Lp Meningitis Tb Elis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mmmmmmmmm

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : MENINGITISTUBERKULOSISAgustus 3, 2012 by semaraputraadjoezt Tinggalkan komentar ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : MENINGITIS TUBERKULOSIS DI RUANG 19 A PERAWATAN PENYAKIT SARAF WANITA PERJAN RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNGBAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun 1998 terjadi gejolak krisis multidimensi yang telah berdampak banyak terhadap segi kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk krisis ekonomi yang mengakibatkan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan sandang dan pangan sangat rendah. Hal ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tingginya angka kejadian penyakit diantaranya adalah tuberkulosis (TB). Apabila penyakit ini tidak diobati sampai tuntas akan menimbulkan berbagai komplikasi, salah satu komplikasi dari infeksi TB ini yang paling berbahaya apabila menyerang pada susunan saraf pusat atau yang biasa disebut meningitis tuberkulosis. Meningitis tuberkulosis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebro spinal, dan spinal kolumna yang menyebabkan proses peradangan pada sistem saraf pusat (Suriadi, 2001 : 201) merupakan salah satu manifestasi dari penyakit TB yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis yang menyerang sistem saraf pusat. Meningitis pun harus diwaspadai insidensinya seiring dengan meningkatnya angka penderita tuberkulosis. Karena diperkirakan sekitar 1 sampai 10% dari seluruh kejadian infeksi tuberkulosis mengenai susunan saraf pusat (SSP), baik berupa tuberkuloma pada parenkim otak maupun sebagai meningitis (Arvanitaksis, 1998). Sedangkan menurut Lindsay (1997 : 474) angka kejadian meningitis adalah 10% dari jumlah penderita. Data yang diperoleh dari Rekam Medik Ruang 19 A Perawatan Penyakit Saraf Wanita Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.TABEL 1Profil Penyakit Di Ruang 19 A Perawatan Penyakit Saraf Wanita Perjan RS.Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari Juli 2005NoPenyakitAngka kejadian%Angka kematian%1Stroke17657,323821,592SOL4614,9848,693Meningitis237,49939,134Myelo radikulopati216,84005Radikulopati175,53006Epilepsi165,21212,57Tetanus30,9731008Ensepalopati20,65009Ensepalitis20,65210010Miastenia Gravis10,321100Jumlah307100%Sumber : Rekam Medik Ruang 19 A Perawatan Penyakit Saraf Wanita Perjan RumahSakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Menurut tabel diatas penyakit meningitis berada pada urutan ke 3 setelah stroke dan SOL (space occupying lession). Dengan jumlah penderita 23 orang (7,49%) yang menderita meningitis. Walaupun persentasinya tidak sebanyak stroke 57,32% namun persentase kematiannya cukup tinggi yaitu mencapai 39,13% (Medical Record Ruang 19A RSHS. Bandung). Selain itu penyakit meningitis dapat menimbulkan gangguan yang kompleks terhadap sistem tubuh yang lain, misalnya pada sistem pernafasan, kardivaskuler, pencernaan, perkemihan dan muskuloskeletal, yang dapat pula menimbulkan komplikasi akut dan resiko kematian. Disamping dampak terhadap sistem tubuh meningitis pun dapat merubah pola hidup seseorang karena tidak jarang kasus meningitis meninggalkan gejala sisa berupa kecacatan seperti : ketulian, gangguan penglihatan, dan kelumpuhan. Berdasarkan angka kejadian dan dampak penyakit meningitis tuberkulosis sebagai konsekuensi dari meningkatnya angka penderita TB dan kompleknya masalah yang ditimbulkan akibat infeksi meningitis tuberkulosis, serta dampaknya terhadap kehidupan baik fisik, sosial, dan ekonomi klien, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan meningitis tuberkulosis, untuk dijadikan sebagai bahan penulisan karya tulis ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. A DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : MENINGITIS TUBERKULOSIS DI RUANG 19 A PERAWATAN PENYAKIT SARAF WANITA PERJAN RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.B. TUJUANTujuan Umum

Memperoleh pengalaman secara nyata dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual pada klien dengan gangguan sistem persarafan : meningitis tuberkulosis melalui pendekatan proses keperawatan.Tujuan Khusus

Secara khusus penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan agar penulis dapat :Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem persarafan akibat meningitis tuberkulosis.Membuat perencanaan pada klien dengan gangguan sistem persarafan akibat meningitis tuberkulosis.Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan akibat meningitis tuberkulosis.Menilai keberhasilan atau evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan.Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : meningitis tuberkulosis.

C. METODE PENULISAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATAMetode

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan.Tehnik Pengumpulan Data

Sedangkan tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah :Wawancara.

Menggunakan komunikasi lisan meliputi auto anamnesa yang didapat langsung dari klien atau allo anamnesa yang didapat dari keluarga klien.Observasi.

Dilakukan dengan melihat kondisi klien secara fisik, mengamati klien baik dari sikap secara psikologis.Pemeriksaan Fisik.

Dilakukan secara head to toe meliputi teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.Studi Dokumentasi.

Dengan melihat hasil laboratorium dan terapi, serta melihat catatan perkembangan kesehatan klien selama dirawat di rumah sakit yang terlampir dalam status klien.Studi Kepustakaan.

Dengan melihat konsep dan teori yang berhubungan dengan asuhan keperawatan klien dengan meningitis tuberkulosis.D. SISTEMATIKA PENULISANBAB I:Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah meningitis tuberkulosis, tujuan, metode dan sistematika penulisanBAB II:Tinjauan Teori, terdiri dari konsep dasar penyakit yang berisi pengertian, anatomi dan fisiologi selaput otak , etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, klasifikasi meningitis, dampak terhadap sistem tubuh lain, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan medik. konsep dasar proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.BAB III:Tinjauan Kasus dan Pembahasan, terdiri dari asuhan keperawatan pada Ny. A dengan Gangguan Sistem Persarafan : Meningitis Tuberkulosis di Ruang 19A Perawatan Penyakit Saraf Wanita Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Selain itu juga berisi tentang pembahasan masalah dan kesenjangan yang dihadapi selama melakukan asuhan keperawatan serta alternatif pemecahan masalah.BAB IV:Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi uraian-uraian kesimpulan dari penerapan langkah-langkah proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian hingga evaluasiBAB IITINJAUAN TEORITISKonsep Dasar Penyakit1. Pengertiana. Meningitis Tuberkulosis Meningitis tuberkulosis adalah infeksi pada meningen yang disebabkan oleh basil tahan asam Mycobacterium tuberculosis (Gilroy, 2000). Suriadi (2001: 201) mengatakan meningitis tuberkulosis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal kolumna yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat. Menurut Arief Mansyur, dkk (2000 : 11) meningitis tuberkulosis adalah penyebaran tuberkulosis primer dengan fokus infeksi ditempat lain. Sedangkan pengertian meningitis tuberkulosis menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi, 1996 : 181) adalah komplikasi infeksi primer dengan atau tanpa penyebaran milier. Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang mengenai selaput otak, parenkim otak dan pembuluh darah otak, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan merupakan infeksi sekunder sebagai akibat penyebaran infeksi tuberkulosis ditempat lain umumnya paru-paru.b. Tuberkulosis (TB) TB adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara (pernafasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran pernafasan, penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Price,S.A., alih bahasa Nugraha.P, 1995 : 753)2. Anatomi Fisiologia. Meningen Meningen adalah ketiga lapisan jaringan ikat non neural yang menyelubungi otak dan medulaspinalis, berindak sebagai peredam syok atau syok absosber dan berisikan cairan serebrospinalis. Cairan serebospinalis ditemukan pada sistem ventrikel dan rongga sub arakhnoid. Ketiga lapisan meningen terdiri dari :1) Duramater atau Dura (pakimenings) Duramater merupakan lapisan terluar meningen, berupa membran yang padat, kuat dan tidak lentur. Berlapis dua sekitar otak dan berlapis satu sekitar medulla spinalis. Lapisan luar bertindak sebagai periosteum dan terikat kuat pada tulang. Lapisan dalam terdapat dalam rongga subdural. Lapisan dalam duramater terpisah dari lapisan luar tempat terbentuknya sinus dura.2) Arakhnoid Arakhnoid adalah lapisan tengah dari meningen yang avaskular, rapuh, tipis dan transparan. Seperti halnya dengan duramater, menyebrangi sulki dan hanya menuju kedalam fisura-fisura utama saja. Dari membran arakhnoid banyak trabekula halus menjurus kearah pia sehingga memberi gambaran sebagai sarang laba-laba. Lapisan luar arakhnoid terdiri dari sel yang menyerupai endotel disebut sebagai meningotelial atau sel arakhnoid. Inti sel-sel tersebut tersusun dalam lapisan tunggal, ganda atau multipel menghadap kearah rongga sub dural. Lapisan dalam arakhnoid dan trabekula ditutup oleh sel mesotelial yang dapat memberikan respon terhadap berbagai rangsangan dan dapat membentuk fagosit. Granulasi arakhnoid adalah proyeksi pia-arakhnoid yang masuk kedalam sinus sagitalis superior. Granulasi ini disebut juga badan pacchioni, masing-masing terdiri dari sejumlah villi arakhnoid yang berfungsi sebagai katup satu arah yang melewatkan bahan-bahan dari cairan serebrospinal masuk kedalam sinus-sinus.3) Piamater atau Pia (Leptomenings) Piamater adalah lapisan meningen terdalam yang melekat erat dengan jaringan otak dan medulla spinalis, yang mengikuti setiap kontur (sulki dan fisura) sambil membawa pembuluh darah kecil yang memberi makanan pada jaringan saraf dibawahnya. Membran pia-glial dibentuk oleh eritrosit end feet yang berakhir di pia. Piamater nampaknya berperan sebagai barrier atau penghalang masuknya benda-benda dan organisme yang dapat merusak.Gambar 1. Anatomi meningen otakSumber : Van de Graff, Kent. M. (1984)Rongga Sub Arakhnoid

Rongga sub arakhnoid merupakan rongga leptomeningeal yang terisi cairan serebrospinal. Semua pembuluh darah, saraf otak serta medulla spinalis melewati cairan tersebut, sehingga bilamana terjadi infeksi pada rongga ini, maka pembuluh darah dan saraf dapat terkena proses peradangan. Arteritis dan flebitis dapat menyebabkan iskemi atau nekrosis jaringan otak. Rongga sub arakhnoid tidak berhubungan dengan rongga sub dural, karena itu leptomeningitis tidak menyebar kedalam rongga sub dural kecuali pada meningitis oleh haemofilus influenza.Sisterna Rongga Sub Araknoid

Rongga sub arakhnoid yang mengelilingi otak dan medulla spinalis memiliki variasi-variasi setempat. Pada dasar otak dan sekitar batang otak, pia dan arakhnoid memisah dan membentuk beberapa rongga besar yang disebut sisterna sub araknoid.Tiga sisterna pada aspek ventral batang otak :Sisterna khiasmatika yang berada didaerah khiasma optika.Sisterna interpendunkularis yang berada di fosa interpedunkularis dari mesensefalon.Sisterna pontin yang berada pada pertemuan pons dengan medula atau Pons medullary junction.

