Upload
quin-boa-hancock
View
462
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ED 50 Diazepam pada tikus
Citation preview
MAKALAH FARMAKOLOGI
MENENTUKAN ED50 DIAZEPAM PADA TIKUS
Kelompok 3
Endah Fitriyastuti (201010410311024)
Eva Budiarti (201010410311025)
Rizkia Nur Wahyuni (201010410311026)
Triya Denisia Putri (201010410311027)
Yunika Deviyana (201010410311028)
Adyka Pradana (201010410311029)
Wisnu Agi Tidarria (201010410311031)
Pipit Eparanta (201010410311032)
Indah Ayu Mustika (201010410311033)
Rendy catur Anggriawan (201010410311034)
Esti Widyan Rini (201010410311062)
Destryana Nurindah S (201010410311064)
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengamati perubahan aktivitas prilaku setelah pemberian diazepam
secara intraperitoneal
2. Menentukan ED50 (dosis yang memberikan efektif) tidur diazepam
II. DASAR TEORI
ED50 (effective Dose 50) adalah dosis yang menimbulkan efik terapi pada 50%
individu. Pemberian Diazepam secara intraperitoneal digunakan untuk menentukan
ED50 yaitu dosis yang memberikan efek tidur pada 50% individua tau separuh dari
jumlah individu yang diamati. Benzodiazepin meningkatkan kerja GABA di Sistem
syaraf pusat. Diazepam bekerja disemua sinaps GABAa, tetapi kerjanya dalam
mengurangi spastisitas sebagai dimediasi di medula spinalis. Karena itu Diazepam
dapat juga digunakan pada spasme otot yang asalnya dari mana saja, termasuk trauma
otot lokal. Tetapi, obat ini menyebabkan sedasi pada dosis yang diperlukan untuk
mengurangi tonus otot.
Dosis dimulai dengan 4mg/hari yang dapat ditingkatkan bertahap ingá
maksimum 60mg/hari. Benzodiazepin lain yang sering juga dipakai sebagai pelemas
otot adalah midazolam (Dikutip dari Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia,
Thn 2007,hal 112)
Benzodiazepin yang tidak larut dalam air adalah Diazepam dan Lorazepam,
oleh karenanya obat-obat ini tidak diberikan secara intra vena pada pasien, karena
dapat menyebabkan iritasi vena, sehingga diberikan secara intra muscular dalam
pelarut propilenglikol. ( Dikutip dari Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia,
Thn 2007, hal 126)
Benzodiazepin yang digunakan sebagai anestesi umum adalah Diazepam,
Lorazepam, dan Midazolam. Dengan dosis untuk induksi anestesi kelompok obat ini
dapat menyebabkan tidur, mengurangi cemas, dan menimbulkan amnesia anterograd,
tetapi tidak berefek anelgesik.
Diazepam yang diberikan secara Intra vena segera didistribusi ke otak, tetapi
efeknya baru tampak setelah beberapa menit. Kadarnya segera turun karena adanya
redistribusi tetapi sedasi sering muncul lagi setelah 6-8 jam akibat adanya penyerapan
ulang Diazepam yang dibuang melalui empedu. Masa paruh Diazepam memanjang
dengan meningkatnya usia, kira-kira 20 jam pada usia 20 tahun, dan kira-kira 90 jam
pada usia 80 tahun. Klirens plasma hampir konstan (20-30 mL/menit), karena itu
pemberian Diazepam dalam waktu lama tidak memerlukan koreksi dosis. (Dikutip
dari Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia, Thn 2007, hal 134-135)
I. Prosedur Kerja
Alat-alat
1. Kain
2. Spuit
3. Kasa
4. Klem
5. Kandang tikus
6. Kapas
Bahan-bahan
7. Tikus putih 3 ekor
8. Diazepam (dosis 1mg/kgBB, 2,5mg/kgBB, 7,5mg/kgBB)
9. Alkohol
Cara Kerja
1. Permukaan Abdomen tikus dibersihkan dengan kapas alcohol
2. Pada masing-masing tikus disuntikan Diazepam dengan dosis 1mg/kgBB,
2,5mg/kgBB, dan 7.5mg/kgBB secara intraperitonial
3. Perubahan perilaku tikus diamati (seperti yang tertera pada lembar
pengamatan) dengan seksama
Hasil pengamatan kelompok 3
Me
nit
Nomor
Eksperime
n
Postur
Tubuh
Aktivitas
Motorik
Ataxia Righting
Refleks
Test
Kasa
Analgesi
a
Ptosis Mat
i
5
Tikus 1 + + + + + + + -
Tikus 2 + + + + + + + -
Tikus 3 + ++++ + + + ++ + -
10
Tikus 1 + + + + + + + + + + -
Tikus 2 ++ + + + + + + -
Tikus 3 + + + + + + + + + + + + -
15
Tikus 1 + + + + + + + + + + + -
Tikus 2 + + + + + + + + + + -
Tikus 3 + + + + + + + + + + + + -
30
Tikus 1 + + + + + + + + + + + + + + + + + -
Tikus 2 + + + + + + + + + + + + + -
