Upload
silvi-anita-uslatu-r
View
38
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
KEPERAWATAN
Citation preview
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula
pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
kemungkinan timbulnya beberapa golongan penyakit misalnya penyakit gout
arthritis atau penyakit asam urat.
Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai penyakit gout merupakan suatu
penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam
tubuh. Penyakit gout terutama menyerang sendi dapat juga disebut sebagai Gout
Arthritis. Penyakit Gout Arthritis merupakan penyakit metabolik, yaitu penyakit
yang disebabkan oleh gangguan metabolisme, yang dalam hal ini ialah gangguan
metabolisme asam urat.
Gout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan sesudah
menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak diternui pada usia
50-60. Gout lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen penderita gout
adalah pria.
Gout Akut biasanya timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda awal serangan gout
adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien juga menderita demam
dan jumlah leukosit meningkat. Meskipun yang paling sering terserang mula-mula
adalah ibu jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga terserang. Dengan semakin
berlanjutnya penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki
dan siku dapat terserang gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh sendiri.
Kebanyakan gejala-gejala serangan akut akan berkurang setelah 10-14 hari
walaupun tanpa pengobatan.
Selain itu juga, kita perlu mengetahui mengenai Penyakit Jantung Koroner
(PJK) yang banyak diderita oleh para lansia. Masalah penyakit jantung sekarang
ini makin meningkat salah satu dari gangguan pada jantung adalah gangguan
jantung koroner. Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit
2
jantung artherostrofik) itu sendiri merupakan suatu manifestasi khusus dan
arterosclerosis pada arteri koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat
terbentuk didalam arteri, menutup dan membuat aliran darah dan oksigen yang
dibawanya menjadi kurang untuk disuplai ke otot jantung. Plaque terbentuk pada
percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak
jarang pada arteri sirromflex.
Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun
sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi
kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat
pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk
menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya
penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen
(angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct)
(Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi Artritis Gout dan Penyakit Jantung Koroner (PJK)?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi Artritis Gout dan Penyakit Jantung Koroner
(PJK)?
1.2.3 Apa manifrstasi klinis Artritis Gout dan Penyakit Jantung Koroner (PJK)?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi Artritis dan Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Gout?
1.2.5 Apa saja komplikasi Artritis Gout dan Penyakit Jantung Koroner (PJK)?
1.2.6 Apa saja pencegahan dan penanganan Artritis Gout dan Penyakit Jantung
Koroner (PJK)?
1.2.7 Bagaimana pathway terjadinya Artritis Gout dan Penyakit Jantung Koroner
(PJK)?
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan Artritis Gout dan Penyakit Jantung
Koroner (PJK)?
3
1.3 Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini untuk mengetahui bagaimana gambaran
penyakit Artritis Gout dan Penyakit Jantung Koroner (PJK) serta mengenai
bagaimana penanganan penyakit tersebut, serta peran apa yang dapat dilakukan
oleh seorang perawat terkait dengan asuhan keperawatan yang diberikan.
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini adalah memberikan pengetahuan bagi tenaga kesehatan
khususnya seorang perawat mengenai Artritis Gout dan Penyakit Jantung Koroner
(PJK) serta cara penanganan penyakit tersebut dan peran yang dapat dilakukan
terkait dengan layanan asuhan keperawatan yang diberikan.
4
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Teori Arthritis Gout
2.1.1 Definisi Artritis gout (asam urat)
Artritis gout adalah kelompok penyakit heterogen akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat dalam cairan
ekstraseluler (Tehupeior, 2006).
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat
dari hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat)
disebabkn karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari
ginjal. Gout mungkin primer atau sekunder. (ghalapulla gea).
2.1.2 Epidemiologi Artritis gout (asam urat)
Arthritis gout lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan,
puncaknya pada dekadeke-5. Di Indonesia, arthritis gout terjadi pada usia yang
lebih muda, sekitar 32% pada pria berusiakurang dari 34 tahun. Pada wanita,
kadar asam urat umum nya rendah dan meningkat setelah usiamenopause.
Prevalensi arthritis gout di Bandungan, Jawa Tengah, prevalensi pada kelompok
usia15-45 tahun sebesar 0,8%; meliputi pria 1,7% dan wanita 0,05%. Di Minahasa
(2003), proporsikejadian arthritis gout sebesar 29,2% dan pada etnik tertentu di
Ujung Pandang sekitar 50% penderita rata-rata telah menderita gout 6,5 tahun
atau lebih setelah keadaan menjadi lebih parah.
2.1.3 Patofisiologi arthritis gout (asam urat)
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa
kurang dari 7 mg/dL dan pada wanita kurang dari 6 mg/dL. Dan apabila
konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7,0 mg/dL dapat menyebabkan
penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan
dengan peningkatan atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam
serum. Jika kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon
5
inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya
serangan yang berulang-ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang
dinamakan thopi akan mcngendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki,
tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefiolfiiasis urat (batu ginjal) dengan
disertai penyakit ginjal kronis. Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi
yang asimtomatik menunjukkan bahwa faktor-faktor non-kristal mungkin
berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan
tersalut dengan immunoglobulin yang terutama berupa IgG. Dimana IgG akan
meningkatkan fagositosis kristal dan dengan demikian dapat memperlihatkan
aktifitas imunologik.
Perjalanan penyakit asam urat mempunyai 4 tahapan, yaitu :
a. Tahap 1 (Tahap Gout Arthritis akut)
Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan arthritis yang khas
untuk pertama kalinya. Serangan artritis tersebut akan menghilang tanpa
pengobatan dalam waktu sekitar 5-7 hari. Bila dilakukan pengobatan maka
akan lebih cepat menghilang. Karena cepat menghilang maka penderita
sering menduga kakinya hanya keseleo atau terkena infeksi, sehingga tidak
menduga terkena penyakit gout arthritis dan tidak melakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Pada pemeriksaan kadang-kadang tidak ditemukan ciri-ciri
penderita terserang penyakit gout arthritis. Ini karena serangan pertama
berlangsung sangat singkat dan dapat sembuh dengan sendirinya (self-
limiting), maka penderita sering berobat ke tukang urut dan pada saat
penderita sembuh, penderita menyangka hal ini dikarenakan hasil
urutan/pijatan. Namun jika dilihat dari teori, nyeri yang diakibatkan asam
urat tidak boleh dipijat ataupun diurut, tanpa diobati atau diurut sekalipun
serangan pertama kali ini akan hilang dengan sendirinya.
b. Tahap 2 (Tahap Gout interkritikal)
Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu
tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang waktu
1-10 tahun. Namun rata-rata rentang waktunya antara 1-2 tahun.
Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan seseorang lupa
6
bahwa dirinya pernah menderita serangan gout Arthritis akut. Atau
menyangka serangan pertama kali yang dialami tidak ada hubungannya
dengan penyakit Gout Arthritis.
c. Tahap 3 (Tahap Gout Arthritis Akut Intennitten)
Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun tanpa
gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan
serangan arthritis yang khas seperti diatas. Selanjutnya penderita akan
sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu
dengan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama serangan
makin lama makin panjang, dan jumlah sendi yang terserang makin
banyak. Misalnya seseorang yang semula hanya kambuh setiap setahun
sekali, namun bila tidak berobat dengan benar dan teratur, maka serangan
akan makin sering terjadi biasanya tiap 6 bulan, tiap 3 bulan dan
seterusnya, hingga pada suatu saat penderita akan mendapat serangan
setiap hari dan semakin banyak sendi yang terserang.
d. Tahap 4 (tahap Gout Arthritis Kronik Tofaceous)
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau
lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi yang
sering meradang yang disebut sebagai Thopi. Thopi ini berupa benjolan
keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal
monosodium urat. Thopi ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi
dan tulang disekitarnya. Bila ukuran thopi semakin besar dan banyak akan
mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.
2.1.4 Manifestasi Klinis arthritis gout (asam urat)
Adapun manifestasi klinis arthritis gout adalah sebagai berikut.
a. Hiperurisemia asimptomatik
1) Pada stadium ini kadar asam urat tinggi.
