Click here to load reader
Upload
anita-puspita
View
1.837
Download
69
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Pendahuluan
Keperawatan Medikal Bedah
Klien Dengan Ameloblastoma
Disusun Oleh :
Nama : Anita Puspitaningtias
NIM : 10.851
TK / SMT : III / V
Prodi D III Keperawatan
Akkes Asih Husada
Semarang
2012
1
Laporan Pendahuluan
Keperawatan Medikal Bedah
Klien Dengan Ameloblastoma
A. Definisi
Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial,
gingival mucosa atau gengivomaxillary yang muncul pada gigi (Willis,
1948).
Ameloblastoma, sebelumnya disebut adamtinoma, suatu jinak
epithelial lokal penyerbuan odontogenic tumor, tumbuh perlahan dan
persistently. Tumor yang relatif jarang, terjadi sekitar 1% dari semua
tumor lisan (Ackerman et al., 1988).
Tumor Ameloblastoma adalah dari odontogenic epithelium. Ini
merupakan tumor dari antara ganas potensi yang terletak di zona abu-abu
antara jinak dan tumor ganas (Rosai, 1996).
Tumor ini jarang bersifat ganas. Ameloblastoma berkembang di
rahang, sering di tempat ketiga geraham, dan mungkin melibatkan jaringan
dari soket-soket mata atau sinuses.
Ameloblastoma adalah tumor jinak epitel yang bersifat infiltratif,
tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik. Lebih dari 75%
terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi akibat
adanya kista folikular (Arif, 2001).
B. Etiologi
Penyebab utamanya belum dapat ditentukan. Kemungkinan
penyebab dari ameloblastoma yaitu riwayat infeksi gigi, infeksi gusi,
trauma gusi, Ameloblastoma terjadi di semua kelompok usia. Luka yang
paling sering didiagnosis pada dekade ketiga dan keempat. Hal ini
2
biasanya gigi terjadi di daerah peluru dari mulut dan X-ray muncul sebagai
cystic luka. Tumor menunjukkan tanda kesukaan untuk rahang bawah
dengan jumlah lebih besar yang dapat sebagai tinggi sebagai 99,1%
(Adekeye & McLavery, 1986). Tumor sering asimptomatik, presentasi
sebagai kebetulan ditemukan pada X-ray.
C. Tanda dan Gejala
1. Muka bengkak
2. Sakit
3. Malocclusion
4. Loosening dari gigi
5. Sakit saat menggunakan gigi palsu
6. Maloklusi
7. Deformitas wajah
(Adekeye, 1980).
D. Patofisiologi
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul,
berdiferensiasi baik. Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya
regio molar dan sisanya terjadi akibat adanya kista folikular.
E. Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis berdasarkan:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik dan neurologis
3. Pemeriksaan penunjang, yaitu:
a. X-ray kepala
X-ray, yang menghasilkan satu-dimensi gambar kepala dan
leher untuk membantu dokter cari tidak normal di rahang.
3
b. CT scan (computed tomography scan)
CT scan, yang menghasilkan gambar dua dimensi dari
kepala dan leher yang dapat mengungkapkan apakah
ameloblastoma telah invaded tisu atau organ lain.
c. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI Scan, yang menggunakan magnet dan gelombang
radio untuk membuat gambar 3 dimensi yang dapat
mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter
juga menggunakan MRI Scan untuk menentukan apakah
ameloblastoma telah menyebar ke rongga mata atau sinuses.
d. Tumor marker (penanda tumor)
F. Komplikasi
Komplikasi dini paska operasi:
1. Jalan nafas bisa terjadi gangguan pada reseksi mandibula sentral (C)
bila insersi m genioglosus tidak ditautkan ke depan lagi sehingga lidah
akan jatuh ke posterior dan akan menimbulkan obstruksi jalan nafas.
Edema yang hebat terutama pada struktur di sekitar epiglotis yang
menyebabkan pasien tidak bisa mengontrol jalan nafasnya.
2. Perdarahan dapat menyebabkan syok hipovolemik pada pembedahan
kepala leher. Hemostasis dengan melakukan ligasi baik arteri maupun
vena, jangan hanya dengan koagulasi listrik saja. Perdarahan dapat
terjadi pada daerah yang direseksi maupun pada tempat yang
direkonstruksi. Pasang redon drain.
3. Infeksi, diminimalkan dengan menghindari penumpukan cairan,
dengan pemasangan vakum drain. Perencanaan operasi dan teknik
pembedahan yang baik juga memegang peranan dalam mengontrol
infeksi di samping penggunaan antibiotika.
