22
MAKALAH CYSTITIS MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Dosen : Wardiyatmi, S.Kep., Ns. KELOMPOK I : SEMESTER 4 JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D3 BERLANJUT D4 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1. Agung Jossutiarko 2. Agur Trianto 3. Agus Triwahyudi 4. Amalia Nuril Afifah 5. Anggie Yulianti Musyarofah 6. Ayunda Prita Mutiara 7. Bayu Cahyo Oktafian 8. Bayu Muhammad Ikhrom 13. Eko Yulianto 14. Ertinda Devyta Sari 15. Firda Ratma Pratiwi 16. Fithria Hayu Ambar Sari 17. Fitriana Astuti 18. Giyarni 19. Guntur Sunyata

Makalah Cystitis

  • Upload
    sarii

  • View
    916

  • Download
    131

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan dengan sistitis

Citation preview

MAKALAH

CYSTITIS

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Dosen : Wardiyatmi, S.Kep., Ns.

KELOMPOK I :

SEMESTER 4

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D3 BERLANJUT D4 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

2013

1. Agung Jossutiarko2. Agur Trianto3. Agus Triwahyudi4. Amalia Nuril Afifah5. Anggie Yulianti Musyarofah6. Ayunda Prita Mutiara7. Bayu Cahyo Oktafian8. Bayu Muhammad Ikhrom9. Budi Sari Dewi10. Cahya Ari Widya Ningrum11. Darniati Alimah12. Desy Indah Ratnawati

13. Eko Yulianto14. Ertinda Devyta Sari15. Firda Ratma Pratiwi16. Fithria Hayu Ambar Sari17. Fitriana Astuti18. Giyarni19. Guntur Sunyata20. Hanna Hanindyastiti21. Hasan Tri Arifin22. Hasnan Pradana Al hakim23. Intan Maharsiwi24. Intan Wahyu Setyaningsih

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat & karunianya sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ CYSTITIS ” .

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

dalam menyusun makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang

diberikan oleh Ibu Wardiyatmi, S.Kep., Ns., selaku salah satu dosen pengampu mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan, jadi

kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan untuk itu kami mohon saran & kritik guna

menyempurnakan makalah ini, karena kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari

kesalahan & dosa karena kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT, kekurangan hanya milik

kita (manusia). Terima kasih.

Surakarta, April 2013

Kelompok I

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. 1

Daftar Isi .......................................................................................................... 2

BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................. 3

A. Latar Belakang......................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah.................................................................................... 3

C. Tujuan ..................................................................................................... 4

D. Manfaat ................................................................................................... 4

BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................... 5

A. KONSEP MEDIS .................................................................................. 4

1. Definisi .............................................................................................. 4

2. Etiologi .............................................................................................. 4

3. Patofisiologi ...................................................................................... 5

4. Manifestasi Klinik.............................................................................. 5

5. Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 6

6. Komplikasi ........................................................................................ 6

7. Penatalaksanaan ................................................................................ 7

B. KONSEP KEPERAWATAN................................................................... 8

1. Pengkajian ........................................................................................ 8

2. Diagnosa ........................................................................................... 9

3. Intervensi ........................................................................................... 10

BAB III : PENUTUP ....................................................................................... 20

A. Kesimpulan ............................................................................................. 13

B. Saran ....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Di antara ke

empat organ tersebut, ginjal adalah organ yang paling penting. Ginjal berfungsi menyaring

sampah dari saluran darah, mengatur keseimbangan cairan, dan memproduksi beberapa

hormon. Ureter berfungsi mengalirkan cairan hasil penyaringan ginjal ke kandung kemih

untuk disimpan semantara dan bila kandung kemih telah penuh maka akan dikeluarkan ke

luar melalui uretra. Gangguan pada sistem urinaria yang umum terjadi yaitu sistitis

(chystitis), hematuria, gromeluronefritis, batu ginjal, dan gagal ginjal. Chystitis merupakan

inflamasi kandung kemih yang lebih sering timbul pada wanita dibandingkan pada pria, dan

juga sering disertai dengan disuria, urgency atau demam ringan. Bagi kaum wanita, radang

selaput lendir kandung kemih dapat terjadi satu atau dua hari sesudah bersenggama.

