248
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) sebagai salah satu indikator utama pembangunan sektor kesehatan internasional dan juga di Indonesia. AKI dan AKB masih terbilang tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait karena kehamilan dan persalinannya. Dengan kata lain, 1400 perempuan setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. (WHO, 2013). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾

LTA aristaaa dari bab iv pembahasan dan daftar isi + edit

  • Upload
    hamid

  • View
    264

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah kesehatan

Citation preview

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) sebagai salah satu indikator utama pembangunan

sektor kesehatan internasional dan juga di Indonesia. AKI dan AKB masih

terbilang tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan jika

dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Di dunia ini setiap

menit seorang  perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait karena

kehamilan dan  persalinannya. Dengan kata lain, 1400 perempuan setiap hari atau

lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan

persalinan. (WHO, 2013). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu

indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan.

AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan

pembangunan milenium ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target

yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ risiko jumlah

kematian ibu. Tinggi rendahnya AKI di suatu wilayah dijadikan sebagai indikator

yang menggambarkan besarnya masalah kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan

dan sumber daya di suatu wilayah (Kementerian Kesehatan RI, 2013).Salah satu

hasil Konvensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2000

menghasilkan adanya Komitmen Internasional untuk mencapai Tujuan

Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs) pada tahun

2015. Yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk dunia dengan delapan

sasaran MDGs. Dimana sasaran keempat dan kelima terkait langsung dengan

2

kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita. Tujuan keempat MDGs mengenai

penurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka kematian balita. MDGs

mentargetkan pengurangan hasil pencapaian tahun 1990 menjadi 2/3 pada tahun

2015. Artinya kita harus menurunkan AKB dari 97/1000 Kelahiran Hidup (KH)

menjadi 32/1000 KH pada tahun 2015. Target tersebut tampaknya masih sulit

dicapai karena Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2013 sebesar 56/1000 KH.

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesda) menunjukan penyebab

kematian bayi 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (35,9%), prematuritas

(32,4%) dan sepsis (12%). Penyebab kematian bayi 7-28 hari yaitu sepsis

(20,5%), malformasi kongenital (18,1%) dan pneumonia (15,4%). Penyebab

kematian bayi 29 hari-11 bulan yaitu Diare (31,4%), pneumonia (23,8%) dan

meningitis/ensefalitis (9,3%). (WHO, 2013).

Tujuan kelima MDGs adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)

melahirkan hingga 3/4-nya dari angka pada tahun 1990. Dengan asumsi bahwa

rasio tahun 1990 sekitar 450/100.000 KH. Maka target MDGs tahun 2015 adalah

110/100.000 KH. Target tersebut tampaknya masih sulit dicapai, karena AKI pada

tahun 2013 sebesar 359/100.000 KH. Angka tersebut bisa jauh lebih tinggi,

terutama di daerah-daerah yang lebih miskin dan terpencil. Sebab di daerah

terpencil akses pelayanan kesehatan masih rendah. Berbagai potensi kematian bisa

dicegah apabila para ibu memperoleh perawatan yang tepat sewaktu persalinan.

Kenyataannya, sekitar 69,3% persalinan di Indonesia berlangsung di rumah.

Padahal Peraturan Kementerian Kesehatan mensyaratkan bahwa persalinan harus

dilakukan di pelayanan kesehatan. Sedangkan penyebab langsung kematian ibu

adalah pendarahan 40-60%, preeklamsi dan eklamsi 20-30%, infeksi 20-30%,

3

sedangkan penyebab tidak langsung salah satunya adalah 35% ibu hamil

menderita anemia (WHO, 2013).

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan

indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah

memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan,

dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu

satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah

memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai

jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah

kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses

pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam

memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.

Cakupan K1 selalu mengalami peningkatan, kecuali di tahun 2013 dimana

angkanya mengalami penurunan dari 96,84% pada tahun 2012 menjadi 95,25%

pada tahun 2013. Hal itu sedikit berbeda dengan cakupan K4 yang pernah

mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 80,26% pada 2007 menjadi

86,04% pada 2008, namun setelah itu mengalami penurunan menjadi 84,54% di

tahun berikutnya. Kemudian setelah terus mengalami kenaikan, cakupan K4

kembali menurun pada 2013 menjadi 86,85% dari 90,18% pada tahun sebelumnya

(Kemenkes,2013)Dines Kesehatan Kota Bandar Lampung, dalam upaya untuk

menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, peran serta bidan di

masyarakat sangat diperlukan terutama dalam menekan Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) serta peningkatan taraf hidup kesehatan

masyarakat. Hal tersebut seiring dengan komitmen Pemerintah Kota Tangerang

4

dalam memberikan pelayanan di bidang kesehatan dan juga mendukung

percepatan program Millennium Development Goals (MDGs). Dan AKI dan AKB

berkait erat dengan program keluarga berencana (KB). Program KB kurang

didukung pemerintah daerah. ”Upaya (penurunan) AKI dan AKB menjadi utang

program kita mengingat MDG akan berakhir tahun 2015.

Selain itu, di Provinsi Lampung hasil evaluasi target pencapaian Millennium

Development Goals (MDGs), hingga tahun 2013 Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Lampung masih tinggi. Berdasarkan

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013. AKI Lampung

mencapai 115,8/100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 300/100.000

kelahiran hidup. Sedangkan target MDGs 2015 adalah AKI 102 per 100ribu

kelahiran hidup dan AKB 23 per 1000 kelahiran hidup. Artinya perlu usaha yang

ekstra untuk menurunkan AKI dan AKB, khususnya kematian Ibu yang masih

sangat jauh dari target MDGs.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Bandar Lampung berdasarkan hasil Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2013 trendnya

menunjukkan kecenderungan menurun yaitu dari 55 per 1000 KH tahun 2002

menjadi 30 per 1000 KH tahun 2013. Angka ini bila dibandingkan dengan target

dari MDGs tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 Kelahiran Hidup, maka masih perlu

kerja keras untuk mencapainya. Bila dilihat berdasarkan laporan tahun 2013 dari

Kabupaten Kota terlihat bahwa AKB (perinatal, neonatal dan bayi) sebesar 7/1000

Kelahiran Hidup. Angka Kematian Bayi berdasarkan laporan ini tidak dapat

dibandingkan karena tidak menggambarkan kejadian kematian di populasi (data

hanya dari fasilitas pelayanan kesehatan), sehingga tetap mempergunakan data

5

dari hasil survey dalam hal ini SDKI yang dilakukan setiap lima tahun. Kematian

bayi terbesar terjadi pada masa bayi perinatal (0-6 hari), diikuti kematian pada

masa bayi neonatal (7 – 28 hari) dan masa bayi (>28 hari - < 1 tahun). Penyebab

kematian bayi perinatal dan neonatal di Provinsi Lampung tahun 2013 pada dua

terbesar disebabkan oleh BBLR dan Asfiksia. Berdasarkan laporan Puskesmas

Way Kandis selama tahun 2014 AKI adalah 26/100.000 Kelahiran Hidup

sedangkan AKB sebanyak 1/1000 Kelahiran Hidup. Cakupan kelahiran yang

ditiolong tahun 2014 oleh tenaga kesehatan sebesar 97,1 % Kelahiran Hidup. Dan

cakupan K1 tahun 2014 di Puskesmas Way Kandis yaitu 99,8% Kehamilan, dan

cakupan K4 yaitu 91,4% Kehamilan. Dan didapatkan hasil laporan K4 Puskesmas

Way Kandis sebanyak 34 % ibu hamil mengalami anemia.

Oleh karena itu, kita sebagai tenaga kesehatan sudah harus menekankan

angka kematian ibu dan bayi yang dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif,

seperti pemeriksaan kehamilan yang rutindan berkualitas, kehadiran tenaga

kesehatan yang terampil pada saat persalinan serta pemberian gizi yang memadai

pada ibu hamil, menyusui dan balita. Berbagai perbaikan harus dilakukan

semaksimal mungkin dalam menurunkan AKI dan AKB dengan meningkatkan

pelayanan kesehatan ,khususnya pelayanan asuhan kebidanan secara

komprehensif yang berfokus pada asuhan sayang ibu dan bayi yang sesuai dengan

pelayanan kebidanan.Standar antenatal yang telah ditetapkan saat ini adalah

pelayanan 14 T yaitu ukur berat badan dan tinggi badan, ukur tekanan darah,

ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe sebanyak

90 tablet selama kehamilan, pemeriksaanHb, pemeriksaan VDRL, pemeriksaan

protein urine, pemeriksaan urine reduksi, perawatan payudara, senam

6

hamil,pemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak yodium, temu wicara

atau konseling yang bertujuan untuk menyiapkan mental ibu dan memantau

keadaan ibu dan janin.

BPM Theresia Suwarni Amd.Keb merupakan salah satu BPM di daerah kota

bandar Lampung. Pada tahun 2015 ini di BPM Theresia Suwarni Amd.Keb

selama sebulan terakhir terdapat jumlah kunjungan rutin ibu hamil yang

memeriksakan kehamilan sebanyak 13 orang, dari kehamilan tersebut terdapat

kehamilan dengan trimester I sebanyak 7 orang ibu hamil, trimester II terdapat 3

orang ibu hamil dan trimester III terdapat 3 ibu hamil. Salah satu klien yang rutin

melakukan pemeriksaan kehamilan di BPM Theresia Suwarni Amd.Keb adalah

Ny.M dengan usia kehamilan 36 minggu. Maka penulis bermaksud memberikan

Asuhan Kebidanan kepada Ny.M secara berkelanjutan dimulai dari kehamilan,

persalinan,nifas ,hingga keluarga berencana (KB).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan laporan PWS-KIA Puskesmas Way Kandis diketahui bahwa pada

tahun 2014 cakupan K1 sebesar 99,8 % atau 1052 dari 1055 ibu hamil dan K4

sebesar 91,4% atau 964 dari 1055 ibu hamil. Dan didapatkan hasil laporan K4

Puskesmas Way Kandis sebanyak 34% atau 358 dari 1055 ibu hamil mengalami

anemia.Anemia pada ibu hamil adalah kondisi dimana sel darah merah menurun

atau menurunya kadar hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk

kebutuhan organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.

Ny.M berusia 34 tahun sedang hamil anak keduanya,selama kehamilanya

Ny.M melakukan pemeriksaan kehamilan di BPM Theresia Suwarni Amd,Keb

7

Sebanyak 3 kali,dan tidak pernah mengalami keluhan yang membahayakan

selama kehamilan ini, setelah dilakukannya pemeriksaan Hb dengan hasil 9,0gr%

terhadap Ny.M di BPM Theresia Suwarni .Berdasarkan dari uraian di atas,maka

penulis tertarik untuk memberikanAsuhan Kebidanan secara Komprehensif

sesuai dengan asuhan kebidanan berkelanjutan terhadap Ny.M dalam masa

kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari masa

kehamilan ≥ 35 minggu atau ≤ 37 secara kontinyu pada ibu dalam masa

kehamilan, persalinan, nifas, sampai dengan keluarga berencana (KB).

Dengan melakukan pendekatan Manajemen Kebidanan yang di

dokumentasikan bentuk SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada Ny.M dalam masa kehamilan,

persalinan, nifas, dan keluarga berencana (KB) di BPM Theresia

Suwarni Amd.Keb tahun 2015.

b. Mampu menetapkan diagnosa masalah kebidanan sesuai dengan

prioritas pada Ny.M dalam masa kehamilan, bersalin nifas, dan

keluarga berencana (KB) di BPM Theresia Suwarni Amd.Keb

c. Mampu melaksanakan identifikasi tindakan segera secara kontinyu

pada Ny M dalam masa kehamilan, bersalin, nifas dan keluarga

berencana (KB ) di BPM Theresia Suwarni Amd.Keb tahun 2015.

8

d. Merencanakan asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada Ny.M

dalam masa kehamilan, nifas, dan keluarga berencana (KB) di BPM

Theresia Suwarni Amd.Keb tahun 2015

e. Melaksanakan asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada Ny.M

dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, dan keluarga berencana

(KB) di BPM Theresia Suwarni Amd.Keb tahun 2015.

f. Mampu melaksanakan evaluasi hasil asuhan secara kontinyu pada

Ny.M dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, dan keluarga

berencana (KB) di BPM Theresia Suwarni Amd.Keb tahun 2015.

g. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan secara kontinyu

pada Ny. M dan dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, dan keluarga

berencana (KB) di BPM Theresia Suwarni Amd.Keb tahun 2015.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan materi yang telah

dilakukan baik dalam peroses perkuliahan maupun peraktik lapangan agar

mampu menerapkan secara langsung dan berkesinambungan pada ibu

hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana (KB)

dengan pendekatan manajemen kebidanan yang sesuai dengan standar

pelayanan kebidanan.

9

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara langsung di lapangan

dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan

keluarga berencana (KB)

b. Bagi Lahan Peraktik

Sebagai masukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan

kebidanan terutama asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan

keluarga berencana (KB).

c. Bagi Klien Asuhan

Sebagai informasi dan motivasi bagi klien, bahwa perhatian

pemeriksaan dan pemantauan kesehatan sangat penting khususnya

asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan keluarga

berencana (KB).

E. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Asuhan Kebidanan pada Ny. M, meliputi Asuhan Kebidanan pada masa

kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir, dan keluarga berencana

(KB).

2. Tempat

Asuhan Kebidanan pada Ny. M, dilakukan di BPM Theresia Suwarni

Amd.Keb. Desa Pematang Wangi Kec.Tanjung Seneng Bandar Lampung

10

3. Waktu

Studi kasus ini dilaksanakan selama 9 minggu mulai dari 23 Maret 2015

sampai dengan Mei 2015. Pada tanggal 10,17,25 Maret dilakukan

pemeriksaan kehamilan dengan tafsiran persalinan 8 april 2015.Dengan

jadwal peraktik 6 hari/ minggu (Hari Senin-Sabtu)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan Normal

1. Definisi kehamilan normal

Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi Bila dihitung dari saat

fertilisasi sampai lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu

40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender inernasional

(Prawirohardjo, 2010). Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi sampai lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional (Prawirohardjo, 2010)

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Sarwono Prawirohardjo, 2011). Dari

beberapa definisi tersebut, maka disimpulkan kehamilan adalah penyatuan dari

spermatozoa dan ovum yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum

akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm dimulai dan konsepsi

sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari

pertama haid terakhir.

11

12

B. Klasifikasi

Kehamilan diklasifikasikan dalam 3 trimester menurut Sarwono

Prawirohardjo, 2011.

1.    Trimester kesatu, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu).

2.    Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu).

3.    Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu)

1. Tanda dan Gejala Kehamilan

a. Payudara membesar, lembut, dan terasa nyeri

Hal ini sering menjadi pertanda fisik paling umum di awal kehamilan.

Payudara akan membesar, menjadi lebih lembut, dan nyeri saat ditekan

adalah perubahan alami sebagai persiapan untuk menyusui. Banyak

wanita yang menyadari kehamilannya berdasarkan pertanda awal

ini.Payudara membesar karena meningkatnya produksi hormon

esterogen dan progesteron. Rasa nyeri saat ditekan pada payudara dan

puting biasanya terjadi pada kehamilan pertama, namun juga bisa

terjadi pada kehamilan-kehamilan berikutnya.

b. Kelelahan dan merasakan kantuk yang berlebihan

Perasaan sangat lelah dan mengantuk biasanya akan dialami di awal

kehamilan. Pada saat itu, tubuh wanita akan bekerja sangat keras

menghadapi perubahan yang terjadi, seperti produksi hormon yang

meningkat, kerja jantung memompa dan mengalirkan darah menjadi

lebih kuat, dan aktivitas organ vital lainnya, untuk menunjang

kebutuhan janin baru. Meningkatnya produksi hormon progesteron

13

menyebabkan perasaan ‘sangat-lelah’ dan mengantuk di masa awal

kehamilan.

c. Bercak darah atau flek, serta kram

Bercak darah atau flek disebabkan oleh implantasi. Pendarahan akibat

implantasi (implantaion bleeding) terjadi saat embrio menempel pada

dinding rahim, yang biasanya terjadi 10-14 hari setelah pembuahan.

Pendarahan akibat implantasi biasanya sangat sedikit atau hanya

berupa bercak yang sangat kecil. Keluarnya bercak darah juga diikuti

dengan kram di perut. Kondisi ini terjadi karena rahim mulai

berkembang untuk menyediakan ruang bagi embrio dan janin.Kedua

hal tersebut di atas sering dianggap sebagai menstruasi hingga wanita

tersebut menyadari kehamilannya.

d. Morning Sickness: mual dan muntah

Sebagian besar wanita mengalami gejala ini di saat kehamilan. Rasa

mual tidak selalu diikuti dengan muntah. Morning sickness biasanya

terjadi antara minggu keempat dan kedelapan, walaupun beberapa

orang mengalaminya lebih cepat, yaitu sekita minggu kedua setelah

pembuahan.Walaupun disebut dengan istilah morning sickness,

gejalanya bisa muncul kapan saja, entah itu pagi, siang ataupun malam.

Gejala mual dan muntah disebabkan oleh meningkatnya hormon

esterogen yang diproduksi oleh janin dan placenta. Aktivitas-aktivitas

hormonal tersebut akan menyebabkan efek tertentu di perut dan

mengakibatkan rasa mual.Selain itu, rasa mual juga sangat mudah

muncul karena terpicu oleh hal-hal biasa di lingkungan sekitar, seperti

14

kopi, makanan pedas, aroma-aroma tertentu, dan produk sehari-sehari

lainnya.

e. Frekuensi urinasi atau buang air kecil meningkat

Kegiatan ‘berlari ke kamar mandi’ akan sering dialami wanita hamil

selama trisemester awal kehamilannya. Perkembangan embrio atau

janin menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Peningkatan

urinasi ini biasanya terjadi pada trisemester pertama dan trisemester

ketiga.

2. Perubahan fisiologis selama kehamilan

a. Perubahan fisiologis pada sistem reproduksi

1) Badan uterus

a) Desidua

Setelah tertanamnya blastosit, terjadi penebalan dan peningkatan

vaskularitas lapisan uterus atau desidua.

b) Miometrium

Diawal kehamilan, pertumbuhan uterus terjadi akibat hiperplasia

(peningkatan jumlah akibat pembelahan) dan hipertrofi (peningkatan

ukuran) sel miometrium dibawah pengaruh estrogen.

c) Perimetrium

Lipatan ganda perimetrium (ligamen lebar) menggantung dari tuba

uterina dan memanjang sampai kedinding lateral pelvis, menjadi lebih

panjang dan lebih luas sejalan dengan meningkatnya tekanan pada

lapisan ini saat uterus membesar dan menonjol keluar dari pelvis.

Lipatan anterior dan posterior terbuka sehingga tidak lagi berdekatan

15

dan dapat mengakomodasi pembesaran uterus, uteri dan vena

ovarium.

d) Suplai darah

Akibat peningkatan curah jantung, aliran darah uterus meningkat

secara progresif hampir sepuluh kali lipat, dari sekitar 50 ml/menit

pada usia gestasi 10 minggu mencapai maksimal 450-700 ml/menit

pada kehamilan cukup bulan. Delapan puluh persen darah tersebut

diperfusikan ke miometrium.

2) Perubahan bentuk dan ukuran uterus

a) Usia kehamilan 12 minggu

Pada usia kehamilan 12 minggu, uterus berukuran kira-kira seperti

buah jeruk besar. Uterus tidak lagi teranteversi dan antefleksi serta

menonjol keluar dari pelvis dan menjadi tegak lurus. Fundus dapat

dipalpasi pada abdomen diatas simpisis pubis.

b) Usia kehamilan 16 minggu

Pada usia kehamilan 16 minggu, janin sudah cukup besar untuk

menekan ismus, menyebabkannya tidak berlipat sehingga bentuk

uterus menjadi lebihbulat.

c) Usia kehamilan 20 minggu

Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus uterus dapat dipalpasi sejajar

umbilikus. Sejak usia gestasi ini hingga cukup bulan, bentuk uterus

menjadi lebih silindris atau ovoid dan fundusnya berbentuk kubah

yang lebih tebal dan lebih bulat.

16

d) Usia kehamilan 30 minggu

Segmen bawah uterus masih belum lengkap, tetapi dapat didefinisikan

sebagai bagian yang terdapat diantara garis pelengkap kantong

uterovesikal peritoneum secara superior dan os internal secara

inferior.

e) Usia kehamilan 38 minggu

Pada usia kehamilan 38 minggu, uterus sejajar dengan sifisternum.

Tuba uterina tampak agak terdorong ke dalam di atas bagian tengah

uterus.

3) Vagina

Selama kehamilan lapisan otot mengalami hipertofi dan estrogen

menyebabkan epitelium vagina menjadi lebih tebal dan vaskular. Warna

ungu pada vagina kemungkinan disebabkan oleh hiperemia. Perubahan

komposisi jaringan ikat yang mengelilinginya meningkatkan elastisitas

vagina dan membuatnya lebih mudah mengalami dilatasi ketika bayi lahir.

a.Perubahan sistem kardiovaskuler

1) Jantung

Jantung membesar sekitar 12% antara awal dan akhir kehamilan.

Sebagian distensi bilik jantung terjadi karena peningkatan hipertrofi

miometrium, tetapi sebagian besar terjadi karena peningkatan

pengisian diastolik (terutama di ventrikel kiri) bersamaan dengan

peningkatan volume darah.

17

a) Curah jantung

Peningkatan curah jantung pada kehamilan terjadi antara 35

hingga 50%, dari rata-rata 5 L/menit sebelum kehamilan menjadi

sekitar 7 L/menit pada minggu ke 20, kemudian perubahan yang

terjadi setelah itu tidak begitu drastis.

2) Darah

a) Tekanan darah

Curah jantung meningkat, tetapi tekanan darah arteri

menurunhingga 10%, hal ini terjadi karena tahanan aliran

memang harus diturunkan.

b) Aliran darah

Aliran darah pada ekstremitas bawah melambat pada akhir

kehamilan. Aliran balik vena yang buruk dan peningkatan

tekanan darah pada tungkai menyebabkan meningkatnya

distensibilitas dan tekanan vena tungkai, vena, rektum dan pelvis,

menyebabkan edema dependen, varises pada vena tungkai dan

vulva, dan hemoroid.

c) Volume darah

Dua komponen utama darah-plasma dan sel darah merah

mengalami serangkaian adaptasi dramatik. Volume darah

maternal total meningkat 30-50% pada kehamilan tunggal dengan

rata-rata peningkatan tersebut 33%.

