Love or Karma ? part 1

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    1/87

    Love or karma ?

    Kata pengantar

    Pertama aku mengucapkan terima kasih bagi yang sudah bersedia membaca tulisanku.

    Setelah itu diantara kalian pasti ada yang bertanya, tulisan macam apa ini ?. ini adalah

    tulisan dari penulisan amatarian yang baru mulai belajar menulis utnuk pertama

    kalinya. Jadi jika dalam penulisan terdapat kesalahan penulisan, titik dan koma harap

    dimaklumi.

    Dan terima kasih kepada seseorang yang telah mensupport saya unruk menulis cerita

    sederhana ini. Terima kasih

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    2/87

    Cipt : E Selfi.

    "apa kau tidak mau berlibur ? atau semacamnya lah hah ?" suara Lani disela-sela debam

    hentakan buku - buku besar tebal di laci dibawah meja kasir. berjongkok sedikit debumengepul diwajahnya, tapi dia tetap dengan mulutnya berisik bertanya padaku. "oh ayolah,

     banyak tempat menarik bisa kau datangi."

    aku masih tak menghiraukannya, aku masih sibuk dengan daftar barang jualan yang semalam

     baru datang.

    "hei, aku bisa mengurus ini sendiri" jari telunjuk Lani melenting menarik sedikit buku daftar

     barang, mau tak mau aku meliriknya.

    "apa yang salah denganmu Lani ?" akhirnya aku bersuara. meyandar bosan dikursiku.

    "justru aku yang bertanya...apa yang salah denganmu?" Lani berkacak pinggang dan sesekali

    mengibas rambut hitam lurus menjuntai sampai kepinggangnya. berpose ala model

    didepanku. sebelum akhirnya dia bersuara lagi "kau pemilik toko besar ini dan aku yang

     bekerja membantu mengelolanya. tapi kau bekerja terlalu keras sampai - sampai kau lupa

    waktu untuk dirimu sendiri."

    "Lani...."

    "Nicia........sayang lebih baik kau bersenang -senang sekarang." dia mencuil hidungku dengan

    kuku runcingnya. aku hanya diam dan sedikit senyum dengan tingkahnya seperti ibu bagiku.

    "atau berbulan madu dengan suamimu itu, kalian sudah dua tahun menikah tapi belum ada

    keponakan untukku." dia menatap genit padaku. tapi ucapannya tadi berhasil membuat

    kepalaku ingin meledak. tapi memang dia suka melakukannya.

    "dia itu hanya budak yang sedang dikuliti" kataku ketus.

    Lani menarik kursi duduk berhadapan denganku. raut mukanya seolah ia ingin mencungkil

    mataku.

    "sudahlah jangan membuatku marah" aku berkata malas sembari mengusap wajahku lembaboleh keringat.

    "aku hanya takut karma akan terjadi padamu nanti, sadarilah kau telah menyiksa orang yang

    salah." dia menggenggam tanganku lembut.

    "kau mengingatkanku seolah kita ini ada dalam drama televisi,"

    ***

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    3/87

    lihat apa yang aku lakukan hari ini, berdiri depan kaca. memperhatikan bayanganku yang

    kusut belum mandi. kembali aku duduk ditempat tidur, berpikir apa yang aku lakukan hari

    ini. berlibur seperti saran Lani. tiba-tiba bau harum masakan masuk ke dalam kamarku. tau

    siapa yang memasak seperti pagi-pagi biasanya, Altair.

    semenjak dia aku datangkan kesini, dia selalu memasak makanan bukan hanya untuknyasendiri tapi juga aku. kebetulan perutku protes saat pagi-pagi begini, aku ingin langsung

    menyerbu makanan yang mungkin sudah siap. biasanya aku akan makan kalau dia sudah

     pergi atau aku makan diluar.

    aku menyandar dipintu melihat punggung Altair sibuk dengan masakannya. aku tak tau apa

    yang ada dalam pikirannya, selama ini dia tau kalau aku memaksanya menikah denganku

    untuk rencanaku menyakitinya dan menghabisinya. tapi apa yang dia lakukan selama dua

    tahun ini belum pernah ada dia mencoba membalas semua perbuatanku padanya. padahal

    kalau di pikir-pikir dia yang memasak makanan setiap harinya bisa sajakan dia langsung

    menghabisiku dengan menaruh racun dimakananku kemudian aku mati, habis perkara.

    "sebentar lagi makanannya matang" suara Altair tiba-tiba. aku sedikit terkejut tapi tetap tanpa

    ekspresi.

    aku masih berdiri memandang sinis padanya, seperti biasa lagi tatapan-nya tak pernah

    membalas sinis padaku. tatapan sinisnya hanya sekali aku lihat saat aku menemuinya

    dirumah sakit, dulu.

    terkadang aku merasa seperti gadis 15 tahun yang tolol sedang marah besar-besaran tapi tak

    diladeni. pernah disatu titik aku merasa kalah pada Altair. seberapapun aku menyakitinya dia

    tak pernah membuka suara padaku atau apapun.

    "duduklah, sarapannya sudah siap" dia menawariku duduk, sudah ada masakan panas

    mengepul dimeja untukku. langkah pelan aku menarik kursi menimbulkan derit ringan

    dilantai.

    duduk sambil membetulkan gaun tidurku, aku rasa ada yang salah dengan pakainku. aku lirik

    ketubuhku sendiri..ya tuhan gaun tidur putih berbahan tipis ringan, tembus pandang dan tali

    spaghetti. ukuran gaun ini pendek sekali ditambah lagi dadaku menyembul keluar. aku

    menelan ludah dan langsung menutupinya karena malu. pantas saja Altair tidak begitu

    memandangku dari tadi, aku jadi salah tingkah sendiri. bodoh sekali padahal dari tadi aku

    sudah berlama-lama menatap bayanganku dicermin, kenapa bisa aku ceroboh keluar dengan pakaian mempertontonkan tubuhku.

    aku berlari kekamar membuka lemari mencari sesuatu yang lebih bisa menutupi tubuhku,

    selamat........aku menemukan jacket jins biru dan menyambarnya. aku kembali kedapur

    dengan rasa malu masih meliputiku masih dengan gaun tidur tapi sudah ditutupi jacket.

    duduk canggung di kursiku. aku melirik Altair yang masih dengan makanannya.

    "kau melihatnya ?" suaraku kaku sinis juga malu.

    "apa ?" Altair mengalihkan pandangan padaku "oh, kau berlari tadi. kenapa kau berlari ?"

    katanya lagi.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    4/87

    "bukan tapi pakaianku tadi" aku bersuara rendah.

    "aku tidak melihat dengan jelas, kau lihatkan aku memasak dari tadi dan setelahnya makan"

    aku tidak yakin kalau dia tidak berbohong dan melanjutkannya lagi " aku lihat kau santai hari

    ini, kau tidak bekerja ?."

    "aku istirahat hari ini, Lani yang mengurus toko. mungkin aku besok akan melihat sapi, aku

    sudah lama tidak kesana" kataku menyuap tumis daging dan roti gandum dan rasanya selalu

    enak. aku bahkan tak bisa memasak seenak ini.

    "ooh, hati-hati jika kau ingin berpergian. sekarang inikan cuaca sedang tidak bisa ditebak

    kadang cerah kadang ribut" Altair menyudahi sarapannya. berpamitan padaku, aku mengikuti

    dan melihatnya pergi dengan bersandar didepan pintu.

    kenapa aku melakukannya, harus melihatnya pergi mungkin aku terbawa suasana percakapan

    singkat dengannya. hal ini tak pernah kami lakukan. sudah aku katakan hanya bicara jika ada

     perlu dan aku membalas dengan anggukan sinis. aku tak pernah berbagi cerita panjang lebar pada siapapun kecuali Lani. dia satu-satunya sahabat dan kuanggap saudara bagiku. sejenak

    ada rasa nyaman didadaku, ah lupakan. jangan berlebihan Nicia.

    ********

    "ya tuhan apa kau tidak percaya sama sekali tokomu ini padaku hah ?" sembur Lani saat

    wajahku baru saja dilihatnya.

    "aku hanya melihatmu" aku langsung menjatuhkan diri di kursi kasir.

    "terserah kau saja" Lani kembali menyusun beberapa kotak barang dibagian paling atas rak

    disamping meja kasir sampai akhirnya dia bersuara lagi "oh aku lupa kalau aku bawa roti

     panggang, ayo kita sarapan."

    "ini sudah hampir jam sepuluh dan kau baru sarapan" aku melihatnya menarik laci didekatku

    mengeluarkan kotak pelastik bening dan menaruhnya didepanku. dia menarik kursi duduk di

    seberang meja didepanku.

    "lagipula aku sudah sarapan" kataku seketika Lani menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum

     jahil padaku.

    "kau memaksanya memasak untukmu ?" Kata lani disela-sela menggigit rotinya.

    "dia memang sepertia biasa memasak kan ? kau juga pernah makan masakannya"

    "mhmm....dan rasanya enak sekali, aku ketagihan. dan apa lagi yang kau rencanakan

    untuknya ?" suara Lani mulia sinis. aku tau maksudnya, orang yang paling dekat denganku

    dan dia jugalah yang sangat membenci atas apa yang ingin aku lakukan. dia menentangku

    habis-habisan, menasehatiku sampai akhirnya menyerah dengan ancaman dingin kalau suatu

    saat aku yang akan menanggung akibatnya. tapi dia sangat mengenalku dengan baik, aku

     bukanlah orang yang mudah merubah apa yang akan kulakukan.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    5/87

    "kau tidak bisa menuduhku, kebanyakan kecelakaan yang dia alamikan memang karena

    tempatnya berbahaya" aku berkata pelan. aku tak suka keributan dan menggaggu orang

     berbelanja. memang tokonya baru buka tapi sudah banyak orang datang belanja. aku

     bersyukur usaha yang aku bangun bersama ayahku sawaktu aku remaja bertambah maju

    hingga sekarang.

    "memang kau tak melakukannya tapi kau yang mengarahkan dimana dia bekerja," suaranya

    mengumpal sesak akan makanan.

    "kenapa kau selalu membelanya, kau meyukainya ?" aku duduk tegap memandang Lani.

    "aku mau bayar belanjaan-nya..." seorang ibu menaruh keranjang dimaja kasir tersenyum

    ramah,

    "ya ya sebentar.. " Lani memutari meja berheti disampingku meladeni ibu tadi.

    aku bersandar lagi hangga Lani selesai. dia kembali duduk dikursinya tadi dan mengunyahrotinya lagi tentunya.

    "apa katamu tadi, membelanya, hei kau yang harus sadar kau salah orang, cantik. berapa kali

    aku harus mengatakan padamu kalau Altair bukan anak pak Yoan dan ibu Ara, dia hanya

    sedang sekarat dan memerlukan pertolongan juga mereka menyukainya jadi dia di angkat jadi

    anak mereka. yang sampai sekarang aku belum tau dari mana sebenarnya Altair berasal,

    seharusnya kau men...."

    "cukup..cukup.. mau berapa panjang lagi kau mengoceh, aku tetap dendam pada

    keluarganya"

    "sebaiknya kau cari tau darimana Altair berasal" Lani menyelesaikan rotinya hingga licin,

     bisaku tebak pasti dia kemarin hanya makan dua sendok bubur ayam kesukaannya.

    "untuk apa ? agar aku berubah pikiran dan yakin kalau dia bukan anak pak Yoan heh ?" aku

    mulai benar-benar serius.

    "sayang...kau pikir dengan menghabisi satu persatu keluarga pak Yoan itu akan membuat

    keluargamu kembali ?," Lani mengusap tanganku lembut "sudahlah, kematian pak Yoan

    sudah cukup lama. apa itu tak melunturkan sakit hatimu ? ingat kematian itu sudah diatur

    yang maha kuasa."

    "tentu ada yang mengatur tapi cara kematian ayahku yang tidak wajar dan menyakitkan bagi

    siapa saja mengalami sepertiku. aku akan tetap menghabisi keluarganya dengan menyakitkan.

    meski dia sudah mati kuharap dia bisa melihat keluarganya tersiksa dari alam kematiannya."

    air mataku mulai turun tapi cepat aku menghilangkan-nya. aku tak mau terlihat seperti ratu

    drama yang mengada-ada soal dendam.

    mau mengatakan aku munafik, terserah tapi yang pasti tak ada satupun manusia dalam waktu

    sekejap bisa menerima kematian seseorang yang paling berarti seperti pembantaian daging

    sapi dipasar.

     baik, aku tau membalas dendam tak akan merubah apapun, tapi setidaknya itu setimpal kan?.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    6/87

    "aku mau pulang dulu" aku bangkit dari kursi dan pantatku terasa panas.

