6
EKSTRAKSI ECENG GONDOK DENGAN PELARUT KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS Agua Purwanto· Endang Mastuti Jurusan Teknik Kimia- Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret - Surakarta Abstract: It have been done water hyacinth extraction using supercritical fluid. On getting optimal condition extraction condition, temperature and presure supercritical fluid extractor have been adjusted. Shrinking core leaching model was proved fit -well on supercritical extraction by a lot authors and in this work it's used to calculate mass transfer coeficient of the process. Dry water hyacinth roots grinded and screened with the size 20 mesh and put it in extractor apparatus. Exctraction processes done on the pressure 120 atm and 140 atm. Temperature control set on 50 °C and 60 °C. CO2 and flowrate set on 0,002 m3/min, 0,0025 m3/min, 0,003 m3/min, 0,0035 m3/min and 0,004 m3/min. Pressure on 140 atm show higher yield than 120 atm on any temperature. Temperature 50 °C show higher yield than 60· °C and optimal flowrate for 120 atm presure and 50 °C temperature is 0,003 m3!min. Keywords: Extraction, Shrinking Core Model, Supercritical fluid, Yield ' .. PENDAHULUAN Tanaman eceng gondok (Eichhormia crassipes (mart.) Solms) masuk ke Indonesia pada tahun 1894 dan ditanam di Kebun Raya Bogar sebagai tanaman hias karena bunganya yang sangat menarik. Eceng gondok mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat pada daerah tropik dan subtropik sehingga dalam waktu singkat berubah menjadi gulma. Tanaman uu menutupi permukaan perairan dan akan mendesak tanaman air lainnya. Penelitian yang dilakukan Sircar dan Kundu pada 1960 menunjukkan akar eceng gondok mempunyai kandungan hormon giberelin. Harmon ini akan memberikan rangsangan pada pemanjangan batang dan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan termasuk daun dan akar. Saat ini indonesia mengimpor zat pengatur tumbuh termasuk hormon giberelin dalam jumlah yang cukup tinggi. Pada penelitian sebelumnya telah digunakan ekstraksi sebagai metode pemisahan giberelin dengan menggunakan pelarut etanol, metanol dan aseton (Musbakri, 1999). Dari hasil penelitian didapat bahwa konsentrasi giberelin tertinggi dengan nilai rendemen 0, 18 %. Metode pemisahan dengan ekstraksi pada saat ini telah mengalami kemajuan dengan dimanfaatkannya ekstraksi fluida superkritis (SCF). Kelebihan yang dimiliki oleh SCF ini antara lain : Dengan mengatur tekanan dan suhu maka kemampuan pelarutan dapat diatur dengan mudah. Pemisahan solute yang terekstrak dengan solvent lebih mudah daripada ekstraksi liquid normal.' Sedang penggunaan karbon dioksida sebagai fluida superkritis mempunyai keuntungan : Tidak ada residu membahayakan ( karbon dioksida tidak berbau, tidak berasa, inert dan tidak beracun ). Proses pada temperatur rendah, sehingga tidak menimbulkan degradasi material yang sensitif karena suhu. Kualitas hasil yang tinggi. Selektivitas fluida superkritis bisa diatur pada kondisi operasi dan prosedur sebenarnya. TINJAUAN PUSTAKA 1. Eceng Gondok Tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes (mart.) Solms) merupakan jenis tumbuhan air yang termasuk genus Eichhomia, famili Pontederiaceae, kelas monocotyledonae dan divisi Phanerogamae[20]. Tanaman ini memiliki tinggi antara 0,3 - 0,5 m dan umumnya hidup terapung diperairan. Bunga yang dihasilkan berwarna ungu biru atau putih dengan bagian menggelembung seperti gondok pada tangkai daunnya. Daun eceng gondok panjangnya antara 5 - 15 cm dan berwama hijau. Akamya berwarna hitam dan coklat dengan sedikit wama merah muda atau biru bagian samping akar dan panjang akar bisa mencapai 1 m [20) Sircar dan kundu telah melakukan studi tentang pertumbuhan zat-zat dalam ekstrak akar eceng gondok. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ekstrak akar eceng gondok Korespondensi : Jurusan Teknik Kimia-FT-UNS, Surakarta E-mail: [email protected] Ekuilibrium, Vol 1, No 1, 2002 : 22 - 27 22

m3/min, - jurnal.uns.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: m3/min, - jurnal.uns.ac.id