18

d) Metabolisme zat besi

Peningkatan massa sel darah merah dan kebutuhan janin yang

sedang berkembang serta plasenta menyebabkan peningkatan

kebutuhan zat besi selama kehamilan, yang disertai dengan

beberapa peningkatan absorbsinya. Kebutuhan zat besi meningkat

dari 2 mg menjadi 4 mg per hari.

e) Protein plasma

Kandungan protein serum total menurun selama trimester pertama

dan tetap rendah selama kehamilan. Konsenterasi albumin

menurun dengan cukup tiba-tiba di awal kehamilan, kemudian

lebih lambat hingga akhir kehamilan.

f) Faktor pembekuan

Peningkatan kecenderungan pembekuan disebabkan oleh

berkurangnya aktivitas fibrinolitik plasma dan meningkatnya

produk degradasi fibrin yang bersirkulasi didalam plasma.

b. Perubahan sistem pernafasan

Sebagian besar perubahan pada subdivisi volume paru terjadi akibat

perubahan anatomi toraks selama kehamilan. Akibat pembesaran uterus,

diafragma terdorong ke atas sebanyak 4 cm, dan tulang iga juga bergeser

ke atas.

c. Perubahan sistem perkemihan

Perubahan anatomis yang sangat besar terjadi pada ginjal dan ureter.

Ginjal mengalami panambahan berat dan panjang sebesar 1 cm. Di

bawah pengaruh progesteron, kaliks dan pelvis renal mengalami dilatasi.

19

Ureter juga mengalami dilatasi dan memanjang, serta membentuk kurva

dengan berbagai ukuran.

d. Perubahan sistem pencernaan

Meskipun banyak wanita yang mengalami mual di awal kehamilan, ada

juga yang mengalami peningkatan nafsu makan dengan asupan makanan

harian meningkat hingga 200 kkal.

e. Perubahan rangka

Postur biasanya mengalami perubahan untuk mengompensasi

pembesaran uterus, terutama jika tonus otot abdomen buruk. Lordosis

progresif menggeser pusat, gravitasi ibu ke belakang tungkai. Terdapat

juga peningkatan mobilitas sendi sakroiliaka dan sakrokoksigeal yang

berperan dalam perubahan postur maternal yang dapat menyebabkan

nyeri punggung bagian bawah diakhir kehamilan terutama pada wanita

multipara.

f. Perubahan kulit

Hiperpigmentasi lebih nyata terlihat pada wanita berkulit gelap dan lebih

terlihat di area seperti areola, perinium, umbilikus, aksila dan paha

bagian dalam.

g. Perubahan payudara

Akibat peningkatan suplai darah dan stimulasi oleh sekresi estrogen dan

progesteron dari kedua korpus luteum dan plasenta, terjadi perubahan

besar pada payudara selama kehamilan, dan terbentuk duktus dan sel

asini yang baru.

(Fraser, Cooper, 2010)

20

3. Kebutuhan Kesehatan Ibu

1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan selama masa

kehamilan karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status

kesehatan ibu guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Menurut

Hendrawan Nasedul yang dikutip oleh Mitayani (2010).

Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan

kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah (Aritonang, 2010):

1) Buruknya status gizi ibu

2) Usia ibu yang masih sangat muda

3) Kehamilan kembar

4) Jarak kehamilan yang rapat

5) Tingkat aktivitas fisik yang tinggi

6) Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi

7) Konsumsi rokok dan alkohol

8) Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal

(narkoba).

9) berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir seluruhnya

merupaka kenaikan berat badan ibu.

2. Energi

Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang

meningkat. tambahan kalori dibutuhkan sebagai cadangan lemak serta

untuk proses metabolisme jaringan baru (Mitayani, 2010).

21

3. Protein

Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang disebabkan

oleh peningkatan volume darah dan pertumbuhan jaringan baru

(Aritonang, 2010) Menurut Aritonang (2010)

4. Vitamin dan Mineral

Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan

mineral seperti vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan zink. Angka

kecukupan gizi yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi 2010

untuk tambahan gizi ibu hamil

5. Zat Besi

Selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan

janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat

besi merupakan senyawa yang digunakan untuk memproduksi hemoglobin

yang berfungsi untuk :

1) Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh

2) Sintesis enzim yang terkait besi

3) Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel (Aritonang, 2010).

menyatakan total besi yang diperlukan selama hamil adalah 1040 mg.

Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840

mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian

50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah

sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.

22

Dengan demikian, angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil

trimester ketiga adalah 39 mg/hari. Menurut Aritonang (2010), ada dua

bentuk besi yang terdapat dalam pangan, yaitu besi heme yang terdapat

dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang terdapat dalam

produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan dan

daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh

kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga

makanan nabati yang kaya akan zat besi seperti singkong, kangkung, dan

sayuran berwarna hijau lainnya Menurut Aritonang (2010), makanan-

makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi selama hamil diantaranya

sebagai berikut :

a) Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu

daging, sayur, dan buah yang kaya vitamin C.

b) Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan

kopi.Kebutuhan akan zat besi yang besar terutama pada kehamilan

yang menginjak usia trimester ketiga tidak akan mungkin tercukupi

hanya melalui diet. Oleh karenaitu, suplementasi zat besi sangat

penting sekali, bahkan kepada ibu hamil status gizinya sudah baik.

6. Asam Folat

Asam folat berperan dalam berbagai proses metabolik seperti metabolism

beberapa asam amino, sintesis purin, dan timidilat sebagai senyawa penting

dalam sintesis asam nukleat (Aritonang, 2010).

23

Kekurangan asam folat berkaitan dengan tingginya insiden komplikasi

kehamilan seperti aborsi spontan, toxemia, prematur, pendeknya usia

kehamilan dan hemorrhage (pendarahan), (Aritonang, 2010).

7. Kalsium

Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk menunjang perrtumbuhan

tulang dan gigi serta persendian janin. Selain itu kalsium juga digunakan

untuk membantu pembuluh darah berkontrkasi dan berdilatasi.

2. Pola makan ibu hamil

1) Oleh karena itu ibu hamil harus memiliki pola makan yang baik

diantaranya harus memenuhi sumber karbohidrat, protein, lemak, serta

vitamin dan mineral demi tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Senada

dengan hal itu, Husada (2010) juga menyatakan bahwa salah satu pedoman

pola makan sehat adalah makanan triguna, yaitu:

a) Mengandung zat tenaga seperti beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi

jalar, roti, dan mie yang mengandung karbohidrat serta minyak dan

lemak yang mengandung lemak.

b) Mengandung zat pembangun yang berguna untuk pertumbuhan dan

mengganti jaringan yang rusak. Bahan makanan sumber zat

pembangun yang berasal dari hewan mengandung protein hewani

adalah telur, ikan, ayam, daging, kerang, udang, kepiting, susu, serta

hasil olahannya. Sedangkan jenis makanan yang mengandung protein

nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah kacang tanah, kacang

merah, kacang ijo, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tempe,

tahu, dan lain sebagainya.

24

c) Mengandung zat pengatur yang berguna untuk mengatur semua fungsi

tubuh dan melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan sumber zat

pengatur adalahsemua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan. Bahan

makanan ini mengandung berbagai macam vitamin dan mineral.

4. Pengkajian

1) Anamnesa identitas istri dan suami: nama, umur, agama,pekerjaan

alamat dan sebagainya.

2) Anamnesa Umum:

a) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,

perkawinan, dan sebagainya.

b) Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT). Bila hari

pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran

persalinan memakai rumus Naegel: hari + 7 hari – 3 bulan, dan

tahun +1

c) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan ektopik

atau kehamilan mola sebelumnya (Mochtar, 1998)

3) Riwayat Medis

Selama kehamilan, baik ibu maupun janin, dapat mengalami penyakit

tertentu atau penyakit yang berubah akibat kehamilan; jika tidak

diobati, kemungkinan dapat menimbulkankonsekuensi yang seriu bagi

kesehatan ibu.

25

4) Riwayat Keluarga

Penyakit tertentu dapat terjadi secara genetik atau berkaitan dengan

keluarga atau etnisitas, dan beberapa diantaranya berkaitan dengan

lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga tersebut tinggal.

b. Pemeriksaan Fisik

Sebelum melakuka pemeriksaan fisik pada ibu hamil, persetujuan dan

kenyamanan harus menjadi pertimbangan utama. Pengkajian biokimia

yang canggih dan pemeriksaan ultrasound dapat meningkatkan hasil

observasi klinik.

1) Berat Badan

Ibu yang menurut kategori BMI berada pada rentang obesitas lebih

beresiko mengalami komplikasi kehamilan. Komplikasi tersebut

antara lain diabetes gestasional, hipertensi akibat kehamilan,dan

distosia bahu. Terdapat juga kesulitan dalam memalpasi bagian

tubuh janin dan menentukan presentasi, posisi, atau engagement

janin.

Semua Ibu harus ditimbang berat badannya, tetapi jika berada

dalam rentang BMI normal, tidak terdapat data yang cukup untuk

mengatakan bahwa penimbangan berat badan secara rutin

merupakan predikator yang baik dari pertumbuhan janin (hiyyten,

1990). Ibu yang kelebihan atau kekurang berat badan harus

dipantau secara cermat dan diberikan konseling mengenai nutrisi.

26

2) Tekanan Darah

Tekanandarah diukur untuk memastikan kenormalan dan sebagai

dasar untuk pemantauan tekanan darah selama kehamilan. Tekanan

sistolik dapat mengalami peningkatan palsu jika ibu merasa cemas

atau gelisah. Kandung kemih yang penuh juga dapat meningkatkan

tekanan darah. Tekanan darah harus diukur ketika ibu dalam

keadaan relaks. Ibu harus duduk dengan nyaman atau terlentang

dalam keadaan lateral untuk pengukuran tekanan darah. Tekanan

arteri brakial paling tinggi dalam keadaan duduk dan rendah pada

keadaan terlentang. Tekanan darah yang kuat diperlukan untuk

perfusi plasenta, tetapi tekanan sistolik 140 mmHg atau tekanan

diastolik 90 mmHg pada kunjungan pertama merupakan indikasi

adanya hipertensi dan memerlukan pemantauan yang cermat

selama kehamilan, baik oleh bidan maupun dokter obstetri.

c. Pemeriksaan Kebidanan

1) Inspeksi :

a) Muka : adakah cloasma gravidarum, oedem

b) Mata : simetris, konjungtiva pucat atau tidak,

sclera ikterik atau tidak, reflek pupil

dan fungsi penglihatan

c) Hidung : simetris, apakah terdapat secret, polip,

peradangan

d) Mulut : kebersihannya, stomatitis, carries

gigi

27

e) Telinga : simetris, apakah ada serumen,

peradangan fungsi pendengaran

f) Leher : apakah ada pembesaran vena

jugularis, dan kelenjar thyroid

g) Dada : simetris,

Payudara : keadaan puting susu,kebersihan,

adakah benjolan abnormal dan nyeri tekan,

pengeluaran colostrum

h) Abdomen : adakah bekas luka operasi,

pembesaran rahim sesuai atau tidak

dengan usiakehamilan, striae

gravidarum, pigmentasi linea alba dll.

i) Vulva : Kebersihanya, adakah varises,

oedem, perineum terdapat luka

parut, dan hemoroid pada anus.

j) Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah : simetris, oedem,

varises, fungsi keduanya.

2) Palpasi :

a) Leopold 1

(1) Kaki penderita dibengkokkan pada lutut dan lipat paha,

(2) Pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita

(3) Rahim dibawa ketengah

(4) Tentukan Tinggi Fundus Uteri

(5) Tentukan bagian apa yang terdapat di fundus

28

(6) Hubungan antara Tinggi Fundus Uteri dan umur Kehamilan

b) Leopold II

(1) Kedua tangan pindah meraba kesamping

(2) Tentukan dimana letak punggung dan ekstermitas bayi

c) Leopold III

Goyangkan pada bagian bawah, apakah maasih biasa

digoyangkan atau tidak serta ditentukan bagian apa yang berada

dibawah.

d) Leopold IV

(1) Dengan Kedua tangan, tentukan bagian apa yang berada

dibawah.

(2) Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk kedalam PAP

atau belum, dan berapa masuknya bagian bawah kedalam

rongga panggul.

(3) Jika kedua tangan convergent, berarti hanya bagian kecil

dari kepala yang turun dalam rongga

(4) Jika kedua tangan sejajar maka hanya sebagian dari bagian

kepala yang masuk ke dalm rongga panggul

(5) Jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar dari

kepala telah masuk kedalam rongga panggul

3) Auskultasi :

(1) Biasanya dilakukan dengan stetoscop

(2) Biasanya yang didengar adalah DJJ, bising usus, paru- paru

dan jantung.

29

d. Pemeriksaan panggul

Keadaan panggul terutama penting pada primigravida, karena

panggulnya belum pernah di uji dalam persalinan, sebalik nya pada

multigravida anamnesa mengenai persalinan yang gampang dapat

memberikan keterangan yang berharga mengenai keadaan panggul.

Yang diperiksa ialah :

1) Conjugata diagonalis

2) Apakah linea innominata teraba seluruhnya atau hanya sebagaian

3) Keadaan sacrum apakah concaaf dalam arah atas bawah dan dari

kiri ke kanan.

4) Apakah spinae ischiadicae menonjol

5) Keadaan os pubis adakah exostose

6) Keadaan arcus pubis.

(Obstetri Fisiologi fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran

Bandung,1983)

e. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan Hb

Normalnya pada ibu hamil 11 gr%

2) Pemeriksaan protein urine

Normalnya adalah negatif

3) Pemeriksaan glukosa pada urine

Normalnya adalah negatif

30

5. Dignosis Kehamilan

Diagnosis kehamilan didasarkan atas gejala dan tanda-tanda tertentu yang

diperoleh melalui riwayat dan ditemukan pada pemeriksaan, serta pada

hasil-hasil uji laboratorium. Gejala dan tanda-tanda kehamilan tersebut

digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1.   Tanda Tidak Pasti/ Tanda Presumtif

a. Amenore (Tidak datang bulanSetelah ovum dikeluarkan dari folikel

deGraf matang di ovarium, maka folikel ini akan berubah menjadi

korpus luteum yang berperan dalam siklus menstruasi dan

mengalami degenerasi setelah terjadinya menstruasi. Bila ovum

dibuahi oleh spermatozoa maka korpus luteum akan dipertahankan

oleh korionik gonadotropin yang dihasilkan oleh sinsiotrofoblas di

sekitar blastokis menjadi korpus luteus kehamilan. Kehamilan

menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak

dilepaskan sehingga amenore dianggap sebagai tanda kehamilan,

namun tidak datang haid dapat juga terjadi pada wanita dengan

penyakit kronik, tumor hipofise, perubahan faktor-faktor

lingkungan, malnutrisi dan (yang paling sering) gangguan

emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau

malahan mereka yang sangat ingin hamil (dikenal dengan

pseudocyesis atau hamil semu.

b. Mual dan Muntah (emesis)

Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam

lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari

31

yang dissebut morning sickness. Akibat mual dan muntah dapat

mengurangi nafsu makan. Mual dan muntah tidak dapat dikatakan

sebagai tanda pasti kehamilan karena penyakit metabolik lain dapat

pula menimbulkan gejala yang serupa. Emesis pada kehamilan

digolongkan normal apabila terjadinya tidak lebih dari trimester

pertama.

c. Payudara tegang.

Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh

plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan

membesar) serta somatomatrofin menimbulkan defosit lemak, air,

garam pada payudara. Namun payudara yang tegang dan membesar

juga dapat terjadi pada wanita pengguna kontrasepsi hormonal,

penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin obat penenang, dan

hamil semu (pseudocyesis).

d. Pigmentasi Kulit

Efek stimulasi melanosit yang dipicu oleh peningkatan hormon

estrogen dan progesteron menyebabkan pigmentasi kulit pada area

wajah (dahi, hidung, pipi, dan leher) yang disebut dengan chloasma

gravidarum. Pada dinding perut dinamakan (striae lividae, striae nigra,

linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola

mamae). Area atau daerah kulit yang mengalami hiperpigmentasi akan

kembali menjadi normal setelah kehamilan berakhir. Pengecualian

terjadi pada striae dimana area hiperpigmentasi akan memudar tetapi

guratan pada kulit akan menetap dan berwarna putih keperakan.

32

e. Rasa lelah (fatigue)

Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolic Rate (BMR)

dalam trimester pertama kehamilan.

f. Sering Miksi

Desakan uterus yang semakin besar mengarah kedepan

menyebabkankandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi.

g.  Konstipasi dan Obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan

kesulitan dalam buang air besar. Konstipasi juga dapat disebabkan pola

makan.

2.    Tanda Kemungkinan Hamil

a. Rahim membesar

Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada

pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin

lama makin bundar bentuknya.

b. Reaksi Kehamilan Positif

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar hormone

hCG (chorionic gonadotropin) dalam urine.

c. Tanda Piscasecks

Yaitu pembesaran uterus kesalah satu arah sehingga menonjol jelas

kearah pembesaran tersebut.

d. Goodell sign

Jika dilakukan pemeriksaan palpasi diperut dengan cara menggoyang-

goyangkan disalah satu sisi, maka akan terasa pantulan disisi lain

33

(tanda hegar). Konsistensi rahin dalam kehamilan berubah menjadi

lunak, terutama daerah ismus.

e. Braton Hicks

Bila uterus dirangsang akan mudah berkonsentrasi.

f. Tanda Chadwiks

Yaitu dinding vagina yang mengalami kongesti, atau warna kebiru-

biruan .

3.    Tanda Pasti Hamil

Digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan.

a. Terasa gerakan janin

Pada primigravida mulai terasa pada usia kehamilan 18 minggu dan

multigravida terasa pada usia kehamilan 16 minggu.

b. Teraba bagian-bagian janin

Yaitu pemeriksaan dengan cara palpasi menurut Leopold pada akhir

trimester ke II

c. DJJ (Denyut jantung Janin), dapat didengar dengan:

1. Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu

2. System Doppler pada kehamilan 12 minggu

3. Stetoskop linec pada kehamilan 18-20 minggu.

d. Pada pemeriksan dengan USG dapat terlihat gambaran janin berupa

kantong janin, panjang janin, dan diameter biparietalis hingga dapat

diperkirakan tuanya kehamilan

34

6. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil

Berat badan ibu hamil akan bertambah sesuai dengan usia kehamilan

karena pertumbuhan janin menurut Salmah, 2010

Table. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil

Usia Kehamilan

Rata-Rata Berat Badan

Janin

Rata-Rata Panjang

Badan Janin

Pertambahan Berat Badan Normal Ibu

0-12 Minggu(Trimester I)

13-27 Minggu(Trimester II)28-40 Minggu(Trimester III)

15 Gram

750 Gram

3200 Gram

6,5 Cm

30 Cm

50 Cm

1 Kg Dari Berat Badan Sebelum Hamil

6 Kg Dari Berat Badan Trimester I

4 Kg Dari Berat Badan Trimester II

Jika pertambahan berat badan ibu lebih dari pertambahan berat badan normal,

ibu dapat melakukan diet. Kebutuhan nutrisi ibu dan janin terpenuhi dengan

mengkonsumsi:

a. Roti, sereal, kentang dan nasi. Makanan ini bagian utama dari diet karena

mengandung karbohidrat, protein nabatidan vitamin B, makanan rendah

lemak sangat baik untuk ibu hamil.

b. Gandum mengandung lebih banyak vitamin dan mineral, zat besi dan

asam folat adalah pilihan yang baik selama kehamilan.

c. Daging, ikan, ayam, telur, kacang-kacangan merupakan sumber utama

protein hewani, vitamin dan mineral yang baik.

d. Konsumsi juga ikan sarden atau salmon setiap minggu untuk

mendapatkan omega 3 yang baik untuk perkembangan otak janin.

e. Susu adalah minuman yang mengandung kalsium tinggi yang baik untuk

pertumbuhan tulang janin dan merupakan sumber protein yang baik.

35

7. Tujuan Antenatal care (14T)

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus

memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:

1) Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ). Dalam keadaan normal

kenaikan berat badan ibu dari sebelu hamil dihitung dari TM I sampai

TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap

minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai

TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk

mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering

berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

2) Ukur Tekanan Darah ( T2). Tekanan darah yang normal 110/80 -

140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya

Preeklampsi.

3) Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 ) Tujuan pemeriksaan TFU

menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan

berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil

anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin

mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam

minggu yang dicantumkan dalam HPHT

36

Judul Table.Ukuran Fundus Uteri sesuai Usia Kehamilan

Usia Kehamilan sesuai minggu Jarak dari simfisis22 – 28 Minggu28 Minggu30 Minggu32 Minggu34 Minggu36 Minggu40 Minggu

24-25 cm26,7 cm29,5 – 30 cm31 cm32 cm33 cm37,7 cm

4) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4 )

5) Pemberian Imunisasi TT ( T5 ) Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di

berikan pada saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang

pertama dan dilakukan pada minggu ke-4.   

Judul Table Interval dan Lama Perlindungan Tetanus Toxoid

Imunisasi TTSelang Waktu

minimal pemberian Imunisasi TT

Lama Perlindungan

TT1

TT2TT3TT4TT5

-

1 bulan setelah TT16 bulan setelah TT212 Bulan setelah TT312 Bulan setelah TT4

Langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit Tetanus3 Tahun6 Tahun10 Tahun≥25 Tahun

6) Pemeriksaan Hb ( T6 ) Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan

pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr%

Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan

0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih.

7) Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. ) ( T7 )

pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali daambil

37

spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka

dilakukan pengobatan dan rujukan.

8) Pemeriksaan Protein urine ( T8 ) dilakukan untuk mengetahui apakah

pada urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala

Preeklampsi.

9) Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 )  untuk Bumil dengan riwayat DM.

bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk

memastikan adanya DMG.

10) Perawatan Payudara ( T10 ) senam payudara atau perawatan payudara

untuk Bumil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia

kehamilan 6 Minggu.

11) Senam Hamil ( T11 )

12) Pemberian Obat Malaria ( T12 ) diberikan kepada Bumil pendatang

dari daerah malaria juga kepada bumil dengan gejala malaria yakni

panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif.

13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 ) diberikan pada kasus

gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat

berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.

14) Temu wicara / Konseling ( T14 )

KIE Efektif

KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:

1) Kesehatan ibu

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara

rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat

38

yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak

bekerja berat.

