Makalah Field Study

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fs

Citation preview

BAB IPENDAHULUANI. Latar BelakangKeselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang terpenting dalam aktivitas industri. Dalam aktivitas industri, seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dapat menghadapi potensial atau hazard yang mengcancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan bagi dirinya, keluarga, maupun calon bayinya. Kejadian kecelakaan atau gangguan kesehatan yang terjadi pada pekerjaan dapat menimbulkan gangguan ekonomi dan gangguan kelancaran pekerjaan sehingga menurunkan produktivitas seorang pekerja, oleh karena itu saat ini diharapkan pada suatu industri tidak lagi terjadi kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.Seorang dokter yang nantinya bekerja diperusahaan diharapkan dapat mengenali semua bahaya potensial yang ada ditempat kerja sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Untuk mengenali hal tersebut, maka seorang mahasiswa kedokteran harus mendapat pengetahuan dan keterampilan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara menyeluruh.

II. Dasar KegiatanKegiatan ini dilaksanakan berdasarkan :1. Tri Dharma Perguruan Tinggi2. Program CHOP (Community Health Oriented Programe), Program BHP (Behaviour and Humanity Program), CSP (Clinical Skills Programe) dan RP (Research Programe)

III. SasaranPabrik Tahu 2 Sawangan, DepokJalan Kel Cipayung, No.51, Cipayung. Depok, Jawa Barat

IV. TujuanTujuan Umum:Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN VETERAN Jakarta semester 4 khususnya dalam promosi kesehatan.

Tujuan Khusus:1. Mahasiswa dapat menerapkan dan mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah didapat di fakultas.2. Mahasiswa dapat melatih kemampuan komunikasi efektif , berinteraksi, dan bersosialisasi dengan masyarakat.3. Mahasiswa dapat mengetahui sistem manajemen K3 di perusahaan.4. Mahasiswa dapat mengetahui alur produksi di perusahaan.5. Mahasiswa dapat berlatih untuk mengindentifikasi bahaya potensial di perusahaan.6. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bahaya kecelakaan kerja di perusahaan.7. Mahasiswa mengetahui tingkat kejadian PAK/PAHK dan kecelakaan kerja.8. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan K3 apa yang telah dilakukan oleh perusahaan terkait dengan bahaya potensial yang ada.9. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana bentuk layanan kesehatan diterima oleh karyawan.10. Mahasiswa mampu bekerjasama secara lintas sektoral.

V. Tahapan Pelaksanaan1. Tahapan pembagian kelompok mahasiswa (kelompok kecil 5-6 orang) dan didampingi oleh 1 pembimbing lapangan2. Mahasiswa melakukan kunjungan lapangan ke perusahaan tahu 23. Mahasiswa melakukan pembuatan laporan

VI. Tata Tertib Kunjungan Lapangan1. Mahasiswa harus memakai jaket fakultas2. Mahasiswa harus datang sesuai waktu kunjungan yang telah ditentukan

BAB IICHOP2.1 Alat Pelindung DiriAlat pelindung diri (APD) adalah peralatan keselamatan merupakan upaya terakhir melindungi diri dalam meminimalkan bahaya. Kewajiban menggunakan APD telah disepakati pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia dengan industri selaku pelaku usaha. APD standar terdiri dari (1) pelindung diri (2) pernapasan, (3) telinga, (4) mata, (5) kepala, (6) kaki,(7)pakaian pelindungdan(8)sabuk pengamankaryawan baik dilaboratorium, lapanganatau diproses pengolahan.2.1.1 Pengertian Alat Pelindung DiriAlat pelindung diri dalam dunia industri dikenal Personal Protective Equipment (PPE) adalah peralatan yang digunakan olehkaryawan untuk melindungi diri terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja. APD merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.2.1.2 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri danPenanggulangannyaAlat pelindung diri dibagi atas : (1) pelindung mata dan wajah, (2) pelindung pernapasan, (3) pelindung kepala, (4) pelindung kaki, (5) pelindung tangan, (6) pelindung pendengaran,(7) pelindung tubuh atau diri dan (8) sabut pengaman.