4
4. Hematoma, akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan
dehisensi luka. Kontrol perdarahan yang baik dan pemasangan drain
akan mengurangi resiko terjadinya hematoma
5. Fistula, lakukan penjahitan yang rapat pada mukosa terutama pada
tempat ujung-ujung reseksi mandibula
6. Nekrosis flap
Komplikasi lanjut paska operasi:
1. Kebanyakan merupakan kelanjutan dari komplikasi dini. Pada reseksi
mandibula komplikasi ini terutama berkaitan dengan masalah bicara
dan menelan.
2. Problem psikologikal dapat terjadi pada pasien-pasien ini karena
ketidakmampuannya berkomunikasi dengan baik. Kesulitan makan
adalah salah satu masalah pada pasien dengan reseksi mandibula.
3. Rekonstruksi mandibula di sini semata tidak hanya ditujukan untuk
memperbaiki jaringan yang direseksi tetapi juga aspek rehabilitasi
fungsinya.
G. Penatalaksanaan
Ameloblastoma mempunyai reputasi untuk mengalami
kekambuhan kembali setelah dsingkirkan.Hal ini disebabkan sifat lesi
tersebut menginvasi secara lokal pada penyingkiran yang tidak adekuat.
1. Enukleasi
Enukleasi merupakan penyingkiran tumor dengan mengikisnya
dari jaringan normal yang ada disekelilingnya.Lesi unikistik, khususnya
yang lebih kecil hanya memerlukan enukleasi dan seharusnya tidak
dirawat secara berlebihan.
2. Eksisi Blok
5
Kebanyakan ameloblastoma seharusnya dieksisi daripada
enukleasi.eksisi dalam suatu blok tulang didalam kontunuitas rahang
dianjurkan jika ameloblastoma tersebut kecil.Apabila perlu dikorbankan
mandibula yang cukup besar yang terlibat ameloblastoma dan bila tidak
menimbulkan perforasi mukosa oral, maka suatu eksisi blok
kemungkinan dengan cangkok tulang segera.
3. Osteotomi Periperal
Osteotomi peripheral merupakan suatu prosedur yang mengeksisi
tumor yang komplit tetapi pada waktu yang sama suatu jarak tulang
dipertahankan untuk memelihara kontuinuitas rahang sehingga kelainan
bentuk, kecacatan dan kebutuhan untuk pembedahan kosmetik
sekundser dan resorasi prostetik dapat dihindari. Prosedur tersebut
didasari pada observasi yang mana batas inferior kortikal dari badan
horizontal, batas posterior dari ramus asenden dan kondilus tidak secara
keseluruhan di invasi oleh proses tumor. Daerah ini tahan dan kuat
karena terdiri dari tulang kortikal yang padat. Regenerasi tulang akan
dimulai dari daerah tersebut meskipun hanya suatu rim tipis dan tulang
yang tersisa.
4. Reseksi Tumor
Reseksi tumor sendiri dari reseksi total dan reseksi segmental
termasuk bemimaksilektomi dan bemimandibulektomi.Apabila
ameloblastoma ditemukan pada pemeriksaan, serta dapat dijumpai
adanya perubahan kembali serta aktifitas lesi yang baru setelah operasi
maka pada kasus tersebut harus direseksi.
5. Kauterisasi
Kauterisasi merupakan pengeringan atau elektrokoagulasi lesi,
termasuk sejumlah jaringan normal disekelilingnya.Kauterisasi tidak
6
umum digunakan sebagai bentuk terapi primer, namun meru[pakan
terapi yang lebih efektif dibandind kuretase.
H. Fokus Pengkajian
Pengkajian Data
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan
singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian
data dasar menurut Doenges (2000), adalah:
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma).
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera
makan.
7
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental, Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi
yang berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot
aksesoris.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat gelisah.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang
gerak.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
post operasi.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya proses peradangan, luka insisi
pembedahan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh.
8
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan
menelan makanan, nyeri area rahang.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri luka operasi.
6. Gangguan komunikasi verbal b.d adanya massa di area mulut.
7. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satu anggota tubuh.
J. Intervensi dan Rasional
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
Intervensi
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital.
Rasional : untuk mengidentifikasi defisit volume cairan.
b. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan
vitamin.
Rasional : mengidentifikasi keadaan perdarahan.
c. Kaji tetesan infus.
d. Rasional : awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan
cairan.
e. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional : cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan
nuitrisi tubuh.
f. Tranfusi darah.
9
Rasional : menggantikan darah yang keluar.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen
Tujuan : Nyeri Teratasi
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri.
