16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak. Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia. Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan

MAKALAH EROSI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH EROSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang

alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke

elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya

dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan

ekosistem dan kehilangan air secara serentak.

Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk

besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu

pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe

sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor

biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan

tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.

Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan

curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai

tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt,

terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu

pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas

sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah

tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah,

limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi

permukaan. Sedimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih

mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfer

terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan

Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe

tutupan lahan. pada hutan yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh

lapisan humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan

meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan

Page 2: MAKALAH EROSI

bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan

yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan

limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat

kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi

menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan peningkatan erosi

secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi

atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau

dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.

jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat

erosi, karena, selain menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan

mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk

menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically

invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru

pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan

pertambahan erosi.

Page 3: MAKALAH EROSI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Erosi

Erosi atau pengikisan adalah proses pelepasan dan pemindahan massa

batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain oleh suatu tenaga

pengangkut yang ada di permukaan bumi, antara lain air, angin dan gletser.

Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel

lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan,creep pada

tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup

semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak

sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses

penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau

gabungan keduanya.

Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali,

namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh

aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan.

Kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan

konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan

pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman

pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah

dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian

meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat

tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah.

Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi,

menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan

penanaman pohon.

Page 4: MAKALAH EROSI

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Erosi

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya erosi diantaranya adalah:

1. Iklim

Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks

erosifitas hujan. Selain itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat

mempengaruhi laju erosifitas secara terus menerus sesuai intensitas

hujan yang terjadi.

2. Tanah

Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya

laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah

(kepekaan tanah terhadap erosi atau ketahanan tanah terhadap adanya

erosi).

3. Topografi

Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu

wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai

sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan

lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan

kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi

penggenangan.

4. Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah

lebih aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan

ke permukaan tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan,

vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki susunan tanah dengan

bantuan akar-akar yang menyebar.

5. Manusia

Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun

menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak

melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti

penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain

Page 5: MAKALAH EROSI

sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia

dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi,

pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.

2.3 Jenis-Jenis Erosi

Dilihat dari penyebabnya ada empat jenis erosi, yaitu :

a. Erosi air sungai

Air yang mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah yang dilaluinya.

Gesekan itu besar kalau kecepatan dan jumlah airnya besar. Gesekan air

ini menimbulkan pengikisan, sebab air itu banyak mengangkut benda-

benda padat. Air yang tenang tidak mengadakan gesekan dan tidak

menimbulkan pengiksan. Jadi, syarat pengikisan adalah bahwa air itu

harus mengalir dan mengangkut benda-benda padat.

Akibatnya, terjadilah lembah-lembah, ngarai, dan jurang yang dalam.

Misalnya Lembah Anai, Ngarai Sianok, dan Grand Canyon dengan Sungai

Colorado di Amerika Serikat.

b. Erosi air laut (abrasi)

Abrasi merupakan perusakan/pengikisan pantai oleh pukulan gelombang

laut yang terus menerus terhadap dinding pantai. Contoh : Pantai

Parangtritis di Yogyakarta.

c. Erosi es (gletser)

Gletser merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gerakan lapisan es atau

karena pencairannya menuruni pegunungan. Hasil pengikisan batuan

terseret ke bawah dan ketika tenaga pengangkut melemah, maka material-

material akan terendapkan oleh erosi es disebut Moraine. Contoh : Pantai

Fyord di Skandinavia.

Page 6: MAKALAH EROSI

d. Erosi angin (korasi)

Pengikisan oleh angin banyak terjadi di daerah gurun pasir. Pasir-pasir

tersebut diendapkan di tempat lain dan membentuk bukit pasir dan

gelombang-gelombang pasir. Jika angin bersama pasir mengikis batu-

batuan yang dilaluinya, maka akan membentuk batu cendawan di guru

pasir. Contoh : Tanah Lȍss di Cina Utara setebal 600 meter adalah hasil

erosi angin dari Gurun Gobi.

Bentuk-bentuk erosi ini merujuk pada erosi yang terjadi secara accelerated.

Seperti pada bagian awal, erosi semacam ini banyak dipengaruhi oleh

iklim dan faktor manusia. Kartasapoetra dalam bukunya “Tekhnologi

Konservasi Tanah dan Air”

2.4 Bentuk-Bentuk Erosi

1. Sheet Erosion (erosi lembaran)

Adalah erosi dalam bentuk lembaran-lembaran pada permukaan tanah.

Tejadi pengangkatan dan pemindahan tanah demikian merata pada bagian

permukaan tanah.

2. Rill Erosion (erosi alur)

Daya aliran air dengan mudah terus akan melakukan pengikisan kebagian

bawahnya, dengan demikian pengikisan terus merambat kebagian

bawahnya lagi dan terbentuklah alur-alur pada permukaan tanah dari atas

memanjang kebawah, alur ini adalah dangkal.

3. Gully Erosion (erosi parit)

Erosi parit sangat erat hubungannya dengan erosi alur, karena memang

erosi parit melanjutkan aktivitas daya pengikisan partikel tanah pada alur-

alur yang sudah terbentuk. Penggunaan intensif jalan setapak dihutan dapat

menyebabkan pemadatan tanah, peningkatan aliran pemukaan, dan

kemudian pembentukan parit-parit erosi (Laurence & Peter,1988:16)

Page 7: MAKALAH EROSI

4. Stream Bank Erosion (erosi tebing sungai)

Umumnya terjadi pada sungai sungai yang berbelok-belok tergantung dari

derasnya arus sungai. Sungai yang lurus jarang sekali menimbulkan erosi

tebing.

