Upload
rama-dhuhury-wardana
View
977
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DASAR-DASAR EKSPLOITASI SUMBER DAYA MINERAL
Dosen Pengampu :
Simon Pulung Nugroho, S.Kom
Disusun oleh :
Nama : Rama Dhuhury Wardana
NIM : 123120019
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2014
BAB I
LANDASAN TEORI
2.1 EKSPLOITASI
Eksploitasi adalah usaha penambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan
galian dan memanfaatkannya. Kegiatan ini dapat dibedakan berdasarkan sifat bahan
galiannya yaitu, galian padat dan bahan galian cair serta gas.
1. Bahan Galian Padat
Untuk memperoleh bahan galian yang bersifat padat dapat dilakukan
penambangan secara terbuka dan penambangan bawah tanah
a. Penambangan Terbuka
Jenis penambangan ini dilakukan untuk memperoleh bahan galian padat yang
biasanya terdapat tidak jauh dari permukaan tanah. Contoh bahan galian tersebut
adalah emas, batubara, batu gamping, sirtu dan lain-lain.
b. Penambangan Bawah Tanah
Jenis penambangan ini dilakukan dengan membuat terowongan untuk
memperoleh bahan galian padat. Contohnya emas, batubara dan lain-lain yang
biasanya terdapat di bawah permukaan tanah.
2. Bahan Galian Cair dan Gas
Untuk memperoleh bahan galian yang bersifat cair dan gas hanya dapat
dilaksanakan dengan cara pengeboran, karena jenis bahan galian ini terdapat jauh
dibawah permukaan tanah. Pengusahaan bahan galian cair dan gas berdasarkan lokasi
keterdapatannya dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Pemboran Daratan (Onshore Drill Rig), bila bahan galian ini berada di daratan
b. Pemboran Lepas Pantai (Offshore Drill Rig), bila bahan galian ini terdapat di
lepas pantai atau laut.
3. Pengolahan Bahan Galian
Didalam Undang-Undang pertambangan no 37 tahun 1960 dan Undang-Undang
pokok no 11 tahun 1967 pasal 3, Bahan galian dii Indonesia dibagi menjadi 3 golongan
sabagai berikut:
a. Bahan galian golongan A (bahan galian strategis) adalah bahan galian yang
mempunyai perananpenting untuk kelangsungan kehidupan Negara, misalnya;
Minyak bumi, gas alam, batu bara, timah putih, besi, nikel dan lain-lain. Bahan
galian ini sepenuhnya dikuasai oleh Negara.
b. Bahan galian golongan B (bahan galian Vital) adalah bahan galian yang
mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kegiatan perekonomian Negara
dan dikuasai oleh Negara dengan meyertakan rakyat, misalnya emas, perak,
intan, timah hitam, belerang, air raksa dan lain-lain. Bahan galian ini dapat
dikuasai oleh badan usaha milik Negara ataupun bersama-sama dengan rakyat.
c. Bahan galian golongan C (tidak termasuk strategis dan tidak vital) adalah bahan
galian yang dappat diusahakan oleh rakyat atupun badan usaha milik
rakyat.misalnya; batu gamping, marmer, batu sabak, pasir dll.
Didalam perkembanganya penguasaan dan pengelolaan telah banyak di
keluarkan aturan-atran yang pada perinsipnya member keluasan usaha masyarakat.
Dismping itu apabila dicermati lebih lanjut pengolongan bahan galian seperti yang
tersebut didalam undang-undang didasarkan atas:
1. Memiliki peranan yang tinggi dalam pertahanan, pembangunan dan perekonomian
Negara.
2. Memiliki peranan penting bagi hajat hidup orang banyak
3. Banyak tidaknya bahan galian tersebut dudapatkan.
4. Teknik pengolahan bahan galian tersebut
5. Pengunaan bahan galian tersebut dalam industry.
Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi, memperhatikan optimasi dan bidang
eksplorasi, eksploitasi, proses, teknologi gas dan aplikasi. Daya dan Cadangan Minyak
dan Gas Bumi. Pengembangan Unconventional Gas. Peningkatan Cadangan dan
Produksi Platform minyak. Anjungan lepas pantai adalah struktur atau bangunan di
lepas pantai untuk mendukung proses eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang.
Pertamina EP gencar melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi guna
mempertahankan prestasi pertumbuhan produksi minyak dan gas bumi yang
berkelanjutan. Salah Seksi Pemantauan dan Evaluasi Usaha Eksplorasi Minyak dan Gas
Bumi Usaha Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi. Sub Direktorat Pengembangan Wilayah
Kerja Minyak dan Gas Bumi Non Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa
hidrokarbon yang dalam. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah. Adalah perusahaan minyak dan gas
bumi (migas) terbesar ketiga di Republik Rakyat untuk melakukan eksplorasi dan
eksploitasi minyak mentah dan gas alam.
Sumber daya alam (SDA) merupakan anugerah Tuhan yang harus kita syukuri
dengan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dan kita jaga kelestariannya.
Eksploitasi sumber daya alam secara berlebih-lebihan tanpa memperhatikan aspek peran
dan fungsi alam ini terhadap lingkungan dapat mendatangkan berbagai macam bencana
alam seperti tanah longsor, banjir, kabut asap, pemanasan global hingga bencana lumpur
panas Sidoarjo yang sangat merugikan masyarakat.
Bencana tanah longsor disebabkan oleh penggundulan yang dilakukan oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian hutan. Ketika hutan dalam
keadaan gundul maka formasi tanah akan menjadi larut dan menggelincir diatas bidang
licin pada saat terjadi hujan. Sehingga bencana banjir yang disertai tanah longsor tidak
dapat dihindarkan lagi.
