Makalah Bahan Peledak

Embed Size (px)

Citation preview

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Dalam penambangan suatu endapan bahan galian yang keras dan kompak, maka

    pemberaiannya dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan. Urutan pekerjaan

    peledakan adalah; Pemboran, Pemuatan atau Pengisisan Bahan Peledak,

    Penyambungan Rangkaian Peledakan, dan Penembakan atau Peledakan.

    Namun demikian dalam melakukan penambangan, sebelum melakukan peledakan

    maka pengetahuan tentang; (jenis dan sifat batuan); (pengetahuan tentang bor dan

    pemboran); (bahan peledak dan bagaimana merancang suatu peledakan); mutlak harus

    diketahui. Berikut ini akan dijelaskan tentang hal tersebut.

    A. BATUAN

    1. Klasifikasi batuan menurut sumbernya dibedakah atas:

    a. Batuan beku (igneous rock)

    b. Batuan sedimen (sedimentary rock)

    c. Batuan malihan (metamorphic rock)

    2. Sifat-sifat Teknis Batuan Sifat-sifat teknis penting dari batuan yang mempengaruhi kegiatan pemboran

    adalah :

    - Kekerasan

    - Abrasiveness - Tekstur

    - Struktur

    - Breaking characteristic - Rock drillability

    B. PEMBORAN (Drilling)

    Sebelum membahas metoda pemboran yang sesuai untuk bermacam-macam jenis

    pekerjaan peledakan, perlu diketahui klasifikasi alat bor berdasarkan jenis gerakan

    gaya yang dipergunakan untuk memecahkan batuan pada waktu pemboran, yaitu :

    1. Percussive. Batuan dipecahkan oleh tumbukan berulang kali. a. Pneumatic rock drill

    b. Down the hole drill

    c. Independent-rotation drill

    d. Motor drill

    e. Cable tool chum drill

    2. Attritive. Batuan digerus oleh kekuatan abrasi. a. Diamond drill

    b. Chilled shot atau Calyx drill

    3. Rotative-Cutting. Batuan dipotong atau diserut. Jenisnya adalah Auger drill

    4. Rotative-Shearing. Batuan dipecahkan oleh kekuatan baji atau geseran. a. Drag bit drill

    BAHAN PELEDAK DAN PELEDAKAN

  • Bahan Peledak & Peledakan

    b. Rotary Percusive drill

    5. Rotary Crushing. Batuan dipecahkan oleh kekuatan baji dari daya tekan yang terus menerus (steady thrust). Jenisnya adalah heavy rotary drill

    Dari lima jenis alat pemboran diatas, yang sering dipakai dalam kegiatan

    pertambangan hanya 2, yakni ; Percusive dan Rotary-Crushing.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bor adalah :

    a. Diameter lubang ledak

    b. Kedalaman lubang ledak

    c. Jenis batuan

    d. Kondisi lapangan dan jalan masuk

    e. Fragmentasi dan produksi yang dibutuhkan atau ditentukan

    f. Biaya pemboran

    g. Peraturan-peraturan yang harus dipatuhi

    Pemboran Pada Tambang Terbuka (Kuari) & Proyek Konstruksi

    Metode pemboran yang utama dipergunakan dalam tambang terbuka (kuari) dan

    proyek konstruksi adalah pemboran lubang ledak vertikal atau miring.

    Dalam pemilihan alat bor untuk tambang terbuka dan kuari yang memakai metode

    peledakan jenjang, maka faktor-faktor ukuran dan kedalaman lubang ledak, jenis

    batuan, kondisi lapangan dan lain sebagainya harus selalu diperhatikan.

    Jenis batuan menentukan pemilihan dari alat bor. Percusive atau Rotary-crushing dipakai untuk batuan yang keras, sedangkan rotary-cutting dipakai untuk batuan sedimen. Kekerasan dan komposisi mineral dari batuan adalah faktor yang

    menyebabkan cepat atau lambatnya keausan mata bor (bit) dan batang bor (drill

    steel) alat bor.

    Tinggi jenjang adalah parameter yang dihubungkan dengan ukuran lainnya. Tinggi

    jenjang dapat ditentukan dahulu dan parameter lainnya disesuaikan atau tinggi

    jenjang ditentukan setelah mempertimbangkan aspek-aspek lainnya. Pada tambang

    terbuka dan kuari diusakan agar tinggi jenjang ditentukan lebih dahulu. Tinggi

    jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan bor yang tersedia, misalnya panjang

    batang bor (drill-rod) dan ukuran alat bor (rock-drill).

    Dalam hal lubang ledak dengan diameter besar, maka pertimbangan yang dipakai

    untuk menentukan tinggi jenjang adalah faktor keselamatan kerja, yaitu mencegah

    batuan longsor dari permukaan jenjang. Tinggi jenjang jarang melebihi 15m kecuali

    kalau ada pertimbangan lain.

    Faktor-faktor yang merupakan kerugian bagi pemboran pada jenjang yang tinggi

    adalah :

    Kehilangan tenaga pada sambungan-sambungan batang bor (drill-steel)

    Deviasi dalam pemboran, yakni lubang ledak menyimpang dari arah yang direncanakan.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Tinggi jenjang harus dipertimbangkan apabila menentukan jenis peralatan bor dan

    diameter lubang ledak. Pada umumnya bila jenjang rendah, memerlukan lubang

    ledak berdiameter kecil, sedangkan lubang bor berdiameter besar dipakai untuk

    jenjang yang lebih tinggi.

    Diameter lubang ledak. Faktor penting dalam mentukan ukuran diameter lubang

    ledak adalah besarnya produksi peledakan. Diameter yang lebih besar akan

    memberikan produksi yang lebih tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan

    ukuran diameter lubang ledak adalah pragmentasi batuan yang dikehendaki dan

    batas getaran yang diizinkan.

    Kondisi lapangan sangat mempengaruhi pemilihan peralatan bor yang dipakai.

    Untuk proyek teknik sipil, dimana kondisi lapangan tidak teratur, maka alat bor yang

    dipilih adalah crawler rock drill. Sedangkan pada kuari atau tambang terbuka dengan permukaan jenjang yang sudah rata dapat dipakai alat bor diatas ban karet.

    Peraturan atau undang-undang setempat. Pekerjaan peledakan yang dilakukan di

    daerah kota yang dekat dengan gedung atau bangunan lainnya akan dipengaruhi

    oleh batasan getaran spesifik akibat peledakan yang diizinkan. Hal ini akan

    membatasi pula jumlah muatan bahan peledak per lubang ledak. Untuk memenuhi

    ketentuan diatas, maka dipakai lubang tembak dengan diameter kecil dan jenjang

    yang rendah.

    Fragmentasi adalah istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahnya batuan

    setelah peledakan. Fragmentasi yang dibutuhkan tergantung pada kegunaan dari

    pecahan batuan hasil peledakan tersebut. Apabila dipakai sebagai suatu pemecah

    ombak (break water), maka diperlukan fragmentasi yang sangat besar. Tetapi pada

    umumnya fragmentasi dipengaruhi juga oleh proses selanjutnya. Contohnya;

    fragmentasi yang lebih kecil dikehendaki sebagai umpan proses peremukan

    (crushing). Sebagai pedoman umum, lubang ledak yang berdiameter besar akan

    memberikan fragmentasi yang lebih besar pula.

    Alat Bor Yang Umum Dipergunakan Dalam Tambang Terbuka (kuari) dan Proyek

    Konstruksi

    Prinsip pemboran adalah mendapatkan kualitas lubang tembak yang tinggi, yang

    dihasilkan oleh pemboran yang cepat dalam posisi yang tepat.

    Pemboran dapat dilakukan dengan tiga macam alat bor :

    a. Top hammer drilling

    - hydraulic self - contained drilling (termasuk compresor & seluruh peralatan)

    - pneumatic dril dengan portable air compressor

    b. Down the hole (DTH) drilling

    - pneumatic operated carrier dengan portable air compressor

    - hydraulic operated self contained carrier

    c. Rotary drilling

    - pemboran untuk rotary crushing

    - pemboran untuk rotary cutting

    Empat komponen gerakan utama yang terlibat dalam proses pemboran adalah :

    Feed, Rotation, Percussion, and Flushing.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Metode percussive drilling menggunakan keempat komponen gerakan diatas, sedangkan rotary drilling tidak memakai komponen gerakan percussion, sebagai kompensasi adalah menambah gaya feed dan rotation torque.

    Mata bor yang digunakan untuk percussion, rotary crushing atau rotary cutting menembus batuan dengan energi yang dihasilkan oleh alat-bor. Koordinasi dari

    percussion, rotation, cutting action dan gaya dari feed dengan geometri dari mata bor memungkinkan mata bor menembus batuan.

    Jumlah batuan yang harus digali atau diledakkan dan jadwal dari operasi biasanya

    menentukan diameter lubang tembak dan ukuran peralatan bor yang dipergunakan,

    sedangkan metode pemboran tergantung pada sifat-sifat fisik dan geologi dari

    batuan yang akan digali atau diledakkan.

    PEMBORAN PADA TAMBANG BAWAH TANAH

    Pemboran pada tambang bawah tanah dibagi menjadi dua, yaitu:

    Pemboran untuk pembuatan jalan masuk pada tambang bawah tanah seperti terowongan buntu (adit), lubang naik (raise and winze) dan lain-lain.

    Pemboran untuk produksi di dalam tambang (stope)

    Jenis peralatan bor dan kriteria pemilihan alat-bor yang dipakai di tambang bawah

    tanah sama dengan yang dipakai di tambang terbuka.

    1. Pemboran Untuk Pembuatan jalan Masuk

    Pemboran untuk jalan masuk atau terowongan buntu (adit) dapat dilakukan

    dengan memakai cara:

    a. Full face excavation, yaitu seluruh permukaan terowongan diledakkan dalam satu tahap. Biasanya dilaksanakan untuk terowongan yang luas

    permukaannya relatif kecil, tetapi dapat juga untuk terowongan yang

    mempunyai ukuran sampai 100 meter persegi bila kondisi batuan

    memungkinkan.

    b. Split section excavation, dipakai untuk terowongan yang ukurannya besar atau apabila kekuatan batuan tidak memungkinkan untuk diledakkan

    sekaligus untuk seluruh penampang terowongan. Metoda yang dipakai

    adalah membagi peledakan menjadi dua tahap, yakni Top heading dan di jenjang. Top heading dilakukan di bagian atas penampang, lalu digali lebih dahulu sepanjang terowongan. Baru berikutnya diikuti dengan peledakan

    pada jenjang dengan memakai pemboran horizontal ataupun vertikal.

    Pemboran dalam full face excavation mempunyai pola tertentu, tujuannya untuk mendapatkan hasil peledakan yang paling ekonomis. Jumlah dan macam

    peralatan bor yang dipakai sangat dipengaruhi oleh ukuran penampang

    terowongan dan kemajuan yang direncanakan.

    Pada split section excavation yang terdiri dari kombinasi top heading dan jenjang dengan lubang horizontal, jumlah dan macam peralatan bor yang dipakai

    di top heading dan jenjang adalah sama. Sedangkan untuk split section excavation, yang terdiri dari top heading dan jenjang dengan lubang bor vertikal, jumlah dan macam peralatan bor yang dipakai di top heading dan jenjang tidak sama.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    2. Peralatan bor untuk terowongan

    Operasi pemboran hanya merupakan salah satu bagian dari seluruh daur

    pekerjaan. Peralatan pemboran, pemuatan dan pengangkutan batuan harus

    dipilih secara terpadu, sehingga kombinasi tersebut efisien dan serasi.

    Peralatan bor yang dipergunakan untuk terowongan ukuran kecil sampai ukuran

    besar, dari hand held equipment sampai dengan rig-mounted rock drill kini sudah banyak jenisnya .

    3. Pemboran untuk produksi tambang bawah tanah

    Pemilihan peralatan bor untuk tambang bawah tanah adalah kompleks.

