Upload
syaiful
View
203
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fisika radiasi
Citation preview
MAKALAH FISIKA RADIASI
“BAHAYA RADIASI”
Disusun Oleh :
Bariyadi Abdullah
Dani Nurhidayat
Indra Yudha Prasetya
Ismil Banida Nuryaman
Marsa Hafifah
Nova Ariesta Pramanda
Vannia Destianingrum
Tingkat 1 DIV B
Dosen Pembimbing : DR. Nursama Heru, S.Si, M.Si
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
2012
Bahaya Radiasi 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas mengenai Bahaya Radiasi yang telah diberikan oleh dosen
mata kuliah Fisika Radiasi yaitu bapak DR. Nursama Heru, S.Si, M.Si.
Rasa terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa hasil tugas ini tentu masih jauh dari kesempurnaan baik dalam
pembahasan materi maupun sistematika penulisan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas kami berikutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun makalah
dan para pembaca.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 2 April 2012
Penyusun
(Kelompok 6)
Bahaya Radiasi 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. Filosofi Proteksi Radiasi..................................................................................................................5
B. Prinsip Dasar Proteksi Radiasi dalam Radiodiagnostik...................................................................6
1. Justifikasi.........................................................................................................................................6
2. Limitasi............................................................................................................................................7
3. Optimasi..........................................................................................................................................7
C. Efek Radiasi Pada Manusia.............................................................................................................9
D. Penanggulangan Efek Radiasi........................................................................................................18
BAB III. PENUTUP....................................................................................................................................22
A. Kesimpulan....................................................................................................................................22
B. Saran..............................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................24
Bahaya Radiasi 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awal perkenalan umat manusia dengan radiasi pengion dimulai ketika Wilhelm C. Roentgen
(1845 – 1923), fisikawan berkebangsaan Jerman, pada tahun 1895 menemukan sejenis sinar aneh
yang selanjutnya diberi nama sinar-X. Selang satu tahun dari penemuan sinar-X tersebut,
fisikawan Prancis Antonie Henry Becquerel menemukan unsur Uranium (U) yang dapat
memencarkan radiasi secara spontan. Untuk selanjutnya bahan yang memiliki sifat seperti itu
disebut bahan radioaktif. Dua tahun kemudian, pasangan suami istri ahli kimia berkebangsaan
Perancis Marie Curie dan Piere Curie menemukan unsur Polonium (Po) dan Radium (Ra) yang
memperlihatkan gejala yang sama seperti Uranium.
Tahun 1895 itu Roentgen sendirian melakukan penelitian sinar X dan meneliti sifat-sifatnya.
Pada tahun itu juga Roentgen mempublikasikan laporan penelitiannya. Berikut ini adalah sifat-
sifat sinar-X:
1. Sinar-X dipancarkan dari tempat yang paling kuat tersinari oleh sinar katoda.
2. Intensitas cahaya yang dihasilkan pelat fotoluminesensi, berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara titik terjadinya sinar-X dengan pelat fotoluminesensi. Meskipun pelat
dijauhkan sekitar 2 m, cahaya masih dapat terdeteksi.
3. Sinar-X dapat menembus buku 1000 halaman tetapi hampir seluruhnya terserap oleh
timbal setebal 1,5 mm.
4. Pelat fotografi sensitif terhadap sinar-X.
5. Ketika tangan terpapari sinar-X di atas pelat fotografi, maka akan tergambar foto tulang
tersebut pada pelat fotografi.
Sinar X (X-rays) atau sinar Rontgen adalah bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan range
panjang gelombang berkisar dari 10 sampai 0,01 nanometer, dengan frekuensi berada pada 30
PHz sampai 30 EHz. Sinar X dihasilkan apabila electron bergerak pada kelajuan yang tinggi dan
Bahaya Radiasi 4
secara tiba-tiba berlaku perubahan dari segi kelajuan. Semua ini berlaku di dalam sebuah tube x-
ray. Di dalam sebuah tube x-ray terdapat katoda (-) yang merupakan sebuah filamen yang
dipanaskan oleh tenaga elektrik. Pemanasan yang berlaku menyebabkan elektron dihasilkan dari
filemen. Ini semua berlaku untuk persediaan elektron bagi di pecutkan untuk mendapatkan
sinaran-X. Sinar-x yang dihasilkan dengan tenaga 20-40 keV mempunyai panjang gelombang
10-7 cm dan sinar ini dikatakan sinar-x lembut (soft- rays). Sinar-x yang dihasilkan dengan 40-
125 keV mempunyai gelombang 10-8 cm. Sinar ini kerap digunakan untuk pemeriksaan x-ray
diagnostik, manakala panjang gelombang yang lebih pendek lagi yang dihasilkan dengan tenaga
200-1000 keV digunakan dalam rawatan radioterapi yang lebih dalam (deep radiotheraphy).