2) Perilaku hidup bersih dan sehat

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama

kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari

dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum

tidur serta melakukan olah raga ringan.

3) Peran suami atau keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan

Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama

suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu

menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan

calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan,

persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan

menghadapi komplikasiSetiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-

tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya

perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada

jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar

ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.

5) Asupan gizi seimbang

Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang

cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses

tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil

39

disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah

anemia pada kehamilannya.

6) Gejala penyakit menular dan tidak menular

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular

(misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular

(misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan

janinnya.

7) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu

(risiko tinggi)Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari

pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang

risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk

menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak.

Apabila ibu hamil tersebut HIV,positif maka dicegah agar tidak terjadi

penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil

tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV

negatifselama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.

8) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusifSetiap ibu hamil

dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi

lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk

kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

9) KB paska persalinanIbu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya

ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan.

40

B. Persalinan Normal

1. Definisi persalinan normal

Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi (janin dan Uri) yang telah

cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau malalui

jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).(Manuaba 1998).

Persalinan adalah proses bergeraknya janin, plasenta dan membran keluar

dari uterus dan saluran lahir. Persalinan merupakan rangkaian koordinasi

kontraksi uterus tidak disadari yang menghasilkan affacemen dan dilatasi serviks

dan usaha keras yang disadari menghasilkan persalinan. (Bobak, 2000)

Persalinan ialah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi yang cukup bulan (37-42 minggu) disusul dengan pengeluaran placenta dan

selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir

dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses inidimulai dengan kontraksi

persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan

diakhiri dengan pelahiran plasenta. (Varney, 2004)

a. Kala I persalinan

Kala I persalinan dibagi ke dalam dua urutan fase, yaitu :

1) Fase laten

Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika

pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak

kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau permulaan fase aktif.

Selama fase laten bagian presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak

sama sekali. (Varney, 2004)

41

Fase laten sebelum kala I aktif dan dapat berlangsung 6-8 jam pada ibu

primigravida untuk dilatasi serviks dari 0 cm hingga 3-4 cm dan kanal serviks

memendek dari 3 cm menjadi kurang dari 0,5 cm. (Fraser, Cooper, 2009)

2) Fase aktif

Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan

hingga pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi. Pembukaan

umumnya dimulai dari 3-4 cm (atau pada akhir fase laten) hingga 10 cm (atau

akhir kala I persalinan). Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi

selama akhir fase aktif dan selama kala II persalinan. (Varney, 2004)

Kala I aktif adalah saat ketika serviks mengalami dilatasi yang lebih cepat.

Saat ini dimulai ketika serviks berdilatasi 3-4 cm dan jika terdapat kontraksi

ritmik, kala I aktif ini akan selesai jika serviks sudah mengalami dilatasi penuh

(10 cm). (Fraser, Cooper, 2009)

3) Fase transisi

Selama fase transisi, wanita mengakhiri kala I persalinan pada saat hampir

memasuki dan sedang mempersiapkan diri untuk kala II persalinan. Sejumlah

besar tanda dan gejala, termasuk perubahan perilaku telah diidentifikasi sebagai

petunjuk transisi ini. (Varney, 2004)

Fase transisiri sekitar 8 cm adalah kala persalinan ketika serviks

berdilatasi dari sekitar 8 cm sampai dilatasi penuh (atau hingga kontraksi

ekspulsif yang terjadi pada kala II mulai dirasakan oleh ibu), sering kali intensitas

aktivitas uterus berhenti sejenak pada saat ini. (Fraser, Cooper, 2009)

42

b. Kala II persalinan

Kala II adalah saat keluarnya janin. Dimulai saat serviks sudah berdilatasi

penuh dan ibu merasakan dorongan untuk mengejan untuk mengeluarkan bayinya.

Kala II ini berakhir saat bayi lahir. (Fraser, Cooper, 2009). Kala II persalinan

adalah kala pengeluaran janin. Ini ditandai dengan pembukaan serviks secara

lengkap (10 cm) hingga lahirnya bayi. (Bobak, 2000)

Tiga fase pada kala II yaitu :

a. Fase 1, periode tenang

Dari dilatasi lengkap sampai desakan untuk mengejan atau awitan usaha

mengejan yang sering dan berirama.

b. Fase II, mengejan aktif

Dari awitan upaya mengejan yang berirama atau desakan untuk

mendorong sampai bagian presentasi tidak lagi mundur diantara usaha

mengejan (crowning).

c. Fase III, perineal

Dari crowning bagian presentasi sampai pelahiran semua tubuh bayi.

(Varney, 2004)

Tanda-Tanda Persalinan

a. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi

yang semakin pendek.

b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu :

1) Pengeluaran lender

2) Lendir bercampur darah

c. Dapat disertai ketuban pecah

43

d. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks.

1) Perlunakan serviks

2) Pendataran serviks

3) Terjadi pembukaan serviks

Faktor – Faktor Penting dalam Persalinan

a. Power

1) His (kontraksi otot rahim)

2) Kontraksi otot dinding perut

3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum

b. Pasanger

Janin dan plasenta

c. Passage

Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang (Rustam Muchtar, 1998)

c. Kala III persalinan

Kala III persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai dan berakhir

dengan lahirnya plasenta. Kala III persalinan berlangsung rata-rata antara 5

dan 10 menit, akan tetapi kisaran normal kala III sampai 30 menit. Risiko

perdarahan meningkat apabila kala III lebih lama dari 30 menit, terutama

antara 30 sampai 60 menit. (Varney, 2004)

Rentang kala III persalinan adalah dari lahirnya bayi sampai lahirnya

plasenta. Tujuan penanganan kala III adalah pelepasan dan pengeluaran

plasenta yang dilakukan dengan cara yang paling mudah dan dengan jalan

yang paling aman. (Bobak, 2000)

44

Kala III persalinan terdiri atas dua fase berurutan, yaitu pelepasan plasenta

dan pengeluaran plasenta. Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena

kontraksi, yang mulai terjadi lagi setelah terhenti singkat setelah kelahiran

bayi. Setelah plasenta lahir, uterus yang kosong berkontraksi dengan

sendirinya dan tetap berkontraksi jika tonus otot baik. Apabila tonus otot

tidak baik, seorang wanita akan mengalami peningkatan aliran lokhia dan

kontraksi uterus berulang sewaktu uterus relaksasi. Hal ini dapat

menyebabkan nyeri setelah melahirkan. (Varney, 2004)

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

a. Rahim naik, disebabkan karena plasenta yang telah lepas jatuh kedalam

segmen bawah rahim atau bagian atas vagina dan mengangkat vagina

b. Bagian tali pusat yang lahir menjadi lebih panjang

c. Rahim menjadi lebih bundar bentuknya dan menjadi lebih keras

d. Keluarnya darah dengan tiba-tiba

(Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983)

d. Kala IV persalinan

Kala IV adalah masa 2 jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini ibu

masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena kemungkinan

perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri masih mengancam, maka ibu

belum boleh dipindahkan ke kamarnya dan tidak boleh ditinggalkan oleh

bidan. Tugas bidan dalam kala IV adalah mengawasi perdarahan post

partum, menjahit robekan perinium dan memeriksa bayi. (Obstetri

Fisiologi UNPAD, 1983)

45

Selama kala IV persalinan, bidan memiliki tanggung jawab untuk

melaksanakan :

a. Evaluasi kontraktilitas uterus dan perdarahan

b. Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina dan perinium

c. Inspeksi dan evaluasi plasenta, membran dan tali pusat

d. Pengkajian dan penjahitan setiap laserasi atau episiotomi

e. Evaluasi tanda-tanda vital dan perubahan fisiologis yang

mengindikasikan pemulihan

(Varney, 2004)

Pada pengawasan perdarahan postpartum, yang harus diawasi adalah :

a. Setelah plasenta lahir, hendaknya plasenta diperiksa dengan teliti

apakah lengkap atau tidak

b. Darah yang keluar dari jalan lahir

c. Fundus uteri

d. Kontraksi rahim

e. Keadaan umum ibu

2. Etiologi Persalinan

Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang

ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain

dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim,

pengaruh tekanan pada syaraf, dan nutrisi.

a. Teori-teori yang menyebabkan terjadinya persalinan menurut buku

(Mochtar Rustam, MPH, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998). yaitu :

46

1) Teori Penurunan Hormon

1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon

estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penanang

otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan

pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron.

2) Teori Plasenta Menjadi Tua

Akan menyebabkan turunnya kadar estrgen dan progesteron yang

menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan

menimbulkan kontraksi.

b. Teori Distensi Rahim

Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia

otot-otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi utero-plasenter.

c. Teori Iritasi Mekanik

Dibelakang serviks terletak ganlion servikale (fleksus frankenhauses)

bila ganglion ini digeser dan ditekan. Misalnya oleh kepala janin akan

timbul kontruksi uterus.

d. Induksi Partus (Induction of Labour)

Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :

1) Gagang laminaria

Beberapa laminaria dimasukkan dalam kanan servikalis dengan

tujuan merangsang plensus fraknehauser.

2) Amniotomi : pemecahan ketuban

3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus

47

3. Mekanisme persalinan

Karena bentuk lorong panggul yang tidak teratur dan dimensi-dimensi

kepala janin matur yang relatif besar, jelas bahwa tidak semua diameter

kepala dapat melewati semua diameter panggul. Yang terjadi adalah

diperlukan suatu proses adaptasi atau akomodasi bagian-bagian kepala

yang bersangkutan terhadap berbagai segmen panggul untuk

menyelesaikan kelahiran. Perubahan-perubahan posisi dibagian presentasi

ini merupakan mekanisme persalinan. (Cunningham, 1995)

Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk

menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Gerakan ini diperlukan karena

diameter terbesar janin harus sejajar dengan diameter terbesar pelvis ibu

agar janin yang cukup bulan dapat melewati pelvis dan kemudian bayi

dapat dilahirkan. (Varney, 2004)

Gerakan utama pada mekanisme persalinan ialah :

a. Turunnya Kepala

Turunnya kepala dapat dibagi dalam :

1) Masuknya kepala dalam PAP

Pada primigravida masuknya kepala pada bulan terakhir kehamilan

sedangkan pada multigravida pada permulaan persalinan. Masuknya

kepala dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan

fleksi ringan.

48

a) Synclitismus

Jika sutura sagitalis ditengah-tengah antara simpisis dan

promontorium pada synclitismus os periental depan sama

tingginya dengan os pariental belakang.

b) Asynclitismus

Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati sympisis atau agak

ke belakang mendekati promotorium.

(1) Asynclitismus Posterior

Jika sutura sagitalis mendekati sympisis dan os pariental

belakang lebih rendah dari depan.

(2) Asynclitismus anterior

Jika sutura sagitalis mendekati promontorium dan os

pariental depan lebih rendah dari belakang.

2. Majunya kepala

Pada primigravida terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga

panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara

sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul

terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-

gerakan yang lain, yaitu fleksi, putaran paksi dalam dan ekstensi yang

menyebabkan majunya kepala, yaitu tekanan cairan intrauterine,

tekanan langsung oleh fundus pada bokong, kekuatan mengejan dan

melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim.

49

b. Fleksi

Dengan majunya KPL biasanya fleksi bertambah hingga UUK jelas

lebih rendah dari UUB. Keuntungan bertambahnya fleksi ukuran kepala

yang lebih kecil melalui jalan lahir diameter suboccipito bregmatica

(9,5 cm) menggantikan suboccipito frontalis (11 cm) fleksi ini

disebabkan karena anak didorong maju dan mendapat tahanan dari

pinggir atas panggul, cervix, dinding panggul dasar panggul.

c. Putaran Paksi Dalam

Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah pemutaran dari

bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian

depan memutar ke depan ke bawah symphysis. Presentasi belakang

kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian

inilah yang akan memutar ke depan ke bawah symphysis. Putaran paksi

dalam merupakan suatu usaha untuk menyampaikan posisi kepala

dengan bentuk jalan lahir, khsuusnya bidang tenagna dan pintu bawah

panggul. Putaran paksi dalam ini bersamaan dengan majunya kepala

dan tidak sebelum kepala sampai ke hoodge III. Sebab – sebab putaran

paksi dalam yaitu :

1) Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian

terendah dari kepala.

2) Bagian terendah dari KPL ini mencapai tahapan yang paling sedikit

terdapat setelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara

in levator ani kiri dan kanan

50

3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter

anteroposterior

4) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan KPL sampai dari dasar panggul,

terjadilah extensi atau defleksi dari kepala hal ini disebabkan sumbu

jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarh ke depan dan atas. Pada

kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak ke bawah dan

tahanan dasar panggul yang menolak ke atas. Dimana suboccipiit

menjadi pusat pemutaran (hypomochson) maka lahirlah berturut-turut

UUB, dahi, hidung mulut dan dagu dengan gerakan extensi.

5) Putaran Paksi Luar

Gerakan yang terakhir adalah putaran paksi luar yang sebenarnya

disebabkan karena ukuran bahu (diameter bisacromial) menempatkan

diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.

6) Expulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah symphysis dan

menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu

depan menyusul dan selanjutnya seluruh badna anak lahir searah

dengan paksi jalan lahir. (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983)

4. Gejala / Tanda – Tanda Persalinan

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita

memasuki bulanya / mingguan / harinya yang disebut kala pendahuluan

(preparotory stage of labor).

51

a. Tanda-tanda permulaan persalinan menurut buku (Mochtar Rustam,

MPH, Sinopsis Obstetri Jilid I 1998) sebagai berikut :

1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki

pintu atau panggul terutama pada primigravida pad amulti begitu

kentara.

2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polaisuria) karena

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “False labor

pains”.

5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah

bisa bercampur darah (bloody show).

b. Tanda-Tanda Inpart menurut (Mochtar Rustam, MPH, Sinopsis Obstetri

Jilid I, 1998):

1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4) pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan perbukaan telah ada.

5.Penatalaksanaan Persalinan

a. Kala I

Pengkajian Awal

1) Lihat

52

a) Tanda-tanda perdarahan, mekoneum atau bagian organ yang

lahir

b) Tanda-tanda bekas operasi sesar terdahulu.

c) Ibu yang warna kulitnya kuning atau kepucatan

2) Tanya

a) Kapan tanggal perkiraan kelahiran

b) Menentukan ibu sudah waktunya melahirkan atau belum

3) Periksa

a) Tanda-tanda penting untuk hipertensi

b) Detak jantung janin untuk bradikardi

(Prawirohardjo,2006)

53

Tabel 5Asuhan yang diberikan pada Kala I

Tindakan Deskripsi dan Keterangan

Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti : suami, keluarga pasien / teman dekat :

Dukungan yang diberikan : a. Mengusap keringat b. Menemani jalan-jalan (mobilisasi) c. Memberikan minum d. Merubah posisi e. Memijat / menggosok pinggang

Mengatur aktivitas dan posisi ibu

a. Ibu boleh melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya.

b. Posisi sesuai dengan keinginannya ibu tapi tidak dianjurkan posisi tidur terlentang

Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his

Ibu meminta menarik napas panjang, tahan napas sebenar kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu his.

Menjagai privasi ibu Menggunakan penutup / tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien / ibu

Penjelasan tentang kemajuan persalinan

Menjelaskan perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil – hasil pemeriksaan.

Menjaga kebersihan diri Membolehkan ibu untuk mandi. Menganjurkan ibu membasuk sekitar kemaluannya setelah BAK/BAB.

Mengetahui rasa panas a. Gunakan kipas angin / AC dalam kamar b. Menggunakna kipas biasa c. Menganjurkan ibu untuk mandi

Masase Jika ibu suka lakukan masase pada pinggang atua mengusap perut dengan lembut

Pemberian cukup minum Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi

Mempertahankan kandung kemih tetap kosong

Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

Sentuhan Disesuaikan dengan keinginan ibu, memberikan sentuhan pada salah satu bagian tubuh yang bertujun untuk menguraikan rasa kesendirian ibu selama proses persalinan.

(Prawirohardjo, 2006

54

6. DiagnosaTabel 6

Diagnosa Kala I

Katagori KeteranganSudah dalam persalinan (inpartu)

Kemajuan persalinan

Persalinan bermasalah

Kegawatdaruratan

Ada tanda-tanda persalinan:- Pembukaan serviks > 3 cm.- His adekuat (teratur, minimal 2

kali dalam 10 menit selama 40 detik)

- Lendir darah dari vaginaKemajuan berjalan sesuai dengan partografKemajuan berjalan tidak sesuai dengan partograf , melewati garis waspadaiSeperti :

- Eklamsia- Perdarahan- Gawat janin

(Prawirohardjo,2006)

b. Kala II

Selama Kala II, petugas harus terus memantau :

1) Tenaga, atau usaha mengedan dan kontraksi uterus

2) Janin yang penurunan presentasi janin, dan kembali normalnya

detak jantung bayi setelah kontraksi.

55

3) Kondisi ibu.

Tabel 7Asuhan yang diberikan pada Kala II

Tindakan Deskripsi dan Keterangan

Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu

a. Mendampingi ibu agar merasa nyaman (keluarga)

b. Menawarkan minum, mengipasi dan memijat Menjaga kebersihan diri a. Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar

dari infeksi. b. Bila ada darah lendir atau cairan ketuban segera

dibersihkan Mengipasi dan masase Menambah kenyamanan bagi ibu Memberikan dukungan mental

Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu, dengan cara : a. Menjaga privasi ibu b. Penjelasan tentang proses dan kemajuan

persalinan c. Penjelasan tentang prosedur yang akan

dilakukan dan keterlibatan ibu Mengatur posisi ibu Dalam memimpin mengedan dapat dilihat posisi

sebagai berikut : a. Jongkok b. Menungging c. Tidur miring d. Setengah duduk Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina, dan perinium dan infeksi.

Menjaga kandung kemih tetap kosong

Anjurkan ibu untuk BAK sesering mungkin. Kandung kemih yang penuh dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga panggul.

Memberikan cukup minum

Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi

Memimpin mengedan Pimpin ibu mengedan selama his, anjurkan pada ibu untuk mengambil nafas

Bernafas selama persalinan

Minta ibu bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir. Untuk menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala sesat mencegah raegakan

Pemantauan DJJ Periksa DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi (< 120). Selama mengedan yang lama, akan terjadi pengurangan aliran darah O2ke janin

Melahirkan bayi 1. Menolong kelahiran kepala 2. Periksa tali pusat 3. Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya

56

Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh

Setelah bayi lahir segera dikeringkan dan diselimuti dengan menggunakann handuk / sejenisnya, letakkan pad aperut ibu dan berikan bayi untuk menetek.

Merangsang bayi 1. Biasakan dengan melakukan pengeringan cukup memberikan rangsangan pada bayi.

2. Dilakukan dengan cara mengusap-usap pada bagian punggung atau menepuk telak kaki bayi.

(Prawirohardjo, 2009)

4) Diagnosa

Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak

divulva dengan diameter 5-6cm.

Tabel 8Diagnosa Kala II

Katagori Keterangan Kala II berjalan dengan baikKondisi kegawatdaruratan pada Kala II

Ada kemajuan penurunan kepala bayiKondisi kegawatdaruratan membutuhkan perubahan dalam penatalaksanaan atau tindakan segera. Contoh kondisi tersebut termasuk :

- Eklamsia- Kegawatdaruratan bayi- Penurunan kepala terhenti- Kelelahan ibu

(Prawirohardjo,2006)

c. Kala III

Pengkajian Awal

1) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua : jika

ada, tunggu sampai bayi ke-2 lahir.

2) Menilai apakah BBL dalam keadaan stabil, jika tidak, rawat bayi

segera.

57

Tabel 9Asuhan yang diberikan pada Kala III

Tindakan Deskripsi dan Keterangan

Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin

Dengan menjepit tali pusat sedini mungkin akan memulai pelepasan plasenta

Memberikan oksitoksin Oksotosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta : a. Oksotosin 10 U IM diberikan ketika

kelahiran bahu depan bayi jika p etugas > 1 dan pasti hanya ada bayi tunggal.

b. Oksotosin diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran jika hanya 1 orang petugas dan hanay ada bayi tunggal

c. Oksotosin 10 IM dapat diulangi 15 menit jika masih belum lahir.

d. Jika oksotosin tidak tersedia, rangsangan putting payudara ibu atau berikan ASI pada bayi guna menghashilkan oksitosin alamiah

Melakukan penegangan tali pusat terkendali atau PTT (Controlled Cord Traction)

PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah terlepas : a. Satu tangan diletakkan pada corpus uteri

tepat di atas simpisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong uteri dengan gerakna dosro cranial-kearah belakang dan kearah kepala ibu.

b. Tangan yang satu memegang tali pusat dekat pembukaan vagina dan melakukan tarikan tali pusat yang terus menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus selama kontraksi.

PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi.Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga memberitahu petugas ketika ia merasakan kontraksi.

Massase Fundus Segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, massase fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan post partum. Jaka uerus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik atau jika perdarahan hebat terjadi, mulailah segera melakukan kompresi bimanual. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan post partum.

(Prawirohardjo,2006: 116-117)

1) Diagnosa

58

Tabel 10Diagnosa Kala III

Katagori KeteranganKehamilan dengan janin normal tunggal

Bayi normal

Bayi dengan penyulit

- Persalinan spontan melalui vagina pada bayi tunggal

- Cukup bulan

- Tidak ada tanda-tanda kesulitan pernafasan

- APGAR > 8 pada menit ke 5- Tanda-tanda vital stabil- Berat badan ≥ 2500gr

Seperti :- Berat badan ≤ 2500gr- Asfiksia- APGAR < 7 pada menit ke 5- Cacat lahir

(Prawirohardjo,2006)

2) Evaluasi

b) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga

lahir dalam waktu 30 menit:

(1) Periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi jika

kandung kemih penuh

(2) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta

(3) Berikan oksitosin 10 U IM dosis kedua, dalam jarak waktu

15menit dari pemberian oksitosin dosis pertam

(4) Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan

plasenta.

c) Jika manajemen aktif tidak dilakukan (seperti jika penyulit

pada bayi baru lahir dengan hanya seorang petugas terlatih)

maka:

59

(1) Periksa tanda-tanda pelepasan plasenta fisiologis dan

melakukan PTT untuk melahirkan plasenta berikut selaput

ketuban

(2) Melakukan massase uterus hingga uterus mengeras

(3) Memberikan oksitosin 10 U IM setelah plassenta lahir

(Prawirohardjo,2006)

d. Kala IV

Tabel 11Asuhan yang diberikan pada Kala IV

Tindakan Deskripsi dan Keterangan

Ikat tali pusat Jika petugas sendirin dan sedang melakukan management aktif kala III tali pusat diklem, gunting dan berikan oksitosin. Segera setelah placenta dan selaputnya lahir lakukan masase fundus agar berkontraksi baru tali pusat diikat dan klem di lepas.

