32
LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN Disusun Oleh: LALU IRWAN DANI MAYANI 010109a069 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2013

Lp-perilaku-kekerasan Dan Sp Rpk

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep. jiwa

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh:

LALU IRWAN DANI MAYANI

010109a069

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN

2013

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

1. Masalah Utama

Perilaku Kekerasan

2. Proses Terjadinya Masalah

A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal

atau marah yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung

dan konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang

lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-

pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan

interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah

keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada

dirinya sendiri ataupun orang lain.

Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai

pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal

sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat

(Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan

adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol

diri atau kendali diri.

Tanda dan gejala :

- Muka merah dan tegang

- Pandangan tajam

- Mengatupkan rahang dengan kuat

- Mengepalkan tangan

- Jalan mondar-mandir

- Bicara kasar

- Suara tinggi, menjerit atau berteriak

- Mengancam secara verbal atau fisik

- Melempar atau memukul benda atua orang lain

- Merusak barang atau benda

- Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan oerilaku

kekerasan

B. Penyebab

Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri

rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga

diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang

kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Tanda dan gejala :

- Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)

- Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

- Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

- Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang

suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

C. Akibat

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya

bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,

memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku

kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.

Tanda dan gejala :

Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan

melalui pengkajian meliputi :

- Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah

yang diserasakan oleh klien.

- Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,

berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas

makanan, memukul jika tidak senang.

3. Pohon Masalah

core problem

4. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

a. Masalah keperawatan:

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b. Perilaku kekerasan / amuk

c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

d. Koping Individu Tidak Efektif

b. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika

sedang kesal atau marah.

- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

- Mata merah, wajah agak merah.

- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,

memukul diri sendiri/orang lain.

- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

- Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perilaku kekerasan / amuk

Data Subyektif :

- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan Konsep diri Harga Diri Rendah

- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika

sedang kesal atau marah.

- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif ;

- Mata merah, wajah agak merah.

- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

- Merusak dan melempar barang-barang.

c. Gangguan harga diri : harga diri rendah

Data subyektif:

- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,

bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap

diri sendiri.

Data obyektif:

- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

5. Diagnosa Keperawatan

A. Resiko Perilaku kekerasan

B. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

6. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa 1 : Resiko Perilaku Kekerasan

TujuanUmum :

Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan:

1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat

dan jelaskan tujuan interaksi.

1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan:

2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap

tenang.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Tindakan :

3.1 Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.

3.2 Observasi tanda perilaku kekerasan.

3.3 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:

4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

4.3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Tindakan:

5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Tindakan :

6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang

kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.

6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung

6.4. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi

kesabaran.

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan:

7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat.

7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.

7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.

Tindakan :

8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan

keluarga.

8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek

samping).

9.2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,

cara dan waktu).

9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

10. Klien dapat mengikuti TAK: stimulasi pencegahan perilaku kekerasan.

Tindakan:

10.1. Anjurkan klien untuk TAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan

10.2. Klien mengikuti TAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan

(kegiatan tersendiri)

10.3 Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama TAK

10.4. Fasilitasi klien untuk mempraktikkan hasil kegiatan TAK dan veri pujian atas

keberhasilannya

10.5. Diskusikan dengan klien tentang jadwal TAK

10.6. Masukkan jadwal TAK kedalam jadwal harian klien

10.7. Klien mengevaluasi pelaksanaan TAK dengan mengisi jadwal kegiatan harian

10.8. Validasi kemampuan klien dalam mengikuti TAK

10. 9. Beri pujian atas kemampuan mengikuti TAK

10.10. Tanyakan kepada klien “bagaimana perasaannya setelah mengikuti TAK?”

11. Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan perilaku

kekerasan

Tindakan:

11.1. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang

telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini

11.2. Jelaskan keuntungan klien dan keluarga dalam merawat klien

11.3. Jelaskan cara merawat klien

Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah serta konstriktif

Sikap dan cara bicara

Membantu klien mengenal penyebab marah dan pelaksanaan cara pencegahan

perilaku kekerasan

11.4. Bantú keluarga mendemonstrasikan perasaannya setelah melakukandemonstrasi

11.5. Anjurkan keluarga mempraktekkan kepada klien selama di RS dan melanjutkan

setelah pulang ke rumah.

Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Tujuan Umum :

Klien tidak melakukan kekerasan

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan:

1.4. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat

dan jelaskan tujuan interaksi.

1.5. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

1.6. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki.

