Upload
syahid-faisal-kamal
View
28
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bisnis Internasional
Citation preview
MAKALAH
PENERAPAN SUISTAINABLE DEVELOPMENT DI
PERUSAHAAN ROYAL PHILIPS ELECTRONICS
Ditujukan Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bisnis Internasional
Di susun Oleh :
Syahid Faisal Kamal (44311002)
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULSTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan yang sekarang sedang marak adalah pembangunan yang hanya
bersifat sementara. Dengan tuntutan globalisasi, Indonesia mengikuti perkembangan
jaman tanpa melihat prospek kedepan. Perkembangan masyarakat yang serba instan dan
asal jadi, budaya konsumtif telah mendarah daging pada sebagian besar masyarakat
Indonesia. Sedang sebenarnya, hakikat pembangunan adalah pembangunan yang
berkelanjutan yang tidak parsial, instan dan pembangunan kulit. Maka, dengan adanya
konsep Sustainable Development yang kemudian disebut SD akan berusaha memberikan
wacana baru mengenai pentingnya melestarikan lingkungan alam demi masa depan,
generasi yang akan datang.
Pada saat ini, di PT. Philips Indonesia khususnya, sebagai produsen pembuat
lampu Philips, yang memperkenalkan bola lampu hemat energi pada tahun 1980, telah
meletakkan peningkatan lingkungan di dalam desain produk mereka sebagai pusat
perhatian dalam bisnis mereka.
Dengan strategi ini, Philips Lighting berharap akan dapat terus melanjutkan jalur
pertumbuhan seperti saat ini. Harapan ini didukung oleh fokus berkelanjutan pada inovasi
berbasis pasar (market driven) dan percepatan adopsi dari bentuk pencahayaan ramah
lingkungan yang sejalan dengan strategi Philips, yaitu EcoVision.
Disebutkan, pertumbuhan permintaan yang cepat akan solusi pencahayaan hemat
energi. Saat ini, 75 persen lampu di dunia menggunakan sistem warisan lama, dan
pertumbuhan kesadaran akan solusi lampu hemat energi diharapkan akan membawa
pengaruh yang potensial pada tingkat penjualan dan berdampak untuk mengurangi
pemanasan Global dalam rangka mewudkan pebangunan yang berkelanjutan yang dapat
berguna dimasa yang akan datang.
BAB II
SEKILAS PERUSAHAAN
2.1 Company Profile
Royal Philips Electronics dari Belanda adalah pemimpin global di bidang
kesehatan, lighting, dan gaya hidup konsumen, layanan yang people-centric, produk
inovatif, pelayanan yang diberikan melalui brand promise, yaitu “Sense and
Simplicity”. Philips berkantor pusat di Belanda dengan jumlah karyawan sebanyak
134,200 orang di lebih dari 60 negara di dunia. Dengan penjualan sebesar EUR 27
miliar di tahun 2007, perusahaan ini merupakan pemimpin di pasar gambar diagnosa
medis (medical diagnostic imaging) dan sistem monitoring pasien (patient monitoring
system), solusi lampu hemat energi, termasuk juga solusi gaya hidup untuk
kesejahteraan personal. Fungsi pencahayaan untuk menerangi fasilitas yang ada serta
pada tempat bekerja yang memberikan sudut pandang penglihatan yang baik dengan
arti lainnya pencahayaan memberikan keselamatan dalam bekerja, mengurangi rasa
lelah yang bisa mengakibatkan kecelakaan, mengurangi tindakan kesalahan yang
mengakibatkan cacat produksi serta meningkatkan produktifitas. Sebagai tambahan,
pencahayaan memberikan rasa bangga terhadap lingkungan tempat bekerja.
Untuk menghasilkan kualitas yang tinggi, pencahayaan sangatlah penting
perananannya dalam membantu meningkatkan produktivitas. Pencahayaan yang baik
berarti cukup sinar yang dibutuhkan pada tempat kerja termasuk pada penyebaran
cahaya yang merata dan kemanpuan cahaya untuk merenderasi warna di samping itu
tidak menimbulkan silau.