    "mau kemana kau hari ini ?"

    "entahlah, mungkin aku akan dirumah saja hari ini. kau datanglah kerumah nanti, sudah lama

    kau tak kerumahku."

    "hati-hati, jika nanti toko tak ramai pengunjung aku akan cepat menutupnya. kita akan

     bergosip nanti malam" Lani memelukku dan mencuil hidungku.

    **********

    cahaya remang dirumahku membuatku semakin malas untuk menyalakan lampu. aku

    menghempaskan tubuh kesofa ruang tamu seperti yang aku lakukan jika kelelahan. awalnya

    memejamkan mata bukan tidur tapi tiba-tiba saja aku melirik foto ayah diframe coklat muda

     berukiran daun jatuh dengan tetes embun. ayah tersenyum lebar memakai kaus hijau lumut

     juga celana selutut dan topi bundar coklanya mengapit bahuku yang kecil berumur limatahun, aku juga tersenyum dalam balutan gaun biru pucat rambut pendek dan tiga gigi

    ompong didepan.

    dulu tujuh tahun yang lalu aku dan ayah selalu saja saling mengejek siapa yang jelek di foto

    ini jika kami duduk kumpul berdua.

    secara naluriah aku tersenyum sendiri mengingat betapa jahilnya aku pada ayah juga

    sebaliknya. aku sangat mencintainya, dia selalu mementingkan diriku dari pada dirinya

    sendiri.

     jika kau bertanya dimana ibuku, dia meninggal saat umurku empat tahun karena demam

    tinggi. aku tak mengerti kenapa hanya gara-gara demam dia meninggal, itu dulu

     pertanyaanku saat dia meninggal. dari saat itu ayah berperan sebagai ibu juga ayah untukku.

    dia tidak ingin menikah karena sangat mencintai ibuku tapi kau tahu apa? aku bisa

    meyakinkan ayahku saat aku sudah dewasa bahwa dia harus menikah.

    Flashback  

    "janggut bercampur ubanmu itu sangat menyesakkan mata" aku memijat bahu ayah dan

    sesekali aku meggoyangnya membuat suara batuknya timbul. aku tau dia tak batuk

    sungguhan. 

    "aku bisa mencukur nanti" suara ayah berdehem dan mengelus janggutnya belum seberapa

     panjang sendiri. 

    "coba kalau ayah menikah dan.....pasti istri mu akan mencukurnya. hmm... kenapa ayah tak

    menikah saja?" aku berhenti memijat bahunya. memutari sofa diduduki ayah dan duduk

    disampingya. 

    "aku tak mau kehilanganmu dan berapa kali kau sudah menanyakannya?" suara ayah tiba-

    tiba melucu seperti detektif kartun diacara televisi minggu pagi. aku tau dia mencoba

    mengalihkan pembicaraan. 

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    7/87

    "aku lupa berapa banyak aku mengatakannya, tapi berapa banyak aku mengatakannya

    sebanyak itu juga ayah tak menaggapiku," aku menaikkan alis sebelah menatap ayah. 

    dia menarik nafas bersiap-siap mengatakan sesuatu tapi buru-buru aku memotongnya. 

    "ayah.....aku benar-benar ingin melihatmu bahagia memiliki istri. baik, aku tau ayah sangatmencintai ibu begitupun juga ibu tapi aku yakin ibu tidak akan marah dilangit sana jika

    melihat ayah menikah lagi." aku merangkul lengannya. 

    "aku bahagia Nicia. aku mencintai ibumu dan aku memilikimu sebagai semangat hidupku,

    apalagi yang bisa membuatku bahagia selain hal itu. tak ada yang bisa menggantikan ibumu

    di hati ayah dan ayah pastikan tak lama lagi ayah akan bertemu lagi dengan ibumu" ayah

    mengusap kepalaku seperti aku ini anak remaja lima belas tahun padahal aku sudah 22

    tahun. 

    "ayah.......setidaknya apa salahnya jika ayah menikah lagi"  

    "baik ayah akan mencobanya...untukmu tentunya" aku tersenyum lebar mendengar

     pernyataan-nya, aku tau dia melakukan ini karna permintaanku tapi aku hanya berdoa

    berharap dia akan bertemu seseorang yang tepat untuknya. 

    tidak berapa lama setelahnya ayah memberiku kabar kalau dia akan memperkenalkan

    seseorang padaku, yang padanya nanti aku akan memanggilnya dengan sebutan ibu.

    lihat...aku hampir berhasil walaupun dia melakukan-nya karena aku. seperti yang aku katakan

    sebelumnya. tapi sayangnya aku belum mengenal wanita itu dan ayahku meninggal.

    kenangan tujuh tahun lalu setitik hampir membuatku tersenyum lebar dan beribu-ribu kali

    lipat membuatku menangis, ya apa yang bisa dilakukan selain menangis. aku menaruh lagi

    foto ayah dimeja dan mengusap wajah ibu di foto pernikahan yang sudah mulai usang.

    tenggorokanku kering akibat menahan tangis dan uhh...perutku protes minta di isi,

    memangnya jam berapa sekarang ?. aku melirik jam di tembok sudah jam tujuh malam, ya

    tuhan memang sudah berapa lama aku menatap foto ayah atau aku tertidur tadi ?.

    aku menusuri ruang tengah melewati beberapa kamar, rumah ini lumayan besar untukku

    sendiri ehm..maksudku dengan Altair juga.

    hiasan rumah ini juga tak banyak yang aku ganti mengingat kalau ayah dan ibuku yangmembuatnya seperti ini. seluruh pintu dirumah ini dari kayu di cat warna coklat, tembok

    rumah warna putih setiap beberapa tahun sekali aku akan membayar orang untuk

    mengecatnya dengan warna yang sama. bahkan beberapa lemari tua yang sudah mulai rapuh

    tetap ada disudut ruang tengah. ini selera ibuku, mewah namun tetap sederhana.

    aku mengambil segelas air dingin meneguknya seketika pandanganku berhenti pada pintu

     bagian sudut dapur setengah terhalang dinding pembatas. aku berdiri didepan pintu, ini kamar

    Altair. aku memutar knop pintu dan mendorongnya hingga terbuka lebar. bahkan ini tak

    layak disebut kamar.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    8/87

    sebenarnya ini gudang tempat barang sisa. aku menempatkan Altair disini sejak dia menikah

    denganku dan datang kerumah ini. aku yakin dia pasti sangat tersiksa dengan ruangan bisa

    dikatakann sempit.

    tempat binatang pengerat bersembunyi, sarang laba-laba bergantungan ditambah kecoa

    sebagai hiasan lantai dan dinding. aku hanya meletakkan ranjang jelek dari besi yang mulai berkarat dan selimut lembab yang aku yakin siapapun memakainya untuk tidur pasti kulitnya

    membengkak akibat gatal. dan satu lemari tua hampir roboh.

    tapi yang kulihat sekarang kamar ini bersih walaupun barang gudang disusun rapi ketepi tapi

    tetap meyesakkan mata.

    selimut itu lebih berwarna daripada saat aku meletakkannya disini dua tahun lalu, mungkin

    dia mencari pewarna pakaian dan mencelupkan-nya, aku rasa. lemari hampir rubuh itu

    dipenuhi pakaian terlipat rapi.

    aku masuk dan duduk dipinggir ranjang ya tuhan...tempat tidurnya keras sekali bagaimanarasanya dia yang selalu lelah dan terluka berbaring disini. sebegitu tidak manusiawikah aku

    ?..cukup memang tujuanmu untuk menyiksa dan menghabisinya kan Nicia ?. setelah dia mati

    selanjutnya adik dan ibunya lagi yang harus ditamatkan.

    ada baiknya aku mendegarkan saran Lani. aku memutuskan untuk berlibur besok. mau

    kemana ? entahlah aku belum memikirkannya. aku melirik jam bulat bening di tembok, sudah

     jam 11 malam tapi dia belum pulang. tapi ah masa bodoh, biarkan saja dia. aku bisa menebak

    dia pasti jatuh kejurang atau dipatok ular paling beracun di lapangan rumput terlarang. aku

    tau dimana padang rumput yang aman untuk mengambil rumput untuk ternak sapiku tapi aku

    sengaja menyuruhnya ketempat berbahaya itu. sesekali aku tersenyum puas bila

    membayangkan dia mati dengan kondisi terputus-putus di gonggong binatang pemangsa.

     bisa mungkin sudah tak terhitung berapa banyak kali dia terluka parah bahkan pernah sangat

    sekarat. itu semua karena aku. disengat binatang paling mematikan tapi dia berhasil selamat

    karena Lani berhasil menemukan obatnya. terjatuh kejurang yang penuh dengan bebetuan

    tajam dan hampir kekeringan darah dan berhasil selamat lagi. baik, dia tidak mati kalau

     begitu dia akan semakin banyak menderita lagi jika masih kuat untuk bertahan hidup.

    dia...dia adalah suamiku, Altair. pria yang aku nikahi karena kesepakatan. aku memaksanya

    untuk menikahiku saat dia membutuhkan bantuan dan aku tidak melewatkan kesempatan itu.

     flashback  

    aku tertawa dalam hati mendengar isakan wanita tua bergaun abu-abu selutut dengan

    rambut disanggul bulat. dia duduk tersedu-sedu tertelan air matanya. kulit tangan terlihat

     jelas berkeriput dan lelah. aku memeperhatikannya lekat-lakat dari balik tembok. mengintip

    lebih tepatnya.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    9/87

    sampai akhirnya aku mendengar seorang laki-laki berlari dengan kakinya yang agak kurang

     pas. bisa aku tebak kalau dia pernah jatuh, tertabrak atau mungkin dia terlahir seperti itu.

    aku tak melihat jelas lelaki itu. 

    "ibu, dokter bilang padaku tadi malam kalau Ela baik-baik saja" laki-laki itu memegang

     pundak wanita tua itu lembut. 

    tapi wanita menggeleng putus asa, seakan tak ada kehidupn untuk hari esok "aku tidak tau,

    tapi dokter menemuiku tadi kalau kondisi baiknya hanya beberapa jam saja dan sekarang

    kondisinya semakin buruk. operasinya harus dipercepat" tangis wanita tua itu pecah. 

    "aku akan mendapatkan uangnya ibu" laki-laki itu memperdalam pelukannya pada wanita

    itu. kulihat jelas keringat meluncur deras bagian pipinya , membuat pipinya berkilat diterpa

    cahaya lampu rumah sakit. selanjutnya aku melihat mereka berbicara tapi aku tak

    mendengarnya dan wanita itu masuk kesalah satu ruang, mungkin itu tempat anaknya

    dirawat. 

    laki-laki itu bersandar gusar, bingung dan sedih pastinnya. dia bergerak dari tampatnya

    berjalan sampai akhirnya melewatiku sedikit jauh. 

    "aku bisa membayarnya," aku bersuara. dia tersentak dan mencari sumber suaraku. matanya

    sangat tepat menatapku, mata hitam pekat sedikit garis-garis abu-abu berkilauan

    berpantulan cahaya lampu. 

    "Nicia, apa yang kau lakukan disini ?" dia mengetahui namaku, tentu saja.

    "apapun, yang pasti tak merugikanmu" aku berkata santai. aku tau dia sangat waspada. "aku

    bisa memberikan uang sebanyak yang kau perlukan, aku tau kau sangat membutuhkan-nya."  

    "terima kasih tapi aku tak meminta bantaunmu," katanya sinis hampir melangkah pergi tapi

    tak melanjutkannya 

    "adikmu itu sedang meregang nyawa. kau pikir dari mana kau akan medapatkan uang

    sebanyak itu. kau hanya pekerja kasar dan siapa yang bisa mempercayaimu meminjamkan

    uang untukmu" aku berkata remeh tak memandangnya. sejujurnya aku tak tahu adiknya sakit

    apa dan berapa banyak uang yang dia perlukan. tapi yang pasti aku mendengar kalimat

    operasi tadi, sudah pasti itu perlu banyak uang dan aku tau benar bagaimana kehidupan

    ekonomi mereka.

    "baiklah aku meneri...." perkataannya terpotong saat aku langsung mengajukan syarat. 

    "tapi dengan satu hal" dia tak terkejut sama sekali, dia pasti sudah menduganya.  