EKSTRAKSI ECENG GONDOK DENGAN PELARUTKARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS

Agua Purwanto·Endang Mastuti

Jurusan Teknik Kimia- Fakultas TeknikUniversitas Sebelas Maret - Surakarta

Abstract: It have been done water hyacinth extraction using supercritical fluid. On gettingoptimal condition extraction condition, temperature and presure supercritical fluidextractor have been adjusted. Shrinking core leaching model was proved fit -well on

supercritical extraction by a lot authors and in this work it's used to calculate masstransfer coeficient of the process. Dry water hyacinth roots grinded and screened with thesize 20 mesh and put it in extractor apparatus. Exctraction processes done on thepressure 120 atm and 140 atm. Temperature control set on 50 °C and 60 °C. CO2 andflowrate set on 0,002 m3/min,0,0025 m3/min,0,003 m3/min,0,0035 m3/min and 0,004m3/min. Pressure on 140 atm show higher yield than 120 atm on any temperature.Temperature 50 °C show higher yield than 60· °C and optimal flowrate for 120 atmpresure and 50 °C temperature is 0,003 m3!min.

Keywords: Extraction, Shrinking Core Model, Supercritical fluid, Yield

'

..

PENDAHULUANTanaman eceng gondok (Eichhormia

crassipes (mart.) Solms) masuk ke Indonesiapada tahun 1894 dan ditanam di Kebun RayaBogar sebagai tanaman hias karenabunganya yang sangat menarik. Ecenggondok mempunyai kemampuan berkembangbiak dengan cepat pada daerah tropik dan

subtropik sehingga dalam waktu singkatberubah menjadi gulma. Tanaman uu

menutupi permukaan perairan dan akanmendesak tanaman air lainnya.

Penelitian yang·

dilakukan Sircar danKundu pada 1960 menunjukkan akar ecenggondok mempunyai kandungan hormon

giberelin. Harmon ini akan memberikan

rangsangan pada pemanjangan batang dan

pertumbuhan tanaman secara keseluruhantermasuk daun dan akar. Saat ini indonesia

mengimpor zat pengatur tumbuh termasukhormon giberelin dalam jumlah yang cukuptinggi.

Pada penelitian sebelumnya telah

digunakan ekstraksi sebagai . metode

pemisahan giberelin dengan menggunakanpelarut etanol, metanol dan aseton

(Musbakri, 1999). Dari hasil penelitian didapatbahwa konsentrasi giberelin tertinggi dengannilai rendemen 0, 18 %.

Metode pemisahan dengan ekstraksi padasaat ini telah mengalami kemajuan dengandimanfaatkannya ekstraksi fluida superkritis(SCF). Kelebihan yang dimiliki oleh SCF ini

antara lain :

Dengan mengatur tekanan dan suhu maka

kemampuan pelarutan dapat diatur

dengan mudah.

Pemisahan solute yang terekstrak dengansolvent lebih mudah daripada ekstraksi

liquid normal.'

Sedang penggunaan karbon dioksida sebagaifluida superkritis mempunyai keuntungan :

Tidak ada residu membahayakan ( karbondioksida tidak berbau, tidak berasa, inertdan tidak beracun ).Proses pada temperatur rendah, sehinggatidak menimbulkan degradasi material

yang sensitif karena suhu.

Kualitas hasil yang tinggi.Selektivitas fluida superkritis bisa diatur

pada kondisi operasi dan prosedursebenarnya.

TINJAUAN PUSTAKA1. Eceng Gondok

Tanaman eceng gondok (Eichhorniacrassipes (mart.) Solms) merupakan jenistumbuhan air yang termasuk genusEichhomia, famili Pontederiaceae, kelas

monocotyledonae dan divisi

Phanerogamae[20]. Tanaman ini memiliki

tinggi antara 0,3 - 0,5 m dan umumnya hidupterapung diperairan. Bunga yang dihasilkanberwarna ungu biru atau putih dengan bagianmenggelembung seperti gondok pada tangkaidaunnya. Daun eceng gondok panjangnyaantara 5 - 15 cm dan berwama hijau. Akamyaberwarna hitam dan coklat dengan sedikit

wama merah muda atau biru bagian sampingakar dan panjang akar bisa mencapai 1 m [20)

