen dana Bank Syariah, Cet. Ke-I, (Yogyakarta: Ekonesia Fakultas Ekonomi Ull, 2004), h. 183
49 Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998, Pasal 1 ayat 12
31
b. Tujuan Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu: 50
a. Tujuan pembiayaan untuk tingkat makro
• secara makro pembiayaan be1iujuan untuk peningkatan ekonomi
ummat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi,
dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi.
Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya.
• Tersedianya dana bagi peningkatan usaha
• Meningkatkan produktifitas
• Membuka lapangan kerja barn
• Te1jadi distribusi pendapatan
b. Tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro
• Upaya memaksimalkan laba
• Upaya meminimilkan risiko
• Pendayagunaan sumber ekonomi
• Penyaluran kelebihan dana
Dalam pelaksanaan pembiayaan, Banlc Syariah hams memenuhi 2
aspek, yaitu:51
so Muhammad, "Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 17-18 51
Ibid., h. 16
32
(1) Aspek Syariah, berarti dalam setiap realisasi pembiayaan kepada
nasabah, Bank Syariah harus tetap berpedoman pada Syariat Islam (
antara lain tidak mengandung unsur Gharw·, maisir dan riba serta
bidang usahanya harus halal )
(2) Apek Ekonomi, berarti disamping mempertimbangkan hal - ha! syariah
Bank Syariah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi
Bank Syariah maupun bagi nasabah Bank Syariah.
Secara prinsip pembiayaan Bank Syariah harus memenuhi dua aspek,
yaitu aspek Syariah dan aspek ekonomi. Artinya selain harus sesuai syariah,
Bank Syariah harus tetap memperhitungkan profitabilitas dari usaha yang
akan dibiayai, agar menguntungkan bagi bank maupun nasabah.
c. Jenis-jenis Pembiayaan
1. Pembiayaan Prinsip Bagi Hasil
a) Pengertian
Sebagaimana diungkapkan oleh Humayon A. Dar dan John R.
Presley (2000), prinsip bagi hasil adalah pe~janjian kontraktual antara
dua orang atau lebih, yang memperbolehkan mereka untuk
menempatkan sumber daya mereka untuk investasikan dalam sebuah
proyek untuk berbagi dalam keuntungan dan kerugian.52
52Humayon A. Dar dan John R. Presley, "Lack of Profit Loss Sharing in Islamic Banking: Management and Control Imbalances", Economic Research Paper No. 00/24, Loughborough University, 2000
33
b) Pembiayaan Prinsip Bagi Hasil
Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat
dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-
mudharabah, al-muzara 'ah, dan al-musaqah. Sungguhpun demikian,
prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-musyarakah dan al-
mudharabah.
• Al-Musyarakah adalah akad ke1jasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (atau amal) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. 53
• Al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) meny·ediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.
Seandainya kerngian itu diakibatkan karena kecurangan atau
kelalaian si pengelola, si pengelola harus be1tanggung jawab atas
kerugian tersebut. 54
53 Muhammad Syafi'I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 200 I), h.90.
54 Ibid, h. 95.
34
2. Pembiayaan Prinsip Jual Beli (piutang), meliputi:
a) Penge1tian
Pembiayaan prinsip jual beli adalah pembiayaan dengan akad jual
beli barang pada harga asal dengan adanya tambahan keuntungan
yang disepakati. 55
b) Pembiayaan Prinsip Jual beli
1) Pembiayaan Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank
dengan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang
diperlukan nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah
yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan
margin/keuntungan yang disepakai bank syariah dan nasabah.
2) Pembiayaan Salam, adalah pe1janjian jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat-syarat te1tentu dan pembayaran harga
terlebih dulu. Aplikasinya pada sektor pertanian dan produk
manufakturimg.
3) Pembiayaan Istishna, adalah perjanjian jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan pernsyaratan
te1tentu melalui pembayaran sewa. Aplikasinya pada pembiayaan
konstruksi/proyek/produk manufakturing.
3. Pembiayaan Berdasarakan Pinjam Meminjam Dal.am Bentuk Piutang
Qardh
55 Ibid., h.101.
35
Yang dimaksud dengan "Akad qardh" adalah Akad pinjaman dana
kepada Nasabah dengan ketentuan bahwa Nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah
disepakati. 55
4. Pembiayaan Prinsip Sewa-Menyewa
a) Pengertia11
Pembiayaan prinsip sewa-menyewa adalah pembiayaan yang
menggunakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownershiflmilkiyyah) atas barang itu sendiri.56
b) Pembiayaan Prinsip Sewa-menyewa
I. Pembiayaan Ijarah, adalah pe1janjian sewa menyewa suatu
barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.
Aplikasinya pada pembiayaan sewa.
2. Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bit-tamlik, adalah perjanjian sewa
menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan
kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada
pihak penyewa. 57
55 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah pada penjelasan Pasal 19 ayat 1 huruf e.
56 Muhammad Syafi'l Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, h.117. 57 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 17.
36
d. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit/Pembiayaan
h.l 17
Sebelum suatu fasilitas kredit/pembiayaan diberikan maka bank
harus merasa yakin bahwa !credit yang diberikan benar-benar akan kembali
keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian/analisis kredit sebelum
kredit tersebut disalurkan. 58 Oleh karena itu, dalam hal penilaian/analisis
!credit, bank melakukan analisis 5 C dan 7 P terhadap kredit yang diajukan
oleh nasabah.
Penilaian dengan analisis 5 C adalah sebagai berikut:59
1. Character
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari
orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat
dipercaya.
2. Capacity
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam
membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah
dalam mengelola bisnis.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat
dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi !aha) yang
disajikan.
58 Kasmir, "Dasar-dasar Perbankan ", Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2004, Cetakan ketiga,
59 Kasmir, "Manajemen Perbankan", Jakarta, PT RajaGrafindo Persacla, 2007, h.91-92
37
4. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat
baik fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah
kredit yang diberikan.
5. Condition of Economic
Dalam menilai kredit hendaknya juga menilai kondisi ekonomi, sosial
dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang akan
datang.
Sedangkan penilaian dengan 7 P kredit/pembiayaan adalah sebagai
berikut:
!. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari-hari maupun masa Ialunya.
2. Party
Y aitu mengklasifikasikan nasbah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya.
3. Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasbah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
38
4. Prospect
Y aitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak, atau denga kata Jin mempunyai prospek
atau sebalilmya.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang telah diambil atau dari sumber ma:na saja dana untuk
pengembalian kredit yang diperolehnya.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari
laba.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh
bank namun melalui suatu perlindungan.
e. Prosedur Pembiayaan
Prosedur pembiayaan adalah suatu gan1baran sifat atau metode untuk
melaksanakan kegiatan pembiayaan. Persetujuan pembiayaan kepada setiap
nasabah harus dilakukan melalui proses penilaian yang obyektif terhadap
berbagai aspek yang berhubungan dengan obyek pembiayaa:n, sehingga
memberika:n keyakina:n kepada semua pihak yang terkait, bahwa nasabah
39
dapat memenuhi segala kewajibannya sesuai dengan persyaratan dan jangka
waktu yang disepakati. 60
Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara
umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda.
Prosedur pemberian kredit secara unmm dapat dibeclakan antara pinjaman
perseorangan clengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula
ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk komsumtif atau produktif.61
Secara umum prosedur pemberian kredit/pembiayaan oleh badan
hukum sebagai berikut:62
1. Pengajuan Proposal
Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka tahap yang
pertama yaitu dengan mengajukan perohonan !credit secara tertulis dalam
suatu proposal. Proposal kredit hams dilampiri dengim dokumen-clokumen
lainnya yang clipersyaratkan.
2. Penyeliclikan Berkas Pinjaman
Tahap selanjutnya yaitu penyelidikan clokumen-clokumen yang
cliajukan. Tujuanya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan
sudah lengkap sesuai persyaratan yang telah clitetapkan clan membuktikan
kebenaran clan keaslian clari berkas-berkas yang clilampirkan.
60 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Cet. 4, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h. 217.
61 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Cet. 3, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 124 62 Kasmir, h. 124-128
40
3. Penilaian Kelayakan Kredit/ Analisis Pembiayaan
Dalam penilaian layak atau tidak suatu kredit disalurkan maka perlu
dilakukan suatu penilaian kredit. Penilaian kredit ini meliputi aspek lmkum,
pasar dan pemasaran, keuangan, teknis/operasi, manajemen, ekonomi
sosial, dan aspek AMDAL (Analisis Dan1pak Lingkungan).
Dalam pembiayaan syariah, penilaian ini dilakukan dengan
menggunakan prinsip 6 C (Character, Capacity, Capital, Colleteral,
Condition of Economic, dan Constrain) dan 7 P ( Personality, Party,
Purpose, Prospect, Payment, Profitability, dan Protection).
4. Wawancara pe1iama
Taliap ini merupakan penyidikan kepada calon peminjani dengan
cara berhadapan langsung dengan calon peminjam. Tujuam1ya adalah
untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan
lengkap seperti yang Bartle inginkan.
5. Peninjauan ke Lokasi
Taliap selanjutnya melakukan peninjauan lee lokasi dengan tujuan
untuk memastikn bahwa objek yang alcan dibiayai benar-benar ada dan
sesuai dengan apa yang tertulis dalam proposal.
6. Wawancara kedua
Wawancara kedua ini merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika
mungin ada keukurangn-kekurangan pada saat setelah dilakukan
peninjauan ke lokasi.
41
7. Keputusan Kredit
Keputusan kredit dalam ha! ini adalah untuk menentukan apakah
kredit akan diberikan atau ditolak. Dan keputusan kredit biasanya
merupakan keputusan tim di bank.
8. Penandatangan Akad Kredit (pembiayaan)/Perjanjian Lainnya
Ketika pengajuan !credit tersebut telah disetujni oleh bank, maka akan
dilakukan penandatangan alcad kredit antara bank dan nasabah secara
langsung atau bisa melalui notaris.
9. Realisasi Kredit
Talmp selanjutnya yaitu melakukan realisasi kredit dengan earn
mencairkan dana !credit yang diajukan baik secara sekaligus ataupun secara
bertal1ap.
f. Tujuan Analisis Pcmbiayaan
Analisis pembiyaan memiliki dua tujuan, yaitu: tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan analisis pembiayaan adalah: Pemenuhan jasa pelayaan
terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka menclorong dan melancarkan
perdagangan produksi, jasa-jasa, ballkan konsumsi yang kesemuanya
clitujukan untuk meningkatkan tarafhiclup masyarakat.
Sedangkan tujuan khusus analisis pembiayaan acla.lah:
I. Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam
2. Untuk menekan risiko usaha calon peminjam
42
3. Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.63
g. Pembiayaan Sektor UMKM Pada Bank Syariah
Selama ini bank syariah sangat besar dukungannya pada pelaku
UMKM dibandingkan dengan bank konvensional.64 Karena ha! ini mempakan
salah satu bentuk partisipasi bank syariah dalam rangka pemberdayaan
ekonomi ummat, dengan cara memberikan pembiayaan ke sektor UMKM. Hal
ini pun sejalan dengan tujuan utama pendirian bank syariah di Indonesia yaitu
untuk mendorong ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Terbukti bahwa
sampai Februari 2009, lebih dari 71 % penyaluran pembiayaan bank syariah
itu ke segmen UMKM. 65
Selain itu, bank syariah dalam menjalankan kegiatam1ya temtama
dalam menyalurkan pembiayaan benar-benar berdm:arkan kegiatan nyata/riil
sehingga hasil yang didapatkan pun bukan hasil spekulasi seperti yang
terdapat pada bank konvensional. Sehingga basil yang dicapai yaitu
pertumbuhan ekonomi benar-benar mencenninkan kondisi sektor. 66 Sektor
UMKM merupakan cerminan dari sektor riil, karena sektor usaha di Indonesia
di dominasi oleh sektor UMKM.
63 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h. 305 64 Ascarya, "Perlunya Perubahan Regulator LKS", artikel ini di akses pada 02 April 2009 dari
http://www.pkesinteraktif.com Menggunakan Joomla! 65 Yus!am Fauzi, "Kinerja Bank Syariah Semakin Baik", artikel ini di akses pada tanggal 27
mar et 20 I 0 dari http://www.mediacenterkopukm.com/detail-berita.php?bID=4049 66 Muzamil Misbach, "Ana/isis Strategis Peran Bank Syariah dalam Pembiayaan UMKM",
artikel ini di akses pada IO Juni 2010 dari http://economicsjurnal.blogsgot.com/2010/06/analisisstrategis-peran-bank-syariah.html
43
Beberapa ha! yang dapat disediakan oleh Bank Syariah untuk UMKM,
kaitannya dengan pencapaian target dan visi di atas, antara lain:
I. Produk altematif yang luas dengan bagi basil sebagai produk utama.
Produk-produk dengan sistem profit and loss sharing yang berparadigma
kemitraan sangat tepat untuk memberdayakan UMKM.
2. Pengelolaan bisnis berdasarkan moral dan transaksi sesuai dengan prinsip
syariah. Keungggulan ini cocok dengan karakteristik orang-orang yang
bergerak di bidang UMKM, yang menginginkan tetap berpegang teguh
pada etika bisnis dan moralitas.
3. Mengelola dan memiliki akses kepada dana-dana di voluntary sektor. Hal
ini sangat sesuai dengan komitmen Bank Syarial1 yang peduli dengan
pengembangan UMKM sebagai bagian dari pengentasan kemiskinan
melalui instrumen Ekonomi Islam (Zakat, Infalc, Shadaqah, Wakaf).
Secara aplikatif, konsep layanan di atas dapat dilaksanakan oleh Bank
Syariah melalui program-program strategis sebagai berikut: Pertama, bank
syariah memberi prioritas yang utama untuk melayani pembiayaan UMKM.
Pembiayaan segmen UMKM ini dapat dieksekusi s1;ndiri langsung oleh
kantor-kantor cabang bank syarial1 atau melakukan c:haill1eling atau joint
pembiayaan dengan BPRS dan BMT melalui linkage program.67
67 M. Showam Azmy dan M. Mahrus, "Bank Syariah yang Ramah UMKM", artikel ini di akses pada 19 November 2008 dari http://ekisopini.blogspot.com/2009/08/menjadi-bank-syariah-yangramah-umkm 4496.html
44
D. No11 Pe1formillg Fi11anci11g (NPF)
a. Definisi No11 Peiformi11g Fi11a11cing (NPF)
Salah satu resiko yang dihadapi oleh bank adalah resiko tidak
terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau sering disebut resiko
pembiayaan. Resiko pembiayaan umumnya timbul dari berbagai pembiayaan
yang masuk dalam kategori bermasalah atau Non Pe1formi11g Financing
(NP F). Ada beberapa pengertian pembiayaan bermasalah, yaitu:69
1. Pembiayaan yang didalam pelaksanaannya belum mencapai atau
memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank.
2. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko dikemudian
hari bagi bank dalam arti luas.
3. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya,
baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran
bunga, denda keterlambatan serta ongkos-ongkcls bank yang menjadi
beban nasabah yang bersangkutan.
4. Pembiayaan dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama
apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan
diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali. pembiayaan, sehingga
belum memenuhi target yang diinginkan oleh bank.
69 Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Hand Book, Teori, Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktisi Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 475
45
5. Pembiayaan dimana terjadi ciderajanji dalam pembayaran kembali sesuai
perjanjian, sehingga terdapat tunggakkan atau ada potensi kerugian di
perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya resiko di
kemudian hari bagi bank dalam arti luas.
6. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya
terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya,
pembayaran bunga, pembayaran ongkos-ongkos bank yang menjadi
beban nasabah yang bersangkutan.
7. Pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan
mace! serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.
Untuk mengetahui besamya NPF suatu bank. BI menginstruksikan
perhitungan NPF dalam laporan keuangan perbankan nasional sesuai dengan
surat edaran No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, tentang perhitungan Rasio
Keuangan Bank yang dirumuskan sebagi berikut:
Non Pe1forming Financing (NPF) = Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan
Keterangan:
I. Pembiayaan yang merupakan !credit yang diberikan kepada pihak ketiga
(tidak termasuk !credit pada bank lain)
2. Pembiayaan bermasalah adalah ]credit dengan kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet.
3. Pembiayaan bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi PPAP)
46
4. Anglea dihitung per posisi (tidak disetahunkan)
b. Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan
Ketidak lancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi
basil/pro.fit margin pembiayaan rnenyebabkan adanya kolektabilitas
pembiayan. Secara umurn kolaktabilitas dikategorikan menjadi lirna macarn,
yaitu:
I. Lancar atau kolaktabilitas I
Pembiayaan digolongkan lancar apabila memenubi !criteria dibawah ini:
a. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bagi hasillprofit
margin, atau cerukan karena penarikan atau
b. Terdapat tunggakan angsuran pokok, tetapi:
• Belum rnelebibi I bulan, bagi pembiayaaan yang ditetapkan masa
angsurannya kurang dari I bulan; atau
• Belurn rnelebibi 3 bulan, bagi pernbiayaan yang ditetapkan masa
angsurannya bulanan, dua bulanan atau tiga bulanan; atau
• Belum rnelarnpaui 6 bulan bagi pembiayaan yang rnasa
angsurannya ditetapkan 4 bulanan atau lebib;
c. Terdapat tunggakan bagi basil/profit margin, tetapi:
• Belum melampaui I bulan bagi pembiayaan yang sarna
angsurannya kurang dari I bulan;
47
• Belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan yang masa
angsurannya lebih dari 1 bulan; atau
d. Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum
melampaui 15 hari kerja.
2. Kurang lancar atau kolaktabilitas 2
Pembiayaan digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria di
bawah ini:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok, tetapi:
• Belum melebihi 1 bulan, bagi pembiayaaan yang ditetapkan masa
angsurannya kurang dari 1 bulan; atau
• Belum melebihi 3 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan masa
angsurannya bulanan, dua bulanan atau tiga bulanan; atau
• Belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang masa
angsurannya ditetapkan 4 bulanan atau lebih;
b. Terdapat tunggakan bagi basil/profit margin, tetapi:
• Belmn melampaui bnlan bagi pembiayaan yang sama
angsurannya lrnrang dari 1 bulan;
• Belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan yang masa
angsurannya lebih dari 1 bulan; atau
c. Terdapat cerulean karena penarikan tetapi jangka waktunya belum
melampaui 15 hari kerja.