Dua sisterna di aspek posterior batang otak :Sisterna serebromedularis (sisterna magna) yang merupakan salah satu sisterna terbesar, sisterna ini berada diantara pleksus khoroid medulla dan serebelum. Foramina ventrikel IV membuka kedalam sisterna ini.Sisterna superior (sisterna ambiens) sisterna ini mengelilingi permukaan superior dan lateral mesensefalon didalam sisterna ini ditemukan vena serebri magna, arteri serebri posterior dan serebeli superior

Sistem Ventrikel

Sistem ventrikel merupakan suatu seri rongga-rongga di dalam otak yang saling berhubungan, dilapisi ependima dan berisi cairan serebrospinal yang dihasilkan dari darah oleh pleksus khoroid.Rongga-rongga dalam sistem ini terdiri dari sepasang venterikel lateralis (kiri dan kanan), ventrikel III dan ventrikel IV. Kedua rongga ini dihubungkan oleh aquaduktus silvii.Kedua ventrikel lateralis berada di dalam hemisfer serebri dan masing-masing dihubungkan dengan ventrikel III melalui foramen interventrikularis dari monro. Setiap ventrikel lateralis terdiri dari 4 bagian yaitu : Kornu anterior Sela media Kornu inferior atau temporal Kornu posterior

Ventrikel ventrikel III adalah suatu rongga ventrikel tipis di garis tengah, diantara pasangan ventrikel lateralis. Ventrikel IV berhubungan dengan rongga sub arakhnoid melalui kedua foramina dari luscka dan foramina magendi. Kedua foramen dari luscka terletak dalam sudut pons dan medulla. Foramen magendi terletak sebelah belakang medulla dan menghadap sisterna magna.Setiap ventrikel mempunyai pleksus khoroid, yang paling besar adalah pleksus khoroid ventrikel lateralis.Pleksus Khoroid dan Cairan Serebrospinal

1) Pleksus khoroid Pleksus khoroid merupakan anyaman kaya dari pembuluh-pembuluh darah piamater yang menjorok kesetiap rongga ventrikel, membentuk filter semi permeabel antara darah arteri dan cairan serebrospinal. Setiap pleksus khoroid diliputi oleh satu lapisan epitel ependima. Tela khoroidea dari ventrikel lateralis adalah suatu membran tipis seperti jaring laba-laba yang melalui foramen interventrikularis, berhubungan langsung dengan pleksus khoroid ventrikel III. Tela ini dibentuk oleh invaginasi ependima oleh lipatan-lipatan vaskular.2) Cairan serebrospinal Cairan serebrospinal adalah filtrat darah yang jernih tidak berbau dan hampir bebas protein. Cairan serebrospinal dibentuk di ventrikel-ventrikel dan beredar didalam rongga sub arakhnoid.Fungsi cairan serebrospinal adalah menunjang dan membantali susunan saraf pusat terhadap trauma.Peredaran Darah Otak

1) Peredaran darah arterial Suplai peredaran darah arterial kestruktur-strukur intra kranial pada dasarnya berasal dari cabang-cabang kedua arteri karotis interna dan kedua arteri vertebralis.a) Arteri karotis interna Arteri karotis interna keluar dari percabangan karotis komunis leher. Pembuluh darah ini naik menuju basis kranii, membelah sebagai suatu pembuluh bentuk sigmoid di dalam sinus kavernosus.Arteri karotis interna hanya memberi cabang di rongga tengkorak, terdiri dari :(1) Arteri optalmika Arteri ini mempunyai cabang penting yaitu arteri sentralis retinae yang berjalan ditengah-tengah nervus optikus dan berakhir diretina.(2) Arteri khoroidalis anteriorArteri khoroidalis anterior mengikuti traktus optikus sampai pada ketinggian korpus genikulatum lateralis dan kemudian menjadi bagian dari pleksus khoroid ventrikel lateralis.Pembuluh darah ini juga memberi cabang-cabang ke pedunkulus serebri, kapsula interna, nukleus kaudatus, hipokampus dan traktus optikus.(3) Arteri serebri anterior dan mediaKedua arteri ini merupakan cabang terminal dari arteri karotis interna. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada lobus frontalis. Didalam fisura longitudinalis serebri dapat ditemukan arteri komunikans anterior. Cabang-cabang arteri serebri anterior berjalan menuju sisi medial lobus frontalis dan parietalis, substansia perforata anterior, septum pellusidum dan sebagian dari korpus kalosum. Arteri striata medialis memberi darah pada nukleus kaudatus, putamen dan bagian anterior kapsula interna.Arteri serebri media memberi cabang-cabang kesisi lateral lobus temporal dan parietal.Arteri striata lateralis memperdarahi ganglia basalis dan kapsula interna. Arteri komunikans posterior bersatu dengan ramus serebri posterior arteri basilaris. Dalam perjalanannya memberi cabang ke kapsula interna dan talamusb) Arteri vertebralisArteri vertebralis adalah cabang-cabang dari arteri sub klavia. Cabang-cabangnya adalah arteri spinalis anterior dan posterior serta arteriae serebelaris inferior posterior.Arteri basilaris dibentuk oleh kedua gabungan arteri vetrebralis, berjalan pada aspek ventral pons. Cabang-cabangnya meliputi arteriae pontin, sereberalis inferior anterior, labirintin, serebralis superior dan sereberalis posterior.Arteri terakhir memperdarahi sisi medial dan inferior lobus oksipitalis dan temporalis serta cabang-cabang khoroidal posterior ke pleksus khoroid ventrikel III dan ventrikel lateralis.c) Sirkulus willisiSirkulus willisi dibentuk oleh arteri-arteri komunikan anterior dan posterior serta bagian proksimal arteri-arteri serebri anterior, media dan posterior.Fungsi sirkulus willisi memungkinkan suplai darah yang adekuat ke otak bilamana timbul oklusi arteri karotis atau vertebralis. Banyak arteri keluar dari lingkaran ini, masuk ke substansia otak dan arteri-arteri ini sangat penting oleh karena selain berkaliber kecil sehingga mudah tersumbat, juga merupakan end artery tanpa peredaran kolateral dan memperdarahi daerah-daerah vital.2) Peredaran darah venaPeredaran darah vena tidak berperan besar dalam meningitis tuberkulosis. Terdiri dari vena serebral internal dan eksternal. Tempat berakhirnya vena-vena otak ini di sinus-sinus duramater.3. Etiologi Penyakit meningitis tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis humanus, sedangkan menurut peneliti yang lain dalam literatur yang berbeda meningitis Tuberkulosis disebabkan oleh dua micobacterium yaitu Mycobacterium tubeculosis dan Mycobacterium bovis yang biasanya menyebabkan infeksi pada sapi dan jarang pada manusia. (Lindsay, 1997 :473).Mycobacterium tuberculosis merupakan basil yang berbentuk batang, berukuran 0,2-0,6mm x 1,0-10mm, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Mycobacterium tuberculosis bersifat obligat aerob, hal ini menerangkan predileksinya pada jaringan yang oksigenasinya tinggi seperti apeks paru, ginjal dan otak. Mycobacterium tidak tampak dengan pewarnaan gram tetapi tampak dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Basil ini bersifat tahan asam, artinya tahan terhadap pewarnaan carbolfuchsin yang menggunakan campuran asam klorida-etanol. Sifat tahan asam ini disebabkan karena kadar lipid yang tinggi pada dinding selnya. Lipid pada dinding sel basil Mycobacterium tuberculosis meliputi hampir 60% dari dinding selnya, dan merupakan hidrokarbon rantai panjang yang disebut asam mikolat. Mycobacterium tuberculosa tumbuh lambat dengan double time dalam 18-24 jam, maka secara klinis kulturnya memerlukan waktu 8 minggu sebelum dinyatakan negatif.4. Manifestasi Klinik Meningitis tuberkulosis umumnya memiliki onset yang perlahan. Terdapat riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis, biasanya memiliki TB aktif atau riwayat batuk lama, berkeringat malam dan penurunan berat badan beberapa hari sampai beberapa bulan sebelum gejala infeksi susunan saraf pusat muncul. Gejala meningitis tuberkulosis sangat bervariasi, gejala awal biasanya mirip dengan infeksi umum lainnya yaitu berupa kelemahan umum (malaise), demam yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala yang hilang timbul dan muntah. Setelah gejala awal berlangsung selama sekitar 2 minggu timbul gejala nyeri kepala yang persisten dan nyeri tengkuk yang berhubungan dengan rangsang meningeal, timbul tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial dan defisit neurulogik fokal (parese pada nervus kranial dan hemiparese). Inflamasi arteri pada basis kranii disertai penyempitan dan pembentukan trombus pada lumennya menimbulkan iskemik dan infark serebri dengan berbagai defisit neurologi sebagai akibatnya. Saraf kranial II, III, IV, VI, VII dan VIII sering mengalami kompresi oleh eksudat yang kental. Pada stadium lanjut terjadi gerakan involunter, hemiplegi, kesadaran yang semakin menurun dan terjadi hidrosefalus.Ensefalopati tuberkulosis secara klinis memberikan sindrom berupa kejang, stupor atau koma, gerakan involunter, paralise, deserebrasi atau rigiditas dengan atau tanpa tanda klinis meningitis atau kelainan cairan serebrospinalis.5. PatofisiologiMeningitis tuberkulosis pada umumnya sebagai penyebaran infeksi tuberkulosis primer ditempat lain. Biasanya fokus infeksi primer di paru-paru. Tuberkulosis secara primer merupakan penyakit pada manusia. Reservoir infeksi utamanya adalah manusia, dan penyakit ini ditularkan dari orang ke orang terutama melalui partikel droplet yang dikeluarkan oleh penderita tuberkulosis paru pada saat batuk. Partikel-partikel yang mengandung Mycobacterium tuberculosis ini dapat bertahan lama di udara atau pada debu rumah dan terhirup masuk kedalam paru-paru orang sehat. Pintu masuk infeksi ini adalah saluran nafas sehingga infeksi pertama biasanya terjadi pada paru-paru. Transmisi melalui saluran cerna dan kulit jarang terjadi.Droplet yang terinfeksi mencapai alveoli dan berkembang biak dalam ruang alveoli, makrofag alveoli maupun makrofag yang berasal dari sirkulasi. Sejumlah kuman menyebar terutama ke kelenjar getah bening hilus. Lesi primer pada paru-paru berupa lesi eksudatif parenkimal dan kelenjar limfenya disebut kompleks Ghon. Pada fase awal kuman dari kelenjar getah bening masuk kedalam aliran darah sehingga terjadi penyebaran hematogen.Dalam waktu 2-4 minggu setelah terinfeksi, terbentuklah respon imunitas selular terhadap infeksi tersebut. Limfosit-T distimulasi oleh antigen basil ini untuk membentuk limfokin, yang kemudian mengaktivasi sel fagosit mononuklear dalam aliran darah. Dalam makrofag yang diaktivasi ini organisme dapat mati, tetapi sebaliknya banyak juga makrofag yang mati. Kemudian terbentuklah tuberkel terdiri dari makrofag, limfosit dan sel-sel lain mengelilingi jaringan nekrotik dan perkijuan sebagai pusatnya.Setelah infeksi pertama dapat terjadi dua kemungkinan, pada orang yang sehat lesi akan sembuh spontan dengan meninggalkan kalsifikasi dan jaringan fibrotik. Pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah, penyebaran hematogen akan menyebabkan infeksi umum yang fatal, yang disebut sebagai tuberkulosis millier diseminata. Pada keadaan dimana respon host masih cukup efektif tetapi kurang efisien akan timbul fokus perkijuan yang besar dan mengalami enkapsulasi fibrosa tetapi menyimpan basil yang dorman. Klien dengan infeksi laten memiliki resiko 10% untuk berkembang menjadi tuberkulosis aktif. Reaktivasi dari fokus perkijuan akan terjadi bila daya tahan tubuh host menurun, maka akan terjadi pembesaran tuberkel, pusat perkijuan akan melunak dan mengalami pencairan, basil mengalami proliferasi, lesi akan pecah lalu melepaskan organisme dan produk-produk antigen ke jaringan disekitarnya. Apabila hal-hal yang dijelaskan di atas terjadi pada susunan saraf pusat maka akan terjadi infeksi yang disebut meningitis tuberkulosis.Fokus tuberkel yang berlokasi dipermukaan otak yang berdekatan dengan ruang sub arakhnoid dan terletak sub ependimal disebut sebagai Focus Rich. Reaktivasi dan ruptur dari fokus rich akan menyebabkan pelepasan basil Tuberkulosis dan antigennya kedalam ruang sub arakhnoid atau sistem ventrikel, sehingga terjadi meningitis tuberkulosis.Patofisiologi Meningitis Tuberkulosis Inhalasi kuman TBParu-paru Penyebaran limfohematogenTB paru primer Dorman di otak Organ lainPembentukan tuberkel-tuberkel kecil berwarna putihpada permukaan otak, selaput otak, sumsum tulang belakangTuberkel melunak dan pecahKuman masuk ke ruang sub arakhnoid dan ventrikulusTerjadi peradangan difus pada pia, arakhnoid, LCS, ruang sub arakhnoid dan ventrikulusPenyebaran sel-sel leukosit PMN ke dalam ruang sub arakhnoidTerbentuk eksudatBeberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dalam minggu ke-2 Eksudat yang terbentuk terdiri dari 2 lapisan : lapisan luar mengandung fibrin dan leukosit PMN lapisan dalam mengandung makrofagProses radang terjadi juga pada pembuluh darah di korteksTrombosis, infark otak, oedema otak, degenerasi neuron-neuronTombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrinopurulen. Kelainan nervus kranial II, III, IV, VI, VII, VIIIOrganisasi di ruang sub arakhnoid superfisial yang dapat menghambat aliran dan absorpsi LCSHidrosefalus komunikanBagan 1Patofisiologi6. Klasifikasi Menurut Smeltzer. S.C and Brenda. G. Bare (2001 : 2175) klasifikasi meningitis dibagi menjadi 3 tipe utama yaitu meningitis asepsis, sepsis dan tuberkulosis.Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah di ruang sub arakhnoid.Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti meningokokus,stafilokokus, atau basilus influenza.Meningitis tuberkulosis disebabkan oleh bakteri mikobakterium tuberkulosis.