Sircar dan kundu telah melakukan studi

tentang pertumbuhan zat-zat dalam ekstrak

akar eceng gondok. Dari hasil penelitiandiperoleh bahwa ekstrak akar eceng gondok

Korespondensi : Jurusan Teknik Kimia-FT-UNS, Surakarta E-mail: [email protected]

Ekuilibrium, Vol 1, No 1, 2002 : 22 - 27 22

Page 2: m3/min, - jurnal.uns.ac.id

Gambar 1. Skema proses ekstraksi (S = Solvent, M "'

Material yang diektraksi, E = Ekstrak)

komponen diatas titik kritis tekanan dan suhusuatu fluida pelarut[15]. Pelarutan solutedalam media fluida superkritis (SCF) telahdikenalkan oleh Hannay dan Hogarth's padatahun1879. Namun baru pada tahun 1960

aplikasi komersial dari ekstraksi fluida

superkritis diteliti secara mendalam.

Penggambaran umum proses ekstraksisolvent modem (menggunakan mediumsolvent liquid dan superkritis) digambarkansecara sistematis pada gambar 1.

4. Pernodelan Matematlka.· Ekstraksi solute dari material padat

merupakan sebuah proses perpindahanmassa pada mafriks padat. Pada saat

kandungan solute pada material padat cukupbesar dibandingkan kelarutannya pada phasecair, proses ini akan sama dengan desorpsiirreversible. Shrinking core-model telah

digunakan pada modeling proses-prosesekstraksi. Model termasuk dispersi aksial padakolom ekstraktor dan diselesaikan secara

numerls. Model ini memberikan kesesuaian

yang baik dengan kurva ekstraksi secara

eksperimen yang pernah dilaporkan.[16)Shrinking-core leaching model akan

digunakan pada penelitian in, dengandilandaskan pada asumsi-asumsi '.

1. Giberelin terdistribusi secara merata padapartikel.

2. Partikel berbentuk bola berpori dan tidak

mempunyai afinitas dengan giberelin.3. Giberelin terekstrak dari skar eceng

gondok seperti peristiwa desorpsiirreversibel.

4. Giberelin terlarut dalam fluida super kritisberdiffusi menuju permukaan luar dankemudian terbawa dalam aliran bulk.Asumsi-asumsi telah diambil untuk

penyusunan model dasar. Solvent mengalirsecara aksial dengan kecepatan jnterstitial (v}melalui 'packed bed' pada silinder ekstraktordengan tinggi L. Solvent mumi masuk bed.Serta proses berlangsung isothermal. Denganmemperhatikan dispersi aksial, neraca massa

pada badan phase fluida dalam ekstraktoradalah:

KondensorSeparator

s

·M

Ekstrator

dapat mempercepat pertumbuhan akar padi,gandum, jagung, buncis dan kacang. Analisa

kromatografi menunjukkan bahwa kemampuanzat ekstrak untuk mengatur pertumbuhandisebabkan adanya aktifitas hormon

pertumbuhan yang selanjutnya dikenalsebagai hormon giberelin.[9]2. Hormon Giberelln.

Hermon taneman adalah suatu senyawaorganik yang disintesis pada tanaman dankemudian diangkut ketanaman lain, dimana

pada konsentrasi yang sangat rendah akan

menyebabkan suatu dampak fisiologis.(14)Sedang menurut Hartmann dan Kester (1983)hormon pertumbuhan adalah bahan organikselain nutrien yang dihasilkan oleh tumbuhan

yang dalam konsentrasi rendah dapatmengatur proses fisiologis. Zat pengaturtumbuh atau hormon dalam tanaman dapatdikelompokkan menjadi lima kelompok yangtelah dikenal umum yaitu auksin, giberelin,sitokinin, asam absisat dan etilen.[1]