Tikus 3 + + + + + + + + + + + +
+
+ + + -
60
Tikus 1 -
Tikus 2 + + + + + + + + + +
+
+ + -
Tikus 3 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + -
Keterangan :
1. Postur Tubuh
+ = Jaga = Kepala dan punggung tegak
++ = Ngantuk = Kepala tegak, punggung mulai datar
+++ = Tidur = Kepala dan punggung datar
2. Aktivitas Motorik
+ = Gerak spontan
++ = Gerak spontan bila dipegang
+++ = Gerak menurun saat dipegang
3. Antaxia
+ = Inkoordinasi terlihat jarang-jarang
++ = Inkoordinasi jelas terlihat
+++ = Tidak dapat berjalan lurus
4. Righting Refleks
+ = Diam pada satu posisi miring
++ = Diam pada dua posisi miring
+++ = Diam pada waktu terlentang
5. Test Kasa
+ = Tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang
++ = Jatuh apabila kasa dibalik
+++ = Jatuh apabila kasa 900
++++ = Jatuh apabila kasa 450
6. Analgesia
+ = Respon berkurang pada saat telapak kaki dijepit
++ = Tidak ada respon pada saat telapak kaki dijepit
7. Ptosis
+ = Ptosis kurang dari ½
++ = Ptosis adalah ½
+++ = seluruh palpebra tertutup
2. Tabel Onset Of Action untuk menentukan ED50
Dosis
Respon Tidur (-/+) pada tikus No.
% Indikasi Yang
Berespon
1 2 3 4 5 6
1mg - - - - - - 0%
2,5mg - - - + - + 33.33%
7,5mg + + + + + + 100%
Dari persamaan regresi didapat
A = -10.07
B = 14.868
r = 0.9676
Persamaan ; y = Bx + A
50=14.868x+(-10.07)
X= 3.362
Jadi ED50 = 3.362
Pembahasan
Dosis, Cara Pemberian, dan Lama Pemberian Diazepam
Oral :
Ansietas, 2 mg 3 kali sehari jika perlu dapat dinaikkan menjadi 15-30 mg sehari dalam
dosis terbagi; Lansia (atau yang sudah tidak mampu melakukan aktivitas) setengah dosis
dewasa, Insomsia yang disertai ansietas, 5-15 mg sebelum tidur. Anak-anak, night teror dan
somnambulisme, 1-5 mg sebelum tidur. Injeksi i.m atau injeksi i.v lambat ; (kedalam vena
besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit)untuk ansietas akut berat, pengendalian
serangan panik akut, penghentian alkohol akut, 10 mg, jika perlu ulangi setelah 4 jam.
Catatan : Rute i.m hanya digunakan jika rute oral dan i.v tidak mungkin diberikan.
Farmakologi
Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan
neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat
dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di
hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja
sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai
benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi
benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini
kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida
akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam
sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan
dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang. (John, Peter,
Brian. Edisi ke-4 1992)
Stabilitas Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. (FI.IV) Lindungi sediaan
parenteral dari cahaya; khasiat obat bertahan sampai 3 bulan bila disimpan dalam suhu
kamar; stabil pada pH 4-8, terjadi hidrolisis pada pH <3; jangan campur sediaan i.v dengan
obat lain. (Lexy-Comp. p.462)
Kontraindikasi
Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut,
glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, bayi
prematur; tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang
disertai dengan depresi. (IONI)
Efek Samping
Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit
kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan,
konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia, penurunan atau kenaikan berat badan, mulut
kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada mulut. (AHFS p.2389-2392)
Farmakodinamik
Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP
dengan efek utama : sedasi, hipnitis, pengurangan rangsangan emosi, relaksi otot dan anti
konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer :
vasodilatasi kotoner setelah pemberian dosis terapi benzodiazepine tertentu secara IV, dan
blockade neuromuscular yang hanya terjadi pada pemberian dosis tinggi.