Pada tahun 1940, pabrik lampu Philips didirikan di Surabaya. Philips
Indonesia hadir untuk melayani pasar lokal, menginformasikan dan mempromosikan
produk dan layanan serta menyediakan dukungan logistik bagi para distributor resmi.
Philips Lighting merupakan fondasi yang menjadikan salah-satu perusahaan
elektronika terbesar dunia diletakkan pada tahun 1891 ketika Gerard Philips
mendirikan perusahaan di Eindhoven.
Philips merupakan produsen terbesar di pasar perlampuan Indonesia. Hal ini
cukup masuk akal mengingat Philips sudah masuk ke dalam pasar perlampuan
Indonesia sejak tahun 1920 artinya Philips sudah berbisnis perlampuan hampir 90
tahun di Indonesia dan saat ini sudah menjadi nomor 1 dengan menguasai pangsa
pasar Indonesia lebih dari 45% , selain hal tersebut di atas, Philips juga sangat dikenal
sebagai trend setter dan innovator di dalam teknologi perlampuan.
Bisnis perlampuan Philips Lighting di Indonesia dimulai di tahun 1941
dengan dibangunnya pabrik lampu pertamanya di Surabaya dengan nama N.V.
Philips Fabricage & Handle Maatschappij dan pabrik tersebut saat ini sudah
berkembang menjadi salah satu pabrik terbaik di dunia yang dimiliki oleh Philips
Lighting dengan diperolehnya PBE Gold Medal Award untuk tahun 2004 & 2005.
80% hasil produk pabrik ini diekspor ke lebih dari 80 negara di Asia Pacific ,USA ,
Canada, Eropa dan Amerika Latin.
Sejak pelaku bisnis SPBU (Pompa Bensin) asing memasuki pasar Indonesia,
Philips Lighting telah ikut berperan dalam pembentukan gaya dan tampilan SPBU
yang baru melalui penyediaan rumah lampu berkualitas tinggi untuk sarana SPBU
yang disebut Mini 300.
Pabrik Lampu Philips Surabaya menerima “Penghargaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja PT Philips Indonesia” dengan bangga mengumumkan bahwa Pabrik
Lampu Philips Surabaya dianugerahi Zero Accident Award untuk pertama kalinya
oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Pabrik Lampu Philips Surabaya mendapatkan penghargaan tersebut setelah
berhasil mencapai lebih dari enam juta jam kerja orang tanpa terjadi kecelakaan. Ini
adalah pertama kalinya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Pabrik Lampu Philips Surabaya mendapatkan Zero Accident Award.
Prestasi ini adalah hasil dari kerja keras dan kerjasama antara tim manajemen
dan karyawan yang mendukung implementasi peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja. Sedangkan khusus untuk audit Zero Accident dilakukan oleh Dinas Tenaga
Kerja.
Audit Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dilakukan oleh
Sucofindo - sebuah badan audit independen yang ditunjuk oleh Departemen
Ketenagakerjaan - untuk mengukur tingkat pencapaian implementasi dari Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Audit didasarkan pada
Peraturan Departemen Ketenagakerjaan nomor Per 05/Men/1996. Sucofindo
melakukan audit SMK3 untuk kedua kalinya terhadap Pabrik Lampu Philips
Surabaya yang mencapai angka 97 persen dan dianugerahi dengan Sertifikat Bendera
Emas. Angka ini berada jauh di atas standar angka sertifikat emas pada umumnya
yaitu 85%.
Selain keberhasilan ini, Pabrik Lampu Philips Surabaya diakui sebagai
perusahaan pertama di Indonesia yang mendapatkan Sertifikat OHSAS 18001 versi
2007 yang secara Internasional mulai diperkenalkan pada bulan Juli 2007.
Saat ini Philips memiliki beberapa sektor bisnis sebagai berikut:
Healthcare, termasuk di dalamnya sistem medis yang profesional dan
perlengkapan kesehatan personal.
Lighting, termasuk di dalamnya pabrik lampu, komponen dan sistem pencahayaan
profesional, serta solusi pencahayaan personal.