Oiantara hormon yang dikenal, giberelinmempunyal kemampuan khusus mernacupertumbuhan tanaman terutama padatumbuhan kerdil atau tumbuhan dwi tahunan

yang berada pada fase roseta (mempunyairuas pendek). Sebagian besar tumbuhandikotil dan beberapa monokotil memberikan

respon dengan cara tumbuh lebih cepat ketikadiberi perlakuan gibereiin. Kubis dan spesienlainnya yang berbentuk roseta (mempunyairuas pendek) kadang tumbuh sampai 2 meterdan kernudian berbunga setelah diberi G?sedang tumbuhan yang tidak diberi perlakuanGA:3 tetap pendek dan vegetatif. Tumbuhankacang yang pendek bisa menjadi tinggimenjalar ke atas dan mutan genetik kerdil

pada padi, jagung dan kapri menjadiberfenotipe tinggi seperti ciri varietas yangnormal bila diberi GA:J. Semangka, mentimunair, dan mentimun memanjang paling cepatdalam responnya . terhadap giberelin tanpagugus hidroksil karbon 13 (GA.t, GA7, GAg)3. Ekstraksi Ruida Super Kritis

Ekstraksi adalah proses pemisahandengan hasil berupa padatan atau cairansesuai dengan tujuan ekstraksi. Ekstraksidengan menggunakan pelarut menguapmerupakan suatu fenomena perpindahanpembentuk bahan kedalam cairan lain(pelarut). Metode paling sederhana untukmengeskstrak padatan adalah denganmencampurkan seluruh bahan dengan pelarut,lalu memisahkan padatan dengan padatantidak terlarut.

Ekstraksi super kritis adalah suatu metodeekstraksi dengan prinsip pemisahan

..

Ekstraksi eceng gondok dengan pelarut karbondioksida superkritis (Agus Purwanto) 23

Page 3: m3/min, - jurnal.uns.ac.id

(3)

(2)

(23)

(15)

(16)

(17)

(18)

3Bi(x-1)1- Bi(l-1/ ?J

(21)

(22)

x = o pada e = o

x -

_l ax,= o pada Z = O (19)

re ez

ax=O pada z = 1 (20)

az

Persamaan berikut disusun denganmenyusun ulang persamaan-persamaan ini

menjadi:ax ax a o2x 1-e

-+a-=----08 ez Pe oZ2 e

o.;c bBi(x-1)ao .;/(1- Bio -11 .;J]

Persamaan ini digabungkan dengan kondisibates den kondisi awel den diseleseikan

secara numerik dengen metode CrankNicholson. Yield yang merupakan jumlahkumulatif ekstrak selama waktu e edelah

&abf8yield=-- xdOl-&o

METODE PENELITIAN.

Behan baku yang digunakan adalah akar

eceng gondok yang diperoleh dari sungei di

wilayah surakarta. Untuk keperluan analisa

digunakan KCKT (Krometografi Cair KinerjaTinggi) dengan bahan yang digunakanmetanol grade HPLC (98 %), water HPLC danstander giberelin. Behan yang digunakanuntuk peralatan ekstraktor superkritis adalah

CO2.Peralatan yang dibutuhkan adalah Thermo

Separation Product, dimana alat ini sudah

terintegrasi ekstraktor dan separator. Alat ini

mampu bekerja pada tekanan sampai 70 Mpa.Alat ini juga dilengkapi dengan chiller CF 600

untuk mendinginkan solvent. Sebagai media

pendingin digunakan methanol 20 %. Hasil

ekstraksi ditampung diseparator. Untuk

mengetahui yieldnye produk yang terjadiditimbang.Akar eceng gondok dicuci dan dikeringkanpada suhu kamar, setelah itu dipotong kecil­

kecil berukuran 2 - 3 cm lalu dihaluskan. Akar

eceng gondok dimasukkan kedalam

ekstraktor. Kemudian CO2 dialirkan denganrate tertentu. Dengan mengatur temper1:1turdan tekanan operasi dan selang waktu tertentu

{JC ec iJ2C l-c3k1-+v-=D----rC-C.(R)] (1)ot oz

L oz2 6 Rr ,

Variasi konsentrasi phase solid

dipersamakan dengan kecepatan transfermassa solute melalui film ekstemal sekelilingpartikel:

oq 3kr r .1&=R'LC-C;(R)JDiffusi pada bagian luar diberikan oleh

D, ?(r2aci)=or2 or or

Solute phase padat berada pada inti, nilai rata--

rata konsentrasi phase solid q diberikan oleh

:.?(?)3 (4)

Kondisi batas diberikan sebagai berikut.Pada batas inti, konsentrasi pada phase fluidaadalah nilainya pada kondisi jenuh.