Peradangan pada kandung kemih juga dapat terjadi karena terjadinya peradangan pada pada

ginjal. Bagi kaum pria, jenis penyakit ini ada hubungannya dengan peradangan pada ginjal

atau prostat. Sesuatu yang menghalangi mengalirnya air kencing sehingga menyebabkan

tertinggalnya air kencing di dalam kandung kemih dapat mengakibatkan peradangan.

Peradangan selaput lendir kandung kemih atau chystitis dapat juga disebabkan oleh sisa-sisa

zat asam di dalam tubuh yang muncul karena makan daging, zat asam oxalat dari bayam,

atau sisa-sisa makanan berkanji lainnya (Nainggolan, 2006).

Kekambuhan meskipun penanganan infeksi saluran kamih khususnya chystitis

selama 3 hari biasanya adekuat pada wanita, tetapi kambuhnya infeksi pada 20% wanita

yang mendapat penanganan untuk infeksi saluran kemih non komplikasi (Suhartono dkk,

2008). Chystitis merupakan Infeksi Saluran Kemih (ISK) bawah. Infeksi saluran kemih

lebih sering terjadi pada wanita. Pada populasi wanita, infeksi ini terjadi sebesar 1-3%

pada anak usia sekolah yang kemudian meningkat cukup signifikan seiring dengan

peningkatan aktivitas seksual pada dewasa.

ISK sering ditemukan pada wanita usia 20-50 tahun. Sedangkan pada populasi

pria, ISK akut terjadi pada usia-usia pertama kehidupan dan ISK jarang ditemukan pada

pasien di bawah usia 50 tahun. Wanita lebih sering mngalami sistitis dari pada pria

dikarenakan uretra wanita lebih pendek dibandingkan dengan uretra pria. Selain itu juga

getah pada cairan prostat pria mempunyai sifat bakterisidal sehingga relatif tahan terhadap

infeksi saluran kemih. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah pada perempuan dapat berupa

sistitis dan Sindrom Uretra Akut (SUA). Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung

kemih disertai bakteriuria bermakna. Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sistitis

tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis. Sedangkan

ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epididimitis, dan uretriti (Benson

& Pernoll, 2009).

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuannya adalah untuk mengetahui konsep teori chystitis dan asuhan keperawatan

yang tepat.

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui pengertian chystitis.

2) Mengetahui etiologi chystitis.

3) Mengetahui faktor presdisposisi chystitis.

4) Mengetahui patofisiologi chystitis.

5) Mengetahui tanda dan gejala chystitis.

6) Mengetahui pemeriksaan penunjang chystitis.

7) Mengetahui pathway chystitis.

8) Mengetahui pengkajian chystitis.

9) Mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pda pasien dengan

chystitis.

10) Mengetahui rencanan asuhan keperawatan pada pasien dengan chystitis.

C. Manfaat

Dapat menambah pengetahuan tentang gambaran dari Cystitis dan asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami Cystitis.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Chystitis adalah inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh infeksi bakteri

(biasanya escherichia coli) yang menyebar dari uretra atau karena respon alergik atau akibat

iritasi mekanis pada kandung kemih (Sloane, 2004). Chystitis juga merupakan inflamasi

kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra, dimana ada

aliran balik urin dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks uretrovesikal), kontaminasi

fekal, atau penggunaan kateter atau sistoskop (Baughman & Hackley, 2000). Menurut

Tambayong (2000), chystitis atau radang kandung kemih lebih sering terdapat pada

wanita daripada pria, karena dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal.

Organisme gram negatif dapat sampai ke kandung kemih selama bersetubuh, trauma uretra,

atau karena kurang higienis. Biasanya organisme ini cepat dikeluarkan sewaktu

berkemih (miksi). Pada pria, sekret prostat memiliki sifat antibakterial.