Berbagai efek yang menyerupai benzodiazepine yang diamati secara invivo maupun
invitro yang telah digolongkan sebagai :efek agonis penuh yaitu senyawa yang sepenuhnya
serupa efek benzodiazepine misalnya diazepam; efek agonies parsial, yaitu efek senyawa
yang menghasilkan efek maksimum yang kurang kuat dibandingkan diazepam; efek inferse
agonis, yaitu senyawa yang menghasilkan efek kebalikan dari efek diazepam pada saat tidak
adanya senyawa yang mirip benzodiazepine, dan efek invers – agonis paesial. Sebagian besar
efek agonis invers agonis dapat dilawan atau dicegah oleh antagonis benzodiazepine
flumazenin, melalui persaingan ikatannya dengan reseptor benzodiazepine. Zat ini mewakili
berbagai golongan senyawa yang bekerja memblok secara spesifik efek agonis dan invers
agonis benzodiazepine.
SSP
profil farmakologi benzodiazepine sangat berbeda pada spesies yang berbeda ; pada
spesies tertentu hewan coba dapat meningkatkan kewaspadaannya sebelum timbul depresi
SSP. Pada tikus pemberian 7-nitro-benzodiazepin menginduksi reaksi heperaktifitas, tapi
tidak pada spesies lain. Efek telaksasi otot pada dan antikonvulsi pada tikus sesuai dengan
efek sedasi, hypnosis, dan antisietas pada manusia.
Beberapa benzodiazepine menginduksi hipotonia otot tanpa gangguan gerak otot
normal, obat ini mengurangi kekakuan pada pasien serebral paesy. Efek relaksasi otot
diazepam 10 x lebih selektif dibanding meprobamat, namun tingkat selektifitas ini tidak
terlihat jelas pada manusia. Klonazepam dosis nonsedatif pada manusia sudah merelaksasi
otot, tapi benzodiazepine dan diazepam tidak. Toleransi terjadi pada efek relaksasi otot dan
ataksia obat ini.
Pada hewan coba,benzodiazepine menghambat aktifitas bangkitan yang diinduksi oleh
pentilentetrazol dan pikrotoksin, tapi bangkitan yang diinduksi oleh striknin dan elektrosyok
maksimal hanya disukresi pada dosis yang mengganggu aktifitas gerakan otot. Flurazepam,
triazolan, klonazepam, bromazepam, dan nitrazepam merupakan anti konvulsi yang lebih
selektif dibanding derivat lain.adanya toleransi terhadap efek konvulsi membatasi
penggunaan benzodiazepine untuk mengobati kelainan kebangkitan pada manusia.walaupun
terlihat adanya efek analgetik benzodiazepine pada hewan coba, pada manusia hanya terjadi
analgesi selintas setelah pemberian diazepam.
Efek pada elektroensefalogram (EEG) dan tingkatan tidur
Efek benzodiazepine pada EEG menyerupai hipnotik sedative lain. Aktifitas α
menurun, namun terjadi peningkatan dalam aktifitas cepat tegangan-rendah. Toleransi terjadi
terhadap efek tersebut.
Sebagian besar benzodiazepine mengurangi waktu jatuh tidur terutama pada
penggunaan awal, dan mengurangi jumlah terbangun dan waktu yang dibutuhkan pada
tingkatan nol (tingkatan terjaga). Lamanya waktu pada tingkatan satu biasanya berkurang,
dan terjadi penurunan yang nyata dalam lamanya waktu pada tin gkat tidur gelombang
lambat. Sebagian besar benzodiazepine menaikkan lamanya waktu dari jatuh tidur sampai
mulainya tidur. REM dan umumnya waktu tidur REM menjadi singkat namun siklus tidur
REM biasanya bertambah.
Secara keseluruhan efek pemberian benzodiazepine menaikkan tidur total terutama
karena penambahan waktu pada tingkatan dua yang merupakan bagian terbesar pada tidur non
REM.
Pernafasan
Benzodiazepine dosis hipnotik tidak berefek pada pernafasan orang normal.