Pemeriksaan fundus dan masase

Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam ke-2

Nutrisi dan hidrasi Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukai

Bersihkan ibu Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering

Istirahat Biarkan ibu beristirahat. Ia telah bekerja keras melahirkan bayinya. Bantu ibu pada posisi yang nyaman

Peningkatan hubungan ibu dan bayi

Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaan dengan menyusui bayinya.

Memulai menyusui Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan ASI, menyusui juga membantu uterus berkontraksi.

Menolong ibu ke kamar mandi

Ibu boleh bangun ke kamar mandi, pastikan ibu dibantu dan selamat karena ibu masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah BAK dalam 3 jam post partum

60

Mengajari ibu dan anggota keluarga

Ajari ibu / anggota keluarga tentang : a. Bagaimana memeriksa fundus dan

menimbulkan kontraksi. b. Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

(Prawirohardjo,2006)

Tabel 12Diagnosa Kala IV

Katagori KeteranganInvolusi normal

Kala IV dengan penyulit

- Tonus: uterus tetap berkontraksi- Posisi: fundus uteri di atau

dibawah umblikus - Perdarahan: tidak berlebihan- Cairan: tidak berbau

- Sub-involusi: uterus tidak keras, posisi diatas umbilikus

- Perdarahan: atonia, laserasi, bagian plasenta tertinggal/ membran yang lain.

(Prawirohardjo,2006)

61

C. Nifas Normal

1. Definisi

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan

harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan

bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan

komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi serta penyediaan pelayanan

pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi

ibu. (Prawirohardjo, 2010)

2. Perubahan fisiologis masa nifas

a. Perubahan sistem reproduksi dan sistem-sistem yang berhubungan

1) Perubahan corpus uterine

a) Involusi uterine

Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah

kelahiran bayi diketahui sebagai involusi. Pada akhir kala III dari

persalinan uterus berada pada garis tengah, kira-kira 2 cm di

bawah umbilikus, dengan fundus menetap pada sakral

promontarium. Dalam 12 jam setelah persalinan, fundus berada

kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dari waktu ini, involusi

uterus berlangsung sangat cepat, memperbaiki keadaan uterine

dan mendukung tinggi fundus untuk turun kira-kira 1 sampai 2

cm setiap 24 jam. Enam hari setelah postpartum normalnya harus

berjarak setengah dari simpisis pubis dan umbilikus. Uterus harus

tidak teraba lagi pada abdominal setelah 9 hari postpartum. Uterus

62

jika penuh bisa memiliki berat 11 kali dari berat sebelum

kehamilan, dengan cepat mengalami involusi sampai kira-kira

500 gr 1 minggu setelah kelahiran dan 350 gr 2 minggu setelah

kelahiran. Seminggu setelah persalinan, uterus terletak pada

pelvis kembali. Pada 6 minggu beratnya 50 sampai 60 gr.

b) Kontraksi uterine

Intensitas kontraksi uterine meningkat secara bermakna segera

setelah kelahiran bayi, yang merupakan respon untuk segera

mengurangi jumlah volume intra uterine. Selama 1 atau 2 jam

pertama postpartum, aktifitas uterin menurun dengan halus dan

dengan progresif dan stabil. Kontraksi uterin mempunyai peran

untuk keseimbangan oleh penekanan intra mural pembuluh-

pembuluh darah.

c) Tempat pelepasan plasenta

Segera setelah plasenta dan membran-membran dikeluarkan

terjadi kontriksi vaskular dan trombus untuk menutupi tempat

tumbuhnya plasenta dengan suatu nodul-nodul yang ireguler dan

area elevasi. Pelepasan jaringan-jaringan yang nekrose diikuti

dengan pertumbuhan endometrium untuk mencegah terjadinya

scar. Proses yang unik ini adalah karakteristik penyembuhan luka

yang normal.

2) Perubahan vagina dan perinium

Penurunan kadar estrogen pada postpartum bertanggung jawab

terhadap penipisan mukosa vagina. Dinding vagina yang membesar

63

secara berangsur-angsur ukurannya akan kembali seperti sebelum

kehamilan dalam waktu 6 sampai 8 minggu setelah persalinan.

3) Perubahan dinding abdominal blood

Hari pertama setelah persalinan, otot-otot abdominal tidak dapat

menahan isi abdomen. Abdomen menonjol dan memberikan bentuk

seperti masih hamil. Selama 2 minggu pertama setelah persalinan

dinding abdominal berelaksasi. Dibutuhkan waktu kira-kira 6

minggu sebelum dinding abdominal kembali seperti semula.

4) Perubahan payudara

Konsenterasi hormon-hormon yang di stimulasikan pada payudara

berkembang selama kehamilan (estrogen, progesteron, gonadotropin,

prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah

persalinan. Perlu waktu untuk mengembalikan keadaan hormon-

hormon ini pada keadaan seperti sebelum hamil tergantung pada

apakah dia menyusui bayinya.

b. Perubahan sistem endokrin

1) Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan, plasenta

lactogen tidak dapat dideteksi dalam 24 jam. Human Chorionic

Gonadotropin turun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3

jam hingga hari ke -7 sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-

3 post partum.

64

2) Hormon pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak

menyusui menurun diam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat

pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap

rDyahnya hingga ovulasi terjadi

3) Hipotalamik-pituitary-ovarium

Untuk wanita post partum yang menyusui tidak menyusui akan

mempengaruhi lamanya ia mendapat menstruasi. Sering kali

menstruasi pertama bersifat anovulasi yang dikarenakan rDyahnya

kadar estrogen dan progesterone. Diantaranya wanita laktasi sekitar

12% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 42% setelah 12

minggu. Diantara yang tidak laktasi 40% menstruasi selama 6

minggu, 62% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk

wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita

yang tidak laktasi 20% siklus pertama anovulasi. Variabel yang

mempengaruhi siklus menstruasi mungkin disebabkan oleh

rangsangan hisap yang berbeda pada tiap individu. Pemberian

minuman susu formula sebagai pemdamping ASI dan menyusui

kurang dari 6 kali/hari akan ikut berpengaruh. Setelah bersalin kadar

oksitosin dan prolaktinakan meningkat sehingga pada ovarium akan

terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron yang

menyebabkan terjadinya penurunan FSH dan LH pada kelenjar

hipofise.

65

c. Perubahan sistem kardiovaskuler

Pada kehamilan terdapat aliran darah dari ibu ke janin melalui plasenta,

dan setelah plasenta lahir aliran darah ini akan terhenti. Sehingga

volume darah ibu akan meningkat, menyebabkan bertambahnya beban

jantung ibu. Hal ini diatasi oleh jantung dengan proses hemokonsentrasi

ampal perlahan-lahan volume darah kembali normal seperti sedia kala.

Juga demikian halnya pada pembuluh darah akan kembali keukuran

semula.

d. Perubahan sistem urinary

Fungsi ginjal normal dalam beberapa bulan setelah persalinan,

diaforesis terjadi pada malam hari ke 2-3 persalinan sebagai mekanisme

untuk mengurangi tahan cairan pada kehamilan. Distensi kandung

kemih segera terjadi sebagai akibat pengambalian metabolisme cairan

pada kehamilan dan dimobilisasi pada eliminasi akhir produk

katabolisme protein. Kontraksi kandung kemih sering kali pulih dalam

2-7 hari persalinan dengan penggosongan kandung kemihnya adekuat.

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi setelah persalinan

sehingga akan menyebabkan kesulitan untuk kencing akibatnya terjadi

overdistensi dari kandung kemih, pelvik ginjal dan ureter dipengaruhi

oleh progesterone yang mengarah pada dilatasi dan statis urine, ini akan

menyebabkan peningkatan resiko infeksi selama kehamilan. Efek

progesteron akan menghilang setelah kelahiran plasenta. Selama

persalinan kandung kemih akan naik ke dalam abdomen dengan

memperlonggar ureter sedikit demi sedikit sehingga sering kali ureter

66

mengalami memar. Ureter yang memar akan menyebabkan nyeri

kencing dan kandung kemih mudah membesar. Penggosongan yang

tidak sempurna dan adanya sisa urine yang berlebihan akan

menyebabkan gangguan pada ginjal, kecuali bila diambil langkah-

langkah untuk mempengaruhi ibu dalam melakukan buang air kencing

sehinggq efek dari trauma selama persalinan pada kandung kemih dan

ureter akan menghilang.

e. Perubahan sistem muskuloskeletal

Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan

sebagai upaya relaksasi yang disebabkan pembesaran uterus selama

kehamilan.

3. Perubahan-perubahan Fisik pada Ibu Post Partum

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil

Tabel 13Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gramUri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram6 minggu Bertambah kecil 50 gram8 minggu Sebesar normal 30 gram

Segera setelah persalinan bekas implantasi plasenta berupa luka kasar dan

menonjol kedalam cavum uteri. Penonjolan tersebut diameternya kira-kira 7,5

67

cm, sesudah 2 minggu diameternya berkurang menjadi 3,5 cm. Pada minggu

ke-6 mengecil lagi sampai 2,4 cm dan akhirnya akan pulih kembali. Di

samping itu, dari cavum uteri keluar cairan sekret yang disebut lochia.

Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari

dalam uterus.lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada vagina

normal. Lokhea mempunyai bau amis (anyir) meskipun tidak teralu

menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang

berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mengalami

perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokhea dapat dibagi

berdasarkan waktu dan warnanya, seperti berikut ini:

Tabel 14Pengeluaran Lokhea

Lokhea Waktu Warna ciri-ciri

Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari darah segar, jaringan sisa plasenta, dinding rahim,lemak bayi, lanugo dan sisa mekonium.

Sangiulenta

4-7 hari Merah kecoklatan dan berlendir

Sisa darah bercampur lendir

Serosa 7-14 hari Kuning kecoklatan

Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum,juga terdiri dari leukosit dan robekan atau laserasi plasenta.

Alba >14 hari berlangsung 2 - 6 minggu postpartum

Putih Mengandung leukosit,sel desidua dan sel epitel,selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

Lokhea purulenta

Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk

Lokiastasis

Pengeluaran lokhea tidak lancar

68

Lokhea rubra yang menetap pada awal periode postpartum menunjukkan

adanya perdarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan oleh

tertinggalnya selaput plasenta. Lokhea serosa atau alba yang berlanjut bisa

menandakan adanya endometritis,terutama jika disertai demam,rasa sakit

atau nyeri tekan pada abdomen.

2) Cerviks

Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong.

Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,

sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin. Servik

mengalami involusi bersama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna

dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan

serviks menutup. (Anggraini, 2010)

3) Vagina dan perineum

Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami

beberapa derajat edema dan memar dan celah pada introitus. Setelah satu

hingga dua hari pertama pasca partum,tonus otot vagina kembali, celah

vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Sekarang vagina menjadi

berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan umumnya longgar.

(Varney, 2010).

4) Rahim

Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk

merapatkan dinding rahim sehinggga tidk terjadi perdarahan, kontraksi

inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur-angsur

69

rahim akan mengecil seperti sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan

normalnya rahim akan terasa keras setinggi 2 jari dibawah pusar, 2 pekan

setelah melahirkan rahim sudah tak teraba, 6 pekan akan pulih seperti

semula.

5) Perubahan Sistem Pencernaan

Perubahan hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya

fungsi usus, seingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB. Kerapkali

diperlukan eaktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun

kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan

juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh

berkurang dan usus bagia bawah sering kosong jika sebelum melahirkan

diberikan enema. (Anggraini, 2010)

6) Perubahan sistem Perkemihan

Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan,

kembali normal pada akhir minggu keempat pascapartum. Segera setelah

pascapartum kandung kemih,edema,mengalami kongesti dan hipotonik,

yang dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang tidak lengkap dan

residu urine yang berlebihan. Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan

berakhir hingga hari kelima pascapartum. Haluaran urine mungkin lebih

dari 3000 mL perhari. (Varney,2008)

7) Perubahan hematologis

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma

serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post

partum kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih

70

mengental dengan peningkatan viskositas sehingga peningkatan faktor

pembekuan darah.

Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai

12.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari

masa post partum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi

sampai 22.000 atau 30.000 tapa adanya kondisi patologis jika wanita

tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah Hemoglobine, hematokrit dan

eriytrosit akan sangat bervariasi pada masa awal-awal post partumsebagai

akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume sel darah

yang berubah-ubah.

Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita

tersebut. Kira-kira kelahiran dan masa post partum terjadi kehilangan darah

sekitar 200 – 200 ml selama persalinan. Penurunan volume dan peningkatan

sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hemotokrit dan

hemoglobine pada hari ke 3 – 7 persalinan dan akan kembali normal dalam

4 – 5 minggu post partum. (Anggraini, 2010).

8) Perubahan sitem endokrin

a) Hormon Plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan, plasenta

lactogen tidak dapat dideteksi dalam 24 jam. Human Chorionic

Gonadotropin turun dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3

jam hingga hari ke-7 sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3

post partum.

71

b) Hormon Pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui

menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase

konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga

ovulasi terjadi.

c) Hipotalamik-Pituitary-Ovarium

Untuk wanita post partum yang menyusui tidak menyusui akan

mempengaruhi lamanya ia mendapat menstruasi. Sering kali

menstruasi pertama bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya

kadar estrogen dan progesterone. Diantaranya wanita laktasi sekitar 12

% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 42 % setelah 12

minggu. Diantara yang tidak laktasi 40 % menstruasi selama 6

minggu, 62 % setelah 12 minggu dan 90 % setelah 24 minggu. Untuk

wanita laktasi 80 % menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita

yang tidak laktasi 20 % siklus pertama anovulasi. (Anggraini, 2010).

9) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Pada kehamilan terdapat aliran darah dari ibu ke janin melalui plasenta,

dan setelah plasenta lahir aliran darah ini akan terhenti. Sehingga volume

darah ibu akan meningkat, menyebabkan bertambahnya beban jantung ibu.

Hal ini diatasi oleh jantung dengan proses hemokonsentrasi sampai

perlahan-lahan volume darah kembali normal seperti sediakala. Juga

demikian halnya pada pembuluh darah akan kembalai keukuran semula.

72

10) Perubahan sistem gastrointestinal

Penggosongan usus spontan terhambat 2 – 3 hari karena penurunan

kontraksi otot, pembengkakan perineal yang disebabkan oleh episiotomi,

luka dan haemoroid.

11) Perubahan sistem muskuloskletal

Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6 – 8 minggu setelah persalinan

sebagai upaya relaksasi yang disebabkan pembesaran uterus selama

kehamilan.

12) Perubahan tanda-tanda vital

a) Suhu Badan

Satu hari (24jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,50C-

380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan

dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa.

Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya

pembentukkan ASI.

b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis

melahirkan biasanya denyut nada akan lebih cepat. Setiap denyut

nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin

disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.

c) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah

setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi

73

pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi

postpartum.

d) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan

juga akan mengikutinya. (Anggraini, 2010).

4. Perubahan Psikologis Pada Ibu Post Partum

Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola

kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa khususnya

seorang wanita diharapkan memainkan peranan baru seperti peran sebagai

seorang istri, orang tua (ibu), berkarier dan mengembangkan sikap-sikap

baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas baru

ini. Penyesuaian diri ini menjadi periode ini suatu periode khusus dan sulit

dari rentang kehidupan seorang wanita.

Perlu diingat bahwa setiap wanita membutuhkan kasih sayang, pengakuan

dari manusia lain serta butuh dikenal, butuh dihargai, butuh diperhatikan

dan butuh mendapat dukungan dari orang lain, keluarga dan teman

terutama setelah melahirkan dimana pada periode ini cukup sering seorang

ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan. Depresi

ringan setelah melahirkan tersebut merupakan akibat dari beberapa faktor

penyebab yang paling sering adalah:

a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang

dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan karena

adanya perubahan peran.

74

b. Rasa sakit yang timbul pada masa nifas awal.

c. Kelelahan karena kurang tidur selam persalinan dan post partum.

d. Kecemasan pada kemampuan untuk merawat bayinya setelah

meninggalkan rumah sakit

e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya (body image).

f. Riwayat perkawinan yang abnormal.

g. Riwayat kelahiran mati atau cacat.

Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dalam melewati

periode ini, bidan sebagai provider harus bertindak bijaksana, dapat

menunjukan rasa empati, menghargai dan menghormati setiap ibi

bagaimana adanya, misalnya memperhatikan dengan memberi ucapan

selamat atas kelahiran bayinya yang dapat memberikan perasaan

senang pada ibu.

Dalam memberikan dukungan dan suport bidan dapat melibatkan suami,

keluarga dan teman di dalam melaksanakan asuhan sehingga akan

melahirkan hubungan antar manusia yang baik, antar petugas dengan

klien, dan antar klien sendiri. Dengan adanya a good human realitionship

diharapkan akan memenuhi kebutuhan psikologis ibu setelah melahirkan

anak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reva Rubin mengenai

perubahan pada masa post partum terdapat 3 fase, yaitu :

a. Fase Taking In

Sebagai suatu masa ketergantungan dengan ciri-ciri membutuhkan

tidur yang cukup, nafsu makan meningkat berharap untuk

75

menceritakan pengalaman partusnya dan bersikap sebagai penerima

menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan.

b. Fase Taking Hold

Terlihat sebagai suatu usaha terhadap pelepasan diri dengan ciri-ciri

bertindak sebagai pengatur bergerak untuk bekerja, kecemasan makin

kuat, perubahan mood mulai terjadi dan susah mengerjakan tugas

keibuan.

c. Fase Letting Go

Periode terjadi biasanya setelah pulang kerumah dan sangat

dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.

Pada masa ini ibu mengambil tugas atau tangung jawab terhadap

perawatan bayi sehingga ia harus beradaptasi terhadap kebutuhan bayi

yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan

sosial. Pada umumnya depresi post partum terjadi pada periode ini.

(Anggraini, 2010)

5. Diagnosa

Untuk menentukan hal-hal berikut:

a. Apakah masa nifas berlangsung normal atau tidak (seperti involusi

uterus, pengeluaran lokhea dan pengeluaran ASI serta perubahan sistem

tubuh, termasuk keadaan psikologis)?

b. Adakah keadaan darurat pada ibu (seperti perdarhan, kejang dan

panas)?

c. Adakah penyulit/masalah dengan ibu yang memerlukan

perawatan/rujukan (seperti abses pada payudara)?

76

d. Apakah kondisi normala atau tidak (seperti bernafas, refleks, masih

menyusu melalui penilaian APGAR, keadaan gawat darurat pada bayi

seperti panas, kejang, asfiksia, hipotermi dan perdarahan)?

e. Adakah bayi dalam keadaan gawat darurat (seperti demam, kejang,

asfiksia, hipotermi, perdarahan pada pusat)?

f. Adakah bayi bermasalah perlu dirujuk untuk penanganan lebih lanjut

(seperti: kelainan/cacat, BBLR)? (Prawirohardjo,2006)

6. Kunjungan pada ibu nifas

Paling sedikit 4x kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu

dan bayi yang baru lahir, mencegah dan medeteksi, menangani masalah-

masalah yang terjadi.

77

Tabel 16Kunjungan Pada Ibu Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan1. 6-8 jam setelah

persalinana. Mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uterib. Mendeteksi dan merawat penyebab lain

pendarahan.c. Memberi konseling pada ibu dan keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.e. Melakukan hubungan antara ibu dan

bayinya.f. Menjaga bayi tetap hangat dengan cara

mencegah hipotermi.g. Jika petugas menolong persalinan dirumah,

ia harus tetap mengawasi ibu dan BBL untuk 2 jam pertama post partum dan sampai keadaan stabil.

2. 6 hari setelah persalinan

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda.

e. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3. 2 minggu setelah persalinan

6 minggu setelah persalinan

- Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)

- Menanyakan pada ibu tentang penyakit-penyakit yang ia atau bayi alami.

- Memberikan konseling KB secara dini.

(Anggraini,2010)

78

7. Penatalaksanaan Ibu Nifas

a. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)

b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan

sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah

di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian

membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan ibu untuk

membersihkan diri setiap kali selesai buan gair kecil atau besar.

c. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kemaluannya.

d. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari.

Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan

dikeringkan dibawah matahari atau disetrika.

e. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan dan sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga

biasa perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur

f. Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan

pemberian ASI sesuai dengan permintaan.

g. Anjurkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup

setelah melahirkan. Dan minum sedikitnya 3 liter air putih setiap hari

(anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)

h. pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama

40 hari pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar

bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI

79

i. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul

kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot

perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung

j. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat

membantu seperti,

1) Dengan tidur telentang dengan lengan disamping, menarik otot

perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke

dada: tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali

2) Untuk memperkuat otot tonus otot vagina (latihan kegel).

k. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan dengan otot-otot,

pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi

latihan sebanyak 5 kali

l. Anjurkan ibu menjaga payudara tetap bersih dan kering, menggunakan

BH yang menyokong payudara

m. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada

sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap

dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.

n. Ajarkan ibu dan anggota keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya

yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan

jika timbul masalah atau rasa khawatir.

(Yanti, 2011)

80

f. Mekanisme menyusui

a. Reflek mencari ( rooting reflek)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut

merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi.

Keadaan ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang

menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu

ditarik masuk ke dalam mulut.

b. Reflek menghisap (sucking reflek)

Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah

ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di belakang

puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit- langit keras.

Tekanan bibir dan gerakan rahang  yang terjadi secara berirama membuat

gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus sehingga air

susu akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah

menekan puting susu pada langit-langit  yang mengakibatkan air susu

keluar dari puting susu.

c. Refleks menelan

Pada saat air susu keluar ari puting susu, akan disusul dengan gerakan

menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi sehingga pengeluaran air

susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk

ke lambung.