48
3. Diragukan atau kolaktabilitas 3
Pembiayan digolongkan diragukan apabila pembiayaan yang
bersangkutan tidak memenuhi !criteria lancar dankurang lancar, sepe1ii
tersebut pada !criteria lancar dan kurang lancar dan tetapi erdasarkan
penilaian dapat disimpulkan, bahwa:
a. Pembiayaan masih dapat diselamatkan dan agunannya bemilai
sekurang-kurangnya 75% dari hutang peminjam termasuk bagi
hasil/profit margin; atau
b. Pembiayaan tidak dapat diselamatkan tetapi angunannya masih berilai
sekurang-kurangnya 100% dari hutang peminjam.
4. Macet atau kolaktabilitas 4
Pembiayaan yang digolongkan macet apabila:
a. Tidak memenuhi !criteria lancar, kurang lancar dan diragukan atau
b. Memehuhi kriteria diragukan tersebut tetapi jangka waktu 21 bulan
sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha
penyelamatan; atau
c. Pembiayaan tersebut penyelesaiam1ya telah diserahkan kepada
pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) atau
telab diajukan penggantian rugi kepada perusahan asuransi !credit atau
di Badan Arbitrase Syariah. 70
70 Muhammad, "Manajemen Bank Syariah ", h. 312-315
49
c. Penyebab Non Pe1forming Financing (NPF)
Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat
membahayakan bank. Nasabah dalam ha! ini dengan mudah memberikan
data-data fiktif, sehingga akan memberikan masalah. Kemudian jika salah
dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan yang sebenarnya tidak layak
menjadi layak sehingga akan berakibat sulit untuk ditagih alias macet.71
Penyebab pembiayaan atau kredit bermasalah dapat berhulu pada
beberapa faktor, yaitu:
a. Pihak nasabah
• Manajemen (pengelolaan) usaha yang menunjukkan perubahan,
misalnya terjadi penggantian pengurus, perselisihan, ketidakmampuan
manangani, ekspansi usaha, dan lainnya.
• Operasional usaha yang semakin memburuk, misalnya kehilangan
pelanggan, berkurangnya pasokan bahan baku, mesin-mesin yang
kurang berfungsi, dan lainnya.
• Itikad yang kurang baik, misalnya debitur sudah merecanakan
melakukan pempuan atau pembobolan bank melalui sektor
pembiayaann Dalam hal ini adanya unsur kesengajaan dari pihak
nasabah untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank. 73
71 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, h. 101-102. 72 Mohammad Nun-ianto Al-Arif, "Pengelolaan Pembiayaan ", Modul pada matakuliah
Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. 73 l(as1nir, Dasar-dasar Perbankan, h. 129
50
b. Pihak bank
• Ketidakmampuan sumber daya manusia, misalnya pejabat bank kurang
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola pembiayaan.74
• Kelemahan bank dalam melakukan pembinaan dan pengawasan,
misalnya pejabat bank belum menyadari pentingnya monitoring atau
pembiayan yang telah diberikan kepada nasabah.
• Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analisis pembiayaan dengan
pihak nasabah sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif
dan akal-akalan. 75 Hal ini te1jadi karena adanya Itikad yang kurang baik
dari pejabat bank. Misalnya te1jadi kolusi dengan pihak nasabah untuk
mengambil keuntungan sendiri
c. Pihak lainnya
• Force majeur, yakni adanya peristiwa yang tidak terduga yang
menimbulkan resiko kemacetan. Keadaan ini terjadi akibat adaya
bencanan alam, kebakaran, perampokan, dan lainnya.
• Kondisi perekonomian negara yang tidak mendukung perkembangan
iklim usaha, misalnya krisis moneter. 76
• Peraturan pemerintah, seperti misalnya kebij akan a tau peraturan
pemerintah mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
74 Mohammad Nurrianto Al-Arif, "Pengelolaan Pembiayaan", Modul pada matakuliah Manaje1nen Pe1nbiayaan Bank Syariah.
75 Kas1nir, Dasar-dasar Perbankan, h. 128-129 76 Mohammad NmTianto Al-Arif, "Pengelolaan Pembiayaan'', Modul pada matakuliah
Manajemen Pembiayaan Bank Syariah.
51
ataupun minyak goreng. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap
usaha nasabah yang berkaitan erat dengan masalah di atas. 77
d. Upaya Penanganan No11 Pe1forming Financing (NPF)
Dalam hal peinbiayan bermasalah pihak bank perlu malakukan
penyelamatan, sehingga tidak alcan menimbulkan kerugian. Penyelamatan
yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu
atau angsuran terutama bagi kredit yang terkena musibah atau melakukan
penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar. 78
Dari hasil yang dilakukan pada bank syariah di Y ogyakarta ditemukan
bahwa dalam proses penanganan pembiayaan bermasalah dilakukan sesuai
dengan kolektibilitas pembiayaannya, yaitu sebagi berikut: 79
a. Pembiayaan lancar, dilalrnkan dengan earn:
1. Pemantauan usaha nasabah
2. Pembinaan anggota dengan pelatihan-pelatihan
b. Pembiayaan potensi bermasalah, dilakukan dengan earn:
1. Pembinaan anggota
2. Pemberitahuan dengan surat teguran
3. Kunjungan lapangan atau silahturahim oleh bagian pembiayaan
77 Hazairin Achmad, "Prob!ematika Kredit Macet dan Kredit Bermasalah Serta Upaya Mengatasinya Ditinjau dari Sudut Perusahaan (Debitu) maupun Bank", Makalah Workshop Tanggung Jawab Pengurus Bank dan Pengurus Perusahaan (Nasabah Debitur), karena kredit macet. (Jakait, 2006), h. I.
78 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, h. 129 79 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syaria, h. 169
52
4. Upaya preventif dengan penanganan rescheduling, yaitu penjadwalan
kembali jangka waktu angsuran seiia memperkecil jumlah angsuran.
Selain itu juga dapat dilakukan dengan reconditioning, yaitu
memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil
c. Pembiayaan kurang lancar, dilakukan dengan cara:
1. Membuat surat teguran atau peringatan
2. Kunjungan lapangan atau silahturahim oleh bagian pembiayaa.n
3. Upaya preventif denga.n penanganan rescheduling, yaitu penjadwalan
kembali jangka waktu angsuran seiia memperkecil jumlah angsuran.
Selain itu juga dapat dilakuka.n dengan reconditioning, yaitu
memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil
d. Pembiayaan diragukan dan macet, dilakukan dengan cara:
1. Dilakukan rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu
angsnran serta memperkecil jumlah angsuran.
2. Dilakukan reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau
bagi hasil usaha.
3. Dilakukan pengalihan a tau pembiayaan ulang dalam bentuk
pembiayaan al-Qardhul Hasan.
53
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Scjarah Berdiri dan Perkembangan Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia, dan melalui kegiatan
operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim,
pendirian Bank Muamalat Indonesia juga menerima dukungan masyarakat,
terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senia:li 84 miliar pada saat
penandatanganan akata pendirian perseroan. Selanjutnya, pada acara
silahturrahim peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan
komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanamkan modal senilai Rp.
106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1997, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai Bank Syariah pe1iama clan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa manpun produk yang
dikembangkan. Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda. krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perkonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh !credit macet di segmen koperasi. Bank
Muamalat Indonesia pun terimbas dampak !crisis. Di talrnn 1998, rasio
54
pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencapai
kerugian sebesar 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp. 39,3
miliar, kurang dari sepertiga modal sektor awal.
Dalam upayanya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat Indonesia
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada
RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang
saham Bank Muamalat Indonesia. Oleh karenanya, kunm waktu antara tahun
1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus
keberhasilan bagi Bank Muamalat Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut, Bank
Muamalat Indonesia berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat
upaya dan dedikasi setiap !au Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang
kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap
pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat Indonesia berhasil bangkit
dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan barn dimana seluruh
anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian
menggeralar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada: (i) tidak
mengandalkan setoran mokdal tambahan dari pemegang saham, (ii) tidak
melakukan PHI( satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam ha!
pemangkasan biaya, tidak memotong hak kru Muamalat sedikit pun, (iii)
pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri kru Muamalat menjadi prioritas
55
utama di tahun kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakkan landasan usaha baru
dengan menegakkan disiplin kerja Mumalat menjadi agenda utama di tahun
kedua, (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta
menumbuhkan peluang usaha me1tjadi sasaran Bank Muamalat Indonesia pada
tahun ketiga dan seterusnya. 79
Setelah tumbuh sehat selama satu dasawarsa, Bank Muamalat memandang
tahun 2009 sebagai saat yang tepat untuk merestrukturisaisi serta memperkokoh
landasan usaha demi pertumbuhan di masa depan. Sekalipun dunia dilanda krisis
keuangan maupun resesi ekonomi, sektor perbankan syarial1 di Indonesia tetap
kokoh dan bergairah. Prospek pertumbuhannya di masa depan pun sangat
menjanjikan. Sebagai bank pertan1a murni syariah, dan pelopor di pasar
perbankan syariah nasional sejak tahun 1991, Bank Muamalat memiliki posisi
yang strategis guna memanfaatkan peluang pertumbuhan tersebut. Untuk itu,
Bank Muamalat han1s membangun landasan dan infrastruktur yang lebih kokoh.
Pada tahun 2009, Bank Muamalat melakukan beberapa perubahan struktural,
perbaikan sistem operasional, serta penyelarasan lini usalia. 80
Pada tahun 2007, jumlah pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat
Indonesia meningkat sebesar 30,02% dari Rp 6.628,09 miliar pada talmn 2006
menjadi Rp 8.618,05 miliar di tahun 2007. Peningkatan ini terutama didorong
79Bank Muarnalat Indonesia, "Sejarah Singkat Perjalanan Bank Muama/at Indonesia 1991-2009 ", Artikel 1m di akses pada 24 September 20 I 0 dari http://www.rnuarnalatbank.corn/index.php/horne/about/profile.
so Annual Report BM! Tahun 2009
56
oleh kondisi makroekonomi yang relatif stabil, sehingga membuka peluang lebih
banyak bagi kegiatan usaha. Salah satu ciri khas pembiayaan adalah dukungan
kepada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Sekitar 61,92% dari
pembiayaan Bank disalurkan ke nasabah UMKM dan rencananya akan terns
ditingkatkan di masa mendatang. Kemudian seiring dengc.n prinsip kehati-hatian
perbankan yang dianut Bank Muamalat selama ini, rasio NPF (Nonperforming
Financing) bersih terhadap total pembiayaan yang diberikan berhasil diperbaiki,
menjadi 1,33% di tahun 2007 dibandingkan dengan 4,84% tahun 2006.81
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta
nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan
BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos
Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet.
BM! saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka
cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan
aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan
Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat
diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia.
Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk
menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah,
namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara.
Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media rnassa, lembaga nasional
" Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2007 h. 61
57
dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi
yang diterima oleh BM! dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima
antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance .
News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia
2009 oleh Global Finance (New York) se1ia sebagai The Best Islamic Finance
House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).
B. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia82
• Visi
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dikagumi di pasar rasional.
• Misi
Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggul an manajemen dan
orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi
stakeholder.
C. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia
Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi tersed iri yang memberikan
cirri khas organisasinya, termasuk pula dengan Bartle Muamalat Indonesia.
Struktur organisasi yang ada di Banlc Muamalat Indonesia terdiri dari Dewan
82 Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2009, h. I
58
Pengawas Syariah, Dewan Komisaris, Direksi, dan bagian-bagian lainnya yang
turut mendukung jalannya kegiatan operasional perbankan Bank Muanmlat
Indonesia. Berikut ini merupakan struktur organisasi yang terdapat pada Bank
Muamalat Indonesia:
• Dewan Pengawas Syariah I Sharia Supervisory Board
K.H. Ma'ruf Amin
Prof. Dr. H. Muardi Chatib
Prof. Dr. H. Umar Shihab
• Dewan Komisaris J Board of Commissioners
Widigdo Suk.arman
Emirsyah Satar
Andre Mirza Hartawan
Irfan Ahmed Akhtar
Abdulla Saud Abdul Azis Al-Mulaifi
Sultan Mohan1med Hasan Abdulrauf
• Direksi J Board of Directors
Arviyan Arifin
Andi Buchari
Farouk. Abdullah Alwyni
Luluk Mahfudah
Adrian Asharyanto Gunadi
59
D. Tujuan Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia memiliki tujuan yaitu:
I. Memperbaiki kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam rangka
mempersempit jurang pemisah sosial ekonomi melalui:
a. Memperbaiki kualitas kegiatan bisnis
b. Promosi kesempatan kerja
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat
2. Mempromosikan partisipasi masyarakat dalam proses pengembangan
terutama dalam bidang keuangan dengan alasan bahwa:
a. Masih banyak masyarakat yang enggan berurusan dengan bank
b. Masih banyak masyarakat yang percaya bahwa bunga bank bertentangan
dengan ajaran agama.
E. Strategi Usaha Bank Muamalat Indonesia
Untuk mencapai tujuannya, Bank Muamalat llndonesia di dalam
operasionalnya akan mendasarkan strategi usaha sebagai berikut:
1. Sasaran Pembinaan
Adalah sasaran pembinaan Bank Muamalat Indonesia meliputi
pengkrajin industri kecil, nelayan, peternak, pekebun petani tanaman dan
holtikultura, pedangang kecil, pengusaha transportasi dan pengusaha
lai1mya. Untuk sasaran tersebut dilakukan kegiatan untuk memebina dan
mempercepat berkembangnya masyarakat kelompok ekonomi menengah
60
kebawah untuk mengantisipasi dampak negarif dari pembangunan, sehingga
terbentuk landasan. yang kokoh bagi pengembangan manusia seluruhnya
dalam pembangunan nasional jangka panjang kedua.
2. Strategi Pengembangan
Strategi pengembangan Bank Muamalat Indonesia delakukan dengan
kegiatan-kegiatan:
a. Bekerjasama dengan BPR yang telah ada dengan cara:
I. Mengintrodusir dan membina pengembangan produk-produk dalam
sisi perbankan berdasarkan syariah Islam.
2. Mengintrodusir sisi pengembangan usaha berdasarkan kebersamaan
dan peran serta dalam permodalan dan risiko.
3. Merintis dan mengembangkan kerjasama dengan lembaga swadaya
masyarakat dalam mendukung peningkatan kemampuan manajerial
dan teknologi. Peningkatan nilai dan pengembangan usa11a
pengusaha kecil dan menengah.
b. Mondorong pengembangan bank-bank BPR barn di daerah-daerah
potensial, pengembangan usaha kecil dan mengengah dengan cara:
1. Penyediaan modal perangsang
2. Penyediaan stafBPR dan Pelatihan
3. Penyediaan modal ke1ja dan pembinaan teknis
4. Pembinaan lanjutan
61
5. Merintis dan mengembangkan kerjasama dengan LSM dalam
mendukung peningkatan kemampuan rnanajerial dan teknologi,
peningkatan nilai tambah dan pengembangan usaha pengusaha kecil
dan menengah.
c. Beke1ja sama dengan badan amil zakar, infaq, shodaqoh (BAZIS)
mengintensifkan pengelolaan dana zakat, infaq, shodaqoh untuk proyek
proyek pengembangan usaha kecil dan menengah.
d. Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga
penyediaan bantuan tekhnik manajemen usaha pengusaha kecil dan
menengah.
e. Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga
penyediaan teknologi peningkatan produktivitas.
f. Merangsang tumbuh dan berkembang lebih baik lembaga-lembaga
penyediaan bantuan pembianaan keterampilan akuntansi.
g. Mengembankan peranan kelembagaan dan melancarkan jaringan
penyediaan bahan baku.
h. Mengembankan peranan kelembagaan penyediaan teknologi pasca
pan en.
1. Mengembankan peranan kelembagaan pemasaran hasil produksi.
62
F. Produk-produk Pembiayaau Bank Muamalat Indonesiia
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakata:n antara Bank Muamalat
Indonesia dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang d'ibiayai dan/atau diberi
fasilitas dana untuk rnengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan ujroh, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Adapun produk-produk pernbiayaan yang ditawarkan oleh Bank
Mua:malat Indonesia, yaitu:
1. Pembiayaan Jual Beli
a. Murabahah
Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan
yang disepakati. Harga jual tidak boleh beruba11 se:lama masa perjanjian.
Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja, Investasi dan
Konsumtif.
b. Salam
Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana
pembayaran dilakukan dirnuka secara tunai. Konsep Salam cocok untuk
pembiayaan di bidang pertanian.
c. Istishna'
Adalah jual beli dimana produsen (shaani') ditugaskan untuk membuat
suatu barang pesanan dari pemesa:n (mustashni'). fatislma' mirip dengan
Salam yaitu dari segi obyek pesanannya harus dibuat atau dipesan
63
terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya, pembayaran
Istishna' dapat dilakukan di awal, di tengah atau di akhir pesanan.
Konsep Istishna' cocok untuk pembiayaan pembangunan property dan
penyediaan barang atau aset yang memiliki !criteria spesifik.
2. Pembiayaan Bagi Hasil
a. Musyarakah
Adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana,
pekerjaan atau keahlian dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
risiko alcan ditanggung bersanm sesuai dengan kesepakatan. Konsep
ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja dan Investasi.
b. Musyarakah Mutanaqisah
Adalah Musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan asset (barang)
atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan
pembelian secara bertahap oleh pihak lairmya. Konsep ini dapat
digunalcan untuk pembelian rumal1, melalui pengajuan pembiayaan
Kongsi Pemilikan Rumah (KPR) Syariah Baiti Jarmati.
c. Mudharabah
Adalah kerja sama antara dua pihak dimana salah satu pihak (Bank)
bertindak sebagai penyedia dana (shahibul maal), dan pihak lain
(nasabah) bertindak sebagai pengelola usaha (mudharib ). Dalam ha!
ini, Bank menyerahkan modalnya kepada nm:abah untuk dikelola.
64
Pembiayaan Mudharabah banyak digunakan untuk pembiayaan
proyek atau usaha-usaha yang memiliki proyeksi dan pencatatan
pendapatan dan biaya usaha yang definitif Konsep ini cocok untuk
pembiayaan Modal Kerja dan Investasi.