Sedangkan menurut Arief Mansyur (2000 : 11) berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi dalam 2 golongan yaitu :Meningitis serosa adalah radang selaput otak, arakhnoid, dan piamater yang disertai cairan otak yang jernih penyebab tersering adalah Mycobacterium tuberculosis, penyebab lain adalah virus, toxoplasma dan ricketsia.Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piamater yang meliputi otak dan medulaspinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitidis (meningokok), Streptococcus haemoliticus, Staphylococcus coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.

Klasifikasi atas dasar gejala klinik yang dapat meramalkan prognosis penyakit menurut Medical Research Council of Great Britain sebagai berikut :Stadium I : Klien menunjukan sedikit atau tanpa gejala klinis meningitis, tanpa parese, dalam keadaan umum yang baik dan kesadaran yang penuh.Stadium II : Klien dengan keadaan diantara stadium I dan IIIStadium III : Klien tampak sakit berat, kesadaran stupor atau koma dan terdapat parese yang berat (hemiplegi atau paraplegi).7. Dampak Meningitis Terhadap Sistem Tubuh Lain a. Sistem PernafasanPenderita meningitis dapat mengalami kerusakan saraf pengatur pernafasan sehingga kontrol sistem pernafasan tidak adekuat. Pola nafas berubah sehingga pengambilan oksigen dari atmosfir dapat berkurang, yang berakhir dengan kondisi hipoksia. Kerusakan vaskular pada jaringan susunan saraf pusat akan menghambat proses transportasi oksigen sehingga otak kekurangan oksigen yang berdampak terjadinya kematian sel-sel jaringan otak, distres pernafasan terjadi akibat penekanan pusat pernafasan di medulla oblongata oleh peningkatan tekanan intrakranial. b. Sistem KardiovaskularProses peradangan pada meningen menyebabkan perubahan pada jaringan selaput otak sehingga menghambat sirkulasi darah. Gangguan pola nafas menyebabkan kadar oksigen darah berkurang sehingga perfusi jaringan menurun yang ditandai dengan adanya sianosis pada beberapa bagian tubuh tekanan darah meningkat atau menurun dan frekuensi nadi meningkat. c. Sistem PencernaanTerjadi oedema serebral mengakibatkan kompensasi tubuh untuk menangani dengan mengeluarkan steroid adrenal melalui perangsangan dari hipotalamus. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan sekresi asam lambung yang menyebabkan hiper asiditas yang akan menimbulkan mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Pada kondisi yang kronis keadaan ini akan menimbulkan iskemi mukosa lambung dan kerusakan barier mukosa sehingga terjadilah perdarahan lambung (stress ulcer) maka pada kondisi tersebut asupan nutrisi klien tidak adekuat yang menimbulkan klien kurang nutrisi.d. Sistem PerkemihanPada sistem urinaria terjadi retensi urine dan inkontinensia urine. Pada kondisi lebih lanjut akan terjadi albuminuria karena proses katabolisme terutama jika dalam kondisi kekurangan kalori protein (KKP). e. Sistem PersarafanProses peradangan meningen dapat menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial, dimana akan terjadi kerusakan saraf pusat pengontrol kesadaran yang dapat menimbulkan penurunan kesadaran dan terjadi penekanan pada saraf pusat pernafasan yang dapat mengakibatkan pola nafas tidak efektif. Pada saraf kranial yaitu nervus vagus yang mengakibatkan penurunan reflek menelan, nervus optikus yang dapat mengganggu fungsi visual, kerusakan nervus III, IV, VI yang dapat mengganggu pergerakan bola mata, kerusakan nervus VIII yang dapat mengganggu fungsi pendengaran. Pada proses peradangan akan menimbulkan respon nyeri yang akan merangsang korteks sesebri dan dalam keadaan lanjut dapat menimbulkan iritasi meningen yang ditandai dengan adanya kaku kuduk, kernig positif, brudzinski I dan II, serta laseque positif.f. Sistem muskuloskeletal Proses inflamasi pada susunan saraf menimbulkan berbagai hambatan dalam perangsangan neuromuskuler sehingga dapat timbul kelemahan otot-otot dan terjadi paralise. Hal ini memungkinkan klien tidak dapat melakukan aktifitas gerak tubuhnya secara optimal bahkan terjadinya kontraktur dapat memperberat kondisi.g. Sistem Integumen Peningkatan metabolisme mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehingga timbul demam, yang dapat meningkatkan kebutuhan cairan, selain itu klien dengan meningitis seringkali terjadi penurunan kesadaran sehingga klien harus berbaring lama di tempat tidur dan dapat terjadi gangguan integritas kulit sebagai dampak dari berbaring yang lama.8. Pemeriksaan PenunjangRadiologi

Pemeriksaan radiologi pada meningitis tuberkulosis meliputi pemeriksaan Rontgent thorax, CT-scan, MRI.Pada klien dengan meningitis tuberkulosis umumnya didapatkan gambaran tuberkulosis paru primer pada pemeriksaan rontgent thoraks, kadang-kadang disertai dengan penyebaran milier dan kalsifikasi. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan dan MRI dapat terlihat adanya hidrosefalus, inflamasi meningen dan tuberkoloma. Gambaran rontgent thoraks yang normal tidak menyingkirkan diagnosa meningitis tuberkulosis.Tes Tuberkulin

Tuberkulin hanya mendeteksi reaksi hipersensitifitas lambat, tidak menandakan adanya infeksi aktif sehingga penggunaannya untuk mendiagnosis infeksi aktif dan meningitis tuberkulosis masih kurang sensitif. Namun pemeriksaan tuberkulin yang positif pada anak memiliki nilai diagnostik, sementara pada orang dewasa hanya menandakan adanya riwayat kontak dengan antigen tuberkulosis, dan dapat memberikan arah untuk pemeriksaan selanjutnya.Cairan Serebrospinal

Pemeriksaan cairan serebrospinal merupakan diagnostik yang efektif untuk mendiagnosis meningitis tuberkulosis. Gambaran cairan serebrospinal yang karakteristik pada meningitis tuberculosis adalah:1) Cairan jernih sedikit kekuningan atau xantocrom.2) Pleositosis yang moderat biasanya antara 100-400 sel/mm3 dengan predominan limfosit.3) Kadar glukosa yang rendah 30-45 mg/dL atau kurang dari 50% nilai glukosa darah.4) Peningkatan kadar protein.Bakteriologi

Identifikasi basil tuberkulosis pada cairan serebrospinal memiliki akurasi yang sangat tinggi hingga 100% dalam mendiagnosis meningitis tuberkulosis. Untuk mendiagnosis basil tersebut dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan apus langsung BTA dengan metode Ziehl-Neelsen dan dengan cara kultur pada cairan serebrospinal.Pemeriksaan Biokimia

Pemeriksaan ini untuk mengukur sifat tertentu dari mycobacterium atau respon tubuh penderita terhadap mycobacterium. Yang tergolong pemeriksaan biokimia antara lain:1) Bromide Partition Test (BPT)2) Adenosine Deaminase Activity (ADA)3) Tuberculostearic AcidTes Immunologis

Yang mendeteksi antigen atau antibody mikobakterial dalam cairan serebrospinal, metoda yang sering digunakan dalam tes imunologis antara lain:1) ELISA (enzym linked immuno sorbent assay)2) Polymerase Chain Reaction (PCR)9. Penatalaksanaan MedikPenatalaksanaan meningitis tuberkulosis terdiri dari:Perawatan umum

Perawatan penderita meliputi berbagai aspek yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, antara lain kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, posisi klien, perawatan kandung kemih, dan defekasi serta perawatan umum lainnya sesuai dengan kondisi klien.Kemoterapeutik dengan obat anti tuberkulosis