Consumer Lifestyle, termasuk di dalamnya Consumer electronics, domestic
appliances, dan personal care.
Philips menduduki posisi No. 1 untuk pasar lighting di dunia, kemapanan ini
didukung oleh kombinasi kepemimpinan dalam berinovasi dan pendekatan sistematis
untuk menemukan peluang pasar baru.
Ambisi Philips adalah meletakan fondasi dalam industri lighting sebagai
pilihan utama mitra inovatif dalam menyediakan solusi pencahayaan yang kreatif dan
terjangkau. Produk Philips dapat ditemukan di seluruh dunia, tidak hanya hampir di
seluruh sudut rumah, tetapi juga dalam hampir seluruh aplikasi profesional, misalnya:
30% dari bangunan-bangunan komersial seperti gedung perkantoran, rumah sakit dan
bangunan-bangunan yang telah menjadi identitas dari suatu kota/negara, 65% pada
bandara-bandara top dunia, 35% mobil, dan 55% stadion sepak bola utama dunia
seperti 7 dari 10 stadion yang digunakan pada piala dunia sepak bola 2002 di
Jepang/Korea dan 8 dari 12 stadion yang digunakan pada piala dunia sepak bola 2006
di Jerman dan pada event dunia lainnya. Produk-produk ini meliputi jenis lampu pijar
maupun halogen, neon kompak, lampu gas discharge intensitas tinggi maupun lampu
khusus, luminaires (rumah lampu), ballast, komponen elektronik, dan lampu mobil.
Philips Lighting mempekerjakan sekitar 44.000 orang di berbagai lokasi
manufaktur di seluruh dunia. Di Asia Pasifik, Philips hadir di hampir semua negara
dengan organisasi penjualan dan/atau pabrik, yakni Australia, Cina, Hong Kong,
India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Pakistan, Filipina, Taiwan,
Thailand, Singapura, Korea Selatan dan Vietnam.
2.2 Vision
Meraih dan mempertahankan standar “Terbaik di Kelas” di dalam Total
Quality Management yang dibangun secara terus-menerus
2.3 Mission
Memberikan produk perlampuan dan pelayanan terkait yang unggul, berfokus
secara khusus pada kualitas, kecepatan dan biaya yang bersaing, di dalam
lingkungan yang aman-sehat terhadap customer.
Mempunyai rasa keterkaitan yang kuat dan langgeng dalam rangka memperbaiki
kualitas hidup orang banyak.
Mitra kerja terbaik untuk melakukan usaha.
Memperhatikan lingkungan sekitar (terkait CSR) terhadap komunitas di sekitar
Philips dengan kerangka kerja Delight and Best.
BAB III
SUISTANABLE DEVELOPMENT
Pembangunan yang sekarang sedang marak adalah pembangunan yang hanya
bersifat sementara. Dengan tuntutan globalisasi, Indonesia mengikuti perkembangan
jaman tanpa melihat prospek kedepan. Perkembangan masyarakat yang serba instan dan
asal jadi, budaya konsumtif telah mendarah daging pada sebagian besar masyarakat
Indonesia. Sedang sebenarnya, hakikat pembangunan adalah pembangunan yang
berkelanjutan yang tidak parsial, instan dan pembangunan kulit. Maka, dengan adanya
konsep Sustainable Development yang kemudian disebut SD akan berusaha memberikan
wacana baru mengenai pentingnya melestarikan lingkungan alam demi masa depan,
generasi yang akan datang.
Pengertian Sustainable Development
Wikipedia : Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan,
kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang
tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”
Menurut Brundtland Report dari PBB, 1987. Pembangunan berkelanjutan adalah
terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainabel development. Salah satu faktor yang
harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana
memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Laporan dari KTT Dunia 2005, yang menjabarkan pembangunan berkelanjutan
sebagai terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang saling
bergantung dan memperkuat.
Deklarasi Universal Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001) lebih jauh menggali
konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa “…keragaman
budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi
alam”. Dengan demikian “pembangunan tidak hanya dipahami sebagai
pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan
intelektual, emosional, moral, dan spiritual”. dalam pandangan ini, keragaman
budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan
berkelanjutan.