    Pemilihan peralatan didasarkan pada faktor-faktor yang bervariasi dari satu

    penggunaan ke penggunaan yang lain. Oleh sebab itu disini diperlihatkan

    berbagai tinjauan dari kebiasaan dalam praktek dan peralatan yang tersedia.

    Peralatan bor untuk produksi dalam tambang bawah tanah dapat dikelompokkan

    menjadi tiga kelompok, yakni;

    a. hand held rock drill

    b. mechanized drifting jumbos

    c. production drill rigs

    Hand held rock drill dipakai pada operasi tambang kecil maupun besar. Keuntungannya adalah serba guna dan ringan.

    Mechanized drifting jumbos dibuat dalam bermacam-macam model agar sesuai dengan kebutuhan dalam tambang yang berbeda-beda susunan atau tata

    ruangnya.

    Production drill rigs dirancang sesuai dengan kebutuhan khusus untuk macam-macam metoda penambangan, seperti long-holoe drilling, sub level stoping dan lain sebagainya.

    C. BAHAN PELEDAK

    Sejak awal perkembangan industri bahan peledak komersial sampai sekarang, telah

    banyak penelitan yang dilakukan guna mendapatkan sistem yang paling efisien

    untuk menggali bahan galian atau bahan mentah dari dalam bumi. Sejarah

    perkembangan bahan peledak dimulai dari black powder sampai dengan bahan

    peledak modern.

    1. BLACK POWDER

    Abad 13, Abd. Allah (Arabian) pertama kali menyebut salpeter dalam

    tulisannya, dan menamakan black powder sebagai chinese snow.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    1917, Perang dunia I,Pemakaian black powder sebanyak 227.118.525 lb

    1930-1940 Banyak pabrik black powder ditutup karena kekurangan pasaran.

    1973 Du Pont tidak memasarkan lagi black powder.

    2. DYNAMITES

    1846, Ascanio Sobero, Menemukan nitroglycerin

    1936, Biazzi, Mendemonstrasikan proses menerus untuk produksi nitroglycerin

    di Eropa.

    1950s, Ammonium nitrate dicampur dengan bermacam-macam bahan bakar mulai menggantikan sejumlah besar penggunaan nitroglycerin

    dynamites.

    Water gel dikomersilkan.

    1974, Du Pont, Lebih tertarik pada usaha water gel explosives, yang diberi nama dagang Tovex.

    3. Ammonium Nitrate dan Water Gel Tovex

    1659, J.R. Glauber, Membuat dan menguraikan nitrate.

    1970, Du Pont, Mengembangkan program tovex berdiameter kecil.

    1974, Du Pont, Mengganti Du Pont dynamite dengan Tovex water gels.

    4. Initiating Devices

    1745 Doctor Watson, Meledakkan black powder memakai bunga api

    listrik (electric spark), the royal society of England

    1750 Ben Franklin, Memperbaiki cara Watson dengan memadatkan black

    powder dalam kotak. 1950, Dikembangkan delay connector untuk sumbu ledak yang memberikan

    suatu delay yang relatif tepat dari sumbu ledak.

    1960, Low energy detonating cord diperkenalkan, yang menyebabkan perbaikan dari Non eletrical detonating system.

    1976, Diperkenalkan non eletronical delay cap yang memberikan perbaikan waktu dan pengurangan tingkat kegaduhan (noise evel).

    D. KLASIFIKASI DAN SIFAT-SIFAT BAHAN PELEDAK

    1. KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK

    Peledakan adalah metode pemberaian batuan dalam tambang dan proyek

    konstruksi yang paling utama disamping cara-cara lain.

    Berdasarkan pada perbedaan dalam bentuk energi yang dipergunakan untuk

    memberai batuan, maka pemberaian batuan dapat dilaksanakan dengan berbagai

    metode (lihat tabel 1).

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Dari metode yang disebutkan di bawah ini, hanya energi kimia atau metode

    peledakan yang dipergunakan secara luas untuk pemberaian batuan yang kuat.

    Kecuali bahan peledak kimia, masih ada jenis bahan peledak lain, yaitu bahan

    peledak mekanis (mechanical explosive) dan nuklir (nuclear) seperti yang

    tercantum dalam klasifikasi bahan peledak menurut J.J. Manon (lihat gambar 1).

    Tabel 1

    Klasifikasi Metode Pemecahan Batuan

    Berdasarkan Pada Energi Yang Dipergunakan

    Bentuk energi yang

    dipergunakan

    Metode Alat atau mesin yang

    dipergunakan

    Kimia

    Mekanis

    Fluida

    Listrik

    Peledakan

    Pneumatic

    Ripping

    Impact

    Menyemprot tanah (soil)

    Menyembur batuan

    Electric arc atau lompatan

    Listrik.

    High explosives, blasting

    agent, liquid oxygen (LOX),

    black powder.

    Udara bertekanan tinggi,

    silinder carbondioxide.

    Ripper teeth, dozer blade

    Hydraulic impact hammer,

    drop ball.

    Hydraulicking (monitor)

    Hydraulic jet

    Eletctrofac machines

    Bahan Peledak

    Mekanis Kimia Nuklir

    (Mechanical) (Chemica) (Nuclear)

    Bahan peledak kuat Bahan peledak lemah

    (high explosives) (low explosives)

    Primer Sekunder Permisible Non Permissible

    (primary) (Secondary)

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Gambar 1

    Klasifikasi Bahan Peledak Menurut J.J. Manon

    Menurut klasifikasi J.J. Manon, Permissible explosives digolongkan dalam bahan

    peledak lemah, hal tersebut kurang tepat karena tidak semua Permissible

    explosives merupakan bahan peledak lemah, sehingga sebaiknya dipakai

    klasifikasi bahan peledak yang lain (lihat gambar 2).

    Bahan Peledak

    Mekanis Kimia Nuklir

    (Mechanical) (Chemica) (Nuclear)

    Bahan peledak kuat Bahan peledak lemah

    (high explosives) (low explosives)

    Bahan Peledak Kuat Yang Asli Blasting Agent Non Permissible

    (True High Explosives)

    Gambar 2

    Klasifikasi Bahan Peledak

    2. BAHAN PELEDAK KIMIA

    Bahan peledak kimia adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang

    apabila dikenakan panas, gesekan atau kejutan (shock) secara cepat dengan

    sendirinya akan bereaksi dan terurai (exothermic decomposition).

    Penguraian ini menghasilkan produk yang lebih stabil, umumnya berupa gas-gas

    bertekanan tinggi karena gas-gas tersebut mengembang pada suhu tinggi akibat

    panas yang dihasilkan dari reaksi eksotermis.

    Besarnya tenaga yang dihasilkan suatu bahan peledak terutama tergantung

    pada jumlah panas yang dihasilkan selama peledakan.

    Ada dua macam istilah untuk reaksi yang terjadi pada bahan peledak kimia, yaitu

    detonation dan deflageration. Detonation menunjukkan reaksi kimia yang terjadi melalui bahan peledak dengan kecepatan yang lebih cepat daripada

    kecepatan suara, sedangkan deflageration menunjukkan reaksi kimia yang lebih

    lambat daripada kecepatan suara.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    a. Bahan peledak lemah (low explosives)

    Bahan peledak lemah adalah campuran dari potasium nitrat atau sodium

    nitrat, sulphur, dan charcoal yang biasa disebut black powder.

    b. Bahan peledak kuat (Hight explosives)

    Berdasarkan fungsinya bahan-bahan (ingredients) yang dipergunakan untuk

    membuat bahan peledak kuat diklasifikasikan sebagai berikut:

    1) Bahan peledak dasar (explosives bases)

    2) Bahan bakar (combustibles)

    3) Pembawa oksigen (oxygen carries), antacids

    4) Penyerap (absorbents)

    Tabel 2

    Bahan-bahan yang dipakai dalam campuran bahan peledak

    3. KOMPOSISI KIMIA BAHAN PELEDAK

    Bahan peledak kuat yang diperdagangkan pada umumnya diharapkan

    menghasilkan panas peledakan (heat of explosion) setinggi mungkin,

  • Bahan Peledak & Peledakan

    memberikan energi yang maksimum dan menghindari terbentuknya gas-gas

    beracun (fumes). Bahan peledak komersial merupakan campuran bahan-bahan

    sedemikian rupa sehingga dicapai keadaan oxygen balance) (sedapat mungkin

    mendekati zero oxygen balance).

    Umumnya produk yang dikehendaki dari suatu peledakan adalah uap air

    (steam, H2O), carbon dioxide (CO2), gas nitrogen (free molecular nitrogen, N2)

    dan oksida padat (solid oxides) semuanya adalah relatif lamban (inert) dan tidak

    beracun.

    Contoh:

    3 NH4NO3 + CH2 --- 7 H2O + CO2 + 3 N2 2 AI + 6 NH4 NO3 + CH2 --- 13 H2O + CO2 + 6 N2 + AI2)3

    a. Menentukan Neraca Oksigen (Oxygen Balance)

    Apabila suatu bahan peledak hanya mengandung elemen-elemen karbon,

    oksigen, hidrogen dan nitrogen, hubungan yang dipakai untuk menghitung

    neraca oksigen dapat dinyatakan sebagai berikut:

    OB = O0 2 Co - 2

    1 Ho .. .. .. .. (1)

    Keterangan

    Oo, Co, Ho adalah menyatakan jumlah gram atom dari masing-masing elemen

    dalam bahan peledak. Dari persamaan (1) dapat dilihat angka 2 dan

    didapat masing-masing dari 2 atom oksigen yang dibutuhkan untuk setiap

    atom karbon dan atom oksigen yang dibutuhkan untuk setiap atom

    hidrogen.

    Apabila bahan peledak mengandung elemen-elemen tambahan yang

    mempunyai afinitas terhadap oksigen, maka Oo harus dikoreksi menjadi

    sebagai berikut:

    OB = Oo Nao Cao dan lain-lain) 2Co Ho . (2). Untuk memecahkan soal neraca oksigen perlu ditentukan harga-harga gram

    atom setiap elemen per satuan berat.

    Contoh:

    NH4 NO3 dengan berat molekul 80, jumlah gram atom untuk masing-masing

    elemen per 100 gram senyawa adalah sebagai berikut:

    N : 2 gram atom, per mole

    2/80 x 100 = 2,50 gram atom per 100 gram

    H : 4 gram atom per mole

    4/80 x 100 = 5,00 gram atom per 100 gram

    O : 3 gram atom per mole

    3/80 x 100 = 3,75 gram atom per 100 gram

    Jumlah gram untuk masing-masing elemen per 100 gram senyawa, atau

    prosentasi komposisi adalah sebagai berikut:

    N : 2,50 x 14 = 35 gram (35% berat)

    H : 5,00 x 1 = 5 gram (5 % berat)

    O : 3,75 x 16 = 60 gram (60 % berat)

    Contoh perhitungan neraca oksigen suatu campuran dengan komposisi

    seperti di bawah ini adalah sebagai berikut:

    Komposisi

    Nitroglyserin (NG 18 %

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Trinitrotoluence (TNT

    Ammonium Nitrate (AN)

    Sodium Nitrate (SN)

    SG Pulp (SG)

    Calcium carbonate (CC)

    3 %

    55 %

    10 %

    12 %

    2 %

    Jumlah 100 %

    Pertama adalah menentukan jumlah gram atom elemen semua bahan-bahan

    yang terkandung dalam 100 gram campuran (bahan peledak). Pada tabel IV

    dinyatakan jumlah gram atom setiap elemen dapam setiap 100 gram bahan

    (ingredient).

    Dengan memakai tabel tersebut maka perhitungan akan lebih mudah,

    sebagai contoh: 18 gram (atau persen) nitroglisering (NG) dalam 100 gram

    campuran terdapat emenen hidrogen = 0,18 x 2,20 = 0,396 gram atom.

    Dengan cara yang sama jumlah atom setiap elemen dalam setiap bahan

    dihitung seperti di bawah ini:

    Analisis gram atom per 100 gram campuran.

