31
LP FRAKTUR A. Definisi Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis serta luasnya. Fraktur dapat disebabkan oleh adanya pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak ataupun kontraksi otot ekstrim. Meskipun patah jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh yang dapat mengakibatkan udema jaringan lunak, perdarahan keotot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau fragmen tulang. Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal. B. Klasifikasi fraktur 1. Fraktur Komplet

LP FRAKTUR

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP FRAKTUR

LP FRAKTUR

A. Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis serta luasnya. Fraktur dapat disebabkan oleh adanya pukulan

langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak ataupun

kontraksi otot ekstrim. Meskipun patah jaringan sekitarnya juga

akan terpengaruh yang dapat mengakibatkan udema jaringan

lunak, perdarahan keotot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo,

kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh

dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur

atau fragmen tulang.

Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau

kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur

(elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma

melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah

tulang). Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis

dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal.

B. Klasifikasi fraktur

1. Fraktur Komplet

adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya

mengalami pergeseran dari posisi normal

2. Fraktur Tidak komplet

yaitu patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang

3. Fraktur Tertutup ( simpel)

Yaitu fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit

4. Fraktur Terbuka (komplikata atau kompleks)

merupakan fraktur dengan luka pada kulit adau membran

mukosa sampai ke patahan tulang.

Fraktur terbuka dibagi menjadi:

Page 2: LP FRAKTUR

a) Grade I fengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 Cm

b) Greade II luka lebih luas tanpa kerusaka jaringan lunak yang

ekstensif.

c) Grade III mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensi yang

sangat terkontaminasi dan merupakan yang paling berat.

Fraktur juga dogolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen

tulang:

fraktur brgeser atau tidak bergaser.

Berikut adalah berbagai jenis kusus fraktur:

1. Green stick. Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang

sisi lainya membengkok.

2. Trasfersal. Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

3. Oblik, fraktur membetuk sudut denga membentuk garis tengah

tulang (lebih tidak stabil daibanding transfersal).

4. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.

5. Kominutiv, fraktur dalam tulang pecah menjadi beberapa

fragmen.

6. Depresi, fraktur dengan fragmen patahn terdorong ke dalam

(sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).

7. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi

pada tulang belakang).

8. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit

(kista tulang, penyakit paget, metstasis tulang, tumor).

9. Avolsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada

perlekatannya.

10.Epifiseal, fraktur melalui ipifisis.

11. Impaksi, fraktur dimana tulang terdorong ke fragmen tulang

lainnya.

Page 3: LP FRAKTUR

C. Etiologi

1. Trauma (benturan)

Ada dua trauma/ benturan yang dapat mengakibatkan fraktur,

yaitu:

a) Benturan langsung

b) Benturan tidak langsung

2. Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama

Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu lama akan

mengakibatkan fraktur (patah tulang) yang kebanyakan pada

tulang tibia, fibula (tulang-tulang pada betis) atau metatarsal

pada olahragawan, militer maupun penari.

Contoh: Seorang yang senang baris berbaris dan menghentak-

hentakkan kakinya, maka mungkin terjadi patah tulang di

daerah tertentu.

3. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia

Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses

patologis seperti tumor maka dengan energi kekerasan yang

minimal akan mengakibatkan fraktur yang pada orang normal

belum dapat menimbulkan fraktur.

D. Manifestasi KLinik

1. Nyeri, terus menerus dan bertambah berat sampai fragme

tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur

merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk

menimbulkan gferakan atar afragmen tulang.

2. Setelah fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa).

Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai

menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstimitas

yang bisa diketahui adengan membandingkan dengan

Page 4: LP FRAKTUR

ekstrimitas normal. Ekstrimitas tak dapat berfungsi denga baik

karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulag

tempat melengketnya otot.

3. Pada fraktur panjang terjadi pemendeka tulang karena kontraksi

otot yang melekat diatas da bawah tempat fraktur.

4. Saat diperiksa dengan tangan teraba derik tulang yang disebut

krepitus akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya (uji

kreptus dapat berakibat kerusakan jaringan lunak yang lebih

berat.

5. Pembegkaan dan perubahan warna lokal pada kulit karena

trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa

baru terjadi setelahb eberapa jam atau hari.

Tidak semua tanda dan gejala diatas terdapat pada setiap

fraktur. Diagnosis fraktur tergantung pada gejala, tanda fisik,

dan pemeriksaaan sinar X.

