100

lppm.stikom-alkhairiyah.ac.idlppm.stikom-alkhairiyah.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/... · 2018. 3. 29. · 2 mutu citra adalah penajaman (sharpening), perbaikan kontras dan tepi,

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    Analisis Perbandingan Peningkatan Mutu Citra

    Dengan Menggunakan Algoritma Lee Dan

    Algoritma LIP (Logarithmic Image Processing)

    Rulin Swastika

    Program Studi S1 Teknik Informatika

    Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Al-Khairiyah

    Jalan H.Enggus Arja No. 1 Lingk. Citangkil Cilegon 42443

    email : [email protected]

    Abstrak Peningkatan mutu citra diperlukan agar mutu citra yang dihasilkan lebih baik

    untuk keperluan analisis selanjutnya. Untuk itu diperlukan teknik – teknik untuk

    peningkatan mutu citra. Dalam penelitian ini membahas teknik peningkatan mutu citra

    dalam melakukan analisis perbandingan dengan menggunakan Algoritma Lee, dan

    Algoritma LIP (Logarithmic Image Processing). Analisis terhadap hasil uji coba

    dilakukan secara kualitatif, yaitu berdasarkan pada pengamatan visual citra hasil uji

    coba dan perubahan karakteristik dari bentuk histogramnya. Dari percobaan dengan

    menggunakan Algoritma Lee (dengan nilai masukan = 1, = 1 sampai dengan 1,3,

    dan = 5) dan Algoritma LIP (dengan nilai masukan = 2, dan = 1 sampai dengan 2)

    telah menghasilkan mutu citra yang memuaskan. Pada Algoritma LIP parameter dalam peningkatan mutu citra memiliki range yang lebih luas, sehingga memungkinkan

    menghasilkan citra hasil yang lebih banyak. Oleh karena itu metode Algoritma LIP lebih

    baik daripada metode Algoritma Lee.

    Kata Kunci : Peningkatan mutu citra, Algoritma Lee, Algoritma LIP

    1. Pendahuluan

    Dewasa ini teknik pengolahan citra mengalami perkembangan yang sangat

    pesat, hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi komputer dengan kapasitas

    memori yang besar sehingga memungkinkan untuk melakukan kegiatan

    komputasi dalam waktu yang relatif singkat. Banyak aplikasi yang terdapat dalam

    teknik pengolahan citra, diantaranya adalah peningkatan mutu citra (image

    enhancement), pemulihan citra (image restoration), pengkodean citra (image

    encoding) dan pemilahan citra (image segmentation).

    Dari sekian banyak aplikasi pengolahan citra, bidang yang paling banyak

    menarik perhatian adalah peningkatan mutu citra. Tujuannya adalah untuk

    menonjolkan ciri-ciri khusus yang terdapat pada suatu citra. Contoh peningkatan

    mailto:[email protected]

  • 2

    mutu citra adalah penajaman (sharpening), perbaikan kontras dan tepi, pewarnaan

    semu (pseudocoloring), penapisan derau (noise filtering) dan lain-lain.

    Proses peningkatan mutu citra sendiri tidak akan meningkatkan informasi

    yang sudah terdapat pada citra. Namun akan meningkatkan kisaran dinamis pada

    ciri-ciri terpilih, sehingga citra mudah untuk diamati dan dianalisis. Kesulitan

    terbesar dalam peningkatan mutu citra adalah penentuan ukuran standar mutu

    citra. Oleh karena sejumlah teknik perbaikan mutu citra membutuhkan sarana

    interaktif untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

    Dengan memperhatikan kebutuhan akan penggunaan teknologi

    pengolahan citra yang semakin meningkat dan perlunya proses peningkatan mutu

    citra untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka penulis merasa tertarik

    untuk melakukan pengujian dan menganalisis perbandingan hasil peningkatan

    mutu citra dengan menggunakan Algoritma Lee, dan Algoritma LIP (Logarithmic

    Image Processing).

    2. Landasan Teori

    2.1 Pengertian Citra Digital

    Citra digital adalah citra yang elemen-elemennya dinyatakan dengan suatu

    besaran numerik yang membentuk suatu array. Pada layar monitor, citra terdiri

    dari kumpulan piksel yang membentuk suatu array.

    Sebuah citra dapat dipandang sebagai fungsi dua dimensi, dimana harga-

    harga fungsi tersebut f(x,y) pada koordinat bidang (x,y) diruang citra (x,y)

    mendefinisikan suatu ukuran intensitas cahaya pada titik tersebut. Fungsi f(x,y)

    memiliki rentang nilai nol dan berhingga, karena citra merupakan fungsi intensitas

    cahaya yang artinya memiliki energi dan datanya dari kelas diskrit. Secara

    matematis hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :

    0 < f(x,y) < ~ (1)

    Menurut presisi yang digunakan untuk menyatakan titik-titik koordinat

    pada domain spasial atau bidang untuk menyatakan nilai keabuan atau warna

    suatu citra, maka secara teoritis citra dapat dikelompokan dalam empat kelas citra,

    yaitu citra kontinu-kontinu, kontinu-diskrit, diskrit-kontinu, diskrit-diskrit.

    Dimana label pertama menyatakan presisi dari titik-titik koordinat pada bidang

    citra, sedangkan label kedua menyatakan presisi nilai keabuan atau warna.

    Kontinu dinyatakan dengan presisi angka tak terhingga, sedangkan diskrit

    dinyatakan dengan presisi angka terhingga. Komputer digital hanya dapat

    mengolah suatu citra dari kelas diskrit-diskrit, karena bekerja dengan angka-angka

    berpresisi terhingga. Citra dari kelas tersebut dikenal dengan nama Citra Digital.

  • 3

    Citra Digital dapat langsung diperoleh dengan bantuan menggunakan

    kamera digital atau dari citra analog setelah melalui suatu proses sampling dan

    kuantitasi, seperti pada proses scanning sebuah photo melalui mesin scanner.

    Namun citra digital tidak selalu merupakan hasil langsung dari data rekaman suatu

    sistem, kadang-kadang hasil rekaman data bersifat kontinu seperti gambar pada

    monitor televisi, sinar X dan lain sebagainya. Dengan demikian untuk

    mendapatkan suatu citra digital diperlukan proses konversi, sehingga citra tersebut

    selanjutnya dapat diproses dengan komputer.

    Untuk mengubah citra yang bersifat kontinu menjadi citra digital

    diperlukan proses pembuatan kisi-kisi horisontal dan vertikal, sehingga diperoleh

    gambar dalam bentuk array dua dimensi. Proses tersebut dikenal dengan digitisasi

    atau sampling. Pembagian suatu citra menjadi sebuah piksel dengan ukuran

    tertentu ini akan menentukan resolusi spasial yang diperoleh.

    Digitisasi atau sampling adalah suatu proses untuk mengubah citra dalam

    bentuk analog yang berisi informasi kontinu ke bentuk citra digital yang berisi

    informasi yang bersifat diskrit, yang dilakukan dengan membuat kisi-kisi arah

    horisontal dan vertikal.

    Resolusi spasial adalah derajat kehalusan dari proses pembuatan sel-sel

    arah horisontal dan vertikal yang membagi suatu citra menjadi beberapa piksel.

    Semakin tinggi resolusi yang diperoleh yang berarti semakin kecil ukuran

    pikselnya, maka semakin halus citra yang diperoleh karena informasi yang hilang

    akibat pengelompokan tingkat keabuan pada proses pembuatan sel-sel akan

    semakin kecil. Proses yang diperlukan selanjutnya dalam konversi tersebut diatas

    adalah proses kuantitasi. Dalam proses ini tingkat keabuan setiap piksel

    dinyatakan dengan suatu harga integer. Kuantisasi merupakan proses untuk

    menterjemahkan tingkat keabuan atau warna suatu piksel ke dalam bentuk

    numerik. Kuantisasi merupakan besaran integer dari dua, dapat dilihat dalam

    persamaan berikut :

    G = (2)m (2)

    Dimana : G = Jumlah tingkat keabuan

    m = Jumlah kuantisasi tiap pikselnya

    Untuk kuantisasi 8 bit per piksel misalnya, nilai elemen-elemen matriksnya

    berada dalam range [0..255].

    2.2 Representasi Citra Digital

    Seperti pada bahasan sebelumnya bahwa sebuah citra digital merupakan

    citra kontinu f(x,y) yang telah digitisasi sehingga membentuk array dua dimensi,

    dimana elemen-elemen array tersebut berupa besaran integer, yang menyatakan

    tingkat keabuan citra pada titik tersebut.

    Seluruh tahapan proses konversi diatas dikenal sebagai konversi analog ke

    digital yang biasanya akan menyimpan hasil prosesnya pada memori citra,

  • 4

    kemudian dikenal sebagai proses digitisasi. Citra f(x,y) disimpan dalam memori

    komputer atau penyimpanan bingkai citra dalam bentuk array N x M sample

    diskrit dengan jarak sama dengan berikut :

    )1,1()1,1()0,1(

    )1,1()1,1()0,1(

    )1,0()1,0()0,0(

    ),(

    MNfNfNf

    Mfff

    Mfff

    yxf

    (3)

    Sisi sebelah kanan dari persaman (3) dikenal sebagai citra digital. Setiap

    elemen dari arraynya disebut sebagai elemen gambar atau piksel, yang merupakan

    suatu daerah persegi empat kecil dengan ukuran tertentu, ukuran piksel ini sering

    disebut resolusi piksel. Pada banyak aplikasi, dipilih N = M, dengan suatu harga

    tertentu. Nilai elemen-elemen dari matrik ini merupakan besaran integer yang

    rentangnya ditentukan oleh jumlah kuantisasi tiap pikselnya.

    Tingkat intensitas suatu citra ditunjukan oleh sebuah tingkat keabuan dan

    keseluruhan tentang tingkat keabuan seringkali dipilih dalam pangkat dua,

    sehingga sembarang piksel pada matrik berukuran N x N akan memiliki tingkat

    intensitas g.

    0 < g < 2m – 1 (4)

    dimana : m = bilangan bulat

    2.3 Citra Greyscale

    Citra greyscale adalah citra dengan 256 tingkat keabuan (m = 8), sehingga

    citra yang dihasilkan terdiri dari matrik dengan 256 macam harga dengan range

    [0,…,255], setiap titik pada matrik tersebut dapat bernilai 0 sampai 255 yaitu

    intensitas tingkat keabuan mulai dari hitam sampai putih.

    Tingkat keabuan diantara hitam dan putih adalah perpaduan antara hitam

    dan putih dengan kadar warna keduanya diurut dari mulai kadar hitam yang lebih

    dominan hingga kadar putih yang lebih dominan.

    2.4 Citra Biner

    Citra biner adalah citra dengan dua tingkat skala keabuan (m = 1),

    sehingga citra yang dihasilkan terdiri dari matrik dengan dua macam harga berupa

  • 5

    citra beresolusi warna monochrome. Setiap titik-titik pada matrik dapat berwarna

    hitam atau putih saja dan hanya memerlukan suatu harga permulaan. Jadi sebuah

    citra yang hanya terjadi dari dua intensitas tingkat keabuan yaitu hitam dan putih

    atau gelap dan terang atau juga 0 dan 1 disebut dengan Citra biner.

    Secara matematis citra dinyatakan dengan f(x,y) dapat dibinerkan dengan

    aturan sebagai berikut :

    Jika f(x,y) > T, maka f’(x,y) = 1

    Jika f(x,y) < T, maka f’(x,y) = 0

    Dimana : f(x,y) = Harga intensitas pada koordinat (x,y)

    T = Harga ambang

    f’(x,y) = Versi biner dari f(x,y

    Jadi citra biner mudah dibuat, disimpan dan dimanipulasi, karena setiap piksel

    diasosiasikan dengan informasi sebuah bit tunggal.

