Upload
nursumiatiachmad
View
13
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan praktikum lpt
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan industri metalurgi semakin pesat.
Perkembangan paduan logam untuk berbagai keperluan pun meningkat. Seiring
dengan perkembangan industri ini, berkembang pula berbagai teknik pengujian
logam.
Pengujian logam merupakan tahapan-tahapan untuk mendapatkan nilai
tertentu dari sifat-sifat logam atau apa yang berada padanya. Pengujian ini terbagi
atas dua cara, yaitu: pengujian merusak atau Destructive Test (DT) dan pengujian
tidak merusak atau Non Destructive Test (NDT). Perbedaan dari kedua cara
pengujian ini adalah pada cara perlakuan spesimen sehingga didapat bentuk akhiir
spesimen. Pada DT, bentuk akhir spesimen tidak dapat digunakan
kembali/mengalami kerusakan (cacat), sedangkan pada NDT, bentuk akhir
spesimen dapat digunakan kembali atau tidak terjadi kerusakan pada spesimen.
NDT biasanya digunakan untuk mendeteksi cacat yang terjadi sedangkan DT
untuk nilai-nilai sifat tertentu misalnya kekuatan, ketangguhan, dan kekerasan.
Liquid Penetrant Test (LPT) merupakan salah satu pengujian NDT untuk
mendeteksi cacat pada permukaan material (logam, fiber, ataupun kaca).
Pengujian ini biasanya digunakan dalam industri pengelasan. LPT ini banyak
digunakan karena prosedurnya yang mudah dan cepat.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum liquid penetrant test ini yaitu untuk
mengetahui cacat permukaan pada benda kerja dengan menggunakan metode
liquid penetrant test.
2
1.3 Batasan Masalah
Pada percobaan ini terdapat dua variabel yang meliputi percobaan ini yaitu
variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat yaitu ukuran kedalaman cacat
dan langkah percobaan yang dilakukan, sedangkan variabel bebasnya yaitu jenis
sampel yang digunakan.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab. Pada Bab I menjelaskan
mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah dan sistematika
penulisan. Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai
teori singkat dari percobaan yang dilakukan praktikan. Bab III menjelaskan
mengenai metode percobaan yang berupa diagram alir percobaan, alat dan bahan
serta prosedur percobaan. Bab IV menjelaskan mengenai hasil dan pembahasan
yang berupa tabel hasil percobaan dan grafik hasil percobaan. Bab V menjelaskan
mengenai kesimpulan dan saran dari percobaan. Selain itu di akhir laporan
terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan
tugas khusus serta terdapat blanko percobaan.
Uji TarikUji TekukUji KekerasanUji TumbukPengujian makroPengujian mikro
Getaran TegakGetaran MiringGetaran DatarGetaran RendamGetaran Permukaan
Cairan FluoresenCairan Berwarna
Radiografi LangsungFlouroskopi
Cara dengan Garpu MagnetCara dengan Magnet LurusCara Aliran ListrikCara Lilitan KumparanCara Uliran Fluks
Uji MekanikAnalisa KimiaMetalografiUji Busur
Uji AmatanUji UltrasonikUji RadiografiUji Serbuk Magnet
Uji Cairan PenembusPemancaran SuaraPengukuran Regangan
Pengujian Merusak
Pengujian Tidak Merusak
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengujian Logam
Pengujian untuk logam pada umumnya dapat dibagi dalam pengujian
merusak dan pengujian tak merusak dengan perincian sebagai berikut [Harsono,
2000]:
Gambar 2.1 Pengujian dan Pemeriksaan Logam
4
2.2 Non-Destructive Testing (NDT)
Non-Destructive Evaluation (NDE) dapat memiliki berbagai makna untuk
menjelaskan berbagai aktivitas di lingkupnya. Beberapa menyebutnya sebagai non
destructive testing (NDT), non destructive inspection (NDI), dan non destructive
examination (dapat disebut NDE, tetapi biasanya disebut NDEx). Aktivitasnya
meliputi menguji, menginspeksi, dan memeriksa, seperti yang terlihat atau
menghitung sesuatu tentang objek untuk menentukan karakteristik objek tersebut
atau untuk menentukan objek dengan cacat, ketidak teraturan, ataupun retak.