81

g. Manfaat pemberian ASI

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur

sedikitnya 2 tahun akan memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu

maupun masyarakat pada umumnya.

a. Manfaat bagi bayi

Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan

perkembanan kecerdasannya, pertumbuhan sel otak secara optimal, mudah

dicerna, penyerapan lebih sempurna, mengandung zat anti diare, protein

ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang menyebabkan alergi untuk

manusia,  membantu pertumbuhan gigi, mengandung zat antibodi

mencegah infeksi, merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh, dan

mempererat ikatan batin ibu dan bayi.

b. Bagi ibu

Manfaat untuk ibu yakni : mudah, murah, praktis, mempercepat involusi

uterus, mengurangi perdarahan, mencegah kehamilan, meningkatkan rasa

kasih sayang, mengurangi penyakit kanker.

c. Bagi keluarga

1) Mudah dalam proses pemberiannya

2) Mengurangi biaya rumah tangga

3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat

biaya untuk berobat.

82

d. Cara Menyusui yang Benar

Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai

desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.

1) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.

2) Ibu duduk atau berbaring santai.  Bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah  agar kaki ibu tidak bergantung

dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

3) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada

lengkung siku ibu dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan

ibu.

4) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan satunya di

depan.

5) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara

(tidak hanya membelokkan kepala bayi).

6) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

7) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang

8) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain

menopang di bawah . Jangan menekan putting susu dan areolanya

saja.

9) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (Rooting  reflek)

dengan cara: menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh

sisi mulut bayi.

83

10) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat didekatkan ke

payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.

11) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,

sehingga puting susu berada di bawah langit- langit dan lidah bayi

akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang

terletak di bawah areola.

12) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau

disangga lagi.

13) Cara pengamatan teknik menyusui yang benar

a) Bayi tampak tenang

b) Badan bayi menempel  pada perut

c) Mulut bayi terbuka lebar

d) Dagu bayi menempel  pada payudara ibu

e) Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bagian

bawah lebih banyak yang masuk.

f) Bayi dapat menghisap kuat dengan irama perlahan

g) Puting susu ibu tidak terasa nyeri

h) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

i) Kepala agak menengadah

2. Masalah menyusui pada masa nifas dini

a. Puting susu nyeri

Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.

Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi

84

mulut bayi dan putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera

hilang.

Cara menangani :

1) Pastikan posisi menyusui sudah benar

2) Mulailah menyusu pada puting susu tidak sakit, guna membantu

mengurangi sakit pada puting susu yang sakit

3) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di puting

susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai

puting susu kering

b. Puting susu lecet

Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan

menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-

kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh

posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush

atau dermatitis.

Cara menangani :

1) Cari penyebab puting lecet (posisi menyusui salah, cavdidiasis

atau dermatitis)

2) Obati penyebab puting lecet terutama perhatikan posisi menyusui

3) Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi

4) Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak

begitu sakit

5) Olesi puting susu dengan ASI,jangan memberikan obat lain,

seperti krim, salep, dan lain-lain

85

6) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu

kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam

waktu sekitar 2x24 jam

7) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap

dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat

pompa karena nyeri

8) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang

sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya

menyembuh

9) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan

dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran

bentuk ASI

10) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas. Jangan

menggunakan dot

11) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula

dengan waktu yang singkat

12) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas

c. Payudara bengkak

Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh

dan nyeri disebabka bertambahnya aliran darah ke payudara

bersamaan denganASI mulai di produksi dalam jumlah banyak.

Penyebab bengkak :

1) Posisi bayi dan putting susu ibu salah

2) Produksi ASI berlebihan

86

3) Terlambat menyusui

4) Pengeluaran ASI yang jarang

5) Waktu menyusui yang terbatas

Penyebab payudara penuh dengan payudara bengkak adalah :

1) Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas, dan keras.bila

diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam

2) Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, puting susu kencang,

kulit mengkilat walupun tidak merah, dan bila diperiksa/diisap

ASI tidak keluarCara mengatasinya :

3) Susui bayi secara on demand

4) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan

atau pompa ASI yang efektif

5) Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat

dilakukan: kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, masase

payudara, massase leher dan punggung

6) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema.

d. Mastitis atau abses payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah,

suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat, dan diluarnya

kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu

setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang

berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurang nya ASI diisap/dikeluarkan

atau penghisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan

menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH.

87

Tindakan yang dapat dilakukan :

1) Kompres hangat/panas dan pemijatan

2) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit

yaitu stimulasi puting susu, pijat leher dan punggung, dll.

3) Pemberian antibiotik : flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10

hari

4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang

nyeri

5) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin

perlu tindakan bedah.

D. Keluarga Berencana

1. Definisi

Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu aspek penting ke arah

pemahaman tentang berbagai alat/cara kontrasepsi yang tersedia.

Selanjutnya, pengetahuan tersebut akan berpengaruh kepada pemakaian

alat/cara kontrasepsi yang tepat dan efektif. Pengetahuan responden

mengenai metode kontrasepsi diperoleh dengan cara menanyakan semua

jenis alat atau cara kontrasepsi yang pernah didengar untuk menunda atau

menghindari terjadinya kehamilan dan kelahiran.

a. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan umum keluarga berencana adalah membentuk keluarga kecil

sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara

pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan

sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain

88

meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,

peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga (Anggraini, 2011)

Kesimpulan tujuan dari program KB menurut (Anggraini,2011:49)

adalah:

1) Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan

bangsa.

2) Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat

dan bangsa

3) Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR

yang berkualitas, termasuk mengurangi angka kematian ibu, bayi

dan anak.

4) Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:

a. Keluarga dengan anak ideal

b. Keluarga sehat

c. Keluarga berpendidikan

d. Keluarga sejahtera

e. Keluarga berketahanan

f. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya

g. Penduduk tumbuh seimbang (Anggraini, 2011).

b. Macam-Macam Alat Kontrasepsi

Ada berbagai macam alat kontrasepsi Menurut Saifuddin (2010)

pembagian cara kontrasepsi, yaitu:

a. Kontrasepsi kombinasi

89

1) Suntik kombinasi

2) Pil kombinasi

b. Kontrasepsi progestin

1) Suntik progestin

2) Pil progestin

3) Implant

4) IUD dengan progestin

c. Metode Amenorhea Laktasi (MAL)

d. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

e. Senggama terputus

f. Metode Barier

1) Kondom

2) Diafragma

3) Spermisida

g. Intrauterine Devices (IUD/AKDR)

h. Kontrasepsi Mantap

1) Medis Operatif Pria (Vasektomi)

2) Medis Operatif Wanita (Tubektomi)

Macam-Macam Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui

a. Kontrasepsi Suntikan Progestin

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah kehamilan dengan

melalui suntukan hormonal (Anggraini, 2011)

90

Tersedia dua jenis suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu Depo

Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dan Depo Nerosisteron Enantat

(Depo Noristerat) (Anggraini,2011)

1) Cara Kerja KB Suntik Progestin

a) Menghalangi ovulasi (masa subur)

b) Mengubah lendir serviks menjadi kental sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma

c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan tropi

d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Anggraini,2011).

2) Keuntungan KB Suntik Progestin

a) Sangat efektif

b) Pencegaha kehamilan jangka panjang

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak memiliki dampak

serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

f) Dapat digunakan oleh perempuan berusia > 35 tahun

g) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik

h) Menurunkan kejadian kanker payudara

i) Mencegah beberapa penyebab radang panggul

j) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Anggraini, 2011).

3) Kerugian KB Suntik Progestin

a) Sering ditemukan gangguan haid

b) Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan

91

c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikutnya

d) Permasalahan berat badan

e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular

seksual, hepatitis B dan infeksi HIV

f) Terlambat kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian

g) Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan

tulang, kekeringan pada vagina, penurunan libido, gangguan

emosi, sakit kepala, nervositas, jerawat (Anggraini, 2011).

h) Setelah 7 hari setelah suntikan pertama tidak boleh melakukan

hubungan seksual (Dewi, 2011)

4) Indikasi KB Suntik Progestin

a) Usia reproduksi

b) Nulipara yang telah memiliki anak

c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki

efektivitas tinggi

d) Setelah melahirkan dan menyusui

e) Setelah abortus atau keguguran

f) Tekanan darah tinggi dan gangguan pembekuan darah

g) Menggunakan obat epilepsi atau obat tuberkulosisi

h) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

i) Anemia difesiensi besi

j) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh

menggunakan pil kombinasi (Anggraini, 2011)

92

5) Kontraindikasi KB Suntik Progestin

a) Hamil atau dicurigai hamil

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c) Tidak bisa menerima gangguan haid

d) Diabetes militus disertai komplikasi (Anggraini, 2011)

b. Kontrasepsi Suntikan Progestin

1) Mini Pil

Mini pil adalah pil kontrasepsi yang mengandung progestin saja

tanpa estrogen. Dosis progestinnya kecil 0,5 mg atau kurang

(Anggraini, 2011).

2) Cara Kerja

a) Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus

b) Perubahan motibilitas tuba sehingga fertilisasi terganggu

c) Perubaha dalam endometrium

d) Perubahan lendir serviks

e) Perubahan dalam fungsi korpus luteum (Anggraini, 2011).

3) Cara Penggunaan

a) Mulai hari 1-5 haid

b) Diminumsetiap hari pada saat yang sama

c) Bila anda minum pil terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil

tesebut begitu diingat, dan gunakan metode pelindung selama 48

jam

d) Bila anda lipa 1-2 pil, minumlah segerap pil yang terlupa dan

minumlah pil pelindung selama 1 bulan

93

e) Bila tidak haid, mulailah paket baru sehari setelah paket terakhir

habis (Dewi, 2011)

4) Keuntungan

a) Sangat efektif

b) Tidak mengganggu hubungan seksual

c) Tidak mempengaruhi ASI karena kadar gestagen dalam air susu

ibu sangat rendah

d) Kesuburan cepat kembali

e) Nyaman dan mudah digunakan

f) Dapat dihentikan setiap saat

g) Tidak mengandung estrogen (Anggraini, 2011).

5) Kerugian

a) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid

b) Peningkatan/penurunan berat badan

c) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama

d) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar

e) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatis

f) Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi

g) Efektivitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan

obat epilepsi da tuberkulosis

h) Tidak meilindungi diri dari infeksi menlar seksual atau

HIV/AIDS (Anggraini, 2011).

6) Indikasi

a) Usia reproduksi

94

b) Menginginkan metode kontrasepsi yang sangat efektif selama

periode menyusui

c) Pasca keguguran

d) Mempunyai tekanan darah tinggi atau dengan masalah

pembekuan darah

e) Tidak boleh atau senang menggunakan estrogen (Anggraini,

2011).

7) Kontraindikasi

a) Hamil atau dicurigai hamil

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c) Tidak bisa menerima gangguan haid

d) Menggunakan obat tuberkulosis atau obat epilepsi

e) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara

f) Sering lupa menggunakan pil

g) Mioma uterus

h) Riwayat stroke (Anggraini, 2011)

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Menurut (Anggraini, 2011:156) AKDR/IUD/Spiral adalah suatu

benda kecil dari plastik yang lentur, kebanyakan memiliki lilitan

tembaga (Copper, Cuprum, Cu), namun ada juga yang tidak berlogam

dan ada juga yang mengandung hormon. Alat ini dimasukkan kedalam

rahim melalui vagina dan kebanyakan memiliki benang.

AKDR memiliki beberapa jenis, yaitu CuT-380A, Nova T, Lippes

Lopps (Dewi, 2011).

95

1) Keuntungan

a) Efektivitasnya tinggi.

b) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

c) Metode jangka panjang.

d) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat.

e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

f) Meningkatkan keamanan seksual karena tidak perlu takut

untuk hamil.

g) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-

380A).

h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

i) Dapat dipasang segera setlah melahirkan atau sesudah abortus.

j) Dapat digunakan sampai menepouse.

k) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

l) Mencegah kehamilan ektopik (Anggraini, 2011).

2) Kerugian

a) Perubahan siklus haid.

b) Haid lebih lama dan banyak.

c) Perdarahan.

d) Saat haid lebih sakit.

e) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah

pemasangan.

f) Perdarahn berat ketika haid atau diantaranya yang

memungkinkan anemia.

96

g) Perforasi dinding uterus.

h) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

i) Tidak baik digunakan pada perempuan IMS termasuk

HIV/AIDS.

j) Tidak baik digunakan pada perempuan IMS atau suka berganti

pasangan.

k) Penyakit radang panggul sering terjadi sesudah pasien IMS

memakai AKDR (Anggraini, 2011).

3) Kontraindikasi

a) Kehamilan.

b) Penyakit inflamasi pelvik (PID).

c) Karsinoma serviks atau uterus.

d) Riwayat atau penyakit katup jantung.

e) Miomata, malformasi kongenital, atau anomali perkembangan

yang dapat mempengaruhi rongga uterus.

f) Alergi terhadap tembaga.

g) Ukuran uterus berada diluar batas.

h) Resiko tinggi penyakit menular seksual.

i) Riwayat kehamilan ektopik.

j) Servisitis atau vaginitis akut.

k) Peningkata kerentanan terhadap infeksi.

l) Penyakit hati akut.

m) Dicurigai terkena arsinoma payudara (hanya untuk AKDR

hormonal).

97

n) Trombosis vena dalam/embolisme paru (hanya untuk AKDR

hormonal).

o) Sakit kepal migrain (hanya untuk AKDR hormonal)

(Anggraini, 2011).

d. Implan/Susuk

Implan ini merupakan kontrasepsi jenis lain yang bersifat hormonal,

dan dimasukkan ke bawah kulit. Susuk atau implan merupakan salah

satu metode kontrasepsi berjang waktu 2-5 tahun (Anggraini, 2011)

1) Keuntungan

a) Daya guna tinggi

b) Perlindungan jangka panjang

c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

e) Bebas dari pengaruh estrogen

f) Tidak mengganggu senggama

g) Tidak mengganggu ASI

h) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

i) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

j) Cara penggunaannya mudah

k) Bersifat efektif dan tidak merepotkan klien

l) Ekonomis

m) Proses penggunaannya mudah

n) Tingkat proteksi yang berkesinambungan

o) Menyenangkan dan tidak mengganggu aktivitas normal

98

p) Bersifat nyaman dan tidak menonjol (Anggraini,2011)

2) Kerugian

a) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular

seksual

b) Membutuhkan teknik pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan

c) Akseptor tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian

kontrasepsi ini

d) Dapat mempengaruhi penurunan dan kenaikan berat badan

e) Memliki resiko infeksi, hematoma dan perdarahan

f) Secara kosmetik implan dapat terlihat dari luar

g) Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan daur

haid

h) Timbulnya keluhan seperti nyeri kepala, perubahaan perasaan,

nyeri payudara, perasaan mual, pusing kepala, dermatitis atau

jerawat (Anggraini, 2011)

3) Indikasi

a) Usia reproduksi

b) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan

menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang

c) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

d) Pasca persalinan dan pasca keguguran

e) Riwayat kehamilan ektopik

f) Tekanan darah tinggi dan gangguan pembekuan darah

99

g) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang

mengandung estrogen

h) Sering lupa menggunakan pil

4) Kontraindikasi

a) Hamil atau diduga hamil

b) Perdarahan yang belum jelas penyebabnya

c) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara

d) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

e) Mioma uterus

f) Gangguan toleransi glukosa (Anggraini,2011)

1. Macam-macam kontrasepsi

Ada begitu banyak alat kontrasepsi. Secara garis besar, kontrasepsi itu

dibagi dalam tiga bagian besar. Yaitu kontrasepsi mekanik, hormonal,

dan kontrasepsi mantap.

a. Kondom

Dulu kondom terbuat dari kulit atau usus binatang. Setiap akan

digunakan direndam dulu. Kemudian terbuat dari linen. Kini kondom

terbuat dari bahan karet yang tipis dan elastis. Bentuknya seperti

kantong. Fungsi kondom sebenarnya untuk menampung sperma

sehingga tidak masuk ke dalam vagina. Perlindungan tersebut efektif 90

persen. Terlebih jika dipakai bersama dengan spermisida (pembunuh

sperma). Kondom harganya murah, mudah didapat, tidak perlu resep

dokter, tidak perlu pengawasan dan juga bisa mencegah penularan

penyakit kelamin. Tapi tidak selalu cocok terutama jika pemakai alergi

100

terhadap bahan karet. Dan mungkin saja terjadi kebocoran, karena

bahannya yang sangat tipis.

b. Diafragma

Kontrasepsi wanita yang mirip kondom. Bentuknya seperti topi yang

menutupi mulut rahim. Terbuat dari bahan karet dan agak tebal.

Kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam vagina, semacam sekat yang

dapat mencegah masuknya sperma ke dalam rahim. Diafragma

digunakan jika akan berhubungan seksual. Setelah itu bisa dilepas lagi

atau tetap pada tempatnya. Karena bahannya lebih tebal dari kondom,

kontrasepsi ini tidak mungkin bocor.

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Alat Kontrasepsi dalam Rahim/AKDR/IUD lebih dikenal dengan nama

spiral. Berbentuk alat kecil dan banyak macamnya. Ada yang terbuat

dari plastik seperti bentuk huruf S (Lippes Loop). Ada pula yang

terbuat dari logam tembaga berbentuk seperti angka tujuh (Copper

Seven) dan mirip huruf T (Copper T). Selain itu, ada berbentuk sepatu

kuda (Multiload). Alat kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam rahim oleh

dokter dengan bantuan alat. Benda asing dalam rahim ini akan

menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel telur yang

telah dibuahi di dalam rahim. Alat ini bisa bertahan dalam rahim selama

2-5 tahun, tergantung jenisnya dan dapat dibuka sebelum waktunya jika

ibu ingin hamil lagi. Sebagai pemakai, ibu bisa memeriksa sendiri

keberadaan alat tersebut. Caranya dengan meraba benang alat

kontrasepsi tersebut di mulut rahim.

101

Ibu yang telah melakukan pemasangan kontrasepsi ini harus melakukan

pemeriksaan ulang. Apakah itu 2 minggu sekali, 1-2 bulan sekali, atau

setiap enam bulan sampai satu tahun setelah pemasangan. Pemakaian

kontrasepsi tanpa bahan aktif Copper dapat terus berlangsung sampai

menjelang menopause. Sedangkan kontrasepsi dengan bahan aktif

Copper, 3-4 tahun harus diganti. Yang perlu diingat kontrasepsi ini

bukanlah alat yang sempurna. Masih ada kekurangannya. Misalnya,

kehamilan bisa tetap terjadi, perdarahan, atau infeksi. Mungkin akibat

benang dari alat tersebut dapat merangsang mulut rahim sehingga

menimbulkan perlukaan dan menganggu dalam hubungan seksual.

Pemakaian AKDR juga membuat kita lebih mudah keputihan. Karena

itu sebaiknya kontrasepsi ini tidak digunakan jika terdapat infeksi

genetalia atau perdarahan yang tidak jelas. Keuntungannya, alat ini bisa

dipakai untuk jangka panjang. Bahkan sama sekali tidak menganggu

produksi ASI, jika ibu sedang mmenyusui.

d. Spermisida

Kontrasepsi ini merupakan senyawa kimia yang dapat melumpuhkan

sampai membunuh sperma. Bentuknya bisa busa, jeli, krim, tablet

vagina, tablet, atau aerosol. Sebelum melakukan hubungan seksual, alat

ini dimasukkan ke dalam vagina. Setelah kira-kira 5-10 menit hubungan

seksual dapat dilakukan. Penggunaan spermisida ini kurang efektif bila

tidak dikombinasi dengan alat lain, seperti kondom atau diafragma.

Selain itu, pemakaiannya agak merepotkan menjelang hubungan

senggama. Pasangan pun sulit mencapai kepuasan.

102

e. Pil atau Tablet

Pil bertujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping, dan

meminimalkan keluhan. Sebagian besar wanita dapat menerima

kontrasepsi ini tanpa kesulitan. Di Indonesia, jenis ini menduduki

jumlah kedua terbanyak dipakai setelah suntikan. Pil ini tersedia dalam

berbagai variasi. Ada yang hanya mengandung hormon progesteron

saja, ada pula kombinasi antara hormon progesteron dan estrogen.

Cara menggunakannya, diminum setiap hari secara teratur. Ada dua

cara meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21. Untuk sistem 28,

pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7

tablet plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-menerus,

kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan

menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan haid (sekuensial).

Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan estrogenik atau

progesterogenik, melalui penilaian pola menstruasi. Wanita yang

menstruasi kurang dari 4 hari memerlukan pil KB dengan efek estrogen

tinggi. Sedangkan wanita dengan haid lebih dari 6 hari memerlukan pil

dengan efek estrogen rendah.

Sifat khas kontrasepsi hormonal yang berkomponen estrogen

menyebabkan mudah tersinggung, tegang, berat badan bertambah,

menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi,

Sedangkan yang berkomponen progesteron menyebabkan payudara

103

tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang

senggama kering.

Penggunaan pil secara teratur dan dalam waktu panjang dapat menekan

fungsi ovarium. Kerugian lainnya, mungkin berat badan bertambah,

juga rasa mual sampai muntah, pusing, mudah lupa, dan ada bercak di

kulit wajah seperti vlek hitam. Juga dapat mempengaruhi fungsi hati

dan ginjal. Kecuali itu, kandungan hormon estrogen dapat mengganggu

produksi ASI.

Keuntungannya, pil ini dapat meningkatkan libido, sekaligus untuk

pengobatan penyakit endometriosis. Haid menjadi teratur, mengurangi

nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid. Efektifitas penggunaan

pil ini 95-98 persen. Jadi, ada sekitar 7 wanita yang hamil dari 1.000

pasangan dalam setahun.

f. Suntikan

Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini

dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan

(Depoprovera), setiap 10 minggu (Norigest), dan setiap bulan

(Cyclofem). Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak mengganggu

produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri

dan darah haid yang keluar.

Sayangnya, bisa membuat badan jadi gemuk karena nafsu makan

meningkat. Kemudian lapisan dari lendir rahim menjadi tipis sehingga

haid sedikit, bercak atau tidak haid sama sekali. Perdarahan tidak

104

menentu. Tingkat kegagalannya hanya 3-5 wanita hamil dari setiap

1.000 pasangan dalam setahun.

g. Susuk

Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit

pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau

pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang

korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Kini

sedang diuji coba susuk satu kapsulimplanon). Di dalamnya berisi zat

aktif berupa hormon atau Levonorgestrel. Susuk tersebut akan

mengeluarkan hormon tersebut sedikit demi sedikit. Jadi, konsep

kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi

sperma.

Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun (Norplant) dan 3 tahun

(Implanon). Sekarang ada pula yang diganti setiap tahun. Penggunaan

kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum

waktunya jika memang ingin hamil lagi. Efektifitasnya, dari 10.000

pasangan, ada 4 wanita yang hamil dalam setahun.

Efek sampingnya berupa gangguan menstruasi, haid tidak teratur,

bercak atau tidak haid sama sekali. Kecuali itu bisa menyebabkan

kegemukan, ketegangan payudara, dan liang senggama terasa kering.

Kendala lainnya dalam pencabutan susuk yaitu sulit dikeluarkan karena

mungkin waktu pemasangannya terlalu dalam. Hal tersebut dapat

menimbulkan infeksi.

105

h. Kontrasepsi mantap

Dipilih dengan alasan sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang

dimiliki. Caranya, suami-istri dioperasi (vasektomi untuk pria dan

tubektomi untuk wanita). Tindakan dilakukan pada saluran bibit pada

pria dan saluran telur pada wanita, sehingga pasangan tersebut tidak

akan mendapat keturunan lagi.

(Miskuri, 2013)

106

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

TERHADAP NY.M

DENGAN G2 P1 A0 HAMIL 36 MINGGU

DI BPM THERESIA SUWARNI Amd.Keb

Anamnesa : Arista Suningsih

Tanggal : 10 maret 2015

Waktu : 16.00 WIB

SUBJEKTIF (S)

I. Identitas

Istri Suami

Nama : Ny M Tn.A

Umur : 34 th 35 th

Agama : Islam Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMP SMP

Pekerjaan : IRT Wiraswasta

Alamat : Jl.Pulau Damar no.5 Way Kandis Desa Umbul Senen

Anamnesa

1. Alasan kunjungan : Ibu mengatakan ingin melakukan kunjungan rutin dan

ingin mengetahui kesehatan ibu dan janinnya .

2. Riwayat kehamilan :G2 P1 A0

106

107

2.1 Riwayat Menstruasi

Menarche : 15 tahun

Siklus : 28 hari

Lama : 7 hari

Dismenorhoe : Tidak

Sifat darah : Cair dan ada gumpalan darah

Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut setiap hari

HPHT : 1 -7- 2014

TP : 8 -4- 2015

Usia kehamilan : 36 minggu

2.2 Tanda- tanda kehamilan

Tanda pasti hamil

Terasa gerakan janin : Ya

DJJ : Terdengar mulai dari kehamilan 16 minggu

Tanda Mungkin

Tes kehamilan : Positif (+)

Rahim membesar : Tidak

Tanda tidak pasti

Amenorea :Ya

Mual- Muntah :Ya

2.3 Gerakan fetus dirasakan 10 kali dalam 24 jam terakhir

2.4 Keluhan yang dirasakan

Rasa lelah : Tidak

Mual-mual : Tidak

108

Malas beraktifitas : Tidak

Panas menggigil : Tidak

Sakit kepala : Tidak

Penglihatan kabur : Tidak

Rasa nyeri/ panas saat BAK : Tidak

Rasa gatal pada vulva/vagina dan sekitarnya : Tidak

Nyeri pada vagina/kemerahan pada vagina : Tidak

Nyeri /kemerahan padasekitar vagina : Tidak

2.5 Diet/Makanan

Sebelum hamil

Pola makan sehari-hari : 3 kali sehari, dengan porsi sedang

Jenis makanan sehari-hari : Nasi, sayur, lauk pauk dan buah

Selama hamil

Pola makan dalam sehari-hari : 3-4 kali sehari, dengan porsi lebih banyak

Jenis makanan sehari-hari : Nasi, sayur, lauk pauk buah dan susu

2.6 Pola eliminasi

Sebelum hamil

BAK : 5-6 kali sehari

Warna : Jernih kekuningan

BAB : 1 kali sehari

Konsistensi : Lembek

Warna : Coklat kekuningan

Saat hamil

BAK : 8-10kali sehari

109

Warna : Jernih kekuningan

BAB : 1 kali sehari

Konsistensi : Lembek

Warna : Coklat kekuningan

2.7 Aktivitas sehari-hari

Sebelum hamil

Pola istirahat dan tidur : 8-9 jam

Seksualitas : 1-2 kali per minggu

Pekerjaan : Mengerjakan pekerjaan rumah

Saat hamil

Pola istirahat dan tidur : 9-10 jam

Seksualitas : 1 kali per minggu

Pekerjaan : Mengerjakan pekerjaan rumah

2.8 Imunisasi

TT1 :Ya,dilakukan pada usia kehamilan 16 minggu

TT2 :Ya,dilakukan pada usia kehamilan 20 minggu

2.9 Kontrasepsi terakhir yang pernah digunakan sebelumnya : KB PIL

3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

NoTahun partus

Tempat partus

Usia kehamilan

Jenis partus

Kelainan AnakKetHamil partu

sNifas L/

PBB PB

1 2007 BPS 38 minggu Spontan

- - - P 4000 gr

49 cm

IMD

4. Riwayat kesehatan

4.1 Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita

Jantung :Tidak

110

Hipertensi :Tidak

Diabetes Melitus :Tidak

Asma :Tidak

Hepar :Tidak

Anemia berat :Tidak

PMS dan HIV/AIDS :Tidak

4.2 Perilaku kesehatan

Penggunaan alkohol atau sejenisnya : Tidak

Mengkonsumsi jamu : Tidak

Merokok : Tidak

Personal hygiene : Baik

5. Riwayat sosial

5.1 Kehamilan ini direncanakan : Ya

5.2 Status perkawinan : Menikah, jumlah

1 kali

5.3 Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

5.4 Susunan keluarga yang tinggal dirumah

NoJenis

KelaminUmur Hubungan Pendidikan pekerjaan Ket.

1. L 30tahun Suami SMA Wiraswasta2. L 7 tahun Anak SD Pelajar -

Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan persalinan dan nifas:

Tidak ada

6. Riwayat kesehatan keluarga :

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular dan keturunan

111

OBJEKTIF (O)

A. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan emosional : Stabil

TTV : TD : 110/70 mmHg R : 22 x/menit

N : 82x/menit T : 36,7℃

BB sebelum hamil : 50 kg BB sekarang : 62kg

TB : 162 cm Kenaikan BB : 12 kg

LILA : 25 cm

B. Pemeriksaan fisik

1. Kepala

1.1 Rambut : Kebersihan : Bersih dan rapih

Warna : Hitam

Kekuatan akar : Baik, tidak rontok

1.2 Wajah : Tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada closma

1.3 mata : Kelopak mata : Tidak ada oedema

Konjungtiva : Pucat( anemis)

Skelera : Putih (an ikterik)

1.4 Hidung : Simetris : Ya

Pengeluaran : Tidak ada

Polip : Tidak ada

Cuping hidung : Tidak ada

1.5 Telinga : Simetris : Ya

112

Keadaan : Bersih

Pengeluaran : Tidak ada

Kelainan : Tidak ada

1.6 Mulut dan gigi : Bibir : Lembab, tidak pecah-pecah

Lidah : Bersih, warna kemerahan,

tidak pucat

Gigi : Tidak ada caries

Gusi : Tidak ada pembengkakan

2. leher

2.1 Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembesaran

2.2 Kelenjar Linfe : Tidak ada pembengkakan

2.3 Vena Jugularis : Tidak ada bendungan

3. Dada

3.1 Jantung : Lup-dup dan tidak ada kelainan bunyi jantung

3.2 Paru-paru : Normal, tidak ada suara whezing dan ronchi

3.3 Payudara : Pembesaran : Ya

Simetris : Ya kanan dan kiri

Puting susu : Menonjol

Pengeluaran ASI : Ya

Rasa nyeri : Tidak ada

Benjolan : Tidak ada

Hiperpigmentasi : Ya areola mamae

113

4. Abdomen

4.1 Bekas luka operasi : Tidak

4.2 Pembesaran : Ya

4.3 Benjolan : Tidak ada

4.4 Tumor : Tidak ada

4.5 Posisi uterus : Normal

Palpasi

Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphodeus (Px)

Pada bagian fundus teraba bagian besar bulat dan tidak

melenting(bokong)

Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba bagian keras, lurus,

seperti papan (punggung janin).Pada bagian kanan perut

ibu teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas)

Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bagian bulat,

Melentingdan keras serta (kepala).Kepala belum masuk

PAP

Leopold IV : Konvergen

Mc.Donald : 31cm

DJJ : (+) frekuensi 148 kali/menit

Punctum maksimum : Berada di ± 3 jari dibawah pusat sebelah kiri ibu

TBJ(rumus Jhonson-Tausak) = (MD-n) x 155 gram

= (31 cm-13)x155 gram

= 2790 gram

114

5. Punggung dan pinggang

Posisi punggung : Lordosis

Nyeri pinggang : Tidak ada, ibu tidak merasa kesakitan sewaktu

dilakukan ketukan pada punggung

6. Ekstremitas

Ekstremitas atas

Oedema : Tidak ada

Kemerahan : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Pergerakan : Baik, dapat menggenggam melipat dan

bergerak bebas

Ekstremitas bawah

Oedema : Tidak ada

Kemerahan : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Pergerakan : Baik, mampu berjalan tanpa bantuan

Reflek patela : (+) kanan dan kiri

7. Anogenital

Perineum : Utuh

Vulva dan vagina : Tidak ada Varises

Pengeluaran pervaginam : Tidak ada

Kelenjar bartoline : Tidak ada pembengkakan

Anus : Tidak ada haemoroid

115

4 Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

HB : 9,0gr % (Anemia Ringan )

Protein : -

Glukosa : -

ANALISA(A)

Diagnosa ibu : G2 P1 A0hamil 36 minggu dengan Anemia Ringan

Diagnosa janin : Tunggal, hidup intrauterin, presentasi kepala

PELAKSANAAN (P)

1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, yaitu tanda-tanda vital dalam

keadaan normal, keadaan janin baik, janin tunggal dengan presentasi kepala.

2. Memberitahu ibu bahwa kadar Hb ibu 9,0 gr% yang termasuk anemia ringan

dan menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup serta mengkonsumsi

makanan yang bergizi yang mengandung zat besi (seperti sayur-sayuran hijau

daun bayam,daun katu,kacang-kacangan,buah-buahan segar,telur, ikan, daging

roti, dan susu dengan pola makan sebagai berikut). Pagi nasi/roti 1 porsi, ikan

atau daging 1 potong ukuran sedang,tempe/tahu 1 potong, sayur 1 mangkuk

sedang.Siang nasi 1 porsi, ikan /telur 1 potong ukuran sedang, kacang-

kacangan 1 mangkuk kecil, sayuran 1 mangkuk sedang, buah 1 potong.

Malam nasi 1 porsi, telur/ikan 1potong ukuran sedang, tempe/tahu 1 potong,

sayuran 1 manggkuk sedang, buah 1 buah/potong.

3. Memberitahu ibu risiko-risiko yang mungkin terjadi dengan kada Hb

rendah/anemia ringan, diantaranya :Ibu mudah lelah, Perdarahan dalam

116

keadaan gawat darurat,Tenaga mengedan dalam persalinan lemah,dan apabila

anemia bertambah parah dapat mengalami shock dalam keadaan gawat

darurat.

4. Menjelaskan ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan :

Perdarahan pervaginam,sakit kepala hebat,penglihatan kabur,bengkak diwajah

jari tengah,gerakan janin tidak teraba dan nyeri perut yang hebat.

5. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan, sakit pada panggul

dan tulang belakang, keluarnya lendir bercampur darah, kontraksi dan

pecahnya air ketuban.

6. Menganjurkan ibu untuk merencanakan persalinannya seperti, penolong

persalinan. Tempat persalinan, pendamping persalinan lainnya.

7. Mengajarkan ibu senam hamil minggu ke 36 dengan gerakan sebagai berikut:

a. Duduk bersila dan kedua tumit bertemu sedekat mungkin dengan

selangkangan. Dengan bantuan berat badan, tekan kedua lutut dengan

telapak tangan 4x8 hitungan.

b. Berpegangan pada sesuatu yang berat dalam (meja, kursi, dan lainnya).

Kemudian berjongkok sampai tumit tanpa mengangkat tumit, kemudian

kembali keposisi berdiri lakukan 4x8 hitungan.

c. Latihan nafas saat mulai kerja dipembukan jalan lahir (mulas-mulas)

diulangi lagi panting quick breat lakukan 4x8 hitungan.

d. Latihan mengejan

Posisi tidur terlentang dengan bantal agar tinggi sebelum melakukan

gerakan mengejan tarik nafas dulu, ditahan di daerah dada, diikuti lutut

ditekuk dibuka kesamping dan kedua tangan memegang pergelangan kaki,

117

angkat kepala dengan mendorong kepala kearah jalan lahir. Gerakan ini

dipertahankan sampai tidak kuat lagi. Kemudian nafas dikeluarkan lewat

mulut secara tiba-tiba.

8. Memberikan ibu vitamin C 50 mg, tablet Fe 60 mg, kalsium 500 mg dan

menganjurkan pada ibu untuk diminum 1x1 hari

9. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu

berikutnya atau apabila ada keluhan pada tanggal 17 maret 2015

118

Kunjungan Ulang (Minggu ke 2)

Anamnesa Oleh : Arista Suningsih

Tanggal : 17 Maret 2015

Subjektif (S)

Ibu merasa cemas karena sering BAK

Objektif (O)

A. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan emosional : Stabil

TTV : TD : 110/80 mmHg R : 22 x/menit

N : 82x/menit T : 36,7℃

BB sebelum hamil : 50 kg BB sekarang : 62kg

TB : 162 cm Kenaikan BB : 12 kg

LILA : 25 cm

Palpasi

Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphodeus (Px)

Pada bagian fundus teraba besar bulat dan tidak

melenting(bokong)

Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba bagian keras, lurus, seperti

papan (punggung janin).Pada bagian kanan perut ibu teraba

bagian-bagian kecil janin (ekstremitas)

119

Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bagian bulat, melenting

dan keras serta (kepala).Kepala belum masuk PAP

Leopold IV : Konvergen

Mc.Donald : 31 cm

DJJ : (+) frekuensi 148 kali/menit

Punctum maksimum : Berada di ± 3 jari dibawah pusat sebelah kiri ibu

TBJ (rumus Jhonson-Tausak) = (MD-n) x 155 gram

= (31-13) x 155 gram

= 2790 gram

ANALISA (A)

Diagnosa ibu : G2 P1 A0hamil 37 minggu

Diagnosa janin : Tunggal, hidup intrauterin, presentasi kepala

PELAKSANAN(P)

1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, yaitu tanda-tanda vital dalam

keadaan normal, keadaan janin baik, janin tunggal dengan presentasi kepala

2. Memberitahu ibu bahwa kondisi sering BAK adalah normal pada ibu hamil

trimester III

3. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup serta mengkonsumsi

makanan yang bergizi yang mengandung zat besi (seperti sayur-sayuran hijau

daun bayam,daun katu, kacang-kacangan, buah-buahan segar, telur, ikan,

daging, roti, dan susu.

4. Menjelaskan ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu sakit pada panggul dan

tulang belakang, keluar lendir bercampur darah, dan adanya kontraksi.

120

5. Mengajarkan ibu untuk melakukan perwatan payudara yang bertujuan untuk

menjaga kebersihan payudara terutama puting susu, menguatkan dan

melenturkan puting susu agar memudahkan bayi menyusui, merangsang

kelenjar air susu sehingga produksi ASI lancar dan banyak.

6. Memberikan ibu vitamin C 50 mg, tablet Fe 60 mg, dan menganjurkan pada

ibu untuk diminum 1x1 hari

7. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu

berikutnya atau apabila ada keluhan pada tanggal 24 maret 2015

121

Kunjungan Ulang (Minggu ke 3)

Anamnesa Oleh : Arista Suningsih

Tanggal : 25 Maret 2015

Subjektif (S)

Alasan kunjungan : Ibu mengatakan ingin melakukan kunjungan ulang untuk

memeriksakan keadaan ibu dan kandunganya

Objektif (O)

A. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan emosional : Stabil

TTV : TD : 110/80 mmHg R : 22 x/menit

N : 78x/menit T : 36,0℃

BB sebelum hamil : 50 kg BB sekarang : 63kg

TB : 162 cm Kenaikan BB : 13 kg

LILA : 25 cm

Palpasi

Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphodeus (Px)

Pada bagian fundus teraba besar bulat dan tidak

melenting(bokong)

Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba bagian keras, lurus, seperti

papan (punggung janin).Pada bagian kanan perut ibu teraba

bagian-bagian kecil janin (ekstremitas)

122

Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bagian bulat, melenting

dan keras serta sukar digerakkan (kepala).Kepala masuk PAP

Leopold IV : Divergen

Penurunan : 4/5

Mc.Donald : 30 cm

DJJ : (+) frekuensi 128 kali/menit

Punctum maksimum : Berada di ± 3 jari dibawah pusat sebelah kiri ibu

TBJ(rumus Jhonson-Tausak) = (MD-n) x 155 gram

= (30-12) x 155 gram

= 2790 gram

ANALISA (A)

Diagnosa ibu : G2 P1 A0hamil 38 minggu

Diagnosa janin : Tunggal, hidup intrauterin, presentasi kepala

PELAKSANAN(P)

1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, yaitu tanda-tanda vital dalam

keadaan normal, keadaan janin baik, janin tunggal dengan presentasi kepala

2. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda-tanda persalinan yaitu sakit panggul

dan tulang belakang,keluar lendir bercampur darah,dan adanya kontraksi.

3. Memberitahu ibu kembali apabila sudah ada tanda-tanda persalinan,suami atau

keluarga dapat segera membawa ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan

4. Mengingatkan ibu kembali tentang pentingnya perwatan payudara

yaitu:kebersihan payudara terutama puting susu lebih terjaga,menguatkan dan

123

melenturkan puting susu agar memudahkan bayi menyusui ,merangsang

kelenjar air susu sehingga produksi ASI lancar dan banyak.

5. Mengingatkan ibu dan keluarga kembali tentang hal-hal yang perlu di

persiapkan menjelang persalinan,yaitu:rencana tempat bersalin,tabunagn untuk

biaya persalian,suami,keluarga,dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika

sewaktu-waktu diperlukan,dan persiapan orang yang bersedia menjadi donor

darah jika sewaktu-waktu diperlukan .

6. Memberikan ibu vitamin B complex, tablet Fe 60 mg, kalsium 500 mg dan

menganjurkan pada ibu untuk diminum 1x1 hari

7. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu

berikutnya atau apabila ada keluhan

124

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

TERHADAP NY. M

DI BPM THERESIA SUWARNI Amd.Keb

Anamnesa : Arista Suningsih

Tanggal : 12 April 2015

Waktu : 01.30 WIB

Kala I (Pukul 01.30 – 03.00 WIB )

I. SUBJEKTIF (S)

1. Keluhan utama : Ibu mengatakan bahwa ia merasakan nyeri

pinggang hingga menjalar ke perut bagian bawah

dari pukul 17.00 Wib.

2. Riwayat keluhan utama : Ibu G2P1A0 hamil 40 minggu 4 hari datang pukul

01.30 WIB Ibu mengatakan bahwa sejak pukul

17.00 WIB sudah merasakan kencang-kencang

dan sakit pada pinggang yang menjalar ke perut

bagian bawah dan mengeluarkan lendir

bercampur darah pukul 01.00 wib

3. Riwayat kehamilan saat ini :

a. Riwayat menstruasi

Menarche : 15 tahun

Siklus : 28 hari

Lama : 7 hari

125

Dismenorhoe : Tidak

Sifat darah : Cair dan ada gumpalan darah

Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut setiap hari

HPHT : 1 Juli 2014

TP : 8 April 2015

Usia kehamilan : 40 Minggu 4 Hari

II. OBJEKTIF (O)

A. PEMERIKSAAN UMUM

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Keadaan emosional : Stabil

4. TTV : TD : 110 / 70 mmhg R : 20 x / menit

N : 80 x / menit T : 36, 2 ºc

5. Tinggi badan : 162 cm

BB sekarang : 62 kg

BB sebelum hamil : 50kg

Kenaikan BB : 12 kg

LILA : 25 cm

B. PEMERIKSAAN FISIK

1.Palpasi

Leopold I : TFU berada pada pertengahan pusat (px)

Pada bagian fundus teraba bagian lunak,

besar dan tidak melenting ( bokong ).

126

Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba tahanan

datar danmemanjang ( punggung ). Pada

bagian kanan perut ibu teraba bagian –

bagian kecil janin.

Leopold III : pada bagian bawah ibu teraba satu bagian

bulat, keras,( kepala ) dan melenting sukar

digerakkan. Kepala sudah masuk PAP.

Leopold IV : divergen

Mc. Donald : 30 cm

HIS : frekuensi 4x dalam 10 menit, lamanya 40

detik

DJJ : (+) frekuensi 128 kali/menit

Punctum maksimum : Berada di ± 3 jari dibawah pusat sebelah

kiri ibu

TBJ(rumus Jhonson-Tausak) = (MD-n) x 155 gram

= (30-11) x 155 gram

= 2790 gram

1. Pemeriksaan anogenital

a. Anogenital (inspeksi)

Perineum : tidak ada luka parut

Vulva / vagina : tidak ada varices dan tidak ada luka

b. Pemeriksaan dalam

(Dilakukan pukul 01.30 WIB, atas indikasi untuk mengetahui inpartu

atau belum)

127

Dinding vagina : normal tidak ada sistokel dan rektokel

Portio :Arah : searah jalan lahir

Konsistensi : lunak

Pembukaan : 8 cm

Pendataran : 80%

Ketuban : (+)

Penunjuk : UUK

Posisi : UUK Kiri depan

Penurunan : H III

Molase : tidak ada

III. ANALISA MASALAH (A)

Diagnosa ibu : ibu G2P1A0 hamil 40 minggu 4 hari kala inpartu I fase aktif

Diagnosa janin : janin tunggal, hidup intrauterin, presentasi kepala

IV. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, bahwaTD:

110/70 mmHg, Pernafasan: 20 x/menit, Nadi : 80 x/menit, dan Suhu : 36,2℃.

Berat janin dalam batas normal dan janin yang dikandung sehat, letak janin

normal dan DJJ : 148 x/menit. Dan ibu sudah memasuki tahapan persalinan,

dengan bukaan 8 cm.

2. Melakukan Infom consent kepada ibu dan keluarga untuk menyetujui

tindakan yang akan dilakukan.

