Upload
others
View
31
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
AYAT-AYAT TENTANG SEJARAH PENDIDIKAN
Disusun seagai bahan pada kajian mata kuliah tafsir II
Dosen Pengampu :
Bpk. Cecep Hilman, S.Pd.I, M.Pd.
Disusun oleh :
Kelompok 8
Abdul Gofar
Shopia
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) SUKABUMI
PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa dan
Maha Menguasai apa yang ada di Langit dan apa yang ada di Bumi, Karena hanya
dengan usaha penulis beserta kehendak-Nya makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik tanpa ada masalah. Tak lupa shalawat serta salam kita limpahkan
kepada Nabi Besar Muhammad saw sebagai penyampai wahyu dari Allah untuk
umatnya yang sesat jauh dari ridha Allah, beserta keluarganya, para shabatnya dan
para pengikutnya hingga akhir zaman kelak.
Maksud pembuatan makalah ini adalah supaya mahasiswa mengetahui
tentang “ Ayat-ayat tentang sejarah Pendidikan “ . dan Tujuan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Tafsir II di Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI) Sukabumi.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen yang telah mendorong
dan membimbing penulis atas terselesaikannya makalah ini, mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta menjadikan bahan
pertimbangan bagi bapak dosen untuk sedikit memberikan kebijakannya terhadap
penulis.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih juga terhadap semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis butuhkan dalam memperbaiki penulisan
makalah berikutnya.
Sukabumi, Maret 2018
Penulis
DAFTAR ISI i
Hal.
Kata Pengantar ................................................................................................i
Daftar Isi ...........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah Pendidikan ....................................................................3
B. Ayat-ayat tentang Sejarah Pendidikan.........................................................4
C. Isi Kandungan Ayat tentang Sejara Pendidikan ..........................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai seseorang yang belajar di lingkungan pendidikan Islam,
mengkaji sejarah pendidikan Islam merupakan salah satu mata kuliah yang
harus ditempuh oleh mahasiswa. Mengetahui pengertian, objek, metode
dan urgensi dari studi sejarah pendidikan Islam merupakan aspek yang
harus dipahami oleh seseorang yang akan belajar sejarah pendidikan Islam
agar mempermudah dalam mempelajari sejarah pendidikan Islam.
Sebagaimana pendidikan Islam bersumber pada al-Qur‟an dan
Hadits, mempelajari pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam,
baik dari segi tokoh maupun lembaga-lembaga yang terkait dengan
pendidikan Islam merupakan inti dari pembelajaran sejarah pendidikan
Islam. Mempelajari sejarah berarti menuangkan kembali peristiwa atau
kejadian yang terjadi sejak Islam itu hadir hingga saat ini. Sejarah
pendidikan Islam berarti mengkaji kembali asal dari sejarah pendidikan
Islam itu, mengkaji ajaran Islam yang dibawa oleh Rasululloh Muhammad
saw. sebagaimana yang kita ketahui bahwa Islam dibawa oleh Rasululloh
Muhammad saw. dimana beliau mendapatkan mukjizat berupa kitab suci
al-Qur‟an yang menjadi pedoman hidup manusia sekaligus sebagai sumber
pendidikan Islam.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa manusia hidup di dunia ini
tidak ada yang terlepas dari sejarah, baik itu sejarah tentang sesuatu hal
positif, maupun hal yang negatif. Tetapi semua yang telah terlewatkan itu
termasuk sejarah. Terutama pada mata kuliah sejarah pendidikan islam ini,
banyak hal yang akan dibahas mengenai sejarah tentang pendidikan islam
itu sendiri, akan Tetapi alangkah baiknya sebelum kita melangkah lebih
jauh kita terlebih dahulu membahas inti inti penjelasan yang terdapat
didalam sejarah perkembangan islam.