    "apa ? kau ingin aku jadi budak bekerja untuk mu selamanya?" dia memandangku tajam.  

    "kau harus menikah denganku..." aku melihat wajahnya yang tak percaya atas apa yang baru

    saja aku katakan. tapi sayangnya dia terlalu cerdas, dia segera tahu apa yang aku

    rencanakan.

    "dan sebenarnya aku kurang jelas mendegar namamu, siapa namamu ?"  

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    10/87

    "Altair....." dia meninggalkanku. 

    bersiaplah kau Altair........ 

     pernikahan yang sudah berlangsung dua tahun ini dan tentang pernikahan yang tidak seperti

    kebanyakan pernikahan orang lainnya hanya ada tiga orang yang tau aku, Lani dan dia,

    Altair.

    decit pintu terbuka membuatku sedikit mengalihkan perhatianku dari keadaanku yang sedang

    duduk bersandar kepala disofa ruang tamu. pintu itu terkunci seperti biasanya, dia

    menggunakan kunci cadangan yang aku berikan. aku tak sudi membukakan pintu untuknya.

    seperti biasa telapak tangannya berlumur darah, wajahnya berbalut debu dan langkah kaki

    kelelahan sebagai pelengkap sedikit penderitaan.

    "semua ternakmu baik hari ini dan juragan tanah sebalah membeli 3 ekor sapimu. uangnya

    akan diantar pak Rio besok pagi," Altair langsung menyelesaikan kalimatnya dan pergi

    seperti biasa. sementara aku hanya mengangguk tak acuh mendengarnya.

    dia hanya bicara padaku jika ada sesuatu yang harus diberitahukan tentang ternak sapiku. dan

     pak Rio yang disebut Altair juga orang yang bekerja diternak sapiku.

    aku mencari beberapa bahan yang bisa dimasak tapi aku tak menemukan yang sesuai dengan

    seleraku. lama setelah mengobrak -abrik lemari pendingin dan lemari lain untuk menyimpan

     persediaan makanan aku tak juga mendapatkannya. sebenarnya apa yang ingin aku makan ?

     padahal bukannya tidak cukup bahan makanan, lebih malah. akhirnya aku menyerah, aku

    memang payah. semenjak ayah meninggal jarang sekali aku masak ya bisa dikatakan tak

     pernah saking jarangnya. dan masakanku pun sekarang rasanya...entahlah. padahal dulu aku

    lumayan dalam hal memasak.

    aku duduk dikursi kayu mengetuk garpu ditanganku ke meja, dengan bosan berpangku

    sebelah tangan. padahal aku sudah malas sekali untuk keluar mencari makan.

    aku tersentak mendengar gedoran pintu, kupikir siapa yang datang apakah Lani tapi ini baru

     jam delapan. oh mungkin pengunjung sudah sepi.

    aku setangah berlari menuju pintu depan dan membukanya ternyata bukan Lani.

    "selamat malam cantik" sapa pak Rio ramah, "maaf seharusnya aku datang pagi tadi, tapi

    sapi-sapimu sedikit berulah" kata pak Rio tertawa geli.

    "apaan sih...pakai acara maaf segala, memangnya kita baru mengenal sampai bicaranya saja

    sebegitu sekali" aku memajukan bibir seperi anak kecil, " ayo pak masuk dulu" ajakku.

    "maaf lagi ni nak, bapak buru-buru setelah ini bapak tak keperternakan juga, anak bapak

    minta ditemani belanja jadi bapak mau sekalian permisi." kata pak Rio sambil menarik

    amplop coklat dari tas hitam ditangannya.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    11/87

    "ya sudah hati-hati aja" kataku

    "ini uang dari penjualan sapimu" pak Rio menyodorkan amplonya tadi padaku, "oh

    ya..tinggal suamimu dan pekerja satunya lagi mengurus perternakan dan bapak melarang

    suamimu mengambil rumput di padang rumput berbahaya itu, kasian hampir tiap hari dia

    terluka."

    aku yakin pak Rio sudah menunjukkan dimana padang rumput yang benar-benar aman untuk

    sapi tapi aku rasa Pasti Altair sadar kalau aku memang sengaja mengarahkan dia untuk pergi

    ketempat yang berbahaya. apa dia masih ketempat berbahaya itu ? mungkin, baguslah kalau

     begitu.

    terkadang aku merasa ngeri bagaimana jika pak Rio bertanya kenapa aku malah memberi

    tahu padang rumput berbahaya dan menyuruh Altair mengambil rumput disana.

     pak Rio bekerja diternak sapi semenjak ayahku masih hidup. dia juga orang kepercayaan

    ayahku juga aku. sekarang setelah ayah tiada bisa dikatakan dialah sepenuhnya yangmengurus ternak sapi sementara aku hanya menerima laporan dan hasilnya. dia adalah satu

    orang dekatku.

    "bapak pergi dulu ya" aku tersenyum mengangguk

    aku kembali lagi kedapur setelah meletakkan amplop uang tadi di lemari pakaianku. sekarang

    apa yang harus aku perbuat. aku kembali keruang tamu dan meraih ponselku di meja,

    memencet nomor Lani.

    deringan ketiga panggilanku diangkat.

    "ya sayang..."  suara Lani terdengar buru-buru.

    "tokonya masih buka"

    "ya..disini ramai pengunjung dan sepertinya aku tak bisa menutup tokomu ini lebih awal"  

    "oh aku kesana saja kalau begitu."

    "jangan-jangan aku bisa sendiri dan... aku rasa aku tidak bisa datang kerumahmu malam

    ini."  

    "benar kau bisa sendiri ?"

    "tentu saja sayang...kan ada pegawai disini, aku tutup telponnya yaa...love you"  

    tut..tut..tut..panggilanku ditutup

    ku lemparkan ponselku kesofa, benar aku lapar sekali sekarang. aku melirik jam lagi dan

    yah.. baru jam delapan lewat tiga puluh menit. coba saja jika Altair pulang sekarang pasti dia

     punya ide memasak makanan enak, bisakah kau pulang sekarang Altair ?. kenapa kau Nicia ?

    sudah mulai membutuhkannya ?. tidak -tidak aku mengeleng kepala seperti orang tolol berbicara pada diri sendiri.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    12/87

    aku kembali lagi kedapur mengambil dua potong roti tawar, mungkin cukup untuk isi perutku

    malam ini.

    sudah berapa lama aku menggigit sedikit demi sedikit roti tapi tak kunjung habis, tidak

    sanggup menelannya kah ?.

    kudengar pintu depan terbuka dan beberapa saat setelahnya Altair muncul didapur hendak

    menuju kamar. dia berhenti sebentar melihatku yang sudah duduk tegap menatapnya, tunggu

    apa pandanganku terlalu sinis, mengapa aku peduli jika tatapanku sinis memang itukan yang

     biasa aku lakukan ?.

    "ada apa ?" suranya terdengar parau kelelahan dan tubuh kotor seperti biasanya dan tak ada

    luka seperti biasanya, bukankah seperti yang dikatakan pak Rio tadi kan.

    "aku... ak."kenapa suaraku jadi bengini, "apa kau bisa memasak, tadi sudah cari bahan untuk

    memasak tapi aku tak menemukan yang enak menurutku."

    "oh..tunggu sebentar aku mau mandi dan ganti pakaian dulu" dia berlalu melewatiku.

    Altair sudah datang lagi dalam keadaan sudah mandi dan berganti pakaian, aku bahkan tidak

    sadar kapan dia kekamar mandi mungkin karena aku terlalu larut dalam khayalan tentang

    makan apa aku nanti.

    Altair memakai kaus putih dan celana selutut rambutnya juga masih basah. aroma sabun

    mandi menyeruak segar dihidungku dan dia membawa gelas berisi setengah air putih masih

    dingin...tunggu..bukannya itu tadi...oh tuhan itu gelasku tadi yang kubawa saat masuk

    kekamarnya. ceroboh sekali aku, dia pasti tau kalau itu milikku jelas siapa lagi yang ada

    dirumah ini selain aku dan dia.

    selamat dia tidak bertanya padaku dan aku yakin dia bersikap berpura-pura tak tahu. aku

    seperti orang yang sedang ketahuan menguntit, bodoh.

    setelah meletakkan gelas yang dibawanya tadi, ya maksudku gelasku itu dimeja dapur. dia

    membuka lemari pendingin membawa keluar mangkuk berisi...hmm..aku tak tau, aku tak bisa

    melihatnya. entah apa yang dilakukannya lagi.

    aku hanya memperhatikan punggungnya dari belakang yang sibuk kesana kesini mengerjakan

    masakan. sesekali wajahnya dari samping.

    dilihat dari kulit lengannya banyak sekali bekas goresan luka terbentuk semenjak dia bekerja

    di tenrak sapiku tentunya, sebagai pengingat seberapa banyak luka yang telah yang dia

    dapatkan atau mungkin lebih banyak lagi tapi tak meninggalkan bekas.

    aku tak pernah memeperhatikan begitu jelas dirinya, wajah, postur atau kulitnya. tapi hari ini

    aku dapat melihat jelas salah satunya, kulitnya. cerah, bersih dan dia kalau diperhatikan

    ..Sexy, apa-apaan aku ini.

    sebenarnya apa benar dia bukan anak pak Yoan ? ah lupakan. memang aku akui kalau dia

    sama sekali tak mirip anggota keluarga pak Yoan.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    13/87

    "makanlah..." Altair membuatku tersadar dari lamunanku, semangkuk mie kuah daging ayam

    cincang mengepul panas harum membuat air liurku hampir menetes.

    "maaf hanya itu yang terpikirkan dikepalaku, lagipun perlu waktu lama jika aku masak

    makanan yang lain. aku takut kau terlalu lama menunggu" katanya sembari mengisi mie

    untuk mangkuknya sendiri.

    "hmm ...ini sempurna dan aku sangant suka, lagi pula malam ini dingin kan?" aku mulai

    menghirup kuah mie panas.

    dia tersenyum padaku oh...setauku tak pernah ada diantara kami saling tersemyum. ini

     pertama kalinya dia tersenyum padaku.

    dia membalikan badan membawa mangkuknya yang mengepul dan berhenti saat aku buru-

     buru bicara

    "kau mau kemana ?" ku lihat dia heran dengan pertanyaanku.

    "kekamarku"

    "kenapa ? kau tidak mau makan disini dimeja ini denganku ?"

    kenapa aku jadi seperti memohon untuk ditemani. Altair berhenti dan duduk dikursi didepan

    mejaku. tak ada yang bicara lagi, hening dengan makanan masing-masing. mie kuahnya

     buatannya enak sekali.

    **********

    tidurku lelap tapi dengan rasa kesal bunyi petir yang menghantam memaksaku terbangun,

    terkejut tentunya. aku menutup telinga dengan bantal menarik selimut keseluruh tubuhku.

    ternyata cuaca dingin tadi berakhir hujan lebat dan petir menggelegar ditengah malam.

    aku benar tidak suka ini, aku bukan takut dengan bunyi petir kuat ya.......cuma aku tak akan

     bisa tidur kalau begini. padahal semangkuk mie tadi sudah menghantar nyaman tidurku.

    ya tuhan....aku rasa malam ini akan jadi panjang akibat suara petir, siapa sekarang yang bisa

    menemaniku disini ku mohon datanglah...

    dentaman petir kuat sekali ini benar-benar membuatku terlonjak seperti tupai mau berpindah

     pohon, huuh.. .sekali lagi dentaman kuat menggelegar seperti hendak meruntuhkan atap

    rumahku.

    aku langsung berlari keluar tidak tau kemana arah yang akan kutuju. menutup mata dengan

    tangan tak perduli apa saja yang telah aku langgar hingga aku menabrak sesuatu dan

    terhuyung hampir jatuh tapi..aku tidak jatuh aku rasa, soalnya aku tidak merasa sakit sama

    sekali.

    aku turunkan tanganku dari wajah, Altair yang menahanku agar tak menghantam lantai yang

    ku yakin kalau sampai terjadi tidak menutup kemungkinan dua gigi depanku akan lepas.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    14/87

    entah setan bodoh dikepalaku atau semacam drama di televisi aku memeluknya dan

    meletakkan wajahku dilehernya. tapi sungguh kejadian itu terjadi begitu saja tanpa aku

    rencanakan. dia masih melingkarkan tangannya di pinggang yang dari tadi untuk menahanku.

    "kau kenapa ?" nada suara heran Altair terdengar jelas.