2) Tidak ada gejala arthritis, trofi, urolitiasis
b. Arthritis gout akut
1) Perjalanannya eksplosif, diduga ada faktor presipitasi.
7
2) Serangan bersifat monoartikuler (menyerang satu sendi saja).
3) Serangannya biasanya pada malam hari.
4) Self-limiting dalam 10 hari -> jika diobati sembuh dalam 3 hari.
5) Kadar asam urat tidak selalu tinggi dalam darah.
6) Pada pria timbul pada usia 30-45tahun, wanita pada saat
pascamenopause.
c. Interkritikal gout
1) Fase tenang setelah serangan pertama.
2) Berlangsung 6 bulan-2 tahun, bahkan sampai 5 atau 10 tahun.
3) Pada fase ini dapat terjadi kerusakan sendi.
d. Arthritis pirai kronik dengan tofus
1) Mulai dari serangan pertama sampai kronisitas memerlukan
waktu11 tahun.
2) Serangan bersifat poliartikuler.
3) Tofus terbentuk bila kadar asam urat >9mg%, terdiri dari
monosodium urat yang dikelilingioleh sel inflamasi.
4) Lokasi tofus: tulang rawan, tendon, sinovial, lemak, katup
mitral,miokard, mata dan laring.
5) Tofus subkutan bisa ditemukan pada jari, pergelangan
tangan,telinga, prepatella dan olecranon.
2.1.5 Pencegahan dan Penanganan arthritis gout (asam urat)
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan pasien untuk mencegah penyakit
atritis gout menurut Misnadiarly (2007) adalah sebagai berikut:
a. Diet
Diet yang dilakukan adalah mencegah asupan makanan sebagai berikut:
1) minuman fermentasi dan mengandung alcohol seperti bir, wiski,
anggur tape, dan tuak;
2) makanan laut seperti udang, remis, iram, dan keloting;
3) berbagai makanan kaleng;
4) berbagai jeroan (hati, ginjangl, jantung, otak, paru, limpa, dan usus);
8
5) buah-buahan tertentu seperti durian, alpukat, dan es kelapa muda;
6) ikan, daging ayam, daging kambing, daging sapi;
7) tempe, emping, oncom;
8) sayuran seperti brokoli, bayam, kangkung, kol dan tauge.
b. Obat dan konsultasi dengan dokter secara teratur bila ada penyakit seperti
hipertensi, hiperlipidemia, diabetes militus, dan obesitas.
Pengobatan Artritis Gout dapat dilakukan dengan obat modern maupun
obat konvensional. Adapun obat-obatnya adalah sebagai berikut:
a. Obat Modern
Adapun obat-obat modern tersebut adalah sebagai berikut:
1) Obat anti inflamasi non-steroid
Berfungsi sebagai pengatas nyeri sendi akibat proses peradangan
2) Kortikosteroid
Berfungsi sebagai obat anti radang dan menekan reaksi imun
3) Imunosupresif
Berfungsi untuk menekan reaksi imun. Obat ini jarang digunakan
karena memiliki efek samping cukup berat, yaitu dapat menimbulkan
kanker dan bersifak toksik bagi ginjal maupun hati
4) Suplemen antioksidan
Sebagai asupan vitamin dan mineral yang berkasiat untuk mengobati
asam urat.
b. Obat tradisional
Menurut Saraswati (2009) dalam Muhammad (2010), obat-obatan
tradisional yang dapat mengatasi asam urat adalah sebagai berikut:
1) Mengkudu
Buah ini dapat menghambat enzim (COX-2) yang dapat
menghilangkan rasa nyeri dan juga terdapat sifat antiinflamasi.
9
2) Sambiloto
Memberikan efek anti radang, menghilangkan nyeri dan penawar
racun.
3) Kumis kucing
Efeknya anti radang, peluruh kemih, menghancurkan batu ginjal dari
Kristal asam urat
4) Daun salam
Efeknya adalah sebagai peluruh kencing dan penghilang nyeri.
5) Jahe merah
Efeknya adalah anti radang, dan melancarkan sirkulasi darah.
6) Kunyit.
Efeknya adalah anti radang, menghilangkan nyeri dan melancarkan
darah dan vital energy.
7) Daun sirsak
Sebagai antioksidan untuk mencegah inflamasi dan mencegah nyeri
sendi
c. Pengobatan Modalitas
1) Kompres hangat
Dengan diberikan kompres hangat, dapat sebagai vasodilatasi
sehingga nyeri akan berkurang ataupun hilang (Potter & Perry, 2005).
2) Olah raga
Pelepasan endorphin alami dapat meningkat pada saat olah raga
teratur dan dapat melepaskan prostaglandin, selain itu juga dapat
menguatkan kadar beta endrofin yaitu zat kimia otak yang berfungsi
meredakan rasa sakit (Sadoso, 1998).
3) Berhenti merokok dan mengonsumsi alcohol
Merokok dapat mengakibatkan durasi nyeri semakin berat, hal ini
berkaitan dengan peningkatan volume dan durasi perdarahan selama
nyeri.
10
Menurut Hayes dan Kee (1996) obat arthritis gout adalah sebagai berikut.
a. Kolkisin
Kolkisin adalah obat antiinlamasi yang dapat menghambat migrasi leokosit
ke tempat terjadinya inflamasi. obat ini tidak boleh digunakan oleh klien
dengan penyakit ginjal berat, jantung, atau keluhan gastrointestinal. Untuk
dewasa PO 0,6-2 mg/hari.
b. Alopurinol
Merupakan obat antiinflamasi, tetapi obat ini menghambat tahap akhir dari
biosintesis asam urat sehingga menurunkan kadar asam urat serum,
mencegah terjadinya serangan. Obat ini dianjurkan untuk pasien dengan
gangguan ginjal. Untuk Dewasa dengan arthritis gout ringan PO 200-300
mg/hari sedangkan untuk arthritis gout berat PO 400-600 mg/hari.
c. Urikosurik
Obat ini berfungsi sebagai penambah laju ekskresi asam urat dengan
menghambat reabsorbsi. Dosis pada dewasa PO 500-2000 mg/hari.
2.1.6 Komplikasi arthritis gout (asam urat)
Adapun komplikasinya adalah sebagai berikut.
a. Radang sendi akibat asam urat (gouty arthritis)
Komplikasi hiperurisemia yang paling dikenal adalah radang sendi
(gout). Telah dijelaskan sebelumnya bahwa, sifat kimia asam urat
cenderung berkumpul di cairan sendi ataupun jaringan ikat longgar.
Meskipun hiperurisemia merupakan faktor resiko timbulnya gout, namun
hubungan secara ilmiah antara hipemrisemia dengan serangan gout akut
masih belum jelas. Athritis gout akut dapat terjadi pada keadaan
konsentrasi asam urat serum yang normal. Akan tetapi, banyak pasien
dengan hipemrisemia tidak mendapat serangan athritis gout.
Gejala klinis dari Gout bermacam-macam yaitu, hiperurisemia tak
bergejala, serangan akut gout, gejala antara (intercritical), serangan gout
berulang, gout menahun disertai tofus.
11
Keluhan utama serangan akut dari gout adalah nyeri sendi yang
amat sangat yang disertai tanda peradangan (bengkak, memerah, hangat
dan nyeri tekan). Adanya peradangan juga dapat disertai demam yang
ringan. Serangan akut biasanya puncaknya 1-2 hari sejak serangan pertama
kali. Namun pada mereka yang tidak diobati, serangan dapat berakhir
setelah 7-10 hari. Serangan biasanya berawal dari malam hari. Awalnya
terasa nyeri yang sedang pada persendian. Selanjutnya nyerinya makin
bertambah dan terasa terus menerus sehingga sangat mengganggu.
Biasanya persendian ibu jari kaki dan bagian lain dari ekstremitas
bawah merupakan persendian yang pertama kali terkena. Persendian ini
merupakan bagian yang umumnya terkena karena temperalurnya lebih
rendah dari suhu tubuh dan kelarutan monosodium uratnya yang
berkurang. Trauma pada ekstremitas bawah juga dapat memicu serangan.
Trauma pada persendian yang menerima beban berat tubuh sebagai hasil
dari aktivitas rutin menyebabkan cairan masuk ke sinovial pada siang hari.