C,= C 11111pada r = re (5)Fluks diffusi pada permukaan luar partikelsama dengan transfer massa melalui filmekstemal.

(D.oC;)=kr(C-C;(R)] (6)OT

r•R

Kondisi awal :

Re:= R pada t = O (7)C = O pada t = O (8)

Kondisi bates danckwert pada bagian inlet dan

bagian outlet kolom :

vC-DLoC

=0 pada z = O (9)fjz

ac=0 pada z = L (10)

ozUntuk menyusun persamaan dimensionlessmaka digunakan kelompok dimensionless:

x = C IC At ; ><4= C1I C 11111; l; = r/R ; Z = z IL ;

a = v R2I De L ; 0 = (08 / R2)t ;

y = q I qo; b =Cut I qo; Pe= Lv/DL; Bi= k,R I

o.Dengan kelompok dimensionless, persamaan1 - 3 menjadi :

ax ax a 82 X 1 - e ·[ )(11)-+a-=-----3B, x-x.(1)88 oz Pe az2 e

·

'

:;=3Bib[.r-.r;(l)] (12)

_1?(?2ax,)=o (13).;2 a.: a.:

Kondisi batas dan kondisi awal dimensionless

adalah

x1 = 1 pada l; = l;c (14)

Ekuilibrium, Vol 1, No 1, 2002: 22- 27 24

Page 4: m3/min, - jurnal.uns.ac.id

ekstraksi dilakukan. Adapun variabel yangditeliti adalah :

1. Temperatur 50 °C dan 60 °C.2. Tekanan yang akan diteliti 120 Atm dan

140 atm.

3. Flowrate CO2 sebesar 0.002 m3/mnt,0,0025

.

m3/mnt, 0,003 m3/mnt, 0,0035m3/mnt,0,004 m3/mnt.

HASIL DAN PEMBAHASANData peralatan ekstraksi yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Panjang kolom (L) : 12 cm

Diameter : 2,5 cm

Dengan properti CO2 yang digunakan :

M : 44,01Tc : 304,2 K

Pc : 73,BatmVe : 94,04 cm3.mor1oc : 468 kgm-3

1. Pengaruh Tekanan.Telah dilakukan ekstraksi pada suhu 50 °C dan60 °C dengan tekanan 120 atm dan 140 atm.

waktu ekstraksi bisa diperlama lagi untuk

memberikan yield yang lebih besar.

Bila dibandingkan yield yang dihasilkan

antara tekanan 120 atm dan 140 atm

menunjukkan bahwa pada tekanan 140 atm

memberikan yield yang lebih besar dari pada120 atm. Pada tekanan yang lebih besar akan

memberikan kemampuan yang lebih besar

pada CO2 untuk menembus ke tumpukanbahan dan akan memberikan hasil ekstraksi

yang lebih besar. Selain itu menurut Mira et.al

(1999) dengan adanya peningkatan tekanan

akan menambah solubilitasnya.

2. Pengaruh Suhu.

0,25

t 0.2 ?:; .

-+-P.120 Atm;TcSQCJ0.15

0.1 -P:.120 Alm; T:60

I o.05

C

0 ..

50 70 90 110

---(Mint

(a)

• 0+---?-?-?-

(b)Gambar 2. Hubungan antara yield gibere6n dan waktu

ekstraksi pada suhu 50°C dan 60°C

Dari gambar 2 diatas dapat dilihat bahwasemakin lama waktu ekstraksi yield yangdiperoleh semakin besar. Giberelin yang dapatdiekstraksi akan semakin banyak dankemudian akan menunjukkan nilai yangsemakin konstan dengan semakin lamanyawaktu ekstraksi. Dari gambar dapat dilihatbahwa penambahan masih menunjukkankenaikkan yang tajam, sehingga menunjukkan

0.25

?t 02

.. -+-P• 140Alm; T?