    "aku hanya terkejut, mungkin.."suaraku bergetar. aku bisa merasakan dia mengangguk, dan

    sudah pasti dia tau apa penyebabnya.

    sungguh beberapa saat aku sangat merasa aman memeluk tubuhnya. seakan beban didadaku

    terangkat. aku tau berapa lama aku memeluknya.

    hebat sekali..lihat apa yang aku lakukan, seseorang yang ingin kubunuh malah aku pula yang

    seperti wanita jalang berlama-lama menempelkan tubuhku padanya.

    aku memang payah, hanya gara-gara dentuman petir aku bisa sampai sebegininya.

    "kau aman, sebaiknya kau kembali kekamar" dia mengusap sedikit kepalaku.

    "dan kau...apa yang kau lakukan diluar" suaraku dilehernya.

    "aku mau mematikan lampu ruang tamu, kuantar kekamarmu ya." dia menawarkanku,

    melepaskan pelukanku dan membimbingku kekamarku.

    aku berbaring diranjang menarik selimut. dia beranjak meninggalkanku yang pasti terhenti

    ya..benar, aku mearik tangannya.

    "tetaplah disini, dan jangan pergi " aku menepuk sisi sebelahku mengisayaratkan agar dia

     berbaring disebelahku. tentu saja ada pikiran aneh dikepala Altair, aku sudah yakin dia akan

     berpikir aku akan membunuhnya dalam tidur.

    "tidurlah Nicia.." perintahnya. dan sekali lagi aku memelas.

    "ku mohon" akhirnya dia menurutiku. jadi lampu ruang tamu yang katanya mau dimatikan

    terlupakan sudah.

    sebut aku jalang, karena sudah memaksanya untuk menemaniku naik keranjangku. dan ini

     pertama kalinya mahluk bernama pria tidur seranjang denganku.

    merapalnya berkali - kali yakin kalau aku masih dalam keadaan tidur dan ini hanya mimpi.

    dan kurasa sia - sia aku harus melakukannya, aku memang sudah bangun.

    mengusap mataku sendiri berkali-berkali dan menegakkan badan berpangku sebelah tangan

    menopang tubuhku sendiri.

    aku melirik kesamping menyadari kalau Altair masih pulas dalam tidurnya, tentu saja dia

     pasti kelelahan gara-gara menenangkan aku yang berkali-kali memekik mendengar hantamansuara petir memekak-kan telinga tadi malam.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    15/87

    sejenak aku begitu tertarik menatap wajahnya yang tidur miring menghadapku.

    kulitnya putih kuning, garis tegas wajahnya hidung lurus dan rahang tegas disempurnakan

    dengan bibir bisa dikatakan tipis berwarana merah muda seperti bayi juga terlihat lembut.

    turun kelehernya ada beberapa guratan bekas luka tak kentara, aku yakin akulah yangmenyebabkan bekas itu berada disana meski bukan dengan tanganku langsung.

    aku tak tahan untuk tak menyentuh bekas luka. aku telusuri jari telunjukku di bekas luka yang

    agak memanjang dan aku yakin ini bekas goresan duri beracun disekitar padang rumput, aku

    harap dia tidak terbangun. lehernya terasa panas, jari - jariku mulai bergerak dirahangnya dan

     bibirnya, seperti tebakanku bibirnya memang lembut.

    lupa keadaan karena aku hanyut dalam kegitan yang aku lakukan. ternyata seseorang berdiri

    di pintu kamaraku yang sudah terbuka.

    menatapku tak percaya atas apa yang sudah aku lakukan, sepertinya aku sudah melakukan hal bejat.

    Lani bergeming. aku rasa pintu rumahku tak terkunci semalam.

    **************

    "aku yang akan bertanggung jawab jika dia marah padamu" tatapan Lani sinis sekaligus

    menggodaku.

    "makanannya akan cepat siap setelahnya aku akan pergi," Altair mengaduk pancinya yangmengepul di Bantu Lani mengulurkan beberapa bumbu yang diperlukannya.

    sementara aku hanya duduk diam memperhatikan mereka.

    "kau libur saja, aku pasti masih mengantuk gara - gara aku tadi malam" akhirnya aku

     bersuara.

    "memangnya apa yang kau lakukan padanya ?" aku tau Lani ingin mengejekku atas apa yang

    dilihatnya tadi.

    "aku ketakutan sepenjang malam dengar suara petir" ucapku cepat.

    "benarkah ?" Lani menaikkan alis sebelah menatapku.

    "aku tidak apa - apa, aku akan tetap kepeternakan hari ini" Altair hampir menyelesaikan

    masakannya.

    "dan kau kenapa tiba - tiba anehnya ingin sarapan disini ?" kataku pada Lani.

    "aku rindu masakan suamimu. aku tak mengganggu kalian kan ?" aku rasa Lani hari ini akan

    terus - terusan mengejekku. aku lihat Altair tersenyum mendengarnya.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    16/87

    sebenarnya Altair sama sekali tak mau ikut sarapan dengan kami tapi sahabatku yang satu ini

    memaksanya.

     berlawanan bukan ? aku ingin membunuh Altair dan sebaliknya Lani sangat baik pada

     padanya.

    setelah selesai sarapan Altair bersiap - siap dan pergi keperternakan. aku dan Lani masih

    dimeja dapur duduk bersantai. mungkin kami akan bercerita. dia menyuruh karyawan

    kepercayaannya membuka tokoku, katanya dia akan brangkat agak siang.

    "bagaimana kalau kau libur saja dan ikut keperternakan denganku, setelah itu kita jalan-jalan

    atau belanja" aku tersenyum mengucapkannya, ya tau lah membayangkan berbelanja

    dengannya pasti akan heboh.

    "tidak, aku yakin toko pasti ramai pengunjung. lagi pula aku merasakan ada perubahan antara

    kau dan Al.." aku memotong ucapanya

    "sudah lah jangan mengejekku lagi pula tadi malam itu aku hanya ketakukan" aku nyerocos

    seperti anak kecil minta jajan pada ibunya.

    "lalu bagaimana dengan yang kulihat pagi tadi, apa itu juga ketakutan gara - gara..ehm.... apa

    ? petir ya.. ya... petir "

    "Lani..."

    "aku rasa kau menyukainya sayang" Lani meneguk jus jeruknya yang dibuat Altair tadi.

    "tidak dan tidak akan pernah.......kau tau tujuanku untuk menghabisinya, adik dan juga

    ibunya," aku mendesis kesal.

    "oh...sebelum membunuh orangnya kau bisa meraba wajahnya terlebih dulu ya.....aku

     penasaran bagaimana jika dia terbagun saat jari-jarimu itu meraba wajahnya hmm.." lagi Lani

    menatap mengejek padaku.

    "aku hanya tertarik melihat bekas luka di lehernya" kataku lirih.

    "sebenarnya ya kalau dia ingin melawanmu itu bisa saja. coba kau lihat dirimu, kau mau

    menghabisinya dengan menyiksanya lebih dulu tapi kau sama sekali tidak punya penjaga.ya...maksudku" Lani mnegucapkannya dengan sungguh -sungguh.

    "maksudmu dia akan membunuhku dalam rumah ini tanpa orang tau begitu ?" aku

    menatapnya lekat -lekat.

    "hmm...membunuhmu, bisa dengan meracunimu atau.....dia memperkosamu. oke kau bisa

    langsung menghabisinya tapi tetap saja kau sudah kena, lagipun yang orang sekelilingmu tau

    kalau kau istrinya sah secara agama dan negara." aku bergeming menatap Lani.

    aku memang berpikir kalau Altair bisa saja membunuhku sementara aku tak punya penjaga

    untuk diriku sendiri tapi kalau soal aku diperkosa benar - benar tak pernah terpikir olehku.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    17/87

    memang benar kata Lani jika saja dia berniat membalas menghancurkanku pasti dengan

    mudah dia bisa melakukannya. katakanlah setelah itu aku membayar pembunuh profesional

    untuk menghabisinya dalam sekejap tapi tetap saja aku sudah hancur.

    seakan paham apa yang aku pikirkan Lani bersuara lagi "tapi kamu tak perlu takut begitu,

    Altair tak akan pernah melakukan hal seperti itu padamu. aku yakin"

    "bagaiman kau bisa tau ?" kataku ketus.

    "buktinya kau masih baik - baik saja, kalau memang iya sudah dari dulu kali. udah dong

     jangan gitu mukanya" dia mencuil hidungku.

    "jangan menyewa penjaga ya he he" aku melempar serbet pada wajahnya membuat tawanya

    semakin keras.

    **********

     bodoh, benar - benar bodoh gaya berjalanku disini seperti memakai sepatu berhak 15 senti

     padahal aku hanya memakai sepatu ringan datar santai. apakah harus seburuk ini kondisi

     jalan disini. aku benar tak bisa bayang jika sepuluh hari saja aku berjalan melewati ini kakiku

     pasti akan mengelembung seperti balon permen karet berry yang ditiup anak - anak

    kebanyakan.

     jalan licin ditimpa hujan, lumpur di bagian atas sedangkan didalamya banyak tanah yang

    keras dan tajam. bagaimana mereka bisa melewati ini setaip hari, ditambah lagi jalan ini

    setapak sampai - sampai aku harus meninggalkan mobilku disimpang yang berapa meter

     jaraknya ? aku tak tau, aku tak punya perhatian untuk memperdulikan-nya.

    nah, akhirnya bau sapi sampai juga dihidungku. suaranya dimana-mana bersamaan dengan

    mengunyah rumput.

    kandang seluas ini dan jumlah sapi - sapinya memenuhi tempatnya. beberapa orang bekerja

    disini mungkin aku rasa kurang sebagai tenaga kerjanya. aku tak memikirkannya, sengaja ?

    ya. karna aku membebankan tanggung jawab tenaga yang besar ini pada Altair.

    "ooooh hei putri bapak yang cantik, aku takut kakimu terluka gara-gara jalan sempit itu" pak

    Rio bersuara lantang tapi tak berteriak mendekatiku.

    dia selalu memanggilku cantik seolah aku ini anak kecil. jujur aku sama sekali tidak cantik,

    tidak menarik atau apapunlah. aku hanya terkenal keras kepala, ambisius dan orang sekitarku

    mengatakan kalau aku punya otak brilian, ya aku sendiri tak yakin dengan hal itu. jujur aku

    tidak bermaksud sombong atau sok tapi kenyataannya itulah apa adanya diriku.

    dan ya masalah kata pak Rio kakiku luka, bukan luka tapi perih.

    "lumayan, aku rasa mungkin aku harus merendam kaki ini dalam air mendidih karna rasa

     perihnya luar biasa. apa bapak punya ide agar kalian tak selalu tersakiti dengan jalan itu."

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    18/87

    "sebenarnya itu gara gara hujan malam tadi saja, kalau tidak kondisi jalan itu akan baik saja.

    oh ya seharusnya kau pakai sepatu boot sawah" tawa pak Rio mneggelegar, aku yakin kalau

    dia tak terlalu repot hari ini.

    "kau sepertinya tidak sibuk hari ini" kataku mengibaskan bagian bawah gaun sialan akibat

    terkena lecitan lumpur dari tumitku. sialnya kenapa aku hari ini mau memakai gaun lain darigayaku yang sehari - harinya hanya memaki kaus polos dan jins dan hanya menambahka

     jaket jika musim dingin.

    "tentu saja sayang, oh ya suamimu sedang ada di sungai. dia baru selesai megambil rumput."

    aku mengekori dibelakangnya melihat beberapa sapi dalam pagar luas di bagian depan jalan

    ketika tiba disana.

    "aku mau menemuinya" kataku,aku langsung tertarik ketika mendegar sungai. sudah terlalu

    lama aku menyambangi tempat itu. gemiricik air dan bebatuan mungkin sudah lama aku

    rindukan.

    "ku antar ya" tawar pak Rio

    "tak usah. aku bisa sendiri kok. aku pergi dulu ya" aku melambai padanya.