Bencana banjir yang selalu terjadi setiap tahun hampir di seluruh wilayah
Indonesia disebabkan oleh polah tingkah manusia yang suka membuang sampah
sembarangan yang mengakibatkan rusaknya tata guna lahan dan air. Tata guna lahan
dan air menyebabkan laju erosi dan frekuensi banjir meningkat.
Eksploitasi hutan di daerah hulu yang dapat menghilangkan fungsi hutan di
daerah hulu sebagai penutup lahan terhadap tumpahan air hujan dan penghambat
kecepatan aliran permukaan juga dapat menyebabkan banjir. Pembangunan dan
penataan sarana-sarana fisik yang tidak teratur dan pengguanaan lahan yang tidak
seimbang di kota-kota besar seperti Jakarta merupakan salah saru sebab ibu kota negara
ini tidak pernah absen dari bencana banjir. Contoh: Tidak diperhatikannya aspek
drainase, banyaknya bangunan di bantaran sungai, berubahnya fungsi lahan dan lain-
lain
Setelah musim hujan usai dan bencana banjir sementara telah pergi, kemudian
bencana kabut asap akan terjadi di musim kemarau. Hampir disetiap musim kemarau
kita melihat kasus-kasus kabut asap yang terjadi akibat pembakaran hutan oleh pihak-
pihak yang ingin mendapatkan secuil keuntungan pribadi melalui permbuatan lahan
baru di hutan. Pembakaran yang dilakukan umumnya hanya menggunakan alat
pengendali api seadanya sehingga laju api tidak dapat dikendalikan sehingga kabut asap
tebal menyelimuti wilayah tersebut.
Masalah lingkungan yang tidak habis-habisnya dibicarakan oleh msyarakat
dunia adalah masalah pemanasan global (Global Warming). Industrialisasi di seluruh
dunia menyebabkan polusi CO2 diudara meningkat dengan cepat menyebabkan
terjadinya bencana pemanasan global. Akibatnya terjadi perubahan iklim dan kenaikan
air laut yang menyebabkan abrasi pantai.
Bencana paling hebat di Indonesia adalah bencana lumpur panas yang terjadi
pada bulan Juni 2006. Peristiwa ini terjdi karena pengeboran yang tidak sesuai dengan
formasi batuan sehingga memotong formasi lumpur dan menembus formasi gas.
Banyak sekali eksploitasi sumber daya alam yang membawa dampak terhadap
kehidupan. Segala kegiatan pembangunan yang berlangsung diharapkan tidak hanya
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga harus mampu menjaga
kelestarian sumber daya alam. Sehingga alam tidak akan kehilangan fungsinya sebagai
pengendali keseimbangan kehidupan. Oleh karena itu setiap pembangunan yang
dilakukan harus berwawasan lingkungan mengenalisis mengenai dampak lingkungan
yang akan terjadi.
Minyak bumi-minyak bumi berpori, sehingga perlu pengeboran. Minyak bumi
sering disebut petrolium minyak yang berasal dari batuan.Penemuan Minyak Bumi
dampak negatif lumpur lapindo terhadap lingkungan manusia dan lingkungan. Salah
satu dampak negatif dari kegiatan industri adalah lumpur Lapindo Brantas ke dalam
tanah terhadap dekomposisi bahantupoksi Dampak Eksploitasi Minyak dan Keterlibatan
Militer terhadap Masyarakat. Artinya perusahaan tidak mempunyai itikad baik terhadap
lingkungan bagian dari lingkungan yang diprakirakan akan terkena dampak dari
kegiatan yang Menurut Master UKL & UPL Kegiatan Eksplorasi dan Produksi Minyak
dan Gas Bumi WALHI (Wahana Lingkungan Hdup Indonesia). Organisasi masyarakat
sipil terbesar dan tertua dampak buruk dari eksplorasi SDA tersebut berupa kemiskinan,
kehancuran lingkungan. Dalam beberapa bulan terakhir ini harga bbm mengalami
kenaikan yang luar biasa. Konon kenaikan harga ini selalu dipengaruhi oleh kenaikan
harga minyak bumi yang sesaat lebih daripada memikirkan dampak jangka panjang
terhadap lingkungan lingkungan, dalam hal ini yang dilakukan oleh perusahaan minyak
dan gas bumi. Pemakaian bahan bakar fosil (minyak bumi atau batubara), pembakaran
gas alam dan. Fungisida dapat memberi dampak buruk terhadap lingkungan. Insektisida
merupakan bahan. Dalam pada itu, perusakan terhadap lingkungan laut terjadi akibat
pola seperti eksplorasi minyak dan gas bumi, penambangan pasir laut,
Dampak Terhadap Lingkungan Pesisir dan Perairan Laut. Polutan dari minyak ini
secara spesifik menunjukan pengaruh negatif yang penting terhadap lingkungan agar
dalam pelaksanaan kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi di lapangan eksplorasi
nantinya pasti akan membawa banyak dampak baik dampak positif dalam terhadap
sebagian besar dampak‐dampak dan memberikan dokumentasi yang. Eksplorasi dan
Pembangunan (ESIA) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan, proyek ini mengantisipasi
berbagai dampak buruk terhadap lingkungan hidup. Government NPV dari minyak
bumi menunjukkan nilai 982.52 MMUS$, sedangkan dari gas bumi menunjukkan nilai
476. Industri Minyak dan Gas Bumi dan Kelestarian Lingkungan Hidup. April 22, 2008
at 5:18 am kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup. Suhu muka bumi semakin panas! Secara alami, permukaan bumi
diselimuti oleh selubung tipis dampak terhadap lingkungan, yang diukur dari berapa
banyak.
