Upload
soni25
View
324
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai pengajar atau pendidik guru merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi
pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia
yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini
menunjukan bahawa betapa eksisnya peran guru dalam pendidikan.
Namun dewasa ini profesi guru masih banyak dibicarakan orang, atau masih
saja dipertanyakan orang, baik dikalangan para pakar pendidikan maupun di luar
pakar pendidikan. Bahkan selama dasawarsa terakhir banyak media massa yang
memuat berita tentang guru. Ironisnya berita – berita tersebut banyak yang
cenderung melecehkan guru, baik sifatnya yang menyangkut kepentingan umum
maupun sampai kepada hal – hal yang sifatnya sangat pribadi, sedangkan dari
pihak guru sendiri nyaris tak mampu membela diri. Sebagai contohnya guru yang
membantu siswa dalam ujian nasional dengan membocorkan jawaban ujian
nasional bahkan ada guru yang melakukan kekerasan fisik terhadap siswa dan
pelecehan seksual terhadap siswa.
Masyarakat/orang tua murid pun kadang – kadang mencemoohkan dan
menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas dan sebagainya, manakala
putra/putrinya tidak bisa menyelesaikan persoalan yang ia hadapinya sendiri atau
memiliki kemampuan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Seperti contoh
murid yang tidak lulus/tidak naik kelas selalu yang menjadi kambing hitam orang
tua murid adalah guru dengan alasan guru tidak kompeten.
Dari kalangan bisnis/industrialispun memprotes guru karena kualitas para
lulusan dianggapnya kurang memuaskan bagi kepentingan perusahaannya. Di
mata murid-murid pun kebanyakan/cenderung menghormati gurunya karena ingin
mendapat nilai yang baik/naik kelas dengan peringkat tertinggi tanpa usaha yang
keras. Tentu saja tuduhan dan protes dari berbagai kalangan tersebut akan
1
merongrong wibawa guru, bahkan cepat, atu lambat, pelan tapi pasti akan
memnurunkan martabat guru.
Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa ada alasan,
karena memang ada sebagian kecil oknum guru yang melanggar/menyimpang dari
kode etik guru. Anehnya lagi kesalahan sekeccil apapun yang diperbuat oleh guru
mengundang reaksi yang begitu hebat di kalanangan masyarakat. Hal ini dapat
dimaklumi karena dengan adanya sikap demikian menunjukan bahwa memang
guru seyogianya menjadi anutan bagi masyarakat di sekitarnya.
Lebih dari sekadar anutan, hal ini pun menunjukan bahwa guru sampai
sekarang masih dianggap eksis, sebab sampai kapan pun posisi/peran guru tidak
akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin yang canggih. Karena tugas guru
menyangkut pembinaan sifat mental manusia yang menyangkut aspek – aspek
yang bersifat manusiawi yang unik dalam arti berbeda satu dengan aspek yang
lainnya.
Hanya saja sekarang, sebatas manakah pengakuan masyarakat terhadap
guru, sebab kenyataanya masyarakat masih tetap mengakui profesi dokter atau
hakim dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan profesi guru. Seandainya yang
dijadikan ukuran tinggi rendahnya pengakuan profesional tersebut adalah keahlian
dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya, guru pun ada yang setingkat/sederajat
dengan jenis profesi lain bahkan ada yang lebih. Kita akui bahwa profesi guru
paling mudah tercemar dalam arti masih ada saja orang yang memaksakan diri
menjadi guru walaupun sebenarnya yang bersangkutan tidak dipersiapkan untuk
itu. Hal ini terjadi karean masih adanya pandangan sebagian msyarakat bahwa
siapapun dapat menjadi guru, asalkan berpengetahuan.
Rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru disebabkan oleh
beberapa faktor berikut :
1. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapa pun dapat menjadi
guru asalkan berpengetahuan.
2. Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk
mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi
seorang guru.
2
3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha
mengembangkan profesinya itu.
Faktor lain yang mengakibatkan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap
profesi guru yakni kelemahan terdapat pada diri guru itu sendiri, diantaranya
rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme mereka. Penguasaan guru terhadap
materi dan metode pengajaran masih berada di bawah standar.
Dari kenyataan tersebut guru sudah sepantasnyalah meningkatkan
kompetensi profesi guru, dalam arti menjadi seorang guru yang profesional.
Demikian pun dalam upaya membelajarkan siswa guru dituntut memiliki multi
peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif.