E. Komplikasi

1. Komplikasi awal

Komplikasi awal setelah fraktur adalah :

a) syok , yang bisa berakibat fatal setelah beberapa jam

setelah cidera

b) emboli lemak

c) dan sindrom kompartemen yang bisa berakibat kehilangan

fungsi ekstimitas permanen jika tidak segera ditangani.

Komplikasi awal lainya yang berhubungan dengan fraktur

adalah infeksi, tromboemboli, (emboli paru), dan juga

koagulapati intravaskuler diseminata (KID)

2. Komplikasi lambat

Komplikasi lambat yang dapat terjadi setelah fraktur dan

dilakukan tindakan adalah :

Page 5: LP FRAKTUR

a) Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan dapat

dibantu dengan Stimulasi elektrik osteogenesis karena dapat

mamodifikasi lingkungan jaringan membuat bersifat

elektronegatif sehingga meningkatkan deposisi mineral dan

pembentukan tulang.

b) Nekrosis evaskuler tulang terjadi bila tulang kehilangan

asupan darah dan mati.

c) Reaksi terhadap alat fiksasi internal.

F. Penatalaksanaan

Bila dicurigai adanya fraktur penting untuk mengimobilisasi bagian

tubuh segera sebelum pasien dipindahkan bila pasien yang

mengalami cidera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum

dapat dilakukan pembidaian, ekstrimitas harus disangga diatas dan

di bawah tempat fraktur untuk mencegah gerakan rotasi/angulasi.

Gerakan frgmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri,

kerusakan jaringan lunak, dan perdarahan lebih lanjut. Nyeri dapt

dikurangi dengan menghindari gerakan fragmnen tulang dan sendi

sekitar fraktur. Pembidaian sangat penting untuk mencegah

kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.

Imobilisasi tulang panjang ekstrimitas bawah juga dapat dilakkan

dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ekstrimitas

yang sehat sebagai bidai bagi ekstrimitas yang cidera.

Pada ekstrimitas atas lengan dapat dibebatkan pada dada atau

lengan bawah yang cidera digantung pada sling. Pada fraktur

terbuka luka ditutup dengan pembalut erdih atau steril untuk

mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam, jangan sekali-

kali melakukan reduksi fraktur bahkan jika ada fragmen tulang

melalui luka.

Prinsip Penanganan Reduksi Fraktur

Page 6: LP FRAKTUR

1. Reduksi fraktur, mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, fraksi,

atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur.

Metode yang dipilih tergantung pada sifat fraktur tapi prinsip

yang mendasari sama. Sebelu reduksi dan imobilisasi fraktur

pasien harus dipersiapkan: ijin melakukan prosedur, analgetik

sesuai ketentuan, dan persetujuan anestasi. Reduksi tertutup

dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisiya

dengan manipulasi dan trksi manual

2. Traksi , digunakan utuk mendapatkan efek reduksi dan

imobilisasi yang disesuaikan denganspsme otot yang terjadi.

3. Reduksi terbuka, alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat,

sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk

mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya.

4. Imobilisasi Fraktur, setelah direduksi fragmen tulang harus di

imobilisasi dan dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran

yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat

dilakukan dengan fiksasi eksternal (gips,pembalutan, bidai,

traksi kontinyu, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal) dan

interna ( implant logam ).

5. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya

diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak.

Reduksi dam imoblisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.

Status neuroveskuler ( mis. Pengkajian peredaran darah, nyeri,

perabaan, gerakan) dipantau dan ahli bedah ortopedi dibri tahu

segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler. Kegelisahan ,

ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol dengan berbagai

pendekatan. Latihan isometrik dan setting otot diusahaka untuk

meminimalkan atrifi disuse dan meningkatkan peredaran darah.

Pengembalian brtahap pada aktifitas swemula diusahakan

sesuai dengan batasan terapeutik.

Page 7: LP FRAKTUR

G. Pathofisiologi

Page 8: LP FRAKTUR

H. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

no Dx keperawatan noc nic

Nyeri akut b.d agen injuri

biologis

NOC:

- Tingkat nyeri

- Nyeri terkontrol

- Tingkat kenyamanan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama 4 x 24 jam, klien dapat :

1. Mengontrol nyeri, dengan indikator :

- Mengenal faktor-faktor penyebab

- Mengenal onset nyeri

- Tindakan pertolongan non

farmakologi

- Menggunakan analgetik

- Melaporkan gejala-gejala nyeri

kepada tim kesehatan.