Pada malam hari, air direabsorbsi dari celah sendi dan meninggalkan
sejumlah MSU.
Serangan gout akut berikutnya biasanya makin bertambah sesuai
dengan waktu. Sekitar 60% pasien mengalami serangan akut kedua dalam
tahun pertama, sekitar 78% mengalami serangan kedua dalam 2 tahun.
Hanya sekitar 7% pasien yang tidak mengalami serangan akut kedua
dalam 10 tahun. Pada gout yang menahun dapat terjadi pembentukan tofi.
Tofi adalah benjolan dari kristal monosodium urat yang menumpuk di
jaringan lunak tubuh. Tofi merupakan komplikasi lambat dari
hiperurisemia. Komplikasi dari tofi berupa nyeri, kerusakan dan kelainan
bentuk jaringan lunak, kerusakan sendi dan sindrom penekanan saraf.
b. Komplikasi Hiperurisemia pada Ginjal
Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal,
gangguan ginjal akut dan kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi
sekitar 10-25% pasien dengan gout primer. Kelarutan kristal asam urat
meningkat pada suasana pH urin yang basa. Sebaliknya, pada suasana urin
12
yang asam, kristal asam urat akan mengendap dan terbenluk batu.. Gout
dapat merusak ginjal, sehingga pembuangan asam urat akan bertambah
buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari
penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi tumor.
Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan asam urat pada
duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut.
Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan
gangguan ginjal kronik.
2.2 Tinjauan Teori Penyakit Jantung Coroner (PJK)
2.2.1 Definisi Penyakit jantung koroner (PJK)
Penyakit jantung koroner adalah keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan miokardium atas oksigen dengan penyediaan
yang diberikan oleh pembuluh darah koroner (Nazpi, 2010).
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dimana tersumbatnya
aliran pembuluh darah koroner jantung akibat penimbunan zat lemak
(arteriosclerosis) karena tidak cukupnya suplai darah yang mengandung oksigen
untuk menghidupkan jantung, maka terjadi ancaman otot jantung yang bisa
menimbulkan kematian mendadak (Ronald H. Sitorus, 2006).
2.2.2 Epidemiologi Penyakit jantung koroner (PJK)
Menurut Raharjoe (2011), penyakit kardiovaskuler adalah penyebab
mortalitas tertinggi di dunia. Dimana dilaporkan sebanyak 30% dari mortalitas
global. Pada tahun 2010, penyakit kardiovaskular kira-kira telah membunuh 18
juta orang, 80% terdapat di negara berkembang, seperti Indonesia. Penyakit
kardiovaskular yang paling sering salah satunya adalah PJK. Data statistik
menunjukkan bahwa pada tahun 1992 persentase penderita PJK di Indonesia
adalah 16,5% dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 26,4% (Suryono, 2010).
Berdasarkan Suryono (2010) dan Raharjoe (2011) dapat disimpulkan bahwa akan
terjadi peningkatan yang signifikan setiap tahunnya.
13
2.2.3 Etiologi Penyakit jantung koroner (PJK)
Penyakit jantung koroner disebabkan karena ketidakseimbangan antara
kebutuhan O2 sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot
jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner.
Penyaluran O2 yang kurang dari arteri koroner akan menyebabkan kerusakan sel
otot jantung. Hal ini disebabkan karena pembentukan plak arteriosklerosis. Sebab
lain dapat berupa spasme pembuluh darah atau kelainan kongenital.
Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan
kematian sel otot jantung yaitu disebut infark jantung akut yang irreversibel (tidak
dapat sembuh kembali). Hal ini juga dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung
dengan manifestasinya adalah nyeri.
Menurut Michael Petch (1991), penyebab penyakit jantung koroner
sebagai berikut :
a. Penyempitan dan sumbatan dari pembuluh darah nadi koroner
b. Proses yang sama mengenai pembuluh nadi otak akan menyebabkan
stroke, meskipun demikian pembuluh nadi di jantung terutama sangat peka
yang kemungkinan disebabkan karena terus bergerak-yang menyebabkan
tekanan pada dinding-dindingnya mempercepat proses penyakit tersebut.
c. Penyempitan pembuluh nadi disebabkan oleh penumpukan yang makin
lama makin banyak dari zat-zat lemak (lipid, kolestrol) langsung dibawah
lapisan terdalam (endothelium dari dinding pembuluh nadi-ini disebut
ateroma.
d. Ada kemungkinana lain yang menyebabkan penyempitan pembuluh nadi
koroner yaitu kontraksi otot dinding pembuluh nadi.
2.2.4 Faktor resiko Penyakit jantung koroner (PJK)
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di
golongkan secara logis sebagai berikut:
14
a. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus.
Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan
artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
b. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner
adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam
serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak
terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan &
Stamler, 1991).
c. Faktor resiko kecil dan lainnya
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak
menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit
jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak
diketahui benar-benar ada. Berbagai faktor resiko yang ada antara lain
kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan &
Stamler, 1991).
2.2.5 Klasifikasi Penyakit jantung koroner (PJK)
Terdapat beberapa klasifikasi penyakit jantung koroner:
a. Asimtomatik (Silent Myocardial Ischemia)
Penderita Silent Myocardial Ischemia tidak pernah mengeluh adanya nyeri
dada (angina) baik saat istirahat maupun beraktivitas. Ketika menjalani
EKG akan menunjukkan depresi segmen ST, pemeriksaan fisik dan vital
sign dalam batas normal.
b. Angina Pektoris
1) Angina Pektoris Stabil (STEMI)
Terdapat nyeri dada saat melakukan aktivitas berlangsung selama 1-5
menit dan hilang saat istirahat. Nyeri dada bersifat kronik (>2 bulan).
Nyeri terutama didaerah retrosternal, terasa seperti tertekan benda
berat atau terasa panas dan menjalar ke lengan kiri, leher, maksila,
15
dagu, punggung, dan jarang menjalar pada lengan kanan. Pada
pemeriksaan EKG biasanya didapatkan depresi segmen ST (Idrus,
2007).
2) Angina Pektoris tidak Stabil (NSTEMI)
Secara keseluruhan sama dengan penderita angina stabil. Tapi, nyeri
lebih bersifat progresif dengan frekuensi yang meningkat dan sering
terjadi saat istirahat. Pada pemeriksaan EKG biasanya didapatkan
deviasi segmen ST (Harun, Idrus, 2007).
c. Infark Miokard Akut (IMA)
Sering didahului dada terasa tidak enak (chest discomfort). Nyeri dada
seperti tertekan, teremas, tercekik, berat, tajam dan terasa panas,
berlangsung >30 menit bahkan sampai berjam-jam. Pemeriksaan fisik
didapatkan pasien tampak ketakutan, gelisah, tegang, nadi sering menurun
dan elektrokardiografi menunjukkan elevasi segmen ST.
2.2.6 Menifestasi Klinik Penyakit jantung koroner (PJK)
Palpitasi merupakan manifestasi penyakit jantung koroner meskipun tidak
spesifik. Manifestasi penyakit jantung koroner bervariasi tergantung pada derajat
aliran darah arteri koroner. Bila aliran koroner masih mencukupi kebutuhan
jaringan tidak akan menimbulkan keluhan/manifestasi klinik. Faktor yang
mempengaruhi besar dan sifat arus koroner antara lain keadaan anatomi dan faktor
mekanis, sistem autoregulasi dan tahanan perifer.