Tujuan pengobatan terhadap penderita tuberkulosis adalah menyembuhkan penderita dari penyakit tuberkulosis yang dideritanya, mencegah kematian akibat tuberkulosis, mencegah terjadinya relaps, mencegah penularan dan sekaligus mencegah terjadinya resistensi terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) yang diberikan. Prinsip pengobatan meningitis tuberkulosis tidak banyak berbeda dengan terapi bentuk tuberkulosis yang lain. Syarat terpenting adalah bahwa pilihan OAT harus dapat menembus sawar darah otak dalam konsentrasi yang cukup untuk mengeliminir basil intra dan ekstraselular. Beberapa obat yang biasa digunakan untuk meningitis tuberkulosis adalah :1) Isoniazida (INH) diberikan dengan dosis 400 mg / hari.2) Rifampisin, diberikan dengan dosis 450-600 mg / hari.3) Pyrazinamid, diberikan dengan dosis 1500 mg / hari.4) Ethambutol, diberikan dengan dosis 25 mg / kg BB / hari sampai dengan 1500 mg / hari.5) Streptomisin, diberikan intra muskular selama 3 bulan dengan dosis 30-50 mg / kg BB / hari.6) Kortikosteroid, biasanya digunakan dexametason secara intra vena dengan dosis 10 mg setiap 4-6 jam, pemberian dexametason ini terutama jika terdapat oedema otak, apabila keadaan membaik maka dosis dapat diturunkan secara bertahap.Efek samping OAT(a) Isoniazid (H)Efek samping berat yaitu terjadi hepatitis dan terjadi pada kira-kira 0,5% dari kasus. Bila terjadi maka pengobatan dihentikan, dan setelah pemeriksaan faal hati kembali normal pengobatan dapat dilaksanakan kembaliEfek samping ringan berupa(1) Tanda-tanda keracunan saraf tepi, kesemutan, anastesia dan nyeri otot(2) Kelainan yang menyerupai syndroma pellagra(3) Kelainan kulit yang bervariasi antara lain gatal-gatal(b) Rifampisin (R)Efeksamping berat jarang terjadi seperti : sesak nafas yang kadang-kadang disertai kollaps atau syok, anemia hemolitik, purpura dan gagal ginjalEfek samping ringan seperti : gatal-gatal, kemerahan, demam, nyeri tulang, nyeri perut, mual muntah dan kadang-kadang diare.(c) Pyrazinamid (Z)Efek samping utama adalah hepatitis, dapat terjadi nyeri sendi dan kadang-kadang serangan penyakit gout.(d) Ethambutol (E)Dapat menyebabkan gangguan penglihatan, berkurangnya ketajaman penglihatan, kabur dan buta warna merah dan hijau.Konsep Asuhan Keperawatan Meningitis Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami gangguan sistem persarafan, perawat dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, karena tidak jarang kliennya mengalami penurunan kesadaran, sehingga perawat bekerja sepihak. Walaupun kondisinya demikian perawat tetap harus menggunakan metoda pendekatan pemecahan masalah (problem solving) melalui proses keperawatan. Proses keperawatan yaitu serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan secara optimal.tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara komprehensif yang saling berkesinambungan dan berkaitan satu sama lain dari mulai pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dimana pada tahap ini perawat melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik, laporan teman sejawat, catatan keperawatan atau tim kesehatan lainnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisa untuk mendapatkan diagnosa keperawatan yang merupakan masalah klien. Tahap pengkajian ini terdiri dari :a. Pengumpulan data1) Identitasa) Identitas klienIdentitas klien yang berhubungan dengan penyakit meningitis adalah:- Umur : meningitis adalah penyakit sistem persarafan yang dapat terjadi pada semua umur, dewasa maupun anak.- Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi terhadap pengetahuan klien tentang penyakit meningitis- Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh karena dapat menyebabkan gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuh klien rendah dan mudah jatuh sakit.b) Identitas penanggung jawab meliputi:Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.2) Riwayat kesehatana) Keluhan utamaPada umumnya klien dengan meningitis keluhan yang paling utama adalah adanya nyeri kepala atau penurunan kesadaran yang disertai kejang.b) Riwayat kesehatan sekarangPengkajian meliputi keluhan pada saat datang ke rumah sakit dan keluhan pada saat pengkajian, dikembangkan dengan menggunakan analisa PQRST.P: Provokatif/paliatifApakah yang meyebabkan keluhan dan memperingan serta memberatkan keluhan. Nyeri kepala pada penyakit meningitis biasanya disebabkan oleh adanya iritasi meningen. Nyeri di rasakan bertambah bila beraktivitas dan berkurang jika beristirahat.Q : Quantity / QualitySeberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta berapa sering keluhan itu muncul. Nyeri kepala dirasakan menetap dan sangat berat.R: Region / RadasiLokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran keluhan sejauh mana.S : ScaleIntensitas keluhan dinyatakan dengan keluhan ringan, sedang dan berat. Nyeri kepala pada klien meningitis sangat berat (skala : 5), dikarenakan adanya iritasi meningen yang disertai kaku kuduk.T : TimingKapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-ulang, dimana hal ini menentukan waktu dan durasi. Keluhan nyeri dirasakan menetap/terus menerus karena iritasi meningen.c) Riwayat kesehatan dahuluKaji kebiasaan klien : merokok, minum-minuman beralkohol, riwayat batuk lama / infeksi saluran nafas kronis, batuk berdahak atau tanpa dahak (dahak berdarah / tidak). Riwayat kontak dengan penderita TBC. Apakah klien punya riwayat trauma kepala atau tulang belakang. Riwayat infeksi lain seperti Otitis media dan mastoiditis.d) Riwayat kesehatan keluarga.Kaji riwayat keluarga apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit yang sama dengan klien, riwayat demam disertai kejang. Adanya penyakit menular seperti TBC.3) Pemeriksaan fisika) Sistem pernafasanGejala yang ditemukan biasanya didapatkan pernafasan cepat dan dangkal, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, adanya pernafasan cuping hidung, retraksi dada positif, adanya batuk berdahak, ronkhipositif.b) Sistem KardiovaskulerSuara jantung lemah, adanya peningkatan tekanan darah atau penurunan tekanan darah dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Pada kasus lebih lanjut akral menjadi dingin, terjadi sianosis dan capillary refil time (CRT) lebih dari 3 detik.c) Sistem PercernaanPada sistem pencernaan ditemukan keluhan mual dan muntah serta anoreksia bahkan ditemukan adanya kerusakan nervus kranial pada nervus vagus yang mengakibatkan penurunan reflek menelan. Pada kondisi ini akan menimbulkan hipersekresi HCl iskemia mukosa lambung dan kerusakan barrier mukosa erosi hemoragik lambung (perdarahan lambung) sehingga terjadi penurunan berat badan dan jatuh pada kondisi kurang kalori protein (KKP).d) Sistem PerkemihanPada sistem urinaria dapat terjadi retensi urine dan inkontinensia urine. Pada kondisi lebih lanjut akan terjadi albuminuria karena proses katabolisme terutama jika dalam kondisi KKP.e) Sistem MuskuloskeletalPengkajian pada sistem muskuloskeletal perlu diarahkan pada kerusakan motorik, kelemahan tubuh, massa otot, dan perlu di kaji rentang gerak dari ekstremitas.f) Sistem IntegumenPenting mengkaji adanya peningkatan suhu tubuh sebagai dampak infeksi sistemik, selain itu klien dengan meningitis seringkali terjadi penurunan kesadaran sehingga klien harus berbaring lama di tempat tidur dan dapat terjadi gangguan integritas kulit sebagai dampak dari berbaring yang lama.g) Sistem persarafanGangguan yang muncul pada klien meningitis yang berkaitan dengan sistem persarafan sangat kompleks. Pada penyakit meningitis terjadi peradangan selaput otak dan parenkim otak yang merupakan pusat sistem persarafan. Gangguan yang muncul tersebut antara lain: kerusakan saraf pengontrol kesadaran yang dapat mengakibatkan penurunan kesadaran, pola nafas tidak efektif akibat peningkatan tekanan intrakranial yang menekan pusat pernafasan dan kerusakan pada saraf kranial yaitu nervus vagus yang mengakibatkan penurunan reflek menelan, nervus kranial lain yang umum terkena adalah nervus I, III, IV, VI, VIII. Pada penyakit meningitis terdapat tanda yang khas yaitu tanda-tanda iritasi meningen: kaku kuduk positif, brudzinski I, II positif, kernig dan laseque positif. Selain itu gejala awal yang sering terjadi pada meningitis adalah sakit kepala dan demam yamg diakibatkan dari iritasi meningen, juga didapat adanya manifestasi perubahan perilaku yang umum terjadi, yaitu letargik, tidak responsif dan koma. Kejang sekunder dapat terjadi juga akibat area fokal kortikal yang peka. Alasan yang tidak diketahui, klien meningitis juga mengalami foto fobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.4) Pola aktivitas sehari-haria) NutrisiBiasanya klien kehilangan nafsu makan, mual, muntah, anoreksia dan bila pasien mengalami penurunan kesadaran, reflek menelan terjadi penurunan, sehingga klien harus dipasang naso gastric tube (NGT).b) EliminasiPada umumnya klien dengan penurunan kesadaran akan terjadi inkontinensia urine sehingga harus dipasang dower kateter.c) Istirahat tidurIstirahat tidur terganggu akibat adanya sesak nafas, nyeri kepala hebat akibat peningkatan tekanan intra kranial. Hal ini merupakan mecanoreceptor terhadap reticular activating system ( RAS ) sebagai pusat tidur jaga.d) Personal hygieneBisa mengalami gangguan pemenuhan ADL termasuk personal hygiene akibat kelemahan otot terutama pada klien dengan penurunan kesadaran.5) Data psikologisPada umumnya klien merasa takut akan penyakitnya, cemas karena perawatan lama di rumah sakit dan perasaan tidak bebas di rumah sakit akibat hospitalisasi.Konsep diri klien: persepsi klien terhadap tubuhnya dapat berubah akibat perubahan bentuk dan fungsi tubuh, klien merasa tidak berharga, rendah diri dan kehilangan peran.Ideal diri klien banyak yang tidak tercapai. Sebagian besar penyakit meningitis dapat membatasi kehidupan klien sehari-hari.6) Data sosialPerlu dikaji tentang tidak tanggapnya terhadap aktifitas disekitarnya baik ketika di rumah atau di rumah sakit. Klien biasanya menjadi tidak peduli dan lebih banyak diam akan lingkungan sekitarnya.7) Data spiritualPengkajian ditujukan terhadap harapan kesembuhan, kepercayaan dan penerimaan mengenai keadaan sakit serta keyakinan yang dianut oleh klien ataupun keluarga klien.8) Data Penunjanga) Laboratorium(1) Pemeriksaan darah leukosit meningkat bila terjadi infeksi.(2) Analisis cairan serebrospinalis melalui lumbal fungsi.Karakteristik cerebro spinalis fluid (CSF) pada meningitis tuberkulosis adalah :(a) Warna CSF jernih(b) Jumlah sel eritrosit dan leukosit meningkat.(c) Biokimia:- Kalium meningkat- Klorida menurun- Glukosa menurun- Protein meningkatb) Radiologi dengan thorak foto melihat kemungkinan adanya penyakit saluran nafas sebagai infeksi primer.c) Foto tulang wajah untuk melihat adanya skelet dan rongga sinus yang mengalami sinusitis.d) Scanning / CT Scan untuk menemukan adanya patologi otak dan medulaspinalis.b. Analisa DataAnalisa data adalah kemampuan mengaitkan dan menggabungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. Merupakan suatu proses berpikir yang meliputi kegiatan pengelompokkan data dan menginterpretasikan kelompok data dan membandingkan dengan standar yang normal serta menentukan masalah atau penyimpangan yang merupakan suatu kesimpulan.c. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan meningitis adalah:Menurut Doenges, 1993 : 311-3191) Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman patogen.2) Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral.3) Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan penurunan kesadaran4) Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf pusat.5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.6) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan sistem saraf.7) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.8) Kurang pengetahuan tentang penyebab infeksi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.Menurut Tucker (1993:522-524).9) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran.10) Gangguan keseimbangan suhu tubuh, hypertermia berhubungan dengan proses inflamasi.11) Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.2. Perencanaan

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan merumuskan intervensi dan rasional secara sistematis dan spesifik disesuaikan dengan kondisi, situasi dan lingkungan klien.Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman patogen secara hematogen.