Sinar ini biasanya berukuran < 10-8 cm (hard-rays).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat penulis ambil adalah :
1. Apa prinsip dasar proteksi radiasi ?
2. Apa saja efek yang ditimbulkan dari radiasi sinar-x ?
3. Apakah pengaruh radiasi tersebut terhadap tubuh manusia ?
4. Bagaimanakan cara penanggulangannya ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mendeskripsikan filosofi proteksi radiasi.
2. Mendeskripsikan prinsip dasar proteksi radiasi.
3. Mampu menjelaskan efek-efek yang ditimbulkan radiasi apabila berinteraksi dengan
tubuh manusia.
Bahaya Radiasi 5
4. Memahami cara penanggulangan dari efek radiasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filosofi Proteksi Radiasi
Mengingat radiasi dapat membahayakan kesehatan, maka pemakaian radiasi perlu diawasi,
baik melalui peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan radiasi dan bahan-bahan
radioaktif, maupun adanya badan pengawas yang bertanggungjawab agar peraturan-peraturan
tersebut diikuti. Di Indonesia, badan pengawas tersebut adalah Bapeten (Badan Pengawas
Tenaga Nuklir).
Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk
Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu
pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut:
a. Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif
dibandingkan dengan risiko, yang dikenal sebagai azas justifikasi,
b. Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as
reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial,
yang dikenal sebagai azas optimasi,
c. Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk
suatu lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas limitasi.
Konsep untuk mencapai suatu tingkat serendah mungkin merupakan hal mendasar yang perlu
dikendalikan, tidak hanya untuk radiasi tetapi juga untuk semua hal yang membahayakan
lingkungan. Mengingat bahwa tidak mungkin menghilangkan paparan radiasi secara
keseluruhan, maka paparan radiasi diusahakan pada tingkat yang optimal sesuai dengan
kebutuhan dan manfaat dari sisi kemanusiaan.
Bahaya Radiasi 6
Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam satu tahun untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5
rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem). Menurut laporan penelitian
UNSCEAR, secara rata-rata setiap orang menerima dosis 2,8 mSv (280 mrem) per tahun, berarti
seseorang hanya akan menerima sekitar setengah dari nilai batas dosis untuk masyarakat umum.
Ada dua catatan yang berkaitan dengan nilai batas dosis ini. Pertama, adanya anggapan
bahwa nilai batas ini menyatakan garis yang tegas antara aman dan tidak aman. Hal ini tidak
seluruhnya benar. Nilai batas ini hanya menyatakan batas dosis radiasi yang dapat diterima oleh
pekerja atau masyarakat, sejauh pengetahuan yang ada hingga saat ini. Yang lebih penting dari
pemakaian nilai batas ini adalah diterapkannya prinsip ALARA pada setiap pemanfaatan radiasi.
Kedua, adanya perbedaan nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat umum. Nilai
batas ini berbeda karena pekerja radiasi dianggap dapat menerima risiko yang lebih besar
(dengan kata lain, menerima keuntungan yang lebih besar) daripada masyarakat umum, antara
lain karena pekerja radiasi mendapat pengawasan dosis radiasi dan kesehatan secara berkala.
B. Prinsip Dasar Proteksi Radiasi dalam Radiodiagnostik
Dalam penggunaan radiasi untuk radiografi dalam radiodiagnostik akan memberikan
kontribusi radiasi kepada banyak pihak. Radiasi akan diterima oleh operator, hewan dan
lingkungan. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International Commission
Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :
1. Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azaz
manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya disetujui
jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu atau
masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap kesehatan.
Hewan yang memang benar-benar memerlukan uji lanjut dengan radiografi dengan
pertimbangan asas manfaat lebih banyak dapat dilakukan radiografi.
Bahaya Radiasi 7
2. Limitasi
Dosisi ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh
melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja
radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek deterministik (non stokastik) dan
mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.
3. Optimasi
Semua penyinaran ahrus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably
achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Kegiatan
pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan
dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-
rendahnya.
Nilai Batas Dosis
Pembatasan dosis radiasi baru dikenal pada tahun 1928 yaitu sejak dibentuknya
organisasi internasional untuk proteksi radiasi (International Commission on Radiological
Protection/ICRP). Pelopor proteksi radiasi yang terkenal adalah seorang ilmuwan dari
Swedia bernama Rolf Sievert. Ia lahir pada tahun 1896 ketika Henri Becquerel
menemukan zat radioaktif alam. Sievert kemudian diabadikan sebagai satuan dosis
paparan radiasi dalam sistem Satuan Internasional (SI). 1 Sievert (Sv) menunjukkan
berapa besar dosis paparan radiasi dari sumber radioaktif yang diserap oleh tubuh per
satuan massa (berat), yang mengakibatkan kerusakan secara biologis pada sel/jaringan.