Agar dapat mengajar efektif guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi
siswa (kuantitas) dan meningktkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan
belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam
belajar. Hal ini berarti kesempatan belajar semakin banyak dan optimal serta guru
nenunjukan keseriusan dalam mengajar sehingga dapat membangkitkan minat /
motivasi siswa dalam belajar. Makin banyak siswa yang terlibat aktif dalam
belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi pelajar yang diraihnya. Sedangkan
dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu
merencanakan program pembelajaran dan sekaligus mampu pula melakukannya
dalam bentuk interaksi belajar mengajar.
Bagi guru sendiri keberhasilan tersebut akan menimbulkan kepuasan, rasa
percaya diri, serta semangat mengajar yang tinggi. Hal ini berarti telah
menunjukan sebagian sikap guru professional yang dibutuhkan dalam eera
globalisaisi dengan berbagai kemajuanya, khususnya kemajuan ilmu dan
teknologi yang berpengaruh terhadap pendidikan. Guru profesional hendaknya
mampu mengantisipasi hal – hal tersebut, sehingga apa yang disampaikannya
kepada siswa selalu berkenan di hati.
Bahkan tidak cukup itu saja untuk membangun kembali puing-puing
kepercayaan masyarakat terhadap profesi guru yang hampir tumbang, maka guru
dituntut memang untuk menjadi guru yang profesional. Guru pada
perkembangannya dikatakan sebagai profesi karena jabatan dan bidang kerjanya
3
memang memenuhi syarat untuk disebut sebagai suatu profesi. Jabatan dan bidang
kerja guru bukan sekedar suatu cara untuk memperoleh nafkah atau mencari uang,
tetapi suatu jabatan pelayanan bagi pemenuhan salah satu kebutuhan akan
pendidikan. Selain itu jabatan dan bidang kerja guru memenuhi persyaratan
profesi dalam pengertiannya sebagai jabatan dan bidang kerja yang menuntut
pengetahuan dan kondisi khusus.
Tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan muluk karena segala
bentuk kebijakan dan program pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja pihak
yang berada di garis terdepan yaitu guru. Guru menjadi titik sentral dan awal dari
semua pembangunan pendidikan. Di Indonesia, saatnya kini untuk membuat
kebijakan dengan paradigma baru yaitu membangun pendidikan dengan
memulainya dari subyek “guru”. Tanpa itu semua dikhawatirkan mutu pendidikan
tidak sampai pada cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pengembangan sumber daya manusia.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005,
disebutkan bahwa prinsip profesionalitas dari profesi guru merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketaqwaan, dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-
hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
4
Dengan adanya pemikiran tersebut merupakan inisiatif dan daya tarik
tersendiri untuk penulis untuk mengkaji masalah ini melalui makalah yang
berjudul “Menjadi Guru Profesional”.
1.2 Rumusan Pembatasan Masalah
Dengan beragamnya informasi dan pengetahuan lain yang berkaitan dengan
pembahasan menjadi guru professional maka penulis membatasi masalah yang
akan dikaji dalam makalah ini. Adapun masalah-masalah yang akan dikaji dalam
karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Apa arti guru dan profesional?
2. Bagaimana tugas, peran dan kompetensi guru?
3. Bagaimana kondisi belajar mengajar yang efektif itu?
4. Bagaimana syarat-syarat guru profesional?
1.3 Maksud dan Tujuan Penyusunan
Adapun berbagai macam tujuan yang penulis miliki dalam pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu pemenuhan tugas akhir semester ganjil pada mata
kuliah Pengelolaan Pendidikan.
2. Untuk mengetahui tugas, peran dan kompetensi guru.
3. Mengetahui kondisi belajar mengajar yang efektif.
4. Mengetahui cara-cara menjadi guru profesional.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Guru dan Profesional
2.1.1 Guru
Guru adalah seseorang yang pekerjaannya mengajar maka dalam hal ini guru
yang dimaksudkan adalah guru yang memberi pelajaran atau memberi materi
pelajaran pada sekolah-sekolah formal dan memberikan pelajaran atau mengajar
materi pelajaran yang diwajibkan kepada semua siswanya berdasarkan kurikulum
uang ditetapkan.
Guru adalah seseorang figur yang mulia dan dimuliakan banyak orang,
kehadiran guru di tengah-tengah kehidupan manusia sangat penting, tanpa ada
guru atau seseorang yang dapat ditiru, di teladani oleh manusia untuk belajar dan
berkembang, manusia tidak akan memiliki budaya, norma, agama. Sulit
dibayangkan jika di tengah kehidupan manusia tidak adanya seorang guru, bakal
tidak ada peradaban yang dapat di catat, kita akan hidup terus terbelakang dan
susah untuk maju.