Network of Excellence “Sustainable Development in a Diverse World” SUS.DIV,
sponsored by the European Union, bekerja pada jalur ini. Mereka
mengintegrasikan kapasitas multidisiplin dan menerjemahkan keragaman budaya
sebagai kunci pokok strategi baru bagi pembangunan berkelanjutan.
Dari berbagai pengertian pembangunan berkelajutan diatas dapat disimpulkan
bahwa pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah sebuah upaya
pembangunan yang meliputi aspek ekonomi, sosial, lingkungan bahkan budaya untuk
kebutuhan masa kini tetapi tidak mengorbankan atau mengurangi kebutuhan generasi
yang akan datang.
Meliputi aspek ekonomi, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan
pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam
jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Namun konsep “pertumbuhan
ekonomi” itu sendiri bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas.
Aspek sosial, maksudnya pembangunan yang berdimensi pada manusia dalam hal
interaksi, interrelasi dan interdependesi. Yang erat kaitannya juga dengan aspek budaya.
Tidak hanya pada permasalahan ekonomi, pembangunan berkelanjutan untuk menjaga
keberlangsungan budaya dari sebuah masyarakat supaya sebuah amsyarakat tetap bisa
eksis untuk menlajalani kehidupan serta mempunyai sampai masa mendatang.
Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang ambigu, dimana pandangan
yang luas berada di bawah naunganya. konsep ini memasukkan pemahaman
keberlanjutan lemah, keberlanjutan kuat, dan ekolog mendalam. konsep yang berbeda
juga menunjukkan tarik ulur yang kuat antara eko(lingkungan)sentrisme dan
antropo(manusia)sentrisme. Oleh karena itu konsep ini lemah didefinisikan dan
mengundang debat panjang mengenai definisinya.
Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena
perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui
sedang ekspoitasi terhadapnya dilakukan terus menerus.
Pengertian dari tidak mengurangi dan mengorbankan kebutuhan generasi yang
akan datang adalah pembangunan yang dilakuakn dimasa sekarang itu jangan sampai
merusak lingkungan, boros terhadap SDA dan juga memperhatikan generasi yang akan
datang. Generasi yang akan datang juga jangan terlalu dimanjakan dengan tersedianya
semua fasilitas. Tetapi mereka juga harus di beri kesempatan untuk berekspresi
menuangkan ide kreatifnya untuk mengolah dan mengembangkan alam dan
pembangunan.
Hubungan Sustainable Development dengan CSR
Sustainable development menjadi goal dari CSR karena bukan hanya
pembangunan komunitas atau Community Development yang menjadi inti tujuan dari
CSR melainkan bagaimana Com.Dev tersebut bisa terus eksis berada dalam masyarakat
sebagai upaya untuk keseimbangan lingkungan dan alam.
Sisi lain
Pakar lingkungan dari Bandung, Otto Soemarwoto, mengajukan enam tolok ukur
pembangunan berkelanjutan baik untuk pemerintah pusat maupun di daerah. Keenam
tolok ukur itu diyakininya akan mampu menjadi kriteria keberhasilan seorang kepala
pemerintahan.
Tolok ukur itu meliputi pro dengan bentuk negara kesatuan RI, pro lingkungan
hidup, pro rakyat miskin, pro kesetaraan jender, pro penciptaan lapangan kerja dan harus
antikorupsi, kolusi serta nepotisme.
