Makalah Blok 17

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ikterus neonatorum fisiologis

Citation preview

Ikterus Fisiologis pada Bayi dan PenatalaksanaanyaFitriani 10201318Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 1151

Pendahuluan Ikterus diamati selama usia minggu pertama pada sekitar 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi preterm. Warna kuning biasanya akibat di dalam kulit terjadi akumulasi pigmen bilirubin yang larut lemak, tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi-indirek) yang dibentuk dari hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase, dan agen pereduksi nonenzimatik dalam sel retikuloendotelial. Dapat juga sebagian disebabkan oleh endapan pigmen sesudah pigmen ini didalam mikrosom sel hati diubah oleh enzim asam uridin disfoglukuronat (uridine diphosphoglucuronic acid/UDPGA), glukuronil transfase menjadi menjadi bilirubin ester glukuronida yang polar, larut dalam air(bereaksi direk). Bentuk tak terkonjugasi ini bersifat neurotoksik bagi bayi yang kadar tertentu dan pada berbagai keadaan. Bilirubin terkonjugasi tidak neurotoksik tetapi menunjukkan kemungkinan terjadi gangguan yang serius. Kenaikan bilirubin ringan dapat mempunyai sifat antitoksidan.AnamnesisMerupakan suatu cara pemeriksaan dengan wawancara, pada kasus ini cara anamnesis yang digunakan adalah alloanamesis yaitu; semua keterangan diperoleh dari keluarga terdekat, seperti orang tua. Anamnesis berperan sangat penting dalam diagnosis dan tatalaksana penyakit.1Langkah langkah anamnesis:1 Identitas Pasien bertujuan: mengetahui dan memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar pasien yang dimaksud dan tidak keliru dengan pasien lain. Identitas terdiri dari nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, agama dan suku bangsa.

Riwayat Penyakit Keluhan utama, keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan yang pertama disampaikan oleh pasien. Keluhan utama tidak harus sejalan dengan diagnosis utama. Riwayat penyakit sekarang, menanyakan keluhan adanya nyeri, kaku atau bengkak, jika ada salah satu ataupun ketiga keluhan tersebut, kemudian ditanyakan dimana lokasi terasa nyeri, kaku atau bengkak, kemudian onset yaitu dari kapan atau sejak kapan mulai terasa nyeri, kaku atau bengkak. Lalu durasi, berapa lama keluhan berlangsung. Yang terakhir adalah adakah factor yang memperberat seperti terasa nyeri atau kaku, ketika pagi hari, atau melakukan aktivitas sehari-hari. Riwayat perjalanan penyakit disusun cerita yang kronologis, terinci dan jelas sejak sebelum terdapat keluhan sampai berobat, bila pasien telah berobat sebelumnya tanyakan kapan, kepada siapa, obat apa yang diberikan dan bagaimana hasilnya. Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatan. Riwayat perjalanan penyakit pada dugaan penyakit keturunan ( mis: asma) ditanyakan adakah saudara sedarah ada yang mempunyai stigmata alergi. Perlu pula diketahui penyakit yang mungkin berkaitan dengan penyakit sekarang. Hal-hal berikut perlu diketahui mengenai keluhan atau gejala lamanya keluhan berlangsung. Bagaimana sifat terjadinya gejala :mendadak/perlahan-lahan/terus, menerus/berupa, bangkitan/hilang, timbul/berhubungan dengan waktu. Keluhan lokal dirinci lokalisasi dan sifatnya: menetap/menjalar/menyebar/sifat penyebarannya/berpindah, berat-ringannya, keluhan dan perkembangannya, menetap/cenderung bertambah, berat/cenderung berkurang. Terdapatnya hal yang mendahului keluhan, apakah keluhan tersebut pertama kali atau berulang .Apakah ada saudara atau tetangga menderita yang sama, upaya yang telah dilakukan. Riwayat penyakit yg pernah diderita atau riwayat penyakit dahulu, perlu diketahui karena mungkin ada hubungan dengan penyakit sekarang. Riwayat Keluarga Perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran keadaan sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien.Pemeriksaan FisikSecara klinis ikterus dapat dideteksi dari warna kulit yaitu pemucatan kulit dengan cara menekan kulit dengan jari, ketika bilirubin melebihi 5 mg/dL(85 mikromol/L). Ikterus dimulai dari wajah, kemudian menyebar ke abdomen dan kemudian ke ekstremitas. Jika terdapat pertanyaan mengenai keparahan ikterus, ukur kadar bilirubin dan plotkan pada diagram bilirubin, sesuai dengan usia dalam jam.2,3Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, terutamapada neonatus yang kulitnya gelap.2,3Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar. Dapat pula dilakukan pemeriksaan secara khusus dengan menekan kulit secara ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan subkutan dengan pencahayaan yang memadai. Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan penyebab ikterus tersebut.2,3Tabel 1. Berdasarkan Kramer dibagi :3Derajat ikterusDaerah ikterusPerkiraan kadar bilirubin