a. Minyak bumi
b. Fraksi minyak bumi
c. Mutu bensin
d. Dampak pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan
Eksploitasi hutan di daerah hulu yang dapat menghilangkan fungsi hutan di daerah
hulu sebagai penutup lahan terhadap tumpahan air hujan dan penghambat kecepatan
aliran permukaan juga dapat menyebabkan banjir. Pembangunan dan penataan sarana-
sarana fisik yang tidak teratur dan pengguanaan lahan yang tidak seimbang di kota-kota
besar seperti Jakarta merupakan salah saru sebab ibu kota negara ini tidak pernah absen
dari bencana banjir. Contoh:
a. Tidak diperhatikannya aspek drainase
b. Banyaknya bangunan di bantaran sungai
c. Berubahnya fungsi lahan dan lain-lain.
d. Penebangan liar
Setelah musim hujan usai dan bencana banjir sementara telah pergi, kemudian
bencana kabut asap akan terjadi di musim kemarau. Hampir disetiap musim kemarau
kita melihat kasus-kasus kabut asap yang terjadi akibat pembakaran hutan oleh pihak-
pihak yang ingin mendapatkan secuil keuntungan pribadi melalui permbuatan lahan
baru di hutan. Pembakaran yang dilakukan umumnya hanya menggunakan alat
pengendali api seadanya sehingga laju api tidak dapat dikendalikan sehingga kabut asap
tebal menyelimuti wilayah tersebut.
Masalah lingkungan yang tidak habis-habisnya dibicarakan oleh msyarakat dunia
adalah masalah pemanasan global (Global Warming). Industrialisasi di seluruh dunia
menyebabkan polusi CO2 diudara meningkat dengan cepat menyebabkan terjadinya
bencana pemanasan global. Akibatnya terjadi perubahan iklim dan kenaikan air laut
yang menyebabkan abrasi pantai.
Bencana paling hebat di Indonesia adalah bencana lumpur panas yang terjadi pada
bulan Juni 2006. Peristiwa ini terjdi karena pengeboran yang tidak sesuai dengan
formasi batuan sehingga memotong formasi lumpur dan menembus formasi gas.
Banyak sekali eksploitasi sumber daya alam yang membawa dampak terhadap
kehidupan. Segala kegiatan pembangunan yang berlangsung diharapkan tidak hanya
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga harus mampu menjaga
kelestarian sumber daya alam. Sehingga alam tidak akan kehilangan fungsinya sebagai
pengendali keseimbangan kehidupan. Oleh karena itu setiap pembangunan yang
dilakukan harus berwawasan lingkungan mengenalisis mengenai dampak lingkungan
yang akan terjadi.
BAB II
ISI
2.1 Program Corporate Social Responsibility dalam Eksploitasi Tambang
Batubara
1. Sekilas Mengenai Batubara
Batubara merupakan jenis dari batuan sedimen yang terbentuk dari sisa-sisa
fosil yang telah membusuk dengan bantuan bakteri anaerob dan selama
pengendapan telah mengalami proses fisika maupun kimia. Batubara sendiri
memiliki komposisi berupa unsur C, H, O, N, S, P dan unsur lainnya.
Selama pembentukannya, batubara melewati dua proses, yaitu:
1. Tahap pembentukan gambut (peatification), dimana dalam tahap ini terbentuk
gambut yang berasal dari pembusukan tumbuhan dan memiliki kadar air di atas
75% dengan nilai kalori yang paling rendah.
2. Tahap pembentukan batubara (coalification), dimana dalam tahap ini terbentuk
lignit, sub-bituminous, bituminous, hingga akhirnya antrasit. Antrasit
merupakan jenis batubara yang memiliki nilai paling tinggi diantara yang lain
karena memiliki kandungan karbon di atas 95%.
Potensi sumberdaya batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di
Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatra, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai
batubara walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan
keekonomisannya.
Dari segi kuantitas, batubara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi
Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini
sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke
depan.
2. Dampak Negatif Pertambangan Batubara
Aktivitas penambangan batubara tidak bisa lepas dari dampak pencemaran
lingkungan, khususnya pencemaran air. Pencemaran ini terjadi akibat proses
pencucian batubara, dimana air dari proses pencucian tersebut mengandung
beberapa zat kimia seperti Fe , Mn, SO4, Hg dan Pb. Zat kimia Fe dan Mn bersifat
racun bagi tanaman serta mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh sempurna.
SO4 merupakan zat asam yang berpengaruh terhadap pH tanah dan tingkat
kesuburan tanah. Limbah yang dihasilkan dari proses pencucian ini dapat
mencemari tanah dan mematikan berbagai jenis tumbuhan yang hidup diatasnya.
Sedangkan Hg dan Pb adalah logam berat yang bisa menimbulkan penyakit kulit
pada manusia.
Kegiatan penambangan batubara meninggalkan lubang-lubang besar dan
bukit-bukit kecil gersang yang tidak mungkin ditutup kembali. Selain itu, kegiatan
pengangkutan batubara dengan menggunakan truk-truk besar juga menimbulkan
debu di areal sekitar pertambangan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat
sekitar.
Masyarakat sekitar wilayah pertambangan yang dahulu bekerja di hutan kini
menjadi sulit untuk mencari kayu, damar, rotan dan lain-lain. Hal ini akibat adanya
perluasan tambang dengan cara membuka areal hutan, lahan, dan kebun masyarakat
sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat tanpa melakukan perundingan
yang setara terlebih dahulu. Begitu pula dengan masyarakat yang dulunya berkebun
dan bertani sekarang sudah tidak bisa melakukan aktivitasnya lagi karena lahannya
ditambang.