2.2 Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja [PAK & PAHK] General disease (penyakit umum) : penyakit yang mengenai pada masyarakat umum (general disease). Misal : influenza, sakit kepala Work related disease (peny.terkait kerja) : penyakit yang berhubungan / terkait dengan pekerjaan, namun bukan akibat karena pekerjaan. Misal : asma, TBC, hipertensi Occupational disease (peny. akibat kerja) : penyakit yang disebabkan karena pekerjaannya / lingkungan kerja. Misal : keracunan Pb, asbestosis, silikosis.Di Indonesia istilah / nama penyakit akibat kerja (occupational disease) ada 2 : 1. penyakit akibat kerja2. penyakit yang timbul karena hubungan kerja Prinsip : kedua penyakit adalah sama. Pada dasarnya penyakit aikbat kerja adalah sama dengan penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Perbedaannya hanya pada : Penyakit Akibat Kerja - Diatur oleh Kep.Men.- Dasar : Keselamatan Kerja- Meliputi 30 jenis penyakitPenyakit Hubungan kerja - Diatur dalam Kep.Pres. No.01/MEN/1981 No.22/KEPRES/1993 - Meliputi 31 jenis penyakit - Dasar : dapat kompensasi ganti rugiKemungkinan penyakit yang timbul pada tenaga kerja : 1. Penyakit akibat kerja = penyakit yang timbul karena hubungan kerja (occupational disease) berhak atas jaminan kecelakaan kerja (memperoleh santunan kompensasi) COMPENSABLE 2. Work related disease (penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan) NON COMPENSABLE 3. Diseases affecting working population / General Disease (penyakit yang mempengaruhi populasi pekerja. Penyakit Umum dijumpai juga pada masyarakat umum) NON COMPENSABLE

2.2.1 Perbedaan Occupational Disease dan Work Related DiseaseOccupational Disease Terjadi hanya diantara populasi pekerja (occurs mainly among workingpopulation) Penyebab spesifik. Adanya paparan di tempat kerja merupakan hal yang penting Tercatat dan mendapatkan ganti rugi (notifiable and compensable).Work Related Disease Terjadi juga pada populasi penduduk (occurs largely in the community) Penyebab multi faktor Pemaparan di tempat kerja mungkin merupakan salah satu faktor Mungkin tercatat dan mungkin dapat ganti rugi (maybe notifiable and compensable)2.2.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 01/MEN/1981 Kewajiban Melaporkan PAKPAK : setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan / lingkungan kerja. Keadaan ini harus dilaporkan paling lama 2 x 24 jam2.2.3 Pencegahan Penyakit Akibat KerjaPengurus perusahaan wajib: - melakukan tindakan preventif agar penyait akibat kerja tidak terulang - menyediakan alat pelindung diri untuk digunakan tenaga kerja Tenaga kerja Wajib : - memberi keterangan pada dokter- memakai APD - memenuhi syarat pencegahan PAK- meminta kepada pengurus agar melaksanakan syarat pencegahan Berhak : menyatakan keberatan kerja bila pencegahan PAK diragukan olehnya2.2.4 Keppres RI No.22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja Hak jaminan paling lama 3 th terhitung sejak hubungan kerja tersebut berakhir

2.2.5 Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja Golongan Fisik Golongan Kimia Golongan Biologi Golongan Fisiologi (Ergonomi) Golongan Mental Psikologi

1. Faktor Fisik kebisingan, suhu dan kelembaban, kecepatan aliran udara / angin, getaran / vibrasi mekanis, radiasi gelombang elektromagnetik dan tekanan udara / atmosfir 2. Faktor Kimia gas, uap, debu, kabut / mist. Fume asap, larutan dan zat padat. 3. Faktor Biologisbakteri, virus, tumbuh-tumbuhan dan hewan 4. Faktor fisiologis sikap dan cara kerja, jam kerja dan istirahat5. Faktor mental psikologis suasana kerja, hubungan antara karyawan dan pengusaha pemilihan kerja dan lain-lainMerujuk pada Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit akibat Hubungan Kerja, maka setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhirBatas pengajuan klaim bahwa tenaga kerja positif mengidap penyakit akibat hubungan kerja adalah 3 tahun sejak tenaga kerja tersebut mengakhiri hubungan kerjanya, dengan dilampiri hasil diagnosis dokter yang merawatnya.Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalahpenyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja2.2.6 Jenis Penyakit Akibat Hubungan Kerja1. Pneumokoniosisyang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut.2. Penyakit paru dan saluran pernapasan(bronkhopulmoner)yang disebabkan oleh debu logam keras.3. Penyakit paru dan saluran pernapasan(bronkhopulmoner)yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebabsensitisasidan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.5. Alveolitis allergikayang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik.6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan-nya yang beracun.11. Penyakit yang disebabkan olehr arsen atau persenyawaan-nya yang beracun.12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan-nya yang beracun.13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaan-nya yang beracun.14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan-nya yang beracun.15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida beracun.16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzene atau homolognya yang beracun.19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hydrogen sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi.24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang berkenaan lebih.25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang mengion.26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik.27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau radiasi atau kelembaban udara tinggi.31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

