Upload
axl
View
16
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Cara Mencari Tahu Penyakit Keturunan Albino
Caecilia Yunita Putry Pawe
10-2011-116
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penyakit keturunan adalah penyakit yang diwariskan oleh orang tua kepada anak nya.
Albino adalah salah satu jenis penyakit keturunan yang diturunkan (biasanya resesif
kromosom autosomal) dengan defisiensi atau tidak adanya pigmen pada kulit, rambut,
dan mata, atau hanya pada mata, yang disebabkan oleh kelainan dalam produksi
melanin.1 Di dalam makalah ini, akan dibahas faktor-faktor penyebab, dan cara
mengetahui penyakit albino. Sehingga, setelah mengetahui faktor-faktor penyebab
penyakit keturunan albino, kita dapat mencari jalan keluar untuk mengurangi resiko
penyakit keturunan albino. Serta dengan cara mengetahui penyakit keturunan albino,
kita sebagai mahasiswa dapat mengetahui cara mendeteksi kemungkinan
diturunkannya penyakit albino pada bayi yang akan dilahirkan.
MASALAH
Cara mencari tahu penyakit keturunan albino melalui pemeriksaan kromosom dan
DNA rekombinan.
TUJUAN
Mencari tahu kemungkinan menurunnya penyakit keturunan albino pada bayi yang
akan di lahirkan oleh seorang ibu.
HIPOTESIS
Penyakit keturunan albino, dapat dibuktikan melalui pemeriksaan kromosom dan
DNA rekombinan.
MANFAAT
Diharapkan, mahasiswa dapat mengetahui cara pembuktian penyakit keturunan albino
pada bayi yang akan dilahirkan.
PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa Inggris:
deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama
penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di
dalam inti sel. Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai
materi genetik; artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini
berlaku umum bagi setiap organisme.
Semua sel-sel eukariotik, kecuali eritrosit dewasa mengandung nukleus dimana DNA
genom sel berasal. DNA trekandung dalam kromosom. Setiap sel manusia yang
normal mengandung 23 pasang kromosom dalam inti setiap sel. Kariotipe kromosom
manusia normal terdiri dari 22 pasang autosom dan 1 pasang kromosom seks.2
Kelainan kromosom atau abnormalitas kromosom dapat terjadi akibat penyimpangan
selama proses pembelahan sel. Kelainan ini dapat terjadi pada tahap awal pembelahan
dalam proses pembentukan gamet dan juga dapat terjadi setelah fertilisasi zigot yang
berasal dari pembelahan mitosis yang salah.
PENYAKIT KETURUNAN
Penyakit keturunan adalah penyakit yang diwariskan oleh orang tua kepada anak nya.
Albino adalah salah satu jenis penyakit keturunan yang diturunkan (biasanya resesif
kromosom autosomal) dengan defisiensi atau tidak adanya pigmen pada kulit, rambut,
dan mata, atau hanya pada mata, yang disebabkan oleh kelainan dalam produksi
melanin.1
Penyakit turunan memiiki 3 sifat-sifat yang khas yaitu:
1. Bukan merupakan penyakit yang dapat ditularkan
2. Bersifat permanen dan tidak dapat disembuhkan
3. Dikendalikan oleh faktor genetis.
penyakit turunan yang umumnya hadir dibedakan berdasarkan jenis kromosom
pembawanya, yaitu dapat bersifat autosom atau gonosom.
Albino merupakan salah satu jenis penyakit turunan yang berdasarkan jenisnya
digolongkan sebagai kromosom yang bersifat autosom.3
ALBINO
albinisme adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh cacat pada gen yang terlibat
dalam produksi pigmen melanin yang mengakibatkan sedikit atau tidak ada pigmen
pada rambut, mata, atau kulit. hal itu juga menyebabkan masalah penglihatan yang
signifikan. 2
Kelainan ini merupakan kelainan bawaan yang terkait dengan kromosom tubuh.
Kelainan albino pada seorang anak dapat diturunkan dari orangtua yang keduanya
albino, salah satu albino dan yang lain carrier atau kedua orang tua bersifat carrier
(heterozigot).3
PEMERIKSAAN KROMOSOM dan DNA
1. AMNIOSENTESIS
Adalah penembusan ke abdomen dan uterus perempuan hamil saat minggu ke 14
sampai minggu ke 16 perkembangan untuk mendapatkan sampel sel janin dan
cairan sekitar nya guna analisis. Analisis ini memungkinkan penegakan diagnosis
abnormalitas kromosom, defek enzim tertentu, dan defek tabung saraf.4
2. SAMPEL VILLI KORION
Adalah metode analisis lain, yang dapat dilakukan pada trimester pertama
kehamilan, bukan pada minggu ke 14 sampai ke 16. Prosedur ini meliputi insersi
sebuah kateter melalui vagina dan serviks ke dalam uterus, untuk menarik sedikit
jaringan janin.4
3. Setelah mendapatkan sampel DNA dalam bentuk jaringan janin dan cairannya
baik dalam bentuk spolled maupun cair, di lanjutkan dengan beberapa cara yang
berbeda.