3. Pembiayaan Sewa
a. Ijarah
Adalah pe1janjian antara Bank sebagai pemberi sewa (mu'ajjir)
dengan nasabah selaku penyewa (musta'jir) atas suatu barang atau
aset milik Bank. Bank mendapatkan imbalan jasa atas barang atau
aset yang disewakannya.
b. Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)
Adalah perjanjian antara Bank sebagai pemberi sewa (Mu'ajjir)
dengan nasabah selaku penyewa (Musta'jir). Dengan konsep IMBT,
nasabah (penyewa) setuju akan membayar uang sewa se!ama masa
sewa yang diperjanjikan dan bila sewa berakhir penyewa
mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa
tersebut dari pemberi sewa. Pembiayaan Ijarah dan IMBT umumnya
digunakan untuk pembiayaan investasi alat-alat berat
4. Pembiayaan Berdasarakan Pinjam Meminjam
a. Qardh
Adalah pemberian haiia kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali. Menurut teknis perbankan, qardh adalah pemberian
65
pmJaman dari Bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk
kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu
dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian
piajaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai
kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada tambahan
keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau
sekaligus. Konsep ini dapat digunakan urntuk Pembiayaan Dana
Talangan Haji. .84
G. Kriteria Scktor UMKM Pada Pembiayaan Bank M11amalat Indonesia
Salah satu ciri khas pembiayaan Bank Muamalat Indonesia adalah
dukungannya kepada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), dimana
hal ini sesuai dengan tujuan didirikannya Bank Muamala.t Indonesia itu sendiri.
Dilihat dari porsi pembiayaannya, Bank Muamalat Indonesia selalu memberikan
kontribusi yang jauh lebih besar terhadap sektor UMKM. Perkembanngannya
pun mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Adapun kriteria sektor UMKM pada pembiayaan Bank Muamalat
Indonesia, yaitu: 85
1. Usaha Mikro
84 Annual Report Tahun 2009, h. 112-114 85 Wawancara pribadi dengan Bapak Achmad Fuazi, bagian Financing and Suppmi Division
pada tanggal 8 Oktober 2010.
66
a. Usaha produktif, yaitu merupakan usaha yang menghasilkan dan
memberikan pemasukan berupa keuntungau/pendapatan/penghasilan.
b. Usaha tersebut dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin
(sesuai dengan kriteria BPS) dengan ciri-ciri:
• Dimiliki oleh keluarga
• Mempergunakan teknologi sederhana
• Memanfaatkan sumber daya lokal
• Lapangan usahanya mudah dimasuki dan ditinggalkan
c. Limid plafond yang disediakan maksimal sebesar Rp. 50.000.000
d. Dasar Hukum terhadap pembiayaan sektor usaha mikro didasarkan pada
MOU BI-Menko Kesra tgl 22 April 2002 dan PBI No. 3/1/PBI/2001 tgl 4
Januari 2001 tentang Proyek Kredit Mikro
2. Usaha Kecil
a. Usaha produktif, yaitu merupakan usaha yang menghasilkan dan
memberikan pemasukan berupa keuntungau/pendapatau/penghasilan.
b. Memiliki kekayaan bersih maksimum Rp. 200.000.000 di luar tanah dan
bangunan tempat nsaha atau mempunyai total penjualan Rp. 1 miliar
selama setahun.
c. Dimiiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI)
67
d. Usahanya merupakan usaha yang berdiri sendiri dan bukan merupakan
cabang atau anak perusahaan dari usaha besar.
e. Berbetuk usaha perseorangan atau baban usaha baik berbaclan hukum
maupun ticlak berbadan hukum
f. Limid plafond yang disediakan anlara di alas Rp. 50.000.000 sampai
dengan Rp. 500.000.000
g. Dasar Hukum yang cligunakan didasarkan pacla UU Non 9 Tahun 1995
lenlang Usaha Kecil, PB! No. 3/2/PBI/2001, clan MOU BI-Menko Kesra
lg! 22 April 2002.
3. Usaha Menengah
a. Usaha produklif, yailu merupakan usaha yang menghasilkan dan
memberikan pemasukan berupa keunlungan/pendapalan/penghasilan.
b. Memiliki kekayaan bersih maksimum kekayaan bersih di alas Rp.
200.000.000 sampai dengan Rp. I 0 miliar di luar lanah clan bagunan
tempat usaha.
c. Dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI).
d. Usahanya merupakan usaha yang berdiri sencliri dan bukan cabang alau
anak perusahaan dari usaha besar.
e. Berbeluk usaha perseorangan alau baban usaha baik berbaclan hukum
maupun lidak berbadan hukum
68
f. Limid plafond yang disediakan antara Rp. 500.000.000 sampai dengan 5
mi liar.
g. Berdasarkan atas dasar hukum yang meliputi Inpres No. 10 Tahun 1999
dan MOU BI-Menko Kesra tgl 22 April 2002.
H. Proscdur Pembiayaau di Bank Muamalat Indonesia
Prosedur pembiayaan adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk
melaksanakan kegiatan pembiayaan. Persetujuan pembiayaan kepada setiap
nasabah hams dilakukan melalui proses penilaian yang obyektif terhadap
berbagai aspek yang berhubungan dengan obyek pembiayaan, sehingga
memberikan keyakinan kepada semua pihak yang terkait, bahwa nasabah dapat
memenuhi segala kewajibannya sesuai dengan persyaratan dan jangka waktu
d. I . s6 yang 1sepa rnt1.
Adapun prosedur pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia, baik untuk
nasabah perorangan maupun kolektif adalah sebagai berikut :87
1. Permohonan : nasabah yang membutuhkan atau permohonan yang diajukan
oleh divisi marketing (Inisiasi) setelah dilakukan observasi langsung. Yang
dilengkapi dengan data-data pada persyaratan sebagaii alat analisis.
86 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Cet. 4, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h. 217.
87 Wawancara pribadi dengan Bapak Achmad Fuazi, bagian Financing and Support Division pada tanggal 8 Oktober 2010.
69
2. Data pendukung yang diperlukan : Data-data berikut disiapkan oleh
pemohon sebagai alat analisis pihak bank untuk menentukan keputusan atas
proposal yang diajukan yaitu:
a. Legalitas pribadi/ usaha : Nasabah melengkapi pem1ohonannya dengan
surat izin usaha, NPWP, riwayat badan usaha atau data-data manajemen.
b. Laporan keuangan : Mencakup neraca, laporan rugi/laba dan ams kas.
c. Data jaminan : Bila dipandang perlu nasabah dapat menyertakan data
atau akte dari aktiva yang yang akan dijaminkan.
d. Proyeksi Cash Flow : Data ini diperlukan oleh pejabat bank sebagai
dasar pula untuk menentukan besamya nisbah dan juga prospek dari
usaha tersebut.
Bila data-data ini telah terpenuhi oleh nasabah, maka pejabat bank dapat
melakukan analisa yang kemudian dapat dijadikan rujukan untuk menentukan
keputusan.
3. Analisis Awai Pihak Bank : Selain data-data dari nasabah, pihak Bank
dalam ha! ini Administration group (yang termasuk didalamnya Account
officer) bekerjasama dengan Finance Support Group, mengadakan penilaian
tehadap proposal pembiayaan sehingga memenuhi kriteria dan
persyaratannya. Account officer memproses calon debitur dalam
keandalannya (kelayakannya), sedangkan Finance support Group dari segi
keabsahannya, seperti kebenaran lampiran, usaha maupun penggunaan
pembiayaan. Kegiatan-kegiatan berikut dilakukan sebagai usaha untuk
70
mengetahui secara nyata keadaan dari nasabah yang mengajukan proposal
pembiayaan, seperti :
a. Wawancara : Dengan melakukan wawancarn terhadap nasabah maka
dapat diketahui keadaan sebenamya dari usaha dan nasabah yang
mengajukan proposal tersebut.
b. Call visit (kunjungan lapangan) dimana Account officer melakukan
observasi langsung ke lokasi sesuai waktu yang telah dijadwalkan,
melalui ini akan diketahui keadaan dari usaha yang akan dibiayai secara
nyata, sehingga tidak ada yang disembunyikan oleh nasabah.
c. Call report (Laporan Kunjungan): Langkah selaruutnya, Account officer
membuat laporan dari hasil wawancara dan call visit, sehingga dapat
dibuat suatu analisa dan penarikan kesimpulan yang disusun secara
rapih dan sistematis dalam bentuk laporan.
d. Analisis Lanjutan Pejabat Bank : Laporan yang telah dibuat oleh
Account officer, kemudian dianalisa kembali oleh Finance Support
Group. Analisa-analisa yang dilakukan adalah :
1) Analisis Keuangan : Finance Support Group akan menganalisa
laporan keuangan nasabah dengan memperhatikan pendapat
Akuntan (bila ada) seperi neraca, cash flow dan laporan rugi/laba.
2) Analisis Usaha/ Industri : Analisa tentang kegiatan yang akan
dibiayai, kelayakan usahanya dengan memperhatikan kriteria dari
71
Bank Muamalat, seperti kehalalan usaha yang tidak menyimpang
dari ajaran agama.
3) Analisis Manajemen : Analisa mengenai tingkat penjualan,
keuntungan atau kerugian serta pemasaran.
4) Analisa Yuri dis U saha : Seperti surat izin usaha clan struktur
organisasi perusahaan.
5) Analisis Karakter : Berkaitan dengan tingkat keimanan nasabah,
sifat clan karakter nasabah.
Setelah analisa-analisa diatas selesai maka Finance Support Group, clapat
menarik suatu kesimpulan atas pengajuan proposal nasabah.
4. Jika kesimpulan clari analisis aclalah kelayakan atas proposal nasabah maka
Account officer ( clalam hal ini mewakili Administration Group) clengan
Finance Support Group akan meminta persetujuan pembiayaan pacla
Komite Pembiayaan (Credit Comitte Member) yaitu komite yang tercliri clari
Administration Group, Finance Support Group, Finance & Administration
Director (kepala cabang atau clewan clireksi yang membawahi urusan
Administration and Financing Director)
5. Apabila Komite Pembiayaan telah menyetujui, makaAdministration Group
akan membuat Offering Letter (Persetujuan Prinsip Bersyarat) atau akacl.
6. Bila nasabah menyetujui akacl tersebut maka clilanjutkan dengan pengikatan
pembiayaan clan jaminan clihaclapan Notaris sekaHgus penandatanganan
akacl/ pe1janjian clengan clisaksikan Ulama.
72
7. Setelah akad/ perJanJian telah ditandatangani maka nasabah dapat
mencairkan dana.
8. Monitoring: Bagian Finance Support Group ataupun Account officer
melakukan pengawasan/ monitoring untuk memantau pembiayaan, bila
perlu terlibat pula dalam proyek/ usaha sebagai bentuk kepedulian kebijakan
manaJemen.
9. Pelunasan :Maka sejak pencairan dana menjadi tugas dari Administration
Group dalam menangani pelunasan ataupun pembayaran-pembayaran
nasabah.
PERPUSTAl(AAr~ UTAMA 74 U!N S'!A,Hlf' .. 11\KART A
Muamalat Indonesia disalurkan ke sektor UMKM dan sisanya disalurkan ke
sektor Non UMKM sebesar 36%.
Gambar 4.1 Kurva Komposisi Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia
Berdasarkan Golongannya Tahun 2007
Non lTMK1J
36°/o ,
Di tahun 2008, Bank Muamalat Indonesia pun tetap memprioritaskan
pembiayaan sektor UMKM, dimana porsi pembiayaan yang disalurkan ke
sektor UMKM mengalami pe1iumbuhan sebesar 16,45% dari tahun 2007 dan
memberikan kontribusi sebesar 58% terdadap total pembiayaan Bank
Muamalat Indonesia. Sedangkan untuk pembiayaan sektor Non UMKM
mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yang mencapai 43,44% dari
tahun lalu dan memberikan kontribusi sebesar 42% terdadap total pembiayaan
Bank Muamalat Indonesia.
Gambar 4.2 Kurva Komposisi Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia
Berdasarkan Golongannya Tahun 2008
Sedangkan pada tahun 2009, fokus pembiayaan Bank Muamalat Indonesia
adalah meminimalisasi risiko pembiayaan akibat dampak dari !crisis dengan
75
mengambil langkah-Iangkah konsolidatif. Hal ini menyebabkan pe1iumbuhan
yang tidak terlalu besar pada sisi pembiayaan. Secara umum strategi
pembiayaan tahun 2009 lebih diarahkan pada perbaikan kualitas daripada upaya
ekspansi. Strategi ini untuk mengantisipasi berbagai ketidakpastian yang
muncul akibat situasi ekonomi yang sepenuhnya belum kondusif, sehingga
pembiayaan lebih difokuskan pada sektor yang tidak berisiko tinggi.
Gambar 4.3 Kurva Komposisi Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia
Berdasarkan Golongannya Tahun 2009
Pada tahun 2009, Barilc Muamalat Indonesia menyalurkan pembiayaan
ke sektor UMKM sebesar Rp. 6.707,46 miliar dan memberikan kontribusi
sebesar 53% terdadap total pembiayaan Bank Muamalat Indonesia. Pada tahun
ini, porsi pembiayaan sektor UMKM hanya mengalami pertumbuhan sebesar
0,54% dari tahun sebelumya. Sedangkan untuk pembiayaan sektor Non UMKM
mengalami periumbuhan yang cukup baik walaupun tidak sebesar tahun Ialu
yaitu sebesar 22,05% dan memberikan kontribusi sebesar 47% terdadap total
pembiayaan Bank Muamalat Indonesia.
Jika dilihat dari perkembangan pertumbuhannya, agregat pembiayaan
sektor UMKM mengalami pertumbuhan yang semakin menunm dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2008, pembiayaan sektor UMKM sempat mengalami
76
pertumbuhan sebesar 16,45% dari tahun 2007, namun pertumbuhan tersebut
ternyata cenderung menurnn pada tahun 2009 yang hanya mengalami
pertumbuhan sebesar 2,79%.
Gambar 4.4 Kurva Perbandingan Komposisi Pembiayaan
Bank Muarnalat Indonesia Berdasarkan Golongannya Tahun 2007-2009
Non UMKM
36o/o
Tahun 2007 Tahun2008
Tahun2009
Sedangkan pembiayaan sektor Non UMKM justru mengalan1i
pertmnbuhan yang cukup baik, dimana pada tahun 2008 mengalami
pertumbuhan sebesar 43,44% dan 22,04% di tahun 2009. Walaupun demikian,
Bank Muamalat Indonesia tetap memberikan porsi pernbiayaan yang lebih
besar untuk sektor UMKM dibandingkan dengan sektor Non UMKM. Hal ini
cukup membuktikan bahwa Bank Muamalat Indonesia tetap me1tjadikan sektor
UMKM sebagai primadona dalam penyaluran pembiayaannya (Pwpose of the
Company).
77
B. Perkembangan Pembiayaan Sektor UMKM Pada Bank Muamalat Indonesia
Berdasakan perkembangan usahanya, Bank Muamalat Indonesia sangat
konsisten dalam upaya pengembangan usaha UMKM. Hal ini terlihat dari
banyaknya kontribusi pembiayaan yang diberikan kepada sektor UMKM. Hampir
di setiap tahunnya, perkembangan pembiayaan untuk sektor UMKM pun semakin
menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Berikut ini merupakan
perkembangan pembiayaan sektor UMKM pada Bank Muamalat Indonesia
selama tiga tahun terakhir (2007-2009):
a. Berdasarkan Jumlah Pembiayaan
Dalam perkembangannya, rata-rata porsi pembiayaan yang disalurkan
oleh Bank Muamalat Indonesia untuk sektor UMKM lebih dari setengah total
pembiayaan yang disediakan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangannya
selama 3 tahun terakhir ini, dimana porsi pembiayaan ke sektor UMKM
cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Gambar 4.4 Diagram Perkembangan Pembiayaan sektor UMKM
Tahun 2007 - 2009
7 J)OOJ.!Ol!
6.000.GOO
-LOOD.00(1
1.000,0CO
•2007
2008
W2009
78
Berdasarkan gambar grafik diatas, pada tahun 2008 terjadi kenaikan
porsi pembiayaan untuk sektor UMKM sebesar 16,45% dari talmn 2007
sebesar Rp. 56.251,48 miliar menjadi Rp. 65.255,12 miliar. Namun, pada
tahun 2009 kenaikan agregat pembiayaan sektor UMKM tidak sebesar tahun
2008 yaitu hanya sebesar Rp. 356,76 miliar atau sekitar 0,54% saja. Hal ini
dikarenakan, pada tahun 2009 fokus pembiayaan Bank Muamalat Indonesia
lebih diarahkan pada perbaikan kualitas daripada upaya ekspansi.
Strategi ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai ketidakpastian
yang muncul akibat situasi ekonomi yang sepenuhnya belum kondusif.
Sehingga pembiayaan lebih difokuskan pada sektor yang tidak berisiko tinggi
untuk menjaga tingkat rasio pembiayaan bermasalah (NPF) pada bank. Hal ini
pun menyebabkan pe1tumbuhan yang tidak terlalu besar pada sisi pembiayaan
Bank M uamalat Indonesia.
b. Berdasarkan Komposisi Pembiayaan
Pada tahun 2007, Bank Muamalat Indonesia menyalurkan pembiayaan
ke sektor UMKM sebesar 64%. Dari 64% tersebut, porsi pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat Indonesia sebagian besar disalurkan ke sektor
usaha menengah dan usaha kecil, dengan masing-masing sebesar 54% dan
37%, sisanya disalurkan ke sektor usaha mikro sebesar Rp. 5,133,99 miliar
atau sekitar 9% saja.
Garn bar 4.5 Kurva Perkembangan Komposisi Pembiayaan sektor UMKM
Pada Bank Muamalat Indonesia Tahun 2007.
79
Kemudian di tahun 2008, Banlc Muamalat Indonesia juga Iebih banyak
menyalurkannya ke sektor usaha kecil dan menengah, dengan masing-masing
pe1iumbnhan sebesar 41,44% dan 26,30% dari tahun lalu, dan memberikan
kontribusi sebesar 40% dan 49% dari total pembiayaan yang disalurkan ke
sektor UMKM yatiu sebesar Rp. 26.856,21 miliar dan Rp. 32.610,86 miliar.
Gambar 4.6 Kurva Perkembangan Komposisi Pembiayaan sektor UMKM
Pada Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008
Sedangkan untuk sektor usaha milao, Bank Muamalat Indonesia
menyalurkannya sebesar 11 % dari total pembiayaan yang disalurkan ke sektor
UMKM yaitu sebesar Rp. 7.261,69 miliar. Angka ini menunjukkan adanya
peningkatan pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Muamalat Indonesia
sebesar Rp. 146,08 miliar dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya
sebesar 9% saja.