[ASM Handbook Metals Volume 17]
NDT biasanya dilakukan paling tidak dua kali. Pertama, selama dan diakhir proses
fabrikasi, hal ini berguna untuk menentukan suatu komponen dapat diterima
setelah melalui tahap-tahap fabrikasi, Hasil NDT ini dijadikan sebagai bagian dari
kendali mutu komponen. Kedua, NDT dilakukan setelah komponen digunakan
dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah menemukan kegagalan parsial
sebelum melampaui damage tolerance-nya.
Dari tipe keberadaannya crack, kerusakan atau cacat pada material NDT dapat
dibedakan dalam 2 macam, yaitu: surface crack dan inside crack. Sebaiknya Pada
saat pengujian maka harus sudah ditentukan dahulu targetnya (misal surface crack
atau inside crack), baru digunakan metoda NDT yang tepat.
Beberapa Metode yang digunakan untuk melakukan pengujian ini yaitu :
2.2.1 NDT Metode pada inside crack
1. Mengunakan metode radiography, yaitu dengan menggunakan sinar X
untuk mendapatkan gambaran dalam material. Pada Prinsipnya hampir
sama dengan sinar X atau X ray yang digunakan untuk tubuh manusia,
tetapi panjang gelombang yang digunakan berbeda (lebih pendek).
2. Menggunakan metode ultrasonics, yaitu dengan menggunakan
gelombang ultrasonic dengan frequensi antara 0.1 ~ 15 Mhz. Pada
Prinsipnya, gelombang ultrasonic dipancarkan dalam material dan
gelombang baliknya atau gelombang yang sampai di sisi yang lain di
bandingkan dengan kecepatan suara dari material itu sendiri untuk
5
mendapatkan gambaran posisi dari crack. seperti contoh toolsnya
ultrasonic thickness yang tersedia pada produk
3. Menggunakan metode accustic emmision, pada prinsipnya hampir sama
dengan metode ultrasonics hanya pada gelombangnya metode ini
menggunakan gelombang frequensi antara 100 Khz sampai 1Mhz.
2.2.2. NDT Metode pada Surface Crack
1. Visual Inspection Optical
Metode ini menjadi langkah yang pertama kali diambil dalam NDT.
Metode ini bertujuan menemukan cacat atau retak permukaan dan
korosi. dengan bantuan visual optical, crack yang berada dipermukaan
material dapat diketahui
2. Liquid Penetrant
Metode ini sangat sederhana dimana saat melakuan pengujian dilakukan
penyemprotan dengan cairan berwarna terang yang tujuannya untuk
mengetahui keretakan atau kerusakan pada material solid baik logam
maupun non logam Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik
dan viskousitas yang rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan
material. Selanjutnya, penetrant yang tersisa di permukaan material
disingkirkan. Cacat akan nampak jelas jika perbedaan warna penetrant
dengan latar belakang cukup kontras
3. Magnetic Particles
Metode ini menggunakan serbuk magnetik yang di sebarkan
dipermukaan benda uji atau material. Pada saat crack ada dalam
permukaan benda uji, maka akan terjadi kebocoran medan magnit di
sekitar posisi crack, sehingga dengan mudah akan bisa dilihat oleh
mata. Setelah pengujian magnetic, maka benda uji akan menjadi
bersifat magnet, karena pengaruh serbuk magnet tersebut, maka untuk
menghilangkan effek itu digunakan metoda demagnetization (proses
menghilangkan medan magnet pada benda uji), salah satu caranya
dengan menggunakan hammering (benda uji dipikul dengan hammer,
6
sehingga timbul getaran yang akan melepaskan partikel magnet).