Upaya guru mendidik, membimbing, mengajar dan melatih anak didik
bukan suatu hal yang mudah dan gampang pekerjaan ini membuktikan
pengalaman yang banyak disana sini masih juga terhadap kejanggalan dan
kekurangan sangat guru berupaya mengurangi sedikit mungkin kekurangan dan
kesalahan di dalam mengembangkan tugas sebagai pendidik, pepatah mengatakan
pengalaman merupakan guru yang paling baik.
Tugas guru sebagai pembimbing, pelatih, dan pengajar yang merupakan
pekerjaan berat, mereka memeraskan otak, mental, dan fisik untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Demikian juga mereka diberikan kesempatan sebanyak
mungkin mengembangkan diri dan jabatan, seperti mengikuti kursus, pelatihan,
penataran, melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan biayanya di bantu oleh
negara. Kemudian diberi kesempatan menduduki jabatan apapun di negara ini
sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Dalam arti kata profesi guru sama
kedudukannya dengan profesi lainnya.
6
Profesi yang di sandang oleh tenaga kependidikan atau guru adalah suatu
pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian
dan keteladanan untuk menciptakan anak memiliki perilaku sesuai yang
diharapkan.
Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional sebagaimana dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2 bertugas
“merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.”
Pengetahuan dan keterampilan bagi seorang guru suatu hal yang mutlak,
guru sebagai seorang komunikator harus memiliki syarat yaitu terampil
berkomunikasi, sikap, pengetahuan dan sistem sosial budaya. Di samping itu guru
senantiasa mendukung profesionalitasnya dengan ilmu pendidikan, menguasai
secara penuh materi yang diajar serta selaku mengembangkan model
pembelajaran.
Seorang guru profesional, telah membekali dirinya dengan pengetahuan dan
keterampilan khusus, seperti mendalami ilmu pendidikan, psychology,
administrasi dan manajemen pendidikan, teori-teori belajar, dan ilmu lainnya
secara teoritis dan praktis di lembaga pendidikan khusus. Beberapa ahli
berpendapat bahwa pekerjaan guru adalah sebuah profesi, akan tetapi masih ada
sebagian pakar mempertanyakan profesi guru suatu jargon, sebab pekerjaan guru
sering dilihat dari sebelah mata dan dimana disebut dengan pangkat guru
pahlawan tanpa tanda jasa, tanpa menghiraukan problema yang dihadapi guru,
yaitu peningkatan kualitas, kesejahteraan guru itu sendiri.
2.1.2 Profesional
Istilah profesional memiliki pengertian yang bertolak belakang dengan
istilah amatir. Profesional pada umumnya seorang mendapat upah atau gaji dari
apa yang dikerjakan baik pekerjaan dilakukan sempurna ataupun tidak sempurna.
Pembahasan istilah “Profesional” dalam makalah ini dalam batas tertentu,
pekerjaan tertentu pula, dan tidak membahas secara luas akan tetapi pembahasan
7
ini terfokus pada “Menjadi Guru Profesional” para ahli mendefinisikan
profesional secara berbeda-beda. Penggunaan istilah “Profesional” menunjukkan
suatu pekerjaan pelayanan jasa kepada masyarakat, layanan jasa ini diberikan
kepada seseorang yang membuktikan, seperti dokter, pengacara, guru,
olahragawan, apoteker, akuntan, hakim, pengarang dan lain sebagainya. Penyedia
jasa akan menjualkan jasa kepada masyarakat, dengan mendapat imbalan atau
upah yang telah ditentukan oleh penjual jasa atau kesepakatan kedua belah pihak.
Guru sebagai tenaga profesional bukan saja melakukan tugas pembelajaran dalam
ruang lingkungan mikro akan tetapi juga dalam ruang lingkup makro, yaitu
melaksanakan amanah bangsa Indonesia menjalankan fungsi pendidikan
sebagaimana Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional Nomor 20 Tahun
2003 Bab II Pasal 3 “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang ber martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
berbangsa.”