80
Pada tahun 2009 pun, Bank Muamalat Indonesia lebih banyak
menyalurkan pembiayaan sektor UMKMnya ke sektor usaha kecil dan
menengah, dengan masing-masing memberikan kon:tribusi terhadap total
pembiayaan sektor UMKM sebesar 43% dan 45% atau sebesar Rp. 30.053,17
miliar dan Rp. 31.615,99 miliar. Sedangkan untuk sektor usaha mikro, Bank
Muamalat Indonesia menyalurkannya sebesar Rp. 8.063,77 miliar dengan
memberikan kontribusi sebesar 12% dari total pembiayaan sektor UMKM.
Gambar 4. 7 Kurva Perkembangan Komposisi Pembiayaan sektor UMKM
Pada Bank Muamalat Indonesia Tahun 2009
Pada tahun 2009, te1jadi peningkatan porsi pembiayaan untuk sektor
usaha kecil dan usaha mikro, dengan masing-masing kenaikan sebesar Rp.
3.196,96 miliar dan Rp. 802,08 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar
11,04% dan 11,90% dibandingkan dengan tahun 2008. Sedangkan untuk
sektor usaha menengah mengalami penurunan porsi pembiayaan sebesar Rp.
994,85 miliar atau 3,05% dari tahun 2008.
Hal ini dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia, karena fokus
pembiayaan Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2009 adalah
meminimalisasi risiko pembiayaan pada saat pemulihan ekonomi, sehingga
81
Bank Muamalat Indonesia pun lebih menekankan sikap hati-hati dan lebih
selektif lagi dalam mengucurkan dananya dengan lebih mengutamakan
pembiayaan yang tidak memiliki resiko tinggi.
c. Berdasarkan Jumlah Nasabab
Pada tahun 2007, berdasarkan gambar grafik komposisi pembiayaan
sektor UMKM, Bank Muamalat Indonesia memang lebih banyak
menyalurkan pembiayaannya ke sektor usaha kecil dan menengah. Namun,
jika dilihat dari besarnya jumlah nasabah, ternyata pembiayaan sektor usaha
mikro memiliki jumlah nasabah yang paling banyak yaitu sebanyak 285.796
orang nasabah. Sedangkan pembiayaan sektor usaha kecil memiliki jumlah
nasabah sebanyak 130.044 orang nasabah dan sebanyak 23.825 orang nasabah
untuk pembiayaan sektor usaha menengah yang memiliki jumlah nasabah
paling sedikit.
Gambar 4.8 Diagram Perkembangan Jumlah Nasabah UMKM
Bank Muamalat Indonesia Tahun 2007
+oo.ooo
.~00,000
200.000
100,000
285.796 t------------ ---------------- ----------- ----------------
82
Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa sebenamya Bank Muamalat Indonesia lebih banyak menyalurkan
pernbiayaannya ke sektor usaha mikro, walaupun dilihat dari total
pernbiayaannya paling rendah, narnun rnemiliki jumlah nasabah paling banyak
yaitu sekitar 65% dari total jurnlah nasabah UMKM.
Sedangkan untuk sektor usaha rnenengah, terdapat perbedaan yang
cukup signifikan antara total pembiayaan yang disalurkan dengan jumlah
nasabah. Dilihat dari total pembiayaannya yang menernpati posisi yang paling
besar yatiu sekitar 54% dari total pernbiayaan yang disalurkan ke sektor
UMKM, namun temyata rnemiliki jumlah nasabah yang paling sedikit atau
sekitar 5% saja dari total jumlah nasabah UMKM. Sedangkan untuk usaha
kecil, proporsi antara jumlah pembiayaan yang disalurkan dengan jurnlah
nasabah harnpir seirnbang yaitu berkisar antara 37% dan 30%.
Kernudian pada tahun 2008, te1jadi peningkatan pula terhadap jumlah
nasabah usaha rnikro yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan sektor
usaha kecil dan menengah yaitu sebesar 51,11% atau sebesar 431.880 orang
nasabah dari tahun 2007. Jumlah nasabah usaha kecil pun menunjukkan
pertumbuhan yang cukup baik pada tahun ini yaitu sebesar 30,94% dari tahun
lalu, sedangkan untuk jumlah nasabah usaha rnenengah rnengalami
perturnbuhan yang paling kecil atau hanya sebesar 6,35% orang nasabah dari
tahun 2007.
Gambar 4.9 Diagram Perkembangan Jumlab Nasabah UMKM
Bank Muamalat Indonesia Tahun 2007 - 2008
400.01)0
300,000
200.000
l 00.000
lTsaha Ivfikro
--1:;1r;rnr1.1...0~-----------
""·"··-·"·····-·····1:r.·1r2:5·~!"~·"]·3r .. -·
T:sah<i I(ecil lTsaha J\.1enengah
"2007 2008
83
Peningkatan jumlah nasabah UMKM pun terns berlanjut pada tabun
2009, dimana peningkatan jumlah nasabab untuk usaha mikro dan usaha kecil
mengalami pertumbuhan sebesar 29,55% dan 12,45% dari tahun 2008, dengan
masing-masing sebesar 559.489 orang nasabah dan 191.476 orang nasabab.
Namun jika dilihat dari pertumbuhannya, perkembangan pertumbuhan jumlab
nasabah untuk usaba mikro dan usaha kecil mengalami penurnnan jika
dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 lalu yang mencapai 51,11%
dan 30,94%. Sedangkan untuk pertumbuhan jumlah nasabah sektor usaha
menengah justru mengalami peningkatan yang culrnp signifikan yang mencapai
69,27% atau sebesar 42.887 orang nasabab.
Gambar 4.10 Diagran1 Perkembangan Jumlah Nasabah UMKM
Bank Muamalat Indonesia Tahun 2007 - 2009
600.00G
400,000
200.000
2007 2008 2009
ll!UsnhaMikro
lllUsnhaKedl
mTJsnhn I\'Icncngnh
84
Berdasarkan data-data diatas, peningkatan porsi pembiayaan sektor
UMKM Bank Muamalat Indonesia dari tahun ke tahun, ternyata diclukung pula
dengan semakin meningkatnya jumlah nasabah UMKM. Hal ini menunjukkan
aclanya hubungan berbanding lurus antara porsi pembiayaan sektor UMKM
clengan jumlah nasabah UMKM.
d. Berdasarkan Jenis Akad Pembiayaan
Bank Muamalat Indonesia menyecliakan produk pembiayaan dengan
berbagai akacl yang sesuai syariah, cliantaranya yaitu akacl murabahah, istisna',
salam, musyarakah, muclharabah, ijarah, ijarah muntahia bittamlik (IMBT),
dan qard. Akacl-akacl tersebut disesuaikan penggunaarmya dengan kebutuhan
nasabah.
Pada tahun 2007, jumlah pembiayaan sektor CMKM yang disalurkan
oleh Bank Muamalat Indonesia clidominasi dengan menggunakan akad
murabahah clan mudharabah, dengan masing-masing sebesar Rp. 26.753,76
miliar dan Rp.26.160,69 miliar. Kernudian disusul dengan pernbiayaan yang
menggunakan akad musyarakah, qard, Ijarah, dan Istisna' sedangkan
pembiayaan dengan menggunakan akad salam tidak ada.
Gambar 4.11 Kurva Perkembangan Jumlah Pembiayaan UMKM
Berdasarkan Jenis Akadnya Tahun 2007
Pembiayaan Istisna'
Rp. 75,977 M---<~~~'..::'.
Pembiayaan Pembiayaan Ijarah Musyarakah
Rp. 166,981 Rp. 3,417,664 -......----- M
85
Jika dilihat berdasarkan akadnya, pada tahun 2008 komposisi
pembiayaan sektor UMKM yang disalmkan oleh Bimk Muamalat Indonesia
didominasi oleh pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah,
mudharabah, qard, dan musyarakah, sedangkan pembiayaan dengan
menggunakan akad ijarah dan alcad istisna' tetap ada, hanya saja jumlahnya
relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan akad yang lainnya. Pada tahun ini,
te1jadi peningkatan porsi pembiayaan sektor UMKM yang cukup signifikan
dengan menggunakan akad musyarakal1 dan qard, dimana masing-masing
mengalami pe1iumbuhan sebesar 274,6% dan 190,3% dibandingkan dengan
porsi pembiayaan UMKM di talmn 2007.
Gambar 4. 12 Kurva Perkembangan Jurnlah Pembiayaan UMKM
Berdasarkan Jenis Akadnya Tahun 2008
Pe111biayaan fr::tisnar
Rp. 53.15M
Pen1binyaan Ijarnh
Rp. 56.23M
Penibiayann i\!usyarnkah
__ Rp. 2.803.S'il\I
86
Di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu tersebut, Bank
Muamalat Indonesia melakukan peningkatan terhadap pembiayaan yang
menggunakan akad qard. Hal ini dilakukan guna mengatasi atau
menanggulangi pembiayaan-pembiayaan usaha nasabah yang mengalami
dampak dari krisis ekonomi global yang terjadi. Sehingga Bank Muamalat
Indonesia mengucurkan dananya dengan menggunakan akad qard/ Al-Qhardul
Hasan sebagai dana talangan terhadap pembiayaan-pembiayaan tersebut.
Khusus untuk bank syariah, istilah Al-Qhardul Hasan dikenal dengan
piqjaman tanpa agunan yang umumya diberikan kepada pengusaha kecil yang
barn tumbuh
Peningkatan juga te1jadi pada akad murabahah tercatat sebesar Rp.
1.6 I 7,99 miliar atau sekitar 6% dari tahun lalu. Peningkatan ini dilakukan oleh
Bank Muamalat Indonesia karena resiko yang ditanggung dari akad
murabahah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan akad-akad lainnya clan
87
memiliki nilai keuntungan yang Iebih besar dan bersifat tetap. Namun, pada
akad mudharabah, istisna', dan ijarah te1jadi penurunan porsi pembiayaan,
sebesar 10,74%, 30%, dan 66,33% dari tahun lalu. Penurunan tersebut
dilakukan Bank Muamalat Indonesia karena disesuaikan dengan kondisi
ekonomi yang sedang be1jalan.
Gan1bar 4.13 Diagram Perkembangan Jumlah Pembiayaan UlvfKM
Pada Tahun 2007-2008
30.000,000 ~------·---·----------·--------------25.000.000 20.000.000 15,000.000 -l----···-·--
10.000.000 5.000,000 mt2007
1m2oos
Dilihat dari label diatas, perkembangan pembiayaan sektor UMKM
tahw1 2009 pada Bank Muamalat Indonesia didominasi oleh pembiayaan
dengan menggunakan akad murabahah, musyarakah dan mudharabah, dengan
masing-masing memberikan kontribusi terhadap total pembiayaan sektor
UMKM sebesar 42, 11 %, 28,71 %, dan 24,42%. Sedangkan sisanya diikuti
dengan pembiayaan yang menggunakan akad qard, ijarah, dan istisna'. Ketiga
pembiayaan ini memang selalu menempati porsi yang kecil terhadap total
pembiayaan sektor UMKM di Bank Muamalat Indonesia.
Gambar 4.14 Diagram Perkembangan Jnmlah Pembiayaan UMKM
Berdasarkan Jenis Akadnya Tahun 2009
Pe1ubi<iy;i;.1n Jstisua'
Rp. 71,.\0M ____ _
Pen1biayna11 Ijarah
Rp.118,64M
88
Dari data-data tersebut, menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan
akad-akad pembiayaan yang digunakan oleh Bank Muamalat Indonesia
didominasi oleh akad murabahah, mudharabah, dan musyarakah. Hal ini
dikarenakan ketiga akad tersebut memang lebih cocok dan dapat memenuhi
kebutuhan investasi di pasar khususnya untuk sektor UMKM. Selainnya itu,
aplikasinya pun lebih mudah dipraktekkan di dunia perbankan syariah.
Sedangkan untuk jenis akad yang lailmya seperti akad ijarah, salam, dan
istisna' kurang diminati oleh nasabah. Selain apiikasinya cukup rumit, resiko
yang ditanggung oleh bank syariah juga cukup tinggi, sehingga bank syariah
pun belum berani untuk menyediakan dana yang lebih be:sar untuk ketiga akad
tersebut.
Kemudian untuk jenis pembiayaan dengan menggunakan akad qard,
lebih banyak digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang bersifat
sosial, karena dana yang disediakan bersumber dari dmia zakat, infak, dan
89
sodaqah (ZIS). Dalam aplikasinya di bank syariah, akad qard ini digunakan
sebagai dana talangan terhadap pembiayaan-pembiayaan nasabah yang
mengalami kesulitan mendesak untuk mendapatkan talangan jangka pendek. 85
Gambar 4.15 Diagram Perkembangan Jumlah Pembiayaan sektor UMKM
Berdasarkan Akadnya Tahun 2007 - 2009
35,000,000 30.000,000 25.000,000 10.000.000 15.000,000 10,000,000
5.000,000 M2007
2008
m 2009
Berdasarkan data dari gambar grafik diatas, pembiayaan dengan
menggunakan akad musyarakah mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dari tahllll ke talmn, tercatat untuk tahun 2009 mengalami
pe1iumbuhan sehesar 56,38% dibandingkan dengan tahllll 2008 sebesar Rp.
12.803,87 miliar menjadi Rp. 20.023,01 miliyar. Hal ini mence1minkan
adanya semangat untuk menumbuhkan pembiayaan dengan skema profit-
sharing yang dianggap memberikan benefit lebih besar terhadap pembangunan
ekonomi dan masyarakat karena lebih mengedepankan prinsip keadilan dan
kesetaraan.
Peningkatan juga terjadi pada pembiayaan yang menggunakan akad
murabahah, hanya saja peningkatannya tidak sebesar pembiayaan dengan
85 Muhammad Syafi'l Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praklek, (Jakarta: Gema lnsani Press, 2001), h.134.
90
menggunakan akad musyarakah yaitu sebesar 3,51 % atau Rp. 29.368,46
miliar dari Rp. 28.371,75 miliar di tahun 2008. Namun, jika dilihat dari
jumlah porsi pembiayaannya, pembiayaan dengan menggunakan akad
murabahah ini selalu menempati porsi yang tertinggi dibandingkan dengan
akad-akad yang lainnya dari talmn ke talmn.
Kemudian peningkatan juga terjadi pada pembiayaan dengan
menggunakan akad qard, yaitu sebesar 50,27% dibandingkan tahun lalu
sebesar Rp. 2.081,04 miliar menjadi Rp. 3.127,13 miliar. Hal ini
mengindikasikan bahwa adanya peningkatan penggunaan dana sebagai dana
talangan terhadap pembiayaan-pembiayaan nasabah yang mengalami
kesulitan dan membutuhan dana jangka pendek yang mendesak. Sedangkan
untuk pembiayaan dengan menggunakan akad mu:dharabah mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini dilakukan oleh Bauk Muamalat
Indonesia, selain terkait resiko yang ditanggung cukup tinggi juga karena
adanya penyesuaian terhadap kondisi pemulihan perekonomian di Indonesia.
C. Strategi Bank Muamalat Indonesia Dalam Penyaluran Pembiayaan Sektor
UMKM
Dalam menyaluraukan pembiayaannya ke sektor UMKM, Bank
Muamalat Indonesia menyalurkannya dengan cara langsung maupun tidak
langsung. Salah satu strategi yang dijalankan Bauk Muamalat Indonesia adalah
melakukan program aliansi dengan jaringan lembaga keuangan mikro syariah.
91
Hal ini bertujuan untuk memperluas pelayanan pembiayaan sektor usaha mikro
dan kecil sehingga Bank Muamalat Indonesia dapat menjangkau layanan
pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui program
linkage dan tidak perlu takut menanggung resiko yang sangat besar.
Dalan1 pelaksanaannya, pembiayaan sektor UMKl'vf ini dapat dieksekusi
langsung oleh kantor-kantor cabang atau dengan melakukan channeling atau
joint pembiayaan dengan BPRS dan BMT melalui linkage program. Adapun
pola-pola linkage tersebut adalah sebagai berikut:
• Executing adalah pola kerjasama Bank Umum dengan BPRS dengan
penanggungan risiko oleh BPRS
• Joint Financing adalah pola ke1jasama Bank Umum dengan BPRS dengan
penanggungan risiko oleh BPRS dan Bank Umum.
• Channe!lling adalah pola kerjasanm Bank Umum dengan BPRS dengan
penanggungan risiko oleh Bank Umum.
Linkage Program Bank Muamalat Indonesia dengan BMT merupakan
langkah utama yang dilakukan, karena kondisi UMKM yang berskala kecil,
agunan terbatas, tidak berbadan hukum, letak jauh, dan administrasi lemah,
menyebabkan Bank Muamalat Indonesia mengalami kesulitan untuk
menjangkaunya (biaya tinggi, risiko tinggi, persyaratan legal, sulit menjangkau,
dan kesulitan menilai usaha). Selain itu, karakteristik BMT sangat cocok dengan
kebutuhan UMKM dan merupakan perpanjangan tangan Bank Syariah dalam
92
menyalurkan pembiayaaimya sehingga Bank Muamalat Indonesia tidak perlu
takut menanggung resiko yang sangat besar.
Dalam Linkage Program tersebut, Bank Muamalat Indonesia bekerja
sama dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) melalui
Progran11Gerakan Nasional Pemberdayaan BMT yang mernpakan bentuk
penegasan kembali komitmen Banlc Muamalat dalam pemberdayaan UMKM
(Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Selain itu, salah satu bentuk program
Linkage yang telah dijalankan adalah program linkage yang dai1anya diba!ltu
oleh Dep. Kop dan UMKM melalui prograin P2KER (Program Pemberdayaan
Keua!lgan Ekonomi Rakyat) yang melibatka!l 700 Kopontren dan BMT diselurnh
Indonesia.
Selain itu, Bank Muamalat Indonesia juga bekerja sama denga!l
Kementrian Negara Koperasi dan UMKM dalam kebijakan da!la bergulir dengan
pola syariah. Program dana bergulir syariah ini diatur dalam Peraturan Menteri
Negara Koperasi da!l UKM RI No. 10/Per/M.KUKM/VI/2006 tentang Petunjuk
Teknis Prograin Pembiayaan Produtif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) pola
syariah dalam pasal 2, dimaiia tujuannya adalah "memberdayakan pengusaha
mif...To me!alui kegiatan usaha ekonomi berbasis pola syariah serta memperkuat
peran dan posisi KJKS!UJKS yang termasuk di dalamnya koperasi yang dekelola
oleh wanita dan melayani anggotanya para wanita penguasaha sebagai
instrumen pemberdayaan usaha mikro agar dapat diperluas kesempatan ke1ja
dan mendukung upaya pengentasn kemiskinan ".