    2.5 Piksel

    Piksel atau pixel (picture element) yang berarti elemen gambar merupakan

    bagian terkecil dari suatu citra. Setiap piksel menyimpan informasi warna sendiri.

    Infromasi warna yang ditampilkan oleh piksel tergantung jumlah bit per piksel.

    2.6 Elemen - Elemen Dasar Citra

    Berikut ini secara umum elemen-elemen dasar yang penting dari suatu

    citra serta kaitannya dengan sistem visual manusia. Elemen-elemen citra yang

    dimaksud adalah sebagai berikut :

    1. Kecerahan

    Kecerahan (brightness) adalah intensitas yang terjadi pada 1 titik citra. Dan

    lazimnya pada suatu citra, kecerahan ini merupakan rata-rata dari suatu daerah

    lokal. Sistem visual manusia mampu menyesuaikan diri dengan tingkat

    kecerahan (brightness level) dengan jangkauan dari yang terendah sampai

    yang tertinggi. Batas penyesuaian gelap terendah disebut dengan scotopic

    treshold sedangkan batas penyesuaian terang tertinggi disebut dengan glare

    treshold.

    2. Kontur

  • 6

    Yang dimaksud dengan kontur (contour) adalah suatu keadaan pada citra

    dimana terjadi perubahan intensitas dari suatu titik ke titik tetangganya.

    Dengan perubahan intensitas inilah mata manusia sanggup mendeteksi

    pinggiran atau kontur suatu benda.

    3. Warna

    Warna (color) adalah reaksi yang dirasakan oleh sistem visual manusia

    terhadap perubahan panjang gelombang cahaya. Setiap warna memiliki

    panjang gelombang sendiri-sendiri. Warna merah memiliki panjang

    gelombang yang paling tinggi, warna violet memiliki panjang gelombang

    yang terendah. Pada umumnya sebagian besar warna dapat dihasilkan dari

    percampuran 3 buah warna yaitu Red, Green dan Blue. Dengan jalan mengatur

    brightness akan didapat bermacam-macam warna.

    4. Bentuk

    Pada umumnya citra yang dibentuk oleh mata merupakan citra 2 dimensi,

    sedangkan objek yang diamati biasanya 3 dimensi. Biasanya setelah

    mendapatkan interprestasi tentang citra, maka sistem visual manusia

    cenderung untuk mengabaikan hal-hal yang tidak konsisten pada citra

    tersebut.

    5. Deteksi dan pengenalan

    Pada hakekatnya sistem visual manusia tidak menerima informasi citra secara

    terpisah pada setiap titik, tetapi citra dianggap sebagai satu kesatuan. Dalam

    mendeteksi serta mengenali suatu citra sering tidak hanya sistem visual

    manusia yang bekerja tetapi juga seluruh ingatan yang dimiliki.

    2.7 Besaran Statistik Citra

    2.7.1 Histogram Citra

    Histogram suatu citra adalah fungsi yang menunjukan jumlah piksel dari

    suatu tingkat keabuan tertentu terhadap tingkat keabuannya. Suatu histogram

    dapat dipandang sebagai suatu fungsi padat peluang diskrit suatu citra. Suatu

    histogram tidak memberikan infromasi tentang lokasi dari piksel atau perkiraan

    suatu piksel terhadap piksel lainnya, tapi menyatakan deskripsi global dari

    penampakan suatu citra.

  • 7

    Histogram sebuah citra dengan tingkat keabuan dalam range [0,L-1]

    adalah suatu fungsi peluang diskrit p(rk) = nk/n, dimana rk adalah tingkat keabuan

    ke-k, nk adalah jumlah piksel dengan tingkat keabuan rk, n adalah jumlah total

    piksel dalam citra, dan k = 0, 1, 2, .., l-1.

    p(rk)

    p(rk)

    Gambar 1. Histogram dari beberapa tipe citra, (a) citra gelap, (b) citra

    cerah,

    (c) citra kontras rendah, dan (d) citra kontras tinggi

    Histogram p(rk) menunjukan probabilitas setiap tingkat keabuan yang

    terjadi pada citra tersebut. Plot dari fungsi ini untuk semua nilai k memberikan

    deksripsi umum dari penampakan atau visual citra. Sebagai contoh gambar 2.3

    menunujukan histogram dari beberapa tipe citra, yaitu citra gelap, citra cerah,

    citra kontras rendah, dan citra kontras tinggi

    rk

    (a)

    rk

    p(rk)

    (b)

    rk

    (c)

    rk

    (d)

    p(rk)

  • 8

    2.7.2 Peluang

    Nilai peluang dari suatu intensitas piksel b adalah :

    M

    bNbP

    )()( (5)

    dengan N(b) adalah banyaknya piksel dengan intensitas b dan M adalah jumlah

    piksel dalam citra digital tersebut.

    2.7.3 Rata-Rata

    Rata–rata (mean) dari suatu citra digital didefinisikan sebagai :

    1

    0

    )(.L

    b

    bPbb (6)

    L menunjukan tingkat keabuan citra digital tersebut.

    2.7.4 Variansi dan Standar Deviasi

    Variansi suatu citra digital didefinisikan sebagai :

    1

    0

    22 )()(L

    b

    b bPbb (7)

    Variansi merupakan kumpulan tingkat sebaran nilai data disekitar rata-rata.

    Sedangkan standar deviasi merupakan akar kuadrat positif dari variansi. Jika suatu

    kumpulan data mempunyai nilai variansi atau standar deviasi kecil, berarti

    kumpulan data mempunyai nilai lebih banyak di sekitar rata-rata (mean) dan

    sebaliknya.

    2.8 Peningkatan Mutu Citra Digital

    Peningkatan mutu citra merupakan suatu proses yang dilakukan untuk

    mendapatkan kondisi tertentu pada citra. Proses tersebut bisa dilakukan dengan

    menggunakan berbagai macam metode, tergantung pada kondisi yang diharapkan

    pada citra tersebut, misalnya mempertajam bagian tertentu pada citra, mengurangi

    gangguan, manipulasi kontras, pembesaran citra dan lain-lain.

  • 9

    Operasi peningkatan mutu citra digital bekerja berdasarkan prosedur yang

    bersifat heuristic untuk tujuan yang spesifik, artinya bahwa operasi peningkatan

    mutu terbaik untuk semua citra jenis X tidak harus sama dengan operasi

    peningkatan mutu terbaik untuk semua citra jenis Y. operasi ini sering digunakan

    untuk meningkatkan mutu suatu citra digital yang telah mengalami degradasi

    akibat proses digitasi maupun pengiriman.

    Metode yang digunakan dalam peningkatan mutu citra secara umum dapat

    dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :

    • Metode Histogram

    Dengan menghitung jumlah piksel untuk setiap derajat keabuan histogram dari

    citra yang dibentuk. Metode ini bekerja hanya berdasarkan informasi bentuk

    histogram yang akan berubah sesudah metode ini diterapkan. Operasi seperti

    Histogram Modification, Histogram Equalization, dan Histogram stretching

    adalah termasuk kelompok ini.

    • Filter atau Algoritma Dua Dimensi

    Citra sering perlu difilter untuk menghilangkan derau, menghaluskan atau

    menajamkan citra. Filter yang sering digunakan anatara lain filter lalu tinggi

    (high pass filter), filter lalu rendah (low pass filter), filter rata-rata (mean

    filter) dan filter nilai tengah (median filter). Selain menggunakan filter,

    algoritma juga bisa digunakan seperti Algoritma lee dan Algoritma LIP

    (Logarithmic Image Processing).

    3. Metode Penelitian

    3.1. Algoritma Lee

    J.S. Lee telah menulis algoritma sederhana untuk peningkatan mutu citra,

    algoritma ini selanjutnya disebut dengan Algoritma Lee, yaitu :

    ),(),(),(),(' jiAjiFjiAjiF (8)

    dimana : F(i,j) dan F’(i,j) adalah nilai piksel sebelum dan sesudah pemrosesan,

    A(i,j) adalah nilai rata-rata piksel pada window n x n yang berpusat pada koordinat

    (i,j), dan parameter , , adalah bilangan real.

  • 10

    3.2. Algoritma LIP

    Metode Algoritma LIP (Logarithmic Image Processing) diperkenalkan

    pertama kali oleh M. Jourlin. Dalam Algoritma LIP, intensitas suatu citra

    dimodelkan dengan fungsi keabuannya (f). Contoh dari fungsi keabuan adalah

    fungsi penyerapan filter cahaya dimana tiap posisinya diketahui opasitasnya. Oleh

    karena itu, fungsi keabuan f didefinisikan pada domaian spasial, dengan nilai

    dalam interval [0, M] dimana M adalah positif. Penjumlahan dan perkalian citra

    yang bersifat logaritmik, dinotasikan dengan dan .

    3.3 Perancangan Algoritma

    Berikut ini adalah perancangan algoritma yang digunakan pada metode

    penelitian untuk proses peningkatan mutu citra dalam implementasinya pada

    perangkat lunak.

    3.3.1. Procedure Algoritma Lee

    Procedure AlgoritmaLee adalah procedure untuk proses peningkatan mutu

    citra dengan menggunakan Algoritma Lee sebagaimana ditulis dalam persamaan

    (3.3). Sedangkan ukuran jendela (window) yang digunakan disini adalah jendela

    (window) berukuran 3 x 3 piksel. Procedure ini ada dikelas TFormCitra.

    Procedure AlgoritmaLee

    Kamus :

    x,y,i,j : integer

    alpha,beta,nu : real

    rata,hasil,temp : real

    BM_asal : Bitmap{data bitmap citra masukan}

    BM_hasil : Bitmap{data bitmap citra hasil}

    tinggibitmap : integer

    lebarbitmap : integer

    x +

  • 11

    Algoritma :

    Input(alpha)

    Input(beta)

    Input(nu)

    For y = 0 to tinggibitmap-1 do

    For x = 0 to lebarbitmap-1 do

    rata 0.0

    temp 0.0

    For i = y-1 to y+1 do

    For j = x to x+1 do

    temp temp + BM_asal[i,j]

    Endfor

    Endfor

    rata temp/9

    temp rata * (alpha – beta)

    temp temp + BM_asal[x,y] * beta + nu

    If temp > 255 then

    hasil 255

    Else if temp< 0 then

    hasil 0

    Endif

    BM_hasil[x,y] round(hasil)

    Endfor

    Endfor

    Dari perancangan Algoritma Lee diatas dapat diketahui langkah – langkah

    yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan perhitungan Algoritma Lee

    pada perangkat lunaknya. Langkah – langkah tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Pertama kali masukan (alpha), (beta), dan (nu)

    Input(alpha)

    Input(beta)

    Input(nu)

    2. Untuk setiap piksel dalam bitmap

    a. Mencari rata-rata nilai piksel-piksel pada jendela berukuran 3 x 3 yang

    berpusat pada piksel tersebut.

    For i = y-1 to y+1 do

    For j = x to x+1 do

    temp temp + BM_asal[i,j]

    Endfor

    Endfor

    rata temp/9

  • 12

    b. Mengalikan rata-rata pada point (a) dengan hasil pengurangan masukan ,

    dengan masukan . Hasilnya ditambah dengan hasil perkalian piksel pusat

    dengan nilai masukan , ditambahkan lagi dengan nilai masukan .

    temp rata * (alpha – beta)

    temp temp + BM_asal[x,y] * beta + nu

    c. Berikutnya adalah mendapatkan nilai piksel hasil

    If temp > 255 then

    hasil 255

    Else if temp< 0 then

    hasil 0

    Endif

    BM_hasil[x,y] round(hasil)

    3.3.2. Procedure Algoritma LIP

    Procedure AlgoritmaLIP adalah procedure untuk proses peningkatan mutu

    citra dengan menggunakan Algoritma LIP sebagaimana ditulis dalam persamaan

    (3.19). Sedangkan ukuran jendela (window) yang digunakan disini adalah jendela

    (window) berukuran 3 x 3 piksel. Procedure ini ada dikelas TFormCitra.