Chystitis adalah infeksi yang disebabkan bakteri pada kandung kemih, dimana akan

terasa nyyeri ketika buang air kecil (disuria), kencing yang tidak tuntas, dan demam yang

harus dicurigai (Gupte, 2004). Sistitis (chystitis) merupakan peradangan yangterjadi di

kantung urinaria. Biasanya terjadi karena infeksi oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh

(Ferdinand & Ariebowo, 2007). Chystitis virus dan kimiawi harus dibedakan dari chystitis

bakterial berdasarkan atas riwayat penyakit dan hasil biakan urin. Secara radiografi, ginjal

hipoplastik dan displastik, atau ginjal kecil akibat vaskuler, dapat tampak sama dengan

pielonefritis kronis. Namun, pada yang terakhir ini biasanya terdapat refluks vesikureter.

Chystitis heoragik akut sering kali disebabkan oleh E. Coli, telah dihubungkan juga

dengan adenovirus tipe 11 dan 21. Chystitis adenovirus lebih sering terdapat pada laki-laki,

sembuh dengan sendirinya, dan dengan hematuria yang berlangsung kira-kira selama 4 hari.

Chystitis eosinofilik adalah bentuk jarang chystitis yang asalnya tidak jelas dan kadang-

kadang ditemukan pada anak. Gejala umumnya adalah chystitis dengan hematuria, dilatasi

ureter, dan gagalnya pengisian kandung kemih yang disebabkan oleh masa yang

secara histologis terdiri atas infiltrat radang dengan eosinofil (Behrman dkk, 2000).

Chystitis interstisial adalah lesi yang dapat timbul dalam jenis kelamin mana pun,

tetapi lebih lazim terjadi pada wanita. Etiologi tepat kelainan ini tidak jelas, walaupun

dianggap suatu fenomena autoimun. Pasien dengan chystitis interstisial tampil dengan

diuria, frekuensi dan berkemih yang nyeri. Secara endoskopi ada perdarahan diskrit kecil

dengan distribusi bercak-bercak. Pemeriksaan histologi lesi ini menunjukkan perdarahan,

edema, dan infiltrat limfositik (Sabiston, 1994). Sebagian besar terjadi pada wanita

perimenopause. Dapat menggambarkan adanya defek pada epitel transisional (dengan sebab

yang tidak pasti). Chystitis interstisial yang disertai dengan stress incontinence atau

inkontinensia urgensi, harus dipastikan dengan pemeriksaan urodinamik.

Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu cystitis primer dan cystitis sekunder.

Cystitis primer merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat

terjadi karena penyakit lain, seperti batu pada kandung kemih, divertikel/ penonjolan

mukosa buli, hipertropi prostat dan striktur uretra (penyempitan akibat dari adanya

pembentukan jaringan fibrotik/jaringan parut pada uretra atau daerah urethra). Sedangkan

cystitis sekunder merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit

primer misalnya uretritis/peradangan yang terjadi pada uretra dan prostatitis/peradangan

yang terjadi pada prostat (Benson & Pernoll, 2009).

Menurut Taber (1994), cystitis dibedakan menjadi dua, yaitu tipe infeksi dan tipe non

infeksi. Tipe infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Sedangkan tipe non

infeksi disebabkan oleh bahan kimia, radiasi, dan interstisial (tidak diketahui

penyebabnya/ideopatik).

B. Etiologi

Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat

menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis atau

kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea,

dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksi tanpa komplikasi.

Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi

rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli

atau obstruksi. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina ke arah uretra atau

dari meatus terus naik ke kandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang

tersering disebabkan karena infeksi E.coli. Pada pria biasanya sebagai akibat dari

infeksi di ginjal, prostat, atau oleh karena adanya urin sisa (misalnya karena hipertropi

prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus. Jalur infeksi :

Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih sering

ditemukan pada wanita.

Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urin dapat masuk ke kandung

kemih.

Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih

misalnya appendiksitis.

Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.

Jalur utama infeksi yang terjadi pada sistitis adalah ascending melalui

periurethral/vaginal dan flora pada tinja. Mikroorganisme penyebab utama adalah E.coli,

Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus aureus yang masuk ke dalam buli-buli melalui

uretra. Selain akibat infeksi, inflamasi pada buli-buli juga disebabkan oleh bahan kimia,

seperti deodorant, detergent, atau obat-obatan yangdimasukkan intravesika untuk terapi

kanker buli-buli (siklofosfamid). Sistitis disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra.

Hal ini disebabkan oleh aliran balik urin dari uretra ke dalam kandung kemih,

kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sitoskopi (Sloane, 2004).

Etiologi dari Etiologi dari cystitis berdasarkan jenisnya menurut Taber (1994), yaitu :

a. Infeksi

Bakteri

Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang secara normal terletak pada

gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi yang berasal dari retra dapat menuju

ginjal. Bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi adalah Enterococcus, Klebsiella,

Proteus, Pseudomonas, dan Staphylococcus.

Jamur

Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida.

Virus dan parasit

Infeksi yang disebabkan olehvirus dan parasit jarang terjadi. Contohnya

adalah trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga dapat berada dalam urin.

b. Non infeksi :

Paparan bahan kimia, contohnya obat-obatan (misalnya cyclophosphamide/cytotaxan,

Procycox).

Radio terapi.

Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus Erytematous).

C. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi untuk chystitis adalah bersetubuh, kehamilan, kandung kemih

neurogenis, keadaan-keadaan obsdtruktif, dan diabetes mellitus (Tambayong, 2000). Pada

umumnya faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan infeksi saluran

kemih adalah :

a. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-laki. Faktor-faktor

postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdiri dari urethra dekat kepada rektum dan

kurang proteksi sekresi prostat dibandingkan dengn pria.

b. Abnormalitas struktural dan fungsional mekanisme yang berhubungan termasuk

stasis urin yang merupakan media untuk kultur bakteri, refluks urin yang infeksi

lebih tinggi pada saluran kemih dan peningkatan tekanan hidrostatik.

Contoh : strikur, anomali ketidak sempurnaan hubungan uretero vesicalis.

c. Obstruksi

Contoh : tumor, hipertofi prostat, calculus, sebab-sebab iatrogenic.

d. Gangguan inervasi kandung kemih

Contoh : Malformasi sum-sum tulang belakang kongenital, multiple sklerosi.

e. Penyakit kronis

Contoh : Gout/asam urat, DM, hipertensi, Penyakit Sickle cell

f. Instrumentasi

Contoh : prosedur kateterisasi.

g. Penggunaan fenasetin secara terus menerus dan tidak pada tempatnya.

D. Patofisiologi

Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum

disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan

penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut

maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral. Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi

pada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan organisme

melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih.

Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram negatif seperti E.

Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang berasal dari saluran intestinum orang itu sendiri

dan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih bisa

mengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari kandung

kemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis. Kapan saja terjadi urin statis seperti

maka bakteri mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh dan menjadikan

media yang lebih alkalis sehingga menyuburkan pertumbuhannya. Infeksi saluran kemih

dapat terjadi jika resistensi dari orang itu terganggu. Faktor-faktor utama dalam

pencegahan infeksi saluran kemih adalah integritas jaringan dan suplai darah. Retak dari

permukaan lapisan jaringan mukosa memungkinkan bakteri masuk menyerang jaringan dan

menyebabkan infeksi. Pada kandung kemih suplai darah ke jaringan bisa berkompromi

bila tekanan di dalam kandung kemih meningkat sangat tinggi (Tambayong, 2000).

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :

1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang

terinfeksi.

2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui

darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui

darah dari suplai jantung ke ginjal.

3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan

melalui helium ginjal.