93
Dalarn program tersebut, Bank Muamalat Indonesia bekerja sama dengan
sejurnlah KJKS dengan menggunakan akad mudharabah, musyrakah, atau
piutang murabahah, dimana Bank Muarnalat Indonesia bertindak sebagai bank
pelaksana Dana Bergulir Syariah (DBS). Dalam ha! ini, bank pelaksana DBS
bertugas untuk rnernfasilitasi terkait administrasi dan keuangan program DBS
se1ia bertanggung jawab terhadap porses penyaluran dan pengelolaan dana yang
ditempatkan pada banknya selama kegiatan program berlangsung baik yang
berasal dari dana awal yang ditempatkan pemerintah maupun dana-dana
simpanan milik KJKS/UJKS penerima.
Disamping itu Bank Muamalat Indonesia juga melakukan kerjasama
penguatan permodalan dengan 53 BMT yang dikoordinir oleh BMM (Baitul
Maal Muamalat) dan memberikan pembiayaan multigun.a dengan memanfaatkan
BMT di Bontang dan Pontianak. Kemudian khnsus untuk usaha mikro, Bank
Muamalat Indonesia menggunakan dana CRS Baitul Maal Muamalat untuk
menyalurkan pembiayaan melalui program KUM3 (Komunitas Usaha Mikro
Muamalat berbasis Masjid).
Bank Muamalat Indonesia pun menjadi agen pemerintah melalui kredit
program yang dicanangkan oleh pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan
dan pemberdayaan masyarakat, seperti Kredit Usaha Ralcyat (KUR). KUR
merupakan program pemerintah yang ditujukan untuk membantu pengusaha
UMKM, khususnya dalam penyediaan jaminan. Karena pada umumnya
94
pengusaha UMKM tidak memiliki agunan yang memadai untuk dijadikan
jaminan ke bank. Padahal, selama ini bank mensyaratkan adanya agunan yang
memadai untuk menyalurkan pembiayaan/kredit. Dengan KUR, pemerintah
menjamin pembiayaan/kredit tersebut, melalui BUMN penjamin !credit, yaitu
Askrindo dan Jamkrindo.
D. Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Pada Bank Mnamalat
Indonesia
Bank Muamalat Indonesia memperhatikan 4P dalam menyalurkan
pembiayaannya yaitu Pe1iumbuhan, Profit, Purpose (Misi.) dan Prudent (kehati
hatian). Dalan1 ha! ini, selain meningkatkan jumlah pembiayaan, demi
pe1iumbuhan (growth) dan laba (profit), Bank Muamalat Indonesia juga tetap
memperhatikan aspek kehati-hatian (prudential) perbankan, se1ia memperhatikan
agar misi atau pemihakan kepada Usaha Mikro Kecil Me:nengah (UMKM) terns
terpelihara (Purpose of the Company), sehingga pertumbuhan, profit, dan
purpose (misi) bank tetap memperhatikan prudentiality (kehati-hatian) dengan
tujuan kualitas pembiayaan tetap bagus dengan rasio Non-Peiforming Finance
(NP F) yang rendah.
6.00"·<:.
Gambar 4.16 Diagram Perkembangan Non Pe1forming Financing
Tahun 2005 - 2007
'5.00<"(, t Q=O·:-r!"';~:::::~~~~:;~~~~~~~;~~==~~~·= --1-. 00'! (• 3. oo•:-.', ·~00,0%···· :!.OOC>i.
1.00<>/o +············· 0.00'0!·(.
95
Berdasarkan gambar grafik diatas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2005
sampai dengan tahun 2007 Bank Muamalat Indonesia dapat menjaga tingkat
rasio pembiayaan bermasalahnya. Pada tahun 2005, kehati-hatian Bank
Muamalat Indonesia dalam mengelola kegiatan pcmbiayaanya semakin
meningkat, sebagaimana terlihat pada porsi pembiayazm bermasa!ah sebesar
2.00%. Perbaikan rasio pada tahun 2005 terasa sangat signifikan. Pencapaian ini
sangat membantu peningkatan kemampuan Perusahaan dalam meraih laba.
Mai:jin pendapatan bcrsih Bank Muamalat untuk tabun 2005 tcrcatat sebesar
6.29%.
Pada tahun 2006, nilai pembiayaan bennasalab Bank Muamalat Indonesia
mengalami kenaikan sebesar 2,84% dari tahun 2005 sebesar 2,00% menjadi
4,84%. Hal ini dikarenakan kondisi tersebut disebabkan faktor mikro dan makro
ekonomi yang belum kondusif, se1ia diperburuk oleh bencana alam yang terjadi
di beberapa daerah. Namun, tingkat NPF yai1g mencapai 4,84% masih berada di
bawah ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
96
Sedangkan pada tahun 2007, pertumbuhan rasio NPF Bank Muamalat
Indonesia, mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini terlihat dari tingkat
rasio NPF yang dicapai oleh Battle Muamalat Indonesia sebesar 1,33%, dimana
mengalami penurunan sebesar 3 ,51 % dibandingkan dengan talmn 2006 sebesar
4,84%. Namun, pada bulan Juli sempat mengalami kenaikan dan nyaris
menempati batas toleran yang ditetapkan oleh Bl. Namun demikian, seiring
dengan prinsip kehati-hatian perbmtlcan yang dianut Bank Muamalat Indonesia
selama ini, rasio NPF (Non Performing Financing) bersih terhadap total
pembiayaan yang diberikan berhasil diperbaiki, menjadi 1,33% di tahun 2007
dibandingkan dengan 4,84% tahun 2006. Peningkatan ini pun terutama didorong
oleh kondisi makroekonomi yang relatif stabil, sehingga rnembuka peluang lebih
banyak bagi kegiatan usaha.
6.0CY!..C. 5.00?·0 4.0ef!-Q ; ..
Gambar 4.17 Diagram Perkembangan Non Pe1forming Financing
Tahun 2005 - 2008
. 1.00\'o 2.000 0 1.00'?o 0 000-0
f·:? .
Pada tahun 2008, di saat kondisi ekonomi yang tidak menentu Bank
Muamalat Indonesia berhasil mempertahankan dan menjaga tingkat rasio NPF-
nya yaitu sebesar 3,80%. Walaupun terjadi peningkatan sebesar 2,47%
dibandingkm1 dengan tahun 2007 yang hanya sebesar 1,33%, tetapi pada masa
97
!crisis ekonomi global tersebut, Bank Muamalat Indonesia dapat dikatakan
berhasil menjaga dan bahkan menekan tingkat rasio NPF-nya, sehingga NPF
Bank Muamalat Indonesia tetap berada dibawah batas toleran yang ditentukan
oleh BI.
Sedangkan pada awal tahun 2009, dimana situasi ekonomi masih dilipnti
ketidakpastian, terutama pasca merebaknya krisis keuangan global akhir tahun
2008, dianggap memberikan tekanan pada pembiayaan bermasalah. Tekanan
NPF tersebut meningkat diakibatkan oleh pertumbuhan pembiayaan yang
mengalami stagnasi. Hal ini terlihat pada beberapa bulan di tahun 2009,
dimana pe1tumbuhan tingkat rasio NPF Bank Muamalat Indonesia beberapa
kali sempat mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan bahkan
melewati batas toleran yang ditetapkan oleh BI.
Gambar 4.18 Diagram Perkembangan Non Pe1forming Financing
Tahun 2005 - 2009
Sejauh ini ada dua dampak krisis industri keuangan yang berdapak pada
perbankan syariah. Pertama, kemampuan debitor mengembalikan pinjaman jadi
menurun karena krisis menyebabkan penghasilan mereka juga berkurang.
Kedua, perbankan syariah lebih cenderung berhati-hati dan menahan
98
pembiayaannya atau lebih memilih untuk tidak melakukan ekspansi
pembiayaan sehingga tingkat rasio NPF menjadi naik. Terntama disaat dunia
perbankan nasional belum sembuh benar dari kemarau likuiditas.
Dilihat dari perkembangannya, tingkat rasio Non Pe1forming Financing
(NPF) Bank Muamalat Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan,
namun seiring dengan prinsip kehati-hatian perbankan yang dianut Bank
Muamalat Indonesia selama ini, dapat menekan tingkat Non Performing
Financing (NP F) di bawah batas toleran yang telah ditetapkan oleh BI menjadi
sebesar 4,11 %. Walaupun angka tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tahun 2008 yang hanya sebesar 3,80%.
Tercatat pada tahun 2009, perkembangan NPF Bank Muamalat
Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,31 % dibandingkan dengan tahun
2008 yang hanya sebesar 3,85%. Kenaikan NPF Bank Muamalat Indonesia
sebagai buntut dari !crisis industri keuangan global. Pada tahun ini, Bank
Muamalat Indonesia terns bernsaha untuk menurnnkan posisi NPF ke level
yang lebih rendah lagi dengan menyusun rencana kerja barn untuk melakukan
perbaikan terhadap portofolio bermasalah tersebut.
Upaya yang telah dilakukan antara lain adalah review terhadap
kebijakan pembiayaan dan manajemen risiko yang salah satunya adalah dengan
memperbaharni alur persetujuan pembiayaan dengan memberikan kewenangan
kepada Divisi Manajemen Risiko ikut secara dini mem~ntukan apakah usulan
pembiayaan dapat dilanjutkan atau tidak. Selain itu, telah dilakukan review
99
terhadap kebijakan dan prosedur pembiayaan, salah satunya adalah penyesuaian
limit Persetujuan Komite Pembiayaan yang disesuaikan dengan kondisi risiko
serta target pertumbuhan bisnis Bank Muamalat.
E. Stratcgi Bank Muamalat Indonesia Dalam Mcnjaga Tingkat Rasio Non
Pe1formi11g Financing (NPF)
Sebagaimana layaknya lembaga keuangan bank, Bank Muamalat
Indonesia senantiasa berusaha menjaga amanah masyarakat lewat penerapan
prinsip kehati-hatian terhadap pembiayaan yang disalurkannya. Dalam ha! ini,
Bank Muamalat Indonesia menerapkan beberapa strategi untuk menjaga dan
menekan tingkat rasio pembiayaan bem1asalah (Non Performing Financing). Hal
ini diberlakukan terhadap semua jenis pembiayaan yang disalurka11nya, termasuk
pembiayaan sektor UMKM.
Jika dilihat dari perkembangan NPF-nya selama i11i, terbukti bahwa Bank
Muamalat Indonesia dapat menjaga da11 bahkan menekan tingkat rasio Non
Pe1forming Financing (NPF). Walaupun pada tahun 2009, tingkat rasio Non
Pe1forming Financing (NP F) Bank Muamalat Indonesia sempat mencapai posisi
yang paling tinggi yaitu sebesar 8,24% pada bulan November, namun pada akhir
tahun Bank Muamalat Indonesia berhasil menekannya h ingga mencapai posisi
sebesar 4, 11 %, sehingga tetap berada dalam batas toleran yang ditetapkan oleh BI
sebesar 5%.
100
Oleh karena itu, dalam menjaga dan menekan tingkat rasio pembiayaan
bermasalah (Non Pe1forming Financing), Bank Muamalat Indonesia menerapkan
beberapa strategi melalui pengelolaan dan penyebaran risiko dengan cara
menghindari jenis pembiayaan yang terkonsentrasi pada s·ektor ekonomi tertentu
dan jangka waktu yang terlalu lama. Pemberian pembiayaan menurut sektor
ekonomi dilakukan dengan memperhatikan penyebaran risiko yang mampu
melindungi Perseroan dari konsentrasi sektor ekonomi tertentu. Berikut ini
proporsi penyebaran risiko di beberapa sektor usaha:
• Sektor usaha jasa sebesar 43,36%
• Sektor konstruksi 7, 16%
• Sektor perdagangan 6,66%
• Sektor pengangkutan 8,86%
• Sektor sosial masyarakat 12,53%
• Sektor lain porsinya relatif kecil, hanya menyentuh angka 21,43% dari
keseluruhan pembiayaan yang diberikan.
Sedangkan untuk jangka waktu dan komposisi pembiayaannya adalah
sebagai berikut :
• Jangka waktu sampai dengan satu tahun sebesar 14,32%
• J angka waktu I - 3 tahun sebesar 31,50%
• Jangka waktu 3 - 5 tahun sebesar 33,38%
• Jangka waktu di atas 5 tahun sebesar 20,80%
IOI
Pembiayaan jangka waktu di atas 5 tahun umumnya diperuntukkan bagi proyek
proyek seperti perkebunan, perumahan, pusat perbelanjaan, dan usaha
pengembangan properti.
Adapun strategi Bank Muamalat Indonesia lainnya dalam menjaga tingkat
rasio Non Pe1forming Financing (NPF) antara lain:
• Merealisasikan skema aliansi pembiayaan dengan memanfaatkan mitra
strategis Muamalat sebagai penyalur pembiayaan
• Penentuan pasar sasaran dan segmen pasar yang jelas untuk memudahkan
kegiatan pemasaran dan penjualan
• Peningkatan kemampuan analisis pembiayaan bagi kru pemasaran dari
seluruh kantor cabang melalui pelatihan dan lokakarya pembiayaan
• Penyempurnaan pancluan kebijakan clan acuan stanclar clalam melakukan
analisis pembiayaan
• Adanya perbaikan proses pengambilan keputusan pembiayaan, sehingga
hasilnya lebih cepat tanpa mengesampingkan aspek kehati-hatian.89
F. Analisis Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Sektor UMKM Terhadap
Tingkat Rasio Non Peiforming Financing (NPF) Bank Muamalat Indonesi
Setiap pemberian suatu fasilitas pembiayaan pasti menganclung suatu
resiko kemacetan, sepanclai apa pun analisis pembiayaan yang dilakukan
89 Annual Report BM! Tahun 2007, h. 62-63
102
kemungkinan pembiayaan bermasalah itu pasti ada.90 Sehingga setiap kali bank
menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan, pasti akan selalu disertai
dengan adanya resiko pembiayaan bermasalah, termasuk pembiayaan Bank
Muamalat Indonesia yang disalurkan ke sektor UMKM yang tidak akan lepas
dari resiko pembiayaan bermasalah (Non Pe1forming Financing) pula.
Berikut ini merupakan data-data pembiayaan sektor UMKM dan
pembiayaan bennasalah (Non Performing Financing) Bartle Muamalat Indonesia
selama tiga tahun terakhir (2007-2009) yang ditampilkan dalam bentuk laporan
pe1iriwulan, yaitu :
Tabel 4.1 Tabel Perkembangan Pembiayaan Sektor UMKM dan NPF
Bank Muamalat Indonesia Per Triwulan Tahun 2007-2009
Peri ode Pembiayaan
NPF SektorUMKM Januari-Maret'07 Rp 4.338.265 2,80% April-Juni'07 Rp 4.524.071 3,90% Juli-September'07 Rp 5.026.700 4,70%
Oktober-Desember'07 Rp 5.196.496 3,50%
Januari-Maret'08 Rp 4.796.539 1,60% April-Juni'08 Rp 5.534.945 3,60% Juli-September'08 Rp 5.844.939 4,00% Oktober-Desember'08 Rp 5.575.185 3,90% J anuari-Maret'09 Rp 5.725.976 4,40% April-Juni'09 Rp 5.736.933 4,20%
Juli-September'09 Rp 5.882.986 6,90%
Oktober-Desember'09 Rp 5.932.520 6,50%
9° Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Cet. 3, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 128
103
Selanjutnya data-data tersebut akan diolah kedalam bentuk regresi
sederhana dengan menggunakan SPSS 17.0. Berikut ini beberapa tahapan
yang hams dilalui:
Gambar 4.20 Gambar Flow Chart Alur Analisis
Bank Muamalat Indonesia
Annual Report Talmn
2007-2009
Pembiayaan
SektorUMKM
-~otesis ,.......P_e_n-1b-i-ay_a_a_n,_B_er-m-as_a_la-h]
(NPF)
Uj i linearitas
Uii Nmmalitas
Uii Kolerasi
Uji Kolerasi Determinasi
Uji Regresi Sederhana
Uji Signifikansi
Interpretasi Data Kesimpulan
104
1. Uji linearitas
Setelah data-data yang dibutuhkan sudah tersedia, maka untuk tahap awal
adalah dengan melakukan uji linearitas. Uji linearitas ini dilakukan untuk
mengetahui apakah antara variabel bebas dan variabel terikat terdapat
hubungan linear atau tidak, karena merupakan salah satu persyaratan data
dalam analisis statistik inferensial parametik.
Berdasarkan hasil uji linearitas dengan menggunakan program SPSS 17. O
dengan sub menu Curve Estimation diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2 Tabel Model Summary and Parameter Estimates
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable:NPF -Model Summary Parameter Estimates
Equation R Square F dfl dt2 Sig. Constant bl
Linear .415 7.104 1 10 .024 -.047 l.653E-8 -The independent variable is UMKM.
Berdasarkan output yang dihasilkan, selanjutnya dapat dilakukan
perhitungan uji linearitas, dimana diketalmi bal1wa nilai sig. 0,024. Oleh
karena 0,024 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
linear diantara kedua variabel tersebut, yaitu variabel pembiayaan sektor
UMKM dan NPF.
Kemudian untuk mengetahui hubungan linear diantara kedua variabel
tersebut dapat dililhat dari gambar grafik dibawah ini:
0.070
0.060
0.050
0.040
Gambar 4.21 Grafik sebaran data
NPF
0
0 0
UMKM
0
0 0
0 Observed -linear
!05
Berdasarkan gambar grafik (Curve Fit) diatas, dapat dilihat bahwa
hubungan linear antara variabel bebas (pembiayaan :sektor UMKM) dan
variabel terika (NPF) terdapat hubungan yang berbanding !urns. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa semakin meningkat nilai pernbiayaan sektor UMKM
maka akan semakin besar pula nilai NPF pada Bank Muamalat Indonesia.
Dari gambar grafik (Curve Fit) diatas, terlihat bahwa titik-titik data
(observed) cenderung mengikuti arah dari garis linear, yaitu dari kiri bawah ke
106
kanan atas dengan kemiringan tertentu, meskipun tidak secara sempurna. Oleh
karena itu, hasil analisis grafik ini dapat dijadikan data pendukung yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang linear antara kedua variabel.