I 0.15 soc

0.1 -P=UOAlm;T•

I o.05

60C

0

50 70 90 110

---,-·

(b)Gambar 3. Hubungan antara yield dan waktu ekstraksi

pada tekanan 120 Atm dan 140 Atm

Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa denganbertambahnya suhu yield yang diperolehsemakin kecil. Secara umum penambahansuhu akan meningkatkan solubilitas bahan,tetapi untuk kasus fluida

·

superkritis perludiperhatikan juga densitasnya. Semakin besar

temperatur maka densitas CO2 akan· semakin

kecil. Dari gambar dapat diartikan bahwa

solubilitas bahan menurun karena

pertambahan temperatur. Hal ini karena

pengaruh densitas yang menurunkansolubilitas lebih dominan daripada pengaruhpenambahan suhu yang memperbesarsolubilitas.

-+-P:12QMm;T"50C

-P=1«1Alm;T?

70 90 110

--••1

(a)

,, 1-+-.... 120Alm;? I--l'-1-40,\lm; 1-«>C

50 100 150

--(liltft)

O+--?-?---,0

0.2

;a.zf

.••.J ilC6:,:::> ..

Ekstraksi eceng gondok dengan pelarut karbondioksida superkritis (Agus Purwanto) 25

Page 5: m3/min, - jurnal.uns.ac.id

3. Pengaruh Flowrate CO2

ozss

0.25 ·

;i·l

0.225

I 0.22

> 0.215.

·

..

·

0.21 ,.·.

·0.2Dl5+'-----,-???-,,-----,---,-?

0.001$ 0.002 0.0025 0.003 0.003& 0.004.

0.0045

-CO2(-)

Gambar 4. Hubungan antara yield dan flowrate CC>i padatekanan 120 Atm dan suhu 50 °C

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa denganpemanbahan flowrate akan memperbesar yieldgiberelin. Penambahan kemudian menjadikonstan pada rate yang lebih tinggi.Kekonstanan ini karena pada flowrate yanglebih tinggi giberelin yang ada sudahterekstrak semua dan dengan penambahanflowrate tidak akan memberikan arti padayield.

4. Diffusivitas intrapartikel efektif.

51:.12

?:!?E-12

131:·12 -P:120Atm;T•50C

! 2E·12 -P=120Atrn;T='

80C

1E·12

0

50 70 90 110.•

-

w--ksl(Mln)

Gambar 5. Hubungan antara De dengan waktu ekstraksi

pada tekanan 120 Atm.

Diffusivitas intra partikel menunjukkankemampuan bahan untuk berdifusi dalam

partikel. Dari gambar 5 menunjukkan bahwadiffusivitas intrapartikel pada suhu 50 °C lebihkecil dari pada pada 60 °C. Nilai diffusivitas ini

tergantung pada material dan lingkungannya{Motonobu, 1996). Pada temperatur yang lebih

tinggi, pori-pori bahan akan semakin besar

sehingga difusivitas akan semakin besar pula.

KESIMPULAN1. Semakin lama waktu ekstraksi akan

memberikan yield yang semakin besar dan

kemudian akan menjadi konstan.2. Tekanan operasi 140 Atm memberikan

yield giberelin yang lebih besar daripadatekanan 120 Atm.

3. Suhu operasi 50 °C memberikan yieldgiberelin yang lebih besar daripada suhu

60°C.4. Semakin besar flowrate yield yang

diberikan semakin besar dan pada nilai

Ekuilibrium, Vol 1, No 1, 2002: 22- 27

tertentu menjadi konstan. Nilai optimalflowrate pada tekanan 120 atm dan suhu

50 °C adalah 0.003 m3/min.5. Pada suhu S0°C memberikan diffusivitas

intrapartikel yang lebih besar dari padasuhu 60°C.

SARAN

Perlu dicoba ekstraksi pada flowrate 0,003m3/min pada tekanan dan temperatur yanglain untuk dapat operasi optimalnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian uu didanai oleh proyekpeningkatan kualitas SOM Ditjen Dikti

Depdiknas dengan kontrak Nomor022/LIT/BPPK-SDM/IV/2002. Atas dukungandan bantuan pendanaannya disampaikanpenghargaan dan terimakasih. Begitu pulakepada rekan-rekan yang telah membantu

penelitian ini.

DAFTAR NOTASI.