Enam program pilihan
Kotler dan Lee mengidentifikasi enam pilihan program bagi perusahaan untuk
melakukan inisiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan berbagai masalah sosial
sekaligus sebagai wujud komitmen dari tanggung jawab sosial perusahaan. Keenam
inisiatif sosial yang bisa dieksekusi oleh perusahaan adalah:
o Pertama, cause promotions dalam bentuk memberikan kontribusi dana
atau penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah-
masalah sosial tertentu seperti, misalnya, bahaya narkotika.
o Kedua, cause-related marketing bentuk kontribusi perusahaan dengan
menyisihkan sepersekian persen dari pendapatan sebagai donasi bagi
masalah sosial tertentu, untuk periode waktu tertentu atau produk tertentu.
o Ketiga, corporate social marketing di sini perusahaan membantu
pengembangan maupun implementasi dari kampanye dengan fokus untuk
merubah perilaku tertentu yang mempunyai pengaruh negatif, seperti
misalnya kebiasaan berlalu lintas yang beradab.
o Keempat, corporate philantrophy adalah inisitiatif perusahaan dengan
memberikan kontribusi langsung kepada suatu aktivitas amal, lebih sering
dalam bentuk donasi ataupun sumbangan tunai.
o Kelima, community volunteering dalam aktivitas ini perusahaan
memberikan bantuan dan mendorong karyawan, serta mitra bisnisnya
untuk secara sukarela terlibat dan membantu masyarakat setempat.
o Keenam, socially responsible business practices, ini adalah sebuah
inisiatif di mana perusahaan mengadopsi dan melakukan praktik bisnis
tertentu serta investasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas
komunitas dan melindungi lingkungan.
BAB IV
ECOVISION DAN PROGRAM CSR PERUSAHAAN PHILIPS
Komitmen perusahaan tetap tinggi, yakni bagaimana Philips bisa
berpartisipasi aktif mengurangi pemanasan global. Oleh karena itu, perusahaan ini
terus mengembangkan teknologi dan inovasi, agar menghasilkan produk yang bisa
didaur ulang. Dengan demikian, saat produk tersebut sudah tidak berfungsi dan
dibuang ke lingkungan, tidak berdampak buruk.
Komitmen itu pula yang mengantar bisnis Philips merambah dunia. Acuannya
terhadap lingkungan pun jelas. Tahun 1970 Philips berpartisipasi dalam Club of
Rome. Tahun 1994 Philips membuat program The Environmental Opportunity. Tahun
1998, Philips berhasil menyabet International Corporate Environmental Achievement
dan memperkenalkan program Ecovision yang pertama di dunia.
Banyak produk inovasi Philips yang telah diperkenalkan ke pasar Indonesia
dengan kelebihan-kelebihan seperti lebih hemat energi, lebih kompak, berumur lebih
panjang dan lebih ramah lingkungan seperti T5, CDM, LED, Electronics Ballast dan
masih banyak lagi yang akan ikut mempengaruhi tren desain perlampuan di
Indonesia.
Hal yang perlu digarisbawahi adalah Philips mengambil berbagai inisiatif
untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi gas buang. Sejak tahun 1970, Dewan
Direksi Philips telah memformulasikan beberapa program yang berkaitan dengan
lingkungan.
Beberapa Program CSR yang dilakukan Philips, Diantaranya :
1. Philips Kampung Terang Hemat Energi (KTHE)
Dikutip dari (http://www.newscenter.philips.com, Diakses pada 3 Januari 2015)
“Sebagai bagian dari komitmen kami, Philips menyelenggarakan program Kampung
Terang Hemat Energi (KTHE) sejak tahun 2008 yang merupakan kontribusi kami untuk
mengurangi pemakaian energi dan membantu meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat desa. Tahun ini, lampu Philips Sitrang kami akan membantu setidaknya 10
desa untuk meghemat energi hingga 80 persen dibandingkan lampu konvesional dan
tentu saja, untuk menjadikan desa tersebut lebih layak huni,” ujar Ryan Tirta Yudhistira,
Head of Country Marketing – Lighting, PT Philips Indonesia.
Membantu menerangi lebih dari 250 desa di seluruh Indonesia, KTHE telah memperpanjang
masa untuk beraktivitas penduduk desa. "Pencahayaan yang menerangi jalan dan tempat umum
pada malam hari, merupakan faktor pendukung untuk meningkatkan rasa aman karena
mengurangi kemungkinan kejahatan”, ujar Jimmy Juwana, ahli dalam pembangunan
berkelanjutan dari Universitas Trisakti.
