Upload
misnawati
View
152
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah auksin
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan suatu tubuh tumbuhan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan atau
aktivitas bagian lainnya. Di duga hubungan itu terjadi karena adanya suatu senyawa kimia
tertentu yang bergerak dari suatu bagian ke bagian lainnya. Senyawa kimia pada tumbuhan
tersebut salah satunya adalah hormon. Hormon berasal dari kata Yunani hormaein yang berarti
menggerakkan, dari pengertian hormon tersebut dapat dijabarkan bahwa hormon tumbuhan
adalah suatu senyawa organik yang disintesis dalam satu bagian tumbuhan dan diangkut
kebagian lain dalam konsentrasi yang sangat rendah dan melibatkan respon fisiologi.
Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan tidak lepas dari pengaruh
zat kimia tertentu berupa protein yang disebut hormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri
menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga
dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan
istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan
sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari
luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Para
ilmuwan sendiri lebih sering menggunakan istilah zat pengatur tumbuh atau plant growth
regulator.
Fungsi hormon pada tumbuhan yaitu sebagai koordinator pertumbuhan dan perkembangan.
Hormon yang dimaksud adalah auksin, giberelin, sitokinin, absisin, dan etilen. Tergantung pada
sistem yang dipengaruhi, hormon dapat berfungsi sendiri atau lebih sering dalam keseimbangan
antar hormon itu. Pemberian hormon dapat berakibat terhadap berbagai macam pertumbuhan
yang tidak berkaitan, diduga hormon dari luar akan mengganggu keseimbangan hormon di dalam
tubuh. Konsentrasi masing-masing hormon akan menentukan tanggapan pertumbuhan yang
terjadi. Hormon biasanya hanya efektif pada konsentrasi internal sekitar 1 µM atau kurang.
Hormon yang diproduksi oleh tumbuhan sering mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-
senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk membedakannya dengan hormon
yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak jauh.
1
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai
prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi
hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai
ekspresi. Hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian
tumbuhan dan bahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu
menimbulkan suatu respon fisiologis. Respon pada organ sasaran tidak perlu bersifat memacu,
karena proses seperti pertumbuhan atau diferensiasi terkadang terhambat oleh hormon. Karena
hormone harus disintesis oleh tumbuhan, makaa ion anorganik seperti K⁺ atau Ca²⁺, yang dapat
juga menimbulkan respon penting , dikatakan bukan hormone. Zat pengatur tumbuh organik
yang disintesis oleh ahli kimia organik (misalnya, 2,4,D, sejenis auksin).
Kini ditemukan kesimpulan bahwa salah satu hal yang dikerjakan hormone tumbuhan
adalah mengendalikan aktivitas gen. Agar hormone tumbuhan yang terdapat dalam jumlah
mikromolar atau submikroolar itu bersifat aktif dan khas, harus ada tiga bagian utama dalam
sistem respons. Yang pertama hormone harus ada dalam jumlah yang cukup pada setiap sel yang
tepat. Yang kedua, hormone harus dikenali dan diikat erat oleh sekelompok sel yang tanggap
terhadap hormone (sel sasaran). Yang ketiga, protein penerima harus menyebabkan metabolik
lain yang mengarah pada penguatan isyarat atau kurir hormone.
Hormon auksin pertama kali ditemukan oleh Went yang terdapat pada ujung koleoptil
kecambah gandum (Avena sativa). Pada penelitian Went lebih lanjut, ternyata diketahui hormon
auksin juga ditemukan pada ujung koleoptil kecambah tanaman yang lain. Hormon auksin
merupakan senyawa kimia Indol Asetic Acid (IAA) dihasilkan dari sekresi pada titik tumbuh
yang terletak pada ujung tunas (terdiri atas batang dan daun), ujung akar, daun muda, bunga,
buah, dan kambium. Jika hormon auksin berada di ujung tunas, maka akan diangkut oleh
jaringan berkas pembuluh (xilem dan floem) menuju ke tunas untuk tumbuh dan pemanjangan
sel-sel jaringan batangnya.