    Procedure AlgoritmaLIP

    Kamus :

    x,y, i, j : integer

    alpha, beta : real

    rata,hasil,temp : real

    BM_asal : Bitmap {data bitmap citra masukan}

    BM_hasil : Bitmap {data bitmap citra hasil}

    tinggibitmap : integer

    lebarbitmap : integer

    Algoritma :

    Input(alpha)

    Input(beta)

    For y = 0 to tinggibitmap-1 do

    For x = 0 to lebarbitmap-1 do

    rata 0.0

  • 13

    temp 0.0

    For i = y-1 to y+1 do

    For j = x to x+1 do

    temp temp + log10(BM_asal[i,j]/255)

    Endfor

    Endfor

    rata temp/9

    temp rata * (alpha – beta)

    temp temp + log10(BM_asal[x,y] /255) * beta

    hasil exp(temp) * 255

    If hasil > 255 then

    hasil 255

    Else if hasil< 0 then

    hasil 0

    Endif

    BM_hasil[x,y] round(hasil)

    Endfor

    End for

    Dari perancangan Algoritma LIP diatas dapat diketahui langkah – langkah

    yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan perhitungan Algoritma LIP

    pada perangkat lunaknya. Langkah – langkah tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Pertama kali masukan (alpha), (beta), dan (nu)

    Input(alpha)

    Input(beta)

    2. Untuk setiap piksel dalam bitmap

    a. Mencari rata-rata nilai log piksel-piksel yang dinormalisasi pada jendela

    berukuran 3 x 3 yang berpusat pada piksel tersebut.

    rata 0.0

    temp 0.0

    For i = y-1 to y+1 do

    For j = x to x+1 do

    temp temp + log10(BM_asal[i,j]/255)

    Endfor

    Endfor

    rata temp/9

  • 14

    b. Mengalikan rata-rata pada point (a) dengan hasil pengurangan masukan ,

    dengan masukan . Hasilnya ditambah dengan hasil perkalian nilai log

    piksel pusat yang dinormalisasi dengan nilai masukan .

    temp rata * (alpha – beta)

    temp temp + log10(BM_asal[x,y] /255) * beta

    c. Berikutnya adalah mendapatkan nilai piksel hasil dengan melakukan

    denormalisasi hasil eksponensialnya.

    hasil exp(temp) * 255

    If hasil > 255 then

    hasil 255

    Else if hasil< 0 then

    hasil 0

    Endif

    BM_hasil[x,y] round(hasil)

    4. Pengujian dan Analisis

    4.1. Spesifikasi Kebutuhan Sistem

    Spesifikasi sistem yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi

    peningkatan mutu citra ini adalah sebagai berikut :

    1. Perangkat keras komputer pribadi dengan spesifikasi :

    a. Processor Dual Core 2,0 Ghz atau yang lebih tinggi

    b. RAM 512 MB atau lebih

    c. Monitor SVGA

    d. Mouse dan Keyboard (papan kunci)

    e. Harddisk, disesuaikan dengan kebutuhan

    f. Printer, disesuaikan dengan kebutuhan

    2. Perangkat lunak

    a. Microsoft Windows XP atau yang lebih tinggi

    b. Aplikasi pengolah citra untuk menangkap gambar dari Scanner dan

    menyimpan dalam bentuk BMP.

  • 15

    4.2 Data Masukan

    Data masukan yang dibutuhkan pada aplikasi peningkatan mutu citra ini

    adalah :

    a. Citra dengan format bitmap (.BMP).

    b. Citra masukan harus mempunyai tingkat keabuan 256 warna (grayscale) atau

    8 bit.

    4.3 Data Keluaran

    Data keluaran dari aplikasi peningkatan mutu citra ini adalah :

    a. Citra dengan format bitmap (.BMP).

    b. Citra keluaran mempunyai tingkat keabuan 256 warna (grayscale) juga.

    4.4 Implementasi Antarmuka

    Pembuatan antarmuka program dengan Borland Delphi menggunakan

    jendela kerja yang disebut dengan form. Pada form ini dapat diletakan kontrol-

    kontrol objek yang akan digunakan oleh program, misalnya kontrol tombol,

    kontrol teks atau kontrol gambar. Setiap form dan kontrol objek mempunyai

    sebuah properti untuk menentukan nama, warna, ukuran, lokasi, dan penampilan

    form atau kontrol tersebut di layar.

    Pembutan antarmuka aplikasi diusahakan dapat memenuhi beberapa

    prinsip penting dalam perancangan antarmuka pemakai, sehingga antarmuka

    benar-benar dapat membantu mempermudah pemakai dalam menggunakan

    program aplikasi peningkatan mutu citra ini.

    4.5 Analisis Proses Peningkatan Mutu Citra

    Dalam proses peningkatan mutu citra diperlukan tahapan-tahapan yang

    perlu dilakukan, yaitu :

    1. Pembacaan data citra, merupakan tahapan pembacaan file citra dengan

    format bitmap, kemudian keluaran tahapan ini disimpan dalam buffer yang

    berbentuk bitmap.

    2. Proses peningkatan mutu citra, merupakan proses peningkatan mutu citra

    sesuai dengan metode yang digunakan.

  • 16

    3. Visualisasi citra, marupakan tahapan untuk menampilkan hasil proses

    peningkatan mutu citra pada layar monitor.

    4.6 Pembacaan Data Citra

    Proses pembacaan data citra adalah operasi-operasi yang dilakukan pada

    citra masukan untuk memperoleh informasi yang terkandung didalamnya

    mengenai ukuran, jumlah bir per piksel, dan data piksel citra. Kemudian dari

    informasi yang diperoleh dilakukan operasi penyimpanan informasi yang

    diperlukan ke dalam buffer bitmap.

    4.7 Proses Peningkatan Mutu Citra

    Setelah data citra masukan berada pada buffer yang sudah disediakan

    maka proses selanjutnya adalah memproses data masukan pada buffer agar

    mempunyai kualitas yang lebih baik sesuai dengan keinginan. Hal ini dapat dilihat

    dari visual citra hasilnya.

    4.8 Proses Visualisasi

    Tahap terakhir dari proses peningkatan mutu citra ini adalah menampilkan

    hasil peningkatan mutu citra berupa citra bitmap hasilnya pada layar monitor dan

    perubahan karakteristik histogramnya.

    4.9 Uji Coba Aplikasi

    Uji coba dilakukan dengan cara memasukan file citra masukan ke dalam

    aplikasi yang telah dibuat. Dengan memperhatikan citra keluaran aplikasi

    dihasilkan dengan citra sebelum dilakukan proses, dapat diperlihatkan perbedaan

    diantara keduanya. Pada uji coba aplikasi ini dilakukan dengan menggunakan

    metode Algoritma LIP.

    Uji coba dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

    1. Memasukan file citra dengan format bitmap untuk diproses

    2. Memilih proses yang dikehendaki dan memberikan parameter masukan yang

    dibutuhkan, kemudian melihat hasilnya.

  • 17

    Seperti yang telah dijelaskan pada BAB III bahwa algoritma yang

    diimpelementasikan untuk Algoritma LIP adalah persamaan (3.19) yaitu :

    ),(log),(log),(log),('log jiajifjiajif

    dengan

    ),(log1

    ),(log

    2/

    2/

    2/

    2/

    lkfnxn

    jia

    nj

    njl

    ni

    nik

    misalkan terdapat piksel-piksel citra (dengan asumsi window 3x3) seperti berikut :

    j-1 j j+1

    i-1 65 60 85

    i 50 50 55

    i+1 45 45 40

    Maka didapatkan :

    ),(log jia 1/9 (log(65/255) + log(60/255) + log (85/255) + log(50/255) + log(50/255) + log(55/255) + log (45/255) + log (45/255)

    + log (40/255))

    ),(log jia -0,67

    ),(log jif (60 + 60 + 85 +50 + 50 + 55 +45 +45 + 40) / 255 = 1,94 = 1,94 / 9 = 0, 215

    = log (0.215) = - 0,7

    jadi ),('log jif (-0,67) + [(-0,7) – (-0,67)]

    Misalkan nilai paramater = 1 dan = 1, maka didapatkan :

    ),('log jif 1(-0,67) + 1[(-0,7) – (-0,67)]

    ),('log jif -0,7 f’(i,j) = 255*exp(-0,7)

    f’i,j) = 50,9

    dan dengan cara yang sama untuk berbagai nilai dan didapatkan :

    • Untuk nilai = 0,1 dan = 0,5, nilai piksel baru f’ = 456

    • Untuk nilai = 1 dan = 0,5, nilai piksel baru f’ = 114

    • Untuk nilai = 2 dan = 0,5, nilai piksel baru f’ = 24

  • 18

    • Untuk nilai = 0,5 dan = 1, nilai piksel baru f’ = 204

    Dari data diatas terlihat bahwa nilai parameter yang kecil menghasilkan

    nilai piksel baru yang tinggi (lebih tajam atau cerah), sedangkan nilai parameter

    pada perhitungan diatas tidak terlihat sehingga harus dilihat melalui visual citra

    hasil atau melalui histogramnya.

    4.10 Objek Penelitian

    Proses penelitian ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak yang telah

    dirancang. Perangkat lunak tersebut mampu menampilkan citra yang akan diolah,

    melakukan proses peningkatan mutu citra, menghitung parameter analisis, serta

    menampilkan citra hasil pemrosesan peningkatan mutu citra.

    Citra digital yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah citra objek

    photo ‘Wanita’ atau Wanita.bmp dengan ukuran 150 x 217 piksel seperti terlihat

    pada gambar 2.

    Gambar 2. Objek Photo ‘Wanita’

    ( Ukuran 150x217 Piksel, Tingkat Keabuan 8 bit )

    Karakteristik objek photo ‘Wanita’ pada gambar 3 dapat diamati melalui

    bentuk histogram berikut :

  • 19

    Gambar 3 Histogram Citra Original Objek Photo ‘Wanita’

    Dari gambar 3 dapat diketahui tingkat keabuan yang digunakan oleh objek

    photo ‘Wanita’ lebih banyak berada pada daerah tingkat keabuan rendah (0 - 20),

    dengan nilai rata – rata 77,54 dan standar deviasi 85,01. Hal ini memungkinkan

    bahwa citra lebih banyak didominasi oleh warna gelap.

    5. Kesimpulan

    Kesimpulan yang data ditarik berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan

    adalah sebagai berikut :

    a. Penggunaan Algoritma Lee dan Algoritma LIP (Logarithmic Image

    Processing) pada objek penelitian (objek photo ‘Wanita’) akan menghasilkan

    nilai rata-rata dan standar deviasi yang bervariasi. Perubahan nilai rata-rata

    dan standar deviasi pada citra original sebelum dan sesudah diproses dengan

    ketiga metode diatas dapat digunakan untuk menentukan kualitas dari metode

    yang digunakan.

    b. Berdasarkan percobaan – percobaan tersebut dengan menggunakan metode

    Algoritma Lee (dengan nilai masukan = 1, = 1 sampai dengan 1,3 dan =

    5) dan Algoritma LIP (dengan nilai masukan = 2, dan = 1 sampai dengan

    2) menghasilkan visual citra hasil pemrosesan yang diinginkan. Hal ini

    membuktikan bahwa pada percobaan dengan Algoritma LIP memiliki range

  • 20

    yang lebih luas pada parameter , sehingga memungkinkan menghasilkan

    citra hasil yang diinginkan dengan lebih banyak. Oleh karena itu metode

    Algoritma LIP lebih baik daripada metode Algoritma Lee atau Perataan

    Histogram.

    c. Perbedaan yang mendasar dari Algoritma Lee dan Algoritma LIP, yaitu

    pertama, nilai masukan yang rendah pada Algoritma Lee menjadikan citra

    lebih gelap, sedangkan nilai masukan yang tinggi menjadikan citra lebih

    cerah. Hal ini berlaku sebaliknya untuk nilai masukan pada Algoritma LIP.