Menurut rekomendasi ICRP, pekerja radiasi yang di tempat kerjanya terkena
radiasi tidak boleh menerima dosis radiasi lebih dari 50 mSv per tahun dan rata-rata
pertahun selama 5 tahun tidak boleh lebih dari 20 mSv. Nilai maksimum ini disebut Nilai
Batas Dosis (NBD). Jika wanita hamil yang di tempat kerjanya terkena radiasi,
Bahaya Radiasi 8
diterapkan batas radiasi yang lebih ketat. Dosis radiasi paling tinggi yang diizinkan
selama kehamilan adalah 2 mSv.
Prinsip Proteksi Radiasi
1. Menggunakan Pelindung (Shielding)
Penggunaan perisai/pelindung berupa apron berlapis Pb, glove Pb, kaca mata Pb dsb
yang merupakan sarana proteksi radiasi individu. Tidak menghandle hewan secara
langsung, hewan dapat disedasi atau bila perlu dianestesi.
Proteksi terhadap lingkungan terhadap radiasi dapat dilakukan dengan melapisi ruang
radiografi menggunakan Pb untuk menyerap radiasi yang terjadi saat proses radiografi.
2. Menjaga Jarak
Radiasi dipancarkan dari sumber radiasi ke segala arah. Semakin dekat tubuh kita
dengan sumer radiasi maka paparan radiasi yang kita terima akan semakin besar.
Pancaran radiasi sebagian akan menjadi pancaran hamburan saat mengenahi materi.
Radiasi hamburan ini akan menambah jumlah dosis radiasi yang diterima. Untuk
mencegah paparan radiasi tersebut kita dapat menjaga jarak pada tingkat yang aman dari
sumber radiasi.
3. Mempersingkat Waktu Paparan
Sedapat mungkin diupayakan untuk tidak terlalu lama berada di dekat sumber radiasi
saat proses radiografi. Hal ini untuk mencegah terjadinya paparan radiasi yang besar.
Pengaturan mAs yang tepat, dengan waktu paparan 0,0.. detik lebih baik dari pada 1
detik.
Nilai kVp yang digunakan cukup tinggi sehingga daya tembus dalam radiografi cukup
baik. dengan demikian maka pengulangan radiografi dapat dicegah.
Bahaya Radiasi 9
C. Efek Radiasi Pada Manusia
Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi: berinteraksi
dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi
atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan
kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan
temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata
lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui
peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan
kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang merupakan
pusat pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks. Jika radiasi
pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan
radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom
Bahaya Radiasi 10
hidrogen. Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul
penting dalam sel.
DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul yang terdapat di inti sel,
berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan dirinya sendiri.
Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama,
radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA sehingga terjadi perubahan kimiawi pada
DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu jika DNA
berinteraksi dengan radikal bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang merugikan,
misalnya timbulnya kanker maupun kelainan genetik.
Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang yang kita terima sehari-hari, sel
dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada
kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya sendiri, sehingga sel akan mengalami
Bahaya Radiasi 11
kerusakan permanen atau mati. Sel yang mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti dengan
sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika
sel yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko
tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada seberapa banyak dosis yang
diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah diberikan secara akut (dalam jangka waktu
seketika) atau secara gradual (sedikit demi sedikit).
Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh
tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa
persen manusia yang terkena dosis tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal dalam
waktu satu atau dua bulan kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam rentang
waktu satu bulan atau lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi.
Contoh lain, dosis radiasi akut sebesar 3,5 – 4 Sv (350 – 400 rem) yang diberikan seluruh tubuh
akan menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang mendapat radiasi dalam waktu 30
hari kemudian. Sebaliknya, dosis yang sama yang diberikan secara merata dalam waktu satu
tahun tidak menimbulkan akibat yang sama.
Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ tubuh mempunyai kepekaan
yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek yang ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.
Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy atau lebih yang diberikan secara sekaligus pada seluruh
tubuh dan tidak langsung mendapat perawatan medis, akan dapat mengakibatkan kematian
Bahaya Radiasi 12
karena terjadinya kerusakan sumsum tulang belakang serta saluran pernapasan dan pencernaan.