    % H0 N0 O0 C0 Ca0 Na0

    NG

    TNT

    AN

    SN

    SG

    CC

    18

    3

    55

    10

    12

    2

    0.396

    0.066

    2.748

    -

    0.756

    -

    0.238

    0.040

    1.374

    0.118

    -

    -

    0.713

    0.079

    2.061

    0.353

    0.257

    0.060

    0.238

    0.093

    -

    -

    0.500

    0.020

    -

    -

    -

    -

    -

    0.020

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    TOTAL 100 3.966 1.770 3.523 0.851 0.020 0.118

    Dengan memakai persamaan (3-2) maka neraca oksigen dapat ditentukan;

    OB = (Oo Nao Cao) 2 Co Ho OB = (3,523 x 0,118 0,020) 2 x 0,851 x 3,966 OB = 3,44 3,685 = -02,41 gram atom per 100 gram campuran (negatif)

    Karena kekurangan oksigen bahan peledak tersebut akan menghasilkan

    sejumlah gas CO.

    b. Komposisi Bahan Peledak

    Membuat suatu bahan peledak dengan kualitas yang memenuhi persyaratan

    tertentu memerlukan pengertian tentang campuran bahan-bahan dalam

    bahan peledak dan bagaimana kemungkinan reaksinya.

    Sebagai prosedur dasar dapat dipakai prinsip neraca oksigen, dimana hasil

    peledakan hanya membentuk CO2, H2O, N2 dan biasanya oksida padat.

    Perbandingan bahan-bahan dalam campuran dapat ditentukan dengan dua

    cara:

    1) Bahan peledak mengandung AN, NG dan wood pulp (SG) yang perlu

    dihitung berapa perbandingan setiap bahan dalam campuran.Apabila

    permsamaan reaksinya diketahui maka dapat dihitung sebagai berikut:

  • Bahan Peledak & Peledakan

    a AN + b NG + c SG = d CO2 + H2O = f N2

    Atau

    11 NH4NO3 + 2 C3H5 (NO3)3 + C6H10O5 = 12CO2 + 32H2O + 14 N2

    substitusikan berat molekul untuk setiap senyawa.

    11 (80) + 2 (227) + 1 (162) = 12 (44) + 32 (18) + 14 (28)

    1496 gram = 1496 gram

    Jadi prosentase masing-masing bahan (senyawa) adalah:

    AN = 100 x (880/1496) = 58,8 %

    NG = 100 x (454/1496) = 30,4 %

    SG = 100 x (162/1496) = 10,8 %

    2) Cara menghitung perbandingan bahan-bahan dalam bahan peledak

    dimana persamaan reaksinya tidak diketahui.

    Bahan peledak ANFO dengan campuran yang diharapkan memiliki

    neraca oksigen nol (zero oxygen balance).

    a AN + b FO = c CO2 + d H2O + e N2

    % Ho No Oo Co

    AN

    FO

    X

    Y

    5,00 X

    14,80 Y

    2,50 X

    -

    3,75 X

    -

    -

    7,10 Y

    Total 1,00 (5,00 X + 14,80) 2,50 X 3,75 X 7,10 Y

    Karena X + Y sama dengan 100 persen, maka X + Y = 1

    OB = Oo 2 Co Ho

    Substitusikan angka gram setiap elemen ke dalam persamaan

    OB = 3,75 x 2(7,10 Y) (5,00 X + 14,8 Y) = 0 1,25 X = 21,60 Y

    X = 17,3 Y

    Apabila X + Y = 1, maka 17,3 Y + Y = 1

    Y = 0,055 (5,5 % FO)

    X = 0,945 (945 % AN

    Contoh beberapa campuran ANFO dengan neraca oksigennya:

    94,5 % AN 5,5 FO (neraca oksigen no.1) 3 NH4NO3 + CH2 = 7 H2O + CO2 + 3 N2 + 930 Kcal/kg

    92,0 % AN 8,0 % FO (fuel axcess) 2 NH4NO3 + CH2 = 5 H2O + CO + 2N2 + 810 Kcal/kg

    96,6 % AN - 3,4 % FU (fuel shortage) 5 NH4NO3 + CH2 = 11 H2O + CO2 + 4 NO + 600 Kcal/kg

    4. SIFAT-SIFAT BAHAN PELEDAK

    Bahan peledak mempunyai bermacam-macam sifat. Untuk jenis bahan peledak

    tertentu sifat-sifatnya bervariasi tergantung dari pabrik yang membuatnya.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Sifat-sifat bahan peledak yang akan dibahas disini adalah sifat-sifat yang

    berguna sebagai petunjuk umum memilih bahan peledak. Sifat-sifat tersebut

    adalah ; strength, detonation velocity, density, detonation pressure, water-

    resistance, dan fumes class, sensitivity and sentiveness.

    a. Kekuatan (Strength) Strength adalah ukuran yang dipergunakan untuk mengukur energi yang

    terkandung dalam bahan peledak dan kerja yang dapat dilakukan oleh bahan

    peledak. Tes yang dipakai untuk mengukur adalah ballistic mortar test.

    Dua macam ukuran strength yang dipakai untuk menilai bahan peledak

    komersial yaitu: weiht strength adalah membandingak kekuatan bahan

    peledak dengan dasar berat yang sama dan cartridge atau bulk strength

    membandingkan kekuatan bahan peledak dengan dasar volume yang sama.

    Strength dinyatakan dalam persen dengan straight nitrilycerin dynamite

    dipakai sebagai standar.

    Kekuatan

    1 pound

    1 pound

    1 pound

    Extra dynamite 40 % weight strength

    Ammonia gelatin 40 % weight strength

    40 % straight dynamite

    sama

    1,25 x 8 cartridge 1,25 x 8 cartridge 1,25 x 8 cartridge

    Extra dynamite 30 % cartridge strength

    Semigelatin 30 % cartridge strength

    30 % straight dynamite

    sama

    Weight strength dan cartridge strength dari suatu bahan peledak adalah

    sama apabia specific gravity dari bahan peledak adalah 1,4.

    Istilah strength pertama kali dipakai untuk dinamit dengan bahan-bahan aktif

    (active ingredients) seperti sodium nitrate dan carbonaceous fuel yang akan

    menambah energi dalam bahan peledak. Akibatnya 60% straight dynamite

    yang mengandung 60 % nitrogiserin hanya kurang lebih 1 kali kekuatan

    dari 20% stratight dynamite, karena energi yang diberikan oleh tambahan

    sodium nitrate dan carbonaceous material dalam 20% stratight dynamite.

    Hubungan antara weight strength dan cartridge strength dari suatu bahan

    peledak tergantung pada densitynya. Apabila specific gravity adalah 1,4,

    cartridge count (jumlah cartridge 1 x 8 dalam kotak 50 pound) kurang lebih 100, maka weight strength sama dengan cartridge strength. Kalau

    spesific gravity kurang dari 1,4 (cartridge count lebih besar dari 100), maka

    cartridge strength kurang dari weight strength. Kebalikannya akan terjadi

    apabila berat kedua ukuran strenth gravity) lebih besar dari 1,4.

    Monogram dalam gambar 3 dapat dipergunakan untuk menghubungkan

    kedua ukuran strength tersebut.

    Beberapa bahan peledak kekuatannya dinyatakan dalam weight strength dan

    sebagian lagi dinyatakan dalam cartridge strength. Oleh karena itu penting

    bagi pemakai bahan peledak mengetahui strength yang mana untuk

    menyatakan kekuatan bahan peledak yang akan dipakai.

    Secara umum kekuatan dinamit dinyatakan dengan dasar weight strength

    dan gelatin dinyatakan dengan dasar cartridge strength, walaupun hal ini

    tidak selalu benar.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    b. Kecepatan Detonasi (Detonation Velocity)

    Sifat bahan peledak yang sangat penting adalah kecepatan detonasi yang

    dapat diukur atau dinyatakan dalam angka terkurung (confined) atau harga

    tidak terkurung dengan satuan feet per detik (fps).

    Kecepatan detonasi terkurung (confined detonation velocity) adalah ukuran

    dari kecepatan gelombang detonasi (detonation wave) yang merambat

    melalui kolom bahan peledak di dalam lubang tembak atau ruang terkurung

    lainnya.

    Sedangkan kecepatan detonasi tidak terkurung (unconfined detonation

    velocity) menunjukkan kecepatan detonasi bahan peledak apabila bahan

    peledak diledakkan dalam keadaan terbuka atau tidak terkurung.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Gambar 3

    Monogram Weight Cartridge Strength dan Cartridge Count

    Karena bahan peledak umumnya dipergunakan dalam keadaan tingkat

    pengurungan tertentu, harga kecepatan detonasi dalam keadaan terbuka

    atau tidak terkurung lebih berarti.

    Sebagian pabrik mengukur kecepatan detonasi di dalam kolom bahan

    peledak berdiameter 1 yang tidak terkurung, walaupun beberapa pengukuran dilakukan di dalam pengurungan dengan pipa besi dengan

    diameter berbeda-beda.

    Kecepatan detonasi dari suatu bahan peledak tergantung pada density,

    bahan-bahan (ingredients) yang terdapat dalam bahan peledak, ukuran

    partikel dari bahan-bahan, diameter muatan (charge) dan derajat

    pengurungan.

    Pengurangan ukuran butir, penambahan diameter muatan dan penambahan

    derajat pengurungan semuanya cenderung menambah kecepatan detonasi.

    Memilih bahan peledak yang didasarkan atas kecepatan detonasi perlu

    mengetahui apakah kecepatan tersebut terkurung atau tidak terkurung.

    Kecepatan detonasi tidak terkurung umumnya antara 70-80 % kecepatan

    detonasi terkurung, sedangkan kecepatan detonasi bahan peledak komersial

    bervariasi antara 5.000 25.000 fps.

    Untuk peledakan pada batuan keras dipakai bahan peledak yang mempunyai

    kecepatan detonasi tinggi (sifat shattering effect) dan peledakan pada batuan

    lemah dipakai bahan peledak yang kecepatan detonasinya rendah (sifat

    heaving action).

    Beberapa bahan peledak dan umumnya blasting agents sangat peka

    terhadap perubahan diameter muatan. Apabila diameter dikurangi sampai

    batas tertentu akan terjadi misfire, diameter ini disebut critical diameter

    dimana perambatan tidak dapat berlangsung/ terhenti.

    c. Kerapatan (density)

    Kerapatan dari suatu bahan peledak dapat pula dinyatakan dalam

    berat jenis (specific gravity) atau cartridge count. Berat jenis adalah nisbah

    kerapatan bahan peledak terhadap kerapatan air pada kondisi baku

    (standar). Sedangkan cartridge count atau stick count adalah sama dengan

    140 dibagi berat jenis dari bahan peledak atau dinyatakan dalam jumlah

    cartridge berukuran 1 x 8 di dalam kotak seberat 50 lb.

    Berat jenis bahan peledak komersial adalah antara 0,6 1,7 atau cartridge count antara 233 82. Bahan peledak berbentuk butiran (free running explosives) kerapannya sering dinyatakan dalam jumlah pound bahan

    peledak per foot panjang muatan dalam lubang tembak yang ukurannya

    telah ditentukan. Biasanya bahan peledak yang mempunyai kerapatan lebih

    besar akan menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan yang tinggi.

    Untuk peledakan ditempat yang kondisinya sukar atau peledakan yang

    diharapkan dapat menghasilkan fragmentasi berukuran kecil diperlukan

  • Bahan Peledak & Peledakan

    bahan peledak dengan kerapatan tinggi, sedangkan sebaliknya diperlukan

    bahan peledak dengan kerapatan rendah.

    Kerapatan suatu bahan peledak menjadi amat penting jika bekerja ditempat

    yang kondisinya berair. Bahan peledak dengan berat jenis kurang dari 1,0

    atau cartridge count lebih besar dari 140 tidak akan tenggelam dalam air.