    Kedua, pada Algoritma Lee memerlukan nilai masukan untuk parameter ,

    sedangkan untuk pada Algoritma LIP tidak memerlukan nilai masukan

    parameter .

    d. Persamaan dari metode Algoritma Lee dan Algoritma LIP adalah fungsi dari

    parameter , yaitu berpengaruh terhadap ketajaman citra dan kehalusan citra.

    Semakin tinggi nilai masukan maka menghasilkan citra dengan ketajaman

    citra dan kehalusan citra yang berkurang.

    5. Daftar Pustaka

    Agus Haryanto, (2007), Membuat Aplikasi Sederhana Dengan Microsoft

    Access, Elex Media Komputindo, Jakarta.

    Adi Kurniadi, (1999), Pemrograman Microsoft Visual Basic 6, Elex Media

    Komputindo, Jakarta.

    Castleman, K. R.. 1996. Digital Image Processing. New Jersey : Prentice Hall

    Inc.

    Dwiandiyanta, B. Yudi. 2000. Perbandingan Beberapa Algoritma Untuk

    Peningkatan Kontras Citra. Jurnal Teknologi Industri Vol. IV Hal :

    195- 208.

    Ekstrom, Michael P. 1999. Digital Image Processing Techniques. London :

    Academic Press, Inc.

    Frerking, Gary., Wallace, Nathan., and Niddery, Wayne. 1998. Borland delphi

    How-To. Corte Madera : The Waite Group, Inc.

  • 21

    G. Deng, L. W. Cahill and G. R. Tobin. 2000. The Study of Logarithmic

    Processing Model and Its Application to Image Enhancement, IEEE

    Transaction on Image Processing.

    Gonzales, R.C. and Paul Wintz. 1987. Digital Image Processing. USA : Addison

    Wesley Publishing Company, Inc.

    Martina, Inge. 2005. Belajar Sendiri Borland Delphi 7.0. Jakarta : Elex Media

    Komputindo.

    Nalwan, Agustinus. 2000. Pengolahan Gambar Secara Digital. Jakarta : Elex

    Media Komputindo.

  • 22

    Software Education Peningkatan Minat Baca Pada Anak Usia Dini

    dengan menggunakan Model TAM (Technology Acceptance Model)

    Darpi Supriyanto

    Program Studi S1 Teknik Informatika

    Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Al-Khairiyah

    Jalan H.Enggus Arja No. 1 Lingk. Citangkil Cilegon 42443

    email : [email protected]

    Abstrak Dengan adanya Software Education untuk pembelajaran cara membaca anak

    usia dini ini diharapkan dapat mendukung pembelajaran dengan penyajian yang

    menyesuaikan cara anak usia dini belajar (bermain sambil belajar). Model yang

    digunakan untuk Software Education pembelajaran cara membaca adalah dengan

    menggunakan model TAM (Technology Acceptance Model) yang akan dianalisis dengan

    menggunakan software AMOS. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) Dari tabel

    uji parameter variabel PEOU terbukti dari nilai yang diperoleh X1 (fleksibiltas), X2

    (kemudahan untuk diakses) dan X4 (kemudahan untuk digunakan) pada uji parameter

    model pengukuran variabel PEOU dengan signifikansi (sig)/taraf nyata (ά) 0.05 di atas

    nilai kritis (sig ≤ ά). Maka dapat dikatakan bahwa Software Education cara baca dapat

    digunakan secara fleksibel, mudah diakses dan mudah untuk dipahami. (2) Dari tabel uji

    parameter variabel PU terbukti dari nilai yang diperoleh Y1 (meningkatkan efektivitas),

    Y2 (mendapatkan informasi yang dibutuhkan), dan Y3 (lebih mudah dalam memberikan

    mater) pada uji parameter model pengukuran variabel PU dengan signifikansi (sig)/taraf

    nyata (ά) 0.05 di atas nilai kritis (sig ≤ ά). Sedangkan parameter pengukuran Y4

    (menghemat waktu) ditetapkan bernilai 1. Maka dapat dikatakan bahwa dengan

    menggunakan Software Education Cara Baca dapat meningkatkan minat dan efektivitas,

    bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan, lebih mudah memberikan materi dan

    menghemat waktu.

    .

    Kata Kunci: Software Education, Technology Acceptance Model

    1. Pendahuluan

    Pada era globalisasi seperti sekarang ini teknologi informasi memegang

    peranan yang sangat penting pada berbagai aspek kehidupan. Hal ini dapat

    dipahami karena keberadaan teknologi informasi tersebut dapat memenuhi

    kebutuhan informasi dengan cepat, tepat, relevan dan akurat sehingga dapat

    digunakan oleh pengguna teknologi dalam membantu menyelesaikan pekerjaan.

    Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang relevan, cepat, dan akurat tersebut,

    maka penerapan teknologi informasi khususnya yang berbasis komputer tidak

    dapat terlepas dari peranan tiga komponen dasar komputer yaitu berupa (1)

    perangkat keras (hardware) (2) Perangkat lunak (software) dan (3) pengguna

    (brainware).

  • 23

    Suksesnya penerapan teknologi informasi sangat bergantung pada

    penerimaan oleh user sebagai pengguna teknologi. (Davis, 1989:p79) telah

    mengembangkan suatu model penerimaan teknologi (TAM = Technology

    Acceptance Model) untuk menjelaskan dan memprediksi penerimaan teknologi

    oleh user. Model TAM secara terinci menjelaskan penerimaan teknologi

    informasi dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi penerimaan

    teknologi oleh pengguna. Model ini menempatkan faktor sikap, niat, dan perilaku

    pengguna dengan menggunakan 2 variabel masukan utama yaitu kemanfaatan

    (usefulness) dan kemudahan (easy of use). Secara empiris model ini telah terbukti

    memberikan gambaran perilaku pengguna teknologi informasi, yakni banyak

    pengguna teknologi informasi dapat menerima TI karena sesuai dengan apa yang

    diinginkan Iqbaria, 1997:p86).

    Penggunaan teknologi berupa Software Education ini untuk pembelajaran

    cara membaca anak usia dini, di beberapa sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia

    Dini) di Cilegon. Belajar membaca untuk anak-anak terkadang sangat susah

    dilakukan. Perlu berbagai trik yang harus dilakukan agar si anak terangsang untuk

    mau belajar membaca. yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap anak

    mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Satu metoda bisa efektif bagi seorang

    anak akan tetapi mungkin tidak bisa diterapkan pada anak lain. Kejelian kita

    sebagai orang tua yang harus bisa membaca sifat si anak dan memberikan metoda

    yang paling cocok bagi si anak untuk mulai belajar membaca.

    Pada prinsipnya setiap anak mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama suka

    bermain. Memang dunia anak adalah dunia bermain. Apa kaitannya Belajar

    Membaca dengan dunia anak yang suka bermain? Tentu ini mempunyai relevansi

    yang sangat tinggi. Permainan apa yang sangat disukai si anak dan metoda apa

    yang harus diterapkan untuk mengajari anak belajar membaca adalah suatu hal

    yang tidak bisa dipisahkan agar si anak bisa bermain sekaligus belajar.

    Pendidikan usia dini merupakan pendidikan yang diberikan kepada anak

    sejak usia 0-6 tahun. Usia dini merupakan usia emas untuk menyerap berbagai

    informasi. Namun orangtua dan tenaga pendidik harus memberikan materi yang

    dekat dengan kehidupan dan lingkungan anak yang terrefleksi dalam kegiatan

    pembelajaran yang menyenangkan.

  • 24

    Dengan adanya Software Education untuk pembelajaran cara membaca

    anak usia dini ini diharapkan dapat mendukung pembelajaran dengan penyajian

    yang menyesuaikan cara anak usia dini belajar (bermain sambil belajar).

    Model yang digunakan untuk menggambarkan bentuk hubungan perilaku

    dalam penerimaan Software Education untuk pembelajaran cara membaca adalah

    dengan menggunakan model TAM (Technology Acceptance Model) yang akan

    dianalisis dengan menggunakan software AMOS.

    2. Landasan Teori

    2.1. Technology Acceptance Model (TAM)

    Beberapa model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-

    faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer,

    diantaranya yang tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset

    dibidang teknologi informasi adalah seperti Theory of Reasoned Action (TRA),

    Theory of Planned Behaviour (TPB), dan Technology Acceptance Model (TAM).

    Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan prilaku

    pengguna komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap

    (attitude), intensitas (intention), dan hubungan prilaku pengguna (user behaviour

    relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari

    prilaku pengguna TI terhadap penerimaan pengguna TI, secara lebih terinci

    menjelaskan penerimaan TI dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat

    mempengaruhi dengan mudah diterimanya TI oleh si pengguna (user).

    Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna

    dengan dua variabel yaitu :

    a. Kemudahan penggunaan (ease of use).

    b. Kemanfaatan (usefulness),

    Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna

    (Davis, 1989:p320) dalam Iqbaria et al, 1997). Kesimpulannya adalah model

    TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya

    dalam penerimaan penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas menggambarkan

    bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan

    kemudahan penggunaan (ease of use).

  • 25

    Tingkat penerimaan pengguna teknologi informasi ditentukan oleh 6

    konstruk yaitu: Variabel dari luar sistem (External variable), Persepsi pengguna

    terhadap kemudahan (perceived ease of use), persepsi pengguna terhadap

    kegunaan (perceived usefulness), sikap pengguna (attitude toward using),

    kecenderungan tingkah laku (behavioral intention), dan pemakaian aktual (actual

    usage) (Davis, 1989:p320)

    Gambar 1. Technology Acceptance Model TAM (Davis, 1989:p320)

    Pemakaian TAM dalam penelitian tentang penerimaan penerapan

    teknologi sudah dilakukan oleh beberapa peneliti di negara yang berbeda pada

    penerapan teknologi yang berbeda pula untuk menguji keakuratan TAM.

    Penelitian tersebut antara lain Penerimaan Pengguna terhadap Perpustakaan

    Digital di Universitas Hon-Kong oleh Weiyin Hong, et. All (2002); Penerapan

    TAM di Inggris oleh Said Al-Gahtani (2001) dan beberapa penelitian lain dengan

    TAM yang dimodifikasi sesuai tujuan penelitian seperti yang pernah dilakukan

    oleh Yogesh Malhotra & Dennis F. Galetta tahun 1999, yang menganalisa model

    TAM tanpa faktor eksternal, namun menambahkan faktor tekanan psikologi yang

    diukur dari compliance identification dan internalization. Sampel yang

    diobservasi adalah sebanyak 239 tentang penggunaan Micorsoft Exchange.

    Penelitian ini lebih menekankan pada karakteristik individu dalam faktor

    psikologi.