3. Metode Pembersihan Batubara
Kandungan sulfur dan nitrogen sebagai pengotor dalam batubara perlu
dibersihkan agar batubara dapat maksimal dalam penggunaannya. Ada beberapa
cara untuk membersihkan batubara dari pengotor-pengotornya, misalnya dengan
cara pencucian. Namun dengan pencucian, kelemahannya air bekas pencucian
berupa limbah seringkali merusak lingkungan sekitar pertambaangan. Selain itu,
nitrogen dan sulfur yang terlepas ke udara dan bercampur dengan oksigen dapat
berubah menjadi NOx dan SOx sehingga memicu terjadinya hujan asam.
Agar dapat meredam isu-isu lingkungan yang mungkin terjadi, perlu
dikembangkan metode baru dalam pemanfaatan batubara. Salah satu metode yang
dapat menjadi alternatif ialah pembakaran batubara menggunakan campuran
O2/CO2. Keunggulan utama dari metode ini yaitu adanya daur ulang aliran gas
keluaran sehingga kandungan CO2 pada aliran tersebut sangat tinggi, mencapai
95%. Dengan kandungan CO2 yang tinggi, proses pemisahan karbondioksida
menjadi lebih mudah dan ekonomis dibandingkan pada pembakaran batubara
konvensional (menggunakan udara) yang hanya menghasilkan CO2 sekitar 13%
pada gas keluaran. Gas keluaran dengan kandungan CO2 sampai 95% bahkan dapat
langsung digunakan untuk proses Oil Enhanced Recovery (OER).
Batubara (fuel) dibakar dalam sebuah combustion chamber dengan
menggunakan campuran gas oksigen dan karbondioksida. Oksigen didapatkan dari
proses pemisahan nitrogen dan oksigen dari udara dalam sebuah Air Separation
Unit. Karbondioksida sendiri merupakan gas hasil pembakaran batubara yang
kembali dialirkan ke dalam combustion chamber. Aliran recycle karbondioksida ini
menyebabkan peningkatan konsentrasi gas karbondioksida yang sangat signifikan
di aliran keluaran sehingga memudahkan proses pemisahan karbondioksida itu
sendiri. Pemisahan karbondioksida dapat diselenggarakan menggunakan metode
konvensional seperti menggunakan CO2 absorber maupun metoda terkini seperti
pemisahan dengan membran. Tingginya konsentrasi CO2 di aliran umpan absorber
atau membran akan memudahkan proses pemisahan sehingga spesifikasi alat
pemisah tidak terlalu memakan biaya besar.
Selain kandungan CO2 gas keluaran yang tinggi, metode ini juga
mempunyai efisiensi pembakaran karbon yang tinggi. Hasil penelitian Liu (2005)
menunjukkan bahwa pembakaran batubara menggunakan media O2/CO2
menghasilkan efisiensi pembakaran karbon yang lebih tinggi dibandingkan
pembakaran batubara konvensional. Hal itu dibuktikan dari kandungan karbon baik
pada fly ash maupun bottom ash yang jauh lebih sedikit.
4. Definisi dan Sejarah CSR (Corporate Social Responsibility)
CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep
yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai
bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana
perusahaan itu berada.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an
dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The
Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) karya John Elkington.
Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni
economic growth, environmental protection, dan social equity yang digagas the
World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland
Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus 3P, yaitu Profit,
Planet, dan People. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan
ekonomi belaka (profit), tetapi memiliki kepedulian terhadap kelestarian
lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an.
Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social
Activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Walaupun tidak menamainya sebagai
CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan
bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan
lingkungan.
Melalui konsep investasi sosial perusahaan seat belt, sejak tahun 2003
Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam
mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai
perusahaan nasional. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwa
kegiatan perusahaan membawa dampak baik ataupun buruk bagi kondisi
lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan
beroperasi.
Di penghujung tahun 2005, Indonesia mencapai puncak momentum CSR
atas kehadiran CSR Award. Terlepas dari kelemahan yang hadir di sana-sini,
terutama dari sudut pandang konsep dan prakteknya. Sebelumnya, Asian Institute
of Management juga menggelar Asian Forum on Corporate Social Responsibility
bertema Exploring CSR Strategies for Business. Gabungan kedua momen itu
menghasilkan peningkatan perhatian yang signifikan terhadap isu CSR di
Indonesia.
Perkembangan paling mutakhir dari CSR di Indonesia tentu saja adalah
masuknya tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas, yaitu di Pasal 74. Pasal tersebut telah menjadikan Indonesia menjadi
negara pertama yang mewajibkan CSR di dunia. Setelah Indonesia melakukannya
di bulan Juli 2007, Inggris pun menyusul beberapa bulan kemudian. Amerika
Serikat juga tengah mendiskusikan bill yang memuat pewajiban CSR
5. Peraturan dan Tanggung Jawab Terkait CSR
Undang-Undang mengenai penerapan program CSR, yaitu:
1. UU PT No.40 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa PT yang menjalankan
usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib
menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Pasal 74 ayat 1).
2. UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan
bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan.”
3. Selajutnya lebih terperinci adalah UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. UU
ini kemudiaan dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri Negara BUMN
No.4 Tahun 2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara
pelaksanaan CSR.
Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi
kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara
berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional merupakan
wujud nyata dari pelaksanaan CSR di Indonesia dalam upaya penciptaan kesejahteraan
bagi masyarakat Indonesia.
Dari peraturan-peraturan yang ada, tentunya menjadikan para pelaku usaha
pertambangan memiliki tanggung jawab, yaitu:
1. Tanggung Jawab Ekonomi, yaitu memperoleh laba, membayar pajak, serta
kewajiban lainnya.
2. Tanggung Jawab Hukum, yaitu mematuhi hukum yang berlaku.
3. Tanggung Jawab Etis, beberapa diantaranya:
a. Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. Memberikan peluang kerja dan berusaha.
c. Membantu masyarakat dalam peningkatan program pendidikan, kesehatan,
dan infrastruktur.