- Nyeri terkontrol

2. Menunjukkan tingkat nyeri, dengan

1. Manajemen nyeri- Kaji keluhan nyeri,

lokasi, karakteristik,

onset/durasi, frekuensi,

kualitas, dan beratnya

nyeri.

- Observasi respon

ketidaknyamanan secara

verbal dan non verbal.

- Pastikan pasien

menerima perawatan

analgetik dengan tepat.

- Gunakan strategi

komunikasi yang efektif

untuk mengetahui

respon penerimaan

pasien terhadap nyeri.

Page 9: LP FRAKTUR

indikator:

- Melaporkan nyeri

- Frekuensi nyeri

- Lamanya episode nyeri

- Ekspresi nyeri; wajah

- Perubahan respirasi rate

- Perubahan tekanan darah

- Kehilangan nafsu makan

Skala :

1 = tidak pernah dilakukan

2 = jarang dilakukan

3 = kadang-kadang dilakukan

4 = sering dilakukan

5 = selalu dilakukan

- Evaluasi keefektifan

penggunaan kontrol

nyeri

- Monitoring perubahan

nyeri baik aktual maupun

potensial.

- Sediakan lingkungan

yang nyaman.

- Kurangi faktor-faktor

yang dapat menambah

ungkapan nyeri.

- Ajarkan penggunaan

tehnik relaksasi sebelum

atau sesudah nyeri

berlangsung .

- Kolaborasi dengan tim

kesehatan lain untuk

memilih tindakan selain

obat untuk meringankan

Page 10: LP FRAKTUR

nyeri.

- Tingkatkan istirahat yang

adekuat untuk

meringankan nyeri.

2. Manajemen pengobatan- Tentukan obat yang

dibutuhkan pasien dan

cara mengelola sesuai

dengan anjuran/ dosis.

- Monitor efek teraupetik

dari pengobatan.

- Monitor tanda dan gejala

serta efek samping dari

obat.

- Monitor interaksi obat.

- Ajarkan pada pasien

keluarga cara mengatasi

efek samping

Page 11: LP FRAKTUR

pengobatan.

- Jelaskan manfaat

pengobatan yg dapat

mempengaruhi gaya

hidup pasien.

3. Pengelolaan analgetik - Periksa perintah medis

tentang obat, dosis &

frekuensi obat analgetik.

- Periksa riwayat alergi

pasien.

- Pilih obat berdasarkan

tipe dan beratnya nyeri.

- Pilih cara pemberian IV

atau IM untuk

pengobatan, jika

mungkin.

- Monitor vital sign

Page 12: LP FRAKTUR

sebelum dan sesudah

pemberian analgetik.

- Kelola jadwal pemberian

analgetik yang sesuai.

- Evaluasi efektifitas dosis

analgetik, observasi

tanda dan gejala efek

samping, misal depresi

pernafasan, mual &

muntah, mulut kering, &

konstipasi.

- Kolaborasi dgn dokter

untuk obat, dosis & cara

pemberian yg

diindikasikan.

- Tentukan lokasi nyeri,

karakteristik, kualitas,

dan keparahan sebelum

pengobatan.

Page 13: LP FRAKTUR

- Berikan obat dengan

prinsip 5 benar

- Dokumentasikan respon

dari analgetik dan efek

yang tidak diinginkan.

2 Kerusakan integritas

jaringan b/d faktor mekanik:

prubahan sirkulasi,

imobilitas dan penurunan

sensabilitas (neuropati).

Setelah dilakukan tindakan selama 6 hari

wound healing meningkat dengan kriteria:

luka mengecil dalam ukuran dan

peningkatan granulasi jaringan.

Skala :

1 = tidak pernah dilakukan

2 = jarang dilakukan

3 = kadang-kadang dilakukan

4 = sering dilakukan

5 = selalu dilakukan

1. Wound Care- Catat karakteristik luka,

tentukan ukuran dan

kedalaman luka dan

klasifikasi pengaruh

ulcers

- Catat karakteristik cairan

sekret yang keluar

- Bersihkan dengan cairan

anti bakteri

- Bilas dengan cairan

NaCl 0,9 %

Page 14: LP FRAKTUR

- Lakukan nekrotomi

- Lakukan tampon yang

sesuai

- Dresing dengan kasa

steril sesuai kebutuhan

- Lakukan pembalutan

- Pertahankan tekhnik

dresing steril ketika

melakukan perawatan

luka

- Amati setiap perubahan

pada balutan

- Bandingkan dan catat

setiap adanya

perubahan pada luka

- Berikan posisi terhindar

dari tekanan

3 Risiko infeksi b.d. prosedur 1. Infection Control (Kontrol

Page 15: LP FRAKTUR

invasif, tidak adekuatnya

pertahanan tubuh sekunder

(penurunan hemoglobin)