2. Uji Normalitas
Untuk tahap selanjutnya adalah dengan melakukan uji normalitas. Uji
normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak yang merupakan persyaratan kedua setelah uji linearitas dilakukan
dalam sebuah analisis statistik inferensial parametrik. Adapun uji no1malitas
ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang bertujuan
untuk menguji kesesuaian (goodness of fit). Dalan1 ha! ini perlu diperhatikan
yaitu tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sampel (observation) dengan
distribusi teoritis tertentu. Berikut adalah H0 = hipotesisnya:
• H0 : F(x) = F'o (x), dengan F(x) adalah fungsi distribusi frekuensi hasil
pengamatan dan Fa (x) adalah distribusi frekuensi harapan (teoritis) dalam
artian populasi berdistribusi normal
• H 1 : F(x) * F0 (x) atau distribusi populasi tidak normal
Pengambilan keputusan tersebut berdasarkan nilai probabilitas dengan
a = 0,05, yaitu:
• Jika probabilitas > 0,05, maka Ha diterima.
107
• Jika probabilitas < 0,05, malca HD ditolak.
Dari hasil pengujian normalitas untuk pembiayaan sektor UMKM dan
NPF (Non Performing Financing) diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.3 Tabel Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes1t
N
Normal Parametersa.,b Mean
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
-·-.-----........ NPF UMKlv:!
12 12
.04168 5342962.97
.014227 554644.304
.199 .219
.199 .144
-.161 -.219
.690 .758
.728 .614
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel Uji Kolmogorov-Smirnov,
untuk data pembiayaan sektor UMKM diperoleh angka probabilitas sebesar
0.614 dengan taraf signifikansi alpha sebesar 5% (0,05), dapat diketahui
bahwa nilai 0,614 > 0,05, maka Ho diterima. Kemudian untuk data NPF
diperoleh angka probabilitas sebesar 0,728 dimana 0,728 > 0,05 maka Ho
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data-data tersebut berdistribusi
normal.
110
3. Uji Korelasi
Kemudian untuk tahap selanjutnya adalah dengan melakukan uji korelasi
untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antar variabel bebas (pembiayaan
sektor UMKM) dengan variabel terikat (NPF). Untuk melakukan uji korelasi
ini dengan menggunakan rumus korelasi Product ,\!foment atau Pearson
Correlation melalui program SPSS 17. 0. Berikut ini hasil uji korelasi yang
dilakukan pada kedua variabel tersebut:
Tabel 4.4 Tabel Korelasi (Product Moment)
Correlations -NP!< UMKM
NPF Pearson Correlation 1 .644'
Sig. (2-tailed) .024
N 12 12
UMKM Pearson Correlation .6 44' 1
Sig. (2-tailed) 024
N 12 12
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil output diatas, dapat diketahui bahwa nilai korelasi
sebesar 0,644, dimana ha! ini menunjukkan adanya korelasi/hubungan yang
kuat antara variabel pembiayaan sektor UMKM dengan NPF. Kemudian
angka koefisien korelasi antara kedua variabel terse but bertanda positif ( +)
yang berarti menunjukkan adanya hubungan yang bersifat berbanding lurus,
yang aiiinya peningkatan satu variabel akan diikuti oleh penaikkan variabel
111
lain, sehingga semakin tinggi pembiayaan sektor UMKM maka akan membuat
nilai NPF menjadi semakin tinggi pula.
Pengujian lebih lanjutnya, dapat dilakukan dengan menggunakan
hipotesis sebagai berikut:
• H0 : Tidak terdapat hubungan (korelasi) yang signifikan antara
pembiayaan sektor UMKM dengan NPF
Terdapat hubungan (korelasi) yang signifikan antara pembiayaan
sektor UMKM dengan NPF
Pengujian tersebut didasarkan pada a = 0,05, sebagai berikut:
• Jika r-hitung > r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. (2-tailed) < level
of significant (a) maka H0 ditolak.
• Jika r-hitung < r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. (2-tailed) > level
of significant (a) maka I-I0 diterima.91
Berdasarkan tabel korelasi (Product 1\foment) pada kolom Sig. (2-tailed),
untuk korelasi variabel pembiayaan sektor UMKM dengan NPF diperoleh
angka probabilitas sebesar 0,024, dimana 0,024 < 0,05 yang berarti Ho
ditolak atau menerima H1 yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara
penyaluran pembiayaan sektor UMKM dengan NPF pada Bank Muamalat
Indonesia.
91 Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, Ce!. I, (Jakarta: Prestasi Pusaka Publisher, 2009), h. 53
112
4. Uji Korelasi Determinasi
Untuk tahap selanjutnya dapat dilakukan uji korelasi detem1inasi yang
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar variabel terikat (NPF) dapat
dijelaskan oleh variabel bebasnya (pembiayaan sektor UMKM). Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0, berikut ini hasil dari pengnjian
tersebnt:
Tabel 4.5 Tabel Koefisien Determinasi
Model Summary -Model R R Square Adjusted R Square Std. En-or of the Estimate
1 .644. .415 .357 .011409 -a. Predictors: (Constant), UMKM
Berdasarkan pada tabel koefisien determinasi diatas, diperoleh 1 model
regresi yang memiliki nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,644 atau sebesar
64,4% dengan nilai koefisien detem1inasi (R Square) sebesar 0,415 atau
sebesar 41,5%. Berdasarkan data tersebut, angka koefisien detenninasi
menunjukkan angka sebesar 41,5% yang berarti bahwa variabel NPF dapat
dijelaskan oleh variabel pembiayaan sektor UMKM sebesar 41,5%, sedangkan
sisanya sebesar 48,5% dijelaskan oleh variabel laim1ya.
5. Uji Regresi Sederhana
Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah dengan melakukan uji regresi
sederhana. Uji regresi sederhana ini digunakan untuk mengetahui model
1!3
regresi yang dapat digunakan. Berikut ini hasil data yang telah diolah dengan
menggunakan program SPSS 17. 0:
Tabel 4.6 Tabel Regresi
Coefficientsa -Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.047 .033 -1.401 .192
UMKM !.653E-8 .000 .644 2.665 .024 - -a. Dependent Variable: NPF
Berdasarkan output diatas, menunjukkan nilai koefisien dan konstanta
dari persanrnan regresi yang dihasilkan. Berikut ini ben1uk persamaan regresi
sederhana yang dihasilkan:
y = -0,047 + 0,0000000165 x
Berdasarkan bentuk persamaan regresi diatas, dapat dijabarkan sebagai
berikut:
!. Nilai konstanta sebesar -0,047 menyatakan bahwa jika tidak ada
pembiayaan sektor UMKM maka akan memberikan nilai pada NPF
sebesar 0,047%
2. Nilai koefisien regresi sebesar 0,0000000165 menyatakan bahwa setiap
terjadi penambahan pada pembiayaan sektor UMK1v1 sebesar 1 %, maka
akan meningkatkan nilai NPF sebesar 0,0000000165 atau 0,00000165%
114
Berdasarkan hasil output diatas, dapat diketahui bahwa antara variabel
pembiayaan sektor UMKM (X) dan variabel NPF (Y) memiliki hubungan
yang searah atau memiliki tanda positif ( + ), sehingga hal ini menunjukkan
bahwa setiap te1jadi peningkatan terhadap pembiayaart sektor UMKM maka
akan meningkatkan pula nilai NPF pada Bank Muamalat Indonesia.
Hal ini pun menunjukkan bahwa walaupun jika dilihat dari sisi profit,
pembiayaan sektor UMKM memberikan kontribusi yang cukup
menguntungkan bagi Bank Muamalat Indonesia, tetapi juga memberikan
pengaruh dan kontribusi yang cukup signifikan terhadap risiko pembiayaan
bermasalah atau tingkat rasio Non Performing Financing (NPF) Bank
Muamalat Indonesia. Sehingga dalam penyalurannya pun Barrk Muamalat
Indonesia tidak serta merta hanya melihat sisi profit yang diperoleh.
6. Uji Signifikansi
Kemudian tahap ald1ir adalah dengan melakukan uji signifikansi
terhadap model regresi sederhana yang dihasilkan, dengan tujuan dapat
dipe1ianggungjawabkan. Uji signifikansi yang dilalcukan yaitu:
• Uji t.
Uji t ini digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel
be bas. 88 Dimana hipotesisnya adalal1:
88 Singgih Santoso, Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17, Cet. ke-2, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), h. 330
H0 = Koefisien regresi pembiayaan sektor UMKM tidak signifikan
H1 = Koefisien regresi pembiayaan sektor UMKM signifikan
Berdasarkan:
Jika th;""'"> t,abet maka H 0 ditolak
Jika !""""" < t,abet maka H 0 diterima
115
Berdasarkan model regresi sederhana yang dihasilkan, didapatkan
nilai t """"g untuk koefisien regresi pembiayaan sektor UMKM sebesar
2,665 dan t tabet sebesar 2,2281. Maka berdasarkan hasil pengujian
tersebut dapat dijabarkan bahwa t""""g > t tabet (2,665 > 2,2281) yang
berarti H 0 ditolak atau dengan kata lain koefisien regresi pembiayaan
sektor UMKM signifikan, sehingga dapat digunakan untuk
memprediksikan nilai NPF-nya.
• Uji F
Uji F ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan linear
antar variabel, sehingga model regresi yang dihasilkan dapat digunakan
untuk memprediksi. Dimana hipotesisnya adalah:
H0 = Tidak ada hubungan yang linear antara variabel pembiayaan
sektor UMKM dengan NPF
H 1 = Ada hubungan yang linear antara variabel pembiayaan sektor
UMKM dengan NPF
116
Berdasarkan probabilitas sebagai berikut:
Jika probabilitas < 0,05 maka H 0 ditolak
Jika probabilitas > 0,05 maka H 0 diterima
Tabel 4. 7 Tabel Uji F
-Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
I Regression .001 I
o~ 7.104 .0243
Residual .001 10 .000
Total .002 11
a. Predictors: (Constant), UMKM
b. Dependent Variable: NPF
Berdasarkan output diatas, diperoleh nilai F,,"""• sebesar 7,104
dengan tingkat signifikansi 0,024. Oleh karena itu diperoleh probabilitas <
0,05 atau 0,024 < 0,05, maka H 0 ditolak yang berarti ada hubungan yang
linear antara variabel pembiayaan sektor UMKM dengan NPF, sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan untuk
memprediksi nilai NPF.
A. Kesimpulan
BABV
PENUTUP
117
Berdasarkan data-data keuangan Bank Muamalat Indonesia, dapat
disimpulkan bahwa:
a. Berikut ini beberapa kriteria sektor UMKM dalam pembiayaan Bank
Muamalat Indonesia:
I. Usaha Mikro
Merupakan usaha produktif yang dijalankan oleh penduduk miskin atau
mendekati miskin (sesuai dengan !criteria BPS) dengan timid plafond yang
disediakan maksimal sebesar Rp. 50.000.000.
2. Usaha Kecil
Merupakan usaha produktif yang dimiiliki oleh Warga Negara Indonesia
(WNI) dengan kekayaan bersih maksimum Rp. 200.000.000 di luar tanah
dan bangunan tempat usaha atau mempunyai total penjualan Rp. I miliar
selama setahun, usahanya merupakan usaha yang berdiri sendiri dan bukan
merupakan cabang atau anak perusahaan dari usaha besar, berbetuk usaha
perseorangan atau baban usaha baik berbadan hukum maupun tidak
berbadan hukum, dan dengan limid plafond yang disediakan antara di atas
Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp. 500.000.00
118
3. Usaha Menengah
Merupakan usaha produktif yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia
(WNI) dengan kekayaan bersih maksimum kekayaan bersih di atas Rp.
200.000.000 sampai dengan Rp. 10 miliar di luar tanah dan bagunan
tempat usaha, usahanya merupakan usaha yang berdiri sendiri dan bukan
cabang atau anak perusahaan dari usaha besar, berbetuk usaha
perseorangan atau baban usaha baik berbadan hukum maupun tidak
berbadan hukum, dan dengan limid plafond yang disediakan antara Rp.
500.000.000 sampai dengan 5 miliar.
b. Dalam menyalurkan pembiayaannya ke sektor UMKM, Bank Muamalat
Indonesia melakukannya secara langsung maupun tidak langsung dengan cara
melakukan ke1j a sama dengan beberapa pihak yang terkait, yaitu
• Bank Muamalat Indonesia bekerja sama dengan sejumlah BPRS, BMT,
dan sejumlah Lembaga Keuangan Mikro Syariah lainnya dalam
menyaluran pembiayaan sektor UMKM melalui beberapa program seperti
linkage program dan program KUM3 (Komunitas Usaha Mikro Muamalat
berbasis Masjid).
• Bank Muamalat Indonesia pun beke1ja sama pula dengan Dep. Kop dan
UMKM melalui program P2KER (Program Pemberdayaan Keuangan
Ekonomi Rakyat) dan Dana Bergulir Syariah(DBS).
ll9
• Bank Muamalat Indonesia juga menjadi agen pemerintah melalui kredit
program melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
c. Berdasarkan perkembangan pembiayaannya tahun 2007-2009, pembiayaan
sektor UMKM mengalami penmunan, hal ini terkait dengan krisis ekonomi
global yang terjadi, sehingga Bank Muamalat Indonesia melakukan
penekanan terhadap pembiayaan yang disalurkannya termasuk pembiayaan
sektor UMKM. Namun, walaupun demikian Bank Muamalat Indonesia tetap
memberikan kontribusi yang lebih besar untuk sektor UMKM.
d. Berdasarkan komposisi pembiayaam1ya, pembiayaan sektor UMKM Bank
Muamalat Indonesia didominasi oleh sektor usaha menengali dan usaha kecil,
sedangkan sisanya ditempati oleh sektor usaha mikro. Namun, jika dilihat dari
jumlah nasabahnya, nasabah usaha mikro memiliki jumlah yang paling
ban yak.
e. Jika dilihat berdasarkan akadnya, pembiayaan sektor UMKM Bank Muamalat
Indonesia didominasi oleh akad murabahah, musyarakah, dan mudharabali
kemudian diikuti oleh pembiayaan dengan menggunakan akad qard, istisna',
dan ijarah sedangkan untuk pembiayaan dengan menggunakan akad salam
tidak ada. Ketiga akad itu lebih mendominasi karena lebih sesuai atau cocok
dengan kebutuhan nasabah.
f. Dilihat dari perkembangannya, tingkat ras10 Non Performing Financing
(NP F) Bank Muamalat Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan,
120
namun semng dengan pnns1p kehati-hatian perbar1kan yang dianut Bank
Muamalat Indonesia selama ini, dapat menekan tingkat Non Performing
Financing (NP F) di bawah batas toleran yang telah ditetapkan oleh BI
menjadi sebesar 4, 11 %. Walaupun angka tersebut masih lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya sebesar 3,80%.
g. Hasil analisi data pembiayaan sektor UMKM dengan tingkat rasio Non
Performing Financing (NPF) pada Bank Muamalat Indonesia, yaitu:
• Berdasarkan output yang dihasilkar1 ternyata antara variabel pembiayaan
sektor UMKM (X) dan variabel NPF (Y) memiliki hubungan yang positif
yaitu sebesar 64,4% yang berarti ha! ini menunjukkan adanya hubungan
yang bersifat kuat.
• Model persamaan regresi sederhana yang dihasilkan yaitu Y= -0,04 7 +
0,0000000165 X yang menyatakan bahwa antarn variabel pembiayaan
sektor UMKM (X) dan variabel NPF (Y) memiliki hubungan yang searah
karena bertanda positif ( +) sehingga setiap teijadi peningkatan terhadap
pembiayaan sektor UMKM malca akan meningkatkan pula nilai NPF pada
Bank Muamalat Indonesia.
• Berdasarkan basil tersebut, dapat diketahui pula bahwa walaupun dari sisi
profit, pembiayaan sektor UMKM memberikan kontribusi yang cukup
menguntungkan bagi Bank Muamalat Indonesia, tetapi di sisi lain juga
memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap risiko pembiayaan
121
bermasalah atau tingkat rasio Non Performing Financing (NPF) pada Bank
Muamalat Indonesia. Sehingga dalam penyalurannya pun Bank Muamalat
Indonesia tidak serta merta hanya melihat dari sisi profit yang diperoleh.
h. Strategi yang diterapkan Bank Muamalat Indonesia dalam mengatasi tingkat
pembiayaan bermasalahnya (NPF), yaitu:
• Melakukan penerapan prinsip kehati-hatian melalui pengelolaan dan
penyebaran risiko dengan cara menghindari jenis pembiayaan yang
terkonsentrasi, sektor ekonomi tertentu, dan jangka waktu yang terlalu
lama.
• Membuat dan menerapkan kebijakan untuk menjaga tingkat ras10 Non
Performing Financing (NPF) dengan cara:
> Merealisasikan skema aliansi pembiayaan dengan memanfaatkan mitra
strategis Muamalat sebagai penyalur pembiayaan
)> Penentuan pasar sasaran dan segmen pasar yang jelas untuk
memudahkan kegiatan pemasaran dan penjualan
> Peningkatan kemampuan analisis pembiayaan bagi kru pemasaran dari
seluruh !cantor cabang melalui pelatihan dan lokakarya pembiayaan
> Penyempurnaan panduan kebijakan dan acuan standar dalam melakukan
analisis pembiayaan
> Adanya perbaikan proses pengambilan keputusan pembiayaan, sehingga
hasilnya lebih cepat tanpa mengesampingkan aspek kehati-hatian.
122
B. Saran
a. Bank Muamalat Indonesia diharapkan dapat meningkatkan prinsip kehati
hatiannya dalam menyalurkan pembiayaannya ke sektor UMKM, sehingga
dengan melakukan ha! tersebut, Bank Muamalat Indonesia dapat
meminimalisir tingkat risiko pembiayaan bermasalah (NPF) dan
memaksimalkan keuntungan yang diperoleh.
b. Bank Muamalat Indonesia diharapkan melakukan analisa ulang terhadap
setiap pembiayaan sektor UMKM yang disalurkan baik secara langsung
maupun melalui program aliansi. Se1ia membuat controlling periodic terhadap
Lembaga Keuangan Syariah yang terkait dalam program aliansi tersebut,
sehingga pembiayaan pun lebih terpantau dan terawasi.
c. Pemerintah diharapkan dapat mengikutsertakan perbankan syariah dalan1
program penj aminan pembiayaan UMKM, karena terbukti selama ini
pembiayaan bank syariah lebih dominan terhadap sektor UMKM
dibandingkan dengan bank konvensional. Dengan demikian, hal itu dapat
membantu pemerintah dalam membuka lapangan kerj a dan akan
mempengaruhi pencapaian target akselerasi pangsa pasar perbankan syariah
itu sendiri.
d. Untuk para pembaca diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dan mendalam
mengenai pembiayaan sektor UMKM di bank syariah. Selain sangat menarik,
juga memiliki pengaruh yang cukup berarti terhadap pertumbuhan market
share Perbankan Syariah dan pembangunan ekonomi Indonesia.