Adapun faktor pencetus yang menambah iskemia seperti, aktifitas fisik,
stress, dll. Angina pektoris yang spesifik merupakan gejala utama dan khas bagi
penyakit jantung koroner. Sesak nafas mulai dengan nafas terasa pendek sewaktu
melakukan aktifitas yang cukup berat, makin lama sesak makin bertambah. Pada
keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi gagal jantung, dengan gejala sebagai
berikut:
a. Beberapa hari atau minggu sebelumnya tubuh terasa tidak bertenaga, dada
tidak enak, waktu olahraga atau bergerak jantung berdenyut keras, napas
16
tersengal-sengal, kadang-kadang disertai mual, muntah dan tubuh
mengeluarkan banyak keringat.
b. Nyeri dada
Sakit dada kiri (angina) dan nyeri terasa berasal dari dalam. Nyeri dada
yang dirasakan pasien juga bermacam-macam seperti ditusuk-tusuk,
terbakar, tertimpa benda berat, disayat, panas. Nyeri dada dirasakan di
dada kiri disertai penjalaran ke lengan kiri, nyeri di ulu hati, dada kanan,
nyeri dada yang menembus hingga punggung, bahkan ke rahang dan leher.
c. Jantung berdebar (denyut nadi cepat).
d. Keringat dingin
e. Tenaga dan pikiran menjadi lemah, ketakutan yang tidak ada alasannya,
perasaan mau mati saja.
f. Tekanan darah rendah atau stroke
g. Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai 800 mg/dl atau lebih) bisa
menyebabkan pembesaran hati dan limpa dan gejala-gejala dari
pankreatitis (misalnya nyeri perut yang hebat).
Tanda-tanda yang muncul pada penyakit jantung koroner
a. Biasanya kadar lemak yang tinggi tidak menimbulkan gejala. Kadang-
kadang, jika kadarnya sangat tinggi, endapan lemak akan membentuk
suatu penumpukan lemak yang disebut xantoma di dalam tendo (urat
daging) dan di dalam kulit.
b. Demam, suhu tubuh umumnya sekitar 38°C
c. Mual-mual dan muntah, perut bagian atas kembung dan sakit
d. Muka pucat pasi
e. Kulit menjadi basah dan dingin badan bersimbah peluh
f. Gerakan menjadi lamban (kurang semangat)
g. Sesak nafas
h. Cemas dan gelisah
17
i. Pingsan
2.2.7 Patofisiologi Penyakit jantung koroner (PJK)
Bila terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol,
maka kadar kolesterol dalam darah bisa berlebih (disebut hiperkolesterolemia).
Kelebihan kadar kolesterol dalam darah akan disimpan di dalam lapisan dinding
pembuluh darah arteri, yang disebut sebagai plak atau ateroma (sumber utama
plak berasal dari LDL-Kolesterol. Sedangkan HDL membawa kembali kelebihan
kolesterol ke dalam hati, sehingga mengurangi penumpukan kolesterol di dalam
dinding pembuluh darah). Ateroma berisi bahan lembut seperti keju, mengandung
sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan
ikat.
Apabila makin lama plak yang terbentuk makin banyak, akan terjadi suatu
penebalan pada dinding pembuluh darah arteri, sehingga terjadi penyempitan
pembuluh darah arteri. Kejadian ini disebut sebagai aterosklerosis (terdapatnya
aterom pada dinding arteri, berisi kolesterol dan zat lemak lainnya). Hal ini
menyebabkan terjadinya arteriosklerosis (penebalan pada dinding arteri &
hilangnya kelenturan dinding arteri). Bila ateroma yang terbentuk semakin tebal,
dapat merobek lapisan dinding arteri dan terjadi bekuan darah (trombus) yang
dapat menyumbat aliran darah dalam arteri tersebut.
Hal ini yang dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah serta suplai
zat-zat penting seperti oksigen ke daerah atau organ tertentu seperti jantung. Bila
mengenai arteri koronaria yang berfungsi mensuplai darah ke otot jantung (istilah
medisnya miokardium), maka suplai darah jadi berkurang dan menyebabkan
kematian di daerah tersebut (disebut sebagai infark miokard). Konsekuensinya
adalah terjadinya serangan jantung dan menyebabkan timbulnya gejala berupa
nyeri dada yang hebat (dikenal sebagai angina pectoris). Keadaan ini yang disebut
sebagai Penyakit Jantung Koroner (PJK).
2.2.8 Komplikasi Penyakit jantung koroner (PJK)
18
Komplikasi akibat adanya arterosklerosis yang menjadikan iskemia dan
infark miokard yaitu diantaranya (Silvia, Loraine, 2006):
a. Gagal jantung kongestif
b. Syok kardiogenik
c. Disfungsi m. papilaris
d. Defek septum ventrikel
e. Ruptur jantung
f. Aneurisme ventrikel
g. Tromboembolisme
h. Perikarditis
i. Sindrom dressler
j. Disritmia
2.2.9 Pencegahan dan Penanganan Penyakit jantung koroner (PJK)
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan
mengontrol faktor-faktor yang ada dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan
kita mungkin mencegah atau menunda perkembangan penyakit jantung koroner.
Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan
dan prosedur khusus. Perubahan gaya hidup yaitu meliputi:
a. diet sehat, mencegah atau menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol
tinggi dan mempertahankan berat badan sehat
b. berhenti merokok
c. olah raga
d. kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
e. kurangi stres
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan
keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan jantung
atau kematian mendadak.
a. Obat penurun kolesterol
b. Anti koagulan
19
c. Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
d. Penyekat ACE
e. Penyekat BETA
f. Penyekat kalsium
g. Nitrogliserin
h. Nitrat
i. Obat trombolitik
Prosedur invasive dalam penatalaksanaan penyakit jantung coroner adalah
sebagai berikut:
a. Angioplasti
prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit.
Prosedur ini meningkatkan aliran darah ke otot jantung, menyembuhkan
sakit dada, dan mencegah serangan jantung.
b. Coronary artery by pass surgery/operasi bypass
prosedur ini menggunakan arteri atau vena dari bagian tubuh lain untuk
melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini
menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung.
c. Latihan/exercise
20
2.3 PATHWAY
2.3.1 Pathway arthritis gout (asam urat)
Pola makan tidak sehat
Asam Ribonukleat
Purin meningkat
Kerja hipoxantin menurun
Xantin menurun
Kristlisasi
Fagositik oleh sel darah putih
Peradangan dan kerusakan jaringan
Gangguan mobilitas Fisik
Nyeri
Kurang Pengetahuan
Tidak tahu makanan sebagai faktor penyakit
21
2.3.2 Pathway Penyakit jantung koroner (PJK)
- Arterosklerosis - Spasme pembuluh
darah
Pajanan terhadap dingin
Vasokontriksi
Aliran O2 arteri koronaria menurun
stres
Adrenalin meningkat
Latihan fisik
Kebutuhan O2 jantung meningkat
Makan-makanan
berat
Aliran O2
meningkat ke mesentrikus
Aliran O2 ke jantung
menurun
Jantung kekurangan O2
Iskemia otot jantung
nyeri
nyeri b.d iskhemia
Gangguan pola tidur b.d
nyeri
Takut mati
cemas
Cemas b.d kematian
Kontraksi jantung
menurun
Curah jantung menurun
Perlu menghindari komplikasi
Diperlukan pengetahuan
tinggi
Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi
22
2.4 Asuhan Keperawatan
1.1.1. Asuhan Keperawatan Arthritis Gout
1.1.1.1. Pengkajian Arthritis Gout (Asam Urat)
Dalam asuhan keperawatan dengan pasien arthritis gout yang perlu untuk
dikaji antara lain :
A. Anamnesis
1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis jenis kelamin ( lebih sering pada pria daripada
wanita), usia ( terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan,
golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis
medis.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum
mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang.
Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, alopurinol.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung
terjadinya gout (mis: penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah
pernahkah klien dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya
pemakaian alcohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretik.
4) Kaji keluhan pasien sekarang
Pada umumnya keluhan utama pada kasus gout adalah nyeri pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat poli –
artikular. Gout biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Untuk
memeperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST.
5) Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai keluhan
yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh factor genetic.
23
Ada produksi/ sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui
penyebabnya.
B. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan
pemeriksaan setempat.
1) B1 (Breathing)
a) Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya
ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak
ada penggunaan otot bantu pernafasan.
b) Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
c) Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
d) Auskultasi : Suara nafas hilang/ melemah pada sisi yang sakit,
biasanya didapatkan suara ronki atau mengi.
2) B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat
dingin dan pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
3) B3(Brain)
a) Kepala dan wajah : Ada sianosis.
b) Mata : Sklera biasanya tidak ikterik,
konjungtiva anemis pada kasus efusi pleura
hemoragi kronis.
c) Leher : Biasanya JVP dalam batas normal.