4. Tanggung Jawab Filantropis, yaitu meningkatkan kualitas hidup karyawan,
masyarakat sekitar dan umum, serta memberikan program dan bantuan
perusahaan kepada masyarakat yang tidak terkait dengan usaha perusahaan.
Selain tanggung jawab dari pelaku usaha pertambangan, masyarakat di sekitar
daerah pertambangan juga memiliki tanggung jawab, yaitu:
1. Ikut menjaga kelancaran operasional dan keamanan perusahaan serta mencegah
terjadinya konflik.
2. Bermusyawarah apabila terjadi konflik kepentingan.
3. Membentuk Wakil Masyarakat setempat yang representatif yang mewakili
ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat sehingga mampu berinteraksi dengan
perusahaan secara berimbang dan terlepas dari kepentingan politik.
6. Penerapan CSR
CSR yang baik memadukan empat prinsip good corporate governance,
yakni fairness, transparency, accountability, dan responsibility secara harmonis.
Ada perbedaan mendasar di antara keempat prinsip tersebut (Supomo, 2004). Tiga
prinsip pertama cenderung bersifat shareholders-driven karena lebih memerhatikan
kepentingan pemegang saham perusahaan.
Sebagai contoh, fairness bisa berupa perlakuan yang adil terhadap pemegang
saham minoritas, transparency menunjuk pada penyajian laporan keuangan yang
akurat dan tepat waktu, sedangkan accountability diwujudkan dalam bentuk fungsi
dan kewenangan RUPS, komisaris, dan direksi yang harus dipertanggung jawabkan.
Sementara itu, prinsip responsibility lebih mencerminkan stakeholders-
driven karena lebih mengutamakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
eksistensi perusahaan. Stakeholders perusahaan bisa mencakup karyawan beserta
keluarganya, pelanggan, pemasok, komunitas setempat, dan masyarakat luas,
termasuk pemerintah selaku regulator. Di sini, perusahaan bukan saja dituntut
mampu menciptakan nilai tambah (value added) produk dan jasa bagi stakeholders
perusahaan, melainkan pula harus sanggup memelihara kesinambungan nilai tambah
yang diciptakannya itu (Supomo, 2004).
Program CSR dapat berhasil dengan memberikan kontribusi yang besar
dalam program peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasi
pada bidang pendidikan, kesehatan maupun ekonomi, mampu menerapkan skala
operasi meliputi dana, sarana, SDM, manajemen, ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam menunjang program pengembangan masyarakat di sekitar wilayah
operasionalnya, serta menjadi pionir dan secara konsisten menerapkan konsep
Pengembangan Masyarakat di korporat.
Beberapa contoh penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan
pertambangan adalah:
1. Program bantuan bencana alam, misalnya dengan bantuan pemberian sembako.
2. Program pendidikan dan pelatihan bagi warga, misalnya pelatihan kewirausahaan
di berbagai bidang, pelatihan pengelolaan keuangan mikro, pemberian bantuan
beasiswa, dan sebagainya.
3. Program peningkatan kesehatan masyarakat, misalnya bantuan peralatan dan
perlengkapan kesehatan Posyandu, pengobatan gratis untuk warga kurang
mampu, dan sebagainya.
4. Program pembangunan sarana dan prasarana umum, misalnya pembangunan
Posyandu, pembuatan saluran air limbah, sarana MCK bagi masyarakat, dan
renovasi sarana pendidikan maupun peribadatan.
5. Program pelestarian alam, misalnya kegiatan penghijauan dengan menanam
pohon di pusat kota dan lingkungan sekitar Perseroan, penebaran benih ikan di
sungai dan perairan umum.
Sejatinya, program-program CSR di atas diterapkan untuk jangka panjang,
misalnya dalam pelatihan kewirausahaan di berbagai bidang. Pelatihan
kewirausahaan dapat meliputi pemberdayaan masyarakat di bidang peternakan,
pelatihan pertanian bagi masyarakat setempat, pelatihan keterampilan dalam
membuat kerajinan tangan, serta pelatihan dalam program UKM (Usaha Kecil dan
Menengah).
Gambar 2.1 Pelatihan Beternak Ikan
Gambar 2.2 Pelatihan Pembuatan Kerajinan Tangan
Gambar 2.3 Pelatihan Pertanian
Meskipun demikian, ada program-program tertentu dari perusahaan yang
hanya bersifat sementara dan tidak berkelanjutan. Sebagai contoh, pemberian
bantuan sembako, pengobatan gratis, pembuatan sarana umum, dan lain-lain.
Program-program tersebut tidak menjadikan masyarakat mandiri ataupun memiliki
keterampilan untuk berkarya.
7. Penyimpangan dalam Penerapan CSR
Berdasarkan pengamatan terhadap praktik CSR selama ini, tidak semua
perusahaan mampu menjalankan CSR sesuai filosofi dan konsep CSR yang sejati.
Tidak sedikit perusahaan yang terjebak dalam penyimpangan CSR.
Pertama, kamuflase. CSR yang dilakukan perusahaan tidak didasari oleh
komitmen murni, tetapi hanya untuk menutupi praktik bisnis yang memunculkan
ethical questions. Bagi perusahaan seperti ini, CD bukan kepanjangan dari
community development, melainkan hanya berfungsi menutupi “aurat” perusahaan.
Sebagai contoh McDonald`s Corporation di AS dan pabrik sepatu Nike di Asia dan
Afrika pernah tersandung kasus yang berkaitan dengan unnecessary cruelty to
animals dan mempekerjakan anak di bawah umur.
Kedua, generik. Program CSR terlalu umum dan kurang fokus karena
dikembangkan berdasarkan template atau program CSR yang telah dilakukan pihak
lain. Perusahaan yang impulsif dan pelit biasanya malas melakukan inovasi dan
cenderung melakukan copy-paste (kadang dengan sedikit modifikasi) terhadap
model CSR yang dianggap mudah dan menguntungkan perusahaan.