Jika segera dilakukan perawatan medis, jiwa seseorang yang mendapat dosis terserap 5 Gy
tersebut mungkin dapat diselamatkan. Namun, jika dosis terserapnya mencapai 50 Gy, jiwanya
tidak mungkin diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan perawatan medis.
Jika dosis terserap 5 Gy tersebut diberikan secara sekaligus ke organ tertentu saja (tidak
ke seluruh tubuh), kemungkinan besar tidak akan berakibat fatal. Sebagai contoh, dosis terserap
5 Gy yang diberikan sekaligus ke kulit akan menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis yang sama
jika diberikan ke organ reproduksi akan menyebabkan mandul.
Efek radiasi yang langsung terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek ini hanya muncul
jika dosis radiasinya melebihi suatu batas tertentu, disebut Dosis Ambang. Efek deterministik
bisa juga terjadi dalam jangka waktu yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak
berakibat fatal. Sebagai contoh, katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa
minggu setelah terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih. Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam
jangka waktu yang lama (tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki
dirinya sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun
demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan
tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin berpuluh-puluh tahun
kemudian), dikenal juga sebagai periode laten. Efek radiasi yang tidak langsung terlihat ini
disebut Efek Stokastik.
Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan
semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan dosisnya diberikan dalam jangka
waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan
saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan tersebut. Kecuali untuk leukimia yang
dapat berkembang dalam waktu 2 tahun, efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek
apapun dalam waktu 20 tahun atau lebih. Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini
adalah kanker. Penyebab sebenarnya dari penyakit kanker tetap tidak diketahui. Selain dapat
disebabkan oleh radiasi pengion, kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain, disebut zat
karsinogen, misalnya asap rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun waktu sebelum periode
laten berakhir, korban dapat meninggal karena penyebab lain. Karena lamanya periode laten ini,
Bahaya Radiasi 13
seseorang yang masih hidup bertahun-tahun setelah menerima paparan radiasi ada kemungkinan
menerima tambahan zat-zat karsinogen dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena itu, jika suatu
saat timbul kanker, maka kanker tersebut dapat disebabkan oleh zat-zat karsinogen, bukan hanya
disebabkan oleh radiasi.
Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi
sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan yang
secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut
terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan
penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan
pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu
yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas
efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang disebabkan karena
kematian sel akibat paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai
akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.
Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat
paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi
sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul
bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa
saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis
yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada
dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministic
dengan demikian adalah nol.
Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan
perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi
dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel
yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha
untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini
disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan
Bahaya Radiasi 14
baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar
peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah
dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel
yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau
pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang
relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan
tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat
menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu
populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.
Respon dari berbagai jaringan dan organ tubuh terhadap radiasi pengion sangat bervariasi. Selain
bergantung pada sifat fisik radiasi juga bergantung pada karakteristik biologi dari sel penyusun
jaringan/organ tubuh terpajan. Tingkat sensitivitas dari jaringan penyusun organ berbeda-beda
bergantung antara lain pada tingkatproliferasi (pembelahan) dan diferensiasi (kematangan) sel
yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat sensitivitas dari organ terhadap pajanan radiasi.
Berikut ini adalah efek radiasi pada sebagian organ tubuh akibat pajanan radiasi eksterna (dari
luar tubuh) yang terjadi secara akut.
1) Sistem pembentukan darah
Sumsum tulang adalah organ sasaran dari sistem pembentukan darah karena pajanan
radiasi dosis tinggi akan mengakibatkan kematian dalam waktu beberapa minggu. Hal ini
disebabkan karena terjadinya penurunan jumlah sel basal pada sumsum tulang secara tajam.
Komponen sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (limfosit dan
granulosit) dan sel keeping darah (trombosit).
Dosis sekitar 0,5 Gy pada sumsum tulang sudah dapat menyebabkan penekanan proses
pembentukan komponen sel darah sehingga jumlahnya mengalami penurunan. Jumlah sel
limfosit menurun dalam waktu beberapa jam pasca pajanan radiasi, sedangkan jumlah
granulosit dan trombosit juga menurun tetapi dalam waktu yang lebih lama, beberapa hari
atau minggu. Sementara penurunan jumlah eritrosit terjadi lebih lambat, beberapa minggu
kemudian. Penurunan jumlah sel limfosit absolut/total dapat digunakan untuk
memperkirakan tingkat keparahan yang mungkin diderita seseorang akibat pajanan radiasi
akut.
Bahaya Radiasi 15
Pada dosis yang lebih tinggi, individu terpajan mengalami kematian sebagai akibat dari
infeksi karena menurunan jumlah sel darah putih (limfosit dan granulosit) atau dari
pendarahan yang tidak dapat dihentikan karena menurunnya jumlah trombosit.