NOC Labels:

1. Immune Status

Kriteria hasil:

- Tak ada tanda infeksi berulang

(rubor, kalor, tumor, dolor,

fungsiolesa)

- Status respirasi dalam batas normal

- Suhu tubuh dalam batas normal

- WBC dan differensial dalam batas

normal

2. Knowledge : Infection Control

Kriteria hasil:

- Menerangkan cara-cara penyebaran

infeksi dan faktor yang berkontribusi

- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi

- Menjelaskan aktivitas yang dapat

meningkatkan resistensi terhadap

infeksi

Infeksi)

- Bersihkan lingkungan

setelah dipakai pasien

lain

- Batasi pengunjung bila

perlu

- Instruksikan pada

pengunjung untuk

mencuci tangan saat

berkunjung dan setelah

berkunjung

meninggalkan pasien

- Gunakan sabun

antimikrobia untuk cuci

tangan

- Cuci tangan setiap

sebelum dan sesudah

tindakan keperawatan

- Gunakan baju, sarung

Page 16: LP FRAKTUR

3. Risk Control

Kriteria Hasil :

- Mengakui adanya risiko

- Monitor faktor risiko lingkungan.

- Mengembangkan strategi kontrol

risiko yang efektif.

- Menghindari eksposur yang

mengancam kesehatan.

- Mengenali perubahan status

kesehatan

Skala :

1 = tidak pernah dilakukan

2 = jarang dilakukan

3 = kadang-kadang dilakukan

4 = sering dilakukan

5 = selalu dilakukan

tangan sebagai alat

pelindung

- Pertahankan lingkungan

aseptik selama

pemasangan alat

- Ganti letak IV perifer dan

line central dan dressing

sesuai dengan petunjuk

umum

- Gunakan kateter

intermitten untuk

menurunkan infeksi

kandung kencing

- Tingkatkan intake nutrisi

- kelola terapi antibiotik

bila perlu

Page 17: LP FRAKTUR

2. Infection Protection

(Proteksi Infeksi)

- Monitor tanda dan gejala

infeksi sistemik dan lokal

- Monitor hasil

laboratorium seperti:

hitung granulosit, WBC

- Monitor kerentanan

terhadap infeksi

- Batasi pengunjung

- Saring pengunjung

terhadap penyakit

menular

- Partahankan teknik

asepsis pada pasien

yang beresiko

- Pertahankan teknik

isolasi k/p

- Berikan perawatan kulit

Page 18: LP FRAKTUR

pada area epidema

- Inspeksi kulit dan

membran mukosa

terhadap kemerahan,

panas, drainase

- Diskusikan pengambilan

kultur bila perlu

- Dorong masukkan

nutrisi, cairan, dan

istirahat yang cukup

- Monitor perubahan

tingkat energi

- Dorong peningkatan

mobilitas dan latihan

- Instruksikan pasien

untuk minum antibiotik

sesuai resep

- Ajarkan pasien dan

keluarga tanda dan

Page 19: LP FRAKTUR

gejala infeksi

- Ajarkan cara

menghindari infeksi

- Laporkan kecurigaan

infeksi

- Laporkan kultur positif

3. Monitor Vital Sign

- Pantau suhu tubuh

setiap 8 jam

4. Enviroment management

- Batasi pengunjung yang

sedang

demam/influensa/sakit

infeksi

5. Health education

- Jelaskan mengapa sakit

Page 20: LP FRAKTUR

dan pengobatan

meningkatkan resiko

infeksi

- Anjurkan untuk menjaga

kesehatan personal

untuk melindungi dari

infeksi

- Ajarkan metode aman

untuk

pengamanan/penyiapan

makanan

- Pengendalian infeksi :

Ajarkan tekhnik cuci

tangan

- Ajarkan tanda2 infeksi

- Anjurkan untuk lapor

perawat/dokter bila

dirasakan muncul tanda2

infeksi

Page 21: LP FRAKTUR

6. Medication Administration

- Kelola Therapi sesuai

advis

- Pantau efektifitas,

keluhan yang muncul

pasca pemberian

antibiotik