Kemudian Bab XI Pasal 40 Ayat 2 bahwa pendidikan dan tenaga
kependidikan berkewajiban:
1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis
2. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga profesi dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya
Guru adalah tenaga profesional dengan tugas yang sangat berbeda
dengan karyawan kantor, guru bertugas mengajar, membimbing, dan
melatih siswa-siswanya dengan penuh perhatian khusus serta dengan
kode etik dan kontrak kerja. Seorang guru bertugas memberi
pembelajaran terhadap siswa-siswa dengan memberi pembelajaran
yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.
3. Tenaga pendidikan, mengabdikan dirinya untuk mencerdaskan
kehidupan manusia, manusia bertambah, berkembang dan dunia ilmu
pengetahuan semakin maju, maka semakin banyak tenaga
kependidikan dibutuhkan terutama berkaitan dengan keahlian
spesifik, tenaga profesional selalu menambah pengetahuan dan
8
keterampilan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan, kemajuan
ilmu pengetahuan dan tehnologi dari suatu masa ke masa.
2.2 Tugas, Peran dan Kompetensi Guru
2.2.1 Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai peranan utama. Proses belajar mengajar
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa
atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Interaksi antara guru dan siswa itu merupakan syarat
utam bagi berlangsung proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar
mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekadar hubungan antara guru dan
siswa tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal in bukan hanya penyampaian
pesan berupa materi pembelajaran melainkan menanamkan sikap dan nilai pada
diri siswa yang sedang belajar.
Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas
daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu
kesatuan kegiatan yang tidak dapat terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru
yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling
menunjang. Untuk lebih memahami pengertian proses belajar mengajar ada
baiknya diuraikan terlebih dahulu pengertian – pengertian sebagai berikut.
Peranan guru dalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling
berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan
kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan seswa yang menjadi
tujuannya, (Wrightman, 1977).
Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau
kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki
keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang
pandai berbicara dalam bidang – bidang tertentu, belum tentu dapat disebut
sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru diperlukan syarat – syarat khusus,
9
apalagi sebagai guru yang professional yang harus menguasai betul seluk beluk
pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang harus
dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan
prajabatan.
Proses dalam pengetiannya disini merupakan interaksi semua komponen
atau unsure yang terdapat dalam belajar mnegajar yang satu sam lainnya saling
berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Yang termasuk komponen
belajar mengajar antara lain tujuan instruksional yang hendak dicapai, materi
pelajaran, metode mengajar, alat peraga pengajaran dan evaluasi sebagai alat ukur
tercapai tidaknya tujuan. Semuanya ini saling berkaitan yang dapat digambarkan
dalam uraian berikut.
Dalam satu kali proses belajar mengajar yang pertama kali dilakukan adalah
merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang akan dicapai. Setelah
merumuskan TPK, langkah berikutnya ialah menentukan materi pelajaran yang
sesuai dengan tujuan tersebut. Selanjutnya menentukan metode mengajar yang
merupakan wahana pengembangan materi pelajaran sehingga dapat diterima dan
menjadi milik siswa. Kemudian menentukan alat peraga pengajaran yang dapat
digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penerimaan materi pelajaran
oleh siswa serta dapat menunjang tercapainya tujuan tersebut. Langkah yang
terakhir adalah menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai tidaknya
tujuan yang hasilnya dapat dijadikan feedback bagi guru dalam meningkatkan
kualitas mengajarnya maupun kuantitas belajar siswa. Dari uraian ini jelaslah
bahwa belajar mengajar merupakan suatu system yang terdiri dari berbagai
komponen yang saling berkaitan satu sama lain, dan merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan.
Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan
lingkungannya. Dalam pengertian ini terdapat kata perubahan yang berarti bahwa
seseorang setelah mengalami proses belajar mengajar akan mengalami perubahan
tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek
sikapnya.
10
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab
moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat tergantung
pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya, Mengajar
merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik, tetapi sederhana.
Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni
siswa, dan yang mengajar, yakni gurudan berkaitan erat dengan manusia didalam
masyarakat yang semuanya menunjukan keunikan. Dikatakan sederhana karena
mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari – hari,
mudah dihayati oleh siapa saja. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa
dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar
merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Pengertian ini
mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai
organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan
lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang
menunjang kegiatan belajar mengajar.