Kelemahannya, metode ini hanya bisa diterapkan untuk material
ferromagnetik. Selain itu, medan magnet yang dibangkitkan harus tegak
lurus atau memotong daerah retak.
4. Eddy current
Metode ini pada prisipnya hampir sama dengan teknik magnetic
particles, akan tetapi medan listrik yang dipancarkan dari arus listrik
bolak-balik, ketika ada crack maka medan listrik akan berubah dan
perubahannya itu akan terbaca pada alat pengukur impadansi. Prinsip
ini erat kaitannya dengan impedansi, maka hasilnya sangat dipengaruhi
oleh jarak antara benda uji dengan alat ukurnya. Keterbatasan dari
metode ini yaitu hanya dapat diterapkan pada permukaan yang dapat
dijangkau. Selain itu metode ini juga hanya diterapkan pada bahan
logam saja.
Non destructive evaluation ini tepat digunakan bagi sembilan kawasan
berikut ini [ASM Handbook Metals Volume 17]:
a. Deteksi dan evaluasi keretakan
b. Deteksi dan evaluasi kebocoran
c. Metrologi (menghitung dimensi) dan evaluasi
d. Menentukan dan evaluasi lokasi
e. Karakterisasi struktur atau struktur-mikro
f. Memperkirakan sifat mekanik dan fisik
g. Menentukan tegangan (regangan) dan respon dinamis
h. Analisa tanda tangan
i. Menentukan komposisi kimia
NDT merupakan pengujian yang sangat menguntungkan, salah satu hal
yang menguntungkan adalah dapat digunakan ketika benda sedang beroperasi
sehingga tidak perlu mengadakan pemberhentian operasa, selain itu juga benda uji
tidak mengalami kerusakan dan dapat digunakan kembali. Namun, tidak semua
7
cara dapat digunakan untuk benda uji. Berikut ini adalah tipe keretakan dan cara
mendeteksinya [National Science Foundation, 2012]:
2.3 Liquid Penetrant Test
Liquid penetrant test merupakan satu dari teknik NDT tertua yang pernah
ada. Baru-baru ini ditemukan penetran penginspeksi yang menggunakan karbon
hitam pada lapisan pottery. Metode ini dapat mendeteksi cacat pada jarak yang
luas dari komponen yang cacatnya berupa kerusakan permukaan material.
Bagaimanapun, liquid penetrant testing hanya dapat digunakan untuk material
non-porous seperti logam dan paduannya, non-logam (plastik, polimer, keramik).
[Tri Djaka, 2012]
Liquid penetran inspection merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk
mendeteksi cacat permukaan pada benda padat yang tidak berpori pori. Cacat
yang terjadi boleh jadi timbul karena proses pembuatannya atau karena fatique
(kelelahan) pada benda yang sudah di gunakan cukup lama. Keretakan yang di
selidiki merupakan keretakan pada permukaan, dan tidak bisa mendeteksi cacat di
dalam permukaan atau di dekat permukaan. Metode ini sangat efektif dan efisien
digunakan dalam pemeriksaan tanpa merusak, sekaligus relatif lebih murah..
Pendeteksian keretakan dengan cara ini tidak bergantung pada ukuran, bentuk,
struktur bahan, komposisi, maupun arah retakan., karena liquid penetran dapat
meresap kedalam benda uji. Penyerapan ini terjadi karena terdapat daya kapiler
(tegangan permukaan yang rendah). Penggunaannya tidak terbatas pada logam
ferro maupun logam non ferro, tetapi bisa juga di pakai pada keramik, plastik,
gelas dan benda-benda lain hasil proses powder metallurgy.
Cacat yang mampu dideteksi dengan uji ini adalah keretakan yang bersifat mikro,
yaitu keretakan yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Deteksi
keretakan dengan cara ini tidak tergantung pada ukuran, bentuk, arah keretakan,
struktur bahan maupun komposisinya. Liquid penetrant dapat meresap ke dalam
celah retakan yang sangat kecil bahkan ke dalam keretakan yang hanya sedalam 4
mikron (4×10-6 m). Proses ini banyak digunakan untuk menyelidiki keretakan
permukaan (surface cracks), kekeroposan (porosity), lapisan-lapisan bahan, dll.