4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

Menurut Tiber (1994), agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal

ini berada pada saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui penyebaran

hematogen, lymphogendan eksogen. Tiga faktor yang mempengaruhi terjadnya infeksi

adalah virulensi (kemampuan untuk menimbukan penyakit) dari organisme, ukuran dari

jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh, dan keadekuatan dari mekanisme

pertahanan tubuh. Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat

mempengaruhi pertahanan tubuh alami pasien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan

penentu terjadinya infeksi, normalnya urin dan bakteri tidak dapat menembus dinding

mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel-sel urotenial yang memproduksi

mucin yaitu unsur yang membantu mempertahankan integritas lapisan bladder dan

mencegah kerusakan serta inflamasi bladder. Mucin juga mencegah bakteri melekat pada

selurotelial. Selain itu pH urine yang asam dan penurunan/kenaikan cairan dari konstribusi

urin dalam batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan integritas mukosa, beberapa

bakteri dapat masuk dan sistem urin akan mengeluarkannya.

Bentuk anatomi saluran kencing, keduanya mencegah dan merupakan konstribusi yang

potensial untuk perkembangan UTI (Urinary Tract Infection). Urin merupakan produk yang

steril, dihasilkan dari ultrafiltrasi darah pada glumerolus dari nepron ginjal, dan

dianggap sebagai sistem tubuh yang steril. Tapi uretra merupakan pintu masuk bagi

pathogen yang terkontaminasi. Selain itu pada wanita 1/3 bagian distal uretra disertai

jaringan periuretral dan vestibula vaginalis banyak dihuni bakteri dari usus karena letak

anus tidak jauh dari tempat tersebut. Kolonisasi basi pada wanita di daerah tersebut

diduga karena perubahan flora normal dari daerah perineum, berkurangnya antibody

normal, dan bertambahnya daya lekat oeganisme pada sel spitel pada wanita. Cystitis

lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki, hal ini karena uretra wanita lebih pendek dan

lebih dekat dengan anus. Mikroorganisme naik ke bledder pada waktu miksi karena tekanan

urine. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah mengeluarkan

urine.

E. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis) adalah nyeri yang sering dan rasa

panas ketika berkemih (disuria), spasame pada area kandung kemih dan suprapubis,

hematuria (disertai darah dalam urin), urgensi (terdesak rasa ingin berkemih), nokturia

(sering berkemih pada malam hari), piuria (adanya sel darah putih dalam urin), dan nyeri

punggung (Sloane, 2004). Menurut Taber (1994), secara umum tandan dan gejala

cystitis adalah :

Disuria.

Rasa panas seperti terbakar saat kencing.

Ada nyeri pada tulang punggung bagian bawah.

Urgensi (rasa terdesak saat kencing).

Nokturia (cenderung sering kencing pada malam hari akibat penurunan kapasitas

kandung kemih).

Pengosongan kanding kemih yang tidak sempurna.

Inkontinensia (keluarnya urin tanpa disengaja atau sulit ditahan).

Retensi, yaitu suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak

mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya.

Nyeri suprapubik

KONSEP

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN1. Identitas Klien

Nama, umur (terjadi pada semua umur), jenis kelamin (lebih sering terjadi pada wanita

dan meningkatnya insidennya sesuai pertambahan usia dan aktivitas seksual), pendidikan,

pekerjaan, alamat (ada atau tidaknya factor predisposisi), nomor RM, diagnosa medis.

2. Riwayat Kesehatana. Keluhan utama :

Pasien mengatakan nyeri ketika BAK.

P = nyeri dirasakan ketika BAK.

Q = nyeri dirasakan seperti disayat-sayat.

R = nyeri dirasakan di saluran kemih bagian bawah dan menjalar ke pinggang.

S = skala nyeri 5 (dari skala nyeri 0-10)

T = nyeri dirasakan terus-menerus

b. Riwayat penyakit sekarang :

Biasanya nyeri ketika BAK, BAK sering, satu kali BAK ada darahnya, merasa masih

tidak puas setelah BAK, nyeri pada perut bagian bawah, pada laki-laki skrotum terasa

panas dan pegal, ekspresi wajah pasien tampak meringis menahan nyeri.

c. Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat ISK sebelumnya, obstruksi pada saluran kemih, masalah kesehatan lain, misalnya DM, riwayat seksual

d. Riwayat penyakit keluarga :

Apakah ada riwayat penyakit keturunan, seperti DM, Hipertensi, Hepatitis.