Semoga makalah kami bermanfaat untuk kami sendidri pihak
penulis dan orang orang disekitar kami. Kami sendiri yang masih proses
tahap belajar. oleh karena itu makalah kami ini merupakan tugas dari study
dari dosen kami yang mengampu mata kuliah tafsir yang semoga saja
kami mencapai kesuksesan dan kebaikan baik didunia dan diakhirat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat didalam makalah ini diantaranya
adalah :
1. Apa Pengertian dari sejarah Pendidikan?
2. Bagaimanakah tentang Sejarah pendidikan didalam Al-Qur‟an ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun Tujuan Penulisan Makalah Yang terdapat didalam makalah ini
diantaranya :
1. Mengetahui tentang Pengertian ari Sejarah Pendidikan.
2. Pengetahui ayat-ayat sejarah pendidikan didalam al-qur‟an beserta isi
kandungan ayat dan asbabu nuzuulnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SEJARAH PENDIDIKAN
Kata sejarah secara etimologi dapat diungkapkan dalam bahasa Arab
yaitu Tarikh, sirah atau ilmu tarikh, yang berarti ketentuan masa atau waktu,
sedangkan ilmu tarikh yaitui ilmu yang membahas suatu peristiwa dan sebab-
sebab terjadinya peristiwa tersebut. Dalam bahasa inggris sejarah disebut
dengan history yang berarti uraian secara berurutan tentang kejadian-kejadian
masa lampau (orderly descriphon of past even).
Adapun secara terminologi sejarah adalah sejumlah keadaan dan
peristiwa penting yang terjadi di masa lampau dan benar-benar terjadi pada
individu dan masyarakat sesuai pada kenyataan-kenyataan alam dan manusia
yang telah terjadi. Sedangkan pengertian sejarah menurut KBBI adalah
silsilah, kejadian, asal-usul dan peristiwa penting yang benar-benar terjadi di
masa silam. Jadi, sejarah merupakan catatan yang berkaitan dengan sebuah
peristiwa yang telah terjadi dan diabadikan dalam bentuk tersirat maupun
tersurat dalam ruang lingkup yang luas.
Sejarah pendidikan merupakan sejarah yang mengkaji pendidikan yang
meliputi sistem pendidikan, persekolahan dan gagasan-gagasan masyarakat
tentang pendidikan, keagamaan dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
dalam wujud historiografinya, sejarah pendidikan sulit di bedakan dengan
sejarah intelektual jika yang di kaji mengenai gagasan pendidikan (Supriatna,
2006).
Silver (dalam Sjamsuddin, 1992) mengatakan Dinegara-negara barat
(Amerika dan Eropa) perhatian sejarah pendidikan telah begitu nampak sejak
abad ke-19, dan pentingnya sejarah pendidikan tersebut digunakan berbagai
macam tujuan, terutama sekali untuk membangkitkan kesadaran bangsa dan
kesatuan kebudayaan, pebgembangan profesi guru, atau kebanggan terhadap
lembaga-lembaga dan tipe pendidikan tertentu (FIP UPI, 2007).
Sjamsuddin (dalam FIP UPI, 2007) menjelaskan bahwa esendi
pendidikan itu sendiri sebenarnya sangat luas mengingat ia berperan sebagai
transmisi kebudayaan (ilmu pengetahuan, teknologi, ide-ide, nilainilai
spiritual dan estetika) dari generasi ke generasi. Oleh karena itu usia sejarah
pendidikan-pun sama halnya dengan pendekatan historiografi sejarah secara
umum, yakni lebih menekankan pendekatan diakronik.
B. AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG SEJARAH PENDIDIKAN
1. Qur‟an Surat Al Isro‟ ayat : 76-77
وول مادوا وإن خالفل ييبثىن لا وإرا مىها ىيخشجىك األسض مه ىيستفز
سيىا مه قبيل أسسيىا قذ مه سىاة ﴾٦٧﴿ قييال إلا تحىيال ىسىاتىا تجذ ول س
﴿٦٦﴾
“Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri
(Mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya
sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja (76) Kami
menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami
yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi
ketetapan Kami itu (77)
2. Qur‟an Surat Fathir ayat : 43
فهو بأهيه إلا اىسايئ اىمنش يحيق ول اىسايئ ومنش األسض في استنباسا
ىيه سىات إلا يىظشون ىسىات تجذ فيه األوا ىسىات تجذ وىه تبذيال اللا اللا
﴾٣٤﴿ تحىيال
“ karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka)
yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang
merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan
(berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang
terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi
sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi
sunnah Allah itu “
c. Qur’an Surat AL Ahzab ayat : 38 dan 62
ا فشض فيما حشج مه اىىابي عيى مان ما سىاة ىه اللا خيىا اىازيه في اللا
أمش ومان قبو مه قذوسا قذسا اللا ﴾٤٣﴿ ما
“ Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan
Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya
pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu
ketetapan yang pasti berlaku ”
سىاة ىسىاة تجذ وىه قبو مه خيىا اىازيه في اللا ﴾٧٦﴿ تبذيال اللا
“ Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu
sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada
sunnah Allah “
d. Qur’an Surat Al Maidah ayat : 78 dan 81
ائيل ب ىيمهك ف روا الريه لعه ر عيس ىد اوود لس انع ل ىإس ي م اب هو ر ذ لك م
ا وابم ك اووا ع ص ﴾٨٧﴿ي ع ت دون و
“ Telah dila`nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan `Isa
putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu
melampaui batas ”
وىـنها ياءأوى اتاخزوهم ما إىيه أوزه وما واىىابي باهلل يؤمىىن ماوىا وىى
ىهم مثيشا ﴾٣٨﴿ فاسقىن م
“ Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa
yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil
orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari
mereka adalah orang-orang yang fasik “
C. ISI KANDUNGAN AYAT SEJARAH PENDIDIKAN
1. Qur’an Surat Al Isra
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi, ketika
mereka memberikan saran kepada Rasulullah Saw. untuk tinggal di negeri
Syam yang merupakan negeri para nabi dengan meninggalkan kota
Madinah yang ditempatinya saat itu. Pendapat ini dinilai lemah karena
ayat ini jelas ayat Makkiyyah, sedangkan Rasulullah Saw. tinggal di
Madinah sesudah itu.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, sesungguhnya ayat ini
diturunkan di Tabuk. Akan tetapi, kesahihan pendapat ini masih perlu
dipertimbangkan.
Imam Baihaqi dan Imam Hakim telah meriwayatkan dari Al-
Asam, dari Ahmad ibnu Abdul Jabbar Al-Utaridi, dari Yunus ibnu
Bukair, dari Abdul Hamid ibnu Bahram, dari Syahr ibnu Hausyab, dari
Abdur Rahman ibnu Ganam bahwa di suatu hari orang-orang Yahudi
datang kepada Rasulullah Saw., lalu mereka berkata, "Hai Abul Qasim,
jika engkau benar seorang nabi, maka pergilah ke negeri Syam, karena
sesungguhnya negeri Syam adalah tanah Mahsyar dan tempat tinggal para
nabi." Ternyata apa yang dikatakan oleh mereka itu dibenarkannya. Maka
Nabi Saw. berangkat ke Medan Tabuk dengan tujuan tiada lain adalah
negeri Syam. Setelah Nabi Saw. sampai di Medan Tabuk, Allah
menurunkan kepadanya beberapa ayat surat Al-Isra setelah surat Al-Isra
khatam, yaitu mulai dari firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka benar-
benar hampir membuatmu gelisah di negeri(mu) untuk mengusirmu
darinya. (Al-Isra: 76) Sampai dengan firman-Nya: suatu perubahan
pun. (Al-Isra: 77) Maka Allah memerintahkan kepada Nabi Saw. untuk
kembali ke Madinah, dan Allah berfirman, "Di Madinahlah tempat
hidupmu dan tempat kematianmu, serta di Madinahlah engkau akan
dibangkitkan."
Sanad hadis ini masih perlu dipertimbangkan kesahihannya, tetapi
yang jelas pendapat ini tidak benar, karena sesungguhnya Nabi Saw.
melakukan perang di Medan Tabuk bukan karena anjuran orang-orang
Yahudi, melainkan menaati perintah Allah
Menurut pendapat yang lainnya, ayat ini di turunkan berkenaan de-
ngan orang-orang kafir Quraisy manakala mereka bertekad untuk meng-
usir Rasulullah Saw. dari kampung halaman mereka. Maka Allah Swt.
mengancam mereka dengan menurunkan ayat ini. Jika mereka mengusir
Nabi Saw., sesudah itu tentulah mereka tidak akan lama lagi dapat tinggal
di Mekah. Dan memang demikianlah kejadiannya, karena sesungguhnya
sesudah Nabi Saw. berhijrah meninggalkan mereka setelah mengalami
tekanan yang sangat berat dari pihak mereka, maka dalam masa satu
setengah tahun berikutnya Allah Swt. mempertemukan mereka dengan
Nabi Saw. di Medan Badar tanpa diduga-duga oleh mereka. Kemudian
Allah memberikan kemenangan kepada Nabi Saw. atas mereka, sehingga
banyak dari kalangan pemimpin mereka yang terhormat gugur dan yang
lainnya ditawan.