8
Sedangkan seberapa dalam keretakan tersebut tidak mampu dideteksi dengan uji
ini.
Penggunaan uji liquid penetrant ini sangat terbatas yakni :
1. Keretakan atau kekeroposan yang diselidiki dapat dideteksi apabila keretakan
tersebut terjadi sampai ke permukaan benda. Keretakan di bawah permukaan
(subsurface cracks) tidak dapat dideteksi dengan cara ini.
2. Permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat mengakibatkan
indikasi yang palsu.
3. Tidak dianjurkan menyelidiki benda-benda hasil powder metallurgy karena
kurang padat (berpori-pori).
Pengujian ini adalah cara yang paling peka untuk menentukan adanya cacat
halus pada permukaan, seperti retak, lubang halus atau kebocoran. Cara ini pada
dasarnya menggunakan cairan berwarna yang dapat menembus cacat. Setelah
cairan yang ada di permukaan dibersihkan maka cacat akan kelihatan dengan
jelas. [Harsono, 2000]
Ada lima tahapan penting dalam penetrant test, antara lain:
1. Membersihkan dan mempreparasi permukaan
2. Menerapkan penetrant di permukaan
3. Membersihkan penetrant yang terlihat
4. Development
5. Observasi dan inspeksi
Menyemprotkan cairan cleaner
Memberikan cairan penetran dan diamkan selama 20 menit
Memberikan developer pada benda uji
Membersihakan cairan penetran
Pembahasan
Data Pengamatan
Kesimpulan
Literatur
Mengidentifikasi adanya cacat atau tidak pada benda uji
Membersihkan permukaan spesimen dari kotoran
9
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir Percobaan
Percobaan ini secara umum digambarkan dalam bentuk diagram alir sehingga
memudahkan pelaksanaan percobaan yang dilakukan seperti gambar berikut :
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan
10
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang digunakan
1. Masker
2. Sarungtangan
3.Kain majun
3.2.2 Bahan yang digunakan
1. Cairan penetrant
2. Developer
3. Cleaner
4. Benda kerja
3.3 ProsedurPercobaan
1. Membersihkan permukaan spesimen dari kotoran baik debu maupun
oli, dll.
2. Memberikan cairan cleaner pada spesimen.
3. Memberikan cairan penetrant dengan cara disemprotkan pada
spesimen dan mendiamkan selama 20 menit.
4. Mennghilangkan cairan penetrant dengan cairan cleaner/remover
dengan menggunakan kain majun.
5. Memberikan cairan developer pada daerah yang diuji.
6. Melakukan pengamatan pada spesimen dan mencatat data yang
didapat.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Pada hasil percobaan data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Percobaan Liquid Penetrant Test
NoIndikasi Cacat
Ukuran (pxl) mm KeteranganRounded Linier
1 - - -
= Spater
= Cacat
2 - - -
3-
P = 6 mm
L = 6 mm
1:1
3 - - -
4.2 Pembahasan
Liquid penetrant testing adalah suatu metode NDT yang cepat dan handal
untuk mendeteksi cacat pada permukaan yang terbuka dari suatu part yang terbuat
6 mm
6 mm
12
dari material yang nonporous dan yang mempunyai cacat yang terlalu kecil untuk
dapat dideteksi dengan pemeriksaan visual yang biasa. Tujuan dasar dari
penetrant test adalah untuk meningkatkan kejelasan/keterangan pandangan antara
suatu diskontinuitas dengan latar belakangnya. Hal ini dapat diperoleh dengan
memberikan area yang diinspeksi dengan cairan pencari yang sesuai dan kekuatan
penetrasi yang tinggi (yang dapat memasuki diskontinuitas permukaan yang
terbuka. Metoda liquid penetran sudah dikenal dari dahulu sebelum diterapkan
pada pesawat terbang. Hanya saja, dahulu metoda ini dengan menggunakan alat
and bahan yang seadanya saja.