    Perceived

    Usefulness

    Perceived

    Ease

    of Use

    Attitude Toward

    Using

    Behavioral Intention to

    Use

    Actual

    System

    Usage

    External

    Variables

  • 26

    Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Lee pada tahun 2000 yang meneliti

    tentang penerimaan teknologi e-Commerce Adoption Model (e-CAM) untuk

    melihat Purchasing Behavior (PB). Menggunakan variabel Perceived Ease of Use

    (PEOU), Perceived Usefulness (PU), Perceived Risk with Product/Service (PRP)

    dan Perceived Risk in the context of Transaction (PRT) dan Purchasing Behavior

    (PB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PRP (resiko terhadap produk/servis)

    dan PRT (resiko terhadap transaksi) berpengaruh pada PU (kemanfaatan).

    Selanjutnya PU (kemanfaatan) dipengaruhi oleh PEOU (kemudahan), yang

    kemudian PU dan PEOU berpengaruh pada PB (perilaku belanja). Model e-CAM

    yang dikembangkan oleh Lee seperti yang tertera pada Gambar 2. dibawah ini.

    Perceived Ease

    of Use (PEOU)

    Perceived

    Usefulness

    (PU)

    Purchasing

    Behavior (PB)Perceived Risk with

    Product / Service

    (PRP)

    Perceived Risk in

    the context of

    Transaction (PRT).

    Significant

    Non Significant

    Gambar 2. Model e-CAM oleh (LEE, 2000: p89)

    Pada tahun 2004 Wang melakukan penelitian tentang penerimaan

    teknologi internet yang dilengkapi dengan Instant Messaging Service (IMS)

    dengan menggunakan model TAM. Variabel yang diteliti yaitu Technology Utility

    (TU), Number of User (NOU), Perceived Usefulness (PU), Perceived Ease of Use

    (PEOU), Intention to Use (ITU), dan Actual Usage Behavior (AUB). Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa TU (perangkat teknologi) dan NOU (jumlah

    pengguna) berpengaruh terhadap PU (kemanfaatan). PEOU (kemudahan)

    berpengaruh pada PU. Sedangkan PU dan PEOU berpengaruh pada ITU (niat

    untuk menggunakan), selanjutnya ITU berpengaruh pada AUB (perilaku

    penggunaan). Model TAM oleh Wang seperti yang terlihat pada Gambar 3.

    berikut:

  • 27

    Technology

    Utility (TU)

    Intention to

    Use (ITU)Actual Usage

    Behavior (AUB)

    Perceived

    Usefulness (PU)

    Number of

    user (NOU)

    Perceived Ease

    of Use (PEOU)

    Gambar 3. Model TAM (Wang, 2004:p56)

    Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penilaian terhadap

    penggunaan sistem informasi telah banyak dilakukan oleh para peneliti dalam

    kurun waktu yang cukup panjang. Seperti yang telah dilakukan oleh Oktavianti

    tahun 2007 yang menggunakan TAM sebagai dasar penelitiannya. Penelitian

    Oktavianti ini berhasil membuktikan bahwa faktor yang secara langsung

    mempengaruhi penerimaan sistem teknologi informasi adalah perceived

    usefulness yang didefinisikan sebagai persepsi pengguna tentang sistem teknologi

    informasi dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh perceived ease of use dan

    perceived enjoyment yang didefinisikan sebagai kemudahan dan kenyamanan

    menggunakan sistem teknologi informasi. Pada penelitian ini Oktavianti juga

    menggunakan variabel sikap (attitude) sebagai variabel moderasi (intervening)

    untuk variabel penerimaan terhadap sistem informasi. Namun hasil penelitian

    Oktavianti tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara

    attitude (sikap) dengan penerimaan terhadap sistem informasi.

    Dari penelitian-penelitian yang telah ada, dapat lebih difokuskan pada

    faktor-faktor penerimaan/minat pengguna terhadap program aplikasi pembelajaran

    cara baca anak usia dini. Penelitian ini akan menggunakan dasar teori Davis

    (1989) tentang TAM yang telah banyak digunakan untuk melakukan penelitian

    terhadap penggunaan sistem informasi.

    2.2. Perceived Usefulness (Kemanfaatan)

    Menurut (Davis, 1989:p77) dan (Adam, 1992:p69), Kemanfaatan

    (usefulness) diartikan sebagai suatu ukuran kepercayaan seseorang terhadap

    penggunaan sesuatu untuk dapat meningkatkan prestasi kerja orang yang

  • 28

    menggunakannya. Menurut (Thompson, 1991:p90), kegunaan TI merupakan

    manfaat yang diharapkan oleh pengguna TI untuk dapat melaksanakan tugasnya,

    pengukurannya didasarkan pada frekuensi penggunaan dan keragaman aplikasi

    yang dijalankan. (Chin, 1955:p46) memberikan beberapa dimensi tentang

    kegunaan TI, dimana kegunaan tersebut dibagi kedalam dua kategori, yaitu :

    a. Kegunaan dengan estimasi satu faktor

    b. Kegunaan dengan estimasi dua faktor (kegunaan dan efektivitas).

    Kegunaan dengan satu faktor meliputi :

    a. Menjadikan pekerjaan lebih mudah

    b. Bermanfaat

    c. Menambah produktivitas

    d. Mempertinggi efektivitas

    e. Mengembangkan kinerja pekerjaan

    Sedangkan kegunaan dengan estimasi dua faktor meliputi dimensi-

    dimensi, antara lain:

    a. Kegunaan meliputi dimensi : menjadikan pekerjaan lebih mudah dan

    bermanfaat, menambah produktivitas

    b. Efektivitas meliputi dimensi : mempertinggi efektivitas, mengembangkan

    kinerja pekerjaan

    2.3. Perceived Ease of Use (Kemudahan)

    (Davis, 1989:p61) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use)

    sebagai suatu ukuran bahwa seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan

    mudah dipahami. Menurut (Adam, 1992:p87), menyatakan bahwa intensitas

    penggunaan dan interaksi antar pengguna (user) dengan sistem dapat

    menunjukkan kemudahan penggunaan.

    (Davis, 1989:p93), memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan

    teknologi informasi, meliputi:

    a. Komputer sangat mudah dipelajari

    b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna

    c. Keterampilan pengguna dapat bertambah dengan menggunakan komputer

    d. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan

  • 29

    Penelitian yang berhubungan dengan ilmu psikologi mengemukakan

    bahwa faktor-faktor attitudinal seperti kemudahan atau kenyamanan yang

    dirasakan dan kegunaan yang dirasakan menjadi faktor penentu terhadap perilaku

    dan kemauan untuk meningkatkan keahlian (Venkatesh, 2000:p88).

    2.4. Attitude Toward Using (Sikap Untuk Menggunakan)

    Attitude atau sikap didefinisikan sebagai feeling (perasaan) negatif atau

    positif pengguna secara individual dalam mengevaluasi suatu objek / produk

    Attitude atau sikap pengguna dapat digunakan untuk melihat penerimaan

    pengguna terhadap teknologi. Sikap yang positif menunjukkan bahwa pengguna

    percaya dengan menggunakan suatu teknologi tersebut, dapat meningkatkan

    kinerja dan produktifitasnya. Mathieson dalam penelitiannya menemukan bahwa

    faktor sikap secara statistik berpengaruh pada Intention to Use (ITU) atau niat

    untuk menggunakan (Mathieson, 1991:p94).

    2.5 Intention to Use (Niat Untuk Menggunakan)

    Intention to Use (ITU) atau niat untuk menggunakan menyatakan

    kemauan, kehendak atau keinginan individu untuk menggunakan suatu produk.

    Niat untuk menggunakan suatu tekologi merupakan suatu ciri bahwa suatu

    teknologi tersebut dapat diterima dengan baik oleh penggunanya. Hal ini ditandai

    dengan tingginya frekuensi atau tingkat keseringan pengguna dalam

    menggunakan suatu teknologi. Menurut (Mathieson, 1991:p102), Intention to Use

    (ITU) atau niat untuk menggunakan suatu teknologi terbentuk dari rasa senang

    terhadap teknologi tersebut dan kemudian direfleksikan ke dalam perilaku dalam

    menggunakannya. Berdasarkan studi yang pernah dilakukan (Davis, 1989:p152)

    dan (Szajna, 1996:p89) Intention to Use (ITU) atau niat untuk menggunakan

    berpengaruh pada Actual Usage Behavior (AUB) atau perilaku dalam

    menggunakan teknologi.

  • 30

    2.6 Actual System Usage (Penggunaan nyata)

    Perilaku pengguna teknologi ditandai dengan adanya kepercayaan (belief),

    sikap (attitude), niat (intention) dalam mengunakan suatu teknologi, yang dapat

    dianalisis dalam suatu model penerimaan teknologi yaitu model TAM

    (Technology Acceptance Model). Model TAM sebenarnya diadopsi dari model the

    Theory of Reasoned Action (TRA), yaitu teori tindakan yang dikembangkan

    dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap suatu hal akan

    menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Perilaku seseorang ditentukan oleh

    sikap. Jika sikap yang terbentuk berupa perasaan senang terhadap sesuatu maka

    perilaku yang terlihat akan menunjukkan aksi dari rasa senang tersebut (Iqbaria,

    1997:p102). Berdasarkan studi yang pernah dilakukan (Davis, 1989:p87) dan

    (Szajna, 1996:p78) Actual Usage Behavior (AUB) atau perilaku dalam

    menggunakan teknologi dipengaruhi oleh Intention to Use (ITU) atau niat untuk

    menggunakannya.

    2.7 AMOS

    AMOS (Analysis of Moment Structure) merupakan salah satu program

    atau software yang digunakan untuk mengistemasi model pada model persamaan

    struktural (SEM) (Ghozali, 2004:p95). AMOS mengimplementasikan pendekatan

    yang umum untuk analisa data pada model persamaan struktural yang

    menjelaskan analisa struktur kovarians, atau causal modeling. Pendekatan ini

    meliputi kasus khusus banyak teknik konvensional terkenal, mencakup model

    linier yang umum dan analisis faktor umum (Smallwaters, 2006:p843). Saat ini

    software AMOS merupakan software yang dapat diandalkan dalam

    menyelesaikan permasalahan sosial karena kemampuannya dalam mengukur

    variabel yang bersifat laten atau tidak dapat diukur secara langsung tetapi dapat

    diukur melalui indikatornya.

  • 31

    2. 8 Analisis Inferensial

    2.8.1 Uji Asumsi SEM

    Tindakan yang dilakukan adalah mengevaluasi apakah data yang

    digunakan telah memenuhi asumsi-asumsi SEM. Asumsi-asumsi yang harus

    dipenuhi adalah sebagai berikut:

    a. Ukuran sampel

    Menurut Hair dkk, jumlah sampel minimal untuk SEM adalah 100-200

    dengan menggunakan perbandingan jumlah sampel terhadap jumlah

    indikator adalah 1 : 5 (Juniarti, 2001 p:332). Jadi jika indikator dalam

    penelitian terdapat sebanyak 20 maka minimal sampel untuk SEM adalah

    100.

    b. Normalitas dan Linearitas

    Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dengan

    metode-metode statistik. Sedangkan uji Linearitas dilakukan dengan

    mengamati scatterplots dari data yaitu memilih pasangan data dan dilihat

    pola penyebarannya untuk menduga ada atau tidaknya linearitas.

    c. Outliers

    Adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara

    univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi

    karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

    observasi-observasi lainnya

    d. Multicollinearity dan singularity

    Multicollinearitas dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Jika

    nilai dari determinan matriks kovarians sangat kecil dapat memberikan

    adanya indikasi problem Multikollinearitas atau singularitas.

    2.8.2 Uji Overall Model Fit

    a. Chi Square Statistic

    Merupakan alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit. Chi-

    square bersifat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Model

    yang diuji dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-square rendah

    (karena dalam uji beda chi square=0, berarti benar-benar tidak ada

  • 32

    perbedaan, H0 diterima) dan diterima berdasarkan profitabilitas dengan

    cut-off value sebesar p>0.05 atau p>0.10 (Hulland.et.all 1996).