IKepala dan leher5,0 mg%

IISampai badan atas (di atas umbilikus)9,0 mg%

IIISampai badan bawah (di bawah umbilikus) hingga tungkai atas (di atas lutut)11,4 mg/dl

IVSampai lengan, tungkai bawah lutut12,4 mg/dl

VSampai telapak tangan dan kaki16,0 mg/dl

Pemeriksaan PenunjangMenetapkan penyebab ikterus tidak selamanya mudah dan membutuhkan pemeriksaan yang banyak dan mahal, sehingga dibutuhkan suatu pendekatan khusus untuk dapat memperkirakan penyebabnya. Pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan itu ialah menggunakan saat timbulnya ikterus seperti yang dikemukakan oleh Harper dan Yoon, yaitu:1a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertamaPenyebab ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun sebagai berikut: Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan lain Infeksi intrauterine (oleh virus, toksoplasma, lues dan kadang-kadang bakteri) Kadang-kadang oleh defisiensi G6PDPemeriksaan yang perlu dilakukan ialah: Kadar bilirubin serum berkala Darah tepi lengkap Golongan darah ibu dan bayi Uji coombs Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G6PD, biakan darah atau biopsy hepar bila perlu.b. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir Biasanya ikterus fisiologis Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh atau golongan lain. Hal ini dapat diduga kalau peningkatan kadar bilirubin cepat, misalnya melebihi 5mg%/24 jam. Defisiensi enzim G6PD juga mungkin Polisitemia Hemolisis perdarahan tertutup Hipoksia Sferosis, eliptosis dan lain-lain Dehidrasi asidosis Defisiensi enzim eritrosit lainnyaPemeriksaan yang perlu dilakukan:Bila keadaan bayi baik dan peningkatan ikterus tidak cepat, dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan kadar bilirubin berkala, pemeriksaan penyaring enzim G6PD dan pemeriksaan lainnya bila dianggap perlu.1c. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama Biasanya karena infeksi (sepsis) Dehidrasi asidosis Defisiensi enzim G6PD Pengaruh obat Sindrom Criggler-Najjar Sindrom Gilbertd. Ikterus yang timbul pada akhir minggu dan selanjutnya. Biasanya karena obstruksi Hipotiroidisme Breast milk jaundice Infeksi Neonatal hepatitis Galaktosemia