4) B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada system perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami
komplikasi ke ginjal berupa pielonefritis, batu asam urat, dan gagal
ginjal kronik yang akan menimbulkan perubahan fungsi pada system
ini.
5) B5 (Bowel)
Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi
tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain
24
itu, perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.
Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung. Dan tidak nafsu
makan, terutama klien yang memakan obat alnagesik dan
antihiperurisemia.
6) B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan:
a. Look. Keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang
mendorong klien mencari pertolongan (meskipun mungkin
sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan
istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan nyeri
yang lebih dibandingkan dengan gerakan yang lain. Deformitas
sendi (pembentukan tofus) terjadi dengan temuan salah satu sendi
pergelangan kaki secara perlahan membesar.
b. Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.
c. Move. Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah berat.
C. Pemeriksaan diasnostik. Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat
perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada
kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out)
1.1.2. Diagnosa Keperawatan pada arthritis gout (asam urat)
a. Imobilitas fisik berhubungan dengan peradangan dan kerusakan jaringan
b. nyeri berhubungan dengan proses penyakit
c. kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
25
1.1.3. Intervensi pada arthritis gout (asam urat)
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. nyeri
berhubungan
dengan proses
penyakit
Klien dapat
menyatakan
secara verbal
bahwa nyeri
berkurang, pasien
tampak rileks dan
nyeri terkontrol.
Nyeri yang
dirasakan akan
berkurang dengan
kriteria hasil :
- klien
menunjukkan
perilaku
yang lebih
rileks
a. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan
intensitas (skala 0-10). Catat faktor-
faktor yang mempercepat dan tanda-
tanda rasa sakit yang nonverbal
b. Berikan posisi yang nyaman, sendi
yang nyeri (kaki) diistirahatkan dan
diberikan bantalan
c. Berikan kompres hangat atau dingin
a. Membantu dalam mengendalikan
kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program.
b. Istirahat dapat menurunkan
metabolisme setempat dan
mengurangi pergerakan pada sendi
yang sakit.Bantalan yang
empuk/lembut akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang
tepat dan menempatkan stress pada
sendi yang sakit.
c. Pemiberian kompres dapat
memberikan efek vasodilatasi dan
keduanya mempunyai efek
vasodilatasi dan keduanya mempunyai
26
- skala nyeri
berkurang
atau teratasi
← d. Cegah agar tidak terjadi iritasi pada
tofi, misal menghindari penggunaan
sepatu yang sempit, terantuk benda
yang keras
e. Berikan masase lembut
f. Ajarkan klien untuk sering mengubah
posisi tidur
g. Ajarkan penggunaan tehnik manajemen
stress,misalnya relaksasi progresif,
sentuhan terapeutik, dan pengendalian
nafas.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam
efek membantu pengeluaran endortin
dan dingin dapat menghambat impuls-
impuls nyeri
d. Bila terjadi iriitasi maka akan semakin
nyeri. Bila terjadi luka akibat tofi
yang pecah maka rawatlah sucara
steril dan juga perawatan drain yang
dipasang pada luka.
e. Meningkatkan relaksasi atau
mengurangi tegangan otot.
f. Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi. Menstabilkan
sendi, mengurangi gerakan atau rasa
sakit pada sendi.
g. Meningkatkan relaksasi, memberikan
kontrol dan mungkin meningkatkan
kemampuan koping
h. menurunkan kristal asam urat yang
27
pemberian obat-obatan colchille,
Allopurinol (Zyloprin).
mempunyai efek samping, nausea,
vomitus, diare, oliguri,
hematuri.Allopurinol menghambat
asam urat.
2. Imobilitas fisik
berhubungan
dengan
peradangan dan
kerusakan
jaringan
pasien dapat
meningkatkan
aktivitas sesuai
kemampuan
Intervensi
Kriteria hasil :
- Pasien akan
menunjukkan
melakukan
berbagai
kegiatan
sesuai
kemampuan,
contohnya :
berjalan.
a. Kaji tingkat inflamasi atau rasa sakit
pada sendi
b. Ajarkan pada klien untuk latihan ROM
pada sendi yang terkena gout jika
memungkinkan
c. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk
jika diperlukan. Jadwal aktifitas untuk
memberikan periode istirahat yang
terus menerus dan tidur malam hari
yang tidak terganggu.
d. Lakukan ambulasi dengan bantuan
a. Tingkat aktifitas/latihan tergantung
dari perkembangan atau resolusi dan
proses inflamasi.
b. Meningkatkan atau mempertahankan
fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Latihan yang tidak
adekuat dapat menimbulkan kakakuan
sendi dan aktifitas yang berlebihan
dapat merusak sendi.
c. Istirahat yang sistemik selama
eksaserbasi akut dan seluruh fase
penyakit yang penting untuk
mencegah kelelahan,
mempertahankan kekuatan.
d. Menghindari cedera akibat kecelakaan
28
misal dengan menggunakan tongkat
dan berikan lingkungan yang aman
misalnya menggunakan pegangan
tangga pada bak atau pancuran dan
toilet.
e. Kolaborasi Konsul dengan ahli terapi
fisik / okupasi dan spesialis vokasional.
atau jatuh
e. Berguna dalam memformulasikan
program latihan/aktifitas yang
berdasarkan pada kebutuhan,
individual dan dalam mengidentifikasi
mobilisasi.
3. kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan kurangnya
informasi
Setelah
dilakukan
penyuluhan,
diharapkan klien
dapat mengerti
informasi tentang
penyakitnya
Kriteria hasil :
Pasien dapat
a. Kaji kemampuan pasien dalam
mengungkapkan instruksi yang
diberikan oleh dokter atau perawat.
b. Berikan Jadwal obat yang harus di
gunakan meliputi nama obat, dosis,
tujuan dan efek samping
c. Bantu pasien dalam merencanakan
program latihan dan istirahat yang
teratur.
a. mengetahui respon dan kemampuan
kognnitif klien dalam menerima
informasi.
b. Penjelasan ini dapat meningkatkan
koordinasi dan kesadaran pasien
terhadap pengobatan yang teratur.
c. Memberikan struktur dan mengurangi
kecemasan pada waktu menangani
proses penyakit yang kronis
29
menunjukkan atau
menjelaskan
kembali informasi
yang telah
diberikan tentang
penyakitnya .
d. Tekankan pentingnya melanjutkan
manajemen farmako terapeutik.
e. Berikan informasi mengenai alat-alat
bantu yang mungkin dibutuhkan.
f. Jelaskan pada pasien tentang asal mula
penyakit
kompleks.
d. Keuntungan dari terapi obat-obatan
tergantung pada ketepatan dosis.
e. Mengurangi paksaan untuk
menggunakan sendi dan
memungkinkan individu untuk ikut
serta secara lebih nyaman dalam
aktifitas yang dibutuhkan atau
diinginkan.
f. Memberikan pengetahuan pasien
sehingga pasien dapat menghindari
terjadinya serangan berulang.
30
1.1.4. Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner (PJK)
1.1.4.1. Pengkajian Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data,pengelompokan data
dan perumusan diagnosa keperawatan.
A. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Pada klien dengan penyakit jantung koroner biasanya klien mengeluh
nyeri khas angina yaitu dada retrostenal kurang lebih 5-15 menit, terasa
berat, tertekan seperti di cengkram dan panas
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan lalu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien antara lain
apakah klien pernah menderita hipewrtensi atau diabetes millitus,
infark miokard atau penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya.
Serta ditanyakan apakah pernah MRS sebelumnya.
b) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita
penyakit yang diderita oleh klien atau tidak, atau apakah didalam
keluarga mempunyai riwayat penyakit menular atau menurun
c) Riwayat kesehatan sekarang
Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systom PQRST. Untuk
membantu klien dalam mengutamakan masalah keluannya secara
lengkap. Pada klien PJK umumnya mengalami nyeri dada dan sesak
nafas.
31
4) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Dalam hal ini yang perlu dikaji adalah apakah klien menerti tentang
penyakit dan dibawa kemana bila sedang sakit,serta tanyakan pada
klien bagaiamana klien merawat kebersihan badannya .