3. Memenuhi kebutuhan cairan ibu, dengan memberikan ibu minum teh manis

hangat diantara kontraksi agar memiliki tenaga untuk mengedan.

128

4. Menghadirkan orang terdekat yaitu suami untuk mendampingi ibu selama

proses persalinan.

5. Mengobservasi kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf

(terlampir).

6. Mempersiapkan alat-alat persalinan yaitu :

a. Partus set : 2 klem tali pusat, gunting tali pusat, gunting episiotomi, ½

kocher, kateter nelaton, benang tali pusat, 2 pasang handscoon, dan kassa

steril.

b. Heating set, anrtara lain nald pouder, benang chromic, jarum jahit

perineum, 1 pasang handscoon, gunting, pinset anatomi, spuit 10 ml

steril, 1 ampul lidocain.

c. Termometer, tensimeter, fetoskope, pita pengukur,dan jam tangan.

d. Obat-obatan, yaitu oksitosin 10 IU,lidokain 1%, epineprin, cairan infus,

metil ergometrin maleat.

e. Perlengkapan perlindungan diri (APD)

f. Perlengkapan ibu dan bayi, yaitu baju bersih, bedong, baju anak,kaus

tangan dan kaki.

129

Kala II ( pukul 03.00 – 03.15 WIB )

I. SUBJEKTIF (S)

1. Ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan nyeri pinggang yang menjalar

ke perut bagian bawah yang semakin sering.

2. Ibu mengatakan ingin mengedan dan seperti ingin BAB keras.

II. OBJEKTIF (O)

A.Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan emosional : Stabil

TTV : TD : 100/70 mmHg R : 20x/menit

N : 80x/menit T : 36,2 º C

Jumlah perdarahan kala I = 10 cc

HIS : (+) frekuensi 4-5x/10 menit, lamanya 45 detik

DJJ : (+) frekuensi 142x/menit

Terlihat tanda persalinan kala II yaitu perineum menonjol, anus mengembang,

vulva membuka, dan adanya dorongan meneran.

B.Periksa Anogenital

Atas indikasi : Terdapat tanda-tanda kala II memastikan pembukaan

lengkap

Pukul : 03.00 wib

Dinding vagina : tidak ada sistokel dan rektokel

Pembukaan : lengkap

Ketuban : (-)

130

Presentasi : Kepala

Penunjuk : UUK

Posisi : UUK (kiri depan)

Penurunan : Hodge IV

Molase : Tidak ada

III. ANALISA MASALAH (A)

Diagnosa ibu : ibu G2P1A0 hamil 40 minggu 4 hari inpartu kala II

Diagnosa janin : Janin tunggal, hidup intrauterin, presentasi kepala

IV. PENATALAKSANAAN

1. Mengajarkan pada ibu cara mengedan yang baik dan benar sewaktu ada his,

yaitu mengaitkan kaki dengan kedua siku, dekatkan paha ke perut, mata

membuka dan melihat ke arah perut, dagu mnyentuh dada, mulut dikatupkan

serta mengedan dengan tidak bersuara. Anjurkan ibu untuk beristirahat saat

tidak ada kontraksi.

2. Memberikan dukungan moral pada ibu dengan dengan didampingi oleh

suami.

3. Memberikan kesempatan pada ibu untuk memilih posisi yang aman dan

nyaman selama persalinan.

4. Memberi Ibu minum teh manis hangat, saat tidak ada his agar tidak dehidrasi,

dan memiliki tenaga untuk meneran kembali.

5. Mendekatkan alat pertolongan persalinan (partus set).

6. Melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan APN, yaitu mendekatkan

partus set dan resusitasi set,memakai alat perlindungan diri dan mencuci

tangan 7 langkah.

131

7. Melakukan pertolongan persalinan

Lakukan pengecekan tanda gejala kala II yaitu: dorongan meneran,tekanan

pada anus,perineum menonjol, dan vulva membuka. Jika kepala bayi telah

tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Letakkan handuk bersih diatas

perut ibu dan meletakkan 1/3 kain bersih dibawah bokong ibu.Lalu pimpin

ibu mengedan setiap ada HIS. Setelah nampak kepala bayi keluar-masuk di

vulva, dan setelak kepla bayi tidak keluar-masuk maka lakukan:

1) Letakkan tangan kiri diatas vulva untuk mencegah supaya kepala bayi

tidak melakukan defleksi secara maksimal dan tangan kanan pada

perineum untuk menahan agar tidak terjadi robekan pada perineum.

2) Setelah kepala bayi lahir, usap wajah bayi dengan menggunakan kasa

untuk membersihkan mata, hidung, dan mulut dari darah ataupun

lendir.

3) Memeriksa adanya lilitan taili pusat, ternyata tidak ada lilitan tali

pusat.

Melahirkan bahu dan seluruh tubuh bayi

1) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

2) Tempatkan telapak tangan pada sisi kepala bayi secara biparietal,

dengan tangan berada di atas dan tangan kiri di bagian bawah kepala

bayi.

3) Melakukan penarikan kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior

dan tarikan keatas untuk melahirkan bahu posterior.

132

4) Selipkan satu tangan ke bahu dan lengan bayi bagian belakang sambil

menyangga kepala dan selipkan satu tangan lain ke punggung untuk

melahirkan tubuh bayi seutuhnya (sanggah-susur). Bayi lahir spontan

03.15 WIB.

5) Letakkan bayi diatas perut ibu Untuk dilakukan IMD

133

Kala III ( Pukul 03.15 – 03.30 WIB )

I. SUBJEKTIF (S)

1. Ibu mengatakan lemas setelah melahirkan

2. Ibu mengatakan perutnya terasa mulas

II. OBJEKTIF (O)

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan emosional : Stabil

TTV : TD : 110/70 mmHg R : 20x/menit

N : 80x/menit T : 36,2 ºC

Perdarahan kala II : 50 cc

Keadaan uterus

TFU : Sepusat

Kontraksi : Baik

Vesika urinaria : Kosong

Keadaan bayi : Bayi lahir menangis spontan, tonus otot aktif,

warna kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki,

berat badan 3100 gram, panjang badan 48 cm,

lingkar dada 33 cm, lingkar kepala 35 cm, anus

(+), dan tidak cacat.

134

III. ANALISA MASALAH (A)

Diagnosa : ibu P2A0 dalam kala III persalinan

IV. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui kemungkinan adanya bayi

kedua.

2. Melakukan manajemen aktif kala III,yaitu penyuntikan oksitosin 10 IU secara

IM pada 1/3 paha bagian depan kanan ibu.

3. Memindahkan klem ke depan vulva dengan jarak 5-10 cm jika talipusat

memanjang.

4. Melakukan peregangan talipusat terkendali dengan tangan kanan, sedangkan

tangan kiri melakukan dorso kranial hingga plasenta nampak didepan

introitus vagina. Saat plasenta nampak,lakukan pemutaran searah jarum jam

agar selaput dan kotiledon tidak ada yang tertinggal lalu tangkap plasenta,

dan letakkan di tempat yang datar. Plasenta lahir lengkap pukul 03.30 WIB.

5. Melakukan massase uterus 15 kali selama 15 detik segera setelah plasenta

lahir.

8. Memeriksa kelengkapan plasenta dan robekan pada introitus vagina dan

perineum.

9. Memantau perdarahan kala III sebanyak 150 cc.

135

KALA IV (PUKUL 03.30 – 05.30 WIB )

I. SUBJEKTIF (S)

1. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas dan pegal-pegal setelah

melahirkan

II. OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. TTV : TD : 100/70 mmHg R : 24x/menit

N : 84x/menit T : 36,2 ºC

3.Perdarahan kala III : 150 cc

4.Keadaan uterus

TFU : 2 jari dibawah pusat

Kontraksi : Baik

5.Perineum : Tidak ada laserasi

6.Kandung kemih : Kosong

7.Plasenta : Diameter : 20 cm

Berat : 500 gram

Tebal : 2 cm

Panjang tali pusat : 50 cm

Insersi tali pusat : Sentralis

136

III. ANALISA MASALAH (A)

Diagnosa : Ibu P2A0 dalam kala IV persalinan

IV. PENATALAKSANAAN

1. Membersihkan tubuh ibu dari lendir bercampur darah serta membantu

mengganti pakaian ibu.

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisi rasa mulas yang dialami ibu adalah

normal, rasa mulas timbul dikarenakan pergerakan otot-otot uterus yang

berkontraksi atau kontraksi yang mencegah terjadinya perdarahan.

3. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik.

4. Mengajarkan kepada ibu dan keluarga cara memeriksa kontraksi uterus dan

massase uterus, yaitu dengan cara tangan ibu di letakkan di atas fundus uterus

dan melakukan gerakan memutar searah jarum jam sampai rahim teraba

keras, untuk mencegah perdarahan pasca persalinan memantau TTV dan

kandung kemih, dan pemantauan telah dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam

pertama pasca persalinan serta setiap 30 menit pada 1 jam kedua pasca

persalinan

Jam ke

Waktu TD Suhu TFUKontra

ksiKandung kemih

perdarahan

1

03.45100

/70mmHg

36,2◦C2 jari dibawah

pusatBaik Kosong ±50cc

04.00100

/70mmHg

2 jari dibawah pusat

Baik Kosong ±30cc

04.15100

/70mmHg

2 jari dibawah pusat

Baik Kosong ±20cc

04.30100

/70mmHg

2 jari dibawah pusat

Baik Kosong ±10cc

137

2

05.001

10/70mmHg

36,1oC2 jari dibawah

pusatBaik Kosong ±10cc

05.301

10/70mmHg

2 jari dibawah pusat

Baik Kosong ±10cc

5. Memindahkan ibu ke ruang perawatan setelah 2 jam pasca persalinan.

6. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini (3 jam pasca persalinan).

Seperti tidur terlentang terlebih dahulu selama 8 jam, miring ke kiri-kanan,

menggerakan kaki, duduk, dan berdiri dari tempat tidur

138

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFASTERHADAP NY.M

DI BPM THERESIA SUWARNI Amd.Keb

AnamnesaOleh : Arista Suningsih

Tanggal : 12 April2015

Waktu : 10.30 WIB

I. SUBJEKTIF ( S )

1. Keluhan utama :

- Ibu mengatakan telah melahirkan 6 jam yang lalu dan mengeluh

perutnya terasa mulas

2. Riwayat kehamilan ini

a. P A :P2 A0

b. ANC : Delapan kali

c. Imunisasi :TT 2

d. Penyakit kehamilan : Tidak ada

3. Riwayat persalinan ini

a. Tempat melahirkan : BPM Theresia Suwarni

b. Penolong : Bidan

c. Jenis persalinan : Spontan

d. Komplikasi : Tidak ada

e. Lama persalinan

Kala I : 1 jam 30 menit

139

Kala II : 15 menit

Kala III : 15 menit

Kala IV : 2 jam +

Jumlah : 3 jam 60 menit

f. Jumlah perdarahan : 150 cc

g. Obat-obatan yang diberikan :

1). Flamigra 2 x sehari 1 tablet

(dengan tiap kaplet mengandung kalium diklofenak 50 mg)

2). Floxigra 2 x sehari 1 tablet

(Tiap kaplet mengandung Ciprofloxasin 250 mg)

3). Fondazen 1x sehari 1 tablet (Tiap kaplet mengandung zat besi)

4). Vitamin A 1 kapsul

h. Bayi : Jenis kelamin : Perempuan

Berat badan : 3100 gram

Panjang badan : 48 cm

i. Plasenta : Diameter : 20 cm

Berat : 500 gram

Tebal : 2 cm

Tali pusat : 50 cm

j. Perineum : Tidak ada laserasi

II. OBJEKTIF ( O )

Pemeriksaanumum

Keadaanumum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaanemosional : Stabil

140

TTV : TD : 110/70mmhg R : 23x/mnt

N : 84x/mnt T : 36,4°C

Pemeriksaanfisik

1. Kepala

Rambut : Kebersihan : Ya, tidak ada ketombe

Warna : Hitam

Kekuatan akar : Baik, tidak rontok

Muka : Kelopak mata : Tidak ada oedema

Konjungtiva : Merah muda( an anemis )

Sklera : Putih( an ikhterik )

Hidung : Kebersihan : Ya

Polip : Tidak ada

Telinga : Kebersihan : Ya

Simetris : Ya

Mulut dan Bibir : Bibir : Normal, tidak pecah-pecah

Lidah : Bersih

Gigi : Tidak ada caries

Gusi : Tidak ada pembengkakan

2. Leher

Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembesaran

Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran

Vena jugularis : Tidak ada bendungan

3. Dada

Jantung : Normal, bunyi lup-dup

Paru-paru : Normal, tidak ada wheezing dan

ronchi

Payudara : Pembesaran : Ya, ada

Putting susu : Menonjol

Pengeluaran : Ada, kolostrum

Simetris : Ya, kanan dan kiri

Benjolan : Tidak ada

Rasa nyeri : Tidak ada

141

Hiperpigmentasi : Ada, aerola mamae

Kemerahan : Tidak ada

4. Abdomen

Bekas luka operasi : Tidak ada

Konsistensi uterus : Keras, bulat

Benjolan : Tidak ada

Pembesaran : Normal, TFU 2 jari dibawah pusat

Kandung kemih : Kosong

Kontraksi : Baik

5. Punggungdanpinggang : Posisi punggung : Lordosis

Nyeri pinggang : Tidak

Nyeri ketuk pinggang : Tidak

6. Anogenital

Vulva : Tidak ada varises dan luka parut

Perineum : Utuh,tidak ada laserasi

Pengeluaran pervaginam : Lochea Rubra

7. Ekstremitas

Atas : Oedema : Tidak Ada

Kemerahan : Tidak Ada

Bawah : Oedema : Tidak Ada

Kemerahan : Tidak Ada

Reflek Patella : (+) kanan dan kiri

ANALISA( A )

Diagnosa : Ibu P2A0 Postpartum hari pertama

PLANNING ( P )

142

1. Melakukan peurperium yang meliputi TTV, TFU, Payudara, pengeluaran

pervaginam

TTV : TD : 110/70 mmHg R : 23 x/ menit

N : 84 x/menit T : 36,4 º C

TFU : 2 Jari dibawah pusat

Payudara : Pembesaran normal kanan dan kiri

Kolostrum : Ada

Pengeluaran pervaginam : Lochea Rubra

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mulas yang dirasakan disebabkan

kontraksi rahim yang kembali seperti sebelum hamil.

3. Memberikan ibu therapy obat oral yaitu Flamigra 2 x sehari 1 tablet (dengan

tiap kaplet mengandung kalium diklofenak 50 mg) , Floxigra 2 x sehari 1

(Tiap kaplet mengandung Ciprofloxasin 250 mg),Fondazen 1x sehari 1 tablet

(tiap kaplet mengandung zat besi ), vitamin A 1 kapsul 200.000 IU

4. Memberikan ibu makan makanan yang bergizi yaitu : 1 porsi nasi (250 gram),

1 mangkuk sayur katu( 150 gram), 1 potong ayam goreng (200 gram) dan

1gelas teh manis hangat

5. Menganjurkan ibu untuk mobilisai dini setelah 8 jam pasca persalinan yaitu

dengan miring ke kiri-kanan, menggerakan kaki, duduk, berdiri atau turun dari

tempat tidur

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu kurang lebih 1-2 jam

disiang hari dan kurang lebih 8 jam di malam hari

7. Memberikan motivasi pada ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya

143

Catatan Perkembangan Masa Nifas

No Keterangan Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-312345

6

7

8

9

KeluhanKeadaan UmumKeadaan EmosionalKesadaranTTV TD: N : R : T :MammaePembesaranPutting susuBenjolanRasa NyeriPengeluaranAbdomenLuka bekas operasiTFU

AnogenitalPerineumLocheaMobilisasi

MulasBaikStabil

Composmentis110/70 mmHG84x/menit23x/menit36,4°c

Ya, adaMenonjolTidak adaTidak adaKolostrum

Tidak ada2 jari bawah pusatUtuhRubra Miring kanan dan kiri, duduk

MulasBaik

Composmentis110/70 mmHG86x/menit20x/menit36,8°c

Ya, adaMenonjolTidak adaTidak adaASI

Tidak ada3 jari bawah pusat

UtuhRubraBerjalan

MulasBaik

Composmentis120/7084x/menit22x/menit37,5ºc

Ya, adaMenonjolTidak adaTidak adaASI

Tidak ada3 jari bawah pusat

UtuhSanguinolentaBerjalan

144

Kunjungan Ulang Nifas Hari ke 6

Oleh : Arista Suningsih

Tanggal : 18 April 2015

Pukul : 10.00 WIB

SUBJEKTIF (S)

- Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada dirinya dan bayinya

- Ibu mengatakan bayinya menghisap dengan kuat

OBJEKTIF (O)

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmhg R : 21 x / menit

N : 84 x/menit T : 36,2 c

TB : 162 cm

BB : 62 kg

2. Pemeriksaan Fisik

145

Payudara : Pengeluaran asi : Ada

Rasa nyeri : Tidak ada nyeri tekan dan nyeri raba

Uterus : Kontraksi baik

TFU : 3 jari dibawah Pusat

Anogenital

Vulva : Normal tidak ada infeksi

Pengeluaran lochea : Sanguinolenta (merah kecoklatan)

ANALISA (A)

Diagnosa : Ibu P2A0 Postpartum hari 6

PENATALAKSANAAN (P)

1. Memberitahu ibu bahwa kondisi nya saat ini dalam batas normal yang ditandai

dengan: TTV : TD : 110/70 mmhg R : 21 x / menit

N : 84 x/menit T : 36,2 c

TFU : 3 jari dibawah pusat

2. Mengajarkan ibu merawat bayi baru lahir seperti merawat tali pusat dengan

cara: Gunakan kasa steril untuk membersihkan tali pusat dan rutinlah

mengganti kain kasa steril pada tali pusat bayi setiap kali selesai mandi

3. Menjelaskan tanda -tanda bahaya pada ibu nifas seperti: Perdarahan

postpartum,lochea berbau busuk, nyeri pada perut, pusing dan lemas

berlebihan, suhu tubuh >38C,sakit kepala hebat,pembengkakan wajah,tangan

dan kaki, payudarah merah, panas terasa sakit, nyeri berkemih, dan kehilangan

nafsu makan dalam waktu lama

4. Memberitahu ibu tanda-tanda bayi sakitseperti : lemah dan malas

bergerak,malas menyusu, lebih banyak tidur ketimbang biasanya,serta rewel

dan susah ditenangkan

5. Memberi motivasi pada ibu untuk memberi ASI eksklusif pada bayi

146

Kunjungan Ulang Nifas Hari Ke 14

Tanggal : 25 April 2015

Waktu : 16.00 wib

I. SUBJEKTIF ( S )

1. Ibu mengatakan ASI nya sudah keluar banyak

2. Ibu mengatakan bayinya menghisap dengan kuat

II. OBJEKTIF ( O )

Pemeriksaanumum

Keadaanumum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaanemosional : Stabil

TTV : TD :110/70mmhg R : 23x/mnt

N : 84x/mnt T : 36,4°C

Payudara : Pembesaran : Ada

Putting susu : Menonjol

Benjolan : Tidak ada

Pengeluaran : ASI

Rasa nyeri : Baik

Kontraksi uterus : Baik

TFU : Tidak teraba

Anogenital : Vulva: Normal tidak ada infeksi

Pengeluaran lochea : Serosa (berwarna kuning tidak berdarah lagi)

III. ANALISA( A )

147

Diagnosa : Ibu P2A0 postpartum hari ke-14

IV. PENATALAKSANAAN

1. Mengajarkan ibu merawat bayi baru lahir

2. Menjelaskan tanda – tanda bahaya pada ibu nifas seperti:seperti:

Perdarahan postpartum, lochea berbau busuk, nyeri pada perut, pusing

dan lemas berlebihan, suhu tubuh >38C, sakit kepala hebat,

pembengkakan wajah, tangan dan kaki, payudarah merah, panas terasa

sakit,nyeri berkemih,dan kehilangan nafsu makan dalam waktu lama

3. Menjalaskan pada ibu tanda-tanda bayi sakit seperti: lemah dan

lemas,malas bergerak, malas menyusu, lebih banyak tidur ketimbang

biasanya, serta rewel dan susah ditenangkan.

4. Menganjurkan ibu makan-makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran

hijau katu dan bayam, telur, ikan, tempe, tahu, ayam, daging dan susu.

5. Memberi motivasi pada ibu untuk memberi ASI eksklusif pada bayinya

6. Memberikan konseling KB menggunakan lembar alat bantu pengambilan

keputusan Ber-KB (ABPK)

148

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP NY M

DI BPM THERESIA,Amd.Keb

Anamnesa oleh : Arista Suningsih

Tanggal : 28 April 2015

Waktu : 17.00 WIB

SUBJEKTIF (S)

A. Anamnesa

Pasien datang dengan alasan ingin mendapatkan pelayanan KB suntik 3

bulan

B. Riwayat menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28 hari, teratur

Lama : 7 hari

Dismenorhoe : Tidak

Sifat darah : Cair kadang disertai gumpalan darah

Banyaknya : 2 – 3 kali ganti pembalut

C. Riwayat sosial

149

1. Status perkawinan

Menikah : 1 kali

Lama pernikahan : 8 tahun

2. Susunan keluarga yang tinggal serumah

No Jeniskelamin Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan Ket123

Laki-lakiPerempuanLaki-laki

35 tahun34 tahun7 tahun

SuamiIstri

Anak

SMPSMPSD

WiraswastaWiraswasta

Siswa

---

3. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

NoTahun partus

Tempat partus

Usia kehamilan

Jenis partus

Kelainan AnakKetHamil partu

sNifas L/

PBB PB

1 2007 BPS 38 minggu Spontan

- - - L 4000 gr

49 cm

IMD

4. Riwayat keluarga berencana

Alat kontrasepsi yang digunakan sebelumnya : KB PIL

Lama pemakaian alat kontrasepsi : ± 3 tahun

Keluhan selama pemakaian : Tidak ada

Alat kontrasepsi yang ingin digunakan sekarang : Suntik 3 Bulan

5. Riwayat Kesehatan Ibu

Riwayat kesehatan sekarang atau yang pernah diderita

- Jantung : Tidak

- Hipertensi : Tidak

- Diabetes mellitus : Tidak

- Asma : Tidak

- Hepar : Tidak

- Anemia : Tidak

150

- PMS dan HIV/AIDS : Tidak

6. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu megatakan bahwa dalam silsilah keluarganya tidak ada yang

menderita penyakit keturunan ataupun menular.