Tabel 2. Diagnosis banding berdasarkan hari keberapa ikterus muncul.1Working DiagnosisIkterus neonatorum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir. Ikterus adalah pewarnaan kuning dikulit, konjungtiva, dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubiin. Pada lingkungan normal, kadar bilirubin dalam serum tali pusat yang bereaksi-indirek adalah 1-3 mg/dL dan naik dengan kecepatan kurang dari 5 mg/24 jam; dengan demikian, ikterus dapat dilihat pada hari ke-2 sampai ke-3, biasanya berpuncak antara hari ke-2 dan ke-4 dengan kadar 5-6 mg/dL dan menurun sampai dibawah 2 mg/dL antara umur hari ke-5 dan ke-7. Ikterus yang disertai dengan perubahan-perubahan ini disebut fisiologis dan diduga akibat kenaikan produksi bilirubin pasca pemecahan sel darah merah janin dikombinasi dengan keterbatasan sementara konjugasi bilirubin oleh hati.4Secara keseluruhan, 6-7% bayi cukup bulan mempunyai kadar bilirubin indirek lebih besar dari 12,9 mg/dL dan kurang dari 3% mempunyai kadar yang lebih besar dari 15mg/dL. Factor resiko untuk mengalami hiperbilirubinemia indirek meliputi: diabetes pada ibu, ras (Cina, Jepang, Korea, dan Amerika Asli), prematuritas, obat-obatan (vitamin K3, novobiosin), tempat yang tinggi, polisitemia, jenis kelamin laki-laki, trisomi-21, memar kulit, sefalhematom, induksi oksitosin, pemberian ASI, kehilangan berat badan (dehidrasi atau kehabisan kalori), pembentukan tinja terlambat, dan ada saudara yang mengalami ikterus fisiologis. Bayi-bayi tampa variable ini jarang mempunyai kadar bilirubin indirek diatas 12mg/dL, sedangkan bayi yang mempunyai banyak resiko mungkin mempunyai kadar bilirubin yang lebih tinggi. Kadar bilirubin indirek pada bayi cukup bulan menurun sampai menjadi kadar orang dewasa (1mg/dL) pada umur 10-14 hari. Hiperbilirubinemia indirek persisten sudah 2 minggu memberi kesan hemolisis, defisiensi glukoronil transferase herediter, ikterus ASI, hipotiroidisme, atau obstruksi usus. Ikterus yang disertai dengan stenosis pylorus mungkin karena kehabisan kalori, defisiensi UDP-glukoronil transferase hati, atau kenaikan sirkulasi bilirubin enterohepatik akibat ileus.4 Pada bayi premature kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau sedikit lebih lambat daripada kenaikan bilirubin pada bayi cukup bulan tetapi jangka waktunya lebih lama, yang biasanya mengakibatkan kadar yang lebih tinggi; puncaknya dicapai antara hari ke-4 dan ke-7; gambaran bergantung pada waktu yang diperlukan bayi premature untuk mencapai mekanisme matur dalam metabolism dan ekskresi bilirubin. Biasanya kadar puncak 812 mg/dL tidak dicapai sebelum hari ke-5 sampai ke-7, dan ikterus jarang diamati sesudah hari ke-10.4Differential Diagnosis Ikterus akibat ASI(breast milk jaundice).Umum dijumpai. Bilirubin tak terkonjugasi. Pemberian ASI tetap harus dilanjutkan. Akan dieksaserbasi oleh dehidrasi akibat kegagalan untuk memberikan ASI atau pemberian susu yang tidak adekuat. Berlanjut hingga usia diatas 2 minggu pada 15% kasus. Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak ditemukan faktor risiko lain, ibu tidak perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah. Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin.5 SepsisSebagian kecil bayi yang tampak ikterik saat lahir, menderita suatu infeksi kongenital yang dapat melewati plasenta dan mungkin dapat menyebabkan kerusakan serius pada janin. Infeksi kongenital tersebut adalah toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, virus herpes, dan sifilis. Ikterus akibat infeksi kongenital ini biasanya merupakan gabungan bilirubin tak terkonjugasi dan bilirubin terkonjugasi. Bayi memperlihatkan tanda-tanda infeksi lainnya yang abnormal. Bayi-bayi baru lahir sangatlah rentan terhadap sepsis bacterial (infeksi sistemik dengan kultur darah ataupun kultur sentral lainnya yang positif). Sepsis onset-dini (early-onset sepsis, EOS): 72 jam setelah kelahiran. Organisme biasanya didapat melalui transmisi nosokomial dari orang ke orang.6,7 Inkompatibilitas ABO dan penyakit Rhesus.Golongan darah ibu O, golongan darah bayi A atau B. IgG antihemolisin maternal melewati plasenta dan menyebabkan hemolisis pada bayi, pemeriksaan antibodi direk (DAT atau tes Coombs) positif (namun hasil yang positif merupakan prediktor buruk bahwa bayi akan mengalami ikterus-hanya 10% yang membutuhkan fototerapi), kakak kandungnya mungkin juga terkena, kurang berat dibandingkan penyakit Rhesus, onset setelah kelahiran, hemolisis dengan anemia dapat berkembang selama beberapa minggu pertama kehidupan dan hal ini membutuhkan tindak lanjut untuk pemantauan anemia. Penyakit Rhesus adalah keadaan bentuk penyakit hemolitik yang paling berat dan berawal in utero. Saat lahir, bayi mungkin mengalami anemia, hidrops, ikterus, dan hepatosplenomegali. Biasanya teridentifikasi pada skrining antenatal, kini keadaan ini tidak umum ditemukan akibat adanya profilaksis, antibodi Duffy dan Kell dan golongan darah lainnya dapat timbul, namun tidak terlalu benar.5Percepatan destruksi sel darah merah pada janin dan neonatus paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah Rh dan ABO dengan golongan darah ibu (eritoblastosis fetalis). Konsentrasi bilirubin serum hanya sedikit meningkat di darah tali pusat bayi yang terkena, tetapi dapat meningkat pesat setelah pemisahan plasenta saat persalinan.7EtiologiIkterus fisiologis disebabkan oleh banyak faktor yang merupakan sifat fisiologis normal bayi baru lahir; peningkatan produksi bilirubin akibat peningkatan massa eritrosit, pemendekan rentang hidup eritrosit dan imaturitas ligandin dan glukuronil transferase hati.8Etiologi dari ikterus fisiologis sebenarnya cukup bervariasi bergantung pada keadaan masa lahir, premature, ras dan lainnya. Disamping hal tersebut inti dari sebuah ikterus fisiologis yang umumnya disebabkan karena: Hemolisis yang disebabkan banyaknya sel darah fetus yang lisis dan digantikan karena berusia pendek. Fungsi hepar yang belum seutuhnya sempurna yang mengakibatkan penurunan konjugasi dan pengambilan bilirubin.Pada ikterus patologis bisa disebabkan oleh faktor yang lebih banyak termasuk.8