Pemahaman akan pengertian dan pandangan akan banyak mempengaruhi peranan
dan aktifitas guru dalam mengajar. Sebaliknya, aktifitas guru dalam mengajar
serta aktifitas siswa dalam belajar sangat bergantung pula pada pemahaman guru
terhadap mengajar. Mengajar buka hanya sekadar proses penyampaian ilmu
pengetahuan melainkan terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya
cukup kompleks
Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai panadangan
sebagaimana telah diungkapkan di atas. Perkembangan pandangan tentang belajar
mengajar tersebut banyak mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini terbukti dengan pembaharuan –
pembaharua di bidang pendidikan. Semua ini menimbulkan tantangan bagi guru
untuk senantiasa meningkatkan tugas, peran dan kompetensinya yang semuanya
merupakan pondasi awal untuk menjadi guru professional.
11
2.2.2 Tugas Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dina maupun di luar
dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat dua jenis
tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi tugas kemanusiaan dan tugas dalam
bidang kemasyarakatan.
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataanya masih dilakukan oleh
orang diluar kependidikan. Itulah salah satu factor mengapa profesi guru mudah
sekali terkena pencemaran.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan –
keterampilan siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia
menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat
menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam
penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak
akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para
siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak dapat
diserap sehingga setiap lapisan masyarakat dapat mnegerti bila menghadapi guru.
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di
lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
memperoleh pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan
kehidupan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berdasarkan Pancasila.
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru
pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang penting
dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru
merupakan factor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh
12
komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih – lebih pada era
kontemporer ini.
Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu
bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup
bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian
canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi
nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik
untuk dapat mengadaptasikan diri.
Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin
tercipta dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia
pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa di masa depan
tercermin dari potret diri para guru masa kini, dan gerak maju dinamika
kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah – tengah
masyarakat.
Sejak dulu, dan mudah-mudahan sampai sekarang, guru menjadi anutan
masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruang – ruang kelas
tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan
aneka ragam permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Tampaknya masyarakat mendudukkan guru pada tempat yang terhormat
dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan memberi suri teladan, di tengah –
tengah membangun, dan dari belakang memberikan dorongan dan motivasi.
Kedudukan guru yang demikian itu senantiasa relevan dengan zaman dan
sampai kapan pun diperlukan. Kedudukan seperti itu merupakan penghargaan
masyarakat yang tidak kecil artinya bagi para guru, sekaligus merupakan
tantangan yang menuntut prestise dan prestasi yang senantiasa terpuji dan teruji
dari setiap guru, bukan saja di depan kelas, tidak saja di batas – batas pagar
sekolah, tetapi juga di tengah – tengah masyarakat.
2.2.3 Peran Guru
Perkembangan baru tehadap pandangan belajar mengajar membawa
konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena
proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh
13
peranan dan komptensi guru. Guru yang mempunyai rasa professional akan lebih
mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pad tingkat yang optimal.
Ada beberapa peran guru yang dianggap dominan dalam pembelajaraan
siswa guna menjadi guru yang profesional. Pemahaman akan peran guru yang
profesional ini setidaknya menjadi bekal utama guna menuju sebagai guru yang
profesional. Adapun peran guru adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya seta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai siswa.
Salah satu yang harus diperhatikan siswa oleh guru bahwa ia sendiri
adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus menerus. Dengan
cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu
pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar
dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya
secara didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikannya itu betul – betul
dimiliki oleh anak didik.
2. Guru Profesional sebagai komunikator dan Fasilitator
Dilihat dari peran guru di dalam kelas, mereka berperan sebagai seorang
komunikator, mengkomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan
non verbal. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan berupa buku
teks, catatan, lisan, cerita, dan lain sebagainya, pesan itu telah dikemas,
sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna,
dan diaplikasikan para siswa.
Pesan dalam bentuk verbal tersebut dirancangkan untuk disajikan dalam
beberapa kali pertemuan dan diterapkan sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, indicator, media dan dalam alokasi waktu yang sesuai
dengan beban dan muatan materi. Komunikasi materi pelajaran tidak
14
terbatas dalam kelas semata tetapi dirancangkan untuk luar kelas, berupa
tugas yang terkontrol dan terukur, baik materi teoritis dan praktis, sehingga
materi pelajaran yang disajikan lebih komunikator.