2. Chef Goes to School
Program “Chef Goes to School” adalah ide pemenang dari Philips The ‘+’ Project,
sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat Indonesia, di bidang Hidup Sehat. Proyek tersebut menindaklanjuti penilaian
terhadap sikap dan kebiasaan makan sehat melalui penjual makanan, guru dan orang tua
di sekolah-sekolah Tangerang.
Dikutip dari (http://swa.co.id, diakses pada 3 januari 2015) Philips memberikan
pelatihan dan informasi kepada para penjual makanan, guru dan orang tua dari beberapa
sekolah melalui demo masak dengan menggunakan inovasi-inovasi dari Philips.
Bagaimanapun, Philips menyadari bahwa anak-anak perlu diberi tanggung jawab untuk
membuat keputusan sehat.
“Kami mengerti bahwa kami memerlukan pendekatan khusus untuk
menyampaikan informasi dan menanamkan kebiasaan makan sehat pada anak-anak,
sehingga kami memilih untuk melakukannya melalui kekuatan bercerita,” ujar Robert
Fletcher, Presiden Direktur PT Philips Indonesia, “Tujuan kami adalah untuk menangkap
inti dari berbagai alasan mengapa penting bagi anak memperhatikan makanan dan
minuman yang mereka konsumsi setiap hari dengan cara yang menyenangkan dan
menarik.”
Melalui program “Chef Goes to School”, Philips bekerja sama dengan pemangku
kepentingan lain seperti Terre des Hommes (TdH) dan Yayasan Pemerhati Sosial (YPSI)
untuk menjangkau lebih dari 3.000 anak sekolah di seluruh Indonesia dalam rangka
menciptakan perubahan jangka panjang dengan mempromosikan makanan sehat dan
bergizi. “Dengan merealisasikan proyek percontohan ini, kami berharap para pemangku
kepentingan lainnya seperi pihak swasta akan terinspirasi oleh inisiatif dan melalukan
bagian mereka dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia”
tambah Robert Fletcher.
“Kami membuat perbedaan dalam hidup masyarakat dengan menggabungkan
kemampuan penelitian kami dengan kekuatan pengembangan produk untuk
menghasilkan inovasi-inovasi yang memberikan alternatif teknik mempersiapkan
makanan untuk keluarga,” tambahnya.
“Beberapa sekolah di Tangerang telah dipilih sebagai platform untuk
meluncurkan program Philips “Chef Goes to School” karena mereka mewakili daerah
perkotaan di seluruh Indonesia dimana gizi menjadi tantangan, tetapi sangat penting
untuk kelangsungan masa depan masyarakat,” kata Rudy Sakanto dari Terre des Hommes
pada saat acara peresmian.
“Program ini akan membantu anak-anak, guru, orang tua dan penjual makanan di
sekolah kami mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya nutrisi dan
makanan sehat. Kami percaya bahwa pengetahuan dan wawasan yang kami dapat akan
mengoptimalkan kinerja sekolah. Kami juga bangga karena sekolah kami menjadi
perintis dalam program Dinas Kesehatan mengenai kampanye bebas boraks dan
formalin”, tutur Ella dari SDN Tangerang 07.
The ‘+’ Project adalah sebuah contoh pendekatan kerjasama lintas sektor Philips
untuk mengatasi beberapa tantangan sosial. “Chef Pergi ke Sekolah” akan membantu
masyarakat lokal menjadi masyarakat yang lebih sehat. Di Indonesia, The ‘+’ Project
diluncurkan pada November 2011 dan berhasil mengumpulkan lebih dari 600 ide dalam
memberikan solusi bagi tantangan-tantangan social di bidang Hidup Sehat, Kota Layak
Huni dan Akses Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Wibisono, Yusuf (2007) Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility), Gresik : Fascho Publishing
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan. Diakses pada 3 Januari 2015.
http://portal.ristek.go.id. Diakses pada 3 Januari 2015.
http://www.newscenter.philips.com. Diakses pada 3 Januari 2015.
http://techno.okezone.com/. Diakses pada 3 Januari 2015.
http://anggie.lensa.or.id/?p=3 . Diakses pada 3 Januari 2015.