DAFT AR PUST AKA
hmad, Hazairin, Problematika Kredit Macet dan Kredit Bermasalah Serta Upaya
Mengatasinya Ditinjau dari Sudut Perusahaan (Debitu) maupun Bank, Makalah
Workshop Tanggung Jawab Pengurus Bank dan Pengurus Perusahaan (Nasabah
Debitur), karena kredit macet. (Jakart, 2006).
ain, A. Riawan, Menata Perbankan Syariah di Indonesia, Cet. 1, (Jalcarta: UIN Press, 2009)
Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional, (Jakarta: UIN Press, 2009)
ain, Ma'ruf, Prospek Cerah Perbankan Syariah, Cet. 1, (Jakarta: LeKAS, 2007)
1tonio, Muhammad Syafi'I, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001).
ifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Cet. 4, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006)
:ngin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Prenada Media, 2005).
:pdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jalcarta: Depdikbud, 1995).
isal Afiff, Y oso Aripurnomo, dkk, Strategi & Operasional Bank, (Bandung: PT Eresco, 1996).
tafur W, Muhammad, Prate! Perbankan Syariah Indonesia Terkini (Kajian Kritis
Perkembangan Perbankan Syariah), Cet. 1, (Yogyakarta: Biruni Press, 2007).
1san, Iqbal, Metodologi Penelitian dan Apliksinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002).
unayon A. Dar dan John R. Presley, Lack of Profit Loss Sharing in Islamic Banking:
Management and Control Imbalances, Economic Research Paper No. 00/24,
Loughborough University, 2000
1smir, Dasar-dasar Perbankan, Cet. 3, (Jakmia: PT RajaGrafindo Persada, 2004).
Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007).
mludi, Ali, Statistik !: Penelitian Ekonomi Islam Dan Sosia/, Edisi pertama, (Jakarta: 2006).
Irfansyah, "Pengaruh .Jumlah Pembiayaan Terhadap Tingkat Rasia Non Pe1forming
Financing (NPF) Pada Bank DK! Syariah ", 2007.
11hammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan Di Indonesia, Edisi Pertama
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005)
~hammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Y ogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005)
1groho, Burhan, Statistik Terapan, (Yogyakarta: Gajah Mada Universiats Press, 2004).
mianto Al-Arif, Mohammad, "Pengelolaan Pembiayaan", Modul pada matakuliah
Manajemen Pembiayaan Bank Syariah.
1midi, Sukandar, Jvfetodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, (Jakarta:
Gajah Mada University Press, 2004).
ntoso, Singgih, Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17, Cet. ke-2, (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2009).
rwoko, Statistik Inferesi untuk Ekonomi dan Bisnis, (Y ogyakarta: CV. Andi Offset, 2007).
~mat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, edisi IV, (Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 1995).
~ianto, Eko Agus, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.00, Cet. l. (Jakarta: Prestasi Pusaka
Publisher, 2009)
mbunan, Tulus T.H., Usaha Kecil dan Menengah Di Indonesia, Beberap lsu Penting, (Jakarta:
Salemba, 2002)
tdang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998, Pasal 1 ayat 12
tdang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah pada
penjelasan Pasal 19 ayat 1 huruf e.
:ithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Hand Book, Teori, Konsep,
Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktisi Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006)
idayat, Riset Bisnis, (Y ogyakarta: Graha Ilmu, 2002)
'ak Punya Utang Luar Negeri, UMKM Malah Tahan Krisis". Kompas, 27 November 2008.
mual Report BMI Tahun 2009
mual Report BMI Tahun 2007
tp://akudantugasku.wordpress.com/2009/06/26/analisis kebijakan bank syariah terhadap pe
mbiayaan ukm/
tp://indonesiafile.com/content/view/611/4 7 I
tp://www.ajidedim.com/index.php/ekonomi/ekonomi-islam/65-kritik-market-share-5-bank
syariah
tp://www .sebi.ac.id/index. php?option=com content&task=view&id=S 31 <emid=46
tp://www.pkesinteraktif.com Menggunakan Joomla!
tp://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/profile.
:tp://deddyedward.blogdetik.com/page/2/
:tp://www.ssffmp.or.id/berita/2 l 844/Bank Muamalat Naikkan Pembiayaan UMKM
:tp://www.depkop.go.id/index.php?option=com content&article&id= 129
:tp://sharialaearn.wikidot.com/khotibulumam003
:tp :// ekisonline. com/index. php? op ti on=com content&task=vi ew &id= 15 5 &Itemid=2 7
:tp :// economi csj um al. blogspot. com/201 0/06/ analisis-strategis-peran-bank-syariah.html
ww.smecda.com/deputi7 /file InfokopNOLI 5 .. ./6 %20\estari.pdf
ttp ://www.syariahmandiri.co .id/beri ta/ details. php ?cid= I &id=489
tp://sharialaearn.wilcidot.com/khotibulumam003
tp://www.mediacenterkopukm.com/detail-berita.php?bID=4049
r ·-
I ll'E!'U"USTA" fAN UT f,/vlJ.
~N SYAHID Jl\KARTA
Lampiran-lam1piran
nor lpiran
KEMENTERIAN AGAJ\1A UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF IIIDAYATULLAI-I JAI·-::.A.RTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
: Un.01 / F4/I<M.00.02/L/8'lb/2010 Jakarta, )uni 2010
: Mohon Data/Wawancara
Kepada Yth . . ~!'C.0. \': .. M ~.°.'.::'.'.'.l~i; .. In don es <o Di Tempat
Assalarnu' alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat, Pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum UlN Syarif Hidayatultah
Jakarta 1nenerangka11 bal1wa :
Na1na Nomor Pokok Ternpat/Tanggal Lahir Semester Jurusan/ Konsentrasi Alarnat
Telp
Riyana Sari 106046101687 Jakarta, 07 Februari 1988 VIII ( Del.apan) Mu'am!'l!at (Perbankan Syari'ah) JI. Citarum Raya Rt.004/02 No. 45 Cipayung Ciputat Tangerang 15411 085719076741
adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah clan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang rnenyelesaikan Skripsi dengan Topik/ Judul:
Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Sel<tor UMKM (Usaha Mikro, Kecil, clan Menengah) Terhadap Tingkat Rasio Non Performiing Financing (NPF)
Bank Syariah U11tui< 1nelengka1-1i bal1a11/ Lia ta yang berktl, tan tic11gan pL'nu!isnn
pembahasan Topik/Judul di atas, dirnohon kiranya 13apak/lbu/Snudara/i c..iapat me1nb2111tu/n1erierima yang bersangkuta11 un!:uk bcrwavva11cara.
Atas kesec..iiaan Bapak/Ibu/Sauc..iara/ i, karni ucai-1l<an banyal< terin1a
kasih. Wnssnln11111 'n/nik11111 Wr. \!Vb.
" MUAMALAT INSTITUTE ~ RESEARCH, TRAINING, CONSULTING & PUBLICATION
SURAT KETERANGAN RISET No: 73/ PERP/ MI/ XI/ 2010
fssalizmu 'alizil(,um 'Waralimatu[{afii 'Wa6arafi.szatttfi
;esuai dengan surat permohonan riset dari UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AKARTA bahwa mahasiswa yang datanya sebagai berikut :
Nama
NPM/NIRM
Fakultas
Jurusan
Jenjang/Strata
Judul Skripsi
: RIYANA SARI
: 106046101687
: Syariah dan Hukum
: Perbankan Syariah
: Sl
: Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) Terhadap Tingkat Rasio Non Performing Financing (NPF) Pada Bank Muamalat
'ELAH SELESAI melaksanakan kegiatan Penelitian / Riset tentang T. Bank Syariah Muamalat Indonesia, Tbk di Jakarta dengan judul tersebut di atas. 'emeriksaan skripsi hanya dilakukan oleh Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji, dak dilakukan oleh pihak Muamalat Institute dan PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk.
iemikian Surat Keterangan Riset ini dibuat untul< digunal<an sepertunya oteh pihakihak yang terkait dengan kegiatan riset tersebut.
1/assalizmu 'alizi/(,um 'Waralimatu[{afii 'Wa6ara/{,aatuli
akarta, 24 November 2010M I 17 Dzulhijjah 1431H
i' "jtflUAMALAT INSTITUTE
'udi S sworo S. Sos ;upport & Adm. Manager
Head Office I Training Centre Gd. Dana Pcn;;iun Telkom Lt. 2 Kamplck Ruko PinangGia
J~::tj~~~-~· t~;~~~~~a~:.~ ~lif,,i~~~t.;1,,~:;r,a! {!·~~~~'.~~,a ~~:_~~~-~l?k Centru1n-Karawad Office Park
Narasumber Achmad Fauzi
Jabatan Officer FSD (Financing and Support Division)
Alamat email [email protected]
Daftar Wawancara:
a. Informasi mengenai pembiayaan UMKM
• Bagaimana prosedur permohonan pembiayaan Bank Muamalat Indonesia
untuk sektor UMKM?
Jawab:
Secara garis besar, prosedur permohonan pembiayaan yang diterapkan oleh
BMI sama saja untuk semua jenis pembiayaan. Berikut ini prosedur
pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia, baik untuk nasabah perorangan
maupun kolektif adalah sebagai berikut:
1. Pe1mohonan : nasabah yang membutuhkan atau pennohonan yang diajukan
oleh divisi marketing (Inisiasi) setelah dilakukan observasi langsung. Yang
dilengkapi dengan data-data pada persyaratan sebagai alat analisis.
2. Data pendukung yang diperlukan : Data-data berikut disiapkan oleh
pemohon sebagai alat analisis pihak bank untuk menentukan keputusan
alas proposal yang diajukan yaitu:
a. Legalitas pribadi/ usaha : Nasabah melengkapi permohonam1ya dengan
surat izin usaha, NPWP, riwayat badan usaha atau data-data manajemen.
b. Laporan keuangan : Mencakup neraca, laporan rugi/laba dan arus kas.
c. Data jaminan : Bila dipandang perlu nasabah dapat menye1iakan data
atau akte dari aktiva yang yang akan dijaminkan.
d. Proyeksi Cash Flow : Data ini diperlukan oleh pejabat bank sebagai
dasar pula untuk menentukan besarnya nisbah dan juga prospek dari
usaha tersebut.
Bila data-data ini telah terpenuhi oleh nasabah, maka pejabat bank dapat
melakukan analisa yang kemudian dapat dijadikan rujukan tmtuk menentukan
keputusan.
3. Analisis Awa! Pihak Bank : Selain data-data dari nasabah, pihak Bank
dalam ha! ini Administration group (yang termasuk didalamnya Account
officer) bekerjasama dengan Finance Support Group,. mengadakan penilaian
tehadap proposal pembiayaan sehingga memenuhi !criteria dan
persyaratannya. Account officer memproses calon debitur dalam
keandalannya (kelayakannya), sedangkan Finance support Group dari segi
keabsaham1ya, sepe1ii kebenaran lampiran, usaha maupun penggunaan
pembiayaan. Kegiatan-kegiatan berikut dilakukan sebagai usaha untuk
mengetahui secara nyata keadaan dari nasabah yang mengajukan proposal
pembiayaan, seperti :
a. Wawancara : Dengan melakukan wawancara terhadap nasabah maka
dapat diketahui keadaan sebenarnya dari usaha dan nasabah yang
mengajukan proposal tersebut.
b. Call visit (kunjungan lapangan) dimana Account officer melakukan
observasi langsung ke lokasi sesuai waktu yang telah dijadwalkan,
melalui ini akan diketahui keadaan dari usaha yarlg akan dibiayai secara
nyata, sehingga tidak ada yang disembunyikan oleh nasabah.
c. Call report (Laporan Kunjungan): Langkah selarijutnya, Account officer
membuat la po ran dari has ii wawancara dan call visit, sehingga dapat
dibuat suatu analisa dan penarikan kesimpulan yang disusun secara rapih
dan sistematis dalam bentuk laporan.
d. Analisis Lanjutan Pejabat Bank : Laporan yang telah dibuat oleh Account
officer, kemudian dianalisa kembali oleh Finance Support Group.
Analisa-analisa yang dilakukan adalah :
I) Analisis Keuangan : Finance Support Group akan menganalisa laporan
keuangan nasabah dengan memperhatikan pendapat Akuntan (bila ada)
seperi neraca, cash flow dan laporan rugi/laba.
2) Analisis Usaha/ Industri : Analisa tentang kegiatan yang akan dibiayai,
kelayakan usahanya dengan memperhatikan !criteria dari Bank
Muamalat, seperti kehalalan usaha yang tidak menyimpang dari ajaran
agama.
3) Analisis Manajemen : Analisa mengenai tingkat penjualan, keuntungan
atau kerugian serta pemasaran.
4) Analisa Yuri dis U saha : Seperti surat izin usaha dan struktur organisasi
perusahaan.
5) Analisis Karakter : Berkaitan dengan tingkat keimanan nasabah, sifat
dan karakter nasabah.
Setelah analisa-analisa diatas selesai maka Finance Support Group, dapat
menarik suatu kesimpulan atas pengajuan proposal nasabah.
4.Jika kesimpulan dari analisis adalah kelayakan atas proposal nasabah maka
Account officer ( dalam hal ini mewakili Administration Group) dengan
Finan~e Support Group akan meminta persetujuan pembiayaan pada
Ko mite Pembiayaan (Credit Comitte Member) yaitu komite yang terdiri dari
Administration Group, Finance Support Group, Finance & Administration
Director (kepala cabang atau dewan direksi yang membawahi urusan
Administration and Financing Director)
5.Apabila Komite Pembiayaan telah menyetujui, maka Administration Group
akan membuat Offering Leiter (Persetujuan Prinsip Bersyarat) atau akad.
6.Bila nasabah menyetujui akad tersebut maka dilanjutkan dengan pengikatan
pembiayaan dan jaminan dihadapan Notaris sekaligus penandatanganan
akad/ pe1jaajian dengan disaksikan Ulama.
7.Setelah akad/ perjanjian telah ditandatangani maka nasabah dapat
mencairkan dana.
8.Monitoring: Bagian Finance Support Group ataupun Account officer
melakukan pengawasan/ monitoring untuk memantau pembiayaan, bila
perlu terlibat pula dalam proyek/ usaha sebagai bentuk kepedulian kebijakan
manajemen.
9.Pelunasan :Maka sejak pencairan dana menjadi tugas dari Administration
Group dalam menangani pelunasan ataupun pembayaran-pembayaran
nasabah.
• Bagaimana strategi dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor UMKM?
Jawab:
Untuk sektor UMKM, Bank Muamalat Indonesia banyak melakukan kerja
sama dengan BPRS, BMT, dan sejumlah Lembaga Keuangan Mikro Syariah
laiI111ya melalui beberapa program seperti linkage program, program KUM3
(Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbasis Masjid), dan program P2KER
(Program Pemberdayaan Keuangan Ekonomi Rakyat). Selain itu Bank
Muan1alat Indonesia juga beke1ja sama dengan Kernentrian Negara Koperasi
dan UMKM dalam kebijakan dana bergulir dengan pola syariah, dimana Bank
Muamalat Indonesia menjadi salah satu bank pelaksana Dana Bergulir Syariah
(DBS) dan menjagi agen pemerintah melalui kredit program yang melalui
Kredit Usaha Rakyat (KUR).
• Bagaimana sejauh ini perkembangan pembiayaan Bank Muamalat Indonesia?
Jawab:
Secara garis besar, jika dilihat berdasarkan penggolongaI111ya, pembiayaan
pada Bank Muamalat Indonesia didomisasi oleh sektor UMKM.
• Berapa limit pembiayaan sektor UMKM yang disalurkan oleh Bank Muamalat
Indonesia?
Jawab:
Untuk usaha mikro maksimal Rp. 50 juta, untuk usaha kecil antara di atas Rp.
50 juta sampai dengan Rp. 500 juta, dan untuk usaha menengah diatas Rp.
500 juta sampai dengan Rp. 5 miliar.
• Bagaimana kriteria UMKM yang mendapatkan persetujuan pembiayaan dari
BMI?
Jawab:
No. Jenis Kriteria Plafond DasarHukum
1. Usaha Mikro a. Usaha produktif b. U saha yang dij alankan
oleh penduduk miskin atau mendekati miskin (sesuai dengan kriteria BPS) dengan ciri-ciri: • Dimiliki oleh keluarga • Mempergunakan
teknologi sederhana • Memanfaatkan sumber
daya lokal • Lapangan usahanya
mudah dimasuki dan di tinggalkan
Maks R 50 juta
.p.
2. Usaha Kecil a. Usaha produktif Di at as b. Kekayaan bersih Rp.
maksimum Rp. 200 juta juta s di luar tanah dan Rp. 5 bangunan tempat usaha juta atau total penjualan Rp. I miliar/tahun
c. Milik WNI d. Berdiri sendiri dan
bukan cabang atau anak perusahaan dari usaha besar
e. Berbetuk uasaha perseorangan atau baban usal1a baik berbadan hukum maupun tidak
50 .d. 00
a. MOU BI-Menko Kesra tgl 22 April 2002
b. PBI No. 3/1/PBI/2001 tgl 4 Januari 200 l ten tang Proyek Kredit Mikro
a. uu Non 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
b. PB! No. 3/2/PBI/200 I
c. MOU BI-Menko Kesra tgl 22 April 2002
3. berbadan hnkum
Usaha a. U saha produktif Rp. 500 a. In pres No. Menengah b. Kekayaan bersih di atas juta s.d. 5 10 Tahun
Rp. 200 juta s.d. Rp. 10 mi liar 1999 miliar di luar tanah dan b. MOU Bl-bagunan tempat usaha Menko Kesra
c. Milik WNI tgl 22 April d. Berdiri sendiri dan 2002
bukan cabang atau anak perusahaan dari usaha besar
e. Berbetuk uasaha perseorangan atau baban us aha baik berbadan hukum maupun tidak berbadan lmkum
• Jika dilihat dari golongan pembiayaannya, berapa besar porsi pembiayaan
yang disalurkan untuk sektor UMKM?