Ketiga, directive. Kebijakan dan program CSR dirumuskan secara top-down
dan hanya berdasarkan misi dan kepentingan perusahaan (shareholders) semata.
Program CSR tidak partisipatif sesuai prinsip stakeholders engagement yang benar.
Keempat, lip service. CSR tidak menjadi bagian dari strategi dan kebijakan
perusahaan. Biasanya, program CSR tidak didahului oleh needs assessment dan
hanya diberikan berdasarkan belas kasihan. Laporan tahunan CSR yang dibuat
Enron dan British American Tobacco (BAT), misalnya, pernah menjadi sasaran
kritik sebagai hanya lip service belaka.
Kelima, kiss and run. Program CSR bersifat ad hoc dan tidak berkelanjutan.
Masyarakat diberi “ciuman” berupa barang, pelayanan atau pelatihan, lantas
ditinggalkan begitu saja. Program yang dikembangkan umumnya bersifat myopic,
berjangka pendek, dan tidak memerhatikan makna pemberdayaan dan investasi
sosial. CSR sekadar “menanam jagung”, bukan “menanam jati”.
8. Indikator Keberhasilan CSR
Dari beberapa contoh program yang diselenggarakan perusahaan seperti di
atas, indikator dari keberhasilan CSR dapat ditinjau dari:
1. Indikator keberhasilan internal, yaitu:
a. Kebijakan perusahaan tentang Com-Dev.
b. Institusionalisasi kebijakan dalam organisasi.
c. Program Community Development dan alokasi biaya .
d. Kinerja atau output yang dihasilkan program.
2. Indikator keberhasilan external, yaitu :
a. Tingkat partisipasi program, mulai dari rencana, implementasi, hingga
monitoring dan evaluasi.
b. Tingkat kemandirian masyarakat.
c. Keberlanjutan ( Sustainability dari program )
Melalui program CSR diharapkan warga sekitar yang terkena dampak
pertambangan dapat memiliki keterampilan dan mampu hidup mandiri. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat tetap produktif dan dapat terus hidup berkarya walaupun
lahan mereka menjadi sempit akibat dari perluasan lahan tambang. Selain itu, program
CSR dalam jangka panjang dimaksudkan sebagai upaya pembangunan masyarakat yang
berkelanjutan dari kehidupan tambang ke non-tambang sehingga menghindari
terciptanya “Ghost Town” di daerah pasca tambang.
2.2 Pengenalan dan Pengimplementasian MapInfo 10
MapInfo merupakan sebuah perangkat lunajk Sistem Informasi Geografis yang
dikeluarkan oleh MapInfo Coorporation. Sebagai perangkat lunak SIG, MapInfo cukup
diminati di kalangan pengguna SIG karena memiliki karakteristik-karakteristik yang
menarik seperti mudah digunakan, tampilan interaktif dan menarik, user-friendly, dan
dapat di-customized dengan menggunakan bahasa skrip yang dimilikinya.
1. INTERFACE DAN TOOLS PADA MAPINFO
Tampilan utama pada MapInfo: buka program MapInfo dengan mengklik shortcut
program MapInfo di desktop atau melalui tombol StartProgramsMapInfo
Professional 10klik, maka akan muncul dialog Quick Start di cancel saja.
Prosedur tools yang akan saya jelaskan, adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4 Interface Map Info
Standard Toolbar
Gambar 2.5 Standar Toolbar
Keterangan dari tombol kiri ke kanan:
1) New Tabel, berfungsi untuk membuat tabel baru;
2) Open, berfungsi untuk membuka file baru berupa tabel, workspace, raster data,
dan lain-lain;
3) Open WMS Table, berfungsi untuk membuka tabel/ map baru dari web server;
4) Save Table, berfungsi untuk menyimpan data;
5) Print Windows, berfungsi untuk mencetak peta yang ada di windowss MapInfo;
6) Cut, berfungsi untuk meng-cut/ memotong objek (objek dihapus tetapi bisa di
paste);
7) Copy, berfungsi untuk mengcopy/ menyalin objek;
8) Paste, berfungsi untuk mempaste/ menempelkan objek yang di-copy atau di-cut;
9) Undo, berfungsi untuk membatalkan proses yang sudah dilakukan;
10) New Browser, berfungsi untuk menampilkan tabel dari sebuah objek yang
sedang aktif;
11) New Mapper, berfungsi untuk menampilkan peta baru;
12) New Grapher, berfungsi untuk menampilkan grafik baru;
13) New Layout, berfungsi untuk mengatur layout baru untuk melakukan print peta;
14) New redistricter, berfungsi untuk district/ tampilan umum ulang;
15) Help, berfungsi untuk menampilkan content bantuan sesuai karakteristik yang
ditunjuk.