    Hubungan antara kerapatan atau berat jenis, cartridge count dan loading

    density adalah sebagai berikut:

    Berat jenis atau specific gravity (SG) tidak mempunyai satuan, sedangkan

    kerapatan mempunyai satuan g/cc atau lb/cuft. Cartridge count atau stick

    count (SC) adalah jumlah cartridge dengan ukuran 1 x 8 di dalam kotak seberat 50 lb. Loading density (de) adalah jumlah berat bahan peledak per

    foot dari panjang muatan dengan satuan lb/ft. Sedang diameter muatan

    dinyatakan dalam inci.

    de = 0,34 De2 (SG)

    Bila : SG = 140/SC atau 141/SC

    Maka : de = 48 De2/SC

    d. Tekanan detonasi (detonation Pressure)

    Tekanan detonasi adalah fungsi dari kecepatan detonasi dan density suatu

    bahan peledak merupakan ukuran tekanan di dalam gelombang detonasi

    (detonation wafe).

    Walaupun hubungan kecepatan detonasi dan kerapatan dengan tekanan

    detonasi adalah kompleks dan tergantung pada bahan-bahan yang

    terkandung dalam suatu bahan peledak, namun dapat dibuat pendekatan

    sebagai berikut:

    D) 80.01(

    C 1018.4 27

    DxP

    dimana:

    P = tekanan detonasi, kbr (1 kbr = 14.504 pasi)

    D = specific gravity

    C = kecepatan detonasi, fps

    Monogram dalam gambar 4 dapat dipergunakan untuk memperkirakan

    tekanan detonasi suatu bahan peledak apabila kecepatan detonasi dan berat

    jenisnya diketahui.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Gambar 4

    Monogram Hubungan Kecepatan Tekanan Detonasi Dan Berat Jenis Bahan Peledak

    e. Ketahanan Terhadap Air (Water Resistance)

    Ketahanan bahan peledak terhadap air adalah ukuran dari kemampuan

    suatu bahan peledak berada dalam air dengan tidak merusak atau

    merubah/mengurangi kepekaannya (sensitivity).

    Apabila terdapat air dalam lubang tembak dan waktu antara memuat dan

    meledakkan agak singkat, bahan peledak dengan nilai water resistance baik

    sudah memenuhi. Jika waktu vahan peledak berada dalam lubang tembak

    agak lama perlu dipakai bahan peledak dengan nilai water resistance yang

    sangat baik atau sempurna (excellent).

    Umumnya gelatin mempunyai water resistance paling baik, higher density

    dinamites mempunyai water resistance sedang sampai baik, dan low density dynamites mempunyai water resistance rendah sampai nol

    f. Kelas gas-gas Beracun (Fumes Class)

    Diharapkan dari detonasi suatu bahan peledak komersial menghasilkan uap

    air (H2O), karbondioksida (CO2) dan nitrogen (N2), walaupun kadang-kadang

    terdapat juga hasil tambahan yang tidak diharapkan yaitu gas-gas beracun

    seperti karbon monoksida (CO) dan nitrogen oksida (NO2). Gas-gas beracun

  • Bahan Peledak & Peledakan

    ini terbentuk karena hasil suatu proses peledakan yang tidak zero oxygen

    balance.

    Gas-gas beracun ini disebut fumes dan fumes class dari suatu bahan

    peledak menyatakan sifat dan jumlah dari gas-gas beracun yang terbentuk di

    dalam proses peledakan. Untuk kegiatan peledakan di tambang terbuka

    faktor fumes tidak merupakan suatu persoalan. Di dalam pekerjaan tambang

    bawah tanah atau pekerjaan dalam ruang tertutup atau terkurung, nilai fumes

    dari suatu bahan peledak yang dipakai merupakan faktor penting yang harus

    dipertimbangkan.

    Nilai fumes dari suatu bahan peledak didasarkan pada anggapan bahwa

    bahan peledak diledakkan dalam bentuk cartridge. Pengupasan pembungkus

    cartridge suatu bahan peledak akan mengganggu neraca oksigen dan akan

    berpengaruh kurang baik terhadap gas-gas beracun yang dihasilkan dan

    efisiensi peledakan. Air dalam lubang tembak dapat juga mempunyai

    pengaruh yang merugikan pada gas-gas beracun yang dihasilkan dalam

    proses peledakan, disebabkan oleh kerusakan bahan peledak atau

    penyerapan panas dari proses peledakan. Tabel 3. menunjukkan klasifikasi

    dari fumes.

    Setiap pekerjaan peledakan yang telah ditentukan selalu ada bahan peledak

    atau blasting agents yang cocok dan akan memberikan hasil yang terbaik.

    Untuk memilih bahan peledak yang sesuai, juru tembak harus mengetahui

    kondisi fisik batuan (kekerasan, density, struktur geologi, dan sebagainya)

    dan kondisi tempat kerja (keadaan air, ventilasi yang tersedia) dan tujuan dari

    pekerjaan peledakan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, agar dapat dipilih

    bahan peledak yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai.

    Tabel 3

    Klasifikasi Fumes dari Bahan Peledak

    Bureau of mines for permisibles

    Class A-0 to 53 liters (0 to 1.87 cuft) toxious gases/1 lb, explosives

    Class B-53 to 106 liters (1.87 to 3.74 cuft) toxious gases/1 lb, explosives

    Institute of makers of explosives for nonpermissible

    Class 1 0.00 to 0.16 cuft toxious gas/ctg

    Class 2 0.16 to 0.33 cuft toxious gas/ctg

    Class 3 0.33 to 0.67 cuft toxious gas/ctg

    5. DYNAMITES

    a. Straight Nitroglycerin Dynamite

    Semula dinamit adalah campuran dari nitrogliserin dan kieselguhr

    (diatomaeceous earth). Kemudian kieselguhr diganti dengan bahan aktif

    (active ingredients), yang menghasilkan bahan peledak yang lebih kuat.

    Straight nitroglycerin dynamite terdiri dari nitrogliserin, sodium nitrat, antacid,

    bahan bakar (carbonaceous fuel) dan sulfur.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Bahan peledak ini diproduksi dengan weight strength dari 20-60%, angka ini

    menyatakan kira-kira jumlah prosentase dari nitrogliserin.

    Karena nitrogliserin mempunyai kecendrungan membeku pada suhu rendah

    maka sebagian atau seluruh nitrogliserin di dalam straight dynamite

    disubstitusi dengan explosive oil.

    Karakteristik straight dynamite adalah sebagai berikut:

    Kecepatan detonasi tinggi akan menyebabkan aksi pemberaian yang cepat;

    ketahanan terhadap air baik pada higher grade dan jelek pada lower grade,

    kualitas fumes umumnya jelek.

    Penggunaan straight dynamites sekarang berkurang karena mahal, peka

    terhadap kejutan, gesekan dan mudah terbakar.

    b. Hight Density Ammonia Dynamite

    Ammonia dynamite biasanya dikenal sebagai extra dynamite. Extra dynamite

    adalah bahan peledak berbentuk cartridge (dodol) yang paling banyak

    dipergunakan di lapangan.

    Ammonia dynamite sama komposisinya dengan straight dynamite kecuali 20-

    60% weight strenght.

    Dibandingkan dengan straight dynamite umumnya karakteristik hight density

    ammonia dynamite adalah: kecepatan detonasi lebih rendah, kurang padat,

    kualitas fumes lebih baik, kurang peka terhadap kejudan dan gesekan.

    c. Low-Density Ammonia Dynamite

    Low density ammonia dynamite adalah bahan peledak dengan weight

    strength kira-kira 65 % dan cartridge strength 20-50%. Seperti high density

    ammonia dynamite maka Low density ammonia dynamite di dalamnya juga

    mengandung sebagian kecil nitroglyserin dan sebagian besar lainnya

    ammonium nitrat. Variasi dalam density memberikan cartridge strength yang

    berbeda-beda pada weight strength yang sama. Hal tersebut dapat diperoleh

    dengan cara mengubah density dan ukuran butir dari bahan-bahan yang

    dipergunakan.

    6. GELATINS

    a. Blasting Gelatin

    Blasting gelatin mempunyai tekstur karet, komposisinya adalah nitroglyserin ditambah nitrocellulose yang dikenal sebagai guncotton. Antacid ditambahkan untuk stabilitas penggudangan atau penyimpanan. Wood meal biasanya ditambahkan untuk memperbaiki kepekaan.

    Sifat blasting gelatin adalah kecepatan detonasi yang tinggi dan mempunyai

    ketahanan terhadap air yang sempurna, tetapi menghasilkan fumes dalam

    volume yang besar. Blasting gelatin sangat cocok untuk peledakan di bawah

    air atau dipergunakan di dalam sumur dalam dengan tekanan air yang tinggi,

    namun jarang dipakai karena mahal. Blasting gelatin juga dikenal dengan

    nama oil well explosive.

    b. Straight Gelatin

    Straight gelatin adalah padat, mempunyai tekstur plastis, dari nitriglyserin,

    nitrocellulose, antacid,sodium nitrat, carbonaceous fuel dan kadang-kadang

  • Bahan Peledak & Peledakan

    sulfur. Karena gelatin cenderung melapisi bahan-bahan lainnya maka straigh

    gelatin merupakan bahan peledak yang ketahanannya terhadap air sangat

    baik.

    Straight gelatin diproduksi dalam weight strength 20-90 % dengan cartridge

    strength 30-80 %. Dahulu straight gelatin dipergunakan untuk peledakan

    dalam batuan keras ataupun muatan dasar (bottom charge) dalam kolom

    bahan peledak karena harganya mahal dalam kebanyakan penggunaan

    diganti dengan bahan peledak yang lebih murah seperti ammonia gelatin.

    Staright gelatin yang kadarnya tinggi masih sering dijumpai dipergunakan

    dalam peledakan di bawah air dan di dalam sumur dalam.

    Straight gelatin mempunyai dua karakteristik kecepatan detonasi, yaitu:

    kecepatan detonasi terkurung (confined detonation velocity) ditentukan oleh

    pabrik dan ecepatan lain yang lebih rendah sebagai hasil dari pengurungan

    yang kurang memadai, penyalaan yang kurang sempurna atau tekanan

    hidrostatis yang tinggi. Tekanan air yang sangat tinggi dapat menyebabkan

    misfire.

    Untuk menghindari kelemahan di atas maka diproduksi seri high velocity

    gelatin. High velocity gelatin sama dengan straight gelatin kecuali kurang

    padat, lebih peka terhadap detonasi dan selalu meledak mendekati

    kecepatan yang telah ditentukan tanpa mengindahkan tekanan air atau

    tingkat pengurungan.

    c. Ammonia Gelatin

    Ammonium gelatin juga dikenal sebagai special gelatin atau extra gelatin.

    Suatu straight gelatin dimana sebagian dari nitroglycerin dan sodium nitrat

    diganti dengan ammonium nitrat sehingga ammonium gelatin lebih murah

    daripada straight gelatin.

    Kekuatan dariammonium gelatin dinyatakan dalam weight strength ataupun

    cartridge strength, tergantung dari pabriknya.

    Ammonia gelatin diproduksi dalam weight strength 30-80 % sesuai dengan

    cartridge strength 35-72 %.

    Dibandingkan straight galetin, ammonia gelatin mempunyai kecepatan

    detonasi lebih rendah, kualitas fumes lebih baik dan ketahanan terhadap air

    lebih kecil, walaupun dapat ditembakkan secara efisien sekalipun telah

    berada di dalam air selama beberapa hari.

    Ammonium gelatin telah menggantikan straight gelatin dalam hampr semua

    pemakaian kecuali pekerjaan di bawah air dan pekerjaan di sumur dalam.

    Karena ammonia gelatin mempunyai nilai fumes yang baik kecuali 90%

    grade maka sesuai untuk pekerjaan di bawah tanah. Kekuatan yang lebih

    tinggi (70% ke atas) efisien dipakai sebagai primer untuk blasting agents.