Pada bagian manakah hormon auksin diproduksi? Hormon auksin diproduksi di bagian
koleoptil ujung tunas lalu diangkut oleh jaringan pembuluh angkut menuju tunas, selanjutnya
tunas akan tumbuh menjadi tunas bagian akar, batang, dan daun. Pada tunas batang, auksin akan
berkumpul di bawah permukaan batang yang menyebabkan sel-sel jaringan di bawah permukaan
2
batang tersebut akan tumbuh lebih cepat dari sel-sel jaringan di atas permukaan batang. Mengapa
demikian? Karena sifat hormon auksin sangat peka terhadap panas/sinar. Auksin akan rusak dan
berubah menjadi suatu zat yang justru akan menghambat terjadinya pembelahan sel-sel pada
daerah pemanjangan batang, sehingga pertumbuhan sel-sel batang yang terkena sinar matahari
akan menjadi lebih lambat dibandingkan dengan sel-sel jaringan pada sisi batang yang tidak
terkena sinar matahari.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, makalah ini secara khusus akan membahas permasalahan :
1. Apakah pengertian hormon ?
2. Apakah pengertian hormon auksin?
3. Apa saja macam-macam hormon auksin?
4. Bagaimana biosintesis auksin?
5. Bagaimana penerapan auksin dalam perkembangan dan pertumbuhan?
6. Bagaimana pengangkutan auksin?
7. Apa saja fungsi hormon auksin pada tumbuhan?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian hormon.
2. Mengetahui pengertian hormon auksin.
3. Mengetahui macam-macam hormon auksin.
4. Mengetahui proses biosintesis auksin.
5. Mengetahui penerapan auksin pada perkembangan dan pertumbuhan.
6. Mengetahui proses pengangkutan auksin.
7. Untuk mengetahui fungsi hormon auksin
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hormon
Perkembangan tumbuhan dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon, yaitu senyawa-senyawa
kimia yang disintesis pada lokasi tertentu oleh suatu organisme, kemudian diangkut ke tempat
lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada konsentrasi yang sangat
rendah, untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan atau metabolisme. Hormon tumbuhan atau
bisa kita kenal dengan fitohormon ini merupakan senyawa organik yang berpengaruh terhadap
laju pertumbuhan yang dibuat oleh suatu bagian tumbuhan. Hormon tumbuhan dengan
konsentrasi rendah menyebabkan suatu dampak fisiologis. Dampak fisiologi merupakan akibat
yang terjadi pada proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Pada kenyataannya sangat sukar untuk mendefinisikan istilah hormon dengan tepat.
Penggunaan istilah zat pengatur tubuh sering lebih baik, dan menunjukkan senyawa-senyawa
baik alami maupun sintetik yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme.
Senyawa hormon bukan suatu metabolit antara atau hasil suatu rangkaian reaksi yang
dipengaruhinya, dan biasaya aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah. Beberapa kelompok
hormon telah diketahui dan beberapa diantaranya bersifat sebagai perangsang pertumbuhan dan
perkembangan (promoter), sedangkan yang lainnya bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada
tumbuhan.
4
Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan.
Namun demikian, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu jaringan khusus berupa kelenjar
buntu (endokrin) sebagaimana hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya
meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran hormon
tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi
melalui sitoplasma atau ruang antarsel. Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan ("endogen"). Pemberian hormon dari luar sistem individu dapat pula dilakukan
("eksogen"). Pemberian secara eksogen dapat juga melibatkan bahan kimia non-alami (sintetik,
tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan rangsang yang serupa dengan
fitohormon alami. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan,
dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh tumbuhan (bahasa Inggris: plant growth
regulator/substances) bagi hormon tumbuhan.
2.2 Pengertian Hormon Auksin
Istilah auksin ( dari bahasa Yunani auxien, “meningkatkan” ) pertama kali digunakan oleh
Frits Went,seorang mahasiswa pascasarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang
menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat diketahui mungkin menyebabkan
pembengkokan ini, yang disebut fototropisme. Senyawa yang ditemukan Went didapati cukup
banyak di ujung koleoptil dan menunjukkan upaya Went untuk menjelaskan hal tersebut. Hal
penting yang ingin diperlihatkan bahwa bahan tersebut berdifusi dari ujung koleoptil menuju
potongan kecil agar. Aktivitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi
akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang ditempeli potongan agar.
Secara kimia, IAA ( indoleacetic acid ) mirip dengan asam amino triptofan dan barangkali
memang disintesis dari triptofan. Ada dua mekanisme sintesis yang dikenal dan keduanya
meliputi pengusiran gugus asam amino dan gugus karboksil – akhir dari cincin samping
triptofan. Ada dua proses lain untuk menyingkirkan IAA yang bersifat merusak. Yang pertama
meliputi oksidasi dengan O2 dan hilangnya gugus karboksil sebagai CO2. hasilnya bermacam-
macam tapi biasanya yang utama adalah 3-metilenoksindol. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini
5
adalah IAA oksidase. Terdapat beberapa isozim bagi IAA oksidase, dan semuanya atau hampir
semuanya sama dengan peroksidase yang berperan dalam lignin.
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan
pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu
pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam
pertumbuhan tumbuhan. Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama
Fritz Went (1903-1990). Hormon auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang mempengaruhi
pemanjangan koleoptil gandum, yang telah dikemukakan oleh Charles Darwin pada abad ke-19.