Langkah langkah kerja yang dilakukan dalam metode liquid penetrant
pada dasarnya menggunakan beberapa bahan bantu yaitu cairan penetrant,
cleaner, dan developer. Adapun langkah kerjanya secara umum adalah sebagai
berikut :
Benda yang akan diperiksa terlebih dahulu dibersihkan dengan cairan
cleaner dari kotoran sisa sisa oli, debu atau kotoran lainnya yang dapat menutupi
retak, dimana sebelumnya telah dibersihkan secara fisik dengan mesin sikat baja.
Menyemprotkan benda uji dengan cairan penetrant (cairan penetrant yang
digunakan adalah die penetrant). Setelah itu angkat dan diamkan 20 menit agar
penetrant dapat masuk kedalam celah retak secara optimal. Bersihkan cairan
penetrant berlebih yang menempel pada permuakan benda uji dengan cleaner.
Kemudian permukaan benda uji disemprotkan cairan developer agar cairan
penetrant dalam retak dapat tertarik keluar, seperti pada gambar 4.1
Pada gambar 4.1 terlihat bahwa adanya noda merah yang terbentuk setelah
spesimen di semprotkan cairan developer, namun noda merah ini bukanlah
merupakan cacat melainkan noda yang terbentuk dari hasil mengendapnya cairan
penetran pada spatter akibat adanya permukaan yang tidak rata. Jadi setelah
dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa sampel ini tidaklah memiliki cacat.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengujian dengan metode liquid penetrant test
diperlukanlah permukaan yang rata agar tidak adanya cairan penetrant yang
terjebak dan menimbulkan noda merah yang membingungkan pada saat
pengamatan.
13
Gambar 4.1 Hasil pengaplikasian cairan developer kelompok 21
Percobaan lainnya yang dilakukan oleh kelompok lannya pada spesimen
yang lainnya juga menunjukkan adanya warna merah yang terbentuk di daerah
cairan developer. Dimana hal ini juga dihasilkan oleh adanya spatter yang tidak
bersih saat dilakukan preparasi awal. Letak spater pada setiap spesimen beragam
yang biasanya berada di samping sambungan lasan. Hal ini ditunjukkan oleh
gambar 4.2, dan 4.3.
Pada pengujian yang dilakukan terhadap sampel No. 1 didapatkan hasil
adanya cacat rounded yang terbentuk. Setelah dilakukan pengukuran didapatkan
hasil yaitu panjang nya 6 mm dengan lebar juga 6 mm. cacat ini terbentuk pada
daerah sambungan lasan dimana jika sambungan yang dilakukan tidak rapih atau
sangat baik maka akan didapatkan cacat seperti yang ditunjukkan oleh gambar
4.4. spesimen ini diuji oleh kelompok 5. Cacat yang ditunjukkan oleh gambar 4.4
sudah tergolong cacat atau tidak layak pakai karena kriteria cacat yang dizinkan
pada pengujian dengan metode ini yaitu < 0.3 mm sedangkan hasil dari pengujian
Warna merah yang dihasilkan akibat adanya spater
Developer
Hasil lasan
14
ini pada spesimen No. 1 menunjukan ukurannya yaitu 6 mm. sehingga nilai ini
sudah melewati batas kriteria cacat yang diizinkan.