    Dalam pengujian ini, nilai chi-square yang rendah yang menghasilkan

    sebuah tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0.05 akan mengindikasi

    tak adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians data dan

    matriks kovarians yang diestimasi (Hair.et al.1995).

    b. RMSEA – The Root Mean Square Error of Approximation

    Merupakan sebuah indeks yang dapat digunakan untuk meng-kompensasi

    chi-square statistic dalam sampel yang lebih besar. Nilai RMSEA yang

    lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat

    diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu

    berdasarkan Degree of Freedom.

    2.8.3 Uji Parameter Model

    a. Uji Validitas

    Validitas digunakan untuk menguji kemampuan (keakuratan) suatu

    indikator sehingga dapat mewakili suatu variabel laten. Ada 2 hal yang

    dilakukan dalam pengujian validitas yaitu pemeriksaan terhadap nilai t dan

    pemeriksaaan terhadap tingginya muatan faktor standar atau λ

    (standardized loading factor) yaitu > 1.96 untuk nilai t dan 0.30 untuk λ.

    b. Uji Realibilitas

    Pendekatan yang dianjurkan dalam menilai sebuah model pengukuran

    (measurement model) adalah menilai besaran composite reliability serta

    variance extracted dari masing-masing konstruk.

    1. Composite reliability

    Realibilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari

    indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajad sampai

    dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah

    konstruk/ faktor laten yang umum. Composite Reliability diperoleh

    dengan rumus sebagai berikut :

    Constuct – Reliability = ( ∑ std. loading )2

    (∑ std. loading )2 + ∑ ε j

  • 33

    Dimana :

    a. Std. loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk

    tiap indikator

    b. εφ adalah measurement error dari tiap-tiap indikator.

    Nilai batas yang digunakan untuk menilai tingkat realibilitas yang

    dapat diterima adalah 0.70, dan jika nilai tersebut dibawah 0.70 pun

    masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik

    yang terlihat dalam proses eksplorasi.

    2. Variance extracted

    Jumlah varians yang dari indikator-indikator yang diekstraksi oleh

    konstruk laten yang dikembangkan. Nilai Variance extracted yang

    tinggi dapat menunjukkan bahwa indicator-indikator telah mewakili

    secara baik konstruk laten yang dikembangkan dan nilai yang

    direkomendasikan adalah paling sedikit 0.50. Variance extracted dapat

    diperoleh melalui rumus dibawah ini:

    Variance – extracted = ∑ std. loading 2

    ∑ std. loading 2 + ∑ ε j

    Dimana :

    a. Std. loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk

    tiap indikator (diambil dari Amos).

    b. εφ adalah measurement error dari tiap-tiap indikator.

    3. Analisa dan Desain Aplikasi

    3.1. Analisa Kebutuhan

    Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian Explaratory, yaitu

    penelitian yang berisi pembuktian hipotesa yang dibangun melalui teori dengan

    pendekatan Technology Acceptance Model (TAM), diuji menggunakan perangkat

    lunak AMOS 7.0.

  • 34

    Metode yang digunakan untuk mendapatkan data empiris melalui

    kuesioner berskala Semantik diferensial. Dengan metode ini diharapkan dapat

    diperoleh rating penerimaan pengguna Software Education Cara Membaca Anak

    Usia Dini di sepuluh (10) sekolah PAUD di Cilegon.

    Populasi pengguna teknologi pembelajaran cara membaca untuk anak usia

    dini adalah guru dan wali murid. Jumlah guru dan wali murid yang hendak

    dijadikan responden adalah sebanyak 120 responden, dimana 60% adalah guru

    dan 40% adalah orangtua murid.

    Metode penarikan sampling dilakukan dengan menggunakan penarikan

    sampling purposive yaitu penarikan sampling dengan pertimbangan tertentu yang

    didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian.

    Terdapat dua cara penarikan sampel purposive, yaitu convenience

    (berdasarkan keinginan peneliti) dan judgement sampling (berdasarkan penilaian

    terhadap karakteristik yang ada)

    Tabel 1. Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Penelitian

    No. NAMA SEKOLAH SAMPEL

    (Orang)

    1. TK. Uswatun Hasanah 12

    2. TK. Madani 12

    3. TK. Raudatul Janah 12

    4. TK. Al – Azhar 12

    5. TK. Tunas Karya 12

    6. TK. YPWKS 12

    7. TK. Primagama 12

    8. TK. Nurul Fikri 12

    9. TK. Ar-Raudah 12

    10. TK. Permata Bunda 12

  • 35

    3.2 Desain Sistem

    A. Menu Program

    Gambar 4. Tampilan Menu Utama Software Education

    B. Suku Kata

    Anak bisa pilih huruf besar atau huruf kecil, lalu belajar menggabungkan

    huruf membentuk suku kata dan mendengarkan bunyinya. Urutan pilih,

    konsonan dulu baru vokal.

    Ketika diklik salah satu konsonan dan salah satu vokal, huruf berbunyi lalu

    masuk ke kotak, lalu akan dibacakan suku katanya.

    Gambar 5. Tampilan Suku Kata

  • 36

    C. Dengarkan Bunyi

    Anak diminta mendengarkan bunyi suku kata, lalu diminta memilih

    jawaban yang tepat. Pilihan ganda.

    Gambar 6. Tampilan Dengarkan Bunyi

    D. Pilih yang Sama

    Anak diminta memilih suku kata akhir yang sama bunyinya sesuai gambar

    yang tampil.

    Misal: kaki, tersedia dua pilihan jawaban yaitu baki dan tali, maka

    jawaban yang benar adalah baki.

    Gambar 7. Tampilan Pilih yang sama

  • 37

    E. Memasangkan

    Tugas anak memilih suku kata yang tepat membentuk sebuah kata sesuai

    gambar yang tampil.

    Gambar 8. Tampilan Memasangkan

    F. Mendengarkan

    Anak diminta memilih kata yang tepat sesuai kata yang diperdengarkan.

    Pilihan ganda.

    Misal: tali, pilihan jawaban: tali, kali, bali.

    Gambar 9. Tampilan Mendengarkan

  • 38

    G. Memori

    Anak diperlihatkan 2 gambar yang harus diingat baik-baik, lalu gambar

    menghilang, dan muncul 4 kata yang harus dipilih 2 kata sesuai gambar

    yang tadi muncul.

    Gambar 10. Tampilan Memori

    H. Mewarnai Gambar

    Diperlihatkan kata lalu anak diminta memilih gambar outline untuk

    diwarnai.

    Gambar 11. Tampilan Mewarnai Gambar

  • 39

    I. Matching Game

    Anak diminta memasangkan antara kata dengan benda yang sesuai

    secepat-cepatnya.

    Caranya dengan membuka kotak jawaban.

    Gambar 12. Tampilan Matching Game

    J. Kalimat Bergambar

    Anak diminta mengklik gambar sesuai yang disebutkan dalam kalimat.

    Misal: Popo makan roti, maka anak diminta mencari gambar roti di antara

    pilihan yang ada.

    Gambar 13. Tampilan Kalimat Bergambar

  • 40

    K. Hangman Kata

    Anak diminta memilih huruf-huruf membentuk kata yang benar sesuai

    kata yang diperdengarkan.

    Bila menjawab benar, akan ditampilkan gambar bendanya.

    Gambar 14. Tampilan Hangman Kata

    L. Puzzle Game

    Anak diminta menebak potongan gambar dengan menuliskan jawaban

    menggunakan keyboard. Bila jawaban benar, maka anak harus

    menyelesaikan puzzle yang diberikan, sampai seluruh soal habis.

    Gambar 15. Tampilan Puzzle Game

  • 41

    3.2 Analisis Sistem

    3.2.1 Data Profil Responden

    Responden yang menjawab kuesioner sebanyak 120 orang, kuesioner

    tersebut disebarkan secara langsung.

    Data Profil responden yang menjadi obyek penelitian ini dapat dilihat pada

    Tabel berikut :

    Tabel 2. Responden penelitian Guru

    Tabel 3. Responden penelitian Orang Tua Murid

    Klasifikasi Responden Jumlah % dari

    seluruh

    responden

    Orangtua Murid

    a. TK. Uswatun Hasanah b. TK. Madani c. TK. Raudatun Janah d. TK. Al-Azhar e. TK. Tunas Karya f. TK. YPWS g. TK. Primagama h. TK. Nurul Fikri

    4

    4

    6

    4

    4

    4

    6

    6

    8,33%

    8,33%

    12,5%

    8,33%

    8,33%

    8,33%

    12,5%

    12,5%

    Klasifikasi Responden Jumlah % dari seluruh

    responden

    Guru

    a. TK. Uswatun Hasanah b. TK. Madani c. TK. Raudatun Janah d. TK. Al-Azhar e. TK. Tunas Karya f. TK. YPWS g. TK. Primagama h. TK. Nurul Fikri i. TK. Ar-Raudah j. TK. Permata Bunda

    6

    6

    6

    8

    9

    7

    8

    8

    8

    6

    8,33%

    8,33%

    8,33%

    11,11%

    12,5%

    9,72%

    11,11%

    11,11%

    11,11%

    8,33%

    Jumlah 72 100%

    Jenis kelamin:

    - Laki-laki

    - Perempuan

    6

    66

    8,33%

    91,67%

    Jumlah 72 100%

  • 42

    i. TK. Ar-Raudah j. TK. Permata Bunda

    6

    4

    12,5%

    8,33%

    Jumlah 48 100%

    Jenis kelamin:

    - Laki-laki

    - Perempuan

    12

    36

    25%

    75%

    Jumlah 48 100%

    Memiliki komputer atau tidak

    (di rumah)

    - Ya

    - Tidak

    45

    3

    93,75%

    6,25%

    Jumlah 48 100%

    Sumber : Olahan Penulis

    Dilihat dari profil responden penelitian untuk guru ini, kebanyakan

    diantaranya adalah, jenis kelamin perempuan (66%).

    Dilihat dari profil responden penelitian untuk orangtua murid ini,

    kebanyakan diantaranya adalah perempuan (75%), memiliki komputer di rumah

    (93,75%).

    Pada penelitian ini responden yang paling banyak adalah guru karena

    gurulah yang bisa mewakili banyak anak dalam mengoperasikan Software

    Education Cara Membaca didalam kelas untuk melakukan pengajaran.

    3.2.1 Ukuran Sampel

    Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam pemodelan SEM, minimum

    berjumlah 100. Penelitian ini menggunakan 120 sampel, oleh karena itu jumlah

    sampel tersebut telah memenuhi persyaratan ukuran sampel.

    3.2.1 Uji Normalitas

    Normalitas data dapat dlihat text output di “Assessmeny of Normality”.

    Assesment of Normality pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut ini

  • 43

    Tabel 4. Assesment of Normality

    Sebuah distribusi dikatakan normal jika angka c.r skweness atau angka c.r

    kurtosis ada diantara -2,58 sampai +2,58. Namun jika angka-angka tersebut

    berada di bawah -2,58 dan diatas +2.58 maka distribusi dikatakan tidak normal.

    Berdasarkan nilai c.r (critical rasio) dalam text output di “Assessment of

    Normality” sebesar 12,028 > 2,58 yang berarti data tidak normal.

    3.2.2 Uji Validitas

    Pengujian terhadap validitas variabel laten dilakukan dengan melihat nilai

    Signifikansi (Sig) yang diperoleh tiap variabel indikator kemudian dibandingkan

    dengan nilai ά (0.05). Jika Sig ≤ 0.05 maka Tolak H0, artinya variabel indikator

    tersebut merupakan konstruktor yang valid bagi variabel laten tertentu (Widodo,

    2006 p:59).