EpidemiologiInsidens: Usia awitan adalah 2 sampai 3 hari Keparahan berbeda-beda diantara ras, dengan bayi Asia dan penduduk asli Amerika menempati kadar bilirubin tertinggi Bayi-bayi yang berasal dari beberapa area geografis, khususnya area sekitar Yunani, mengalami peningkatan insidens hiperbilirubinemia.9Di Amerika Serikat, dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus. Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75% bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama. Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan. Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin di atas 12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan. RS Dr. Sardjito melaporkan sebanyak 85% bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 23,8% memiliki kadar bilirubin di atas 13 mg/dL. Pemeriksaan dilakukan pada hari 0, 3 dan 5. Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari, didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82% dan 18,6% bayi cukup bulan. Sedangkan pada bayi kurang bulan, dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95% dan 56% bayi. Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (8,5%) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24% kematian terkait hiperbilirubinemia.10Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr. Kariadi Semarang, di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 13,7%, 78% di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis. Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 13,1%. Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 12,0% dan bayi kurang bulan 22,8%.10Insidens ikterus neonatorum di RS Dr. Soetomo Surabaya sebesar 30% pada tahun 2000 dan 13% pada tahun 2002. Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda. Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total > 5 mg/dL; RS Dr. Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0, 3 dan 5 ;dan RS Dr. Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual.10PatofisiologiPenyakit hemolitik bayi baru lahir merupakan penyebab umum ikterus neonatus. Meskipun demikian, karena imaturitas metabolisme bilirubin, banyak bayi baru lahir menjadi ikterus tanpa adanya hemolisis. Bilirubin dihasilkan pada katabolisme hemoglobin dalam sistem retikuloendotelial. Cincin tetrapirol heme dipecah oleh heme oksigenase membentuk biliverdin dan karbon monoksida dengan jumlah yang sama. Karena tidak ada sumber biologis lain untuk karbon monoksida, ekskresi gas ini secara stoikiometrik identik dengan produksi bilirubin oleh biliverdin reduktase. Satu gram hemoglobin menghasilkan 35 mg bilirubin. Sumber bilirubin selain dari hemoglobin dalam sirkulasi mewakili 20% produksi bilirubin; sumber ini meliputi produksi hemoglobin inefisien dan lisis sel prekursor dalam sumsum tulang. Dibandingkan dengan dewasa, bayi baru lahir mempunyai kecepatan produksi bilirubin dua sampai tiga kali lebih besar. Ini sebagian disebabkan oleh peningkatan massa eritrosit (hematokrit lebih tinggi) dan pemendekan rentang usia eritrosit 70-90 hari, dibandingkan dengan 120 hari rentang usia eritrosit dewasa.2