Percobaan definitive yang membuktikan adanya zat yang berdifusi dan merangsang pembesaran
sel, telah dikerjakan oleh Fritz Went di Holand pada tahun 1920, dan pada tahun 1930 struktur
dan identitas auksin diketahui sebagai asam indol-3-asetat (IAA).
Auksin disintesis di pucuk batang dekat meristem pucuk, jaringan muda (misal, daun muda),
dan selau bergerak ke arah bawah batang (polar), sehingga terjadi perbedaan auksin di ujung
batang dan di akar. Auksin banyak diproduksi di jaringan meristem pada bagian ujung-ujung
tumbuhan, seperti kuncup bunga, pucuk daun dan ujung batang. Selain itu di embrio biji. Auksin
tersebut disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan, tetapi tidak semua bagian mendapat bagian
yang sama. Bagian yang jauh dari ujung akan mendapatkan auksin lebih sedikit. Aktivitasnya
meliputi perangsangan dan penghambatan pertumbuhan, tergantung pada konsentrasi auksinnya.
Jaringan yang berbeda memberikan respon yang berbeda pula terhadap kadar auksin yang
merangsang atau menghambat pertumbuhan tanaman.
Auksin dan pemanjangan sel, meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis
auksin. Karena auksin dari apeks tunas bergerak turun ke daerah pemanjangan sel, sehingga
hormon akan merangsang pertumbuhan sel – sel tersebut. Auksin berpengaruh hanya pada
kisaran konsentrasi tertentu, yaitu sekitar 10 -8 sampai 10-3 M. Pada konsentrasi yang lebih tinggi,
auksin bisa menghambat pemanjangan sel. Hal ini disebabkan oleh tingginya level auksin yang
menginduksi sintesis hormon lain, yaitu etilen, yang umumnya bekerja sebagai inhibitor
pertumbuhan tumbuhan akibat pemanjangan sel. Jika terkena cahaya matahari, auksin akan
mengalami kerusakan sehingga menghambat pertumbuhan tumbuhan. Hal ini menyebabkan
6
batang membelok ke arah datangnya cahaya karena pertumbuhan bagian yang tidak terkena
cahaya, lebih cepat dari pada bagian yang terkena cahaya.
2.3 Macam-macam Hormon Auksin
Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indolasetat (IAA) dan beberapa
ahli fisiologi masih menyamakan IAA dengan auksin. Namun, tumbuhan mengandung tiga
senyawa lain yang srukturnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon yang sama
dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai hormon auksin. Salah satunya
adalah asam 4- kloroindolasetat (4-kloroIAA) yang ditemukan pada biji muda berbagai jenis
kacang-kacangan. Yang lainnya asam fenilasetat (PAA) ditemui pada banyak jenis tumbuhan
dan sering lebih banyak jumlahnya dari pada IAA, walaupun kurang aktif dalam menimbulkan
respon khas IAA (Wightman dan Lighty, 1982; Leuba dan Le Torneau, 1990). Yang ketiga asam
indobutirat (IBA) yang ditemukan belakangan semula diduga hanya merupakan auksin tiruan
yang aktif namun ternyata ditemukan daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil sehingga
barangkali zat tersebut tersebar luas pada dunia tumbuhan.
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada
tanaman), di biosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah
substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA
seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses
biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).
Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang
tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat) atau
C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis
auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 -
Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau
Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 – diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 – amino – 3,
5, 6 – trikloro – pikonat).
Dalam tubuh tumbuhan dijumpai dalam bentuk :
7
1. Bebas (IAA)
2. Terikat dengan molekul lain
3. Sebagai prekursor : indol asetaldehid, indol asetonitril, indol etanol, triptamin
4. Macam auxin endogen yang lain : IBA (indol asam butirat) PAA (phenil asam asetat)
2.4 Biosintesis Auksin
IAA secara kimiawi mirip dengan asam amino triptofan yang umumnya diterima menjadi
molekul dari mana IAA berasal. Tiga mekanisme telah diusulkan untuk menjelaskan konversi
ini: Triptofan diubah menjadi asam indolepyruvic melalui reaksi transaminasi. Asam
Indolepyruvic kemudian diubah menjadi indoleacetaldehyde oleh reaksi dekarboksilasi. Langkah
terakhir melibatkan oksidasi indoleacetaldehyde menghasilkan asam indoleacetic.