Tindakan:

2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien

2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas

3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat

digunakan untuk diri sendiri dan keluarga

Tindakan:

3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang

bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan.

4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.

4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi

dan kemampuan

Tindakan :

5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien

5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung

yang ada

Tindakan :

6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa II : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan umum :

- Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus :

- Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya

- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya

- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya

- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik

Tindakan :

- Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang laain dan

lingkungan

- Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :

o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya

o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif

o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting

o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien

o Merencanakan yang dapat pasien lakukan

- Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :

o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya

o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian

masalah

o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

Daftar Pustaka

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000

Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.

STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN

A. Kondisi klien :

B. Diagnosa Keperawatan

Risiko Perilaku Kekerasan

C. Tujuan

1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya

4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya

5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya

6. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,

sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

D. Tindakan

1. Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien

merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus

saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:

1. Mengucapkan salam terapeutik

2. Berjabat tangan

3. Menjelaskan tujuan interaksi

4. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu

3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan

1. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik

2. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis

3. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial

4. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual

5. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual

4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat

marah secara :

1. Verbal

2. terhadap orang lain

3. terhadap diri sendiri

4. terhadap lingkungan

5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

6. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:

1. Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam

2. Obat

3. Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya

4. Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien

7. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :

1. Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal

2. Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal

8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :

1. Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,

meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik

2. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.

9. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :

1. Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa

2. Buat jadwal latihan sholat, berdoa

10. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat :

1. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama

pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat,

dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum

obat

2. Susun jadwal minum obat secara teratur

11. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

mengontrol Perilaku Kekerasan

E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP 1 Pasien :

Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah,

tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya

serta cara mengontrol secara fisik I

Orientasi:

“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya Agung Nugroho, panggil saya Agung saya

mahasiswa Keperawatan dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang akan

praktek disini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00. Saya

yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa,

senangnya dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”

“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di

ruang tamu?”

Kerja :

“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?

Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?.

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum

menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak

rasakan?”

“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,

rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang bapak lakukan?. Apa kerugian cara yang bapak lakukan?

Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa

menimbulkan kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan

cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”

”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”

”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri,

lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan

melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung,

bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah

bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu

rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

Terminasi :

“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau

dilanjutkan?”

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”

”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........

(sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)

”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa

yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas

dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari

bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”

”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk

mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak”

SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

a. Evaluasi latihan nafas dalam

b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal

c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

Orientasi :

“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang

lagi”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”

“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan

fisik untuk cara yang kedua”

“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”

Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”

Kerja :

“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-

debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan

bantal”.

“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau

nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan

tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan

bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.

“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”

“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian

jangan lupa merapikan tempat tidurnya”

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”

“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”

“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal

mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan

jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua

cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak

latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”

“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar

bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”

SP 3 Pasien :

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :

a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik

b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta

dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

Orientasi :

“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?,

apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”

“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”

“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri;

kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah

kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

Kerja :

“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah

sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah

lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya

pak: Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak

menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya karena

minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya

perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta

obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”

Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,

katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak

praktekkan. Bagus pak”

Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal

bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba

praktekkan. Bagus”

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol

marah dengan bicara yang baik?”

“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”

“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak

mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”

Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.

Bagus nanti dicoba ya Pak!”

“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”

“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu

dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal

b. Latihan sholat/berdoa

c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

Orientasi :

“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang

lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”

“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah

melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu

dengan ibadah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Kerja :

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang

mana mau dicoba?

“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam.

Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga,

ambil air wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”

“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan

caranya”

Terminasi :

Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga

ini?”

“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.

“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali

bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)

“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa

marah”

“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat

tadi”

“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa

marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,

jam 10 ya?”

“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol

rasa marah bapak, setuju pak?”

SP 5 Pasien :

Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.

b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,

benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis

obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.

c. Susun jadual minum obat secara teratur

ORIENTASI

“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara

yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?.

Coba kita lihat cek kegiatannya”.

“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar

untuk mengontrol rasa marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja :

“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”

Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa

Bapak minum? Bagus!

“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar

pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah

jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini

harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu

mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.

“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya

istirahat dan jangan beraktivitas dulu”

“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah

benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja

harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya

pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”

“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya

pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”

“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang

benar?”

“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat

yang benar?”

“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita

tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua

dengan teratur ya”.

“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan

kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”