Gambar 4.2 Hasil pengaplikasian cairan developer kelompok 14
Gambar 4.3 Hasil pengaplikasian cairan developer kelompok 28
Cairan developer
spater
Cairan developer
spater
15
Gambar 4.4 Hasil pengaplikasian cairan developer kelompok 5
Penyebab adanya cacat pada spesimen lasan sebagian besar logam akan
berkarat (korosi) ketika bersentuan dengan udara atau uap air, sebagai contoh
adalah logam besi mempunyai karat, dan alumunium mempunyai lapisan putih di
permukaannya (korosi ; akibat bereaksi dengan udara dan membentuk lapisan
Al2O3). Sehingga pada proses pengelasan pemanasan yang terjadi dapat
mempercepat proses korosi tersebut. Jika karat, kotoran, atau material lain ikut
tercampur ke dalam cairan logam lasan dapat menyebabkan kekroposan deposit
logam lasan yang terbentuk sehingga menyebabkan cacat pada sambungan las
(yang berbentuk rounded atau linier). Hal lain yang dapat terjadi pada cacat
daerah sambungan lasan yaitu terjadi reaksi kimia dalam cairan logam las
(welding pool). Gas hydrogen dan uap air juga dapat menyebabkan cacat las
(welding defect). Hydrogen yang bereaksi dengan oksida yang ada dalam logam
dasar dapat menyebabkan terjadinya uap yang mengakibatkan terjadnya porositas
pada logam lasan (yang berbentuk rounded atau linier). Karena porositas atau
Cacat rounded
Cairan developerDaerah lasan
16
diskontiniutas yang terjadi pada daerah logam lasan oleh karena itu penting sekali
untuk mengetahui seberapa banyak jumlah cacat yang didapatkan akibat
keselahan yang terjadi akibat proses pengelasan maka dari itu digunakanlah
pengujian penetran ini yang digunakan untuk mendeteksi kerusakan atau
diskontinuitas yang terbuka pada permukaan daerah lasan. Penggunaan uji
penetran sangat luas, selain untuk memeriksa sambungan las dan surface pada
benda kerja , metode uji penetran ini juga bisa untuk mendeteksi kerusakan
retakan yang terjadi pada komponen mesin seperti crank shaft, roda gigi, dll.
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum liquid penetrant test dan pembahasan yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Uji menggunakan penetrant merupakan pengujian yang cocok digunakan
untuk pengujian keretakan dan porositas. Pengujian dengan penetrant
biasanya mempunyai 4 tahap : pembersihan awal, pemberian penetrant,
pembersihan penetrant, dan pemberian developer. Keuntungan : murah
dan cepat. Batasan : diskontinuitas harus betuk-betul bersih dan
mempunyai permukaan yang tebuka, untuk diskontuitas di bagian dalam
yang tidak terbuka tidak bias dilaksanakan.
2. Pada data hasil percobaan yang telah dilakukan berdasarkan metode liquid
penetran test didapatkan hasil berupa adanya cacat pada spesimen No.1
yang diuji oleh kelompok 5. Dimana cacat yang terbentuk yaitu cacat
rounded dengan panjang 6 mm dan lebar 6 mm dengan perbandingan 1:1.
Namun cacat ini dikategorikan tidak layak pakai karena telah melewati
batas toleransi dimana ukurannya > 0.3 mm.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikan selanjutnya untuk
praktikum liquid penetrant test yaitu pada saat menggunakan alat (mesin) sikat
baja harap berhati-hati dan saat menggunakan (penyemprotan) cairan penetrant,
cleaner, atau developer harap menggunakan masker serta sarung tangan untuk
keselamatan serta terhidar dari udara kontaminan dari gas yang terhirup.
18
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Metalurgi, Panduan Praktikum Laboratorium Metalurgi II,
Cilegon :
FT. Untirta, 2014.
Taufan,H. 2010. Liquid Penetrant testing.
T, surdia dan Chijiwa k. 1991. Non-Destructive Test. Pradya Paramita : Jakatra
19
LAMPIRAN A
JAWABAN PERTANYAAN
20
Jawaban Pertanyaam
1. Jelaskan yang dimaksud dengan pengujian tidak merusak!
Jawab :
Pengujian tidak merusak atau uji tak merusak merupakan aktivitas uji atau
inspeksi dengan metoda fisis untuk menentukan kondisi bahan logam seperti,
cacat, retak, atau discontinuity lainnya, tanpa merusak bahan atau benda kerja
yang diuji.