Bi : Biot Number {Kt.RIDe)C : Konsentrasi bulk phase fluid {M)Ci : Konsentrasi pada pori-pori (M)C sat : Konsentrasi saturasi {M)De : Diffusivitas effektif intrapartikel

(m2.s-1)L : Panjang ekstraktor (m)Pe : Peclet Number (L.v/DL)q : Konsentrasi phase solid (M)R : Jari-jari partikel.t : Waktu (s).v : Kecef.ataninterstitial partikel

(m.s' )

DAFTAR PUSTAKA

(1) Abidin, Z., "Dasar-Dasar PengetahuanTentang Zat Pengatur Tumbuh", Angkasa,Bandung, 1983

(2) Arigayo,S.,"Penelusuran Giberelin dalam

Leguminosae Analisis Giberelin Bebas dan

Terkonyugasi dalam Biji Leucaena

leucocephala (Lmk) De Wit Pada BerbagaiTahap Perkembangan", Tesis, Universitas

Pajajaran, Bandung.,

1984

(3) B.Mira,

M. Blasco, A Berna, S. Subirats,"Supercritical CO2 extraction of essentialoil from orange peel, effect of operationconditions on the extract composition",Journal of Supercritical Fluids, Elsevier

Science ltd., 1999, pp 95-104.

[4] Day, R.A. dan A. L. Underwood, "Analisis

Kimia Kuantitatif', Terjemahan, Penerbit

Erlangga, Jakarta, 1983.

26

Page 6: m3/min, - jurnal.uns.ac.id

(5) Dileep K Dandge, John P. Heiler, and

Kennard V. Wilson, "Structure SolubilityCorrelations: Organic Compound and

Dense Carbon Dioxide BinarySystems",lnd. Eng. Chem. Res. Dev.-

24, 1985, pp 162-166

(6) Ernest Guenther, "The Essential or.Volume I-IV, Robert E. Krieger PublishingCo., NewYork,1972

(71 Garry D. Christian," AnalyticalChemistry",4-th ed., John Wiley and Sons,

1986,pp 354-398

[8] Gasparic,J. dan J. Churacek, "LaboratoryHandbook of Paper and Thin LayerChromatography", John Wiley and Son,NewYork.,1987

·

[9] Gopal,B. dan KP. Sharma,"WaterHyacinth: The Most Troublesome Weed of

The World',Hindasia, Jaipur.,1981[10]Gritter,R.J.,J.M. Bobbit, dan A.E.

Schwarting," Pengantar Kromatograff,Terjemahan,Edisi kedua, Penerbit 1TB,

Bandung, 1991

[11]Guenther, E.,"Minyak Atsiri Ji/id

(Terjemahan) S. Kateren", Penerbit

Universitas Indonesia, Jakarta, 1987

[12)Ketaren,S.,"Pengantar Tekno/ogi MinyakAtsirf, Balai Pustaka, Jakarta, 1985

[13]King,M.B.,Bott T.R.,"Extraction of Natural

Product using Near-Critical Solvenr, Blakie

Academic&Professional, 1993

[14]Lakitan,B.,"Fisiologi Pertumbuhan dan

Perkembangan Tanaman·. PT. RajaGrapindo Persada, Jakarta, 1996

[15]McHugh Mark A, Krukonis Val

J.," Supercritical Fluid Extraction Principlesand Practices", Butterworth­

Heinemann, 1994

(16]Motonobu Goto, Bhupesh C.Roy and

Tsutomu Hirose,· Shrinking-Core LeachingModel For Supercritical-Fluid Extraction",!.Supercrit. Fluids, PRA Press, 1996

·

[17]Penninger J.M.L.,Radosz M.,McHughM.A.,Krukonis V.J.,"Supercritical Fluid

Technology" ,Elsevier, New York,1995

(18]Rebers,M.,"Gibere//ins anf The Cold

Requirement of Tulip", DenHaag,Belanda, 1994

[19]Sabel,W. dam Warren,"Theory and

Practice of Oleo resin

Extraction",Procceding of Conference oc

Spice", Thropical Product Institute,London, 1973

[20]Stodola,J.,"Encyc/opedia of Water Plants",TFH Publications Inc. Nepthune City, New

York, 1976

[21JS. Espinosa, S. Diaz, E.A.

Brignole,"Optima/ Design of SupercriticalFluids Processes", Computers and

Chemical Engineering-24, Elsevier

Science ltd., 2000,pp. 1301 -1307.

Ekstraksi eceng gondok dengan pelarut karbondioksida superkritis (Agus Purwanto) 27