Tujuan : Penyebaran infeksi tidak terjadi.Kriteria :- Suhu tubuh normal 36-37C- Klien ditempatkan di ruang isolasiNo. Intervensi Rasional 1231.Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahanPada fase awal meningitis meningokokus atau infeksi ensepalitis lainnya, isolasi mungkin diperlukan sampai organismenya diketahui/dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan resiko penyebaran pada orang lain.2.Pertahankan teknik aseptik danteknik cuci tangan yang tepatbaik klien atau pengujungmaupun staf. Pantau dan batasipengunjung/staf sesuai kebutuhan.Menurunkan resiko klien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi (misalnya: individu yang mengalami infeksi saluran pemafasan atas).3.Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda-tanda klinis dari proses infeksi.Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama kurang dari 5 hari setelah suhu turun (kembali normal) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda klinis yang terus menerus merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang dapatbertahan sampai berminggu-minggu/berbulan-bulan atau terjadipenyebaran patogen secarahematogen/sepsis.4.Teliti adanya keluhan dari dada, berkembangnya nadi yang tidak teratur/disritmia atau demam yang terus menerus.Infeksi sekunder sepertimiokarditis/perikarditis dapatberkembang dan memerlukan intervensilanjut.5.Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan pernafasan dan usaha pernafasan.Adanya rorchi/mengi, takhipne dan peningkatan kerja pernafasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan resiko terjadinya infeksi pernafasan.6.Ubah posisi klien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan nafas dalam.Mobilisasi sekret dan meningkatkan kelancaran sekret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernafasan.7.Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bauUrine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan resiko terhadap infeksi kandung kemih/ginjal/awitan sepsis.8.KolaborasiBerikan terapi antibiotik IV sesuai indikasi: penisilin G, Ampisilin, Kloramfenikol, Gentamisin,Amfoterisin B.Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitifitas individu. Catalan: Obat intratekal mungkin diindikasikan untuk basilus Gram-negatif, jamur, amuba.Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan perfusi serebralKriteria :- Tingkat kesadaran membaik- Tanda-tanda vital stabil- Tidak adanya nyeri kepala- Tidak adanya tanda peningkatan TIKNo. Intervensi Rasional 1231.Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang menyebabkan koma / penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIKMenentukan pilihan intervensi. Penurunan tanda/gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah serangan awal menunjukan klien itu perlu dipindahkan ke perawatan intensif untuk mementau tekanan TIK atau pembedahan.2.Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar (misalnya: GCS)Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan, lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.3.Pantau tanda-tanda vital meliputi TD, Nadi, RespirasiPeningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti oleh penurunan tekanan darah diastolik merupakan tanda adanya peningkatan TIK nafas yang tidak teratur dapat menunjukan lokasi gangguan serebral dan tanda adanya peningkatan serebral.4.Bantu klien untuk menghindari manuver valsava, seperti batuk, mengejan.Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra thoraks yang akan meningkatkan TIK5Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai.Petunjuk non verbal ini menunjukan adanya peningkatan TIK atau adanya nyeri kepala.6Kaji adanya peningkatan rigiditas, regangan, peka rangsang, serangan kejang.Merupakan indikasi dari iritasi meningeal yang dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan dari duramater atau perkembangan infeksi.7Tinggikan kepala klien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat ditoleransi.Meningkatkan aliran balik vena dari kepala sehingga akan mengurangi kongesti dan oedema atau resiko peningkatan TIK.8Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi seperti dexametasonMenurunkan inflamasi yang selanjutnya menurunkan oedema jaringan.Resiko tinggi terhadap injuri / trauma berhubungan dengan adanya kejang akibat iritasi korteks serebral.

Tujuan : Trauma / injuri tidak terjadi.Kriteria : Tidak mengalami kejang / kejang dapat diatasi.No. Intervensi Rasional 1231.Monitor adanya kejang/ kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot wajah yang lain.Mencerminkan adanya iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi.2.Berikan keamanan pada kliendengan memberi bantalan padapenghalang tempat tidur,pertahankan penghalangtempat tidur tetap terpasangdan pasang jalan nafas buatanplastik atau gulungan lunakdan alat penghisap.Melindungi klien jika terjadi kejang. Catatan: Memasukan jalan nafas buatan/ gulungan lunak hanya jika rahangnya relaksasi, jangan dipaksa, memasukan ketika giginya mengatup karena dapat merusak jaringan lunak.3.Kolaborasi dengan medik untuk pemberian obat sesuai indikasi,seperti Fenitoin (dilantin),diazepam (valium),fenobarbital (luminal)Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang. Catatan: Fenobarbital dapat menyebabkan depresi pernafasan dan sedatif serta menutupi tanda/ gejala dari peningkatan TIK.Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf pusat.

Tujuan : Nyeri hilangKriteria :- Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol- Menunjukan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.No. Intervensi Rasional 1231.Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasiMenurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi.2.Letakan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata.Meningkatkan vasokontriksi, menumpulkan persepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri.3.Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit.Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidak nyamanan lebih lanjut.4.Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan lakukan massase otot daerah bahu atau leher.Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak akibat kelemahan atau kerusakan neuromuskular.

Tujuan : Mobilisasi fisik terpenuhi.Kriteria : Klien mampu melakukan mobilisasi.No. Intervensi Rasional 1231.Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi dan pilihan intervensi yang akan dilakukan.2.Kaji derajat imobilisasi klien dengan menggunakan skala ketergantunganKlien mampu mandiri (nilai 0) atau memerlukan bantuan/ peralatan yang minimal (nilai 1); memerlukan bantuan sedang dengan pengawasan / diajarkan (nilai 2); memerlukan bantuan / peralatan yang terus menerus dan alat khusus (nilai 3); atau tergantung secara total pada pemberian asuhan (nilai 4). seseorang da lam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan namun kategori dengan nilai 2-4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya tersebut sehubungan dengan imobilisasi.3.Berikan atau bantu untuk melakukan latihan rentang gerak/ROM.Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi / posisi normal ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis4.Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab dan ganti linen / pakaian yang basah dan pertahankan linen tersebut tetap bersih dan bebas dari kerutan.Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulitPerubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan sistem saraf.

Tujuan : Tidak terjadi perubahan sensoriKriteria :- Melakukan kembali/mempertahankan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsiNo. Intervensi Rasional 1231.Evaluasi secara teratur perubahan orientasi, kemampuan berbicara, alam perasaan/afektif, sensorik dan proses pikir.Fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih dulu oleh adanya gangguan sirkulasi, oksigenasi.2.Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas/dingin, tajam/tumpul, dan kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatikan adanya masalah penglihatan atau sensasi yang lain.Informasi penting untuk keamanan klien. Semua sistem sensorik dapat terpengaruh dengan adanya perubahan yang melibatkan peningkatkan atau penurunkan sensitifitas atau kehilangan sensasi/kemampuan untuk menerima dan berespon secara sesuai dengan stimulus.3.Berikan stimulasi yang bermanfaat secara verbal, penciuman, taktil, pendengaran .Membantu klien untuk memisahkan pada realitas dari perubahan persepsi, gangguan fungsi kognitif dan atau penurunan penglihatan dapat menjadi potensi timbulnya disorientasi dan ansietas.4.Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunokasi dan melakukan aktifitas.Menurunkan frustrasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan atau pola respon yang menunjang.Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan kesadaran.

Tujuan : pola nafas efektifKriteria :- Frekuensi nafas normal 16 20 x /mt- Irama nafas reguler.No. Intervensi Rasional 1231.Kaji dan pantau frekuensi pola dan irama nafasPerubahan pola nafas tidak efektif merupakan tanda berat adanya peningkatan tekanan intrakranial yang menekan medulla oblongata2.Pertahankan jalan nafas efektif dengan melakukan pembersihan jalan nafas seperti pengisapan lendir dan oral hygiene.Lendir yang berlebihan akan menumpuk dan menimbulkan obstruksi jalan nafas.3.Berikan O2 sesuai order dan monitor efektifitas pemberian oksigen tersebut.Untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam darah dan jaringan.4.Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan leher dan posisi netral.Posisi leher yang ekstensi / menekuk mengakibatkan jalan nafas terhambat.Gangguan keseimbangan suhu tubuh hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan : Keseimbangan suhu tubuh terpenuhi.Kriteria : Suhu tubuh 36 37 C, keringat berkurang, klien tidak merasakan panas badan.No. Intervensi Rasional 1231.Berikan kompres dingin pada daerah yang banyak pembuluh darah sampai suhu badan kembali normal.Kompres dingin dapat menimbulkan proses konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak fisik antara kedua objek tersebut.2.Anjurkan pada klien untuk mengenakan pakaian tipis dan menyerap keringat.Dengan pakaian tipis memudahkan penyerapan keringat dan memberi rasa nyaman.3.Observasi tanda-tanda vital suhu, tensi, respirasi, dan nadi.Untuk mengetahui lebih lanjut tindakan yang akan dilakukan.4.Kolaborasi pemberian terapi antipiretik.Antipiretik berfungsi menghambat panas pada hipotalamus.Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.

Tujuan : Ganguan integritas kulit tidak terjadiKriteria : Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit seperti : kemerahan dan lecet pada kulit.No. Intervensi Rasional 1231.Atur dan rubah posisi tidur klien setiap 2 jam.Dapat mengurangi tekanan yang terus menerus yang menimbulkan sirkulasi yang optimal pada daerah penekanan.2.Berikan bantalan pada area tubuh yang menonjol dan berada pada permukaan tempat tidur.Dengan diberikan bantalan pada daerah penekanan akan mengurangi tekanan efek sirkulasi yang tidak lancar.3.Lakukan masase pada daerah penekanan seperti bokong, siku dan turn it setiap hari.Tindakan masase sebagi stimulus terhadap vasodilatasi bagi vaskuler yang mengalami kontriksi pada permukaan sehingga akan membantu melancarkan sirkulasi pada daerah tersebut.4.Observasi tanda dekubitus seperti lecet, kemerahan pada siku, tumit, bokong dan daerah punggung setiap hariBila ditemukan tanda-tanda dekubitus segera ambil tindakan untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan jaringan kulit yang berlebihan.Gangguan rasa aman: cemas klien atau keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan klien dirumah.

Tujuan : cemas dapat diatasiKriteria :- Klien atau keluarga mengakui dan mendiskusikan rasa takut.- Klien atau keluarga tampak rileks (tidak memperlihatkan kecemasan seperti gelisah)No. Intervensi Rasional 1231.Kaji status mental dan tingkat ansietas dari klien/keluarga. Catat tanda-tanda verbal atau non verbal.Gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut tapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.2.Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejalanya.Meningkatkan pemahaman,mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat membantu menurunkan ansietas.3.Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan.Dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan tersebut melibatkan otak.4.Libatkan klien/keluarga dalamperawatan, perencanaankehidupan sehari-hari,membuat keputusan sebanyakmungkin.Meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan kemandirian.Perubahan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan reflek menelan (disfagia) atau adanya rasa rnual,muntah dan anoreksia.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.Kriteria :- Disfagia dapat diatasi- Tidak terjadi aspirasi.- Mual, muntah dan anoreksia tidak ada.No. Intervensi Rasional 1231.Timbang berat badan seminggu sekali.Untuk mengetahui efektivitas therapi.2.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu perencanaan makanan.Ahli gizi adalah spesialis nutrisi yang dapat membantu kebutuhan nutrisi klien dan langsung mempersiapkan kebutuhan nurisi kliennya.3.Jika masukan makanan hanyasedikit, BB terus menerus turunselama 5 hari, statusmenunjukkan kekurangannutrisi kolaborasi dengandokter untuk pemberian nutrisiparenteral total (NPT).NPT mensuplai protein dan kalori,asam lemak dan vitamin dapat diberikan IV bersama-sama larutan NPT, protein, Karbohidrat dan lemak penting untuk fungsi dan perkembangan sel.4.Bila terjadi disfagia kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT.Dengan NGT dapat menghindari terjadinya aspirasi karena kelemahan reflek menelan.5.Kolaborasi pemberian obat H2 reseptor antagonis sesuai advis.H2 reseptor antagonis dapat menghambat produksi HCl atau menetralisir asam lambung.Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan : dehidrasi berhubungan dengan kehilangan cairan, penurunan masukan oral dan peningkatan suhu tubuh.