  • 44

    1. Variabel PEOU (Perceived Ease of Use)

    Tabel 5. Uji Parameter Variabel PEOU

    PEOU Sig (≤ 0.05) Hasil

    Hiotesis

    Keterangan

    X1 0.000 Tolak H0 Konstruk yang valid

    X2 0.000 Tolak H0 Konstruk yang valid

    X4 0.000 Tolak H0 Konstruk yang valid

    Masing-masing variabel indikator X1 (fleksibilitas), X2 (kemudahan untuk

    diakses), dan X4 (kemudahan untuk digunakan) secara signifikan merupakan

    konstruktur yang valid (Tolak H0) bagi variabel laten PEOU. Terbukti dari nilai

    yang diperoleh X1 (fleksibiltas), X2 (kemudahan untuk diakses) dan X4

    (kemudahan untuk digunakan) pada uji parameter model pengukuran variabel

    PEOU dengan signifikansi (sig)/taraf nyata (ά) 0.05 di atas nilai kritis (sig ≤ ά).

    Maka dapat dikatakan bahwa Software Education Cara Baca dapat digunakan

    secara fleksibel, mudah diakses dan mudah untuk dipahami.

    2.Variabel PU (Perceived Usefulness)

    Tabel 6. Uji Parameter Variabel PU

    PU Sig (≤ 0.05) Hasil

    Hipotesis

    Keterangan

    Y1 0.000 Tolak H0 Konstruk yang valid

    Y2 0.000 Tolak H0 Konstruk yang valid

    Y3 0.000 Tolak H0 Konstruk yang valid

    Y4 1.000 Tolak H0 Konstruk yang valid

    Variabel indikator Y1 (meningkatkan efektivitas), Y2 (mendapatkan

    informasi yang dibutuhkan), Y3 (lebih mudah dalam memberikan mater) dan Y4

    (menghemat waktu) secara signifikan merupakan konstruktor yang valid (Tolak

    H0) bagi variabel laten PU. Terbukti dari nilai yang diperoleh Y1 (meningkatkan

    efektivitas), Y2 (mendapatkan informasi yang dibutuhkan), dan Y3 (lebih mudah

    dalam memberikan mater) pada uji parameter model pengukuran variabel PU

  • 45

    dengan signifikansi (sig)/taraf nyata (ά) 0.05 di atas nilai kritis (sig ≤ ά).

    Sedangkan parameter pengukuran Y4 (menghemat waktu) ditetapkan bernilai 1.

    Karena ditetapkan secara apriori, maka parameter Y4 (menghemat waktu) tidak di

    uji. Akibatnya, variabel pengukuran Y4 (menghemat waktu) merupakan

    konstruktor yang valid bagi variabel laten PU. Maka dapat dikatakan bahwa

    dengan menggunakan Software Education Cara Baca dapat meningkatkan

    efektivitas, bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan, lebih mudah

    memberikan materi dan menghemat waktu.

    3.2.3 Reliabilitas

    1. Pengujian Secara Langsung

    Pengujian ini dapat dilihat secara langsung dari output AMOS dengan

    melihat R2 (Squared Multiple Correlation). Reliabilitas dari suatu indikator

    dapat dilihat dengan mempertahankan nilai R2. R2 menjelaskan mengenai

    seberapa besar proporsi varians indikator yang dijelaskan oleh variabel laten

    (sedangkan sisanya dijelaskan oleh measurement error) oleh Ghozali (2005),

    (WIBOWO, 2006 p:50).

    Hasil output AMOS mengenai nilai R2 (Squared Multiple Correlation)

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 7. Squared Multiple Correlation untuk variabel X (Eksogen)

    X1 X2 X4

    0.258 0.332 0.468

    Tabel 8. Squared Multiple Correlation untuk variabel Y (Endogen)

    Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel indikator Y8

    memiliki nilai R2 tertinggi yaitu sebesar 0.670 sehingga dapat disimpulkan bahwa

    variabel laten ATU berkontribusi terhadap varians Y8 sebesar 67 % sedangkan

    sisanya 33 % dijelaskan oleh measurement error.

    Y1 Y2 Y3 Y4 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13

    0.467 0.296 0.454 0.243 0.140 0.670 0.330 0.242 0.580 0.399 0.451

  • 46

    Variabel indikator Y7 merupakan indikator yang paling kurang realibel

    dari variabel laten ATU, karena nilai R2 yang dimilikinya adalah paling kecil

    dibandingkan dengan variabel indikator lainnya. Hasil output di atas

    menghasilkan uji reliabilitas secara individual.

    2. Pengujian Tidak Langsung

    Dengan melakukan uji reliabilitas gabungan, pendekatan yang dianjurkan

    adalah adalah mencari nilai besaran Composite Reliability dan Variance Extracted

    dari masing-masing variabel laten dengan menggunakan informasi pada loading

    factor dan measurement error. Composite Reliability menyatakan ukuran

    konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan

    derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan

    sebuah konstruk/laten yang umum. Sedangkan Variance Extracted menunjukkan

    indikator-indikator tersebut telah mewakili secara baik konstruk laten yang

    dikembangkan (Ghozali, 2005 p:21) dan (Ferdinand, p:61-64).

    Composite Reability diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

    ( ∑ std. loading )2

    Constuct – Reability =

    (∑ std. loading )2 + ∑ ε j

    Variance extracted dapat diperoleh melalui rumus dibawah ini:

    ∑ std. loading 2

    Variance – extracted =

    ∑ std. loading 2 + ∑ ε j

    ε j adalah measurement error ε j = 1 – (Std. Loading)2

    Tabel 9. Uji Reliabilitas Gabungan

    Variabel Laten Composite Reliability Variance Extracted

    PEOU 0.8 0.5

    PU 0.8 0.5

    ATU 0.7 0.5

    ITU 0.7 0.5

    ASU 0.6 0.5

  • 47

    Pada Tabel di atas terlihat bahwa PEOU, PU, ATU dan ITU memiliki nilai

    Composite Reliability di atas 0.70. Sedangkan ASU nilai Composite Reliability

    nya masih di bawah 0.70 tetapi masih dapat dikatakan realibel karena masih

    berada pada range nilai yang diperbolehkan. Batas nilai kritis yang

    direkomendasikan untuk Composite Reliability adalah 0.70. Namun angka

    tersebut bukanlah sebuah ukuran yang "mati". Artinya, bila penelitian yang

    dilakukan bersifat eksploratori, maka nilai di bawah batas kritis tersebut (0.70)

    pun masih dapat diterima (Ferdinand, 2002 p:63). Nunally dan Berstein (1994)

    dalam (Widodo, 2006 p:83) memberikan pedoman bahwa dalam penelitian

    eksploratori, nilai reliabilitas di antara 0.5 – 0.6 dinilai sudah mencukupi untuk

    menjustifikasi sebuah hasil penelitian. Variabel laten PEOU, PU, ATU, ITU dan

    ASU mememuhi batas nilai Variance Extracted yaitu ≥ 0.50. Dengan demikian

    dapat dikatakan bahwa masing-masing variabel memiliki realibilitas yang baik.

    4. Kesimpulan

    Berdasarkan pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis, maka

    dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

    a. Model penelitian pada penelitian ini adalah mandatory artinya model yang

    dibuat harus dipakai oleh pengguna atau diwajibkan jadi sikap dan niat

    untuk menggunakan tidak diperhatikan.

    b. Variabel yang mempengaruhi penggunaan Software Education Cara Baca

    pada penelitian ini meliputi PU (Perceived Usefulness), PEOU dan

    (Perceived Easy of Use).

    c. Dari tabel uji parameter variabel PEOU terbukti dari nilai yang diperoleh

    X1 (fleksibiltas), X2 (kemudahan untuk diakses) dan X4 (kemudahan

    untuk digunakan) pada uji parameter model pengukuran variabel PEOU

    dengan signifikansi (sig)/taraf nyata (ά) 0.05 di atas nilai kritis (sig ≤ ά).

    Maka dapat dikatakan bahwa Software Education Cara Baca dapat

    digunakan secara fleksibel, mudah diakses dan mudah untuk dipahami.

  • 48

    d. Dari tabel uji parameter variabel PU terbukti dari nilai yang diperoleh Y1

    (meningkatkan efektivitas), Y2 (mendapatkan informasi yang dibutuhkan),

    dan Y3 (lebih mudah dalam memberikan mater) pada uji parameter model

    pengukuran variabel PU dengan signifikansi (sig)/taraf nyata (ά) 0.05 di

    atas nilai kritis (sig ≤ ά). Sedangkan parameter pengukuran Y4

    (menghemat waktu) ditetapkan bernilai 1. Karena ditetapkan secara

    apriori, maka parameter Y4 (menghemat waktu) tidak di uji. Akibatnya,

    variabel pengukuran Y4 (menghemat waktu) merupakan konstruktor yang

    valid bagi variabel laten PU. Maka dapat dikatakan bahwa dengan

    menggunakan Software Education Cara Baca dapat meningkatkan minat

    dan efektivitas, bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan, lebih mudah

    memberikan materi dan menghemat waktu.

    5. Daftar Pustaka

    AMOS 5.0. (2006). http ://smallwaters.com.

    Elisabet Milchramn. (2006). Modelling the Accpetance Model of Information

    Technology. http://www.inforum.cz/inforum2003.

    Imam Ghozali.(2004). Structural Equation Model, Teori, Konsep dan Aplikasi

    dengan Program Lisrel 8.54. Penerbit UNDIP, Semarang,

    Iqbaria, M. (1994). An Examination of the Factor Contributing to Micro

    Computer Technology Acceptance, Journal of Information System,

    Elsiever Ecienc. USA.

    James A. O’brien. (2003). Introduction to Information System. Eleventh Edition,

    Mc Graw Hill.

    Jogiyanto. (2005). Analisis dan Desain Sistem Informasi. Andi Yogyakarta.

    Haavelmo, T. (1944). The Probability Approach in Econometrica. Econometrica,

    Mc Leod, Jr., Raymond. (2001). Sistem Informasi Manajeme,. Jilid 1, Edisi ke 7.

    PT Prenhallindo.

    Widodo, Prabowo, P.(2006). Statistika : Analisis Multivariat. Seri Metode

    Kuantitatif. Universitas Budi Luhur, Jakarta.

    http://www.inforum.cz/inforum2003

  • 49

    Aplikasi SMS Gateway

    Sistem Informasi Akademik SMAN 2 Cilegon

    Lamhari

    Program Studi S1 Teknik Informatika

    Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Al-Khairiyah

    Jalan H.Enggus Arja No. 1 Lingk. Citangkil Cilegon 42443

    email : [email protected]

    Abstrak Short message service (SMS) merupakan salah satu fitur dari GSM yang

    dikembangkan dan distandardisasi oleh European Telecommunication Standard Institute

    (ETSI). SMS merupakan salah satu media yang banyak digunakan oleh masyarakat

    sekarang ini, karena SMS memiliki tarif yang sangat murah dibanding berbicara

    langsung dengan nomor yang dituju Aplikasi SMS Gateway ini merupakan sistem yang

    digunakan untuk memudahkan siswa dalam melihat nilai mata pelajaran dan absensi

    kehadiran serta akan menghemat waktu sehingga menjadi efektif dan efisien. Ketika ada

    sms masuk maka server akan melakukan query dan akan langsung membalas secara

    otomatis sesuai dengan permintaan yang dikirim oleh pengguna. Sistem Informasi

    Sekolah Berbasis SMS ini dirancang dengan menggunakan UML dan mempunyai fungsi

    sebagai pemberi informasi absensi dan nilai di sekolah kepada siswa agar lebih mudah

    dan efisien melalui SMS. Siswa tidak perlu repot lagi bertanya kepada setiap guru hanya

    untuk mengetahui nilai dan absensi siswa.