    "hati-hati nak" pak Rio masih menatapku sampai aku bebelok kearah sungai. tidak terlalu

     jauh tapi cukup membuat tengkukmu bergidik ngeri jika kau tak pernah datang kesini,

    maksudku jika kau orang yang hidup di kota modern dengan jalan mulus.

    karna disini dengan jalan licin juga tanah curam banyak batu berukuran besar, dan lumut

    tebal sejuk. tak jarang kulitmu akan bengkak jika sembarang menyentuhya, banyak ulat gatal

    yang pasti aku tak tau namanya.

    aku tidak bilang kalau kami hidup didesa sekarang. tentu kami tinggal dikota tapi bagian

    sudut kota ini inilah tempat desa untuk orang - orang yang punya usaha perternakan atau

     pertanian.

    licin, ehh..hampir saja kau terjungkal dan jika ada orang yang melihat aku seperti itu aku

    yakin celana dalamku akan jadi tontonan gratis. tapi sekarang tidak aku baik-baik saja dan

    sepi disini, baguslah.

    akhirnya aku sampai juga dan wow... aku ingin terjun rasanya, aku bisa pastikan itu sangatdingin.

    aku terus menyusurinya dan berhenti.....mundur beberapa langkah menempatkan diriku

    dibalik pohon, tidak rindang tapi cukup menghalagi pandangan orang jika kau berdiri

    disebelahnya karna dililiti tumbuham rambat.

    ada sosok yang sedang berdiri dalam air tanpa baju dengan celana jins yang hanya nampak

    dipinggangnya. dia membersihkan tanah dari lengan dan darah mengalir pekat turun ke air.

     berkali kali dia mengusapnya, aku tak bisa melihat lukanya dengan jelas tapi menurut

     perkiraanku itu pasti luka yang lebar.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    19/87

    seketika aku menutup mulut agar tak menimbulakn suara akibat melihat darahnya terus

    mengguyur. setelah beberapa saat dia mengusap tubunhya dengan air, benar sekali ini aku

    lihat setiap lekuk tubuhnya berotot kekar dan perutnya kotak - kotak ya...begitukan cara

    menyebutnya.

    aku kira apa yang membuatku seperti pengintip orang mandi disini. akhirnya aku bergerakdari posisiku menuju orang itu, Altair.

    menyadari kehadiranku dia memegang sebelah tangan yang berdarah.

    "sudah melihat-lihat sapimu" Altair bersuara dan keluar dari air dan memungut kausnya di

     batuan hitam di pinggiran sungai.

    "belum semua, aku lebih tertarik kesini" suaraku pelan dan pandanganku mengarah kearah

    darah dilengannya, "apa seperti itu setiap hari ?".

    "ini bukan apa-apa, aku selalu dapatkan seperti ini, oh ya jika kau ingin berenang hati-hatiarusnya luamyan deras. aku pergi dulu"

     bukan apa-apa katanya, sungguh sudah menjadi monster apakah aku, aku tak tau.

    aku mencekal lengannya "aku ingin berenang dibagian sana dan tentunya dalam, aku tidak

     bisa berenang tempat dalam. kau harus ikut denganku" kataku spontan.

    Altair mengernyit mendegarkan ucapanku. aku merobek melingkar bagian bawah gaun

    santaiku, ternyata tanganku kuat juga untuk melakukan-nya.

    "apa yang kau lakukan ?" ada nada terkejut pada ucapannya melihat apa yang kau lakukan.

    aku dengan sigap meraih lengannya yang berdarah dan membalut lukanya dengan kain rokku.

     beberapa kali aku memastikan agar ikatannya tidak lepas.

    "setidaknya ini akan melindungi lukamu" kataku.

    "terima kasih" dia menyentuh bagian balutan lengan-nya.

    "kau siap ?"

    "oke"

     berjalan senang menuju ke air dan rokku ini yang sudah tinggal setengah menampakkan

     pahaku, lupakan soal malu.

    ........

     puas bermain-main hari ini dengan air membuatku semakin rindu dengan ayah. yah dulu aku

     bermain disungai dengan ayah hingga membuatnya terbatuk-batuk. sementara lelaki tua

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    20/87

    sahabat ayah dengan kemaja kotak-kotak coklat tua berkumis tebal dan mata hijau gelap juga

    sedikit perut buncit akan tertawa kencang melihat aksi kami, pak Rio.

    aku rasa akan keperternakan lagi besok, bermain air lagi, mungkin.

    aku tak tau bagaimana dengan luka ditangan Altair akibat menemani aku berenang tadi, akuyakin itu pasti akan bertambah perih.

     bahkan ini sudah hampir jam 11 malam, tapi kemana dia tak pulang. sementara aku disini

    memasak bubur ayam, mungkin rasanya lebih baik karna moodku lagi baik, aku rasa.

    suara langkah seseorang menuju kedapur semakin jelas. aku berbalik mendapati Altair

    menggemggam tangan berbalut kain masih dari robekan rokku tadi yang basah.

    "cepat mandi dan setelah itu kesini" kataku cepat. aku tak tau apa yang dia pikirkan tapi dia

    hanya melihatku dan pergi.

    aku menuju ruang tamu dan membuka lemari putih dengan pintu tembus pandang mengambil

    kotak P3K. sekian lama aku tak pernah menggunakan obat-obatan didalamnya kecuali dulu

    Lani yang sedang paniknya meraihnya untuk mengobati Altair.

    didapur aku meletakkan kotak itu dimeja makan. kembali aku menyendokkan bubur ayam

    untuk dua mangkok, hampir mangkuk ditanganku terhempas karna saking panasnya. ya tuhan

    sudah berapa lama memangnya aku tidak memasak sampai sebegini kakunya.

    "ada apa ?" suara Altair tiba-tiba hampir membuatku terlonjak. seperti biasa dia selalu dengan

     pakaian santai jika setelah mandi dan aroma sabun lemon menyejukkan indera penciumanku.

    aku meraih tangan-nya membuka balutan kain lepek dan kotor melemparnya sembarang. aku

    meraih obat luka, perban dan beberapa alat yang kubutuhkan dari kotak P3K. sampai selesai

    sesi membalut lukanya kami hanya saling diam.

    "sudah selesai" kataku sembari memasukkan lagi alat yang sudah kupakai kekotak.

    "kenapa kau melakukan ini ?" aku yakin dia sedang memandangku.

    "aku mau besok kau menemaniku berenang lagi"

    "ohh, sebenarnya aku bisa mengatasinya sendiri lagipula ini bukan masalah bagiku

    dan...terima kasih. "

    tarima kasih..... hanya itu ?. tunggu...... memangnya apa yang aku harapkan lagi.

    aku mengangguk iya.

    "aku masak bubur" dia mengernyit.

    "kau belum bisa mencomooh masakanku" ucapku ketus

    "aku tidak mencemooh, hanya..."

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    21/87

    "aku hanya sedang ingin memasak" kataku sambil menyodorkan mangkuk bubur didepan-

    nya. Altair menyendokkan bubur kemulutnya. dan aku memperhatikannya dengan seksama

    seperti orang tolol.

    "ini enak, sekali lagi terima kasih"

     benarkah enak ? aku mencicipinya...... oh baguslah rasanya tak buruk.

    aku berdiri dari kursi dan tiba-tiba Altair bersuara. "kau mau kemana ? apa makanmu

    terganggu gara-gara aku disini ? kalau begitu.."

    "tetaplah disitu lanjutkan makanmu, aku cuma mau memastikan pintu rumah terkunci. ini

    sudah tengah malam"

    "aku sudah menguncinya tadi."

    "benarkah ? aku takut seperti malam kemarin sampai Lani bisa masuk kedalam sendiri,untung hanya dia bagaimana kalau penjahat." aku seperti berpidato dan Altair menanggapi

    dengan senyum. menarik.

    "dia datang saat hari sudah pagi kan ?"

    "hmm.." aku mengangguk. kuharap dia tidak tau apa yang Lani lihat pagi itu. huh..

    memalukan bukan ?.

    *******

    masih sakit dengan jalan setapak tadi tapi eh..lupakan saja. memang sudah jam berapa

    sekarang sampai-sampai rasanya matahari hampir memanggang kulit kepalaku. aku datang

    lagi keperternakan ini dan yah....aku sekantong besar roti panggang nanas dan minuman

    dingin untuk pekerja disini.

    dan hari ini aku memakai pakaian seperti biasa kaus dan jins, tidak seperti gadis remaja yang

    ingin tampil imut memakai gaun musim panas seperti kemarin. tapi jika aku tak memakainya

    kemarin bagaimana aku bisa mencari kain untuk luka Altair. baik..sudah cukup dengan

    masalah pakaiannya.

    "kepanasan kah ?" tanyaku pada pria paruh baya yang berdiri berkacak pinggang tangansebelah kiri dan tangan kanannya mengipaskan topi bundarnya kearah lehernya bercucuran

    keringat.

    "ho ho.. kau jadi rajin kesini ya...wow aku tau kau merindukan suamimu hah ?" merindukan

    suamiku?, aku hanya tersenyum geli pada pak Rio.

    "aku punya banyak kantung minuman dingin dan roti panggang nanas mungkin rasa lain juga

     banyak," kataku sembari mengangkat tinggi kantung pelastik jumbo bening hingga setinggi

    wajahku.

    "bolah aku membukanya sekarang ? aku jadi tambah lapar."

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    22/87

    "tentu saja, aku membawa ini untuk kalian" aku memberikan kantung itu padanya sementara

    mataku menusuri beberapa arah apa Altair pergi mengambil rumput ? atau dia sudah di

    sungai.

    "ayo ikut makan dengan kami" suara pak Rio ditengah-tengah mengunyah roti agak penuh

    dimulutnya.

    "tidak terima kasih, aku mau ke sungai" aku melambai padanya dan meneruskan langkahku.

     jalan kesungai dan melewati jalan licin lagi, mungkin beberapa lumut yang terlihat olehku

    disana menarik perhatianku. aku membungkuk dipinggir jalan memperhatikan pemandangan

    tanah licin dibagian curam sana. tanganku beberpa kali ingin menjangkau beberapa bunga

    cantik mungkin tak berharga dimata orang tapi aku sangat tertarik untuk memetikkya.

    sebenarnya aku tak terlalu suka bunga namun sesekali kalau melihat ada yang lucu apa

    salahya jika aku memetiknya. aku tidak seperti perusak tumbuhan kan ?.

     beberapa kali tanganku ingin menjagkau, memang jaraknya cukup tak memungkinkan akurasa. aku mencobanya lagi sampai aku merasakan keseimbangan tubuhku hilang akibat

    gerakan dan tanah licin yang mau menahan kakiku.

    dalam hitungan detik aku merasakan tubuhku terhuyung terbalik dan melosot tajam ketanah

    curam. kepalaku terhantuk benda keras menimbulkan nyeri hebat. kulitku yang terseret terasa

     pedih dan berkali-kali kakiku menghantam benda keras, ngilu pedih bercampur jadi satu. aku

    tersedak dengan darah hangat yang masuk kemulutku.

    hanya itu yang bisa aku ingat setelah itu aku tidak tau lagi.

    **********

    sesakit inikah rasanya dan ini kamarku kah ? ya, ini memang kamarku.

    "oh sayang akhirnya kau buka mata juga" Lani yang pertama terlihat olehku dengan segera

    dia memegang wajahku. ada kelegaan yang luar biasa dari air mukanya.

    "aku pingsan ya ?" aku bertanya seolah ini adalah sesi tanya jawab undian berhadiah.

    "ya sayang, kau benar-benar membuatku takut"tangan Lani berpindah menggenggam

    tanganku dan meremasnya lembut.

    "wow berarti ini pertama kalinya aku pingsan, kalau sedang sakit biasanya aku hanya tertidur

    lama" aku menyentuh dahiku berdenyut memuakkan dan ada setumpuk kain berplaster

    disana.

    "sudah jangan banyak bicara dan kau harus banyak istirahat sekarang"

    "sebenarnya aku kenapa ?" aku masih merasakan kepalaku berdenyut hebat.

    "kau jatuh ditanah curam menuju kesungai tempat perternakanmu kemarin. sebenarnya kalau

     jatuh saja mungkin kau hanya lecet sedikit tapi kau menghantam batu, itu yang membuatmu jadi begini" Lani mengambil gelas kaca penuh air di nakas dan menyodorkan padaku.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    23/87

    dia bilang apa tadi, menghantam batu. aku melirik ke kaki ya..dibetis kiri ada balutan

     panjang. lengan kiri bagian atas juga ada balutan sedikit dan..aku menyingkap gaun tidur

    hingga keperut ada luka basah lebih tepatnya seperti daging tak berkulit. pantas saja rasa

     pedih di perutku luar bisa sekali.

    "jadi siapa yang menolongku."

    "suamimu"Lani menurunkan gaunku yang tersingkap jelas-jelas menampakkan celana

    dalamku.

    "Altair ?"

    "memangnya kau punya suami yang lain " celetuknya.

    "berapa hari aku pingsan ?"

    "satu hari"

    "di mana Altair ?"