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien dengan Penyakit Jantung Koronerbiasanya kehilangan
nafsu makan ,mual dan muntah sehingga mengalami penurunan berat
badan .
c. Pola eliminasi
Perlu dikaji berapa kali BAB nya perhari bagaimana konsistensi
warna dan baunya juga berapa kali BAK berapa jumlahnya baik
sebelum atau pada saat MRS.
d. Pola istirahat dan tidur
Biasanya pada klien PJK mengalami gangguan sulit tidur karena nyeri
dada yang timbul dengan tiba-tiba.
e. Pola aktifitas dan latihan
Pada klien PJK biasanya mengalami gangguandalam melaksanakan
aktivitas karena nyeri,dispnea dan takikardi.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pada klien PJK mempunyai perasaan tidak berdaya ,tidak punya
harapan tidak punya kekuatan dan dapat memperlihatkan penolakan,
cemas, takut, marah, sensitif dan perubahan kepribadian
g. Pola sensori dan kognitif.
Dalam hal ini klien dengan PJK pola sensori normal meliputi panca
indera tetapi terdapat perasaan nyeri yang hebatdengan tiba-tiba.
h. Pola reproduksi sexual
Pada klien PJK pola reproduksinya tidak mengalami gangguan.
i. Pola hubungan peran
Pada klien PJK biasanya hubungan peran dengan orang lain baik dan
bisa berinteraksi dengan orang lain.
32
j. Pola penanggulangan setres
Pada klien PJK biasanya akan mengalami stres karena cemas takut
dan marah. Cara penanggulangannya dengan cara mengungkapkannya
pada orang terdekat atau perawat atau juga dengan cara marah.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien akan selalu berdoa demi keselamatan dirinya sehingga pelu
bantuan moral dari orang-orangyang disekelilingnya.
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan
klien dilanjutkan mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga
diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma
atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan
atau tampak tidak sakit.
b) Kulit, rambut, kuku
Pada klien PJK mengeluh nyeri pada kulit, rambut tipis dan kuku tipis
serta rapuh.
c) Kepala dan leher
Pada klien PJK mengeluh nyeri pada kepala , muka kadang-kadang
pucat dan tidak adanya pembesaran pada kelenjar tiroid.
d) Mata
Pada klien PJK mata mengalami pandangan kabur.
e) Telinga , hidung , mulut dan tenggorokan
Pada klien PJK telinga , hidung dan tenggorokan tidak mengalami
gangguan sedangkan pada mulut ditemukan adanya mukosa pada
mulut dan bibir.
f) Thoraks dan abdomen
Pada klien dengan PJK pada pemeriksaanpada pemeriksaan abdomen
dan thoraks ditemuka nyeri pada dada. Pada abdomen diteemukan
nyeri juga mual muntah sehingga menurunkan nafsu makan pada
klien.
33
g) Sistim respirasi
Pada klien PJK ditemukan dispnea dengan atau tanpa aktivitas , batuk
produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada
pemeriksaan mungkin didapatkan peningkatan respirasi, pucat atau
cianosis, suara nafas wheezing cracekes atau juga vesikuler. Sputum
jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
h) Sistim kardio vaskuler
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit Jantung Koroner, CHF, tekanan
darah tinggidan diabetes militus. Tekanan darah mungkin normal atau
meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill
time, disrimia.
Suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ventrikel kehilangan konteraktilitasnya.
Murmur jika ada merupakan insufisiensi katup atau muskulus
papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau
mengalami penurunan.
Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal, edema pada
jubular vena distension, odema anarsarka, crackles mungkin juga
timbul dengan gagal jantung.
i) Sitem genito urinaria
Pada klien ini mengalami penurunan jumlah produksi urine dan
frekuensi urine.
j) Sistem gastrointestinal
Pada saluran pencernaan terjadi gangguan. Gejalanya nafsu makan
menurun, mual dan munta, nyeri perut, serta turgor kulit menurun,
penurunan atau tidak adanya bising usus.
k) Sistem muskulusskeletal
Pada klien PJK adanya kelemahan dan kelelahan otot sehinggah
timbul ketidak mampuan melakukan aktifitas yang diharapkan atau
aktifitas yang biasanya dilakukan.
34
l) Sistem endokrin
Biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah.
m) Sistem persyarafan
Biasanya timbul gejala rasa berdenyut, vertigo disertai tanda-tanda
dengan perubahan orientasi atau respon terhadap rangsang, gelisa,
respon emosi meningkat dan apatis.
6) Pemeriksaan diagnostic
a) ECG menunjukkan adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari
iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari
injuri dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nikrosis.
b) Enzim dan isoenzim pada jantung: CPR-MB meningkat dalam 4-12
jam dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-
12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
c) Elektrolit: ketidak seimbangan yang memungkinkan terjadinya
konduksi jantung dan kontraktilitas jantung.
d) Kolesterol atau trigliserid
e) Analisa gas darah: menunjukkan adanya hipoksia atau proses penyakit
paru yang kronis atau akut
f) Chest x ray: mungkin normal atau adanya kardeomegali, CHF,
aneorisma ventrikuler
g) Echokardeogram
h) Exercise stress test: menunjukkan adanya kemanpuan jantung
beradaptasi terhadap suatu stress atau aktivitas
4.2.1 Diagnosa Keperawatan pada Penyakit Jantung Koroner (PJK)
a. Nyeri berhubungan denganpenumpukan asam laknat ischemia
miokardium.
b. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
c. Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau
perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung,
perubahan struktural. (mis: kelainan katup, aneurisma ventrikel)
35
1.1.4.2. Intervensi pada Penyakit Jantung Koroner (PJK)
No DX tujuan intervensi Rasional
1. Nyeri b.d
penumpukan
asam laknat
ischemia
miokardium
Setelah dulakukan
tindakan keperawatan
selama 1X24 jam pasien
tidak mengalami nyeri
dengan keriteria:
a. Pasien tidak
mengeluh nyeri dada
b. Pasien tampak
tenang dan dapat
beristirahat
c. TTV dalam batas
normal
d. Tekanan darah: 110-
120/60-80 mm Hg
e. RR: 16 -20 X /menit
f. HR : 60 -100X .
a. kaji dokumentasi dan laporakan:
1. keluhan pasien mengenai nyeri dada
meliputi lokasi, radiasi durasi nyeri
dan factor yang memmpengaruhi
nyeri
2. efek nyeri dada pada perfusi
hemodinamik kardiovaskuler
terhadap jantung, otak, ginjal
a. data tersebut dapat membantu
menentukan penyebab dan efek
nyeri dada serta merupakan garis
dasar untuk membandingkan gejala
pasca terapi:
1. terapi terdapat berbagai kondisi
yang berhubungan dengan nyari
dada terdapat temuan klinik
yang khas pada nyeri dada
iskhemik
2. infark mikard menurunkan
kontraktilitas jantung dan
komplience ventrikel dan dapat
menimbulkan disritmia (curah
jantung menurun)
mengakibatkan tekanan darah
36
menit
g. T: 36,5-37,50C
h. Keluaran urin baik
yaitu 1-2 cc /kg bb
/jam
b. monitoring EKG
c. monitoring TTV
d. Berikan O2 sesuia kondisi pasien
e. berikan posisi semifowler
f. Anjurkan pasien untuk bedrest total
selama nyeri dada timbul
g. berikan lingkungan yang tenang aktifitas
perlahan dan tindakan yang nyaman .
dan perkusi jaringan menurun
frekuensi jantung dapat
meningkat sebagai mekanisme
kompensasi untuk
mempertahankan curah jantung.
b. mengetahui adanya perubahan
gambaran EKG dan adanya
komplikasi AMI.
c. peningkatan TD HR,RR,
menandakan nyeri yang sangat di
rasakan oleh pasien.
d. terapi O2 dapat meningkatkan
suplay O2 ke jantung ,
e. membantu memaksimalkan
komplience paru.
f. menurunkan konsumsi O2
g. menurunkan rangsang eksternal.
37
h. berikan terapi sesuai program h. untuk proses penyembuhan pasien.