Di dalam kelas guru menjelaskan siswa bertanya, menyimak sebaliknya
guru mendapat informasi dari siswa-siswanya dan menjawab pertanyaan
siswa serta mencari solusi bersama-sama, kedua belah pihak (komunikator,
komunikan) aktif, dan peran yang lebih dominan terletak pada siswa atau
siswa yang lebih aktif. Pada akhir dari penyajian materi, guru melakukan
evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah
dikomunikasikan
3. Guru sebagai Evaluator
Dalam satu kali proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkna untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah
materi yang diajarkan sudah cukup tepat atau tidak. Semua pertanyaan
tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Sebagai seorang guru profesional diwajibkan untuk dapat senantiasa
melakukan evaluasi terhadap anak didiknya setelah berlangsung kegiatan
belajar mengajar yang ujian tersebut dilakukan secara periodic. Hal ini
kiranya menjadi sangat penting, karena guru profesional dituntut untuk
senantiasa mengetahui bagaimana pengetahuan siswa dan guna mengetahui
tolak ukur siswa itu sampai sejauh mana.
4. Guru sebagai Pengendali Mutu Pendidikan dan Kompetensi Guru
Peran guru di sekolah memiliki peran ganda, dipundak merekalah
terletak mutu pendidikan. Guru juga seorang manajerial yang akan
mengelola proses pembelajaran,merencanakan pembelajaran, mendesain
pembelajaran, melaksanakan aktifitas pembelajaran bersama siswa dan
melakukan pengentorolan atas kecakapan dan prestasi siswa.
15
2.2.4 Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam
pelaksanaan profesi keguruannya. Untuk menjadi seorang guru profesional harus
mampu kiranya memahami akan tuntutan kompetensi guru itu sendiri.
Berdasarkan P3G (Proyek Pembinaan Pendidikan Guru) berangkat dari analisis
tugas seorang guru, baik sebagai pengajar, pembimbing, maupun sebagai
administrator kelas, membagi kompetensi guru dalam sepuluh kompetensi, yaitu :
1. Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar-mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media/sumber belajar
5. Menguasai landasan kependidikan
6. Mengelola interaksi belajar-mengaja
7. Menilai prestasi belajar
8. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Seorang guru profesional tidak hanya mengetahui tentang peran, tugas dan
kompetensi guru itu sendiri, tetapi betul-betul melaksanakan apa yang menjadi
tugas, peranan dan kompetensi guru itu sendiri. Dengan melaksanakan hal
tersebut merupakan sarana untuk menjadi guru profesional.
2.3 Kondisi Belajar Mengajar yang Efektif
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan
dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kesempatan
belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas dalam mengajarnya. Sebab hal
tersebut merupakan pondasi utama untuk menjadi seorang guru profesional.
Untuk memenuhi hal tersebut diatas guru dituntut mampu mengelola proses
belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau
16
belajar karena memang siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam menciptakan
kondisi belajar-mengajar yang efektif yang merupakan pondasi awal guna menjadi
guru profesional sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan
belajar siswa. Adapun lima variable-variabel tersebut tersaji sebagai berikut :
1. Melibatkan Siswa Secara Aktif
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau
belajar. “teaching is the guidance of learning activities, teching is for purpose
of aiding the pupil learn” demikian menurut William Burton.
Dengan demikian, aktivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan
belajar-mengajar sehingga muridlah yang seharusnya banyak aktif sebab
murid sebagai subjek didik adalah yang merencanakan, dan ia sendiri yang
melaksanakan belajar.
Pada kenyataannya di sekolah-sekolah sering kali guru yang aktif sehingga
murid tidak diberi kesempatan untuk aktif. Betapa pentingnya aktivitas belajar
murid dalam proses belajar-mengajar sehingga John Dewey, sebagai tokoh
pendidikan, mengemukakan pentingnya prinsip ini melalui metode proyeknya
dengan semboyan learning by doing. Aktivitas belajar murid yang dimaksud
disini adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar
murid dapat digolongkan ke dalam beberapa hal.
1. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan
eksperimen dan demonstrasi.
2. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, Tanya
jawab, diskusi dan menyanyi.
3. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan
penjelasan guru, ceramah, pengarahan.
4. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis.
5. Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat
makalah, membuat surat.
Setiap jenis aktivitas tersebut di atas memiliki kadar atau bobot yang
berbeda bergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan
17
belajar-mengajar. Yang jelas, aktivitas kegiatan belajar murid hendaknya
memiliki kadar atau bobot yang lebih tinggi.
Ada sistem belajar-mengajar yang merupakan salah satu upaya dalam
menciptakan belajar-mengajar yang efektif dan efisien, yakni dengan sistem
belajar siswa aktif atau CBSA.