3. Pola Kesehatan Fungsionala. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan :

Sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda activitas seksual timbul perasaan malu dan bersalah

Perasaan takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas sexual

Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilan kerja dan aktivitas kehidupan sehari – hari

b. Pola nutrisi metabolik :

Mengkaji pola pemenuhan nutrisi pada pasien, meliputi: makan dan minum.

c. Pola eliminasi :

Mengkaji pola eliminasi pasien meliputi: BAK, BAB, dan yang lainnya dalam satu hari.

d. Pola aktivitas-latihan :

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Mandi

Berpakaian

Makan

Eliminasi

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi/ROM

Keterangan :

0 : mandiri

1 : dengan alat bantu

2 : dibantu orang lain

3 : dibantu orang lain dan alat

4 : tergantung total

e. Pola istirahat-tidur :

Mengkaji pola istirahat pasien dalam satu hari apakah ada gangguan atau tidak.

g. Pola konsep diri-persepsi diri :

Mengkaji persepsi pasien terhadap penyakitnya.

h. Pola peran hubungan :

Mengkaji hubungan pasien dengan keluarga, teman, tetangga, dan kerabatnya sebelum

dan saat sakit.

i. Pola toleransi stress-koping :

Mengkaji bagaimana pasien dalam menanggapi dan melakukan koping diri

terhadap penyakitnya.

4. Pemeriksaan Fisik :

a. Keadaan umum : kesadaran, postur tubuh, tidak ada fatique.

b. Tanda vital meliputi: TD, RR, N, S

c. Pemeriksaan antropometri, meliputi: BB dan TB

d. Kepala : bentuk kepala, ada lesi atau tidak, kebersihan, kelembaban rambut,

ditribusi rambut, warna rambut.

e. Mata: kesimetrisan mata, pupil, sklera, ada gangguan penglihatan atau tidak.

f. Hidung : ada pernafasan cuping hidung atau tidak, ada sinus atau tidak.

g. Telinga : kesimetrisan telinga, ada serumen atau tidak, ada lesi atau tidak.

h. Paru :

Inspeksi: kesimetrisan gerakan tulang dada.

Perkusi: ada suara tambahan atau tidak.

Auskultasi: ada suara tambahan atau tidak.

i. Jantung:

Inspeksi: tampak atau tidak ictus cordis

Perkusi: ada pelebaran massa jantung atau tidak.

Auskultasi: tidak ada suara tambahan seperti gallops dan murmur.

j. Abdomen:

Inspeksi : ada lesi atau tidak.

Palpasi : ada distensi kandung kemih atau tidak.

Perkusi : ada suara tambahan atau tidak.

Auskultasi : suara peristaltik terdengar normal atau tidak.

k. Ekstremitas : ada gangguan atau tidak, terpasang tindakan infasif pada ekstremitas

atau tidak.

l. Genitalia : terpasang Dower Cateter (DC) atau tidak.

5. Pemeriksaan Laboratorium

Urinalis urin tengah.Ketika infeksi terjadi, memperlihatkan bakteriuria, WBC (White Blood Cell), RBC (Red Blood Cell) dan endapan sel darah putih dengan keteribatan ginjal.

Tes sensitifitas banyak mikroorganisme sensitive terhadap antibiotic dan antiseptic berhubungan dengan infeksi berulang.

Pengkajian radiographicCystitis ditegakkan berdasarkan history, pemeriksaan medis dan laborat, jika terdapat retensi urine dan obstruksi aliran urine dilakukan IPV (Identivikasi perubahan dan abnormalitas structural)

Culture Mengidentifikasi bakteri penyebab Sinar X ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomaly struktur nyata.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.