    7. SEMI GELATIN

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Semi gelatin dibandingkan dengan ammonia gelatin pada dasarnya sama

    dengan low density ammonia dynamite dibandingkan dengan high density

    ammonia dynamite.

    Semi gelatin series mempunyai weight strength yang seragam (60-65%) dengan

    cartridge strength bervariasi tergantung pada density dan ukuran butir dari

    bahan-bahan dalam bahan peledak tersebut.

    Karena sifat-sifatnya adalah kompromi antara sifat-sifat high-density ammonia

    dynamite dan ammonia gelatin, maka semi gelatin mempunyai bermacam-

    macam kegunaan (serba guna). Dapat dipergunakan untuk mengganti ammonia

    dynamite apabila diperlukan ketahanan terhadap air yang lebih besar dan lebih

    murah untuk dipergunakan ditempat basah daripada ammonia gelatin. Semi

    gelatin mempunyai detonation velocity terkurung 10.000-12.000 fps.

    Pengurungan yang kurang sempurna tidak mempengaruhi kecepatannya.

    Kualitas fumes baik sekali, sehingga memungkinkan dipakai dalam pekerjaan

    bawah tanah, karena plastis sangat cocok untuk memuat (loading) ke dalam

    lubang tembak ke arah atas.

    8. BLASTING AGENTS

    Blasting agent adalah suatu campuran yang terdiri dari bahan bakar dan oxidizer

    dimaksudkan untuk peledakan dan bahan-bahan campuran tersebut tidak ada

    yang dapat diklasifikasikan sebagai bahan peledak. Produk akhir sebagai

    campuran dan dibungkus untuk dipakai atau dikapalkan tidak dapat diledakkan

    memakai blasting cap no. 8.

    Blasting agent disebut juga dengan nama nitrocarbonitrate. Blasting agent dapat

    mengandung bahan tambahan bukan bahan peledak seperti TNT merubah

    klasifikasi campuran dari formula Sluries dan blasting agent menjadi high explosive.

    a. Dry Blasting Agent

    Dry Blasting agent adalah campuran butiran (granular atau prilled) ammonium

    nitrate dan bahan bakar berupa fuel oil atau carbonaceous material lainnya

    dalam beberapa campuran ditambahkan bahan-bahan seperti aluminium dan

    ferrosilicon untuk menambah density.

    Dry blasting agent tidak peka terhadap detonator (cap) dan harus diledakkan

    oleh high-explosive primer. Untuk menjamin efisiensi peledakan dari blasting

    agent diperlukan primer seperti 75 % ammonia gelatin, composition B, atau

    pentolite. Priming yang tidak sempurna dan dalam keadaan tertentu malahan

    akan terjadi misfire.

    Kecepatan detonasi pada muatan berdiameter 6 inci atau lebih adalah lebih

    dari 12.000 fps, tetapi kecepatan pada muatan berdiameter 1 inci berkurang

    menjadi setengah harga tersebut di atas. Tabel XIX menggambarkan

    hubungan antara kecepatan detonasi dan muatan bahan peledak dari

    bermacam-macam diameter lubang tembak.

    Keuntungan-keuntungan blasting agent adalah aman dalam pengangkutan,

    penyimpanan, dan penangannya murah. Blasting agent mempunyai ketahanan

    terhadap air yang jelek.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Sangat sukar untuk menyatakan sifat dari blasting agent secara tepat karena

    sifat tersebut akan berubah tergantung dari ukuran butir bahan, density

    pengurungan, diameter muatan, kondisi air, coupling ratio, jumlah primer.

    Energi ANFO teoritis dapat dotimal pada zero oxygen balance (94,5 % AN dan

    5,5 % FO) dimana kecepatan detonasi adalah 14.000 fps.

    b. Slurries (water gels)

    Istilah sturries dan water gel adalah sama artinya. Beberapa pakar memakai

    istilah slurries sedang yang lain memakai istilah water gel. Slurries adalah

    campuran oksidator seperti sodium nitrat dan ammonium nitrat, fuel

    sensitivezer baik berupa bahan peledak atau bukan bahan peledak, dan air

    (biasanya 15%), campuran ini dikentalkan memakai gaur gum menyebabkan

    slurries mempunyai ketahanan terhadap air yang sempurna.

    Slurry blasting agent yang mengandung sentivizer bukan bahan peledak

    seperti bahan bakar, sulfur atau aluminium tidak peka terhadap detonatr (non-

    cap sensitive). Sedangkan slury yang mengandung sensitivizer bahan peledak

    seperti TNT adalah peka terhadap detonator (cap sensitive). Jadi kurang benar

    apabila dimasukkan dalam kelompok blasting agent. Oleh karena itu slurry

    yang mengandung bahan yang dapat diklasifikasikan sebagai bahan peledak

    disebut slury explosive dan peka terhadap detonator.

    Seperti blasting agent lainnya slurry blasting agent memerlukan priming yang

    cukup supaya dapat dicapai kecepatan detonasi yang telah ditentukan, primer

    yang dipakai adalah bahan peledak kuat atau booster.

    Slurry explossive mungkin memerlukan atau tidak memerlukan suatu primer.

    Kecepatan detonasi slurry adalah antara 11.000-18.000 fps tergantung pada

    sensitivizer, bahan-bahan yang digunakan, diameter muatan, derajat

    pengurungan dan density. Spesific gravity slurry antara 1.05 1.60.

    Slurry pada umumnya dikenal karena fuel sentivizernya seperti aluminized

    slurry, TNT slurry atau smokeless powder slurry.

    E. PERLENGKAPAN /PERALATAN PELEDAKAN

    1. Peledakan Cara Non Listrik

    a. Sumbu Api (Safety Fuse)

    Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang fungsinya merambatkan api

    dengan kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat menyalakan

    detonator (plain detonator) yang dipasang pada ujung sumbu guna

    meledakkan bahan peledak.

    Sumbu api terdiri dari inti (central core) berupa black powder (low explosive)

    dan pembungkus berupa tekstil dan material kedap air. Fungsi pembungkus

    untuk menjaga sumbu api dari kerusakan mekanis dan kerusakan akibat air

    atau minyak.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Sumbu api terbakar dengan kecepatan rambat yang terkontrol, sehingga

    panjang sumbu api yang telah ditentukan ekivalen dengan interval waktu

    tertentu pula.

    Kecepatan rambat sumbu api yang biasa diperdagangkan adalah:

    130 detik per meter (120 detik/yard), pada permukaan laut dengan variasi 10 detik, untuk sumbu api buatan USA.

    120 detik per meter dengan variasi yang sama, untuk sumbu api standar Eropa.

    Sumbu api harus disimpan di gudang yang sejuk, kering dan mempunyai

    ventilasi yang baik. Terhindar dari cairan (minyak, cat, solar dan lain

    sebagainya), yang mungkin dapat merusak. Suhu penyimpanan 50 100o F

    dan kelembaban relatif rendah.

    b. Sumbu Ledak (detonating Fuse)

    Sumbu ledak (detonating fuse atau detonating cord) adalah sumbu yang

    terdiri dari: inti initiating explosive (PETN) dibalut lapisan plastik dan

    dibungkus dengan kombinasi tekstil, kawat dan lapisan plastik.

    Sumbu ledak mudah dan aman penggunaannya, mempunyai ketahanan

    terhadap air yang baik sekali dan mempunyai kecepatan detonasi yang

    tinggi, sekitar 21.000 feet per detik, serta mempunyai kuat tarik yang baik,

    ringan dan fleksibel.

    Sumbu ledak apabila dinyalakan dengan detonator dapat merambatkan

    gelombang detonasi kesemua tempat disepanjang sumbu. Peledakan

    dengan sumbu ledak tidak memerlukan detonator di dalam lubang tembak,

    seluruh rangkaian dan seri muatan (instantaneous atau delay) dapat

    dinyalakan dengan memakai satu detonator no. 6 (plain atau electric

    detonator). Detonator diikatkan pada sumbu ledak (truk line) memakai tape,

    dengan ujung dasarnya mengarah pada arah rambatan gelombang detonasi.

    Sumbu ledak diproduksi oleh beberapa pabrik dengan bermacam-macam

    merk dagang, seperti: primacord, Primex dan lain sebagainya. Jenis sumbu

    ledak biasa mempunyai muatan inti 8-60 grain PETN per ft, dengan diameter

    sumbu 0,15-0,4 inci dan kekuatan tarik 130 375 lb.

    Jenis sumbu ledak khusus juga diproduksi oleh beberapa pabrik untuk

    keperluan tertentu, misalnya:

    Detacord, 18 gr/ft dan B-line, 25 gr/ft untuk peledakan sekunder

    Plastic reinforced primacord, 54 gr/ft untuk peledakan di bawah air.

    PETN 60 plastic, 60 gr/ft untuk pemeliharaan sumur minyak

    Seismic Cord, 100 gr/ft, untuk pekerjaan seismic

    RDX 70 primacard, 70 gr/ft, untuk perforasi sumur minyak

    Sumbu ledak sangat luas pemakaiannya, sangat cocok untuk daerah-daerah

    yang kondisi iklimnya banyak petir.

    Pemakaian sumbu ledak aman, mudah dan pengisian muatan lubang tembak

    lebih cepat, alasannya: Detonator tidak dipasang dalam setiap lubang

  • Bahan Peledak & Peledakan

    tembak. Arus liar (stray current) tidak mempengaruhi sumbu ledak dan

    terjamin meledak dengan kekuatan penuh.

    Sumbu ledak dikemas dalam bentuk gulungan 500 ft dan 1.000 ft dalam

    kotak kemasan berisi 2-4 gulungan.

    c. Nonel

    Nonel adalah tube plastik, mempunyai diameter luuar 3 mm, di dalamnya

    berisi suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan gelombang kejut (shock

    wave) dengan kecepatan kira-kira 2.000 meter per detik.

    Gelombang kejut tersebut mempunyai energi yang cukup untuk meledakkan

    primary explosives atau delay element dalam detonator. Karena reaksi terjadi

    di dalam tube, plastik tidak terpengaruh oleh gelombang kejut dan sebagai

    akibatnya tidak akan meledakkan setiap kolom bahan peledak yang

    dilaluinya.

    Nonel yang umum dipakai dalam peledakan adalah nonel standar. Untuk

    kondisi yang khusus tersedia heavy duty (HD) tube, yang lebih tahan

    terhadap gesekan dan mempunyai kekuatan tarik yang tinggi. Dalam bentuk

    standar suhu yang cocok sampai 50oC, untuk kondisi lebih panas dipakai

    tube khusus yang disebut HT (high temperature), suhu sampai sekitar 65oC.

    Dua macam sistem nonel yang tersedia adalah:

    - Nonel GT

    - Nonel UNIDET

    Nonel GT mempunyai interval waktu: Short delay, deci-second dan half-

    second delay. Nonel GT/MS (short delay period) dipakai untuk peledakan

    tambang terbuka dan nonel GT/T (deci-second dan half-second period)

    dipakai untuk peledakan dalam terowongan.

    Nonel UNIDET adalah sistem nonel yang terakhir. Detonator mempunyai

    waktu tunda yang sama. Dalam peledakan urutan waktu peledakan dipasang

    di permukaan, hal tersebut akan memudahkan pemakaian dan

    penyimpanannya.

    2. Peledakan Cara Listrik

    Rangkaian peledakan meliputi 3 (tiga) elemen dasar rangkaian, yaitu:

    Detonator listrik (electric detonator)

    Kawat rangkaian (circuit wiring) leg wire, connecting wire, fining line dan buswire.

    Sumber tenaga (power source): blasting machine dan AC-power line. a. Detonator

    Detonator dibagi menjadi dua jenis, yaitu: instantaneous detonator dan delay

    detonator.