    "sedang memasak didapur, sebentar lagi dia akan kesini"

    "Lani maaf aku sudah merepotkanmu. pasti kau sekarang kelelahan lebih baik kau pulang

    saja" aku benar sudah merepotkannya. aku pastikan dia bergadang untuk menjagaku.

    "aku ? repot ? seharunya kau harus berterima kasih pada Altair. karna dia yang sudah

     bersusah payah mengurusmu. membawamu yang berdarah-darah itu kesini. memanggildokter untuk mengobatimu sebenarnya bisa saja kau ditempatkan dirumah sakit dirawat

    sampai sembuh tapi dia ingin lebih mengawasimu sendiri. aku baru datang malam tadi saat

    kau sudah selesai diobati dokter.." Lani mengangguk padaku meyakinkan itulah yang

    sebenarnya terjadi.

    mangapa juga Altair harus mau susah karna aku. atau ini hanya dewi fortuna sedang berpihak

     padaku hingga aku bisa bernafas dan membuka mata sekarang ini.

     pintu kamarku dibuka dan Altair Muncul dibaliknya membawa nampan berisikan beberapa

     piring dan gelas.

    duduk ditepi ranjangku mengangkat satu piring memberikan pada Lani. sementara nampan

    masih dengan satu piring diletakkan dinakas.

    "terima kasih" Guman Lani.

    "Lani sebaiknya setelah ini kau pulang, aku yakin kau pasti kelelahan menunggunya

    semalaman" Altair berbalik menatapku.

    "aku masih kuatir padanya" Mata Lani mendelik padaku sambil mulutnya mengunyah nasi

    goreng.

    "aku akan menjagannya dan memastikan agar dia meminum obat"

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    24/87

    apa ? obat ? lebih baik aku dilemparkan saja dikolam air yang sangat dalam saat ini juga dari

     pada aku harus menelan biji-biji pahit berbau aneh yang akan menyesakkan rongga mulutku.

    "dan kau harus makan sekarang Nicia" ucap Altair penuh perintah. dia mengambil piring nasi

    gorang dinakas.

    "aku tidak mau" kataku seketika menutup mulutku, memang benar-benar seperti anak Tk.

    "biar aku saja yang melakukannya Altair" tawar Lani. dia mengambil jarak mendekat padaku,

    "aku benar-benar tidak ingin jangan paksa aku" aku bersikukuh menahan tangan dimulutku.

    "sedikit saja hanya sedikit...SEDIKIT..." Lani menurunkan pelan tangan dari mulutku dan

    menyuapkan nasi goreng dari piringnya sendiri. dia berhasil memaksaku menelan-nya dan

     beberapa sendok setelahnya. sedikit, apanya yang sedikit kalau begini.

    "cukup, kau akan membuatku muntah kalau memaksaku lagi," aku mendengus kesal.

    "baiklah setidaknya ada makanan masuk keperutmu" Lani tersenyum menang padaku,

    menang memaksaku makan.

    "Altair aku harap kau mau memaksanya untuk minum obat."

    "itu sudah pasti" jawab Altair cepat.

    setelah beberapa jam Lani pulang aku tidak memakan obat sama sekali. Altair sangat kesal

    karna tak kunjung berhasil menyuruhku minum obat sampai akhirnya hampir diamembanting pintu saat meninggalkanku. terserah yang pasti aku benci obat-obatan yang

    diminum.

    setelah sore harinya dia kembali kekamarku memintaku agar makan, dan aku mengiyakan-

    nya hanya beberapa sendok dan lagi-lagi gagal memaksaku minum obat.

    apakah seperti itu wajahnya jika sedang marah. tatapan mengintimidasi dan rahang mengeras

    dan...yang pasti aku tak memandang wajahnya lagi.

    **********

    sudah jam 10 malam dan mataku menolak keinginanku untuk tidur, sama sekali tidak

    mengantuk. aku mengalihkan pandangan kepintu yang terbuka tiba-tiba dan Altair muncul

    lagi dibaliknya. entah sejak kapan Altair tidak perlu mengetuk pintu kalau dia ingin masuk,

    mungkin sejak kondisiku seperti ini.

    aku kesal melihat dia datang lagi pasti ingin memaksaku minum obat, terang saja pasti tidak

    akan berhasil. tapi aku juga tak ingin dia beranjak dariku.

    "sudah aku bilang jangan lagi kau memaksaku" ucapan kasarku langsung keluar tapi tak

    sedikitpun dia terpengaruh.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    25/87

    "jangan besar bicara kau tak terbiasa dengan luka-luka besar seperti ini" Altair mengambil

     posisi duduk disebelahku.

    "jadi kau pikir aku ini perempuan cengeng yang merengek kalau sedang seperti ini" rasanya

    aku ingin sekali menamparnya kalau aku bisa lebih leluasa bergerak.

    "percuma kalau aku harus melayanimu berdebat, sekarang minum obatmu" dia meraih gelas

    air dinakas dan dan bungkus obat yang tak sudi aku melihatnya.

    "dan percuma kalau kau memaksaku minum benda sialan itu, jadi pergilah" kataku ketus,

    dengan posisi duduk bersandar dikepala ranjang aku melipat tangan didada. terasa nyeri

    diperutku dengan gaya tanganku seperti ini.

    "sepertinya kau memang memintaku untuk benar-benar memaksamu minum obat, bukan

    meminta bahkan memohon. baiklah aku akan melakukannya" dia mulai membuka beberapa

     bungkus obat dan mengumpulkan ditelapak tangannya. sudah kuduga dia pasti akan

    mencengkram rahangku dengan paksa dan memasukkan obat itu.

    tapi tidak dia malah mengunyah semua obat yang sudah dipilihnya, apa itu tidak kepahitan ?.

    "apa yang kau lakukan ?" aku penasaran sekali. dia tak memperdulikanku.

    tanpa menelan obatnya dia meneguk satu kali air dan mendekat padaku menepis jarak. satu

    tangannya meligkar dipinggangku dan satunya lagi memegang lengan kananku yang tidak

    terluka.

    sontak aku hampir berteriak dan aku ingin mendorongnya tapi aku tak punya kuasa karna

     badanku masih sakit. "mau apa kau....mmmmpphh" Altair menempelkan bibirnya dibibirku

     bukan hanya itu dia menggigit bibir bawahku mulutku terbuka sedikit saat itu juga ia

    memasukkan obatnya dalam mulutku.

    "telan" katanya sela-sela bibirnya masih dibibirku bahkan masih mengulum bibirku agar aku

    tak punya kesempatan untuk memuntahkan obatnya. tenggorokan rasanya tersangkut-sangkut

    menelan obatnya.

    setelah memastikan aku menelannya dia melepaskan pagutan bibirnya padaku, sementara aku

    sendiri terengah-engah menarik napas. dia benar-benar....aku tak tau harus mengatkan apa.

    aku menyentuh bibirku terasa panas. aku tidak mengatakan kalau kami berciuman, tapi ini

    membuatku jadi serba salah entah ingin marah, benci, menamparnya atau malu atau mungkin

    aku mengingikan-nya. apa ?menginginkannya ? kau sudah jadi wanita jalang sekarang ha

     Nicia?.

    seumur hidupku aku pernah sekali berciuman ya.....waktu aku SMA dulu, sudah lama sekali.

    masih anak-anak aku rasa. dan hari ini ada pria yang berani-beraninya menempelkan bibinya

     padaku.

    "puas ?" sergahku memalingkan wajahku darinya.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    26/87

    "aku rasa itu lumayan membuatmu jera, dan kau yakin besok kau akan minum obat sendiri"

    dia menarik selimut untukku dan mematikan lampu segera meninggalkanku. padahal aku

    masih bersandar dikepala ranjang.

    ya tuhan apa yang sudah terjadi padaku.

    ..........

    aku bisa pastikan Altair tidak akan pergi keluar rumah karna keadaanku ini, aku tidak terlalu

     percaya diri tapi itulah kenyatan-nya sekarang. aku mencium aroma masakan yang

    membuatku menelan ludah. aku tidak bisa mandi karna lukaku terlalu lebar dibanyak sisi dan

    masih basah. tapi untungnya aku bisa membasuh muka dengan air sebaskom kecil yang sudah

    tersedia nakas.

    aku benar-benar benci keadaan seperti ini. layaknya bayi mau apapun harus dibantu. jika

    dilihat aku seperti gadis remaja manja, menjijikan.

    itu dia datang membawa makanan panas dengan asap mengepul. aku semakin tak tahan

    akibat aroma masakan-nya, perutku semakin bergejolak. mengingat semalam aku hanya

    makan beberapa sendok nasi gorang disuap Lani.

    "nyerinya masih kuat ?" Altair mengambil duduk disebelahku, ucapan-nya lembut dan ceria

    seakan kami tidak pernah bertengkar sama sekali.

    aku tak menjawab pertanyaan-nya dan mendengus.

    "makanlah sekarang, setelah itu kau harus minum obat lagi" ucapnya santai tapi penuh penekanan.

    dia memegang mangkuk yang isinya sup dan memberikannya padaku. aku bergeming.

    "untuk sekali ini aku mohon lupakanlah sejenak keras kepalamu itu. aku hanya ingin kau

    segera sembuh. hanya itu."

    apa ? dia memohon padaku ? memangnya apa yang dia dapatkan dengan melakukan ini

     padaku.

    "atau kau mau aku melakukan hal seperti kemarin malam."

    dia mengancamku ?. dalam sekejap dia memohon dan sesaat setelah itu juga dia

    mengancamku. sebenarnya dia ini apa ?.

    "silahkan saja, kau tidak akan keberatan kan kalau menyuapkan semua isi mangkuk itu

    dengan mulutmu" ucapku sarkastik.

    kami saling menatap lekat-lekat dan sepertinya sikap sabar yang dimilikinya itu berada

    dilevel tinggi, jadi dia kembali dengan mangkuk supnya dan menyendokkan mengarahkan

    kemulutku.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    27/87

    akhirnya aku menyerah dan menerima suapan darinya. aku hampir menghabiskan supnya,

     baiklah sekarang dia menangkan ?.

    aku bisa minum obat dengan sendirinya walaupun sebelum menelan-nya harus diawali

    dengan sumpah serapah. dan yang pasti Altair akan mengawasiku.

     bahkan ini sudah lima hari, aku belum bisa leluasa bergerak. lukaku masih basah. aku

    meremehkan luka yang tercetak jelas di tubuhku ini tapi rasa sakitnya tidak sebanding seperti

    yang aku remehkan. aku bisa sedikit berjalan tapi terkadang bisa-bisanya aku mau kekamar

    mandi dibantu Altair.

    Lani rutin menjegukku beberapa hari, tentunya dia ingin terus mengawasiku tapi aku

    melarangnya. aku takut dia kelelahan setelah bekerja dan harus membantuku, menggantikan

     bajuku sesekali juga kadang membantu Altair mengganti perbanku.

    sebenarnya bisa sajakan memanggil perawat khusus untuk mengurusku, tapi Altair bersikeras

    akan mengurusku dibantu Lani. dan aku mulai bisa rutin meminum obat tapi bukan berartiaku menerima benda mengerikan itu.

    sekarang aku bangun pagi sekali, selesai mencuci muka dan dengan pakaian tidur tak bertali

    mempertontonkan bahuku dan barbahan kain tipis juga sangat pendek ini aku melangkah

    kedapur. perlu sedikit menarik kaki sebelah kiriku yang masih sangat nyeri.

    masalah malu dengan apa yang kukenakan aku hampir tak memperdulikannya lagi. toh Altair

     juga menelanjangiku kemarin saat Lani tak ada untuk membantuku mengganti bajuku. hanya

     beberapa bagian pribadi saja yang tidak dilihatnya sementara yang lainnya sudah terlihatnya.

    tapi aku akui dia sangat sopan padaku, matanya tidak seenaknya melirikku sesuka hatinya.

    aku berdiri tertatih diambang pintu melihat dirinya berkutat dengan masakannya. bahkan

    sepagi ini dia sudah sibuk dengan masakan.

    menyadari kehadiranku dia langsung berlari memegang lenganku dengan air muka khawatir.

    "apa yang kau lakukan ? kalau kau lapar kan bisa menunggu sebentar dikamarmu. bukan-nya

    aku tidak menghantarkan makanan untukmu," rutuknya panjang lebar sembari ingin

    menuntunku kekamar lagi tapi aku menolaknya. aku menunjuk kekursi meja makan, akhirnya

    dia menurutiku.