Secara harfiah CBSA dapat diartikan sebagai system belajar-mengajar
yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan
emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara
kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Menarik Minat Dan Perhatian Siswa
Kondisi belajar-mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relative menetap pada
diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab
dengan minat seseorang akan melekukan sesuatu yang diminatinya.
Sebaliknya, tanpa minat seeorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya
seorang anak menaruh minat terhadap bidang kesenian, maka ia akan berusaha
untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian.
Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat murid,
baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasab dan bakat maupun yang bersifat
afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya.
Minat siswa merupakan factor utama yang menentukan derajat keaktifan
belajar siswa. Jadi, efektif merupakan factor yang menentukan keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar.
3. Menarik dan Mengarahkan Perhatian Siswa
Perhatian lebih bersifat sementara dan ada hubungannya dengan minat.
Perbedaannya ialah minat sifatnya menetap sedangkan perhatian sifatnya
sementara, adakalanya menghilang.
Apabila kita perhatikan, dalam kegiatan belajat-mengajar akan didapat dua
macam tipe perhatian.
18
1) Perhatian terpusat (terkonsentrasi)
Perhatian terpusat hanya tertuju pada satu objek saja. Misalnya seorang
anak sedang belajar. Ia tidak memperhatikan adiknya yang menangis.
Perhatiannya hanya tertuju pada pelajaran. Apa pun yang terjadi di sekitar itu,
tidak diperhatikannya, dan ia terus belajar. Dalam kegiatan belajar di kelas,
seorang siswa hendaknya menggunakan perhatian terpusat pada pelajaran
sehingga pelajaran yang diterimanya dapat dipahami dengan baik. Oleh karena
itu, guru berusaha memusatkan perhatian siswa terhadap apa yang
disampaikannya. Hal ini dapat dilakukannya dengan menggunakan berbagai
alat peraga pengajaran dalam penyajian materi pelajaran kepada anak
didiknya.
2) Perhatian terbagi (tidak terkonsentrasi)
Perhatian tertuju kepada berbagai hal atau objek secara sekaligus.
Misalnya seorang guru yang sedang mengajar memperhatikan bahan
pelajarannya, memperhatikan setiap murid yang dihadapinya, dan juga
memperhatikan apa yang sedang diucapkannya. Dengan demikian, guru tidak
hanya memperhatikan pelajarannya, tetapi juga harus memperhatikan segala
sesuatu yang terjadi disekitarnya.
4. Membangkitkan Motivasi Siswa
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau
melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat
19
pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. Hal ini akan diuraikan sebagai
berikut.
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagi akibat dari dalam diri individu sendiri
tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemampuan sendiri.
Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan
ingin menjadi orang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu,
ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau
belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya
agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.
4. Prinsip Individualitas
Salah satu masalah utama dalam pendekatan belajar-mengajar ialah
masalah perbedaan individual. Setiap guru memahami bahwa tidak semua
murid dapat mempelajari apa-apa yang ingin dicapai oleh guru. Biasanya
perbedaan individual itulah yang lalu dijadikan kambing hitam. Jarang sekali
guru menjelaskan bahwa ketidakmampuan murid dalam belajar itu merupakan
akibat dari kelemahan guru dalam mengajar.
Mengingat adanya perbedaan-perbedaan tersebut, maka menyamaratakan
(menganggap sama) semua guru ketika guru mengajar secara klasikal pada
hakikatnya kurang sesuai dengan prinsip individualitas ini. Setidaknya guru
harus menyadari bahwa setiap individu siswa memiliki perbedaan. Oleh
karena itu, guru hendaknya menyadari dan memaklumi apabila ada siswa yang
cepat menerima dan memahami pelajaran yang diberikannya, atau bahkan
sebaliknya, ada yang lemah atau lambat dalam menerima pelajaran dan tidak
20
cukup dengan sekali dijelaskan, yang akhirnya memerlukan bimbingan
khusus.
Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya
ditujukan kepada seorang saja, melainkan dapat saja ditujukan kepada
sekelompok siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani
perbedaan-perbedaan siswa sehingga pengajaran itu memungkinkan
berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.
5. Peragaan Dalam Pengajaran
Alat peraga pengajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA)
adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu
memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan
mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pengajaran yang
menggunakan banyak verbalisme tentu akan segera membosankan, sebaliknya
pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar atau senang karena
mereka merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya.
Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau
pengalaman konkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak.
Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran daripada
bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran.