Penggunaaannya perlu diperhatikan pada individu yang menderita kelainan fungsi hati.
Benzodiazepine dapat memperburuk keadaan tidur yang berhubungan dengan kelainan
pernafasan dengan mengganggu control terhadap otot pernafasan bagian atas atau
menurunkan respon fentilasi CO2.
System kardiovaskuler
Efek benzodiazepine pada system kardiovaskular umumnya ringan, kecuali pada
intoksitasi berat. Pada dosis anesthesia semua benzodiazepine dapat menurunkan tekanan
darah dan menaikkan denyut jantung.
Saluran cerna
Benzodiazepine diduga dapat memperbaiki berbagai gangguan saluran cerna yang
berhubungan dengan adanya ansietas. Diazepam secara nyata menurunkan sekresi cairan
lambung waktu malam.
Farmakokinetik
Sifat farmakokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat mempengaruhi
penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya. Semua benzodiazepine
dalam bentuk nonionic memiliki koevisien distribusi lemak; air yang tinggi; namun sifat
lipofiliknya dapat berfariasi leh dari 50x, bergantung pada polaritas dan elektronegatifitas
berbagai senyawa benzodiazepam. Semua benzodiazepine diapsorbsi secara sempurna,
kecuali klorazepat, klorazepat baru diabsorbsi sempurna setelah di dekarboksilasi dalam
cairan lambung menjadi N-desmetil diazepam. Golongan benzodiazepine menurut lama
kerjanya dibagi menjadi 4 golongan dan diazepam termasuk senyawa yang bekerja dengan
t1/2 lebih lama dari 24 jam.
Benzodiazepine dan metabolit aktifnya terikat pada protei plasma. Kekuatan ikatannya
berhubungan erat dengan sifat lipofiliknya, berkisar dari 70% (alprazolam) sampai 99%
(diazepam) kadarnya pada cairan serebrospinal kira-kira sama dengan kadar obat bebas
didalam plasma.
Metabolit aktif benzodiazepine umumnya di biotranformasi lebih lambat dari senyawa
asalnya, sehingga lama kerja benjodiazepin tidak sesuai dengan paruh waktu flurazepam 2-3
jam, tetapi waktu paruh metabolit aktifnya 50 jam atau lebih. Sebaliknya pada benzodiazepine
yang diinaktifkan pada reaksi pertama kecepatan metabolism menjadi penentu lama kerjanya
misalnya oksazepam, lorazepam, temazepam,triazolam dan midazolam.metabolisme
benzodiazepim terjadi dalam tiga tahap yaitu: 1 desalkilasi,2 hidrokolasi dan 3 konjugasi .
Hipnotik ideal harus memiliki mula kerja cepat ,mampu mempertahankan tidur
sepanjang malam dan tidak meninggalkan efek residu pada keesokan harinya .diantara
benzodiazepin yang digunakan sebagai hipnotik ,secara teoritis triazolam paling mendekati
criteria tersebut. Namun dalam prakteknya ,bagi beberapa pasien penggunaan hipnotik yang
cepat tereliminasi dalam darah merugikan karna masa kerjanya pendek,sehingga lama
tidurnya kurang dan menimbulkan rebound insomnia pada saat penghentian obat.
Fluramzepam kurang sesuai sebagai hipnotik ,sebab kecepatan eliminasi metabolitnya
aktifnya yang sangat lambat. Namun dengan pemilihan dosis yang hati –hati,fluramzepam
dan benzodiazepine lain yang memiliki kecepatan eliminasi lebih lambat dari triazolam masih
dapat digunakan secara efektif.
Efek samping
Benzodiazepin dengan dosis hipnotik pada saat mencapai kadar plasma puncak nya
dapat menimbulkan efek samping adalah Light headness, lassitude, lambat bereaksi,
inkoordinasi motorik. Ataksia gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan coordinator
berfikir, bingung disatria, mulut kering dan rasa pahit.
Efek samping lain yang relative terjadi adalah lemah badan, sakit kepala, pandangan
kabur, vertigo, mual dan muntah, diare, sakit dada dan gastric. Benzodiazepine dengan efek
antikolvusi kadang-kadang malahan meningkatkan frekuensi bangkitan pada penderita
epilepsy.