Tujuan : Kekurangan volume cairan tubuh tidak terjadi.Kriteria :- Membran mukosa lembab.- Turgor kulit baik.- Pengisian kapiler cepat.No. Intervensi Rasional 1231.Kaji perubahan tanda vital.Peningkatan suhu / demam meningkatkan laju dan kehilangan cairan tubuh melalui evaporasi.2.Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa.Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena nafas melalui mulut dan oksigen tambahan.3.Catat / lapor keluhan mual atau muntah.Adanya gejala menurunkan masukan oral.4.Pantau intake dan outputBerikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan pengganti.5.Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari sesuai kondisiPemenuhan kebutuhan dasar cairan.6.Berikan obat sesuai indikasi,misalnya antipiretik,antiemetik.Berguna untuk menurunkan kehilangancairan.7.Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai dengan kebutuhan.Adanya penurunan masukan/banyakkehilangan, penggunaan parenteraldapat memperbaiki / mencegahkekurangan cairan.3. Pelaksanaan

Merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari rencana perawatan yang telah ditetapkan untuk mengatasi masalah yang ditemukan.4. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap pengukuran keberhasilan perawatan dalam memecahkan masalah yang ditemukan dalam kebutuhan klien dengan cara menilai tujuan yang ditetapkan.BAB IIITINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASANA. TINJAUAN KASUS PENGKAJIAN Pengumpulan Data

1) Data Biografia) Identitas klienNama : Ny. AUmur : 27 tahunJenis kelamin : PerempuanAgama : IslamPendidikan : SMPPekerjaan : Karyawan pabrikSuku/Bangsa : Sunda / IndonesiaStatus marital : MenikahTanggal masuk RS : 27 Juli 2005Tanggal pengkajin : 08 Agustus 2005Diagnosa medik : Meningitis Tuberkulosis Grade IINomor medrek : 05 07 0979Alamat : Bojong loa RT 03 RW 01 Rancaekek Kabupaten Bandungb) Identitas penanggung jawabNama : Tn. DUmur : 30 tahunAgama : IslamPendidikan : SMAPekerjaan : Tidak bekerjaHubungan dengan klien : SuamiAlamat : Bojong loa RT 03 RW 01 Ranca ekek Kabupaten Bandung2) Riwayat kesehatana) Riwayat kesehatan sekarang(1) Keluhan utama saat masuk RSTiga minggu sebelum masuk RS klien mengatakan sering nyeri kepala, nyeri kepala dirasakan klien semakin bertambah parah disertai muntah 1 kali, keluhan nyeri kepala berkurang bila minum obat sakit kepala. Satu minggu sebelum masuk RS klien mengeluh panas tinggi lalu berobat ke klinik pengobatan namun tidak ada perubahan, menurut suaminya kesadaran klien menurun, gelisah, dan kejang 1 kali. Klien sempat dibawa ke Puskesmas Ranca ekek, dirawat selama 4 hari dan di diagnosa typhus, tidak ada perubahan pada tanggal 27 Juli 2005 sekitar pukul 09.00 BBWI klien dirujuk ke RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung.(2) Keluhan utama saat dikajiKlien mengatakan nyeri pada tangan sebelah kiri dan lemah tidak dapat diangkat, nyeri bertambah jika digerakan dan berkurang jika diistirahatkan, nyeri terutama dirasakan pada daerah siku dengan skala nyeri 3 (0-5), nyeri dirasakan terus menerus.b) Riwayat kesehatan dahuluRiwayat batuk lama disangkal oleh klien, berkeringat malam dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, penurunan berat badan ada sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, penurunan berat badan mencapai 4 kg disertai nafsu makan menurun dan mual, riwayat sakit paru-paru diakui klien sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit tetapi bukan TBC menurut keterangan dari dokter klinik, riwayat kontak dengan penderita TBC disangkal oleh klien, riwayat infeksi telinga, hidung dan mata disangkal oleh klien, riwayat nyeri kepala ada + 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Klien juga mengatakan 6 bulan sebelum masuk rumah sakit mengeluh sakit pada sendi siku yang diduga karena asam urat, klien mengobati sendiri dengan cara dipijat dan minum jamu anti rheumatik.c) Riwayat kesehatan keluargaKlien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang pernah menderita penyakit yang sama, tidak ada yang mempunyai penyakit TBC, hanya saja disekitar rumah klien ada yang menderita penyakit TBC. Riwayat penyakit keturunan seperti diabetes mellitus disangkal oleh klien.d) Struktur keluargaKlien tinggal di rumah dengan suami dan anak-anaknya (nuclear family), status sosial ekonomi kurang, klien bekerja hanya sebagai buruh pabrik dan suami saat ini tidak bekerja, klien berobat dengan menggunakan kartu sehat, klien tinggal di rumah kontrakan pada lingkungan yang padat dengan luas rumah 24 m2 (6m x 4m).3) Pola aktifitas sehari-hariNOJenis AktivitasSebelum Masuk RSSaat Sakit12341NutrisiMakan

Minum

Klien mengatakan kebiasaan makan di rumah sehari 3 kali dengan jenis makanan nasi, lauk pauk, sayur, jarang mengkon-sumsi buah-buahan. Jumlah yang dimakan biasanya sedikit. Tidak ada pantangan dalam makan keluhan tiga bulan terakhir nafsu makan berkurang.Klien mengatakan kebiasaan minum di rumah air putih kira-kira 10 gelas/hariKlien mengatakan saat ini makan sehari tiga kali dengan jenis makanan bubur nasi, lauk pauk seperti telur, tahu, tempe, daging, sayur dan buah. Porsi makan klien biasanya habis tidak lebih dari porsi. Klien mengeluh mual dan nafsu makan kurang.Klien mengatakan saat ini minum air putih sehari kira-kira 1 botol Aqua besar (1500cc) dan 1 gelas susu yang diberikan dari RS.2EliminasiBAB

BAK

Klien mengatakan kebiasaan BAB di rumah sehari 3 kali, dengan konsistensi lembek. Jumlah, warna dan bau normal menurut klien. Tidak ada keluhan saat BAB, dilakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain.Klien mengatakan kebiasaan BAK di rumah rata-rata 6 kali/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK. Jumlah urine normal menurut klien.Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan BAB, frekuensi 2 kali sehari dengan konsistensi lembek. Jumlah, warna dan bau normal menurut klien.Saat ini klien terpasang dower kateter sejak masuk RS, dengan jumlah urine rata-rata/hari menurut keluarga 2000 cc, saat dimonitor out put urine oleh perawat dari pukul 07.00 s.d 11.00 WIB jumlah urine 400 cc, warna kuning kemerahan, jernih. Klien mengatakan ada keluhan nyeri dan panas setelah BAK.3Personal hygieneMandi

Mencuci rambut

Gosok gigi

Klien mengatakan kebiasaan mandi di rumah 3 kali sehari, menggunakan sabun.Klien mengatakan kebiasaan mencuci rambut/ keramas 2 hari sekali menggunakan shampoo.Klien mengatakan kebiasaan menggosok gigi di rumah dilakukan setiap kali mandi dengan menggunakan pasta gigi.Klien mengatakan saat ini mandi hanya diseka oleh suaminya, 2 kali sehari.Klien mengatakan selama dirawat belum pernah mencuci rambut / keramas.Klien mengatakan selama dirawat belum pernah menggosok gigi, hanya dibersihkan menggunakan kapas lidi oleh perawat.4Istirahat tidurSiang

Malam

Klien mengatakan di rumah tidak pernah tidur siang.Klien mengatakan di rumah biasa tidur mulai pukul 20.00 s.d 05.00 BBWI. Klien merasa tidak ada gangguan tidur.Klien mengatakan di RS kadang-kadang tidur siang selama 1 jam.Klien mengatakan di RS biasa tidur mulai pukul 20.00 s.d 03.00 WIB. Klien merasa tidak ada gangguan tidur.5Kegiatan dan aktifitasKlien mengatakan kegiatan sehari-hari sebelum sakit sebagai karyawan di perusahaan garmen, dan sebagai ibu rumah tangga memasak dan mengasuh anak.Klien mengatakan selama dirawat tidak memiliki kegiatan apa-apa hanya istirahat di tempat tidur.4) Pemeriksaan fisika) Sistem PernafasanBentuk hidung simetris, tidak terlihat pernafasan cuping hidung, tidak ada deviasi septum, tidak terlihat penggunaan otot-otot bantu pernafasan, tulang hidung teraba kokoh, pola nafas normal dengan frekuensi 24 kali/menit, tes kepatenan jalan nafas kuat pada kedua lubang hidung, tidak terlihat adanya deviasi trakhea, pergerakan dada simetris antara kiri dan kanan, vokal fremitus teraba sama antara dada kiri dan kanan pada saat klien mengatakan tujuh puluh tujuh, ekspansi paru kiri dan kanan simetris, perkusi dada terdengar suara resonan pada daerah paru, pada auskultasi terdengar ronkhi halus pada lapang paru kiri dan kanan.b) Sistem KardiovaskularKonjungtiva merah muda, tidak terdapat sianosis, tidak terdapat peningkatan tekanan vena jugularis, iktus kordis teraba pada mid line klavikula sinistra ICS ke 5, auskultasi terdengar bunyi jantung S1 - S2 murni reguler, tidak terdapat clubbing finger, capillary refil time (CRT) kurang dari 3 detik, akral teraba hangat, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 96 kali/menit.c) Sistem PencernaanBibir terlihat lembab, bentuk simetris, lidah kotor, gigi geligi kotor, jumlah 32 buah, fungsi mengunyah dan menelan baik, bentuk abdomen datar, lembut, tidak terdapat luka, bising usus 12 kali/menit, hepar dan lien tidak teraba, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba adanya massa, perkusi abdomen terdengar suara timpani, tidak terdapat haemorroid.d) Sistem PerkemihanTidak terdapat oedema periorbital, tidak terdengar bruit pada aorta dan arteri renalis, tidak teraba pembesaran pada kedua ginjal, tidak teraba distensi kandung kemih, uretra terpasang dower kateter.e) Sistem MuskuloskeletalTingkat aktifitas klien terbatas, aktifitas klien sebagian besar dibantu oleh keluarga, tingkat ketergantungan klien 3 (0-4), postur tubuh klien tinggi kurus, kepala simetris, bentuk proporsional tidak terdapat nyeri tekan pada tulang kepala, tidak ada keterbatasan gerak pada sendi leher, bentuk tulang belakang normal tidak ada kifosis, lordosis, maupun skoliosis, kekuatan otot ekstremitas(1) Ekstremitas atasTangan kanan terpasang infus NaCl 0,9% 20 tetes/menit, terdapat keterbatasan gerak pada tangan kiri, terdapat pembengkakan dan klien tampak meringis saat dilakukan penekanan pada sendi siku yang bengkak.(2) Ekstremitas bawahGaya berjalan klien tidak dapat dikaji, bentuk kaki kiri dan kanan simetris, tidak tampak adanya atropi otot, tidak terdapat oedema, terdapat tahanan pada pergerakan fleksi sendi panggul.f) Sistem IntegumenDistribusi rambut merata, warna hitam, tampak kotor dan teraba lengket, rambut tidak mudah dicabut, kulit klien bersih tampak kering dan tidak terdapat pruritus, terdapat luka lecet yang sudah mengering pada bibir atas sampai septum hidung dengan ukuran 2 x 1 x 0,5 cm, turgor kulit cepat kembali dalam 3 detik, suhu tubuh 36,70C, tidak terdapat pitting oedema.g) Sistem EndokrinTidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak terdapat tanda-tanda gangguan hipertiroid (moon face / exoptalmus, tremor).h) Sistem Persarafan(1) Tes fungsi serebral(a) Tingkat kesadaranSaat dilakukan pengkajian, kualitas kesadaran berada pada tahap Alert/kompos mentis yaitu klien sadar terhadap lingkungan dan siap bereaksi terhadap rangsang dari luar. Sedangkan kuantitas kesadaran klien menurut perhitungan GCS adalah 15(E4 M6 V5)(b) Status mentalOrientasi

Orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu tidak terganggu, dibuktikan dengan klien mampu mengenal suaminya, menyebutkan saat ini ada di rumah sakit, dan saat dikaji mengatakan siang hari.Daya ingat

- Long term memoryMemori jangka panjang klien baik, klien dapat menyebutkan tempat sekolah saat SD, dan menyebutkan tahun menikah dengan benar, setelah diklarifikasi kepada suaminya.- Recent memoryMemori jangka pendek klien baik, klien dapat menyebutkan menu makanan yang baru saja dimakannya dengan benar setelah diklarifikasi kepada suaminya.Perhatian dan perhitungan

Kemampuan perhitungan dan perhatian klien masih baik, klien dapat menjawab dengan benar hitungan yang di berikan perawat yaitu: 100 7, 93 7, 86 7, 79 7, 72 7. dan soal penjumlahan sederhana yaitu: 8 + 3, 6 + 7, 13 + 5.Bicara dan Bahasa

Fungsi bicara dan bahasa klien baik, klien mampu berkomunikasi dengan perawat, artikulasi saat bicara baik, dalam mengekspresikan keinginan dan perasaan klien bicara lancar, spontan dan jelas. Klien juga dapat memahami perintah dengan baik saat disuruh melakukan serangkaian tindakan yaitu mengambil senter lalu menyalakannya kemudian memberikan kembali kepada perawat.(2) Tes fungsi syaraf kranial(a) Nervus I (olfaktorius)Fungsi penciuman klien tidak terganggu, klien dapat membedakan bau kopi dengan minyak kayu putih.(b) Nervus II (optikus)Fungsi visual dan lapang pandang klien tidak terganggu, klien dapat membaca dua baris kalimat pada buku dengan huruf kecil dari jarak + 30 cm dan lapang pandang klien sama dengan lapang pandang pemeriksa saat dilakukan tes dengan metoda konfrontasi dari Donder.(c) Nervus III, IV, VI (okulomotorius, trokhlearis, abdusen)Fungsi nervus III dan IV tidak terganggu, klien dapat menggerakan bola mata kesegala arah kecuali kearah sisi luar (lateral) dan refleks pupil positif terhadap rangsang cahaya, bentuk pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm. Fungsi pergerakan bola mata yang dipersyarafi oleh nervus VI terganggu, terbukti klien tidak dapat menggerakan bola mata kearah sisi luar (lateral) saat dilakukan tes pergerakan bola mata oleh perawat.(d) Nervus V (trigeminus)Fungsi nervus V klien tidak terganggu, klien dapat merasakan adanya sentuhan pada saat diusapkan pilinan kapas pada maksila dan mandibula dengan mata tertutup, kelopak mata klien mengedip saat kornea disentuh dengan pilinan kapas serta terabanya kontraksi otot masetter dan temporalis saat klien melakukan gerakan mengunyah.(e) Nervus VII (fasialis)Fungsi nervus VII klien tidak terganggu, klien dapat merasakan sensasi rasa manis, asam, asin pada 2/3 anterior lidah saat di tes dengan gula, garam. Klien juga dapat mengerutkan dahi dan tersenyum.(f) Nervus VIII (akustikus)Fungsi pendengaran klien tidak terganggu, klien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan benar tanpa diulang dan dapat mendengar saat perawat menggesekan rambut klien.(g) Nervus IX (glosofaringeus) dan Nervus X (vagus)Fungsi nervus IX dan X klien tidak terganggu, klien dapat merasakan sensasi rasa pahit saat di tes dengan menggunakan kopi. Terlihat gerakan uvula klien simetris dan terangkat keatas saat klien mengatakan ah.(h) Nervus XI (asesorius)Fungsi nervus XI klien tidak terganggu, klien mampu melawan tahanan saat menoleh kekanan dan kekiri serta mampu mengangkat bahu dengan tahanan tangan perawat.(i) Nervus XII (hipoglosus)Klien dapat menjulurkan lidah serta menggerakannya dengan simetris, yang membuktikan tidak terganggunya fungsi nervus hipoglosus.(3) RefleksRefleks fisiologis- Refleks bisep ++/ tidak dapat dikaji karena nyeri- Refleks trisep ++ / tidak dapat dikaji karena nyeri- Refleks brakhio radialis +/tidak dapat dikaji karena nyeri- Refleks patella ++ / ++- Refleks tendon achilles ++ / ++Refleks patologis- Refleks babinski / -- Refleks chaddock / -(4) Tes fungsi sensorisPada saat dilakukan pengkajian klien dapat membedakan sensasi halus dengan kasar, tajam dengan tumpul, panas dengan dingin. Klien juga dapat mengenal posisi dengan tepat sambil menutup mata saat pemeriksa merubah-rubah posisi jari klien, klien dapat menyebutkan nama benda yang dipegangnya dengan mata tertutup, klien dapat menyebutkan huruf yang dituliskan oleh perawat pada telapak tangannya.(5) Tes fungsi serebelumKlien dapat melakukan tes tunjuk hidung dengan baik, klien juga dapat melakukan tes tumit lutut dengan baik.(6) Tes iritasi meningenSaat dilakukan pengkajian terhadap tanda-tanda iritasi meningen didapatkan:- Kaku kuduk (nuchal rigidity)Tidak terdapat tahanan saat kepala klien difleksikan sehingga penulis menginterpretasikan kaku kuduk negatif.- Laseque signSaat tungkai bawah sebelah kiri difleksikan pada sendi panggul terdapat tahanan dan klien mengeluh nyeri pada posisi + 500 sehingga penulis meng interpretasikan Laseque positif.- Kernig signTidak terdapat tahanan dan rasa nyeri pada saat tungkai bawah difleksikan pada sendi panggul sampai membuat sudut 900 lalu tungkai bawah diekstensikan pada sendi lutut sampai dengan 1350 sehingga di interpretasikan oleh penulis negatif.- Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)Tidak terjadi fleksi kedua tungkai bawah saat kepala klien di fleksikan sejauh mungkin, interpretasi penulis brudzinski I negatif.- Brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign)Saat salah satu tungkai bawah difleksikan pada persendian panggul, tungkai yang satu tetap dalam posisi ekstensi. Interpretasi penulis untuk brudzinski II negatif.5) Data Psikologisa) Status EmosiEmosi klien stabil, klien tampak tenang saat dilakukan wawancara maupun pemeriksaan fisik oleh perawat.b) KecemasanKlien tidak tampak tegang dan gelisahc) Pola KopingKlien mengatakan jika dirinya mempunyai masalah selalu diceritakan kepada suaminya untuk mencari pemecahannya.d) Gaya KomunikasiKlien bicara selayaknya hubungan pasien dan perawat, tidak mendominasi percakapan, apabila ditanya klien menjawab dengan spontan, tidak tampak sedang menyembunyikan data.e) Konsep Diri(1) Gambaran Diri / Body ImageKlien menyukai seluruh bagian tubuhnya dan yang paling disukai dari tubuhnya adalah betis.(2) Harga DiriKlien mengungkapkan secara verbal dengan keadaan tubuh saat ini tidak merasa rendah diri, dirinya merasa masih berharga didalam keluarganya baik bagi suami maupun bagi anak-anaknya.(3) Ideal DiriIdeal diri klien saat ini adalah ingin segera sembuh dan dapat berkumpul lagi dengan anak-anaknya.(4) Peran DiriKlien merasa kehilangan perannya selama sakit, terutama peran sebagai ibu rumah tangga yaitu mengurus anak-anaknya, klien juga mengatakan sering menangis jika teringat anak-anaknya.(5) Identitas DiriKlien merasa puas dengan jenis kelaminnya sebagai seorang perempuan, karenanya naluri keibuannya untuk mengurus anak-anak dan suami tinggi.6) Data SosialHubungan klien dengan orang lain baik keluarga, kerabat maupun tetangga menurut klien baik. Hubungan klien dengan klien dan keluarga klien lain di ruangan baik, klien juga mengenal nama petugas dan suka berkomunikasi.7) Data SpiritualKlien meyakini setiap penyakit dapat disembuhkan jika mau berusaha, klien juga merasa sakitnya itu merupakan cobaan dari Tuhan, klien di rumah sebelum sakit suka melaksanakan ritual keagamaan seperti sholat 5 waktu, namun pada saat sakit klien tidak melakukannya karena kelemahan fisik, klien beranggapan Tuhan pun akan memakluminya, saat ini kegiatan spiritualnya hanya dengan cara berdoa kepada Allah SWT, sebagai Tuhan yang diyakininya.8) Data SeksualKlien mengatakan sejak mulai sakit sudah tidak melakukan hubungan badan dengan suaminya, suami klien pun menyadari dan menerima keadaan klien saat ini, klien sudah cukup puas dengan ditunggu, ditemani dan dilayani oleh suaminya.9) Data Penunjanga) LaboratoriumNoTanggalJenis PemeriksaanHasilNilai NormalSatuan12 34561.28 Juli 2005Glukosa sewaktuLiquor/transudat/eksudatJumlah selHitung jenisPMNMNNonnePandyGula liquorProtein liquorWarnaKejernihanHematologiHBLeukositTrombosit1052734258PositifPositif7600BeningJernih108100264.000< 140< 5NegatifNegatif45-7015-4512-163,8-10,6150-440rbmg/dL/mm3%%mg/dLmg/dLgr/dL/mm3/mm3229 Juli 2005LEDHitung jenis leukositBasofilEosinofilBatangSegmenLymfositmonosit35 6000181710-200-11-63-540-7030-452-40/mm3%%%%%%31 Agustus 2005SGOTSGPTNatriumkalium1631331383,0s.d 31s.d 31135-1453,6-5,5U/LU/LmEq/LmEq/L45 Agustus 2005MikrobiologiGramBTA LiquorBatang gram (+)BTA (+)NegatifNegatif56 Agustus 2005SGOTSGPTNatriumKalium961971313,7s.d 31s.d 31135-1453,6-5,5U/LU/LmEq/LmEq/L68 Agustus 2005Billirubin totalBilliribin directBillirubin indirectSGPT0,590,110,483271,00,250,75s.d 31mg/dLmg/dLmg/dLU/Lb) RadiologiHasil pemeriksaan radiologi tanggal 29 Juli 2005Thorax foto menunjukan gambaran TB millierArtritis a/r elbow joint sinistra e.c suspek TB

c) TherapiInfus NaCl 0,9% 20 tetes / menitINH 400 mg 1 x 1 tablet / oral, 1jam sebelum makanRifampicin 450 mg 1x 1 kaplet / oral, 1 jam sebelum makanPyrazinamid 500 mg 1x 2 tablet / oral 1 jam setelah makanEthambutol 500 mg 1 x 2 tablet / oral 1 jam setelah makanPyridoxin (vitamin B6 50 mg) 1 x 1 tablet / oralCurcuma 2 x 1 tablet / oralRantin 2 x 1 ampul / ivDexametason 3 x 1 ampul / ivKSR 1 x 1 tablet / oral