2. Kapan pengujian tidak merusak digunakan?
Jawab :
Pengujian tidak merusak dilakukan ketika benda uji sedang beroperasi
sehingga tidak perlu mengadakan pemberhentian operasi. Selain itu juga benda
yang diuji tidak mengalami kerusakan dan dapat digunakan kembali.
3. Jelaskan yang dimaksud dengan Liquid Penetrant Test dan Dye Penetrant Test!
Jawab :
Liquid Penetrant testing adalah suatu metode NDT yang cepat dan handal
untuk mendeteksi cacat pada permukaan yang terbuka dari suatu sampel uji
yang terbuat dari material yang non ferrous dan yang mempunyai cacat yang
terlalu kecil untuk dapat dideteksi dengan pemeriksaan visual yang biasa.
Dye penetrant merupakan salah satu metode pengujian jenis NDT (Non
Destructive Test) yang relatif mudah dan praktis untuk dilakukan. Pemeriksaan
dengan penetrant ini dilakukan untuk cacat permukaan (cacat retak/retak
halus), dapat digunakan untuk material metal atau non metal, dan tidak bisa
diperiksa dengan spot check. Uji liquid penetrant, berfungsi untuk mengetahui
discontinuity halus pada permukaan seperti retak, berlubang atau kebocoran.
Prinsip kerja yaitu : cairan penetrant akan masuk ke dalam defect dipermukaan
berdasarkan aksi kapilaritas.
4. Sebutkan minimal 10 karakteristik penetrant!
Jawab :
21
1) Mampu masuk lubang/bukaan yang sangat halus
2) Mampu menempel /tinggal pada bukaan/lubang yang dangkal
3) Tidak mudah menguap
4) Mudah dibersihkan dari permukaan
5) Tahan terhadap pemucatan
6) Tidak bersifat korosif
7) Tidak berbau
8) Tidak beracun
9) Stabil selama disimpan
10) Mampu tampil dengan cepat dari lubang ke permukaan
setelah diberikan developer
5. Sebutkan dan jelaskan tahapan pada pengujian tidak merusak menggunakan
liquid penetrant test!
Jawab :
a. Membersihkan material yang akan diuji, dibersihkan hingga bersih dari
kotoran, karat yang melekat, usahakan hingga permukaan
mengkilap (gunakan amplas).
b. Apabila permukaan bersih dan halus, lap dengan kain yang bersih, sampai
kering, kemudian semprotkan cleaner, ini gunanya untuk menghilangkan
lemak/minyak yang ada pada celah-celah cacat dan seluruh material yang
diuji.
c. Semprotkan penetrant pada seluruh permukaan material yang diuji. Warna
penetrant ini merah, tunggu kurang lebih 20 menit supaya penetrant
meresap ke dalam seluruh celah-celah cacat.
d. Setelah kurang lebih 20 menit, bersihkan penetrant dengan majun/kain lap
yang bersih, sampai material benar-benar bersih kering, tidak ada warna
merah lagi (kalau kurang bersih, nanti akan mengalami kesukaran dalam
evaluasi)
e. Selanjutnya semprotkan developer merata ke seluruh permukaan dari jarak
25-30 cm. Hal ini dimaksudkan agar indikasi cacat tetap bisa terbaca, jika
22
terlalu dekat kemungkinan indikasi cacat masih kurang jelas. Warna
developer ini putih, kemudian periksa apakah warna merah itu muncul,
itu adalah warna penetrant yang ada pada celah-celah cacat, karena ada
developer menjadi mengembang. Jadi bisa diketahui adanya cacat, cacat
itu bisa berupa retak, luka / goresan.
f. Mengukur panjang cacat.