2. Ansietas b.d
kurangnya
pengetahuan
tentang
penyakit
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2X24 jam pasien
menunjukan:
a. Pasien ataupun
kel;uarga tenang
b. pasien dan keluarga
dapat mengetahui dan
menyebutkan kembali
tentang penyakit yang
di derita pasien cara
pencegahan dan
perawatannya.
a. berikan penjelasan tentang faktor-faktor
resiko timbulnya CAD : merokok, diet
tinggi kolesterol, DM , Hipertensi ,
stress.
b. berikan dukungan emosional: sikap
hangat dan empati
c. jelaskan setiap prosedur yang akan
dilakukan pada pasien dan keluarga.
d. berikan penjelasan tentang perawatan
pasien dirumah :
1) Pengaruh CAD
2) Proses penyembuhan
3) Jenis-jenis pengobatan
4) Pengaruh obat-obatan
5) pembatasan diet : rendah kolesterol
a. dengan mengetahui faktor resiko ,
pasien dan keluarga dapat mencegah
dan memodifikasi gaya hidup yang
lebih sehat
b. pasien akan meraas dihargai
c. dengan mengetahui prosedur pasien
dan keluarga akan berpartisipasi
dalam melakukan tindakan
disamping itu juga dapat
menurunkan tingkat cemas pasien
d. meningkatklan pengetahuan pasien
dan keluarga sehingga keluarga
dapat mengantisipasi serangan ulang
38
6) olahraga 3/ seminggu : jogging ,
aerobic
7) stop merokok
8) -manajement stress
9) -saat BAB tidak mengejan
e. kaji ulang tingkat cemas e. untuk mengetahui dan mengevaluasi
tingkat keberhasilan dari intervensi
yang telah dilakukan.
3 Curah jantung
menurun b.d
Perubahan
kontraktilitas
miokardial atau
perubahan
inotropik,
perubahan
frekuensi,
irama,
konduksi
setalah dilakukan
tindakan keperawatan,
klien menunjukkan
adanya penurunan curah
jantung.
Kriteria Hasil:
a. Frekuensi jantung
meningkat
b. Status
Hemodinamik stabil
c. Haluaran Urin
a. Auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi,
irama jantung
b. Catat bunyi jantung
c. Palpasi nadi perifer
a. Biasanya terjadi tachycardia untuk
mengkompensasi penurunan
kontraktilitas jantung.
b. S1 dan s2 lemah, karena
menurunnya kerja pompa S3
sebagai aliran ke dalam serambi
yaitu distensi. S4 menunjukkan
inkopetensi atau stenosis katup.
c. Untuk mengetahui fungsi pompa
jantung yang sangat dipengaruhi
oleh CO dan pengisisan jantung.
39
jantung,
perubahan
struktural. (mis:
kelainan katup,
aneurisma
ventrikel)
adekuat
d. Tidak terjadi
dispnue
e. Akral Hangat
d. Pantau tekanan darah
e. Pantau keluaran urine, catat penurunan
keluaran, dan kepekatan atau konsentrasi
urine.
f. Kaji perubahan pada sensori contoh:
letargi, bingung, disorientasi, cemas dan
depresi.
g. Berikan istirahat semi recumbent (semi-
fowler) pada tempat tidur.
h. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi,
oksigen, obat jantung, obat diuretic dan
cairan.
d. Untuk mengetahui fungsi pompa
jantung yang sangat dipengaruhi
oleh CO dan pengisisan jantung
e. Dengan menurunnya CO
mempengaruhi suplai darah ke
ginjal yang juga mempengaruhi
pengeluaran hormone aldosteron
yang berfungsi pada proses
pengeluaran urine.
f. Menunjukkan tidak adekuatnya
perfusi serebral sekunder terhadap
penurunan curah jantung
g. Memperbaiki insufisiensi kontraksi
jantung dan menurunkan kebutuhan
oksigen dan penurunan venous
return.
h. Membantu dalam proses kimia
dalam tubuh
40
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
1.2. PENGKAJIAN
41
42
1.3. ANALISA DATA
No Data Masalah Penyebab
1. DS:- Klien mengatakan jika melakukan aktivitas berat sering merasa sesak
napas “ngangsor”- Klien mengatakan sesak napas dan sakit dada terasa jika kelelahan
sepulang dari sawah, berjalan ±500 meter dan saat “sial” atau kagetDO:- Klien tampak lemah ketika berjalan- Gaya berjalan agak di seret dan badan agak membungkuk
Intoleransi aktivitas Tn. B ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard
2. DO- Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri- Klien mengatakan lemah tidak mempunyai tenaga- Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas yang berat.- Klien mengatakan sering sesak napas dan sering tidak bisa tidur pada
malam hari karena sesak dan nyeri dada - Klien mengatakan kaki kanan dan kiri sering terasa kebas/kesemutan
DO- Klien terlihat menyeringai kesakitan- Klien tampak pucat- Klien tampak mengernyitkan dahi- TD 110/70- Nadi 90 X/menit- RR 20 kali/menit
P : nyeri dada akibat sumbatan pada arteri coroner /PJK
Nyeri akut pada Tn. B Iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria
43
Q: nyeri seperti di pukul-pukul, disertai seska napas dan pusing hingga kesulitan tidur dan beraktivitas
R : nyeri pada dada, menjalar sampai ke punggungS : skala nyeri 9 (dari 1-10)T : nyeri sering kambuh saat cuaca dingin, saat sial/kaget, setelah klien
mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi seperti santan-santan,
3. DS:- Klien mengatakan selama 2 minggu mengalami kesulitan tidur, dan
baru 3 hari terakhir ini bisa tidur- Klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri dada, sulit bernapas dan
pusing- Klien mengatakan jika hanya bisa tertidur ±3 jam- Klien mengatakan tidak pernah bisa tidur siang- Klien mengatakan jika mengalami kesulitan tidur, ia tidak melakukan
kegiatan apa-apa, hanya diam- Klien mengatakan jika mengalami nyeri dada di malam hari, Ny. M
membantu mengurangi nyeri dengan memijat
DO:- Klien tampak pucat- Bentuk simetris, visus mata mengalami sedikit penurunan dengan
dibantu kacamata- tidak ada nyeri tekan pada mata, alis terdistribusi normal, bulu mata
terdistribusi normal.- sklera kemerahan, konjungtiva merah muda- kantung mata bengkak dan warna menghitam, mata tampak agak
Gangguan pola tidur pada Tn. B Efek proses penyakit/nyeri dada
44
cowong4. DS:
- Ny. M mengatakan kakinya sering terasa nyilu terutama saat malam hari sampai pagi hari
- Ny. M mengatakan kaki sering nyilu jika cuaca dingin
DO:P: nyeri akibat peradangan sendi (arthritis gout)Q: nyeri seperti di tusuk-tusuk, rasanya kaki sampai lemes, jika sudah terasa
nyeri pasien tetap melakukan aktivitas sekalipun nyeri dan mengganggu kegiatannya
R: nyeri pada kaki kanan dan kiri, nyeri menyebar mulai lutut sampai pergelangan kaki
S: skala nyeri 6 (dari 1-10)T: nyeri timbul saat cuaca dingin, seringkali pada malam hari dampai pagi hari
Nyeri akut pada Ny. M Proses penyakit (peradangan pada sendi)
5. DS:- Ny. M mengatakan kakinya sering terasa nyilu terutama saat pagi hari- Ny. M mengatakan masih suka memakan kacang-kacangan- Ny. M mengatakan dirinya tidak pernah memeriksakan kesehatan
sekalipun mengetahui jika dirinya mengalami asam urat- Ny. M mngatakan tidak pernah melakukan terapi apapun untuk
mengatasi asam uratnya- Ny. M mengatakan tidak mengetahui cara untuk mengatasi nyeri pada
kakinya
Kurangnya pengetahuan pada Ny. M
Kurangnya paparan informasi mengenai penyakit
45
1.4. DIAGNOSA
1. Nyeri akut pada Tn. B di keluarga Tn. B berhubungan dengan Iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria
2. Intoleransi aktivitas pada Tn. B di keluarga Tn. B ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada
miokard
3. Gangguan pola tidur pada Tn. B di keluarga Tn. B berhubungan dengan Efek proses penyakit/nyeri dada
4. Nyeri akut pada Ny. M berhubungan dengan proses penyakit (peradangan pada sendi)
5. Kurangnya pengetahuan pada Ny. M di keluarga Tn. B berhubungan dengan kurangnya paparan informasi mengenai penyakit
1.5. INTERVENSI
No Dx Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Dx 1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 X 24 jam, nyeri pada Tn. B dapat menurun secara bertahap atau menghilang
NOC
1. Mengenali faktor penyebab2. Mengenali onset (lamanya sakit)3. Menggunakan metode pencegahan4. Mencari bantuan tenaga kesehatan5. Melaporkan gejala pada tenaga
kesehatan6. Mengenali gejala-gejala nyeri7. Mencatat pengalaman nyeri