Gambar 2.1 skema Jalur terbentuknya IAA ( Auksin)
Sumber : http://scribd.com/bambangsantoso
8
Triptofan mengalami dekarboksilasi sehingga menjadi tryptamine. Tryptamine kemudian
teroksidasi dan deaminasi untuk indoleacetaldehyde. Molekul ini selanjutnya dioksidasi untuk
menghasilkan asam indoleacetic. Seperti pada awal tahun 1991, mekanisme ini telah
berkembang 3. IAA dapat diproduksi melalui mekanisme triptofan-independen. Mekanisme ini
kurang dipahami, tetapi telah terbukti menggunakan trp (-) mutan. Percobaan lain menunjukkan
bahwa, pada beberapa tanaman, mekanisme ini sebenarnya adalah mekanisme yang disukai
biosintesis IAA.
Enzim bertanggung jawab atas biosintesis IAA yang paling aktif dalam jaringan muda seperti
meristem apikal tunas dan daun tumbuh dan buah-buahan. Jaringan yang sama adalah lokasi di
mana konsentrasi tertinggi IAA ditemukan. Salah satu cara tanaman dapat mengontrol jumlah
yang hadir IAA pada jaringan pada waktu tertentu adalah dengan mengontrol biosintesis
hormon. Mekanisme lain kontrol melibatkan produksi konjugat yang dalam istilah yang
sederhana, molekul yang menyerupai hormon tetapi tidak aktif. Pembentukan konjugat mungkin
merupakan mekanisme untuk menyimpan dan mengangkut hormon aktif. Konjugasi dapat
dibentuk dari IAA melalui enzim hidrolase. Konjugasi dapat cepat diaktifkan oleh rangsangan
lingkungan menandakan respon hormonal cepat. Degradasi auksin adalah metode akhir
mengendalikan kadar auksin. Proses ini juga memiliki dua mekanisme yang diusulkan dijelaskan
di bawah ini:
IAA oksidasi oleh oksigen yang mengakibatkan hilangnya gugus karboksil dan 3-
methyleneoxindole sebagai produk pemecahan utama. IAA oksidase adalah enzim yang
mengkatalisis kegiatan ini. Konjugat dari IAA dan auksin sintetis seperti 2,4-D tidak dapat
dihancurkan oleh kegiatan ini. C-2 dari cincin heterosiklik dapat teroksidasi sehingga oxindole-
3-asam asetat. C-3 dapat teroksidasi selain C-2 sehingga dioxindole-3-asam asetat. Mekanisme
yang biosintesis dan degradasi molekul auksin terjadi adalah penting untuk aplikasi pertanian
masa depan. Informasi mengenai metabolisme auksin kemungkinan besar akan menyebabkan
manipulasi genetik dan kimia kadar hormon endogen sehingga pertumbuhan diinginkan dan
diferensiasi spesies tanaman penting. Pada akhirnya, ada kemungkinan untuk mengatur
9
pertumbuhan tanaman tanpa menggunakan herbisida berbahaya dan pupuk (Davies, 1995;
Salisbury dan Ross, 1992).
Auksin sintetis ini sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang pertanian, dimana
batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan respon terhadap auksin, yaitu
peningkatan laju pertumbuhan terjadi pada konsentrasi yang optimal dan penurunan
pertumbuhan terjadi pada konstrasi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Setelah pemanjangan
ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Selain
memacu peman-jangan sel, hormon auksin yang di kombinasikan dengan giberelin dapat
memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium
pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.
Menurut Larsen, 1944 dalam Abidin (1982) Indoleacetaldehyde diidentifikasikan sebagai
bahan auksin yang aktif dalam tanaman. Selanjutnya Larsen (1951); Bentley dan Houstley
(1952) mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan
kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut menurut Gordon (1956) adalah perubahan
dari Tripthopan menjadi IAA. Tryptamine sebagai salah satu zat organic, merupakan salah satu
zat yang terbentuk dalam biosintesis IAA. Dalam hal ini perlu dikemukakan pula bahwa
Tryptophan adalah zat organic terpenting dalam proses biosintesis IAA (Thimann,1935).
Bahan organik lain yaitu Indoleacetonitrile adalah bahan organic yang ditemukan dalam
tanaman Cruciferae dan dapat dikelompokkan ke dalam auksin (Jones et al.,1952). Menurut
Thimann dan Mahadevan (1958), zat tersebut atas bantuan enzim nitrilase dapat membentuk
aksin. Cmelin dan Virtanen (1961) menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada
tanaman, terbentuk dari Glucobrassicin atas bantuan aktivitas enzim myrosinase. Dan zat organik
lain (Indoleeethanol) yang terbentuk dari Trypthopan dalam biosintesis IAA atas bantuan bakteri
(Rayle dan Purves, 1976 dalam Abidin, 1982).
Sebagaimana kita ketahui, IAA adalah endogenous auksin yang terbentuk dari Tryptophan
yang merupakan suatu senyawa dengan inti Indole dan selalu terdapat dalam jaringan tanaman.