Ketergantungan sudah dapat terjadi pada pengguna benzodiazepine dosis terapi secara
teratur untuk waktu lama. Gejala puttus obat dapat menyebabkan makin hebatnya kelainan
yang semula ingin diobati misalnya insomnia dan ansietas, berkeringat, lemah badandan
pusing kepala. Penghentian sebaiknya dilakukan secara bertahap. Penggunaan benzodiazepine
dosis tinggi dalam waktu lama dapat menyebabkan gejala ketergantungan yang lebih parah
setelah pemutusan obat yaitu : depresi, panic, paranoid, mialgia, kejang ototdan bahkan
konvulsi.
Secara umum benzodiazepine merupakan obat yang relative aman. Bahkan dosis tinggi
jarangbmenimbulkan kematian kecualin bila digunakan sama-sama dengan depresan SSP
ynag lain misalnya alcohol. Walaupun takar lajak benzodiazepine jarang menyebabkan
depresi kardiovaskular serta pernapasan yang berat, dosis terrapin dapat mempengaruhi
pernafasan pada penderita obstruksi paru-paru kronik.
Indikasi
Benzodiazepine digunakan untuk mengobati insomnia, ansiestas, kaku otot medikasi
prenestesi dan anestesi.
Posologi
Nama obat, bentuk sediaan, dan dosis beberapa derivate benzodiazepine.
Tabel Onset Of Action untuk menentukan ED50
Dosis
Respon Tidur (-/+) pada tikus No. % Indikasi Yang
Berespon1 2 3 4 5 6
1mg - - - - - - 0%
2,5mg - - - + - + 33.33%
5mg + + + + + + 100%
Dari persamaan regresi didapat ;
A = -10.07
B = 14.868
r = 0.9676
Persamaan ; y = Bx + A
50=14.868x+(-10.07)
X= 3.362
Jadi ED50 = 3.362
Berdasarkan data kelas yang diperoleh maka dapat disimpulkan dalam praktikum kali ini
telah mencapai ED50 dimana berdasarkan persamaan regresinya diperoleh dosis 2,180 mg.
Jadi dengan dosis 2,180mg sudah mendapatkan efektif tidur diazepam 50%.
Hitungan dosis
Dari data kelompok kami bisa disimpulkan bahwa :
Postur tubuh
Pada tikus 1dan 2 mengalami onset of action pada menit ke-15 ditandai dengan kepala
tegak dan punggung mulai datar (++) sedangkan pada tikus 3 mengalami onset of action pada
menit ke-10.
Aktifitas motorik
Pada tikus 1 mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan gerak
menurun saat dipegang (+++), sedangkan pada tikus 2 dan 3 mengalami onset of action pada
menit ke-30.
ataksia
Pada tikus 3 mengalami onset of action pada menit ke-5 dengan inkoordinasi terlihat
jelas(++), pada tikus 2 mengalami onset of action pada menit ke-15, sedangkan pada tikus 1
mengalami onset of action pada menit ke-30.
Righting reflek
Pada tikus 3 mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan diam pada
dua posisi miring. Tikus satu pada menit ke-30, sedangkan pada tikus 3 tidak mengalami
Tes kasa
Pada tikus 3 mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan jatuh pada
saat kasa dibalik. Tikus 1 pada menit ke-15 sedangkan pada tikus 2 pada menit ke-30.
Analgesia
Pada tes analgesia yang terlihat jelas mngalami onset of action pada tikus 1 pada
menit ke-30 ini ditandai dengan tidak adanya respon pada saat kaki dijepit.
Ptosis
Pada tikus 1 dan 3 mengalami ptosis pada menit ke-30 ditandai dengan palpebra
menutup ½. Tetapi pada tikus 3 sudah mengalami efek tidur pada menit ke-20 sedangkan
pada tikus 1 menit pada menit ke-30
VI KESIMPULAN
Diazepam dapat mempengaruhi sistem saraf yaitu memberikan efek sedatif-
hipnotikum.
Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit
kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. Efek lain : gangguan pada saluran
pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia, penurunan atau kenaikan
berat badan, mulut kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada mulut.
(AHFS p.2389-2392)
ED digunakan sebagai ukuran dosis efektif karena dapat ditentukan secara lebih tepat
dan paling sedikit fariasinya dibanding ukuran lainnya seperti ED 99.
Dari praktikum dosis yang paling efektif untuk membuat tikus tertidur adalah 2,180
mg