    Kata Kunci: Sistem Informasi Akademik, SMS Gateway

    1. Pendahuluan

    Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini semakin

    mempermudah manusia dalam mengakses informasi. Salah satu mekanisme

    komunikasi berbasis teks melalui telepon genggam adalah menggunakan SMS

    (short message services) atau dalam bahasa indonesia sering diterjemahkan

    dengan layanan pesan singkat. Diberi nama singkat karena isi pesan dibatasi

    hanya 160 karakter alphanumerik). Oleh karena sifat dari sms yang berisikan teks

    yang kompatibel (bisa dipahami) oleh komputer maka sms ini dapat dijadikan

    input ke sebuah sistem informasi. Oleh karena itu, dengan adanya aplikasi dari

    fasilitas SMS untuk input pengaksesan data, maka fasilitas SMS ini dapat

    digunakan untuk pengaksesan data informasi di suatu SMP (Sekolah Menengah

    Pertama) Negeri. Layanan informasi ini memberikan kemudahan siswa dalam

    memperoleh informasi nilai dengan cepat, dapat diakses dari mana saja dan kapan

    saja. Jadi dengan menggunakan telepon selular, dapat mengambil atau meminta

    mailto:[email protected]

  • 50

    informasi tertentu yang disediakan oleh penyedia informasi yang berbasis teks.

    Dalam hal ini informasinya adalah data Sekolah kesiswaan pada sebuah SMP

    (Sekolah Menengah Pertama) Negeri dan penyedia informasinya adalah Sekolah

    yang bersangkutan (Yuliana, 2010:p112).

    Tujuan pengembangan Aplikasi SMS Gateway adalah membangun sebuah

    sistem informasi Sekolah sehingga siswa dapat mengetahui informasi nilai

    pelajaran harian, UTS, UAS, UAN, dan Absensi kelas dalam hitungan detik.

    Siswa cukup kirim SMS maka sistem SMS Gateway akan membalas SMS secara

    langsung otomatis (Putro, 2010:p34). Penyimpanan data yang terstruktur

    dikarenakan Sistem Informasi Sekolah menggunakan database yang tersimpan

    didalam komputer.

    Metode pelaksanaan pengembangan Aplikasi SMS Gateway untuk SMP ini

    bertujuan memudahkan siswa dalam mengakses informasi. Data yang dikirimkan

    ke telepon selular peminta sebagai respon atas permintaan tersebut dalam hal ini

    bisa berupa data Nilai pelajaran (ulangan harian, UTS, UAS, UAN, dan Absensi)

    dengan permintaan yang dikirimkan oleh peminta. Data-data yang disediakan oleh

    penyedia data dikelompokkan dengan kode-kode tertentu yang sudah distandarkan

    dan sudah berbentuk format tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan SMS.

    Jadi peminta dapat memilih data mana yang diinginkan dengan mengirimkan kode

    tertentu yang sudah distandarkan tadi. Dalam hal ini database Sekolah yang

    dimaksud adalah database Sekolah kesiswaan dari Sekolah yang bersangkutan

    (Wicaksono, 2010:p89).

    2. Landasan Teori

    2.1. Sistem Informasi

    Sistem informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang

    diorganisasikan, bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk

    mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam organisasi (Henry

    C. Lucas dalam (Jogianto, 2000:p88). Ahli lain menyebutkan bahwa sistem

    informasi adalah sebuah sistem yang mengarah pada penggunaan teknologi

    komputer dalam organisasi yang menyajikan informasi kepada pemakai.

    (O’Brien, 2003:p89).

  • 51

    Namun Sistem Informasi juga dapat didefinisikan sebagai sebuah

    rangkaian prosedur formal di mana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi

    dan didistribusikan kepada para pemakai.(Hall, 2001:77)

    Sistem informasi mengandung tiga aktivitas dasar di dalamnya, yaitu:

    aktivitas masukan (input), pemrosesan (processing), dan keluaran (output). Tiga

    aktivitas dasar ini menghasilkan informasi yang dibutuhkan organisasi untuk

    pengambilan keputusan, pengendalian operasi, analisis permasalahan, dan

    menciptakan produk atau jasa baru. Masukan berperan di dalam pengumpulan

    bahan mentah (raw data), baik yang diperoleh dari dalam maupun dari lingkungan

    sekitar organisasi. Pemrosesan berperan untuk mengkonversi bahan mentah

    menjadi bentuk yang lebih memiliki arti. Sedangkan, keluaran dimaksudkan untuk

    mentransfer informasi yang diproses kepada pihak-pihak atau aktivitasaktivitas

    yang akan menggunakan. Sistem informasi juga membutuhkan umpan balik

    (feedback), yaitu untuk dasar evaluasi dan perbaikan di tahap input berikutnya

    (Jogiyanto, 2001:p56).

    Dewasa ini, sistem informasi yang digunakan lebih berfokus pada sistem

    informasi berbasis komputer (computer-based information system). Harapan yang

    ingin diperoleh di sini adalah bahwa dengan penggunaan sistem informasi

    berbasis komputer, informasi yang dihasilkan dapat lebih akurat, berkualitas, dan

    tepat waktu, sehingga pengambilan keputusan dapat lebih efektif dan efisien. Ada

    perbedaan yang cukup tajam antara komputer dan program komputer di satu sisi

    dengan sistem informasi di sisi lainnya. Komputer dan perangkat lunak komputer

    yang tersedia merupakan fondasi teknis, alat, dan material dari sistem informasi

    modern. Komputer dapat dipakai sebagai alat untuk menyimpan dan memproses

    informasi. Program komputer atau perangkat lunak komputer merupakan

    seperangkat instruksi operasi yang mengarahkan dan mengendalikan pemrosesan

    informasi (Kristianto, 2003:p78).

    2.2 Penerimaan Teknologi Informasi

    Iqbaria (1994:p120) menyatakan bahwa, secara individu maupun kolekif

    penerimaan teknologi dapat dijelaskan dari variasi penggunaan suatu sistem,

    karena diyakini bahwa penggunan suatu sistem yang berbasis TI dapat

  • 52

    meningkatkan kinerja individu atau kinerja organisasi. Untuk mengetahui

    indikator penerimaan TI, secara umum diketahui bahwa penerimaan TI dapat

    dilihat dengan adanya indikator penggunaan sistem dan frekuensi penggunaan

    komputer, atau dari aspek kepuasan pengguna dan ada juga yang menjadikan

    penggunaan sistem sebagai indikator utama penerimaan teknologi oleh

    penggunanya.

    2.3 Short Message Service (SMS)

    Short Message Service merupakan sebuah layanan dimana terjadi

    pertukaran pesan berbentuk teks diantara pengirim. Layanan SMS pertama kali di

    gunakan pada tahun 1992 oleh jaringan GSM Eropa dan berkembang terus

    menerus sampai pengguna layanan SMS di Inggris mencapai 20.5 juta orang pada

    tahun 2003 (Le Bodic, 2005:65).

    Saat ini SMS digunakan oleh pengguna dalam pertukaran pesan antar

    orang, layanan informasi, peringatan internet e-mail, layanan download, applikasi

    chat, penentuan posisi kendaraan dan pemonitor. Sedangkan pemanfaatan SMS

    oleh operator antara lain SIM lock, SIM update, indikator pesan yang tertunda dan

    Wap Push (Le Bodic, 2005:66).

    Implementasi layanan SMS berdampak pada penambahan berbagai elemen

    dalam arsitektur jaringan (GSM, GPRS, UMTS). Gambar 2.3 menjelaskan tentang

    arsitektur GSM dimana terdapat SMS didalamnya.

    Elemen yang dapat mengirim maupun menerima pesan pendek dinamakan

    Short Message Entities (SME). SME dapat berupa aplikasi software di dalam

    mobile handset, faksimili, remote internet server, dan lain-lain. SME juga dapat

    berupa sever yang menghubungkan SMS Center secara langsung atau via gateway

    (Le Bodic, 2005:68).

  • 53

    Gambar 1. Arsitektur GSM dimana terdapat SMS (Le Bodic, 2005:68)

    Berdasarkan gambar diatas, dua komponen penting yang dibutuhkan yaitu

    SMS Center (SMSC) dan E-mail Gateway. SMS Center memegang peranan

    penting dalam arsitektur SMS. Fungsi utama dari SMSC adalah menyampaikan

    pesan diantara SME, mengirimkan pesan pendek. Secara teori, satu SMSC dapat

    mengatur SMS untuk beberapa operator jaringan telepon. Dapat juga operator

    jaringan telepon membuat persetujuan untuk bertukar pesan diantara jaringan.

    Sebuah pesan yang dikirim dari SME ke jaringan A dapat diterima pada SME

    lainya milik jaringan B. Sedangkan E-mail Gateway berfungsi sebagai

    penghubung antara e-mail ke SMS dengan menghubungkan antara SMSC dengan

    internet. Dengan E-mail Gateway, pesan dapat dikirim dari SME ke internet host

    dan begitu juga sebaliknya. Peranan penting E-mail Gateway adalah mengubah

    format pesan SMS ke dalam e-mail, begitu pula sebaliknya dan mengirimkan

    pesan antara SMS dan domain internet (Le Bodic, 2005:69).

  • 54

    2.4 Arsitektur SMS

    SMS dimaksudkan untuk menjadi alat pertukaran informasi antara dua

    mobile subscriber. Elemen-elemen utama pada arsitektur SMS terdiri dari Short

    Message Entity (SME), SMS Service Centre (SMSC) dan Email Gateway yang

    terkoneksi dengan elemen-elemen pada GSM sebagai channel penghantar. Berikut

    ini adalah gambar arsitektur SMS pada jaringan GSM.

    Gambar 2. SMS pada jaringan GSM

    Gambar berikut ini menunjukkan dua GSM network dan komponen yang

    relevan untuk menyampaikan pesan dari end user A ke end user B :

    Gambar 3. Susunan Jaringan dan Aliran Message

  • 55

    a. SMS dikirim melalui MSC/VLR ke SMSC di PLMN (Public Land Moile

    Network) A. Ini merupakan sebuah pesan MAP “forward SM”, termasuk

    nomor MSISDN asal A dan MSISDN tujuan B.

    b. Karena end user B berada di PLMN B, SMSC harus merouting informasi dari

    HLR PLMN B. Untuk melakukannya, SMSC mengirim MAP “send routing

    info for SM” dengan nomor MSISDN B.

    c. HLR mengirim kembali IMSI dari end user B dan VLR nya.

    d. SMSC mengirim SMS sebagai MAP message melalui MSC/VLR ke end user

    B.

    2.5 Basic Features SMS

    SMS mempunyai beberapa basic feature, seperti :

    a. Message Submission and Delivery

    Terdiri dari message sending dan message delivery. Pada message sending,

    pesan dikirm dari MS ke SMSC, dialamatkan ke SME lain sebagai mobile user

    lain atau host internet. Originator (asal) SME menentukan validity period dari

    pesan tersebut, pesan yang sudah tidak valid lagi akan dihapus oleh SMSC

    sepanjang pengiriman pesan. Fitur ini dikenal sebagai Short Message-Mobile

    Originated (SM-MO).

    Pada message delivery, pesan disampaikan oleh SMSC ke MS. Dikenal

    sebagai Short Message Mobile Terminated (SM-MT). SM-MO dan SM-MT dapat

    dikirim / diterima saat voice call atau koneksi data sedang berlangsung. Pada

    GSM pesan dikirim pada channel SDCCH/SACCH, pada GPRS pesan dikirim

    pada channel PDTCH.

    b. Status Report

    SME asal (originator) meminta s