Jawab:
Bank Muamalat Indonesia selalu memberikan porsi yang lebih besar terhadap
sektor UMKM. Berdasarkan perkembangannya, sekitar lebih dari 50% total
pembiayaan Bank Muamalat Indonesia didominasi oleh sektor UMKM.
• Kenapa Bank Muamalat Indonesia lebih banyak menyalurkan pembiayaan ke
sektor UMKM?
Jawab:
Hal ini dilakukan terkait dengan tujuan didirikannya bank syariah itu sendiri,
dimana bank syariah iknt berperan dalam perekonomian umat khususnya
masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
• Strategi apa yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam
menyalurkan pembiayaan sektor UMKM?
Jawab:
}- Bank Muamalat Indonesia menyalurkannya secara langsung maupun tidak
langsung dengan cara melakukan kerja sama dengan sejumlah BPRS,
BMT, dan LKMS lainnya dengan linkage program. Salah satnnya bekerja
sarna dengan BMM (Baitul Maal Muarnalat) melalui program KUM3
(Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbasis Ma~jid).
::;- Selain itu, Bartle Muamalat Indonesia pun bekerja sama dengan Dep. Kop
dan UMKM melalui program P2KER (Program Pemberdayaan Keuangan
Ekonomi Rakyat) dan program dana bergulir dengan pola syariah.
• Adakah bentuk kerjasama Bank Muamalat Indonesia dengan pemerintah
dalam aspek pembiayaan sektor UMKM?
Jawab:
Ada, dimana Bartle Muamalat Indonesia menjadi agen pemerintah melalui
kredit program yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR).
• Bagaimanakah sejuah ini perkembangan pembiayaan di sektor UMKM dan
Non UMKM tersebut?
Jawab:
Dilihat dari perkembangan pembiayaannya, Bank Muamalat Indonesia
memberikan kontribusi yang jauh lebih besar terhadap pembiayaan sektor
UMKM dibandingkan dengan sektor Non UMKM.
b. Informasi mengenai pembiayaan Pembiayaan Bermasalab (NPF)
• Bagaimana karakter kolektabilitas suatu pembiayaan dari Bank Muamalat
Indonesia khususnya sektor UMKM?
Jawab:
Dalam ha! ini, BM! tidak memberikan kriteria kolektabilitas tertentu untuk
setiap jenis pembiayaan, termasuk pembiayaan sektor UMKM. Bank
Muamalat Indonesia berpedoman pada peraturan yang dibuat oleh BI yang
tertera pada Lampiran I Surat Edaran Bartle Indonesia No.8/ 22/DPbS Tanggal
I 8 Oktober 2006
• Bagaimana strategi Bank Muamalat Indonesia dalam mengatasi pembiayaan
Bermasalah (NPF)?
Jawab:
Bank Muamalat Indonesia melakukan penyebaran risiko pembiayaan terhadap
semua sektor ekonomi yang dibiayai dan jangka waktu pembiayaan yang
diberikan. Selain itu BMI juga menerapkan kebijakan dalam menjaga dan
menekan tingkat rasio pembiayaan bermasalah (NPF).
• Kebijakan seperi apa yang diambil oleh bank syariah ketika te1jadi krisis
keuangan global tersebut?khususnya untuk pembiayaan dan NPF Bank
Muamalat Indonesia?
Jawab:
Ketika terjadi krisis keuangan global, strategi pembiayaan yang dilakukan
oleh BMI adalah dengan lebih mengarahkan pada perbaikan kualitas daripada
upaya ekspansi. Strategi ini untuk mengantisipasi berbagai ketidakpastian
yang muncul akibat situasi ekonomi yang sepenuhnya belum kondusif.
Pembiayaan lebih difokuskan pada sektor yang tidak berisiko tinggi.
• Bagaimanakah pengaruh dan dampak yang dirasakan oleh Bank Muamalat
Indonesia?
Jawab:
Sebagai akibat kondisi ekonomi yang tidak menentu tersebut, sempat
membuat tingkat rasio pembiayaan bermasalah (NPF) Bank Muamalat
Indonesia mengalami kenaikan pada beberapa bulan di tahun 2009. Namun,
Bank Muamalat Indonesia terns berusaha untuk meningkatkan prinsip kehati
hatiannya, sehingga pada akhir tahun nilai NPF bisa diturunkan menjadi
4,11%.
• Upaya apa saJa yang telah dilakukan selama 1111 oleh bank syariah dalam
menekan atau mengurangi tingkat rasio NPF?
Jawab:
Bank Muamalat Indonesia melakukan beberapa upaya untuk menekan atau mengurangi tingkat rasio NPF dengan cara:
>- Merealisasikan skema aliansi pembiayaan dengan memanfaatkan mitra
strategis Muamalat sebagai penyalur pembiayaan
>- Penentuan pasar sasaran dan segmen pasar yang jelas untuk memudabkan
kegiatan pemasaran dan penjualan
>- Peningkatan kemampuan analisis pembiayaan bagi kru pemasaran dari
seluruh kantor cabang melalui pelatihan dan lokakarya pembiayaan
> Penyempurnaan panduan kebijakan dan acuan standar dalam melakukan
analisis pembiayaan
>- Adanya perbaikan proses pengambilan keputusan pembiayaan, sehingga
hasilnya lebih cepat tanpa mengesampingkan aspek kehati-hatian.
Data Non Performing Financing Bank Muamalat Indonesia
Tahun 2007-2009
Bulan NPF Tahun 2007 Januari 2.74% Februari 3.06% Maret 2.70% April 3.82% Mei 3.87% Juni 3.93% Juli 4.96% Agustus 4.00% September 4.96% Oktober 4.65% November 4.56% Desember 1.33%
Bulan NPF Tahun 2008 Januari 1.67% Februari 1.64% Maret 1.61% April 2.39% Mei 4.65% Juni 3.72% Juli 4.41% Agustus 3.71% September 3.88% Oktober 3.88% November 4.06% Desember 3.80%
Bulan NPF Tahun 2009 Januari 3.80% Februari 4.93% Maret 5.99% April 5.80% Mei 3.69% Juni 3.07% Juli 5.61% Agustus 7.72% September 7.32% Oktober 7.34% November 8.24% Desember 4.11%
Pembiayaan Sektor UMKM Bank Muamalat Indonesia
Tahun 2007-2009
I. Berdasarkan Akad Pembiayaan (Dalam Jutaan)
• Tahun2007
2007 Musvarakah Mudharabah Murabahah Januari 143,415 2,101,032 2,055,067
Februari 151,624 2,067,436 2,057,728
Maret 133,965 2,063,092 2,028,913 April 168,515 2,076,230 2,028,913 Mei 191,389 2,124,856 2,136,315 Juni 192,901 2,194,713 2,242,737 Juli 263,447 2,225,413 2,311,658
Agustus 336,812 2,247,695 2,345,170 September 482,281 2,288,678 2,385,140
Oktober 195,658 2,258,903 2,390,404
November 539,472 2,268,890 2,414,521 Desember. 618,185 2,243,751 2,357,192
Salam Istisna' Qard 7,655 33,184
7,397 37,343
7,136 41,118 6,917 42,679 6,574 47,904 6,259 48,318 5,972 59, 111 5,834 67,682 5,725 71,182
5,615 78,533 5,503 91,533 5,390 98,242
ljarah 23,557
27,833
27,300 16,275 13,343 12,728 12,111 8,130 7,519 6,910 4,775 6,500
• Tahun 2008
2008 Musyarakah Mudharabah Murabahah Salam Istisna' Qard ljarah Januari 697,176 2, 144,990 2,287,661 5,159 138,426 5,865 Februari 697,176 2,144,990 2,287,661 5,159 138,426 5,865 -Maret 780,244 2,063,452 2,282,850 5,041 157,107 5,841 Aoril 859,107 2,041,239 2,348,616 4,922 167,089 6,273 Mei 987,318 2,004,543 2,366,731 4,547 176,206 5,815 --Juni 1,059,220 2,007,093 2,370,270 4,425 188,735 2,235 Juli 1, 140,257 1,912,731 2,487,032 4,301 186,492 2,234 Agustus 1,224,039 1,879,811 2,541,697 4,176 181,608 1,782 September 1,306,957 1,884,940 2,587,943 4,049 183,044 1,718 Oktober 1,324,707 1,814,090 2,554,607 3,920 185,725 1,716 November 1,355,461 1,764,089 1,670,918 3,790 191,689 6,715 Desember 1,372,212 1,689,832 2,585,761 3,657 186,492 10,175
• Tahun 2009
2009 Musvarakah Mud hara bah Murabahah Salam Istisna' Qard ljarah Januari 1,380,702 1,632,014 2,529,024 3,524 203,333 17,500 Februari l,394,645 1,581,978 2,471,513 3,387 216,699 17,433 Maret 1,448,668 1,549,171 2,383,320 4,716 227,208 17,272 April 1,527,733 1,508,758 2,422,202 4,577 225,493 7,202 Mei 1,518,415 1,463,769 2,460,526 4,436 267,291 7,146 Juni 1,613,802 1,444,033 2,445,906 7,850 275,057 7,102 Juli 1,712,470 1,383,855 2,475,542 7,705 275,990 7,086 Agustus 1,776,880 1,349,604 2,442,213 7,559 280,848 7,317 September 1,839,209 1,343,256 2,442,061 8,190 281,712 7,462 Oktober 1,884,791 1,289,546 2,425,601 8,040 282,385 7,695
November 1,931,073 1,264,980 2,455,626 7,918 289,988 7,676
Desember 1,994,623 1,220,423 2,414,929 3,398 301,122 7,750
2. Berdasarkan Plafon Pembiayaan
• Tahun2007
2007 0 - 50 Juta Januari 362,483 Februari 374,561 Maret 382,478 April 384,434 Mei 390,538 Juni 404,035 Juli 419,365 Agustus 444,131 September 467,125 Oktober 486,401 November 501,486 Desember 516,951
• Tahun 2008
2008 0 - 50 Juta
Januari 543,470 Februari 543,470 Maret 554,792 April 568,302 Mei 578,851 Juni 626,295 Juli 630,971 Agustus 625,001 September 639, 125 Oktober 648,139 November 655,682 Desember 647,594
> 50 - 500 Jt > 0.5 · 1 M > 1 - SM 1,626,241 753,429 1,621,757 1,623,250 749,277 1,602,273 1,622,223 757,811 1,539,012 1,637,582 755,978 1,576,183 1,680,138 775,723 1,673,982 1,744,497 796,729 1,752,395 1,780,710 827,710 1,849,922 1,853,118 835,540 1,878,534 1,919,913 848,745 1,955,282 1,803,030 773,205 1,869,897 1,974,619 859,210 1,989,379 1,998,556 856,531 1,957,222
> 50- 500 Jt >0.5 ·· l M > 1-5M
2,009,799 829,745 1,896,263 2,009,799 829,745 1,896,263 2,028,263 831,854 1,889,626 2,083,027 847,626 1,928,291 2,135,395 855,102 1,975,812 2,204,200 882,348 1,919,586 2,279,727 907,201 1,915,448 2,341,930 900,817 1,965,465 2,442,620 892,058 1,994,898 2,437,036 869,629 1,929,961 2,451,424 855,329 1,030,227 2,432,994 818,424 1,949,117
• Tahun2009
2009 0-50 Juta > 50 - 500 Jt > 0.5 - IM > 1-5M Januari 652,736 2,386,346 810,748 1,916,767 Februari 656,497 2,381,690 787,559 1,859,909 Maret 650,557 2,400,038 790,597 1,789,163 April 645,660 2,423,192 785,665 1,831,948 Mei 680,953 2,448,088 784,894 1,807,648 Juni 685,035 2,487,182 794,883 1,826,650 Juli 680,871 2,518,662 801,058 1,862,057 Agustus 670,580 2,559,814 804,871 1,829,156 September 664,923 2,589,356 828,726 1,838,885 Oktober 674,081 2,595,178 825,559 1,805,240 November 682,785 2,625,124 835,095 1,814,253 Desember 719,089 2,638,501 830,394 1,754,261
Curve Fit Model Description
Model Name Dependent Variable I Equation I Independent Variable Constant Variable Whose Values Label Observations in Plots
Case Processing Summary
N Total Cases 12 Excluded Cases(a) 0 F orecasted Cases 0 Newly Created
0 Cases
MOD I NPF Linear UMKM Included
Unspecified
a Cases with a mJSsmg value many variable are excluded from the analysis.
Variable Processing Summary
Variables
Depend en Independen t t
NPF UMKM
Number of Positive Values 12 12
Number of Zeros 0 0 Number ofNegative Values 0 0
Number of User-Missing 0 0 Missing Values System-
0 0 Missing
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable· NPF
Equatio Model Summary Parameter Estimates ~·
n R Square F dfl df2 Sig. Constant bl Linear
.415 7.104 I 10 .024 -.047 l.65E-
008 The independent vanable is UMKM.
NPF
0 Observed 0.070 0 -Linear
0
0.060
0.050
0
0 0
0.040 0 0 0
0 0
0.030 0
0.020
0
0.010 4000000 4500000 5000000 5500000 6000000
UMKM
Regression Descriptive Statistics
Std. Mean Deviation N
NPF .04168 .014227 12 UMK
5342962.97 554644.304 12 M
Variables Entered/Removed(b)
Mode Variables Variables 1 Entered Removed Method I UMKM(a
Enter )
a All requested variables entered. b Dependent Variable: NPF
Coefficient Correlations(a)
Mode I UMKM 1 Correlation UMK
1.000 s M Covariance UMK 3.85E-s M 017
a Dependent Variable: NPF
Residuals Statistics(a)
Minimu Maximu m m Mean
Predicted Value .02507 .05143 .04168 Std. Predicted Value -1.811 1.063 .000 Standard Error of
.003 .007 .005 Predicted Value Adjusted Predicted
.02306 .05185 .04122 Value Residual -.016314 .018059 .000000 Std. Residual -1.430 1.583 .000 Stud. Residual -1.571 1.737 .018 Deleted Residual -.019692 .021745 .000457 Stud. Deleted
-1.717 1.972 .038 Residual Mahal. Distance .070 3.281 .917 Cook's Distance .006 .308 .107 Centered Leverage
.006 .298 .083 Value
a Dependent Variable: NPF
Std. D eviation N
.009169 12 1.000 12
.001 12
.009771 12
.010878 12 .953 12
1.048 12 .013156 12
1.108 12
.947 12
.111 12
.086 12
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Mean
Normal Parameters(a,b) Std. Deviation
Most Extreme Absolute Differences Positive
Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a Test d1stnbut10n 1s Normal. b Calculated from data.
Model Description
NPF 12
.04168
.014227
.199
.199 -.161 .690 .728
Ul'v. 1KM 12
2962 .97
534
55" 1644. 304 .219 .144
-.219 .758 .614
.--~~~~~~~~~~~~~~-.-~~~·~~.~~~
Model Name MOD 1 Series or Sequence I NPF
2 UMKM Transfonnation None Non-Seasonal Differencing
Seasonal Differencing Length of Seasonal Period
Standardization Distribution Type
Location Scale
Fractional Rank Estimation Method
No periodicity
Not applied Normal estimated estimated
Blom's
0
0
Rank Assigned to Ties Mean rank of tied values Applying the model specifications from MOD_!
Case Processing Summary
NPF UMKM Series or Sequence Length 12 12
Number of User-Missing 0 0 Missing Values System-Missing
0 0 in the Plot The cases are unweighted.
Estimated Distribution Parameters
NPF UMKM Nonna! Locatio
.04168 5342962
Distribution n .97217 Scale
.014227 554644. 303718
The cases are unweighted.
Normal P-P Plot of NPF
1.0
0.6
.c e 0.
E o.s :::! () .,, ~ ~ 0.4
ill
0.2 0
0 q,
o _o 0
0
0
0
0
o.o•-'--+------------~---r-0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Normal P-P Plot of UMKM
1.0
0.6
.0 9: 0 - 0 n. 0 E o.6 " ()
" .s 0 ~ 0.4 >< w
0.2 0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Model Description
Model Name MOD 2 Series or Sequence I NPF
2 UMKM Transformation None Non-Seasonal Differencing 0
Seasonal Differencing 0 Length of Seasonal Period No periodicity
Standardization Not applied Distribution Type No1mal
Location estimated Scale estimated
Fractional Rank Estimation Method Blom's
Rank Assigned to Ties Mean rank of tied values Applying the model specifications from MOD _2
Case Processing Summary
NPF Series or Sequence Length 12
Number of User-Missing 0 Missing Values System-Missing
0 in the Plot
The cases are unweighted.
Estimated Distribution Parameters
NPF UMKM Normal Locatio .04168
5342962 Distribution n
Scale
The cases are unweighted.
" "
0.07
0.06
~ 0.05 n; E 0 z 0.04 'O
~ 1l. )( 0.03 w
0.02 0
.97217
.014227 554644. 303718
Normal Q-Q Plot of NPF
0
0
0
0
0
0
UMKM
12
0
0
0
0.01 0.02 0.03 0.04 o.os 0.06 0.07
Observed Value
"' ::i
~
6,500,000
6,000,000 ID ~
~ ;;; E 5.500.000
~ z "C .'!! g_ 5,000,000
~
4,500,000
Normal Q-Q Plot of UMKM
0
0 0
0
4,ooo,ooo,.L-'r-'~~""'""'-~~.cc--"-'-""-CcC~""-'4=-"-c~~ 4,000,000 4,500,000 5,000,000 5,500,000 6,000,000 6,!i00,000
Observed Value
Normal Q-Q Plot of Pembiayaan_Sektor_UMKM
6,500,000
a
6,000,000 0
a
c;; E 5,500,000
a a.
~
0 z 'tl
~ 5,000,000
"' c. ill
4,500,000
0
a
a
4,ooo,ooo-'-.-,----~---~----r---.-,--~-~...,_-'"
4,000,000 4,500,000 5,000,000 5,500,000 6,000,000 6,500,000
Observed Value
ANOVA(b)
Mode Sum of Mean 1 Squares df Square 1 Regressio
.001 1 .001 11
Residual .001 10 .000 Total .002 11
a Predictors: (Constant), Pembiayaan_Sektor_UMKM b Dependent Variable: NPF
Correlations
NPF UMKM NPF Pearson
1 .644(*) Correlation Sig. (2-tailed) .024 N 12 12
UMK Pearson .644(*) 1
M Conelation Sig. (2-tailed) .024 N 12 12
* C01Telat10n 1s s1gmficant at the 0.05 level (2-tailed).
r
F Sig.
7.104 .024(a)
, _______ _ l PERPU:STAKAAN UTAMA ~ S'fAHID JAKARTA