    "labih baik jika kau dikamar" nada suaranya penuh perintah.

    aku tersenyum mengembang melihat raut wajahya seperti orang yang kehilangan uang

    sekarung. kenapa aku bisa senyum selebar ini ?.

    "aku makan disini" kataku seperti anak kecil.

    "terserah kau saja" katanya seraya membalikkan badan mengaut masakannya untuk

    dihidangkan.

    mataku melirik pakaian yang dia kenakan, kaus abu-abu lusuh dan celana panjang coklat tuakusam bagian kakinya sudah sedikit koyak. apa dia akan bekerja hari ini.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    28/87

    "kenapa kau memakai pakaian seperti itu ?" akhirnya penrtanyaaku memecah diam kami.

    "aku akan bekerja hari ini, aku sudah terlalu lama istirahat." katanya tanpa melihatku.

    istirahat katanya.

    "jadi kau akan membiarkan aku sendiri begitu?" aku tidak tau mengapa aku kesal

    mendengarnya.

    "tentu tidak, Lani akan menemanimu."

    "Lani sudah pasti kelelahan membantuku, jadi telpon dia supaya jangan dulu kesini. dan kau

     jangan pergi" kataku menggebu-gebu seperti hendak berlari entah kemana.

    "Nic...aku harus membantu pak Rio, lagi pula dia pasti ingin tau keadaanmu. kau tau dia

    sangat ketakutan saat melihatmu kemarin. kau pingsan dan berdarah, hanya hari itu dia bisa

    datang kesini. setelahnya tidak sempat lagi untuk menjengukmu." dia menjelaskannya denganserius.

     pak Rio ya..sudah pasti dia sangat khawatir denganku. bagaimana tidak aku ini sudah seperti

    anaknya sendiri.

    "aku akan menelponnya nanti, sekali lagi aku katakan jangan pergi."

    "Nicia.."

    "aku mohon, aku membutuhkanmu" aku memelas lagi, apa lagi sekarang.

    kulihat dia menghembus nafas dan mengangguk menyetujuinya.

    "apa kau bosan denganku karna sering membantahmu.?"

    "bukannya kau yang bosan karna aku memaksamu minum obat ?," bukannya menjawab

     pertanyaanku malah kembali bertanya penuh ejekan, demi tuhan ingin sekali aku mencubit

     pipinya yang putih kuning itu.

    "aku akan memintamu agar memaksaku lagi" kataku memperhatikan-nya menghidangkan

    makanan dimeja depanku.

    "dan ganti pakaianmu itu" kataku menarik piring didepanku. "jangan lupa hubungi Lani, agar

    dia tak datang. aku kasihan padanya."

    "hmm...... nanti akan kutelpon."

    "Altair..."

    "mhmmm ada apa ?" dengan makanan-nya tanpa melirikku.

    "bisa kita kekamar sekarang ?"

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    29/87

    "kau mau makan dikamar ? tunggu sebentar aku antar dulu makananmu kekamar."

    "tidak, aku tak mau makan dikamar" dia tidak jadi beranjak dari kursinya.

    "jadi kau mau tidur. habiskan dulu makananmu baru aku antar kekamarmu."

    *******

    itu memang lebih baik dari pada yang tadi pakai pakaian kerja. aroma sabun lemon

    ditubuhnya masih sangat lekat, aku suka itu.

    "nah, jika kau perlu sesuatu panggil aku" kata Altair disela-sela merapikan posisi dudukku

    diranjang.

    "tutup pintunya" aku menujuk pakai mulut.

    menuju pintu dan berbalik "jangan terlalu banyak bergerak" dia hampir keluar ketika akumenghentikannya

    "aku tak memintamu keluar kan ?" kataku cepat. dia jadi bingung dengan tingkahku.

    "tadi kau menyuruhku menutupnya"

    "menutupnya, bukan kau yang keluar."

    dia hanya melakukan yang aku katakan dan duduk disebelahku.

    "ada apa ? kau perlu sesuatu ?"

    "kau ini bodoh atau apa ?" kataku lirih dan membuatnya mengerutkn kening.

    "jangan membuatku bingung Nicia" tatapan kami saling mengunci.

    "kau merencanakan sesuatu kan ?" kataku lagi.

    "kau ini kenapa ? rencana apa maksudmu ? apa yang salah denganmu hah ?" bertubi-tubi

     pertanyaan keluar dari mulutnya,

    "yang salah itu dirimu. kenapa kau tidak habisi saja aku, kau bisa membunuhku tanpa orang

    tau. dari pada kau harus menanggung lama-lama penderitaan yang aku buat untukmu.

     bukannya kau sendiri tau pasti kalau kita menikah hanya untuk menyelamatkan adik dan

    ibumu itu, kau tak mau mereka mati jadi sebagai gantinya kaulah yang jadi sasaran-nya.

    ohh.... atau kau ingin melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan padamu hah?"

    ucapan ku tegas tapi dia pasti menyadari kalau suaraku agak bergetar menelan ludah.

    "menghabisimu dan setelah itu apa ?" hening beberapa saat sampai dia bersuara lagi,

    "menghabisi atau menyakitimu itu terlalu mudah Nicia."

    dadaku terasa diremas, perutku mual dan serba salah menyelimutiku mendengarkan perkataan-nya.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    30/87

    "kalau begitu kenapa kau tak melakukannya ?" kataku mengangkat dagu menantangnya

     padahal aku sendiri aku tidak yakin dengan ucapanku. sebisa mungkin aku menunjukkan

    ekspresi datar di wajahku.

    "aku tidak mengada-ada Nicia, aku bisa melakukan apa yang kukatan. kau punya kekuasaan

    tapi aku bisa menujukkan kekuasaan yang berkali lipat lebih besar darimu yang aku punya.tapi untuk apa? untuk pamer ?. kau tau hal yang paling sulit adalah meyakinkanmu kalau pak

    Yoan tidak sepenuhnya bersalah atas kematian ayahmu. aku akui dia memang terlibat tapi

    sepenuhnya itu hanya ancaman. selama hampir tiga tahun pernikahan ini aku mencari cara

    untuk membuktikan padamu siapa yang sebenarnya bersalah pada kematian ayahmu. tapi aku

     belum bisa menemukannya. kau terlalu keras untuk diyakinkan." mata kami masih saling

     bertatapan dengan pikiran masing-masing.

    apapun yang dikatakannya tentang menyakinkanku sedikitpun aku tidak menaruh rasa

     percaya. terlalu mustahil bagiku. ingin mencoba membuat keadaan seperti drama televisi

     berurai air mata, yang ada aku menggeram ingin menghajarnya habis-habisan.

    tapi aku bisa apa sekarang memangnya. apa murni tujuannya menyembuhkanku karna ingin

    membuktikan kebenaran siapa pembunuh ayahku.

    "dengar, aku ini bukan malaikat dengan senang hati mema'afkan bagi pembuat kekejaman

    atas ayahku." aku rasa dadaku semakin sesak.

    "aku tau, sudah pasti jika orang lain mengalami sepertimu akan berpikir sama. tolong beri

    aku waktu untuk membuktikan siapa pembunuh ayahmu, dan aku mohon jangan sakiti ibu

    Ara dan anaknya. aku sangat menyangi mereka, mereka orang baik." ucapnya mantap dan

    yang pasti berusaha meyakinkan. tapi entahlah.

    "jadi apa benar kalau kau bukan anak Pak Yoan ?" kataku tiba-tiba.

    "ya, aku bukan anaknya."

     jadi benar apa yang dikatakan Lani, dia bukan anak pak Yoan.

    "apa hubunganmu dengan mereka ?."

    "tidak ada, mereka hanya orang baik yang mau menolongku dengan tulus. hanya itu."

    dahinya mengernyit. entah mengapa menatap wajahnya lama-lama seakan membuatamarahku luluh. seakan aku barhadapan dengan anak kecil berwajah polos tanpa melakukan

    dosa, terlalu lembut, tak layak untuk disakiti.

    ya tuhan lama-lama aku bisa gila sendiri berhadapan dengan situasi seperti ini.

    dia menarik selimut lagi untuk seperti yang dia lakukan seperti biasanya. mengeluarkan

     ponselku dari laci menaruhnya disebelahku. memandangku lagi.

    "aku menyelamatkanmu karna kau istriku, o ya jangan lupa telpon pak Rio." kulihat

     punggungnya berlalu meninggalkanku.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    31/87

    karna aku istrinya ? setahuku pernikahan ini bukan sungguhan, melainkan hanya topeng

    cantik berkilauan bagi orang lain yang melihatnya. tapi dibaliknya hanya susunan rencana

    kematian.

     bagaimana aku sekarang, haruskah aku memberinya kesempatan seperti permintaan-nya tadi

    atau mangabaikan-nya. sementara disatu sisi aku merasa bahwa aku semakin bergantung padanya.

    entah aku terlalu percaya diri atau ini memang kanyataan, kalau semua hal yang

    dilakukannya padaku tulus tanpa ada niat buruk sebaliknya. aku berharap agar tempat tidur

    ini menelanku sekarang juga.

    *********

    entah berapa jam aku habiskan hanya untuk bersandar dikepala tempat tidur dan memandang

    langit-langit kamarku. tidak ada yang kupikirkan. dan oh.....aku sampai lupa harus

    menghubungi pak Rio. aku harap dia membawa ponselnya saat bekerja.

    aku menekan nomor telpon pak Rio, deringan ketiga lansung diangkat.

    "ya anakku sudah sehatkah ?"  suara pak Rio langsung membuncah.

    "pak aku baik tapi belum terlalu sehat. kau sendiri bagaimana ?"

    "oh aku baik sekali, apa lukamu masih sangat sakit ? apa kau rutin minum obat anjuran

    dokter ? sudah beristirahat dengan benarkah ?."  demi tuhan pertanyaan-nya bertubi-tubi.

    "pertanyaanmu banyak sekali, baiklah..lukaku masih lumayan sakit. tentu aku rutin minum

    obat dan yang pasti apa yang bisa aku lakukan selain berbaring diranjang."

    "oh baguslah, aku takut kau tak mau minum obat. dan aku akan mengirimimu salep supaya

    lukamu cepat kering. kau tau salep itu bagus sekali."  bahkan dia saja tau kalau aku tidak

    suka minum obat.

    "aku sudah mau minum obat sekarang, terima kasih atas salep yang akan kau kirim. dan hati-

    hatilah bekerja"

    "tentu saja, lekas sembuh ya. aku akan mengunjugimu dalam waktu dekat."  

    "baiklah."

    tut tut tut

    aku melempar ponsel disisi ranjang disebelahku.

    ..........

    dua bulan waktu yang sangat lama bagiku hanya untuk memeram dirumah, layaknya katak

    dalam tempurung. satu bulan aku memang sudah sembuh total, sedangkan satu bulan lagiuntuk mengurangi tampilan bekas luka seperti peta dunia ditubuhku. salep yang dikirim pak

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    32/87

    Rio benar-benar luar biasa, bekas luka sudah benar-benar tipis sekarang. tentu saja Altair

    yang memakaikan secara teratur.

    setidaknya ini akan menjadi hariku yang menyenangkan lagi. aku bisa ketokoku lagi.

    ********

    senyum mengembang dan mata hitam berkilat, Lani langsung menyerbu memelukku. seolah

    kami tidak bertemu bertahun-tahun, padahal baru seminggu. air mukanya lucu sekali.

    "oh sayang aku sangat merindukanmu," kata Lani saat pelukan-nya dengan kencang padaku.

    "kita baru seminggu tidak bertemu, jangan berlebihan" kataku mengejek.

    "aku juga merindukan masakan suamimu," Lani berlonjak kecil seperti anak TK dan masih

    tersenyum lebar.

    "aku baru datang, jangan mulai lagi" tatapanku memperingatkan. tapi tidak sama sekali dia

    mengubrisku.

    aku menghempaskan diri dikursi kasir. sembari memperhatikan keadaan, syukur. banyak

     pembeli dan beberapa karyawan menyapaku, mengucapkan selamat datang dan bertanya

    keadaanku dengan ramah.

    "apa saja barang-barang yang habis ? " aku bertanya pada Lani yang membungkuk

    membetulkan bebarapa dus mie instan di rak paling bawah tepat disampingku.

    "barang lengkap, tapi kemarin aku mengambil beberapa merek pelembut pakaian keluaran

    terbaru. penawarannya menarik jadi aku rasa akan bagus." kata Lani sambil menepuk kedua

    tangan-nya menepis debu.