7. Perilaku kesehatan

Pengunaan alkohol : Tidak pernah

Mengkomsumsi jamu-jamuan : Tidak pernah

Merokok : Tidak pernah

8. Pola eliminasi

BAB : 1x sehari

warna : Kuning

konsistensi : Lembek

BAK : 3-4x sehari

Warna : Kuning jernih

Konsistensi : Cair

9. Aktifitas sehari-hari

Pola istirahat dan tidur : Tidur siang 1 jam, malam 6-8 jam

Seksualitas : Sesuai kebutuhan

Pekerjaan : Ibu melakukan pekerjaan rumah

Tangga Seperti memasak, mencuci,

menyapu dan mengosok baju

10. Personal hygiene dan kebersihan

Kebersihan mandi : 2x sehari menggunakan sabun

Sikat gigi : 3x sehari

Kebersihan rambut : 2x sehari

151

OBJEKTIF(O)

A. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan emosional : Stabil

TTV : TD : 110/70mmHg R : 23x/menit

N : 82x/menit T : 36,5 c

TB : 155cm

BB : 59kg

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala : Kebersihan : Bersih, tidak berketombe

Warna : Hitam

Kekuatan akar : Baik dan tidak rontok

2. Mata : Kelopak mata : Tidak ada oedema

Konjung tiva : Merah muda

Sklera : Putih (an ikhterik)

3. Hidung : Lubang : Ya, simetris

Pengeluaran : Tidak ada

Polip : Tidak ada

Cuping hidung : Tidak ada

4. Telinga : Simetris : Ya

Keadaan : Bersih

Pengeluaran : Tidak ada

Kelainan : Tidak ada

5. Mulut dan gigi : Bibir : Merah muda

Ludah : Bersih, warna kemerahan

152

Gigi : Tidak ada caries

Gusi : Tidak ada pembengkakan

6. Leher : Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran

Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan

Vena juguralis : Tidak ada bendungan

7. Dada

Jantung : Normal, bunyi lup dup tidak ada bunyi mur-mur

Paru-paru : Normal, tidak ada bunyi wheezing dan ronci

Payudara : Pembesaran : Tidak ada

Simetris : Ya, kanan dan kiri

Putting susu : Menonjol

Rasa nyeri : Tidak ada

Benjolan : Tidak ada

8. Abdomen

Bekas luka oprasi : Tidak ada

Pembesaran : Tidak ada

Benjolan : Tidak ada

9. Ekstremitas

Atas : Oedema : Tidak ada

: Pengerakan : Aktif dan bergerak bebas

Bawah : Oedema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Pengerakan : Aktif dan bergerak bebas

Reflex patella : (+) kanan dan kiri

ANALISA (A)

Diagnosa : Ibu P2A0 akseptor KB suntik 3 bulan

PENATALAKSANAAN (P)

1. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan dalam batas normal yang ditandai

dengan :

153

TD : 110/ 70mmhg R : 23x/menit

N : 82x/menit T : 36,5 C

2. Memberikan konseling tentang kb suntik 3 bulan (depoprovera) yang

mengandung Depo medroksiprogesteron asetat dan beritahu tentang efek

samping yang ditimbulkan

a. Menyiapkan alat dan obat : - Kapas alkohol

- Spuit

- Depoprovera

- Menyiapkan depoprovera dalam spuit

3. Memberikan injeksi Depoprovera pada 1/3 paha bagian luar dari spina illiaca

anterior superior secara IM

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan suntik ulang pada tanggal 22 juli 2015

154

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pada pembahasan studi kasus ini penulis akan menyajikan pembahasan yang

membandingkan antara teori dengan Asuhan Kebidanan Berkelanjutan yang di

terapkan pada klien Ny. M G2P1A0 sejak kontak pertama pada tanggal 10 Maret

2015 di BPM Theresia Suwarni Amd.Keb yaitu dimulai pada masa kehamilan 36

minggu, persalinan, 6 minggu post partum, BBL dan KB menggunakan

pendokumentasian SOAP . Pada BAB ini yang berisi mengenai suatu pembahas

kasus yang diambil, penulis akan coba membahas dengan membandingkan antara

teori dengan praktek dilapangan. Untuk lebih sistematis maka penulis membuat

pembahasan dengan mengacu pada pendekatan Asuhan Kebidanan,

menyimpulkan data, menganalisa data dan melakukan penatalaksanaan asuhan

sesuai dengan Asuhan Kebidanan

A. KEHAMILAN

Pada tanggal 10 Maret 2015, penulis bertemu dengan Ny.M untuk menjadi

objek pengambilan studi kasus ANC laporan tugas akhir di BPM Theresia

Suwarni.

Ibu melakukan pemeriksaan ANC selama kehamilan sebanyak 6 kali, yaitu

pada trimester 1 sebanyak 1 kali, trimester 2 sebanyak 2 kali, dan trimester 3

sebanyak 3 kali dan ini merupakan kunjungan pertama yang dilakukan penulis

kepada Ny.M Pemeriksaan yang dilakukan penulis kepada Ny.M pengikuti

155

standar pelayanan kesehatan menurut Litbangkes Depkes RI yaitu standar 14 T

yang terdiri dari timbang berat badan, tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur

tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe 90 tablet selama

kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual, pemeriksaan Hb, pemeriksaan

protein urine, pemeriksaan reduksi urine, perawatan payudara (breast care)

memelihara tingkat kebugaran (senam hamil), terapi yodium kapsul (khusus

daerah endemik gondok), tes malaria dan temu wicara (Prawiroraharjo 2009).

Selama kehamilan ini ibu mengalami kenaikan berat badan sebanyak 12 kg,

yaitu berat badan sebelum hamil 50 kg, dan berat badan saat usia kehamilan 36

minggu menjadi 62 kg. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa berat

badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5-16,5 kg (Prawiroharjo 2009)

Tekanan darah Ny. M yaitu 110/70mmHg dan masih dalam batas normal

yaitu 110/70mmHg – 130/90mmHg apabila terjadi kenaikan tekanan darah

(hipertensi) atau penurunan tekanan darah (hipotensi), hal ini patut diwaspadai

karena dapat berdampak buruk bagi ibu dan janin apabila tidak ditangani dengan

baik (Prawiroharjo 2009).

Ukuran lila Ny. M adalah 25 cm hal ini termasuk dalam kategori normal

karena lila ibu hamil adalah ≥23,5 (Depkes,2009), mengukur lila untuk

mengetahui status gizi ibu yang berhubungan dengan pertumbuhan janin agar

tidak BBLR.

Pada kunjungan ANC didaptkan tinggi fundus uteri Ny.M adalah 31 cm

sedangkan pada kunjungan kedua dan ketiga didapatkan tinggi fundus yang sama

pada pengukuran tinggi fundus uteri yaitu 30 cm.

156

Normal DJJ pada teori asuhan persalinan normal (APN) 2014 berkisaran

antara 120-160x/menit.Pada pemeriksaan DJJ yang dilakukan terhadap Ny. M

didapatkan DJJ 148x/menit. Hal ini sesuai dengan teori yang ada.

Tablet penambah darah dapat diberikan sesegera mungkin setelah rasa mual

hilang yaitu satu tablet sehari. Pada trimester 1 Ny.M sudah mendapatkan tablet

Fe ±60 tablet, pada trimester II dan III Ny.M mendapatkan 30 tablet. Ny.M mau

meminum tablet Fe sesuai dengan anjuran yang diberikan. Pada pemeriksaan

kehamilan harus dilakukan pemeriksaan laboratorium mencakup kadar Hb normal

yaitu 11-14 gr%. Pada Ny. M dilakukan tes Hb hasilnya Hb Ny.M 9,0 gr% dan

termasuk Anemia Ringan

Pemberian imunisasi TT menurut teori (Saifuddin, 2009) menyatakan selama

kehamilan yaitu sebanyak 2 kali imunisasi TT, yaitu pada usia kehamilan 20

minggu dan imunisasi TT kedua yaitu 4 minggu dari TT yang pertama. Pada Ny.

M dilakukan penyuntikan imunisasi TT

Pemeriksaan protein urine dan glukosa urine yang dilakukan pada ibu hamil

jika didapatkan +2 serta tanda odema dan tensi tekanan darah tinggi, tanda-tanda

tersebut menunjukanan bahwa ada tanda-tan preeklamsia pada kehamilan

(Prawiroharjo, 2009). Pada pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. M tidak

didapatkan tanda-tanda preeklamsi karena tidak ditemukan adanya odema pada

ekstremitas ibu dan dalam pemeriksaan protein urien didapatkan hasil negatif.

B. PERSALINAN

Pada anamnesa yang dilakukan pada Ny. M pada tanggal 12 April 2015

didapatkan keluhan yaitu mulas-mulas sejak pukul 17.00 WIB sudah keluar lendir

campur darah dan belum keluar air-air. Mulas-mulas yang semakin sering dan

157

kuat sejak pukul 01.00 WIB. Ibu mengatakan pergerakan janin masih aktif.

Dilakukan pemeriksaan umum dan fisik dalam batas normal, pemeriksaan dalam

hasilnya vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis dan lunak, pembukaan 8 cm,

selaput ketuban utuh presentasi kepala penurunan hodge III, posisis UUK kiri, dan

molase tidak ada.

Berdasarkan hasil anamnesa Ny.M sudah ada tanda-tanda inpartu yaitu keluar

lendir campur darah dan mulas-mulas. Tanda-tanda inpatu diantaranya adalah

adanya rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

Keluar lendir campur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada

serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan

dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada (Manuaba,2005)

Kala I persalinan Ny. M berlangsung 1 jam 30 menit dari datang kerumah

bidan dengan bukaan 8 sampai ke pembukaan lengkap pada pukul 03.00. pada

persalinan yang di berikan pada Ny.M yaitu memberi inform chooic pada ibu dan

keluarga tentang tindakan-tindakan yang akan diambil dan meminta keluarga

menandatangani inform consent, memberi dukungan dan menganjurkan kepada

keluarga untuk mendampingi ibu dan memijat atau menggosok punggungnya

diantara kontraksi, dan mengajarkan ibu teknik relaksasi bernafas seperti ibu

diminta untuk menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian

dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi, membantu

ibu memilih posisi yang nyaman, menjaga privasi ibu, menyiapkan paralatan

partus set dan kelengkapan persalinan. Hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR,

2012) yang menyatakan bahwa Asuhan Kebidanan pada kala 1 yaitu berilah

dukungan dan yakinkan dirinya, mengajak orang yang menemaninya

158

(suami/keluarga) untuk memijat atau menggosok punggungnya atau membasuh

mukanya diantara kontraksi dan mengajarkan ibu tekhnik bernafas ibu diminta

untuk menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian dilepaskan

dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi.

Kala II pada Ny. M berlangsung 15 menit dari pembukaan lengkap pukul

03.00 WIB dan bayi lahir spontan pukul 03.15 WIB. Menurut teori yang ada, kala

II berlangsung selama 1 jam pada primi dan ½ jam pada multi. Dalam hal ini tidak

terjadi kesenjangan antara teori dan praktek hal ini dikarenakan oleh beberapa

faktor seperti paritas (multipara), his yang adekuat, faktor janin dan faktor jalan

lahir sehingga terjadi proses pengeluaran janin lebih cepat. (Saifuddin,2006).

Setelah dilakukan pemotongan tali pusat bayi diletakkan di dada ibu dengan posisi

tengkurap untuk IMD. Pada bayi Ny. M dilakukan IMD selama 1 jam hal ini

terjadi kesenjangan teori dan praktek IMD dilakukan selama 1 jam setelah bayi

lahir (Asuhan Persalinan Normal,2008)

Penatalaksanaan kala III yang dilakukan yaitu melakukan manajemen aktif

kala II yaitu pemberian oksitosin 10 IU secara IM, melakukan peregangan tali

pusar terkendali dan massase fundus uteri. Pada Ny. M plasenta lahir pukul 03.30

WIB menit berlangsung 15 menit setelah bayi lahir. Hal ini normal terjadi karena

plasenta lahir 5-30 menit setelah bayi lahir dengan demikian selama kala III tidak

ada penyulit dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek (Asuhan

Persalinan Normal, 2008)

Kala IV pada Ny. M terdapat tidak terdapat robekan dijalan lahir. Tinggi

fundus uteri 2jari dibawah pusat, pengeluaran lochea rubra, kandung kemih

kosong. Pengawasan post partum dilakukan selama 2 jam post partum yaitu untuk

159

memantau perdarahan, TTV, kontraksi, TFU, dan kandung kemihm pada 1 jam

pertama pemantauan dilakukan selama 15 menit sekali, pada 1 jam berikutnya

dilakukan setiap 30 menit sekali. Dari hasil observasi kala IV tidak terdapat

komplikasi dan ridak ada kesenjangan teori dengan praktek (Asuhan Persalinan

Normal,2008)

Observasi kala IV pada Ny. M yaitu TTV batas normal mmHg, suhuC, tinggi

fundus uteri setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, konsistensi

keras, kandung kemih kosong, lochea rubra, pengeluaran darah selama proses

persalinan yaitu pada kala I ±10cc, kala II ± 50cc, kala III± 150 cc, kala IV ±50

cc, jumlah pengeluaran darah yang dialami yaitu ±260cc. Teori mengatakan

pengeluaran darah darah normal ± 500 cc bila pengeluaran darah ≥ 500 cc yaitu

pengeluaran darah abnormal. (Prawirohardjo, 2009). Pengeluaran darah pada

kasus Ny. M masih dalam batas normal dan tidak ada kesenjangan dengan teori.

Persalinan pada Ny M kala I, kala II, kala III, dan kala IV tidak ada komplikasi.

C. NIFAS

Berdasarkan anamnesa didapatkan hasil bahwa ibu masih merasa mulas. Hal

ini bersifat fisiologis karena pada saat ini uterus secara berangsur-angsur menjadi

kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seoerti sebelum hamil (Varney,2008)

Ny.M diberikan vitamin A 200.000 unit sebanyak 1 kapsul yang diminum

segera setelah lahir dan kapsul kedua diberikan dengan selang waktu 24 jam..

Pada Ny. M telah diberikan dan diminum. Tidak ada kesenjangan dengan teori

( Saifuddin, 2004)

Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama

40 hari pasca persalinan dan pemberian ASI karena kandungan semua bahan yang

160

diperlukan oleh bayi, mudah dicerna, memberikan perlindungan terhadap infeksi,

selalu segar, bersih dan siap untul diminum (Prawirohardjo, 2006). Memberikan

Ny. A tablet penambah darah (Fe) 1x1/hari dan dianjurkan untul menyusui ASI

Eksklusif, ibu minum tablet penambah darah dan mau memberikan ASI Eksklusif.

Tidak ada kesenjangan dengan teori.

Kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir,

dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi

pada 6-8 jam postpartum, 6 hari postpartum, 2 minggu postpartum, dan 6 minggu

postpartum. (sitti saleha,2010) kunjungan nifas pada Ny. M dilakukan kunjungan

6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu. Hasil dari kunjungan 6 hari sampai 6

minggu postpartum tidak ditemukan masalah atau komplikasi apapun, tidak ada

kesenjangan dengan teori.

Kunjungan I, 6 jam post partum pada Ny. M tinggi fundus uteri 2 jari

dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, pengeluaran lochea

rubra, semua hasil pemantauan tidak ada kelainan tidak ada perdarahan, menurut

teori bahwa tinggi fundus uteri pada 6 jam post partum adalah 2 jari dibawah

pusat dan terjadi pengeluaran lochea rubra selama 2 hari pasca persalinan (Sitti

Saleha,2010). Hal ini tidak terjadi kesenhangan dengan teori.

Kunjungan II, 6 hari postpartum adalah menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi atau atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapatkan cukup

makanan, cairan dan istrahat, memastikan ibu menyusui dengan baik. (Sitti

Soleha,2010). Hasil pemeriksaan pada Ny. M adalah tinggi fundus uteri 3jari

dibawah pusat , kontraksi uterus baik, konsistensi uterus baik, pengeluaran lochea

sanguinolenta yang berwarna merah kekuningan, bau khas, konsistensi cair, ibu

161

memakan makanan yang bergizi, tidak ada pantangan, dan ibu istirahat yang

cukup, pemberian ASI lancar, ibu menyusui bayinya dengan baik dan sesuai

dengan kebutuhan bayi. Dari hasil pemantauan tidak ada kesenjangan antara teori.

Kunjungan III, dua minggu post partum adalah menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi atau perdarahan abnormal memastikan ibu mendapatkan cukup

makanan, cairan dan istrahat, memastikan ibu menyusui dengan baik. (Sitti

Soleha,2010). Hasil pemeriksaan Ny. M adalah tinggi fundus uteri pada 2 minggu

post partum sudah tidak teraba lagi dan pengeluaran lochea serosa, berwarna

kekuningan atau kecoklatan, ibu makan makanan bergizi, tidak ada pantangan,

dan ibu istirahat yang cukup, pemberian ASI lancar, ibu menyusui bayinya

dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan bayi. Dari hasil pemantauan tidak ada

kesenjangan antara teori.

D. KELUARGA BERENCANA

1. Pengkajian

Pada pengkajian terdapat pengkajian data secara subyektif dan obyektif.

Dari kedua pengkajian tersebut tidak terdapat kesenjangan di karenakan klien

sangat membantu dan mu di ajak berkomunikasi, mampu menjawab semua

pertanyaan sehingga pada pengumpulan data secara subyektif yang di dapat dari

pasien. Dan pada pengkajian data secara obyektif yang dilakukan melalui

pemeriksaan oleh tenaga kesehatan juga tidak terdapat kesenjangan karena pasien

sangat membantu dalam peruses pemeriksaan.

2. Interpretasi Data Dasar

162

Pada interpretasi data dasar, dari diagnose dan data dasar yang diperoleh :

Ny. M usia 34 Tahun Akseptor KB Suntik 3 Bulan tidak mengalami kesenjangan,

karena pemeriksaan dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

3. Diagnosa ( Masalah Potensial)

Tidak terdapat masalah potensial yang timbul pada asuhan yang diberikan

pada Asuhan Kebidanan Pada Ny. M Usia 34 tahun Akseptor KB Suntik 3 Bulan

4. Identifikasi Kebutuhan Segera

Dikarenakan tidak terdapat masalah potensial pada langkah ke 3

pembuatan Asuhan Kebidanan Pada Ny. M Usia 34 Tahun Akseptor KB Suntik 3

Bulan jadi juga tidak diperlukan kebutuhan segera.

5. Intervensi

Merencanakan tindakan selanjutnya untuk memberikan pelayanan kepada

pasien sesuai standar asuhan keluarga berencana. Tidak mengalami kesenjangan

karena perencanaan dapat dibuat dengan mudah sesuai asuhan keluarga

berencana.

6. Implementasi

Pada pelaksanaan intervensi yang telah dibut menurut standart asuhan

kebidanan pada keluarga berencana, tidak terdapat kesenjangan dikarenakan

semua intervensi yang dibuat dapat dilakukan kepada pasien tanpa kesulitan.

7. Evaluasi

Setelah mendapatkan penjelasan dari bidan. Ibu mengerti dan merasa puas

dengan saran yang diberikan oleh bidan dan pelayanan yang diberikan.

Menganjurkan ibu untuk datang kembali apabila ada keluhan, jadi pada evaluasi

163

tidak terdapat kesenjangan karena ibu dapat mengerti dan merasa puas dengan

asuhan yang diberikan.

Jadi dalam pembahasan yang sudah dijelaskan secara perkelompok dapat

dikatakan tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan kasus yang dibuat semua

item-item yang terdapat pada tinjauan kasus Ny. M Usia 34 Tahun Akseptor KB

Suntik 3 Bulan dapat dilakukan sesuai standar keluarga berencana 7 langkah

Varney

164

DAFTAR PUSTAKA

Arisman.2004.Buku Ajaran Ilmu Gizi, Jakarta; EGC

Anggraini,Yetti. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Kb. Yogyakarta; Pustaka Rihana

Bobak (2000). Buku Ajaran Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta; EGC

Cunningham, F . G. 2006. Obstetri Williams . Jakarta ; EGC

Fraser, M Cooper.2009. Buku Ajaran Bidan Myles edisi 14. Jakarta; EGC

Depkes RI.2013. Millenium Development Goals

Helen, Varney, 2004. Asuhan Kebidanan Penerbit Buku Kedokteran. Yayasan Bina Pustaka

Helen, Varney,dkk. 2010. Buku Saku Bidan. Jakarta; EGC

Manuaba, Dkk. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kb. Jakarta; EGC

Manuaba..1998. Obsetri Penerbit Fakultas Kedokteran Airlangga.Yayasan Bina Pustaka

Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBF. Ilmu Kebidanan penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan edisi 2. Jakarta:EGC ;2010

Mochtar Rustam, MPH.1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1 .Jakarta; EGC

Prawiharjo Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo

Prawiharjo Sarwono.2011.Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo

Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2013

165

Syaifuddin, A. B.2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo

Oxorn Harry,William R.Forte.Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan .Yayasan Bina Pustaka

DAFTAR ISI

Halaman judul...............................................................................................i

Kata pengantar.............................................................................................ii

Daftar isi.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Tujuan.................................................................................................1

B. Manfaat...............................................................................................2

C. Alokasi Waktu dan Tempat Praktik....................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................3

A. Kehamilan...........................................................................................3

B. Persalinan..........................................................................................43

C. Bayi Baru Lahir................................................................................77

D. Nifas..................................................................................................93

E. Keluarga Berencana........................................................................118

BAB III ASUHAN KEBIDANAN...........................................................161

A. Asuhan kebidanan pada ibu hamil terhadap Ny. M Di Bpm Theresia

Suwarni Bulan Maret 2015.............................................................161

166

B. Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin terhadap Ny. A Di

Bpm Theresia Suwarnia Bulan April 2015.....................................124

C. Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu nifas terhadap Ny.A Di

Bpm Theresia Suwarni April 2015.................................................138

D. Asuhan kebidanan komprehensif pada keluarga berencana terhadap

Ny. A Di Bpm Theresia Suwarni Bulan April 2015......................148

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................154

A. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Hamil........................154

B. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin....................156

C. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Nifas.........................159

D. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Keluarga Berencana........161

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................257

A. Kesimpulan.....................................................................................257

B. Saran...............................................................................................257

DAFTAR PUSTAKA