Rasional : mengetahui tingkat nyeri klien.
b. Beri posisi semi fowler.
Rasional : mengurngi distensi abdomen.
c. Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi.
Rasional : membantu mengurangi rasa nyeri dengan
mmengalihkan perhatian.
d. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional : analgetik membantu mengurangi rasa nyeri.
e. Managemant lingkungan yang nyaman.
Rasional : lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa
nyaman klien
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh, inkontinuetas jaringan.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda infeksi.
10
Rasional : mengidentifikasi adanya risiko infeksi lebih dini.
b. Kaji keadaan luka.
Rasional : keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat
mengurangi resiko infeksi.
c. Kaji tanda-tanda vital
Rasional : suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses
infeksi.
d. Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi.
Rasional : teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi
nosokomial.
e. Kolaborasi pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri dari luar.
11
DaftarPustaka
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2.
EGC: Jakarta.
Carpenito, LJ. (1998). Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek
Klinis. Jakarta: Edisi 6. EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidayat. (1997). Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC.
12
KONTRAK BELAJAR
Disusun Oleh :
Nama : Anita Puspitaningtias
NIM : 10.851
TK/SMT : III / V
PRODI D III KEPERAWATAN
AKKES ASIH HUSADA
SEMARANG
13
2012
14
KONTRAK BELAJAR
Nama : Anita Puspitaningtias
NIM : 10.851
Ruang : Ruang A2 / RSUP Dr. Kariadi Semarang
Tujuan
Umum
Tujuan
Khusus
Sumber Pembelajaran Strategi
Bimbingan
Perencanaan
Tujuan
Kerangka Waktu
Setelah
menjalankan
praktek
pembelajara
n klinik di
Ruang
Bedah
Wanita dan
Anak RSUP
Dr. Kariadi
diharapkan
saya mampu
memahami
tentang
penyakit
Ameloblasto
ma.
Setelah
menjalankan
praktek
pembelajara
n klinik di
Ruang
Bedah
Wanita dan
Anak RSUP
Dr. Kariadi
diharapkan
saya
mampu :
1. Melakuk
an
pengkaji
an
terhadap
klien
dengan
Amelobl
astoma.
2. Melakuk
Bruner & Suddarth. (2001).
Buku Ajar
Keperawatan Medikal
Bedah, volume 2.
EGC: Jakarta.
Carpenito, LJ. (1998). Buku
saku: Diagnosa
Keperawatan Aplikasi
Pada Praktek Klinis.
Jakarta: Edisi 6. EGC.
Doenges. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan:
Pedoman untuk
perencanaan dan
Pendokumentasian
perawatan pasien.
Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2001).
Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid
1.UI: Media.
Price, Sylvia A. (2006).
Patofisiologi. Jakarta:
EGC.
Untuk
mencapai
tujuan tersebut
saya akan :
1. Membaca
buku
referensi.
2. Mencari
informasi
dari
internet.
3. Diskusi
dan konsul
dengan
dosen
pembimbin
g.
4. Diskusi
dan konsul
dengan CI.
Saya mampu
melaksanakan
seperti yang
sudah disebutkan
dalam tujuan
dengan bukti :
1. Tersusunnya
kontrak
belajar.
2. Tersusunnya
laporan
pendahuluan
askep klien
dengan
Ameloblasto
ma.
3. Tersusunnya
laporan
kasus askep
klien
dengan
Ameloblasto
Waktu yang saya
tetapkan untuk
mencapai tujuan
tersebut adalah :
1. Hari I :
- Observasi
ruangan dan
pasien.
- Mengumpulk
an LP dan
Kontrak
belajar.
2. Hari II :
- Melakukan
pengkajian
pasien.
- Melakukan
pemeriksaan
fisik.
15
an
pemeriks
aan fisik
terhadap
klien
dengan
Amelobl
astoma.
3. Melakuk
an
asuhan
keperawa
tan pada
klien
dengan
Amelobl
astoma.
Sjamsuhidayat. (1997). Buku
Ajar Bedah. Jakarta:
EGC
Smeltzer & Bare. (2002).
Buku ajar
keperawatan medikal
bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
ma.
4. Ditandatang
aninya
target-target
kompetensi.
3. Hari III :
- Melakukan
tindakan dan
evaluasi
terhadap
klien.
4. Hari IV :
- Mengumpulk
an LK.
5. Hari V :
- Responsi
dengan CI.
6. Hari VI :
- Meminta
tanda tangan
dan nilai
kepada CI.
Semarang, 24 September 2012
Dosen Pembimbing Pembimbing Klinik Mahasiswa
( ) ( ) ( Anita P )
16