Main Toolbar
Gambar 2.6 Main Toolbar
Keterangan dari tombol kiri ke kanan:
1) Select, berfungsi untuk memilih objek/ mengembalikan bentuk pointer mouse
menjadi normal;
2) Marquee Select, berfungsi untuk memilih/ memblok objek dalam bentuk
persegi-empat;
3) Radius Select, berfungsi untuk memilih/ memblok objek berdasarkan radius/
lingkaran;
4) Boundary Select, berfungsi untuk memilih/ memblok objek berdasarkan bentuk
atau batasan objek;
5) Polygon Select, berfungsi untuk memilih/ memblok objek berdasarkan bentuk
polygon gambar;
6) Unselected All, berfungsi untuk tidak menandakan gambar;
7) Invert Selection, berfungsi untuk membuat objek yang semula terselect menjadi
tidak terselect dan sebaliknya objek lain dalam satu layer yang semula tidak
terselect menjadi terselect;
8) Graph Select, berfungsi untuk memilih graph yang digunakan;
9) Zoom In, berfungsi untuk memperbesar gambar peta;
10) Zoom Out, berfungsi untuk memperkecil peta;
11) Change View, berfungsi untuk mengganti tampilan peta berdasarkan zoom;
12) Grabber, berfungsi untuk memindahkan/ mengatur posisi gambar peta;
13) Info, berfungsi untuk input informasi dari objek yang aktif;
14) Hotlink, berfungsi untuk menampilkan file yang sebelumnya telah diasosisikan
dengan objek yang aktif;
15) Label, berfungsi untuk menampilkan label setelah diinputkan melalui info tool;
16) Drag Map Windows, berfungsi untuk meng-copy seluruh peta dalam windows
MapInfo kedalam sebuah aplikasi windows lain seperti Ms. Word dengan
cara mendragnya;
17) Layer Control, berfungsi untuk mengontrol layer yang tampil pada map
windows yang sedang aktif;
18) Ruler, berfungsi untuk mengukur jarak;
19) Show/ Hide Legend, berfungsi untuk menampilkan/ menghilangkan legenda
peta;
20) Show/ Hide Statistics, berfungsi untuk melihat data statistics objek yang sedang
dipilih;
21) Set Target District, berfungsi untuk membuat district sebuah objek terpilih;
22) Assign Selected Objects, berfungsi untuk menjadikan data atribut objek yang
dipilih menjadi sama dengan objek yang dipilih pada tabel district;
23) Clip Region On/ Off, berfungsi untuk menghidupkan (On)/ mematikan (Off)
sebuah clip region/ objek.
24) Set Clip Region, berfungsi untuk membuat clip sebuah region/ objek.
Drawing Toolbar:
Gambar 2.7 Drawing Toolbar
Keterangan dari tombol kiri ke kanan:
1) Symbol, berfungsi untuk memberikan simbol pada peta;
2) Line, berfungsi untuk menggambar garis lurus;
3) Polyline, berfungsi untuk menggambar garis lurus tidak beraturan pada peta;
4) Arc, berfungsi untuk menggambar garis melengkung berupa busur;
5) Polygon, berfungsi untuk menggambar objek tidak beraturan;
6) Ellipse, berfungsi untuk menggambar objek berbentuk elips;
7) Rectangle, berfungsi untuk menggambar objek berbentuk persegi empat;
8) Rounded Rectangle, berfungsi untuk menggambar objek berbentuk persegi-
empat dengfan tiap ujungnya tumpul seperti difillet;
9) Text, berfungsi untuk menuliskan keterangan gambar;
10) Frame, berfungsi untuk membuat frame pada peta;
11) Reshape, berfungsi untuk editing region, polyline, lines, dan untuk
memindahkan, menambah, menghapus nodes dalam segmen garis;
12) Add Node, berfungsi untuk menambah node pada objek polygon, polyline, dan
line;
13) Symbol Style, berfungsi untuk mengganti tampilan region peta;
14) Line Style, berfungsi untuk mengganti model garis;
15) Text Style, berfungsi untuk mengganti model tulisan/ text;
Catatan: untuk mengaktifkan tombol-tombol yang ada, harus tersedia dahulu
sebuah layer atau tabel. Untuk mengetahui nama dari masing-masing, tunjuklah
tombol yang ingin diketahui namanya dengan mouse pointer maka akan muncul
tool tips yang menunjukkan nama masing-masing tombol yang ditunjuk.
Status Bar
Gambar 2.8 Status Bar
Status bar ini berfungsi untuk menunjukkan perbesaran (zoom), editing (tabel mana
yang sedang kita edit), selecting (menunjukkan layer yang sedang kita pilih).
Layer Control
Gambar 2.9 Layer Control
Layer control digunakan untuk mengontrol layer yang tampil pada map winwows
yang sedang aktif.
1) Add, digunkan untuk menambah layer;
2) Remove, digunkan untuk menghilangkan layer;
3) Up, digunkan untuk menaikkan posisi layer ke posisi atas;
4) Down, digunkan untuk menurunkan posisi layer ke posisi bawah;
5) Display, digunkan untuk mengatur tampilan layer yang aktif;
6) Label, digunkan untuk mengatur tampilan label/ tulisan pada peta yang aktif;
7) Thematic, digunkan untuk melakukan proses thematic pada peta;
8) Hotlink, digunkan untuk menampilkan file yang sebelumnya telah diasosiasikan
dengan objek yang aktif;
9) Visible, digunkan untuk mengaktifkan layer supaya terlihat pada map windows;
10) Editable, digunkan untuk agar layer dapat di-edit;
11) Selectanle, digunkan untuk memilih layer;
12) Auto Label, digunkan untuk menampilkan label suatu layer.
Gambar 2.10 Label Layer
2. MEMBUAT LAYER/ TABEL BARU
Membuat layer berarti membuat table
1) Klik File New Table atau klik New Table yang ada di standard tool bar.
Gambar 2.11 Tampilan Map Info
2) Checklist Open New Browser dan Open New Mapper, kemudian klik Create.
Gambar 2.12 Tampilan New Table
3) KlikProjection.
Gambar 2.13 Tampilan New Tabel Structure
4) Pada list Category, pilih Non-Earth dan pada list Category Members pilih
Non-Earth (Meters) lalu klik Ok.
Gambar 2.14 Tampilan Kategori
Gambar 2.15 Tampilan Kategori Member
5) Maka akan tampil kotak dialog Non-Earth Coordinate Bound, klik Ok jika
sudah memasukan ukuran yang kita inginkan. Penjelasannya : Min X dan Min Y
adalah nilai koordinat pojok kiri bawah; Max X adalah nilai koordinat pojok
kanan bawah dan Max Y adalah nilai pojok kanan atas.