Adapun akibat yang muncul akibat kecelakaan kerja atau penyakit yang ditimbulkan oleh hubungan kerja dapat berupa :a) Tidak mampu bekerja untuk sementarab) Cacat sebagian untuk selama-lamanyac) Cacat total untuk selama-lamanyad) Cacat kehilangan fungsi organe) Meninggal duniaAkibat lain yang berdampak pada pengusaha karena pekerjaanya terjangkit penyakit-penyakit yang telah disebutkan diatas, dapat mempengatuhi kinerja dan produktivitas perusahaan, sehingga keuntungan perusahaan jadi berkurang. Ini adalah bukti adanya korelasi perlindungan K3 dengan efektivitas dan efisiensi perusahaan.

BAB IIIHASIL KEGIATANI. Langkah-langkah pembuatan tahu1. Pencucian Kacang Kedelai2. Penggilingan Kacang3. Perebusan4. Penyaringan dan Pengambilan Ampas5. Penambahan Air Bibit6. Pencetakan Tahu7. Penggorengan TahuII. Bahaya PotensialBahaya potensial yang mungkin terjadi selama proses pembuatan tahu1. Pencucian Kacang KedelaiBahaya potensial yang mungkin terjadi saat pencucian kacang adalah berdasarkan aspek biologi yaitu air yang tidak bersih untuk pencucian serta lingkungan pabrik yang kurang bersih. Tidak ada bahaya potensial lain yang terlihat dalam aspek kimia, fisika, dan ergonomi2. Penggilingan KacangBahaya potensial yang mungkin terjadi saat penggilingan kacang adalah berdasarkan aspek biologi yaitu alat yang tidak bersih dan banyak lalat disekitar alat penggilingan kacang . Tidak ada bahaya potensial lain yang terlihat dalam aspek kimia, fisika, dan ergonomi3. PerebusanBahaya potensial yang mungkin terjadi saat perebusan adalah berdasarkan aspek fisika yaitu uap dengan suhu tinggi, dalam aspek biologi yaitu tempat perebusan yang tidak steril, air rebusan yang tidak bersih, dan lingkungan yang kurang bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu alat perebusan yang tidak aman, uap air yang dialirkan melalui pipa melalui atas dan adanya tetesan pada pipa atas itu. Tidak ada bahaya potensial lain yang terlihat dalam aspek kimia.4. Penyaringan dan Pengambilan AmpasBahaya potensial yang mungkin terjadi saat penyaringan dan pengambilan ampas adalah berdasarkan aspek fisika yaitu uap dengan suhu tinggi dan air yang panas, dalam aspek biologi yaitu alat penyaringan tidak bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu proses pemindahan hasil perebusan untuk penyaringan pekerja tidak menggunakan APD serta saat pengambilan ampas secara manual dengan menggunakan tangan si pekerja langsung tanpa menggunakan alat bantu.5. Penambahan Air BibitBahaya potensial yang mungkin terjadi saat penambahan air bibit adalah berdasarkan aspek kimia yaitu air bibit (biyang tahu) yang digunakan tidak diketahui indikasinya, dalam aspek fisika yaitu uap yang panas dan air yang panas disekitar tempat penambahan air bibit, dalam aspek biologi yaitu tempat air bibit yang tidak bersih, serta pemindahan biyang tahu yang tidak bersih, dalam aspek ergonomi yaitu penggunaan alat untuk pemindahan air bibit yang tidak sesuai dengan alat yang seharusnya.6. Pencetakan TahuBahaya potensial yang mungkin terjadi saat pencetakan tahu adalah dalam aspek biologi yaitu penggunaan alat pencetakan tahu yang tidak bersih, banyaknya lalat disekitar tempat pencetakan tahu, serta lingkungan yang kurang bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu pekerja tidak menggunakan APD.7. Penggorengan TahuBahaya potensial yang mungkin terjadi saat penggorengan tahu adalah dalam aspek kimia yaitu minyak yang tidak bersih serta terdapat banyak abu disekitar penggorengan, dalam aspek fisika yaitu suhu disekitar tempat penggorengan tahu yang panas, dalam aspek biologi yaitu alat penggorengan yang tidak bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu pekerja tidak menggunakan APD serta tempat penggorengan tahu yang dekat dengan tempat pembakaran kayu bakar.