2. Qur‟an Surat Al ahzab ayat 38
Yakni tentang apa yang dihalalkan baginya dan apa yang
diperintahkanNya, yaitu mengawini Zainab r.a. yang telah diceraikan oleh
anak angkat beliau sendiri (Zaid ibnu Harisah r.a.)
Hal ini merupakan hukum Allah pada nabi-nabi sebelumnya. Allah
tidak sekali-kali memerintahkan kepada mereka untuk melakukan sesuatu
yang menyebabkan mereka berdosa karenanya.
Ayat ini merupakan sanggahan terhadap sebagian orang dari
kalangan orang-orang munafik yarig menduga bahwa martabat Nabi Saw.
menjadi berkurang karena mengawini bekas istri anak angkatnya.
Maksudnya, itu urusan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. itu
pasti terjadi dan tidak akan bisa dielakkan lagi; karena apa yang
dikehendakiNya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti
tidak akan terjadi.
3. Qur‟an Surat Alamaidah ayat 38
Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia telah melaknat orang-orang
kafir dari kaum Bani Israil dalam masa yang cukup lama, yaitu melalui apa
yang Dia turunkan kepada nabi-Nya, yaitu Nabi Daud a.s.; dan melalui
lisan Isa putra Maryam, karena mereka durhaka kepada Allah dan
bertindak sewenang-wenang terhadap makhlukNya.
Al-Aufi menceritakan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka dilaknat
dalam Taurat, Injil, Zabur, dan AlFurqan (AlQur‟an). Kemudian Allah
menjelaskan perihal yang biasa mereka lakukan di masanya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid,
telah menceritakan kepada kami Syarik ibnu Abdullah, dari Ali ibnu
Bazimah, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pemah bersabda:
“Ketika kaum Bani Israil tenggelam ke dalam perbuatan-perbuatan
maksiat, maka para ulamanya mencegah mereka, tetapi mereka tidak mau
berhenti. Lalu para ulama mereka mau duduk bersama dengan mereka
dalam majelis-majelis mereka.”
Yazid mengatakan bahwa menurutnya Syarik ibnu Abdullah
mengatakan, “Di pasar-pasar mereka, dan bermuamalah dengan mereka
serta minum bersama mereka. Karena itu, Allah memecah-belah hati
mereka, sebagian dari mereka bertentangan dengan sebagian yang lain;
dan Allah melaknat mereka melalui lisan Nabi Daud dan Nabi Isa ibnu
Maryam.”
Pada mulanya Rasulullah Saw. bersandar, lalu duduk dan bersabda:
“Tidak, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-
Nya, sebelum kalian menyeret mereka kepada perkara yang hak dengan
sebenar-benarnya.”
Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah
ibnu Muhammad An-Nafili, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu
Rasyid, dari Ali ibnu Bazimah, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah ibnu
Mas‟ud yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
“Sesungguhnya kekurangan yang mula-mula dialami oleh kaum Bani Israil
ialah bilamana seorang lelaki bertemu dengan lelaki lain (dari kalangan
mereka), maka ia berkata kepadanya, „Hai kamu, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkanlah dosa yang kamu lakukan itu, sesungguhnya
perbuatan itu tidak halal bagimu.‟ Kemudian bila ia menjumpainya pada
keesokan harinya, maka hal tersebut tidak mencegahnya untuk menjadi
teman makan, teman minum, dan teman duduknya. Setelah mereka
melakukan hal tersebut, maka Allah memecah-belah hati mereka; sebagian
dari mereka bertentangan dengan sebagian yang lain.”
Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: lu-„inal
ladziina kafaruu mim banii israa-iila „alaa lisaani daawuuda wa „iisabni
maryama. (“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan
Daud dan Isa putra Maryam.”) (Al-Maidah: 78) sampai dengan firman-
Nya: Faasiquun (“orang-orang yang fasik.”) (Al-Maidah: 81
Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak, demi Allah, kamu
harus amar ma‟ruf dan nahi munkar, dan kamu harus mencegah perbuatan
orang yang zalim, membujuknya untuk mengikuti jalan yang benar atau
kamu paksa dia untuk mengikuti jalan yang benar.”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu
Majali melalui jalur Ali ibnu Bazimah dengan sanad yang sama. Imam
Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan gharib. Kemudian dia dan
Ibnu Majah meriwayatkannya pula melalui Bandar, dari Ibnu Mahdi, dari
Sufyan, dari Ali ibnu Bazimah dari Abu Ubaidah secara mursal.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
Sa‟id Al-Asyaj dan Harun ibnu Ishaq Al-Hamdani; keduanya mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Muhammad Al-
Muharibi, dari Al-Ala ibnul Musayyab, dari Abdullah ibnu Amr ibnu
Murrah, dari Salim Al-Aftas, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah ibnu
Mas‟ud yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“Sesungguhnya seorang lelaki dari kalangan kaum Bani Israil
apabila melihat saudaranya sedang melakukan dosa, maka ia melarangnya
dari perbuatan dosa itu dengan larangan yang lunak Dan apabila keesokan
harinya apa yang telah ia lihat kemarin darinya tidak mencegahnya untuk
menjadi teman makan, teman bergaul, dan teman muamalahnya.”
Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Harun disebutkan, “Dan
teman minumnya.” Akan tetapi, keduanya sepakat dalam hal matan
berikut, yaitu:
“Setelah Allah melihat hal tersebut dari mereka, maka Dia memecah-belah
hati mereka, sebagian dari mereka bertentangan dengan sebagian yang
lain; dan Allah melaknat mereka melalui lisan Daud dan Isa ibnu Maryam.
Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui
batas.”
Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: “Demi Tuhan yang jiwaku
berada di dalam genggaman kekuasaanNya, kalian harus beramar ma „ruf
dan nahi munkar, dan kalian harus memegang tangan orang yang jahat,
lalu kalian paksa dia untuk tunduk kepada perkara yang hak dengan
sebenar-benarnya. Atau Allah akan memecah-belah hati sebagian dari
kalian atas sebagian yang lain, atau Allah akan melaknat kalian seperti Dia
melaknat mereka.”
Konteks ini ada pada Abu Sa‟id. Demikianlah menurut Ibnu Abu
Hatim dalam riwayat hadis ini.
Imam Abu Daud telah meriwayatkannya pula dari Khalaf ibnu
Hisyam, dari Abu Syihab Al-Khayyat, dari Al-Ala ibnul Musayyab, dari
Amr ibnu Murrah, dari Salim (yaitu Ibnu Ajian Al-Aftas), dari Abu
Ubaidah ibnu Abdullah ibnu Mas‟ud, dari ayahnya, dari Nabi Saw. dengan
lafaz yang semisal. Kemudian Abu Daud mengatakan bahwa hal yang
sama telah diriwayatkan oleh Khalid dari Al-Ala, dari Amr ibnu Murrah
dengan sanad yang sama.
Al-Muharibi meriwayatkannya dari Al-Ala ibnul Musayyab, dari
Abdullah ibnu Amr ibnu Murrah, dari Salim Al-Aftas, dari Abu Ubaidah,
dari Abdullah (Ibnu Mas‟ud).
Guru kami, AlHafiz Abui Hajjaj Al-Mazi, mengatakan bahwa
Khalid ibnu Abdullah Al-Wasiti telah meriwayatkannya dari Al-Ala ibnul
Musayyab, dari Amr ibnu Murrah, dari Abu Ubaidah, dari Abu Musa.