    - Instantaneous detonator

    - Mili second detonator

    - Half-second detonator

    Instantaneous detonator dipakai untuk peledakan yang tidak memerlukan

    delay atau penundaan antara beberapa muatan. Adapun pada milli second

    delay detonator di dalamnya terdapat milli-second delay element, yang

    fungsinya menunda detonasi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Waktu tunda (delay interval) antara setiap interval dalam seri tidak boleh

    melebihi 100 ms (0,1 detik).

    Half-second delay detonator mempunyai waktu penundaan 500 ms (0,5

    detik) setiap interval. Detonator listrik yang umum dipasarkan adalah

    detonator listrik no. 6 dan no. 8.

    b. Circuit Wiring

    1) Legwire

    Legwire adalah dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik,

    yang salah satu ujung dihubungkan dengan bridge wire yang terdapat

    dalam detonator. Isolasi legwire pada ujung yang lain terkupas dan kedua

    kawat diikatkan satu terhadap yang lain atau dilindungi terhadap plastic

    shunt. Panjang legwire bervariasi tergantung kebutuhan.

    2) Connecting wire

    Connecting wire adalah kawat yang mempunyai isolasi, dipakai untuk

    menghubungkan legwire dengan firing line.

    Connecting wire terdiri dari kawat tungal (solid wire) tembaga dengan

    isolasi yang tahan terhadap air yaitu 20-AWG atau yang lebih besar.

    3) Firing Line

    Firing line atau leading wire adalah kawat yang dipergunakan untuk

    menghubungkan sumber tenaga listrik dengan rangkaian detonator yaitu

    14-AWG atau yang lebih besar.

    4) Buswire

    Buswire adalah perpanjangan dari firing line dimana masing-masing

    detonator (parallel circuit) atau masing-masing detonator dalam seri

    (parallel series circuit) dihubungkan. Karena buswire merupakan

    perpanjangan dari firing line maka kawat ini mempunyai ukuran (gauge)

    sama dengan firing line.

    c. Rangkaian Peledakan (Blasting Circuit)

    Ada tiga macam susunan rangkaian peledakan, yaitu seri, parallel, dan

    parallel-seri.

    d. Perhitungan Rangkaian peledakan

    Dalam rangka peledakan yang perlu ditentukan adalah apakah arus yang

    mengalir melalui rangkaian detonator dalam peledakan cukup untuk

    menyalakan seluruh detonator. Arus yang dihitung harus sama dengan atau

    lebih dari minimum standar yang tercantum dalam tabel 4 berikut

    Tabel 4

    Daftar Tahanan Kawat dan Detonator Dari Berbagai ukuran Resistance of Copper and Iron Wire

    AWG Ohms/1,000 ft

    Copper Iron

    6

    8

    10

    12

    14

    0.395

    0.628

    0.999

    1.59

    2.53

    1.4

    3.7

    6.1

    9.8

    15.6

  • Bahan Peledak & Peledakan

    16

    18

    20

    21

    22

    23

    24

    4.02

    6.38

    10.15

    12.80

    16.14

    20.36

    26.67

    24.8

    39.5

    62.7

    76.1

    100

    126

    159

    Nominal Resistance of Atlas Electric Detonators

    LegwireLength Nominal ResistanceOhms/1,000 ft

    Copper Iron

    6

    8

    10

    12

    16

    20

    24

    30

    40

    50

    60

    80

    100

    120

    150

    1.6

    1.7

    1.8

    1.8

    1.9

    2.1

    2.3

    2.3

    2.3

    2.6

    2.8

    3.3

    3.8

    4.4

    5.1

    2.8

    3.3

    3.8

    4.3

    5.3

    6.3

    7.3

    8.8

    11.3

    13.8

    16.4

    21.4

    26.4

    Tabel 5

    Kebutuhan Arus Minimum Untuk peledakan

    Atlas electric detonator minimum firing current requirements

    Circuit DC power source AC power Source

    Single detonator

    Single series

    Parallel series

    Parallel

    0,5 amp/detonator

    1,5 amps

    1.5 amps/series

    1.0 amp/detonator (min)

    10.0 amps/detonator (max)

    0.5 amp/detonator

    2.0 amps

    3.0 2.0 amps/series

    4.0 1.0

    amp/detonator

    (min)

    10.0 amps/detonator

    (max)

    Recommendation for current leakage conditions

    Circuit Maximum

    detonators

    Maximum

    resistance

    Minimum

    Firing current

    DC AC

    Single series

    Parallel series

    25

    20*

    50 ohms

    50 ohms*

    3.0 amps

    3.0 amps

    5.0 amps

    6.0 4.0 amps Per series

    e. Perhitungan Kombinasi Rangkaian Peledakan

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Rangkaian peledakan yang baik dalam paralel seri adalah rangkaian yang

    balanced series. Ada peledakan seperti peledakan di bawah tanah tidak praktis bila kasus selalu merangkaikan balanced series. Rangkaian tidak standar ini dapat dipergunakan apabila dapat dipastikan bahwa semua

    detonator di dalam rangkaian akan memperoleh arus yang cukup untuk

    peledakan.

    F. PERENCANAAN PELEDAKAN

    Pekerjaan peledakan pada massa batuan mempunyai tujuan tertentu, yaitu:

    - Membongkar atau melepas

    - Memecah dan memindah

    - Membuat rekahan

    - Dan sebagainya

    Teknik peledakan yang dipakai tergantung tujuan peledakan dan pekerjaan atau

    proses lanjutan setelah peledakan. Supaya pekerjaan peledakan berhasil dengan

    baik sesuai dengan rencana perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

    Karaktersitik atau sifat batuan yang diledakkan, termasuk data geoteknik

    Sifat-sifat bahan peledak

    Teknik/metoda peledakan yang dipakai

    Suatu peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat lubang tembak yang

    diisi sejumlah bahan peledak. Dengan pengetahuan teknik/metoda peledakan dapat

    dibuat rencana geometri peledakan dan jumlah bahan peledak yang sesuai untuk

    mendapatkan hasil seperti yang diharapkan.

    1. Proses pecahnya batuan akibat peledakan

    Konsep yang dipakai disini adalah proses pemecahan dan reaksi-reaksi mekanik

    dalam batuan homogen. Perlu ditekankan bahwa sifat mekanis dalam batuan

    yang homogen akan berbeda dari sifat mekanis batuan yang mempunyai

    rekahan dan heterogen seperti yang sering dijumpai dalam pekerjaan peledakan.

    Proses pemecahan batuan dibagi menjadi tiga tahap:

    a. Proses pemecahan tahap I

    Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi yang ditimbulkan akan

    menghancurkan batuan di daerah sekitar lubang tembak. Gelombang kejut

    (shock wave) yang meninggalkan lubang tembak merambat dengan

    kecepatan 9.000-17.000 ft/det akan mengakibatkan tegangan tangensial

    (tangensial stresses) yang menimbulkan rekahan radial (radial cracks) yang

    menjalar dari daerah lubang tembak. Rekahan radial pertama terjadi dalam

    waktu 1-2 ms (lihat gambar 5A).

    b. Proses pemecahan tahap II

    Tekanan akibat gelombang kejut yang meninggalkan lubang tembak pada

    proses pemecahan tahap I adalah positif. Apabila gelombang kejut mencapai

    bidang bebas (free face), gelombang tersebut akan dipantulkan. Bersamaan

    dengan itu tekanannya akan turun dengan cepat dan kemudian berubah

    menjadi negatif serta menimbulkan gelombang tarik (tension wave).

    Gelombang tarik (tension wave) ini merambat kembali di dalam batuan. Oleh

    karena batuan lebih kecil tahanannya terhadap tarikan (tension) daripada

  • Bahan Peledak & Peledakan

    tekanan (compresion), maka akan terjadi rekahan-rekahan (primary failure

    cracks) karena tegangan tarik (tensile stress) yang cukup kuat sehingga

    menyebabkan terjadinya scabbing atau spalling pada bidang bebas (lihat gambar 5B).

    Dalam proses pemecahan tahap I dan II fungsi dari energi yang ditimbulkan

    oleh gelombang kejut adalah membuat sejumlah rekahan-rekahan kecil pada

    batuan. Secara teoritis jumlah energi gelombang kejut hanya berkisar antara

    5-15 % dari energi total bahan peledak. Jadi gelombang kejut tidak secara

    langsung memecahkan batuan, tetapi mempersiapkan kondisi batuan untuk

    proses pemecahan tahap akhir.

    Gambar 5

    Proses Pecahnya Batuan Akibat Peledakan

    c. Proses pemecahan tahap III

    Di bawah pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan

    maka rekahan radial utama (tahap II) akan diperlebar/diperbesar secara cepat

    oleh efek kombinasi dari tegangan tarik yang disebabkan kompresi radial

    (radial compresion) dan pneumatic wedging (pembajian). Apabila massa di depan lubang tembak gagal mempertahankan posisinya dan bergerak ke

    depan maka tegangan tekan (compressive stress) tinggi yang berada dalam

    batuan akan dilepaskan (unloaded), seperti spiral kawat yang ditekan

    kemudian dilepaskan. Akibat pelepasan tegangan tekan ini akan

    menimbulkan tegangan tarik yang besar di dalam massa batuan. Tegangan

    tarik inilah yang melengkapi proses pemecahan batuan yang sudah dimulai

    pada tahap II. Rekahan yang terjadi dalam proses pemecahan tahap II

    merupakan bidang-bidang lemah yang membantu fragmentasi utama pada

    proses peledakan (gambar 5C).

    2. Peledakan Jenjang

    Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana peledakan adalah: material yang

    akan diledakkan, struktur geologi, muatan bahan peledak, geometri peledakan,

    selang waktu tunda yang dipergunakan dan ukuran ledakan yang direncanakan.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Suatu lubang ledak yang telah diisi bahan peledak dengan memakai bottom primer diledakkan (lihat gambar 6). Selama gelombang detonasi merambat dari primer ke atas dalam kolom bahan peledak, suatu gelombang tekan (stress wave) dengan tekanan tinggi merambat ke dalam batuan. Pada gambar 6 terlihat

    posisi detonation front dan stress wave pada selang waktu yang berbeda. Untuk muatan dengan bottom primer bentuk stress wave envelopenya seperti buah pear.

    Gambar 6

    Stress Wave Envelope Pada Peledakan Dengan Bottom Priming

    Proses pemecahan batuan selanjutnya adalah sama seperti yang telah

    diterangkan sebelumnya.

    Untuk jenis batuan dan muatan bahan peledak per feet lubang ledak tertentu,

    terdapat ukuran maksimum burden yang dapat dipergunakan dan masih menghasilkan full crater.

    Gambar 7 memperlihatkan secara skematis, efek dari bermacam-macam

    burden pada muatan yang tetap dan dalam formasi yang sama. Hasil yang diinginkan dari peledakan adalah burden yang menghasilkan full crater.

    Suatu peledakan jenjang yang terdiri dari beberapa lubang dalam satu atau lebih

    deretan apabila diledakkan, baik serentak (instantaneous blasting) ataupun

    tunda (delay blasting) dapat menghasilkan fragmentasi sesuai dengan yang

    direncanakan.

    Untuk mendapatkan fragmentasi batuan yang diinginkan maka perlu diatur suatu

    pola peledakan yang tepat, sehingga energi bahan peledak dapat dimanfaatkan

    sebaik mungkin. Gambar 8 adalah contoh skema proses peledakan pada

    jenjang.

    Dalam menentukan arah jenjang dan pola peledakan supaya mendapatkan hasil

    yang baik, perlu diperhatikan struktur geologi batuannya. Gambar 9

    menunjukkan pengaruh struktur geologi terhadap peledakan jenjang.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Gambar 6

    Pengaruh Pengurangan Burden Dalam Muatan Bahan Peledak

    Pada Formasi Batuan yang Sama

    Gambar 7

    Proses Peledakan Pada Jenjang

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Gambar 8

    Pengaruh Struktur Geologi Pada Peledakan Jenjang

    3. Peledakan Terowongan

    Perbedaan utama antara peledakan terowongan dengan peledakan jenjang

    adalah pada pembuatan terowongan peledakan dilakukan ke arah satu bidang

    bebas (free face) sedangkan pada pembuatan jenjang peledakan dilakukan

    kearah dua atau lebih bidang bebas.