Didalam proses biosintesis, Trytophan berubah menjadi IAA dengan membentuk Indole pyruvic
acid dan indole-3-acetaldehyde. Tetapi IAA ini dapat pula terbentuk dari Tryptamine yang
selanjutnya menjadi Indole-3-acetaldehyde, selanjutnya menjadi Indole-3-acetic acid (IAA).
Sedangkan mengenai perubahan dari ndole-3-acetonitrile menjadi IAA dengan bantuan enzim
10
nitrilase prosesnya masih belum diketahui (Abidin, 1982). Secara sederhana bahwa gula
(glukosa, arabinosa) dan lemak membentuk kompleks IAA (Heddy, 1996).
Pemecahan IAA dapat pula terjadi di alam. Hal ini adalah sebagai akibat adanya photo
oksidasi dan enzim. Dalam photo oksidasi, pigmen pada tanaman akan menyerap cahaya,
kemudian energi ini dapat mengoksidasi IAA. Adapun pigmen yang erperan adalah Ribovlavin
dan B-Carotene (Abidin, 1982). Enzymatic oxidation yang terjadi pada IAA telah ditemukan
oleh para ahli dalam berbagi jaringan tanaman. Oksidasi IAA oleh hydrogen peroksida,
kemudian di katalisasi oleh enzim peroksida sehingga menghasilkan indolealdehyde yang
bersifat naktif. Ada hubungan yang berbanding terbalik antara aktivitas oksidase IAA dengan
kandungan IAA dalam tanaman. Apabila kandungan IAA tinggi, maka aktivitas IAA oksidase
menjadi rendah, begitu pula sebaliknya. Di daerah meristematic yang kadar auksinnya tinggi,
ternyata aktivitas IAA oksidasenya rendah. Sedangkan di daerah perakaran yang kandungan
auksinnya rendah ternyata aktivitas IAA oksidasenya tinggi(Abidin, 1982).
Koepfli (1966) menerangkan bahwa posisi dan panjang rantai keasaman, berpengaruh
terhadap aktivitas auksin. Rantai yang mempunyai carboxyl group yang dipisahkan oleh karbon
atau oksigen akan memberikan aktivitas yang optimal. Ssebagai contoh IAA dan 2,4-D. Dari
hasil studi tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan sel menunjukkan bahwa auksin
dapat meningkatkan tekanan osmotic, meningkatkan permeabilitas sel terhdap air, meningkatkan
sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. Menurut Wareing dan
Phillps (1970) di dalam fase pertumbuhan tanaman tediri dari dua fase yaiti fase pembelahan dan
fase perrkembangan. Pada saat sel mengalami enlargement phase, sel tidak hanya mengalami
peregangan akan tetapi juga mengalami penebalan dinding sel baru. Pertumbuhan sel ini
distimulasi oleh auksin(Abidin, 1982).
Pectic acid adalah suatu asam yang mengandung 1-4 rantai galacturonic acid. Galacturonic
acid ini merupakan turunan dari galactose sebagai hasil oksidase carbon-6 suatu carbinoyl group
(-CH2OH) menjadi suatu carboxyl group (-COOH). Dalam proses selanjutnya, terjadilah
pergantian dari (-COOH) menjadi (-CH3) dengan mengalami proses esterisasi yang akhirnya
menjadi Pectin. Tetapi pectic acid pun dapat pula berubah menjadi calcium pectate dengan
penambahan Ca2+. Penambahan Ca2+ pada dinding sel dapat mengakibatkan rigiditas pada
dinding sel, yang menghambat proses cell enlargement. Untuk menghindari hambatan tersebut
11
auksin mempunyai peranan dalam menggeser Ca2+ dari pectic substance, sehingga terjadi
pelunakan pada dinding sel(Abidin, 1982).
Menurut Delvin, 1975 dalam Abidin (1982), kehadiran auksin berpengaruh tehadap sintesa
protein. Fungsi auksin di dalam proses tersebut membebaskan DNA dari Histone untuk sintesis
RNA. mRNA akan membantu pembentukan enzim-enzim, enzim-enzim ini akan meningkatkan
plastisitas dan plelebaran dinding sel. Sehingga secara umum auksin mendorong perpanjangan
sel dengan cara mempengaruhi dinding sel.