2.4 Syarat-Syarat Menjadi Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikan nya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat
dikategorikan guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang
profesional mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus,
mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Seorang guru profesional, dia memiliki keahlian, keterampilan dan
kemampuan sebagimana filosofi Ki Hajar Dewantara: “Tut wuri handayani, ing
ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa” tidak cukup dengan menguasai
21
materi pembelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan
bagi murid serta selaku mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru
profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami
keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literatur-literatur dengan
tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan
digelutinya selama ini oleh guru itu sendiri.
Guru professional harus memiliki persyaratan, yang meliputi :
1. Memiliki bakat sebagai guru
2. Memiliki keahlian sebagai guru
3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi
4. Memiliki mental yang sehat
5. Berbadan sehat
6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
7. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila
8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki
keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang
pandai berbicara dalam bidang – bidang tertentu, belum tentu dapat disebut
sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru diperlukan syarat – syarat khusus,
apalagi sebgai guru yang professional yang harus menguasai betul seluk beluk
pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang harus
dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan
prajabatan.
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dina maupun di luar
dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat dua jenis
tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi tugas kemanusiaan dan tugas dalam
bidang kemasyarakatan.
Ada beberapa peran guru yang dianggap dominan dalam pembelajaraan
siswa guna menjadi guru yang profesional. Pemahaman akan peran guru yang
profesional ini setidaknya menjadi bekal utama guna menuju sebagai guru yang
profesional.
Adapun peran guru adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Demonstrator
2. Guru Profesional sebagai komunikator dan Fasilitator
3. Guru sebagai Evaluator
4. Guru Profesional sebagai Pengendali Mutu Pendidikan dan Kompetensi
Guru
Berdasarkan P3G (Proyek Pembinaan Pendidikan Guru) berangkat dari
analisis tugas seorang guru, baik sebagai pengajar, pembimbing, maupun sebagai
administrator kelas, membagi kompetensi guru dalam sepuluh kompetensi, yaitu :
23
1. Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar-mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media/sumber belajar
5. Menguasai landasan kependidikan
6. Mengelola interaksi belajar-mengaja
7. Menilai prestasi belajar
8. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Dalam menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif yang merupakan
pondasi awal guna menjadi guru profesional sedikitnya ada lima jenis variabel
yang menentukan keberhasilan belajar siswa Adapun lima variable-variabel yang
menyatakan cara belajar mengajar yang efektif guna menjadi guru yang
profesional tersaji sebagai berikut :
1. Melibatkan Siswa Secara Aktif
2. Menarik Minat Dan Perhatian Siswa
3. Menarik dan Mengarahkan Perhatian Siswa
4. Membangkitkan Motivasi Siswa
5. Prinsip Individualitas
6. Peragaan Dalam Pengajaran
Untuk menjadi seorang guru profesional setidaknya ada beberapa
persyaratan yang harus di penuhi. Adapun persyaratan-persyaratan untuk menjadi
guru profesional meliputi :
1. Memiliki bakat sebagai guru
2. Memiliki keahlian sebagai guru
3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi
4. Memiliki mental yang sehat
5. Berbadan sehat
24
6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
7. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila
8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.
Selain hal-hal tersebut guna menjadi guru profesional harus mempunyai rasa
keimanan yang tinggi, tingkah laku yang sesuai dengan agama yang dianutnya.
Hal-hal tersebut menjadi dasar utama karena hanya Sang Maha Spirituallah yang
mampu memberikan hikmah kepada kita guna menjadi seorang guru yang
profesional.
3.2 Saran
Berikut ada beberapa saran ynag dituangkan oleh penulis guna menjadi guru
yang profesional. Saran-saran tersebut diantaranya :
1. Guru harus lebih memahami akan makna dari seorang guru itu sendiri dan
makna dari profesional serta guru yang profesional juga.
2. Guna menjadi guru yang profesional seorang guru harus bisa mengetahui
akan tugas, peran dan kompetensi dari guru itu sendiri dan bukan hanya
sekadar mengetahui tapi mengaplikasi apa yang menjadi pengerahuannya
itu yang paling terpenting.
3. Untuk menjadi seorang guru yag profesional, seorang guru harus
memenuhi kriteria guna menjadi guru yang profesional baik dari segi mutu
pendidikannya maupun dari segi religi juga dan senantiasa meningkatkan
kualitas cara mengajarnya dalam kelas salah satunya untuk menciptakan
kondisi belajar mengajar yang efektif.
25