    Dalam pembuatan terowongan, batuan lebih sukar untuk diledakkan. Oleh

    karena itu harus dibuat bidang bebas kedua yang merupakan arah peledakan

    selanjutnya.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Bidang bebas kedua ini dihasilkan dari cut dalam muka terowongan. Macam-macam cut atau cylinder cut, bum cut, V-cut, fan-cut dan lain sebagainya (lihat gambar 9)

    Gambar 9

    Beberapa Jenis Cut Untuk Terowongan

    Peledakan dalam terowongan dapat dilakukan dengan cara:

    full face excavation seluruh bagian dari terowongan diledakkan dengan satu tahap (Gambar 10).

    Split section excavation Top heading/jenjang dengan arah lubang horizontal (Gambar 11) Top heading/jenjang dengan arah lubang vertikal (gambar 12).

    Setiap lubang ledak dalam full face blasting (yaitu: stopping hole, roof hole, wall hole, dan floor hole) masing-masing mempunyai fungsi yang berlainan.

    Peledakan dengan cara split section excavation, dilakukan dalam dua tahap yaitu: full face blasting dan bench blasting.

    Gambar 10

    Full Face Excavation

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Gambar 11

    Top Heading atau Jenjang dengan Arah Lubang Horizontal

    Gambar 12

    Top Heading/Jenjang Dengan Arah Lubang Vertikal

    4. Merencanakan Peledakan

    Dalam rangkaian pekerjaan peledakan setiap unit operasi saling berhubungan

    satu terhadap yang lain. Walaupun demikian, pekerjaan pemboran dan

    peledakan merupakan bagian yang paling penting. Pola pemboran dan teknik

    peledakan direncanakan sedemikian rupa sehingga peledakan atau pemecahan

    batuan dapat berjalan secara efisien dan tidak menimbulkan hal-hal yang kurang

    baik atau merusak.

    Optimasi pekerjaan lanjutan, misalnya: operasi pemuatan, pengangkutan dan

    pemecahan tergantung dari fragmentasi yang dikehendaki. Keekonomian dari

    hubungan satu pekerjaan dengan yang lain sangay tergantung pada operasi

    pemboran dan peledakan batuan. Oleh karena itu perlu perhatian yang khusus

    pada perencanaan pemboran dan peledakan serta pemilihan peralatan yang

    cocok.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Jumlah batuan yang harus diledakkan dan jadwal pekerjaan akan menentukan

    kapasitas pemboran dan peledakan yang dibutuhkan (dinyatakan dalam meter

    kubik atau ton per shift).

    Pemilihan diameter lubang ledak dipengaruhi oleh jarak dari pemukiman,

    fragmentasi batuan yang dibutuhkan, tinggi jenjang atau kemampuan (advance)

    per round/ukuran bukaan, peralatan muat dan bahan peledak yang tersedia.

    Setelah diameter lubang ledak dipilih, kemudian dilanjutkan dengan rencana

    pola peledakan dan pemilihan metoda pemboran. Sebagai contoh adalah

    metode pemboran dalam tambang terbuka ada tiga macam yaitu :drilling-top hammer Down The Hole dan Rotary drilling. Pemilihan metode dipengaruhi oleh diameter lubang dan rock drillability.

    Kapasitas pemboran dalam satu gilir kerja (workshift) adalah kombinasi dari

    karakteristik peralatan, rock drilability, pola peledakan dan susunan pekerjaan didalam gilir kerja. Spesifikasi peralatan dan rock drillability akan menentukan laju penembusan (net penetrasi) per menit dan kapasitas pemboran per jam

    untuk alat yang dipilih.

    Kapasitas peralatan per gilir kerja (dalam meter kubik) didapat dari perhitungan

    hasil pembongkaran batuan per meter pemboran dalam pola peledakan yang

    direncanakan.

    Jumlah alat bor yang diperlukan dapat dihitung dengan memakai pedoman

    kapasitas pemboran dan peledakan yang dibutuhkan.

    Jenis batang bor (drill steel) dipilih sesuai dengan peralatan bornya. Hasil

    peledakan batuan dan umur batang bor dipengaruhi oleh rock drillability, dan akan menentukan pula jumlah batang bor yang diperlukan untuk suatu pekerjaan

    peledakan yang direncanakan.

    a. Pemboran dan Peledakan

    Lubang ledak dibor menurut pola pemboran tertentu dan ini akan

    mempengaruhi jumlah batuan yang akan diperoleh per meter pemboran.

    Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam tahapan perencanaan adalah

    sebagai berikut:

    1) Kondisi batuan

    - Karakteristik struktur batuan

    - Sifat-sifat geoteknik batuan atau rock blastability, yang akan mem- pengaruhi burden dan spacing dalam suatu pola peledakan serta jumlah batuan yang terbongkar per meter pemboran.

    2) Pola peledakan

    Rencana pola peledakan sebagian besar didasarkan pada diameter

    lubang ledak. Karena jumlah batuan yang dihasilkan akan bertambah

    dengan bertambahnya ukuran lubang ledak, maka jumlah dari batuan

    yang terledakkan akan bertambah untuk kapasitas pemboran yang sama.

    Melihat hal tersebut maka peledakan batuan biasanya dilakukan dengan

    memakai diameter lubang ledak terbesar yang masih memungkinkan,

    kecuali kalau ada faktor-faktor lain yang membatasi pemilihan tersebut.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    3) Pengisian dan penembakan

    Pemilihan bahan peledak sebagian besar ditentukan oleh diameter lubang

    ledak, kondisi lubang ledak, derajat fragmentasi yang dibutuhkan dan

    blastability dari batuan.

    Rencana pengisian selalu didasarkan pada pola peledakan dan ciri-ciri

    teknis bahan peledak yang dipilih sehingga menentukan jumlah bahan

    peledak dan cara memuatnya. Lubang-lubang ledak diisi dengan specific

    charge/charging density tertentu dengan mempertimbangkan fragmentasi

    batuan yang diharapkan dari hasil peledakan tersebut. Apabila ada

    batasan berkenaan dengan keselamatan lingkungan, maka besar muatan

    harus disesuaikan dengan kondisi tersebut.

    Sistem penembakan menentukan bagaimana bahan peledak harus

    diledakkan dan bagaimana batuan dipecahkan dan dilepaskan oleh bahan

    peledak untuk kemudian dipindahkan.

    Sebagai contoh peledakan pada cut, pergerakan massa batuan yang telah

    pecah akan terkontrol apabila muatan dalam cut diledakkan pada interval

    waktu yang cukup dan dalam urutan yang sesuai dengan memakai long

    delay detonator. Sedangkan sistem penembakan di permukaan dipakai Short

    delay detonator. Perencanaan sistem penembakan untuk suatu kegiatan

    peledakan dapat mempengaruhi:

    Ukuran fragmentasi batuan, bentuk dan letak dari tumpukan batuan.

    Arah lemparan massa batuan lepas, sehingga dapat dipilih ke arah tertentu.

    Apabila ada batasan mengenai getaran tanah dari hasil peledaka, maka jumlah peledakan seketika (instantaneous ignition) dibatasi dan diganti

    dengan memakai pola penembakan beruntun.

    b. Pelaksanaan Pemboran

    Pemilihan alat bor untuk suatu pekerjaan biasanya didasarkan pada ukuran

    pekerjaan peledakan dan produksi yang diperlukan untuk setiap tahapan

    operasi. Kriteria yang dipakai untuk memilih alat bor pada pekerjaan yang

    berukuran kecil akan berbeda dengan pekerjaan yang berukuran besar.

    Untuk pekerjaan peledakan yang berukuran kecil, tinggi jenjang merupakan

    faktor yang menentukan pemilihan alat bor. Sedangkan pada pekerjaan

    peledakan yang besar, kuari, tambang terbuka, faktor-faktor yang

    menentukan untuk memilih alat bor adalah diameter lubang ledak, kondisi

    batuan, kapasitas pemboran yang diperlukan dan kondisi relatif ekonomis

    dan bermacam-macam metoda pemboran.

    5. Desain Pola Peledakan Pada Peledakan Jenjang

    Peledakan jenjang merupakan pekerjaan yang umum dilaksanakan dalam

    kegiatan penambangan. Peledakan jenjang adalah peledakan memakai lubang

    bor vertikal atau hampir vertikal. Lubang bor diatur dalam satu deretan atau

    beberapa deretan, sejajar atau ke arah bidang bebas (free face). Lubang ledak

    dapat mempunyai free breakage ataupun fixed bottom.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Batuan adalah material yang sifatnya sangat bervariasi. Kekuatan tarik, tekan

    dan gesekan berbeda-beda untuk bermacam-macam jenis batuan. Batuan akan

    pecah apabila kekuatannya dilampaui. Sifat-sifat geologi batuan akan

    mempengaruhi blastability batuan.

    Jadi yang perlu diamati didaerah yang akan diledakkan adalah: jenis-jenis

    batuan, kondisi geologi: celah, rekahan, perlapisan dan lain sebagainya dan

    kondisi lapangan kerja. Kebutuhan specific charge (kg/m3) memberikan

    keterangan tentang blastability suatu batuan.

    Dalam peledakan jenjang banyak cara-cara perhitungan yang digunakan tetapi

    sebagai contoh dalam tulisan ini hanya diberikan cara the Modern Technique of Rock Blasting

    Cara Perhitungan Menurut The Modern Technique of Rock Blasting

    Perhitungan didasarkan pada specific charge 0,4 kg/m3, dari EMULITE 150 untuk

    bagian dasar (constructed bottom) dari lubang tembak. Specific charge ini

    diperlukan untuk menghancurkan burden. Sedangkan untuk memecahkan

    batuan dibagian column dari lubang tembak dibutuhkan lebih sedikit bahan

    peledak. Oleh sebab itu specific charge rata-rata dari round (lubang) akan lebih

    kecil daripada 0,4 kg./m3 .

    Dasar perhitungan untuk peledakan jenjang adalah rumus Langefors

    B max = BSfC

    spd

    /..

    .

    33

    Dimana :

    Bmax = burden maksimum (m)

    d = diameter lubang tembak (mm)

    p = packing degree (loading density) (kg/liter)

    s = weight strength bahan peledak (EMULITE 0,95)

    C = rock constant

    C = C + 0,05 untuk Bmax 1,4 15,0 m f = degree of fixation, 1,0 untuk luang vertikal

    0,9 untuk lubang miring 3 : 1

    S/B = nisbah spacing dengan burden.