sebelumnya8. Melaporkan nyeri sudah terkontrol9. Menggunakan metode non
NIC
MANAJEMEN NYERI
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga2. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi3. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan7. Pilih dan lakukan penanganan nyeri non farmakologi dengan
46
farmakologi (terapi kognisi) untuk mengurangi nyeri
terapi kognisi, susu kedelai, terapi bawang putih8. ajarkan tentang penanganan nyeri dengan teknik non
farmakologi (terapi kognisi)9. anjurkan istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang
memicu nyeriDx 2 Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1 X 24 jam, Tn. B dapat melakukan manajemen aktivitas
NOC
1. klien mampu mengontrol aktivitas yang memicu kekambuhan
2. Tekanan darah dalam batas normal (110/60-120/80
3. Nadi dalam batas normal (80-100x/mnt)
4. Tidak adanya angina
NIC
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien dan kaluarga2. Kaji irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama
dan sesudah melakukan aktivitas.3. Anjurkan pada klien agar lebih banyak beristirahat terlebih
dahulu.4. Berikan pendidikan kesehatan pada pasien tentang tahap-
tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasienDX 3 Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2 X 24 jam, gangguan pota tidur pada Tn. B dapat berkurang secara bertahap hingga teratasi
NOC
1. Pola tidur kembali normal, tidur siang 1-2 jam, tidur malam ±6 jam
2. Tidak ada keluhan kesulitan tidur3. Bangun dalam kondisi segar4. Frekuansi tidur teratur5. Tidak pucat, mata tidak sembab
NIC
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga2. Mengkaji pola tidur klien3. Mengkaji penyebab kesulitan tidur4. Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam saat akan
tidur5. Menganjurkan pasien untuk relaks6. Memberikan lingkungan yang nyaman7. Ajarkan pada klien untuk melakukan pengalihan situasi saat
kesulitan tidur dengan menggunakan terapi kognisiDX 4 Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1 X 24 jam, nyeri pada Ny. M dapat menurun secara bertahap atau
NOC
1. Mengenali faktor penyebab2. Mengenali onset (lamanya sakit)
NIC
MANAJEMEN NYERI
47
menghilang 3. Menggunakan metode pencegahan4. Mencari bantuan tenaga kesehatan5. Melaporkan gejala pada tenaga
kesehatan6. Mengenali gejala-gejala nyeri7. Mencatat pengalaman nyeri
sebelumnya8. Melaporkan nyeri sudah terkontrol
dengan menggunakan metode-metode penanganan nyeri sederhana
9. Menggunakan metode non farmakologi (pengalihan nyeri/ guided imagery/ distraksi) untuk mengurangi nyeri
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga2. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi3. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan7. Pilih dan lakukan penanganan nyeri non farmakologi dengan
pengalihan nyeri/distraksi, ramuan bobokan jahe dan minuman daun sirsak
8. ajarkan tentang penanganan nyeri dengan teknik non farmakologi (pengalihan nyeri/ distraksi/ guided imagery)
9. berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit serta pencegahan pencetus nyeri serta penanganan pertama nyeri
10. anjurkan istirahat yang cukup dan mengurangi nyeriDX 5 Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1 X 24 jam, pengetahuan Ny. M terkait penyakit dan proses pengobatan dapat meningkat
NOC
1. mengetahui tentag penyakit yang dialami
2. mengetahui penyebab penyakit3. mengetahui tanda dan gejala
penyakit4. mengetahui hal-hal yang dihindari
(aktivitas dan makanan) agar tidak terjadi kekambuhan
5. mengetahui cara menangani penyakit
NIC
PENDIDIKAN KESEHATAN
1. bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga2. berikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit4. Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat5. Sediakan informasi tentang kondisi klien saat ini6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
48
7. Diskusikan pilihan terapi untuk mengatasi penyakit (terapi komplementer misalnya, terapi daun sirsak dan bobokan jahe)
8. berikan informasi untuk mengatasi kekambuhan secara sederhana dengan menggunakan baju hangat
49
1.6. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
50
BAB 4. PEMBAHASAN
51
BAB 5. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulnya penyakit gout arthritis atau penyakit asam urat.
Artritis gout adalah kelompok penyakit heterogen akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat dalam cairan
ekstraseluler. epidemiologi arthritis gout lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan, puncaknya pada dekadeke-5 dengan distribusi di
indonesia cukup merata. Manifestasi klinik artritis gout dapat berupa
hiperurisemia asimptomatik, arthritis gout akut, interkritikal gout, dan arthritis
pirai kronik dengan tofus. tahap arthritis gout terdiri dari tahap gout arthritis akut,
tahap gout interkritikal, tahap gout arthritis akut intennitten, dan tahap gout
arthritis kronik tofaceous. Pencegahannya dapat dengan diet, penggunaan obat
dan konsultasi dengan dokter secara teratur bila ada penyakit seperti hipertensi,
hiperlipidemia, diabetes militus, dan obesitas. Diagnosa yangdapat ditegakkan
mengenai penyakit arthritis gout adalah imobilitas fisik berhubungan dengan
peradangan dan kerusakan jaringan, nyeri berhubungan dengan proses penyakit
dan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Sedangkan pada masalah penyakit jantung sekarang ini makin meningkat,
salah satu dari gangguan pada jantung adalah gangguan jantung koroner. Penyakit
jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) itu
sendiri merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri
koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat terbentuk didalam arteri,
menutup dan membuat aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi kurang
untuk disuplai ke otot jantung. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke
arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex.
52
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:
a. Makalah ini jauh dari sempurna, jadi harus ada tinjauan kembali sebelum
benar-benar menerapkannya;
b. Perlu bimbingan pada dosen pengampu untuk meluruskan hal-hal terkait
dengan isi makalah tersebut;
c. Perlu adanya pendalaman ilmu dari seorang perawat untuk menerapkan isi
makalah tersebut dalam pemberian layanan asuhan keperawatan.
53
DAFTAR PUSTAKA
Hayes, Evelyn R., dan Kee, Joyce L. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312121/bab2.pdf diunduhtanggal 10 November 2014.
Harun, Idrus. (2007). Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kaplan, N.M., dan Stamler. 1991. Hipertensi dan Pencegahan Penyakit Korener. Jakarta: EGC.
Misnadiarly. 2007. Rematik, Asam Urat, Hiperurisemia, Arthritis Gout. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Nazpi. 2010. Laporan Pendahuluan Jantung Koroner. [serial online]
[http://healthyroom.weebly.com/2/post/2011/02/laporan-pendahuluan-
jantung-koroner.html. [Diakses: 12 November 2014].
Petch Micheal. 1991. Penyakit Jantung, Jakarta: Arcan
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. Penerbit buku kedokteran. Jakarta: EGC.
Raharjoe, A. (2011). Current Problem Cardiovascular Disease in Indonesia.20th Annual Scientific Meeting of Indonesia Heart Association (ASMIHA). Perhimpunan Dokter Spesialir KardiovaskularIndonesia.
So, Alex . Imaging of Gout : Finding and Utility. The Arthritis Reseach and Therapy journals.
Sitorus, Ronald H.. 2006. Tiga Jenis Penyakit Pembunuh Utama Manusia. Bandung: Penerbit Yrama Widya.
Tehupeiory, 2006, Gout artritis, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Suyono,S. (ed), Balai Penerbit FKUI: Jakarta