Analisa Data

NoDataKemungkinan penyrbab dan dampakMasalah1234Proses TB primer di paru-paruPenyebaran secara limfohematogenPembentukan tuberkel-tuberkel kecil pada selaput otakTuberkel melunak dan pecahKuman masuk ke ruang sub arakhnoidTerjadi peradangan difus pada meningen dan parenkim otakPenyebaran secara limfohematogenResiko penyebaran pada organ lain

Basil pada dropletMenyebar di udara saat klien batuk atau ekspirasiTerhirup orang lainResiko penyebaran infeksi pada orang lain

1DS :DO:Hasil rontgen thorax tanggal 28/7/05 :

TB Milier LED : 35-60 mm3Hasil analisa LCS tanggal 28/7/2005 :

Liquor/transudat/eksudatJumlah sel 273 /mm3Hitung jenisPMN 42 %MN 58 %Nonne positifPandy positifGlukosa 7 mg/dLProtein 600 mg/dLWarna beningKejernihan jernihMikrobiologi

tanggal 5/8/2005Gram batang positifBTALiquor positifTes iritasi meningen

Laseque positifResiko tinggi penyebaran infeksi2DS :Klien mengatakan porsi makan klien biasanya habis tidak lebih dari porsi.Klien mengeluh mual dan nafsu makan kurang.Klien mengatakan penurunan berat badan ada sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, penurunan berat badan mencapai 4 kg disertai nafsu makan menurun dan mualDO :Klien tampak mau muntah saat diberikan makan.postur tubuh klien tinggi kurusHb 10 gr/dL

Proses peradangan pada otakMenghasilkan eksudatMenambah volume intrakranialMendesak organ dibawahnya termasuk hipotalamusMenstimulasi hipotalamusMenstimulasi N. VagusMenstimulasi pengeluaran HCL Mual Infeksi TB Pengobatan dengan OAT Efek samping OATAnoreksia Gangguan asupan nutrisi: kurang dari kebutuhan3DS :Klien mengatakan nyeri tangan sebelah kiri dan tidak bisa diangkat, nyeri bertambah jika digerakan dan berkurang jika di istirahatkan, nyeri terutama pada daerah siku, nyeri dirasakan terus menerus.

DO :Skala nyeri 3 (0-5)Terdapat keterbatasan gerak pada tangan kiri, terdapat pembengkakan dan klien tampak meringis pada saat dilakukan penekanan pada sendi siku yang bengkak.Artritis a/r elbow joint sinistra e.c suspek TB

Proses infeksi Tb primerPenyebaran secara limfohematogenPembentukan tuberkel-tuberkel kecil pada jaringan tulangTuberkel melunak dan pecahTerjadi peradangan pada tulangMenstimulasi pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin, serotonin, bradikinin dan substansi P)Merangsang nosi reseptorDihantarkan oleh serabut syaraf CDialirkan dalam bentuk elektrokimia impuls ganglion radiks menuju dorsal horn dimedulaspinalis bagian posteriorDitrasfer ke thalamus melalui traktus spinotalamikusKorteks serebriNyeri dipersepsikanGangguan rasa nyaman : nyeriProses peradangan pada tulang (siku lengan kiri)Nyeri pada ekstremitas atasKeterbatasan aktifitasKlien tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiriPemenuhan kebutuhan ADLterganggu

4DS :Klien mengatakan selama dirawat belum pernah mencuci rambut/keramas.Klien mengatakan selama dirawat belum pernah menggosok gigi, hanya dibersihkan menggunakan kapas lidi oleh perawat.

DO :Rambut tampak kotor dan teraba lengket.Lidah kotor, gigi geligi kotor

Gangguan pemenuhan ADL : personal hygieneKurang informasi tentang TBKetidaktahuan klien tentang perawatan dan pengobatan

Klien menderita infeksi TBMembutuhkan pengobatan OAT dalam waktu lama dengan efek samping yang tidak menyenangkanMengurangi kepatuhan klien dalam minum obatKegagalan program pengobatan

5DS :Klien mengatakan memiliki riwayat sakit paru-paru diakui klien sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit tetapi klien menyangkal sakit TBCKlien juga mengatakan 6 bulan sebelum masuk rumah sakit mengeluh sakit pada sendi sikut yang diduga karena asam urat.

DO :Hasil radiologi dan laboratorium menunjukan klien terinfeksi TBKlien mendapatkan therapi OAT

Resiko drop out pengobatan6DS :Klien mengatakan merasa kehilangan perannya selama sakit, terutama peran sebagai ibu rumah tangga yaitu mengurus anak-anaknyaKlien mengatakan sering menangis jika ingat anak-anaknyaKlien mengatakan ingin segera sembuh dan bisa berkumpul lagi dengan anak-anaknya.

DO :Klien dirawat sejak tanggal 27 Juli 2005

Penyakit infeksi TB yang beratMembutuhkan perawatan di RSTerpisah dengan anggota keluarga yang lain (anak-anaknya)Peran sebagai ibu tergangguGangguan konsep diri : peran7DS :Klien mengatakan ada keluhan nyeri dan panas setelah BAK.

DO :Saat ini klien terpasang Dower kateter sejak masuk RS, dengan jumlah urine rata-rata / hari menurut keluarga 2000 cc, saat dimonitor out put urine oleh perawat dari pukul 07.00 s.d 11.00 WIB jumlah urine 400 cc, warna kuning kemerahan, jernih.

Pemasangan kateter yang lamaportal of entry bagi mikro organismeResiko infeksitraktus urinariusResiko infeksi traktus urinariusDiagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

NoDiagnosa KeperawatanDitemukanDipecahkan

TanggalParafTanggalParaf1Resiko tinggi penyebaran nfeksi berhubungan dengan masuk dan aktifnya mikroorganisme patogen dalam tubuh.08-08-200512-08-20052Gangguan asupan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan anoreksia08-08-200511-08-20053Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan keterbatasan aktifitas akibat nyeri dan kelemahan fisik08-08-200509-08-20054Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya proses peradangan pada tulang08-08-200510-08-20055Resiko infeksi traktus urinarius berhubungan dengan terpasangnya dower kateter sebagai portal of entry bagi mikro organisme09-08-200510-08-20056Resiko drop out pengobatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang perawatan dan aturan pengobatan penyakitnya09-08-200510-08-20057Gangguan konsep diri : peran berhubungan dengan hospitalisasi09-08-200510-08-2005PERENCANAAN

NoDiagnosa KeperawatanRencana

TujuanIntervensiRasional123451Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan masuk dan aktifnya mikroorganisme dalam tubuh.DS :DO:Hasil rontgen thorax tanggal 28/7/05 :

Tb MilierHasil analisa LCS tanggal 28/7/2005 :

Liquor/transudat/eksudatJumlah sel 273 /mm3Hitung jenisPMN 42 %MN 58 %Nonne positifPandy positifGlukosa 7 mg/dLrotein 600 mg/dLWarna beningKejernihan jernihMikrobiologi

tanggal 5/8/2005Gram batang positifBTALiquor positifTes iritasi meningen

Laseque positifTupan :Infeksi tuberkulosis tidak menyebarTupen :Tidak menunjukan tanda-tanda penyebaran infeksi setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5 hari dengan kriteria : Vital sign dalam batas normal Kesadaran tetap alert/kompos mentis Tidak terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial Tanda iritasi meningen negatif Nilai analisa LCS berangsur normal Tidak menunjukan adanya proses infeksi tuberkulosis pada organ lain seperti usus dan ginjal

Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan

Anjurkan klien untuk menggunakan masker

Berikan penkes tentang cara pencegahan penularan penyakitnya meliputi :

Anjurkan seluruh keluarganya yang pernah kontak dengan klien untuk melakukan pemeriksaan kesehatanAnjurkan klien untuk membatasi kontak dengan anggota keluarganya sebelum dinyatakan sehat atau telah mendapatkan OAT minimal 2 minggu

Pertahankan tehnik aseptik dan cuci tangan yang tepat baik klien, pengunjung, maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf sesuai kebutuhan.Observasi tanda-tanda vital klien meliputi : tensi, nadi, suhu dan respirasi, setiap 8 jam.

Observasi tingkat kesadaran klien setiap hari.

Observasi terhadap adanya tanda-tanda peningkatan TIK seperti nyeri kepala.

Observasi tanda-tanda iritasi meningen seperti : kaku kuduk, laseque, brudzinski I dan II, kernig sign.

Lanjutkan pemberian OAT sesuai dengan program therapi medik.

Pada awal fase meningitis, isolasi mungkin diperlukan untuk menurunkan resiko penyebaran pada orang lain.Mencegah penularan infeksi melalui droplet pada saat klien batuk atau bicara.

Memutus rantai penularan / menghindari fenomena pingpong

Menurunkan resiko klien terkena infeksi

Keadaan infeksi sistemik dapat mempengaruhi nilai normal tanda-tanda vital seperti peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi dan pertnafasan, peningkatan atau penurunan tekanan darah.Peradangan pada susunan syaraf pusat akan mempengaruhi tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran yang baik merupakan indikator adanya perbaikan.Tanda-tanda peradangan seperti oedema, adanya eksudat jika terjadi pada SSP akan mendesak kedalam yang akan meningkatkan TIK.Menghilangnya tanda-tanda iritasi meningen merupakan indikator perbaikan klinis pada klien dengan meningitis.

OAT akan menghambat pertumbuhan dan membunuh mikobakterium tuberkulosis sebagai agent penyebab.

2Gangguan asupan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan anoreksiaDS :Klien mengatakan porsi makan klien biasanya habis tidak lebih dari porsi.Klien mengeluh mual dan nafsu makan kurang.Klien mengatakan penurunan berat badan ada sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, penurunan berat badan mencapai 4 kg disertai nafsu makan menurun dan mualDO :Klien tampak mau muntah saat diberikan makan.postur tubuh klien tinggi kurusHb 10 gr/dL

Tupan :Kebutuhan nutrisi klien terpenuhiTupen :Mual dan anoreksia berkurang setelah diberikan asuhan keperawatan selama 4 hari dengan kriteria : klien mengatakan secara verbal mual berkurang dan nafsu makan meningkat klien dapat menghabiskan porsi makan yang diberikan dari RS klien tidak menunjukan keinginan muntah saat makan

Berikan penjelasan tentang penyebab mual dan nafsu makan berkurang serta pentingnya asupan makanan yang adekuat.

Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik.

Libatkan klien dalam penyusunan menu makanan sesuai dengan selera.Lakukan oral hygiene secara teratur minimal 2 kali sehari.Berikan minum air hangat sebelum makan.

Berikan makan minimal 1 jam setelah minum OAT.Lanjutkan pemberian terapi anti emetik : Ranitidin

Lanjutkan pemberian terapi suplemen : Curcuma dan Vitamin B6

Modifikasi lingkungan agar nyamanuntuk makanPemahaman tentang penyebab mual dan nafsu makan kurang akan meningkatkan pengertian klien, dan diharapkan klien dapat mengatasi dengan caranya sendiri.

Makanan hangat dengan penyajian yang menarik diharapkan akan meningkatkan selera makan.Menu yang sesuai dengan selera klien akan meningkatkan nafsu makan.Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.Pemberian air hangat sebelum makan akan merangsang pengeluaran enzim pencernaan dimulut.Efek samping OAT dapat menimbulkan rasa mual.Ranitidin bekerja denga melawan reseptor H2 sebagai reseptor HCl sehingga tidak mengaktifkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan yang dapat