    Perhitungan berikut ini adalah rumus Langerfors yang disederhanakan:

    Bmax = 1,47 lb untuk dynamex M

    Bmax = 1,45 lb untuk emulite 150

    Bmax = 1,36 lb untuk ANFO

    Dimana lb adalah charge concentration (kg/m) dari bahan peledak yang dipilih

    dibagian dasar lubang tembak, kemiringan lubang 3 : 1 dan rock constant 0,4

    tinggi jenjang K 2 x Bmax

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Gambar 13

    Geometri Jenjang cara The Modern Technique Of Rock Blasting

    a. Perhitungan muatan

    Data: K 2 x Bmax

    Bahan Peledak Emulite 150 Dynamex M ANFO

    Packaging degree

    Rock constant C Kemiringan lubang

    95 %

    1.15 kg/l

    0.4

    3.1

    90 %

    1.25 kg/l

    0.4

    3.0

    100 %

    0.8 kg/l

    0.4

    3.1

    b. Burden

    Burden maksimum dibagian dasar lubang tembak tergantung pada:

    - weight strength bahan peledak (S)

    - Charge concentration (lb)

    - Rock constant (C)

    - Construction of the bore hole

    Bmax dihitung dengan rumus Langefors

    Dynamex M Bmax = 1,47 bl x R1 x R2

    Emulite 150 Bmax = 1,45 bl x R1 x R2

    ANFO Bmax = 1,36 bl x R1 x R2

    Dimana :

    Lb = charge concentration, kg/m

    R1 = koreksi untuk kemiringan lubang 3 : 1

    R2 = koreksi rock constant untuk harga c 0,4

  • Bahan Peledak & Peledakan

    1) Menentukan charge concentration (lb)

    a. lb = 7,85 d2 x P

    dimana:

    d = diameter lubang tembak

    P = packing degree, kg/liter

    Tabel 6

    Konsentrasi Muatan Bahan Peledak

    2) Korelasi dari Bmax untuk Bermacam-macam Kemiringan

    Kemiringan : Vertikal : 10.1 : 5.1 : 3.1 : 2.1 : 1.1

    R1 : 0.95 : 0.96 : 0.98 : 1.00 : 1.03 : 1.10

    3) Korelasi dari Bmax untuk Bermacam-macam rock constant C

    C : 0.3 : 0.4 : 0.5

    R2 : 1.15 : 1.00 : 0.90

    c. Subdrilling

    Subdrilling = 0,3 x burden maximum, paling sedikit 10 x d

    U = 0,3 x Bmax (m)

    d. Kedalaman lubang tembak

    Kedalaman lubang tembak = tinggi jenjang + subdrilling + 5 cm/m dari

    kedalaman lubang tembak apabila kemiringan 3 : 1.

    H = K + V 0,05 (K + V)

    H = 1,05 (K + V)

    Charge concentration, lb for explosives in plastic choses at different degrees

    of compression

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Gambar 14

    Konsentrasi Muatan Bahan peledak

    Kemiringan lubang tembak akan menghasilkan sudut peledakan yang

    menguntungkan, sehingga panjang subdrilling dapat dikurangi.

    1) Kesalahan pemboran

    Kesalahan pemboran ada dua macam, yaitu:

    - collar error = (mm)

    - alignment error = 0,03 m/m dari kedalaman lubang tembak

    - E = )(03,0100

    mxHd

    2) Practical burden

    B = Bmax E (m)

    3) Practical spacing

    S = 1,25 x B (m)

    Apabila nisbah S/B dirubah sedangkan specific drilling atau specific

    charge tidak dirubah maka:

    S/B > 1,25 fragmentasi kecil

    S/B < 1,25 fragmentasi besar

    Specific drilling adalah pemboran yang diperlukan untuk meledakkan 1

    meter kubik batuan (kebalikan equivalent volume)

    e. Pemuatan lubang tembak

    Dalam meledakkan bagian bawah lubang tembak constructed bottom),

    charge concentration, yang dipakai untuk menghitung Bmax yang

    dipergunakan = lb.

    Tinggi muatan dasar = hb = 1,3 Bmax (m)

    Muatan dasar (bottom charge) = Qb = lb x hb (kg)

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Stemming adalah bagian yang tidak diisi muatan, tetai diisi penutup

    penyumbat: pasir atau hasil pemboran berukuran partikel 4-9 mm.

    T = ho = B

    Ho > B, resiko terjadi fly rock bertambah Ho < B, menghasilkan lebih banyak bongkah-bongkah (boulders)

    Muatan kolar (collar charge) adalah muatan bahan peledak yang

    dipergunakan untuk membongkar batuan dibagian atas dari lubang tembak.

    Charge concentration = lc relatif lebih kecil

    Lc = 40 % sampai 60 % dari lb (kg/m)

    Tinggi dari muatan kolar = hc

    Hc = H hb ho (m) Muatan kolar = Qc

    Qc = lc x hc (kg)

    Muatan total Qtot = Qb + Qc (kg)

    Specific charge

    Q = m) /(K x S x Bn x

    totQn cukg

    Untuk kuari dan tambang terbuka

    Q = m) /(K x BW x

    Qtot cukg

    n

    Dimana W adalah lebar round

    6. Desain Pola Peledakan Bawah Tanah

    Peledakan bawah tanah mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

    - Meledakkan batuan dengan tujuan menghasilkan ruangan untuk gudang,

    jalan, saluran, terowongan pipa, dan lain sebagainya.

    - Meledakkan batuan dengan tujuan mengambil material: operasi

    penambangan.

    Dari kedua jenis kegiatan di atas, terowongan merupakan bagian yang terpenting

    dari keseluruhan kegiatan. Terowongan umumnya dibuat dengan arah mendatar,

    miring, atau vertikal ke bawah maupun ke atas.

    Daur waktu kerja pembuatan terowongan adalah:

    - Pemboran

    - Pemuatan

    - Peledakan

    - Pembersihan asap (ventilasi)

    - Scaling (grouting apabila diperlukan)

    - Pengangkutan

    - Mempersiapkan pemboran dan lain-lain selanjutnya.

    Dari jenis-jenis pekerjaan di atas yang perlu perhatian khusus adalah pekerjaan

    pemboran. Lubang ledak harus dibor tepat ditempat yang telah ditentukan dan

    dengan kemiringan yang benar atau dengan perkataan lain: Pemboran lubang

    ledak harus sempurna.

    a. Dasar-dasar peledakan bawah tanah

    Perbedaan utama antara peledakan bawah tanah dengan peledakan di

    permukaan tanah adalah :

    - Peledakan bawah tanah dilakukan ke arah satu bidang bebas (free face)

    sedangkan peledakan di permukaan dilakukan kearah dua atau lebih

    bidang bebas.

    - Tempat peledakan atau ruangan bawah tanah lebih terbatas.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Oleh karena itu batuan akan lebih sukar untuk diledakkan dan perlu dibuat

    bidang bebas kedua, yang akan merupakan arah peledakan selanjutnya.

    Dalam pembuatan terowongan bidang bebas kedua diperoleh dengan

    membuat cut pada permukaan terowongan. Macam-macam cut yang

    dipergunakan untuk membuat terowongan adalah :paralel hole cut, V-cut, fan

    cut dan lain-lain.

    Setelah bukaan (cut) terbentuk maka stoping ke arah cut dimulai. Lubang

    kontur (contour holes) yang terdiri atas : lubang atap (roof holes), lubang

    dinding (wall holes) dan lubang lantai floor holes) dibuat agak diserongkan

    keluar dari kontur (disebut look out), sehingga terowongan yang dihasilkan

    mempunyai bentuk seperti yang direncanakan.

    Sebagai petunjuk, look out tidak boleh melebihi harga= (10 cm + 3 cm/m x

    kedalaman lubang tembak), kira-kira berkisar 20 cm. Lihat gambar 15 dan 16.

    Gambat 15

    Jenis-Jenis Lubang Ledak Untuk Peledakan Terowongan

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Gambar 16

    Look Out

    Konsumsi bahan peledak pada peledakan terowongan lebih besar daripad

    peledakan jenjang. Specific charge adalah 3 sampai 10 kali lebih tinggi

    daripada spesific charge untuk peledakan jenjang.

    Cut yang biasa dipergunakan dalam pembuatan terowongan adalah circular cut atau large hole cut untuk pemboran horizontal tegak lurus pada permukaan batuan. Semua lubang dalam cut dibor paralel satu terhadap

    yang lain dan peledakan dilaksanakan kearah lubang kosong yang bertindak

    sebagai bukaan.

    Paralel hole cut ini merupakan pengembangan dari burn cut (lihat gambar 17) Cut dapat diledakkan disembarang tempat pada muka terowongan, tetapi

    harus diperhatikan bahwa letak cut mempengaruhi: lemparan, konsumsi

    bahan peledak, dan jumlah lubang ledak dalam round.

    Apabila letak cut dekat dengan dinding mungkin dapat mengurangi jumlah

    lubang tembak dalam round, tetapi ada kelemahan-kelemahan lainnya.

    Untuk mendapatkan arah peledakan ke depan dan tumpukan di tengah,

    cut diletakkan ditengah-tengah penampang dan agak ke bawah. Posisi ini

    akan menghasilkan lemparan yang dekat dan konsumsi bahan peledak lebih

    sedikit karena semua stoping ke arah bawah.

    Gambar 17. Burn Cut

    Posisi cut yang tinggi akan memberikan kemudahan pemuatan hasil

    peledakan, tetapi konsumsi bahan peledak lebih tinggi karena banyak

    stoping ke arah atas. Umumnya letak cut adalah pada deretan lubang

    tembak pertama di atas terowongan (lihat gambar 18).

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Gambar 18

    Letak Cut Pada Muka Terowongan

    1) Large hole cut

    Cut yang umum dipakai pada saat ini adalah large hole cut, terdiri dari satu

    atau lebih lubang kosong yang berdiameter besar, dikelilingi oleh lubang-

    lubang berdiameter kecil yang berisi muatan bahan peledak.

    Burden antara lubang-luang ini dengan lubang kosong adalah kecil.

    Selanjutnya lubang-lubang ledak diatur dalam segi empat yang mengelilingi

    bukaan (lihat gambar 19 dan 20).

    Gambar 19

    Bentuk Dasar Rancangan Large Hole Cut

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Gambar 20

    Susunan Lengkap Lubang Bor Pada Cut

    Jumlah segiempat dalam cut dibatasi oleh ketentuan bahawa burden dalam

    segiempat terkahir tidak melebihi burden dari lubang stoping.

    Dalam merencanakan suatu cut, parameter-parameter penting yang harus

    diperhatikan adalah:

    - diameter lubang besar (kosong)

    - Burden

    - Charge concentration

    Gambar 21

    Hasil peledakan Sebagai Fungsi dari Letak dan Diameter

    Lubang Ledak dan Lubang Kosong

    Sebagai tambahan: ketepatan pemboran adalah faktor yang sangat penting

    terutama untuk lubang-lubang ledak paling dekat dengan lubang

    besar/kosong (lihat gambar 21).

    Parameter yang berpengaruh supaya kemajuan (advance) peledakan round

    berhasil dengan baik adalah diameter dari lubang besar/kosong. Makin besar

    diameter lubang kosong makin dalam round dapat dibor dan makin besar

    pula kemajuan yang mungkin diperoleh. Salah satu penyebab paling umum

    dari kemajuan yang kecil adalah diameter lubang kosong yang terlalu kecil

    dalam hubungannya dengan kedalaman lubang ledak.

    Dari grafik pada gambar 22 dapat dilihat bahwa kemajuan kira-kira 90 %

    akan didapat untuk kedalaman lubang ledak 4 m dan satu lubang kosong

    berdiameter 127 mm.

  • Bahan Peledak & Peledakan

    Gambar 22

    Kemajuan Per Round Sebagai Fungsi Kedalaman Lubang Ledak

    Untuk Berbagai Diameter Lubang Kosong

    Apabila dipergunakan beberapa lubang kosong, maka harus dihitung dahulu

    diameter lubang samaran (fiction diameter), dengan memakai rumus:

    D = d n

    Dimana:

    D = diameter lubang samaran

    d = diameter lubang kosong

    n = jumlah lubang

    2) Perhitungan

    Dari grafik pada gambar 21 terlihat bahwa supaya peledakan berhasil dengan

    baik (cleaned blast), maka jarak antara lubang ledak dengan lubang kosong,

    tidak boleh lebih besar dari pada 1,5 lubang kosong. Apabila jaraknya lebih besar hanya akan menimbulkan kerusakan (breakage) dan jika jaraknya

    terlalu dekat ada kemungkinan lubang ledak bertemu dengan lubang besar

    kosong.

    Jadi posisi lubang ledak adalah sebagai berikut:

    a = 1,5 dimana:

    a = jarak antara lubang besar dengan lubang ledak (diukur dari pusat

    lingkaran)

    = diameter lubang besar Jika beberapa lubang kosong yang dipergunakan maka:

    a = 1,5 D

    dimana: D = diameter samaran

    3) Pemuatan lubang ledak dalam bujur sangkar pertama

    Pemuatan harus dilakukan dengan hati-hati. Jika muatan bahan peledak

    (charge concentration) dalam lubang tembak terlalu sediki