PenatalaksanaanDasarnya bayi yang mengalami ikterus fisiologis, tidak berbahaya dan tidakdiperlukan pengobatan khusus, kondisi tersebut akan hilang dengan sendirinya. Prinsip pengobatan warna kekuningan pada bayi baru lahir adalah menghilangkan penyebabnya.Tujuan utama penatalaksanaan ikterus neonatal adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kernikterus/ensefalopati biliaris, dengan mengusahakan agar konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukoronil transferase dengan pemberian obat-obatan (luminal). Serta mengobati penyebab langsung ikterus tersebut. Pada penanganan yang terutama dapat dilakukan untuk memulihkan penyakit ikterus neonatorum yaitu terapi sinar dan tranfusi tukar.10 FototerapiBilirubin, yang bersifat fotolabil, mengalami beberapa fotoreaksi apabila terpajan ke sinar dalam rentang cahaya tampak, terutama sinar biru(panjang gelombang 420 sampai 470 nm); hal ini menyebabkan fotoisomerasi bilirubin. Turunan bilirubin yang dibentuk oleh sinar bersifat polar, dengan demikian turunan tersebut lebih larut dalam air daripada bilirubin asli, dan lebih mudah diekskresikan di urin. Bentuk isometrik bilirubin yang utuh diekskresikan dalam empedu dalam keadaan tidak terkonjugasi, secara spontan direkonversi menjadi bilirubin tidak terkonjugasi di lumen usus, dan diserap secara parsial di usus halus. Bilirubin, dalam jumlah-jumlah yang lebih kecil, juga secara ireversibel dipecahkan oleh oksigen yang sangat reaktif yang diaktifkan oleh sinar. Produk foto-oksidasi ini juga diekskresikan di urin dan empedu. Fototrapi harus dilakukan sebelum bilirubin mencapai konsentrasi kritis, penurunan konsentrasi serum mungkin belum tampak selama 12 sampai 24 jam. Fototerapi harus dilanjutkan sampai konsentrasi bilirubin serum tetap dibawah 10 mg/dL.10

Gambar 1. Terapi sinar.11 Transfusi tukarTransfusi tukar digunakan untuk menurunkan secara bermakna kadar bilirubin tidak terkonjugasi yang meningkat yang tidak responsif terhadap terapi standar. Rekomendasi sebelumnya untuk transfusi tukar adalah jika kadar serum >20 mg/dL dengan adanya hemolisis dengan ambang yang lebih rendah untuk bayi dengan berat lahir rendah/prematur dan dengan penyakit lain.10Ada beberapa macam transfusi tukar:a. Double Volume artinya dibutuhkan dua kali volume darah, diharapkan dapat mengganti kurang lebih 90 % dari sirkulasi darah bayi dan 88 % mengganti Hb bayi.b. Iso Volume artinya hanya dibutuhkan sebanyak volume darah bayi, dapat mengganti 65%Hb bayi.c. Partial Exchange artinya memberikan cairan koloid atau kristaloid pada kasus polisitemia atau darah pada anemia.10