Hadishadis yang menerangkan tentang amar ma „ruf dan nahi
munkar banyak sekali jumlahnya. Berikut ini kami ketengahkan sebagian
darinya yang berkaitan dengan tafsir ayat ini. Dalam pembahasan yang
lalu telah disebutkan hadis Jabir, yaitu pada tafsir firman-Nya:
“Mengapa orang-orang „alim mereka dan pendeta-pendeta mereka
tidak melarang mereka.” (Al-Maidah: 63) Dan kelak akan disebutkan hadis
Abu Bakar AsSiddiq dan Abu Sa‟labah Al-Khusyani pada tafsir
firmanNya:
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian; tiadalah orang
yang sesat itu akan memberi mudarat kepada kalian apabila kalian telah
mendapat petunjuk.” (Al-Maidah: 105)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Sulaiman Al-Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja‟far,
telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Abu Amr, dari Abdullah ibnu
Abdur Rahman Al-Asyhali, dari Huzaifah ibnul Yaman, bahwa Nabi Saw.
telah
bersabda:
“Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-
Nya….. melarang terhadap kemungkaran, ataukah benar-benar dalam
waktu yang dekat Allah akan menimpakan suatu siksaan dari sisi-Nya
kepada kalian, kemudian kalian benar-benar berdoa memohon kepadaNya,
tetapi Dia tidak memperkenankan bagi kalian.”
Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Ali ibnu Hajar, dari Ismail
ibnu Ja‟far dengan sanad yang sama, lalu Imam Turmuzi mengatakan
bahwa hadis ini hasan.
Abu Abdullah —yaitu Muhammad ibnu Yazid ibnu Majah—
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu
Syaibah, telah menceritakan kepada kami Mu‟awiyah ibnu Hisyam, dari
Hisyam ibnu Sa‟d, dari Amr ibnu Usman, dari Asim ibnu Umar ibnu
Usman, dari Urwah, dari Siti Aisyah yang mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
“Beramar ma‟rufIah dan bernahi munkarlah kalian sebelum (tiba
masanya) kalian berdoa, lalu tidak diperkenankan bagi kalian.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah secara munfarid, dan Asim
orangnya tidak dikenal. Di dalam kitab Sahih melalui Al-A‟masy, dari
Ismail ibnu Raja, dari ayahnya, dari Abu Sa‟id dan dari Qais ibnu Muslim,
dari Tariq ibnu Syihab, dari Abu Sa‟id Al-Khudri disebutkan bahwa
Rasulullah Saw. pemah bersabda:
“Barang siapa dari kalangan kalian melihat perkara mungkar
(dikerjakan), hendaklah ia mencegahnya dengan tangan (kekuasaan)nya.
Jika ia tidak mampu, cegahlah dengan lisannya. Dan jika ia tidak mampu,
hendaklah hatinya mengingkarinya; yang demikian itu merupakan iman
yang paling lemah. (Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Numair, telah menceritakan kepada kami Saif (yaitu Ibnu Abu Sulaiman);
ia pernah mendengar Addi ibnu Addi Al-Kindi menceritakan dari Mujahid,
telah menceritakan kepadanya seorang maula (bekas budak) kami, bahwa
ia pernah mendengar kakek —yakni Addi ibnu Umairah r.a.—
menceritakan hadis berikut, bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw.
bersabda:
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari Makalah yang dipaparkan diatas daapat disimpulkan bahwa
Kata sejarah secara etimologi dapat diungkapkan dalam bahasa Arab
yaitu Tarikh, sirah atau ilmu tarikh, yang berarti ketentuan masa atau
waktu. Adapun secara terminologi sejarah adalah sejumlah keadaan dan
peristiwa penting yang terjadi di masa lampau dan benar-benar terjadi
pada individu dan masyarakat sesuai pada kenyataan-kenyataan alam dan
manusia yang telah terjadi. Sedangkan pengertian sejarah menurut
KBBI adalah silsilah, kejadian, asal-usul dan peristiwa penting yang
benar-benar terjadi di masa silam.
Sejarah pendidikan merupakan sejarah yang mengkaji pendidikan
yang meliputi sistem pendidikan, persekolahan dan gagasan-gagasan
masyarakat tentang pendidikan, keagamaan dan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, dalam wujud historiografinya, sejarah pendidikan sulit di
bedakan dengan sejarah intelektual jika yang di kaji mengenai gagasan
pendidikan (Supriatna, 2006).
Adapun ayat-ayat Alqur‟an yang menerangkan tentang sejarah
pendidikan adalah diantaranya :
1. Qur‟an Surat Al Isro‟ ayat : 76-77
2. Qur‟an Surat Fathir ayat : 43
3. Qur‟an Surat AL Ahzab ayat : 38 dan 62
4. Qur‟an Surat Al Maidah ayat : 78 dan 81