15
Macronutrient Status of Street Foods Kamalabai Koodagi*, Mahesha HM and Sanath Kumar VB Krishi Vigyan Kendra, (UAS, Bengaluru) V. C Farm, Mandya, Karnataka, India Oleh : Adelia Reina F.H I14120043 INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA 2014

Macronutrient Status of Street Foods

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Macronutrient Status of Street Foods

Macronutrient Status of Street Foods

Kamalabai Koodagi*, Mahesha HM and Sanath Kumar VB

Krishi Vigyan Kendra, (UAS, Bengaluru) V. C Farm, Mandya, Karnataka, India

Oleh : Adelia Reina F.H I14120043

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

2014

Page 2: Macronutrient Status of Street Foods

DAFTAR ISIPendahuluanMetode

Analisis StatistikHasil Diskusi

Kontribusi nutrisi dari makanan yang telah dipilih

Kontribusi per Rupee dari makanan jajanan

Kesimpulan

................................................................................................................

................................................................................................................

.......................................................................................................

.............................................................................................

...................................................................................................................

...................................................................................................................

1

2

3

4

5

6

Page 3: Macronutrient Status of Street Foods

PENDAHULUAN

Jajanan adalah pangan siap makan yang telah disiapkan sebelumnya oleh penjualnya dan dijajakan di jalanan atau di tempat umum lainnya.

Popularitas jajanan meningkat dikarenakan :

1. perkembangan ekonomi dan industri 2. peningkatan jumlah perempuan yang bekerja selama satu dekade

terakhir3. Cepat disajikan, lezat, tersedia dalam harga murah4. Menawarkan berbagai macam makanan tradisional sebagai daya

tarik tersendiriJajajan dapat memberikan kontribusi terhadap asupan zat gizi

tergantung pada bahan yang digunakannya, akan tetapi banyak pedagang yang mengesampingkan aspek keamanan pangan,

kualitas dan kebersihan pangan yang dijajakan.

Page 4: Macronutrient Status of Street Foods

Alasan mengapa banyak penjual yang memilih untuk menjajakan makanan di jalanan :

• Bebas pajak/pungutan• Pedagang bebas menjual apa yang mereka inginkan• Lebih mudah dalam mendapatkan pembeli

Jajanan yang ada dan memberikan kontribusi asupan zat gizi belakangan ini semakin memburuk kualitasnya. Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari status gizi makro pada pangan

jajanan.

Page 5: Macronutrient Status of Street Foods

BAHAN DAN METODE

28 item jajanan populer (yang sering dibeli);

Bahan mentah setara per kg jajanan;

1 porsi dari masing-masing jajanan

Pangan masak

(jajanan)

Berbagai macam

jajanan yang dijual

Bahan mentah yang

digunakan pkl

Nutrient Computation

Jajanan dihitung kandungan Energi, Protein, Lemak, KH /

porsi menggunakan :Annapurna versi 3.0(dikembangkan M.R.

Darijali)

Page 6: Macronutrient Status of Street Foods

Kontribusi Gizi per Rupee

Menilai densitas nutrisi yang diberikan dari per rupee yaitu kontribusi energi, protein, lemak dan karbohidrat,

dari masing-masing dari makanan yang telah dipilih.

Dihitung dengan rumus :

Per Rupee contribution of nutrients=

Page 7: Macronutrient Status of Street Foods

ANALISIS STATISTIKData yang diperoleh dari kontribusi zat gizi yang ada pada jajanan, rata-rata zat gizi dari

kelompok makanan yang berbeda dibandingkan dengan menggunakan salah satu cara dari

teknik yang bervariasi.

Hasil uji menunjukkan 5% tingkat signifikan.

Page 8: Macronutrient Status of Street Foods

HASIL DAN DISKUSIKontribusi nutrisi oleh makanan yang telah

dipilih.

Tabel 1 Dokumentasi dari pangan jajanan yang telah dipilih

Tabel 2 Kontribusi zat gizi makro dari pangan jajanan yang dipilih

Page 9: Macronutrient Status of Street Foods

Pangan jajanan menyediakan sumber nutrisi yang terjangkau terutama pada masyarakat yang berpenghasilan rendah di negara berkembang.

Pangan jajanan disiapkan menggunakan berbagai metode yaitu :

Tekstur dari produk jajanan bergantung pada jumlah air yang digunkaan dan perubahan yang terjadi selama pemosesannya. Akan tetapi, jenis dan jumlah bahan yang ditambahkan dapat menaikkan/menurunkan kepadatan dari produk hasil sebagai contoh pada bhajii yang menggunakan bawang. Bawang yang termasuk dalam tanaman umbi memiliki kadar kelembapan tinggi dan meningkatkan penyerapan lemak selama proses penggorengan namun mengurangi total jumlah padatan pada produk hasilnya.

Frying

Roasting

Boiling

Steaming

Beberapa disajikan mentah dengan teknik pra pengolahan

Page 10: Macronutrient Status of Street Foods

Secara umum, profil zat gizi pada makanan siap saji tergantung pada densitas padatannya yang berkaitan dengan kandungan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan konten mineral yang ada. Calorific value dari jajanan tergantung pada kandungan lemak yang ada baik yang terlihat dan yang tidak terlihat yang juga tergantung pada jenis dan jumlah bahan yang ditambhankan serta metode pengolahan yang digunakan.

Page 11: Macronutrient Status of Street Foods

Tabel 3 Kontribusi zat gizi per Rupee dari pangan jajanan yang dipilih

Setiap kontribusi zat gizi per Rupee pada jajanan tergantung pada biaya per porsi yang bervariasi dengan biaya tambahan seperti :

Tenaga kerja Metode memasak

Permintaan produk dan

kemasan

Page 12: Macronutrient Status of Street Foods

Perhitungan biaya tertinggi pada jajanan :

Makanan non-vegetarian(menggunakan telur dan daging)

Makanan cepat saji(kombinasi biji-bijian dan sereal dengan metode deep frying dalam porsiukuran besar)

Kombinasi(sayuran dan biji-bijian dengan metode deep fyring dalam porsi kecil)

Page 13: Macronutrient Status of Street Foods

Kandungan KH pada makanan tidak hanya menyediakan energi, akan tetapi juga memperbaiki kualitas tekstur produk. Tiap produk memiliki kandungan KH yang bervariasi, kandungan tertinggi ada apa jajanan yang manis karena kandungan tepung gandum halus dan semolina. Produk dengan kandungan KH tertinggi kedua ialah jajanan yang digoreng didasarkan pada tepung Bengal yang ditambahkan bawwang bombay.

Ketersediaan per Rupee dari KH terdapat pada jajanan yang manis-produk cereal rendah biaya. Serving size juga mempengaruhi kontribusi zat gizi per Rupee yang ada. Kontibusi kandungan serat tertinggi berasal dari sereal, diikuti dengan makanan yang digoreng.

Page 14: Macronutrient Status of Street Foods

KESIMPULANDalam penelitian menemukan bahwa

pangan jajanan non-vegetarian memberikan kontribusi energi yang paling banyak, diikuti oleh jajanan yang digoreng, sereal, dan makanan cepat saji.

Sedangkan kontribusi KH terbanyak dari pangan jajanan yang memiliki rasa manis dan pangan jajanan non-vegetarian menyumbang lebih banyak energi demikian juga dengan kandungan lemak dan protein disumbang terbanyak dari makanan yang digoreng.

Page 15: Macronutrient Status of Street Foods

THANKYOU FOR YOUR ATTENTION