    "aku suka itu," kataku mengangguk "atau kita butuh karyawan lagi ? sepertinya kau sama

    sekali tidak bisa bersantai kulihat ?."

    "beberapa karyawan disini sudah cukup menurutku, lagipula aku akan bosan kalau hanya

    duduk dimeja kasir dan melihat catatan barang." Lani berkacak pinggang dan mengedikkan

    sebelah bahunya.

    "dikasir juga kau sudah sibuk ? " kataku lagi.

    "sudahlah, kita belum butuh tenaga kerja baru. kalau memang iya aku akan mengusulkan

     padamu. oke."

    "baiklah,"

    Lani adalah orang sangat aku percaya dalam mengurus tokoku ini. memang tertangani

    dengan baik olehnya walaupun aku sama sekali tidak meninjau keadaan disini selama dua

     bulan penuh.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    33/87

    "aku mau bayar minumanku." suara laki-laki didepanku. tanpa melihat wajahnya aku

    mengantongi minumannya dengan pelastik sedang. sepuluh kaleng minuman dingin bersoda.

    "apa aku bisa mendapat diskon harga ?" katanya lagi. aku langsung mengangkat kepala

    menatap mata kulit kayu dengan garis tegas diwajahnya. rahang kokoh, hidung mancung dan

     bibir tipis warna pucat. mengenakan kaus hitam santai dan celana jins abu-abu kehitaman. berdiri santai didepanku. tapi aku merasa gayanya sedikit angkuh. aku kenal dengan-nya,

    Marlen.

    "apa kau selalu tidak memandang sama sekali wajah pembeli ditokomu ?" Marlen

    memasukkan kedua tangannya kesaku celana.

    "apa kabarmu ?"

     pertanyaan yang umumkan untuk berbasa basi, apa kabarmu ? apa yang kau lakukan sekarang

    ?. dan pernyataan, kau tidak banyak berubah ya atau sebaliknya.

    "aku baik, kau sendiri bagaimana ?" kataku sedikit bermanis muka.

    "sangat baik. boleh aku duduk disini sebentar. sudah sangat lama kita tidak bicara"

     bicara ?.

    "ya silahkan" aku menarik kursi pelastik disampingku meletak-kan disebrang meja,

    ditempatnya.

    "oh hai Lani" Marlen melambai pada Lani dan beberapa percakapan singkat diantara merekasampai Lani meninggalkan kami untuk mengurus yang lain. aku sama sekali tidak mendengar

    apa yang mereka katakan.

    "aku turut berduka kejadian yang menimpa ayahmu," melipat tangan-nya diatas meja.

    "terima kasih" kataku lirih.

    "siapa pelakunya ?, aku sudah mencari informasi tentangmu tapi tidak satupun yang tau siapa

     pelakunya." Marlen berkata penuh hati-hati.

    "jujur aku belum bisa menjawabnya," aku menarik tubuh bersandar dikursi ku.

    "maafkan aku, layaknya aku sedang mengintrogasimu" dia terkekeh pelan "aku dengar kau

    sudah menikah ?."

    "sudah."

    "dengan laki-laki seperti Altair ?" dia terdengar seperti mengejek.

    "memangnya kenapa kalau aku menikah dengan laki-laki seperti dia ?" aku rasa suaraku

    terdengar jelas meninggi.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    34/87

    "Nicia, wanita dewasa putri tunggal dari Agler Achilles. pewaris kekayaan Achilles, cerdas,

    mandiri, pekerja keras. seseorang yang lebih ingin hidup dan mengembangkan usahan-nya

    sendiri daripada secara bebas hidup menikmati warisan ayahnya. mungkinkah kau

    memilihnya sebagai suamimu ?." ucapnya panjang lebar.

    menggambarkan tentang hidupku, apa dia mencoba ikut campur tentang kehidupanku. dansatu lagi dia menghina suamiku ?. masalah pernikahanku biarlah aku yang tau. dia menghina

    suamiku berarti dia juga menghinaku.

    "dia suamiku atau bukan, aku harap kau jangan terlalu jauh mencampuri urusan keluargaku.

    aku menganggapmu teman jadi berlakulah selayaknya teman. dan ini bayar belanjaanmu."

    aku menyodorkan kantung minuman kaleng padanya.

    melihat sikapku seperti ini, aku rasa dia mengerti kalau aku menyuruhnya pergi. dia membuat

    hariku menjadi buruk.

    mengeluarkan lembaran uang didepanku. dan memberikan sesuatu padaku.

    "ini undangan dari ayahku. ada acara kecil atas launching perushaan baru ayahku. kau harus

    datang, ayahku sangat ingin bertemu denganmu. jika kau tidak hadir itu akan membuatnya

    kecewa, juga bawa suamimu itu." Marlen terdengar menghina ketika mengucapkan kata

    'suami' padaku.

    memangnya aku peduli padanya. sebelum keluar pintu dia berbalik, melupakan sesuatu ?

    "jika kau berubah pikiran datanglah padaku. perasaanku masih sama seperti dulu padamu."

     berlalu meninggalkanku.

    cihh, aku benci gaya dramanya yang sok itu. dia berkata begitu, jangan pernah percaya. baik,

    dulu dia memang kekasihku. dulu...sudah lama sekali, SMA dan masih remaja. cinta anak-

    anak. kekasih pertamaku dia juga orang pertama yang menciumku. aku katakan sekali lagi itu

    dulu.

    lagipula aku jadi geli sendiri mengapa bisa aku berpacaran dengan orang sok seperti dia. aku

     berpacaran dengan-nya setahun, cukup lama. aku memutuskan-nya dan sampai akhirnya

    setelah dia lulus kuliah ayahnya mengirimnya keluar negri untuk mengurus perusahaan

    ayahnya yang disana. apa nama negaranya, aku tidak mengetahuinya.

    dan satu kebetulan lagi almarhum ayahku berteman dengan ayahnya. ini benar-benar sepertikisah percintaan fantasi dua jenis keluarga berkuasa menjodohkan anak mereka, hingga

     jadilah cinta bahagia yang abadi, menggelikan. tapi disini ayahku tidak pernah mencoba

    menjodohkanku dengan siapapun, kebetulan saat itu aku masih berusia dua puluhan, masih

    muda.

    aku membolak-balikkan kartu selebar dua telapak tanganku, warna emas berkilat dan garis

    hitam bercantum berbentuk dua lipatan, pesta berkelas di hotel berbintang. aku tidak suka

     pesta semacam ini.

    "dia punya acara dan mengundangmu, " Lani bersandar dimeja menghadapku dan menaikkan

    alis sebelah.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    35/87

    "memuak-kan, kalau bukan karna ayahnya aku tidak sudi mau datang." kataku spontan.

    "hmm...apa acaranya khusus dan mewajibkan tamunya menginap ?"

    "entahlah aku malas membacanya." kataku lagi.

    Lani mengambil kartu dariku dan dengan senang hati membacanya, mengejek.

    "oh..ya..acara satu malam, formal dan kau harus membawa undangan-nya saat tiba dihotel

    nanti. sudah tentu kau harus menginap karna tidak mungkin kau akan pulang setelahnya kan.

    aku tau hotel ini di luar kota." Lani mengulurkan kartu itu padaku.

    "apa kau akan mengajak suamimu ?" katanya lagi.

    "mhmm... dan bisa kau pesankan setelan jas untuknya ?, aku yakin tidak memiliki pakaian

    seperti itu."

    "tentu..tentu aku bisa melakukan-nya, bagus kau minta tolong padaku. kalau kau yang

    melakukan-nya pasti akan buruk." Lani tersenyum mencibir padaku.

    "terserah kau saja, tolong cepat ya." aku menghembus nafas kesal.

    "ngomong-ngomong memangnya kau punya gaun formal ?, gayamu kan cuma kaus dan

    celana jins" dia menatap lekat padaku.

    "ahh..itu ya aku akan pakai karung goni nanti," itu benar-benar membuat Lani tertawa keras.

    ********

    tujuanku jelas ingin menemui Altair, memberitahunya agar ikut denganku kepesta orang-

    orang yang saling memamerkan kekayaan dan kekuasaan. tapi aku rasa aku hampir sampai

    dan melihat Altair berdiri didepan kandang sapi. berpangku sebelah tangan pada tiang

    kandang dan bertitik peluh.

    tersenyum dan berbicara dengan seorang gadis yang arahnya membelakangiku, bekulit putih

     pucat, langsing dengan rambut coklat tua dikuncir kuda. memakai kaus toska dan jins hitam.

    dari jarak beberapa meter kurasa dia tidak akan melihatku yang masih berdiri dijalan setapakdan terhalang beberapa pohon dan tanaman rambat.

     beberapa menit aku berdiri dan melipat tangan dibawah dadaku. memperhatikan-nya bicara,

     banyak tersenyum dan tertawa sesekali. sepertinya menyenangkan sekali, bahkan terlihat

    sangat bahagia. siapa gadis itu ? teman atau kekasihnya.

    sejujurnya seleraku ingin bicara padanya jadi hilang, bagus......... tadi aku kesal pada Marlen

    yang tiba-tiba datang dengan perkataan-nya yang lebih banyak memuakkan dan sekarang

     bertambah kesal pada Altair yang bicara senang pada seorang gadis.

  • 8/18/2019 Love or Karma ? part 1

    36/87

    tunggu, kenapa juga aku harus kesal dia bicara dengan gadis itu. apa hak-ku untuk tidak

    menyukainya. mau pada siapapun dia bicara aku tidak perlu ikut campur. mungkin emosiku

    saja sedang terganggu hari ini, ya sudah jelas itu.

    aku memutar tubuh dan melangkah cepat menuju mobil, aku akan pulang saja.

     perjalanan kerumah terasa sangat lama, sesekali aku mengomel karna pengendara lain yang

    tidak tertib seenaknya melintas didepanku.

    sampai dirumah aku menyerbu masuk kekamar dan menghempaskan tubuhku diatas ranjang.

    nah, ini lebih baik. tanpa melepas sepatu kets-ku berbaring telentang, ah...andaikan saja

    sekarang aku berada dikutub dan tubuhku dlingkup es tebal pasti menyenangkan jika sedang

    kesal begini.

     posisiku sekarang sudah berubah, berbaring miring dan selimut satin putihku sudah setengah

    tubuh menutupiku. aku menarik pelan tubuhku sendiri untuk duduk, mengedarkan selimut

    ditubuhku keposisi lain. dan sepatuku juga sudah tak ada lagi dikakiku.

    apa aku lupa mengunci pintu kamarku. juga ternyata aku tertidur lama sekali, dari sore waktu

    aku pulang sampai pagi ini. hawa sejuk dibalik cahaya tipis berbayang digorden kamarku

    mengatakan kalau hari masih sangat pagi.

    aku melompat turun dari ranjang. membersihkan diri dikamar mandi, setelah selesai aku

    meraih gaun putih berbahan ringan selutut yang satu-satunya aku punya dalam jenis ini.

    itupun ayah yang membelikan-nya untukku. ini kedua kalinya aku memakai gaun santai ini.

    rambutku masih basah, aku biarkan terurai.

    akibat paksaan dari perut, aku memutuskan mencari sesuatu yang bisa dimakan didapur. hari

    masih terlalu pagi, aku yakin Altair belum bangun. saat didapur aku berdiri berkacak

     pinggang mengedarkan pandangan sekeliling ruangan, pandanganku berhenti dimeja makan.

    aku mendekatinya tanpa duduk dikursi, aku membuka tudung yang menelungkup disitu.

    ternyata sudah ada sepiring nasi goreng masih panas dan teh hangat. apa dia sudah pergi

    sepagi ini ?.

    sontak aku berlari menuju kamarnya dan mendorong kasar pintunya. aktifitas memasang kaus

    kerjanya terhenti dan menatapku bingung. aku melihat lekuk-lekuk tubuhnya yang tegap, aku

    tidak bisa membayangkan jika kedua tangan-nya yeng terlihat keras itu mematahkan

    tulangku, aku bergidik ngeri. cukup, bukan waktunya untuk berpikir yang tidak penting.

    "ada apa ?" seketika pikiran ngeri berubah menjadi terlena mendengar suaranya yang tenang

    dan lembut. sama seperti tatapan matanya.

    semenjak percakapan pagi hari dua bulan lalu, kami tidak ada bicara banyak lagi. akan bicara

    dua atau tiga kata jika diperlukan.

    kesal, benci, muak juga rindu ingin bicara dengan-nya.

    "kau akan pergi bekerja sepagi ini ?," aku mendempetkan bahu sebelah k