2.5 Penerapan Auksin pada Perkembangan dan Pertumbuhan
Auxin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan
perkembangan (growth and development) suatu tanaman. Hasil penemuan Kogl dan
Konstermans (1934) dan Thymann (1935) mengemukakan bahwa Indole Acetic Acid (IAA)
adalah suatu auxin. Auksin istilah berasal dari kata Yunani auxein yang berarti tumbuh. Senyawa
umumnya dianggap auksin jika mereka dapat dicirikan oleh kemampuan mereka untuk
menginduksi pemanjangan sel pada batang dan sebaliknya menyerupai asam indoleacetic (auksin
pertama kali diisolasi) dalam aktivitas fisiologis. Auksin biasanya mempengaruhi proses-proses
lain selain pemanjangan sel batang sel tetapi karakteristik ini dianggap penting dari semua auksin
dan dengan demikian "membantu" define hormon (Arteca, 1996; Mauseth, 1991; Raven, 1992;
Salisbury dan Ross, 1992). Sejarah Auksin dan Penelitian Awal Auksin adalah hormon tanaman
pertama kali ditemukan. Charles Darwin merupakan salah satu ilmuwan pertama yang mencoba-
coba dalam penelitian tanaman hormon. Dalam bukunya "The Power of Mutasi Tanaman" yang
disajikan pada tahun 1880, ia pertama menggambarkan efek cahaya pada gerakan rumput kenari
(canariensis Phalaris) coleoptiles.
Koleoptil adalah daun khusus yang berasal dari simpul pertama yang selubung yang epikotil
dalam tahap pembibitan tanaman melindunginya sampai muncul dari tanah. Ketika cahaya
bersinar pada koleoptil searah, itu membungkuk ke arah cahaya. Jika ujung koleoptil ditutup
dengan aluminium foil, tidak lentur akan terjadi terhadap cahaya searah. Namun jika ujung
koleoptil itu dibiarkan terbuka tetapi bagian tepat di bawah ujung ditutupi, paparan sinar searah
menghasilkan kelengkungan menuju terang. Percobaan Darwin menyarankan bahwa ujung
koleoptil adalah jaringan yang bertanggung jawab untuk mengamati cahaya dan memproduksi
beberapa sinyal yang diangkut ke bagian bawah koleoptil dimana respon fisiologis membungkuk
12
terjadi. Dia kemudian memotong ujung koleoptil dan terkena sisa koleoptil terhadap cahaya
searah untuk melihat apakah melengkung terjadi. Lengkung tidak terjadi mengkonfirmasikan
hasil percobaan pertamanya (Darwin, 1880). Itu adalah tahun 1885 yang Salkowski menemukan
indole-3-asetat (IAA) dalam media fermentasi (Salkowski, 1885). Isolasi dari produk yang sama
dari jaringan tanaman tidak akan ditemukan dalam jaringan tanaman selama hampir 50 tahun.
IAA adalah auksin utama yang terlibat dalam banyak proses fisiologis dalam tanaman
(Arteca, 1996). Pada tahun 1907, Fitting mempelajari efek membuat sayatan di kedua sisi terang
atau gelap tanaman. Hasil-Nya ditujukan untuk memahami jika translokasi sinyal terjadi pada
sisi tertentu dari pembangkit tersebut tetapi hasilnya tidak meyakinkan karena sinyal mampu
persimpangan atau terjadi di sekitar sayatan (Fitting, 1907). Pada tahun 1913, percobaan Boysen-
Jensen dimodifikasi Fritting itu dengan memasukkan potongan mika untuk memblokir
pengangkutan sinyal dan menunjukkan bahwa pengangkutan auksin menuju pangkalan terjadi
pada sisi gelap dari tanaman yang bertentangan dengan sisi terkena sinar searah (Boysen -Jensen,
1913). Pada tahun 1918, Paal dikonfirmasi hasil Boysen-Jensen dengan memotong ujung
koleoptil dalam gelap, memperlihatkan hanya tips untuk cahaya, menggantikan ujung koleoptil
pada tanaman tapi off terpusat ke satu sisi atau yang lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak mana saja yang terkena koleoptil, kelengkungan
terjadi ke sisi lain (Paal, 1918). Soding adalah ilmuwan di samping memperluas penelitian
auksin dengan memperluas ide Paal itu. Dia menunjukkan bahwa jika tips yang terputus ada
penurunan dalam pertumbuhan tetapi jika mereka dipotong dan kemudian diganti pertumbuhan
terus terjadi (Soding, 1925). Pada tahun 1926, seorang mahasiswa pascasarjana dari Belanda
dengan nama Fritz Went menerbitkan sebuah laporan yang menggambarkan bagaimana ia
mengisolasi zat pertumbuhan tanaman dengan menempatkan blok agar-agar di bawah ujung
koleoptil untuk periode waktu kemudian menghapus mereka dan menempatkan mereka di batang
Avena dipenggal (Went, 1926). Setelah penempatan agar-agar, reranting kembali pertumbuhan
(lihat di bawah). Pada tahun 1928, pergi mengembangkan metode untuk mengkuantifikasi
fitohormon ini. Hasil penelitiannya menujukkan bahwa pembengkokan batang adalah sebanding
dengan jumlah zat pertumbuhan agar-agar (Went, 1928). Tes ini disebut tes kelengkungan
Avena.