Gambar 2.16 Tampilan Koordinat
Gambar 2.17 Tampilan Map Info
6) Isilah frame Field Information sesui dengan informasi yang kita ingin
tampilkan pada table yang akan dibuat.
Gambar 2.18 Tampilan Map Info
3. MENGATUR SATUAN JARAK
1) Klik Map Option.
Gambar 2.19 Tampilan Option
Gambar 2.20 Tampilan Option
Keterangan pada kontak dialog:
Pada Map Units ada 3 option :
a) Coordinate Units : satuan yang akan ditampilkan pada status bar untuk
Cursor Location.
b) Distance Units : satuan yang akan ditampilkan apabila kita memakai ruler
dan zoom pada status bar.
c) Area : satuan yang akan ditampilkan untuk luas suatu area.
Display in Status Bar : merupakan pengaturan tampilan keterangan pada status
bar/ papan status.
When Resizing Window : pengaturan tampilan ketika kita me-minimize atau
ketika me-maximize jendela kerja.
Distance Are Using : ini secara otomatis hanya Cartesian saja karena system
koordinat yang saya pakai adalah Non-Earth.
2) Apabila pengaturan telah selesai, klik OK untuk keluar dari kotak dialog Map
Option.
4. MENGGAMABAR OBJEK SPASIAL
Pada layer yang telah dibuat (layer bangunan1), langkah pengerjaan/ penggambaran
objek spasialnya adalah sebagai berikut :
1) Pastikan layer bangunan1 aktif dan dalam kondisi editable, caranya:
a) Klik Map Layer Control
b) Pilih bangunan1, checklist checkbox Editing
Gambar 2.21 Tampilan Layer Control
c) Gunakan button Up untuk menggeser layer bangunan1 menjadi terletak pada
posisi paling atas
Gambar 2.22 Tampilan Layer Control
d) Klik OK.
2) Klik button Region Style pada drawing toolbar untuk memilih tampilan
gambar.
Gambar 2.23 Tampilan Region Style
3) Klik button Polygon pada drawing toolbar, kemudian tekan S pada
keyboard.
Pada saat kita menekan S pada keyboard berarti kita mengaktifkan drafting tools
berupa SNAP. Dalam computer grafis (AutoCAD, MapInfo, ArcView, dll).
SNAP ini sangat membantu dalam proses tracing titik dalam penggambaran.
Gambar 2.24 Tampilan Map Info
4) Apabila sudah selesai menggambar, save table pilih table yang akan disimpan,
klik OK.
5. MENGINPUT DATA KE DALAM OBJEK SPASIAL
1) Klik Info Tool pada main board
2) Klik objek yang akan kita input datanya
3) Isi datanya
4) Setelah semua selesai, save table
5) Klik Window Browser New Browser atau , pilih pelanggan1, klik
OK.
6. MEMBUAT WORKSPACE
1) Buka table yang sudah dibuat .
2) Klik Map View Entry Layer pilih All Layer, lalu klik OK.
3) Klik File Save Workspace, lalu save dengan nama akhiran workspace, klik
save.
4) Klik File Close All.
5) Klik File Open.
6) Pilih Workspace (*.wor) dari drop-down list Files of type.
7) Klik Open.
8) Maka akan otomatis membuka semua map table yang telah dibuat.
BAB III
KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi alam seperti munyak bumi,
gas batu bara, dan lain sebagainya. Maka dari itu akan sangat menghasilkan sekali apa
bila sumberdaya tersebut di eksploitasi. namun bukan eksploitasi besar-besaran yang
dimaksudkan tetapi eksploitasi yang ber wawasan dengan lingkungan.ekspolitasi yang
memperhatikan dampak sebab akibat serta cara menanggulanginya.
Sebaiknya kepada merka yang berkecimpung dalam dunia industry terutama
dalam bidang pengeksploitasian sumberdaya alam agar lebih berhati-hati dalam
mengeksploitasi dan memperhatikan dampak dari eksploitasi yang dilakukanya itu.
CSR (Corporate Social Responsibility) yang merupakan bentuk tanggung jawab
perusahaan terhadap masyarakat belum banyak diterapkan oleh perusahaan terkait. Hal
ini dimungkinkan karena Undang-Undang belum merincikan jelas mengenai penetapan
anggaran dalam pelaksanaan CSR oleh sebuah perusahaan.
REFERENSI
[1] "Kabarsaham.com," [Online]. Available: http://www.kabarsaham.com/2011/
pengeboran-migas-sulbar-mulai-temukan-gelembung.html. [Accessed 2 3 2014].
[2] Sukandarrumidi, Bahan Galian Industri, Gadjah Mada University Press, 1999.
[3] P. Pribadi, "www.ibl.or.id," 2007. [Online]. Available: www.ibl.or.id/en/ibl/html/
data/File/CSR/IBL/Makassar/APBI.pdf. [Accessed 3 4 2014].
[4] P. Pribadi, "www.ibl.or.id," 2007. [Online]. Available: http://www.ibl.or.id/
en/ibl/html/data/File/CSR_IBL_Makassar-IMA.pdf. [Accessed 3 4 2014].
[5] "www.usaha-kecil.com," [Online]. Available: http://www.usaha-kecil.com/
pengertian_csr.html . [Accessed 3 4 2014].
[6] "www.id.wikipedia.org,"[Online]. Available: http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara.
[Accessed 3 4 2014].
[7] "www.ptba.co.id," [Online]. Available: http://www.ptba.co.id/indo.php?halaman=
Susdev.social. [Accessed 3 4 2014].
[8] "www.scribd.com," 3 4 2014. [Online]. Available: http://www.scribd.com/doc/
76226958/Pengenalan-MapInfo-10-wendy.