KomplikasiKerena ikterus (Enselofati Bilirubin).Fraksi bilirubin direk, tidak terkonjugasi, dan larut lemak bersifat toksis terhadap perkembangan sistem saraf pusat, terutama bila konsentrasi bilirubin indirek tinggi dan melebihi kapasitas pengikatan albumin. Kernikterus terjadi bila bilirubin indirek diendapkan dalam sel otak serta menganggu metabolisme dan fungsi neuron, terutama pada ganglia basalis. Bilirubin indirek dapat melewati sawar darah-otak karena kelarutannya dalam lemak. Teori lain menunjukkan bahwa gangguan sawar darah-otak memungkinkan masuknya bilirubin-albumin atau kompleks bilirubin bebas-asam lemak.8Kerena ikterus biasanya ditemukan bila kadar bilirubin terlalu tinggi menurut usia kehamilan. Kernikterus bisanya tidak terjadi pada bayi cukup bulan bila kadar bilirubin di bawah 20-25 mg/dL. Insidensi kernikterus meingkat ketika kadar bilirubin serum meningkat di atas 25 mg/dL. Kernikterus dapat ditemukan pada kadar bilirubin di bawah 20 mg/dL bila ada sepsis, meningitis, hemolisis, asfiksia, hipoksia, hipotermia, hipoglikemia, obat pemindah bilirubin, dan prematuritas.8Secara klinis, kernikterus pada neonatus memperlihatkan spektrum gejala dan tanda yang cepat berkembang menjadi penyakit yang destruktif dan biasanya fatal. Tidak nafsu makan, rigiditas, opistotonus, menangis bernada tinggi, demam, dan kejang, yang muncul secara berurutan, adalah gejala yang paling sering dijumpai.8

PrognosisPrognosis terhadap suatu ikterus fisiologis adalah baik. Pada normalnya bayi yang mengalami ikterus fisiologis akan menjadi sembuh dan dapat tumbuh kembang dengan baik layaknya anak-anak normal asalkan mendapatkan penangan yang baik dari pihak orang tua dan juga dokter.

KesimpulanIkterus merupakan perubahan warna menjadi kuning pada kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Bila ikterus terlihat pada hari ke 2-3 dan menurun pada hari ke 7-14 kehidupan maka disebut ikterus fisiologis. Pengobatan yang diberikan pada ikterus bertujuan untuk mencegah agar konsentrasi bilirubin indirek dalam darah tidak mencapai angka yang patologis. Prognosis ikterus tergantung cepatnya dilakukan diagnosa dan pemberian terapi pada bayi.

Daftar Pustaka1. Perinatologi. Dalam: Hassan R,Alatas H.Ilmu Kesahatan Anak. Edisi 11. Jakarta: Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.2. Hassan R, Alatas H. Editors. Ilmu kesehatan anak. Jilid ke-2. Jakarta: fakultas kedokteran UI; 2007.3. Hidayat AAA. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika; 2008.4. Wahab AS.Gangguan system pencernaan. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Jakarta : EGC; 2003.5. Lissauer T, Fanaroff AA. At a Glance Neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga;2008.6. Yusna d, hartanto h, editors. Dasar-dasar pediatri. edisi ke-3. Jakarta:EGC; 2008.7. Appleton, Lange. Rudolphs pediatrics. 20th ed. Jakarta:EGC; 2007.8. Mutaqqin H, Dany F, Dwijayanthi L, Wulandari N, Darmaniah N, editors. Essensi pediatri nelson. Edisi ke-4. Jakarta:EGC; 2010.9. Yudha EK.Hiperbilirubinemia. Dalam: Betz CL. Sowden LA. Buku saku keperawatan pediatric. Edisi 5. Jakarta:EGC;2009.10. Safitri A.Gangguan pada bayi baru lahir. Dalam:Meadow R, Newell S. Lecture notes pediatrika. Edisi 7. Jakarta:Erlangga;2004.11. Terapi sinar di unduh dari http://i349.photobucket.com/albums/q373/heavensinhands/Bili_light_with_newborn.jpg. 21 Juni 2015.Page 13 | 13