13
Sebagian besar pengetahuan kita saat ini auksin diperoleh dari aplikasi. Pergi kerja yang
memiliki pengaruh besar dalam merangsang pertumbuhan tanaman penelitian substansi. Ia sering
dikreditkan dengan dubbing auksin istilah tapi sebenarnya Kogl dan Haagen-Smit yang
dimurnikan asam senyawa auxentriolic (auksin A) dari urin manusia di 1931 (Kogl dan Haagen-
Smit, 1931). Kemudian Kogl senyawa lain terisolasi dari urine yang sama dalam struktur dan
fungsi seperti auxin A, salah satu yang indole-3 asam asetat (IAA) pada awalnya ditemukan oleh
Salkowski pada tahun 1985. Pada tahun 1954 sebuah komite ahli fisiologi tanaman menyusun
karakteristik kelompok auksin. Istilah ini berasal dari makna auxein Yunani "untuk tumbuh."
Senyawa umumnya dianggap auksin jika mereka disintesis oleh tanaman dan zat yang berbagi
aktivitas mirip dengan IAA (auksin pertama yang diisolasi dari tanaman) (Arteca, 1996; Davies,
1995).
Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormon auksin
dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan. Jika terkena cahaya matahari,
auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena
cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya,
tumbuhan akan membengkok ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian
tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin
yang dihasilkan pada tunas apikal (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral
(samping) atau tunas ketiak. Bila tunas apikal akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini
disebut dominansi apikal. Pemberian hormon auksin pada tumbuhan akan menyebabkan
terjadinya pembentukan buah tanpa biji, akar lateral (samping), dan serabut akar. Pembentukan
akar lateral dan serabut akar menyebabkan proses penyerapan air dan mineral dapat berjalan
optimum.
Auksin memberikan pengaruh efek dalam penghambatan suatu faktor dominansi terhadap
kuncup samping (ketiak), yaitu zat penghambat yang terdapat di daun muda. Jika auksin
ditambahkan pada sisa batang yang terpotong, setelah apeks tajuk dipangkas, maka
perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan cabang yang tegak akan terhambat lagi
pada banyak spesies. Penggantian kuncup atau daun muda oleh auksin menunjukkan bahwa zat
penghambat yang dihasilkan oleh IAA atau auksin lain. Sekalipun uraian Tamas (1987) sangat
mendukung hipotesis bahwa auksin endogen merupakan penghambat, yang biasanya mencegah
tumbuhnya kuncup samping.
14
2.6 Proses Pengangkutan Auksin
Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein
tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion
H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai
molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang
masuk secara osmosis. Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi
banyak proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa
protein (Darnell, dkk., 1986).
Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas, daun muda dan buah)
(Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman,
penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan
pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988). Auksin atau dikenal juga
dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari
asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami
mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto
nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu
oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991). Cara pengangkutan auksin memiliki
keistimewaan yang berbeda dengan pengangkutan floem, di antaranya :
1. Pergerakan auksin itu lambat, hanya sekitar 1 cm jam-1 di akar dan batang.
2. Pengangkutan auksin berlangsung secara polar. Pada batang auksin ditransport secara
basipetal (away from apex), sedangkan pada akar, transport auksin secara akropetal ke arah
ujung melalui parenkim vaskuler. Perhatikan gambar di bawah ini.
15
Gambar 2.2 Pengangkutan auksin secara polar
Sumber: http://scribd.com/bambangsantoso
3. Pergerakan auksin memerlukan energi metabolisme, seperti ditunjukkan oleh kemampuan zat
penghambat sintesis ATP atau keadaan kurang oksigen dalam menghambat pergerakan itu.
2.7 Fungsi Hormon Auksin
Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormon auksin
dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan. Jika terkena cahaya matahari,
auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena
cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya,
tumbuhan akan membengkok ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian
tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin
yang dihasilkan pada tunas apikal (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral
(samping) atau tunas ketiak. Bila tunas apikal akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini
disebut dominansi apikal.
16
Gambar 2.3 Pengaruh cahaya terhadap auksin pada tunas
Sumber: http://scribd.com/bambangsantoso
Gambar 2.4 Pergerakan tumbuhan membelok ke arah cahaya
Sumber: http://scribd.com/bambangsantoso
Fungsi lain dari auksin adalah merangsang kambium untuk membentuk xilem dan floem,
memelihara elastisitas dinding sel, membentuk dinding sel primer (dinding sel yang pertama kali
dibentuk pada sel tumbuhan), menghambat rontoknya buah dan gugurnya daun, serta mampu
membantu proses partenokarpi. Partenokarpi adalah proses pembuahan tanpa penyerbukan.