Menurut Hudson dalam tulisannya, besarnya erosi maksimal yang

dapat dibiarkan adalah berkisar antara 2,5 – 12,5 ton per hektar per tahun.

Laju erosi diberbagai DAS saat ini relatif tinggi. Misalnya sub-DAS

Ciliwung Hulu, secara kumulatif laju erosi yang terjadi adalah 19,3

ton/ha/th dengan indeks erosi sebesar 1,29 (>1) yang berarti bahwa

ditinjau dari segi erosi DAS tersebut dalam kondisi jelek (Arief Guritno

dkk,2003). Kita hanya bisa menghambat berlangsungnya erosi tetapi tidak

bisa mencegah sama sekali terjadinya erosi tersebut. Penghambatan

tersebut adalah sangat tergantung pada aktivitas dan kebijaksanaan kita

pula (G Kartasapoetra dkk,1991:60).

2.4 Dampak Erosi

Dampak erosi dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Dampak ditempat asal terjadinya erosi (on site)

Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat

terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan

produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi peningkatan

penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya

menimbulkan terjadinya tanah kritis.

Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah

terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah,

penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil

tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah menurut Goeswono

Page 8: MAKALAH EROSI

Soepardi dalam bukunya “Sifat dan Ciri Tanah” adalah kehilangan unsur

hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di

Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O

729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per

hektar per tahun.

Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil

(ketebalan 15 - 35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan

oleh arus air hujan, sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan

hilang (A.G Kartasapoetra,1986:45).

Sementara itu, Jung L sekitar tahun 1953 telah melakukan penelitian yang

telah membuktikan adanya penghanyutan bahan organik yang diakibatkan

erosi, seperti halnya pada berikut:

Bagian lereng P2O5

(mg/100g tanah) K2O

(mg/100g tanah) Humus (%)

puncak 10,0 14,3 1,69

tengah 4,7 9,8 1,58

bawah 7,2 16,8 1,71

b) Dampak pada daerah diluarnya (off site).

Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak

sangt besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang

terbawa bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat

besar dalam kehidupan.

Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:

1. Pelumpuran dan pendangkalan waduk

Page 9: MAKALAH EROSI

2. Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan

3. Memburuknya kualitas air, dan

4. Kerugian ekosistem perairan

2.5 Upaya Penanggulangan Erosi

a. Membuat tanah di lereng gunung atau tanah yang miring menjadi

bertingkat-tingkat, yang disebut terasering.

b. Menjalankan strip-cropping, yaitu mengadakan tanaman selang-seling

yang waktu panennya tidak sama.

c. Menanami daerah-daerah hutan yang gundul (reboisasi).

d. Mengadakan contour-plowing, yaitu melakukan pembajakan yang searah

dengan kontur.

e. Tidak merusak ekosistem hutan karena hutan adalah tempat yang sangat

berpengaruh dalam terjadinya erosi disekitarnya. Jika menebangi pohon di

hutan segera diganti dengan pohon baru.

Rhett A Butler mengemukakan bahwa akar-akar dari pepohonan kayu

keras dan vegetasi hujan membantu menahan tanah. Saat pohon kita tebangi

maka tak akan ada lagi penahan apapun yang dapat melindungi tanah dan

material tanahpun akan cepat terbawa/hanyut oleh air hujan. Oleh sebab itu

alangkah baiknya mulai dari sekarang kita pikirkan secara matang akan

dampak dari erosi yang yang telah menimpa kita saat ini dan jangan sampai

lagi terulang dimasa yang akan datang. Dengan kesadaran tinggi akan hal

tersebut kita harus segera berupaya untuk melakukan kegiatan yang dapat

mengurangi terjadinya erosi tanah.

Page 10: MAKALAH EROSI

BAB III

KASIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Erosi atau pengikisan adalah proses pelepasan dan pemindahan massa

batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain oleh suatu tenaga

pengangkut yang ada di permukaan bumi, antara lain air, angin dan gletser.

Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk

besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu

pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe

sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor

biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan

tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.

Faktor-faktor penyebab erosi adalah :

1. Iklim

2. Tanah

3. Tofograpi

4. Tanaman penutup tanah

5. Manusia

Jenis-jenis erosi adalah :

1. Erosi sungai

2. Erosi air laut

3. Erosi es

4. Erosi angin

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: MAKALAH EROSI

A.G Kartasapoetra. 1986.Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.

Jakarta:Bumi 

Aksara

Ahmad Basyir dkk. 2006. Jurnal Ekologi Perubahan Perilaku Daerah Aliran

Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial.Bandung: www.ftsl.itb.ac.id

Arief Guritno dkk. 2003. Konsep Penerapan Teknologi Tepat Guna Sebagai

Alternatif Upaya Mengatasi Dampak Sumberdaya Air. Bogor: IPB

G Kartasapoetra. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Lawrence dan Peter. 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press

Diposkan oleh Alex di 09:04