6. Jelaskan prinsip kerja dari penetrant, developer dan remover!
Jawab :
Cairan penetrant disemprotkan ke benda uji agar cairan yang berwarna merah
mampu masuk ke lubang/celah-celah yang sangat halus pada benda uji. Prinsip
kerja cairan penetrant yaitu cairan akan masuk ke dalam defect dipermukaan
berdasarkan aksi kapilaritas.
Cairan developer akan menyerap cairan penetrant kembali ke permukaan
benda uji. Warna developer ini putih, kemudian periksa apakah warna merah
itu muncul, itu adalah warna penetrant yang ada pada celah-celah cacat, karena
ada developer menjadi mengembang. Jadi bisa diketahui adanya cacat, cacat itu
bisa berupa retak, luka / goresan.
Cairan cleaner berfungsi untuk membersihkan cairan penetrant hingga arna
merah pada permukaan benda uji tidak ada lagi. Pembersihan tidak boleh
berlebihan karena dapat menyebabkan penetrant yang meresap akan terbilas
semua.
7. Sebutkan cara-cara penggunaan penetrant pada liquid penetrant test!
Jawab :
Cairan penetrant berwarna merah yang mengandung zat warna yang memiliki
sifat kontras yang tinggi pada ruangan terang. Cara penggunaannya hanya
dengan menyemprotkan cairan ke benda uji dengan jarak sekitar 25-30 cm
kemudian diamkan benda uji yang telah disemprot cairan penetrant selama 20
menit.
23
8. Sebutkan kekurangan dan kelebihan dari liquid penetrant test!
Jawab :
Kelebihan :
a) Dapat menginspeksi permukaan yang luas dengan murah dan cepat
b) Dapat menginspeksi part dengan geometri yang kompleks.
c) Indikasi defect langsung ditampilkan pada permukaan material dengan
tampilan visual.
d) Peralatan yang dibutuhkan sedikit.
Kekurangan :
a) Hanya mendeteksi defect yang merusak permukaan
b) Membutuhkan preparasi permukaan untuk menghilangkan kontaminan
yang dapat menutupi defect
c) Membutuhkan permukaan yang relatif halus dan tak berpori
d) Membutuhkan pembersihan setelah pengujian
e) Membutuhkan ruangan dengan lingkungan gelap dan sinar UV dalam
pengujian
Membutuhkan kehati-hatian dalam menggunakan zat kimia (larutan penetrant dan developer).
Tugas khusus
1. Bagaimana cara identifikasi cacat pada pengujian liquid penetrant test?
Jawab :
Cara identifikasi cacat dalam metode liquid penetrant test yaitu pada saat
pengaplikasian cairandeveloper, cairan ini akan menarik penetran yang berada
didalam cacat pada spesimen ke permukaan untuk membentuk indikasi yang
terlihat. Setiap daerah yang terdapat indikasi cacat menunjukkan lokasi
terdapatnya cacat, orientasi dan jenis kemungkinan cacat yaitu berupa rounded
maupun linier. Selain itu identifikasi cacat dapat dilakukan ketika pada cairan
developer erdapat pola seperti gambar A.1.
24
Gambar A.1 Indikasi cacat
2. Toleransi cacat pada liquid penetrant test.
Jawab :
Berdasarkan referensi yang didapatkan bahwa toleransi cacat yang ditemukan
pada daerah lasan setelah dilakukan pengujian liquid penetrant test yaitu
sebesar 20%. Dimana nilai 20% ini didapatkan dengan menggunakan
perhitungan
Prosentase cacat = jumlah panjang cacat
2xpanjang lasan x 100%
Jika prosentase cacat yang didapatkan melebihi nilai 20% maka hasil
pengujian ini dikategorikan cacat dan sudah tidak layak pakai.
25
LAMPIRAN B
GAMBAR ALAT DAN BAHAN
26
Gambar B.1 Spesimen Gambar B.2 Cairan developer
Gambar B.3 Cairan remover Gambar B.4 Kain majun
Gambar B.5 Sikat baja
27
LAMPIRAN C
BLANKO PERCOBAAN