4. Untuk yang dalam bentuk spolled (kental) :
Campurkan phenol-chloroform ke dalam spolled
Di kocok pelan
Dilakukan centrifugasi dengan frekuensi sedang (20.000 rpm).5
Akan menjadi seperti pada gambar di bawah :
Spolled DNA yang belum di campurkan dengan phemol-chloroform
Proses pencampuran dengan phenol
5. untuk yang bentuknya cairan :
Masukkan etanol ke dalam cairan
Di kocok pelan
Dilakukan centrifugasi dengan frekuensi sedang (20.000 rpm).5
Akan menjadi seperti pada gambar di bawah :
6. Sekarang kita masuk ke dalam proses elektroforesis :
Buatlah agarose
Disamping sebelah kiri agarose dibuat lubang atau sumur-sumur kecil
Masukkan DNA yang menempel di batang
Karna DNA beraliran negatif, maka bagian katode (negatif) dibuat disebelah
sumur atau lubang
Sehingga pada saat dialiri listrik, muatan negatif DNA akan bergerak kearah
anode (+)
Untuk melihat DNA nya, berikan etidium bromide sehingga gerakan DNA
tersebut berwarna orange
Jika semakin jauh bergerak nya maka berat DNA nya semakin ringan dan
begitu pun sebaliknya
Bisa dilakukan modifikasi dengan memindahkan posisi katode dan anode nya
menjadi bentuk zig-zag sehingga bentuk pergerakan DNA nya bisa dilihat
dengan lebih jelas.5
Bentuk agarose
DNA ditaruh di dalam lubang-lubang kecil
Proses dari memasukkan DNA sampai pada hasil nya
Gambar hasil foto DNA melalui proses elektroforesis
DNA REKOMBINAN dan ENZIM RESTRIKSI
DNA rekombinan adalah proses rekayasa genetika untuk menghasilkan protein
manusia dalam jumlah yang besar.6
Enzim restriksi endonuklease adalah enzim-enzim bakteri yang dapat mengenali dan
memotong sekuens nukleotida tertentu di dalam molekul DNA beruntai ganda.
Enzim-enzim tersebut memotong DNA menjadi fragmen-fragmen dengan panjang
yang bervariasi, bergantung pada berapa banyak situs yang dikenali oleh enzim
tersebut yang berada di dalam molekul DNA.7
Cara kerja DNA rekombinan adalah sebagai berikut :
Vektor plasmid rekombinan normalnya dimasukkan ke sel-sel kompeten melalui
transformasi dan kemudian diseleksi menggunakan medium kultur sel yang sesuai.8
Sebagai contoh, jika suatu vektor mempunyai gen ampR yang mengkodekan resistensi
terhadap ampisilin, maka medium kultur yang digunakan harus mengandung
antibiotik ampisilin agar hanya sel-sel yang mengandung gen ampR (sel yang
ditransformasi) saja yang dapat tumbuh.
Metode lain yang digunakan untuk memasukkan DNA rekombinan ke dalam sel inang
adalah elektroporasi.8 Pada metode ini, suspensi sel inang yang tengah berada pada
fase pertumbuhan eksponensial di campur dengan larutan molekul DNA rekombinan.
Campuran tersebut kemudian diberi medan listrik kuat selama beberapa milidetik.
Tegangan tinggi ini akan mengubah struktur membran sel sehingga terbentuk pori-
pori sementara yang memungkinkan DNA plasmid masuk ke dalam sel. Metode ini
sangat cepat dan efisien.
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah membahas kasus tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk
membuktikan penyakit albino pada bayi yang akan dilahirkan adalah dengan
melakukan pemeriksaan kromosom dan DNA. Serta dengan menggunakan DNA
rekombinan dan dengan bantuan enzim restriksi, kita dapat memutuskan rantai DNA
yang abnormal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartanto H, Nisa TM. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi
Kesehatan. Ed 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC; 2004
2. Charlish A, Davies K. Meningkatkan Kesuburan untuk Kehamilan Alami. Jakarta:
Erlangga; 2005
3. Ferdinand F, Ariebowo M. Praktis Belajar Biologi. Jakarta : Visindo Media Media
Persada; 2007
4. Avise JC. The Genetic Goods: Evolution and Belief in Human Affairs. Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta; 2007
5. Timotous KH. Bahan Ajar Kuliah UKRIDA Nucleid Acid Extraction. Jakarta:
UKRIDA; 2011.
6. Anugrah P. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 1996
7. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia Kedokteran Dasae: Sebuah
Pendekatan Klinis. Jakarta : Buku Kedokteran EGC; 2000
8. Stansfield W, Cano R, Colome J. Biologi Molekuler dan Sel. Jakarta: Erlangga;
2006