Pemberian hormon auksin pada tumbuhan akan menyebabkan terjadinya pembentukan buah
tanpa biji, akar lateral (samping), dan serabut akar. Pembentukan akar lateral dan serabut akar
menyebabkan proses penyerapan air dan mineral dapat berjalan optimum.
17
Selain itu Fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam proses mempercepat
pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat
perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah,
mengurangi jumlah biji dalam buah. kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin
dan hormon giberelin.tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka
pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan
yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak
dihambat.sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah
sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beberapa jenis hormon tumbuh antara lain AIA, NAA, 2,4 D sebagai zat pengatur tumbuh
yang secara keseluruhan termasuk hormon auksin sintetis yang tidak disintesis oleh tumbuhan itu
sendiri. Hormon-hormon sintetis ini menunjang pertumbuhan tanaman dengan didukung pula
18
oleh hormon alami yang sudah diproduksi oleh tumbuhan itu sendiri misalnya auksin pada ujung
akar dan ujung batang. Hormon AIA, NAA, 2,4 D bersama auksin mampu mengatur pembesaran
sel dan memacu pemanjangan dan pembesaran sel di daerah belakang meristem ujung dan
merangsang perkembangan akar lateral. Auksin bersama dengan ketiga hormon itu berdifusi
secara maksimal pada ujung koleoptil dan ujung akar. Jadi, pengaruh dari berbagai hormon
tumbuh seperti AIA, 2,4 D, dan NAA sama yaitu berpengaruh untuk mengatur pembesaran sel
dan memacu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung dan merangsang
perkembangan akar lateral..
Auksin adalah senyawa asam asetat dengan gugus indol bersama derivatnya. Auksin alamiah
yang diekstraksi dari tumbuhan merupakan senyawa yang dinamai asam indolasetat (indoleacetic
acid, IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai
hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis
kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam
indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil.
Auksin banyak diproduksi di jaringan meristem pada bagian ujung-ujung tumbuhan, seperti
kuncup bunga, pucuk daun dan ujung batang. Selain itu di embrio biji. Auksin tersebut
disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan, tetapi tidak semua bagian mendapat bagian yang sama.
Bagian yang jauh dari ujung akan mendapatkan auksin lebih sedikit. Fungsi utama auksin yaitu
merangsang pemanjangan batang, pertumbuhan, diferensiasi, percabangan akar, perkembangan
buah, dominansi apikal, fototropisme, dan gravitropisme.
Auksin dan pemanjangan sel, Meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis
auksin. Karena auksin dari apeks tunas bergerak turun ke daerah pemanjangan sel, sehingga
hormon akan merangsang pertumbuhan sel – sel tersebut. Auksin berpengaruh hanya pada
kisaran konsentrasi tertentu, yaitu sekitar 10 -8 sampai 10-3 M. Pada konsentrasi yang lebih tinggi,
auksin bisa menghambat pemanjangan sel. Hal ini disebabkan oleh tingginya level auksin yang
menginduksi sintesis hormon lain, yaitu etilen, yang umumnya bekerja sebagai inhibitor
pertumbuhan tumbuhan akibat pemanjangan sel. Jika terkena cahaya matahari, auksin akan
mengalami kerusakan sehingga menghambat pertumbuhan tumbuhan. Hal ini menyebabkan
batang membelok ke arah datangnya cahaya karena pertumbuhan bagian yang tidak terkena
cahaya, lebih cepat daripada bagian yang terkena cahaya.
19
Efek lain auksin, selain merangsang pemanjangan sel untuk pertumbuahan primer, auksin
mempengaruhi pertumbuhan sekunder dengan cara menginduksi pembelahan sel pada kambium
pembuluh dan dengan mempengaruhi diferensiasi xilem sekunder. Auksin juga meningkatkan
aktifitas pembentukan akar adventif pada pangkal potongan dari suatu batang. Pada benih yang
berkembang juga mensintesis auksin, yang meningkatkan pertumbuhan buah pada banyak
tumbuhan.
3.2 Saran
Pembuatan makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fisiologi Tumbuhan. Makalah ini berisikan uraian singkat mengenai pengertian, macam,
biosintesis, pengangkutan serta fungsi, dan lain sebagainya mengenai “Hormon Auksin”. Namun
kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Pepatah mengatakan
“Tak ada gading yang tak retak”, manusia tak luput dari salah dan lupa dan kesempurnaan hanya
milik Allah SWT. Oleh karena itu, kami siap untuk diberikan kritik yang tentunya kritikan yang
membangun dan positif, juga diikuti dengan saran yang positif pula.
20