BAB IVPEMBAHASANResiko Penyakit Atau Kecelakaan Kerja Berdasarkan Bahaya Potensial Yang Mungkin Terjadi Selama Proses Pembuatan Tahu :1. Pencucian Kacang KedelaiResiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :- DiareKarena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek biologinya didapatkan penggunaan air yang tidak bersih untuk pencucian kacang kedelai dan lingkungan disekitar tempat pencucian kacang tidak bersih, sehingga menjadi faktor resiko timbulnya gangguan pencernaan bagi konsumen tahu tersebut. Dan juga bagi pekerja apabila sehabis melakukan pekerjaan pekerja tidak mencuci tangan dengan air yang bersih.Pengendalian : a. Pabrik: Tidak adab. Saran : Menurut kami sebaiknya pihak pabrik menyediakan air yang bersih untuk proses pencucian kacang kedelai dan menyeterilkan area disekitar tempat pencucian kacang kedelai.

2. Penggilingan KacangResiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :- Gangguan PencernaanKarena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek biologinya didapatkan alat penggilingan kacang tidak bersih dan berkarat serta banyak lalat yang hinggap dikacang saat penggilingan. Sehingga bisa menyebabkan gangguan pencernaan bagi konsumen tahu tersebut. Dan juga bagi pekerja apabila tidak mencuci tangan sebelum makan.Pengendalian:a. Pabrik: Tidak adab. Saran: Alat penggilingan sebaiknya dibersihkan secara berkala.

- Kebakaran PabrikKarena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek ergonominya didapatkan alat penggilingan yang sudah tidak layak pakai yang bisa menimbulkan arus pendek listrik sehingga memicu terjadinya kebakaran.Pengendalian :a. Pabrik: Tidak adab. Saran: Pihak pabrik sebaiknya mengganti alat penggilingan kacang tersebut dan menyediakan alat pemadam api ringan ( APAR ) untuk mencegah terjadinya kebakaran.

3. Perebusan Kacang KedelaiResiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :- DehidrasiKarena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek fisikanya, suhu tinggi di lingkungan kerja pabrik dapat menyebabkan pekerja mengalami hiperhidrosis yang bila tidak diseimbangi dengan konsumsi cairan tubuh akan mengalami dehidrasi.Pengendalian :a. Pabrik: Menyediakan air minum galonb. Saran: Pabrik sebaiknya menyediakan pendingin udara.- Gangguan PencernaanKarena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek biologinya didapatkan penggunaan air yang tidak bersih untuk merebus kacang kedelai dan lingkungan disekitar tempat perebusan kacang tidak bersih, sehingga menjadi faktor resiko timbulkan gangguan pencernaan bagi konsumen tahu tersebut. Dan juga pada pekerja apabila pekerja tidak mencuci tangan dengan air yang bersih sebelum makan. Selain itu pihak pabrik tidak menjaga kebersihan alat yang digunakan untuk merebus kacang kedelainya.Pengendalian : a. Pabrik: Tidak adab. Saran : Menurut kami sebaiknya pihak pabrik menyediakan air yang bersih untuk proses perebusan kacang kedelai dan gunakan alat merebus yang bersih.

- Luka BakarKarena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek ergonominya, pipa yang digunakan untuk menyalurkan uap panas yang diperlukan untuk perebusan kacang kedelai sangat membahayakan pekerjanya. Tetesan air dari pipa uap yang menggantung diatas bisa menetes mengenai pekerja sehingga bisa menyebabkan luka bakar dan bahan pipa yang digunakan rawan berkarat dan mudah bocor.Pengendalian :a. Pabrik: Tidak adab. Saran: Sebaiknya pihak pabrik membuat pipa saluran uap yang lokasinya tidak membahayakan pekerja dan menggunakan bahan yang aman dan tidak mudah berkarat dan bocor.

4. Penyaringan dan Pengambilan AmpasResiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :- DehidrasiKarena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek fisikanya, suhu tinggi di lingkungan kerja pabrik dapat menyebabkan pekerja mengalami hiperhidrosis yang bila tidak diseimbangi dengan konsumsi cairan tubuh akan mengalami dehidrasi.Pengendalian :a. Pabrik: Menyediakan air minum galonb. Saran: Pabrik sebaiknya menyediakan pendingin udara.- Luka BakarKarena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek ergonominya, saat memindahkan hasil penyaringan pekerja tidak menggunakan alat yang aman, dan dapat membahayakan pekerja itu sendiri seperti luka lepuh pada kulit yang terkena uap atau air panas saat proses tesebut.Pengendalian :a. Pabrik: tidak adab. Saran: Pekerja sebaiknya menggunakan alat pemindah yang mengandung bahan isolator yang tidak bisa menghantarkan panas, sehingga tidak membahayakan pekerja.- Low Back PainKarena pada saat pemindahan dan mengangkat ampas tahu yang sangat berat pekerja hanya melakukan pekerjaannya sendiri dan gerakannya dapat menyebabkan gangguan pada tulang belakang.Pengendalian :a. Pabrik : Tidak adab. Saran : Seharusnya pengangkatan ampas tahu yang berat tersebut bergantian posisi kerjanya. Agar tidak mengalami ergonomi.

5. Percampumparan Air Bibit Dengan Hasil PenyaringanResiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :- Gangguan Pencernaan :Berdasarkan bahaya potensial yang kami dapat yaitu dari aspek kimia, kemungkinan air bibit mengandung bahan kimia yang berbahaya dan penampungan air bibitnya yang tidak steril dan termasuk kedalam aspek biologis yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada konsumen dan pada pekerja apabila setelah melakukan pekerjaan tersebut tidak mencuci tangan.Pengendalian :a. Pabrik : mengganti air atau biang bibit satu hari sekalib. Saran : menggunakan alat penampungan bibit yang steril, atau melakukan pembersihan alat bibit yang rutin.- DehidrasiKarena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek fisikanya, suhu tinggi di lingkungan kerja pabrik dapat menyebabkan pekerja mengalami hiperhidrosis yang bila tidak diseimbangi dengan konsumsi cairan tubuh akan mengalami dehidrasi.Pengendalian :a. Pabrik: Menyediakan air minum galonb. Saran: Pabrik sebaiknya menyediakan pendingin udara.

6. Pencetakan TahuResiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :- Luka BakarKarena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek ergonominya, saat memindahkan hasil penyaringan pekerja tidak menggunakan alat yang aman, dan dapat membahayakan pekerja itu sendiri seperti luka lepuh pada kulit yang terkena uap atau air panas saat proses tesebut.Pengendalian :a. Pabrik: tidak adab. Saran: sebaiknya dari pihak pabrik menyediakan sarung tangan anti panas

7. Penggorengan TahuResiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :- ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) : Berdasarkan aspek kimia karena banyak nya abu dan debu bekas sisa pembakaran kayu disekitar penggorengan yang sangat memungkinkan untuk terhirup oleh pekerja sehingga menimbulkan gangguan saluran pernapasan atas dan apabila dalam jangka panjang dapat menyebabkan PPOK dan Bronkitis Kronik Pengendalian :a. Pabrik : tidak adab. Saran : memindahkan tempat penggorengan tahu ke tempat yg jauh dari pembakaran kayu.- Kanker Dari aspek kimianya dimana minyak sudah digunakan berulang ulang kali dan tidak diganti dengan yang baru dimana minyak yang tidak diganti merupakan karsinogen yaitu zat pencetus kanker.Pengendalian :a. Pabrik : tidak adab. Saran : minyak diganti secara rutin- Luka BakarDari aspek ergonomi dimana pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat penggorengan tahu dan menggunakan spatula yang pendek yang beresiko terkena cipratan minyak panas yang dapat menyebabkan luka lepuh

Pengendalian :a. Pabrik : tidak ada b. Saran : menggunakan alat pelindung diri pada saat melkukan penggorengan tahu serta menggunakan spatula yang lebih panjang dan sesuai.

BAB VPENUTUP

DAFTAR PUSTAKA 18