Efek stokastik pada sumsum tulang adalah leukemia dan kanker sel darah merah.
Berdasarkan pengamatan pada para korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, leukemia
merupakan efek stokastik tertunda pertama yang terjadi setelah pajanan radiasi seluruh
tubuh dengan masa laten sekitar 2 tahun dengan puncaknya setelah 6 – 7 tahun.
2) Kulit
Efek deterministik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis. Pajanan radiasi sekitar
2-3 Gy dapat menimbulkan efek kemerahan (eritema) sementara yang timbul dalam waktu
beberapa jam. Beberapa minggu kemudian, eritema akan kembali muncul sebagai akibat
dari hilangnya sel-sel basal pada epidermis. Dosis sekitar 3 – 8 Gy menyebabkan terjadinya
kerontokan rambut (epilasi) dan pengelupasan kering (deskuamasi kering) dalam waktu 3 –
6 minggu setelah pajanan radiasi. Pada dosis yang lebih tinggi, 12 – 20 Gy, akan
mengakibatkan terjadinya pengelupasan kulit disertai dengan pelepuhan dan bernanah
(blister) serta peradangan akibat infeksi pada lapisan dalam kulit (dermis) sekitar 4 – 6
minggu kemudian. Kematian jaringan (nekrosis) dalam waktu 10 minggu pemajanan radiasi
dengan dosis lebih besar dari 20 Gy, sebagai akibat dari kerusakan yang parah pada
pembuluh darah. Bila dosis yang di terima sekitar 50 Gy, nekrosis akan terjadi dalam waktu
yang lebih singkat yaitu sekitar 3 minggu.
3) Mata
Mata terkena pajanan radiasi baik akibat dari radiasi lokal (akut atau protraksi) maupun
pajanan radiasi seluruh tubuh. Lensa mata merupakan bagian dari struktur mata yang paling
sensitif terhadap radiasi. Terjadinya kekeruhan atau hilangnya sifat transparansi lensa mata
sudah mulai dapat dideteksi setelah pajanan radiasi yang relatif rendah yaitu sekitar 0,5 Gy
dan bersifat akumulatif. Dengan demikian tidak seperti efek deterministik pada organ
Bahaya Radiasi 16
lainnya, katarak tidak akan terjadi beberapa saat setelah pajanan, tetapi setelah masa laten
antara 6 bulan sampai 35 tahun, dengan rerata sekitar 3 tahun.
4) Organ reproduksi
Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah sterilitas atau kemandulan.
Pajanan radiasi pada testis akan mengganggu proses pembentukan sel sperma yang akhirnya
akan mempengaruhi jumlah sel sperma yang akan dihasilkan. Dosis radiasi 0,15 Gy
merupakan dosis ambang terjadinya sterilitas yang bersifat sementara karena sudah
mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah sel sperma selama beberapa minggu.
Sedangkan dosis ambang sterilitas yang permanen berdasarkan ICRP 60 adalah 3,5 – 6 Gy.
Semakin besar dosis yang di terima testis, semakin banyak jumlah penurunan sel sperma
dan semakin lama waktu pulih kembali normal, selama belum mencapai dosis ambang
kemandulan permanen.
Pengaruh radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia. Semakin tua usia, semakin
sensitif terhadap radiasi karena semakin sedikit sel telur yang masih tersisa dalam ovarium.
Selain sterilitas, radiasi dapat menyebabkan menopuse dini sebagai akibat dari gangguan
hormonal sistem reproduksi. Dosis ambang sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 – 6 Gy.
Pada usia yang lebih muda (20-an), sterilitas permanen terjadi pada dosis yang lebih tinggi
yaitu mencapai 12 – 15 Gy.
Efek stokastik pada sel germinal lebih dikenal dengan efek pewarisan yang terjadi karena
mutasi pada gen atau kromosom sel pembawa keturunan (sel sperma dan sel telur).
Perubahan kode genetik akan diwariskan pada keturunan individu terpajan. Penelitian pada
hewan dan tumbuhan menunjukkan bahwa efek yang terjadi bervariasi dari ringan hingga
kehilangan fungsi atau kelainan anatomik yang parah bahkan kematian prematur.
Bahaya Radiasi 17
5) Paru-paru
Paru dapat terkena pajanan radiasi secara eksterna dan interna. Efek deterministik berupa
pneumonitis biasanya mulai timbul setelah beberapa minggu atau bulan. Efek utama adalah
pneumonitis interstisial yang dapat diikuti dengan terjadinya fibrosis sebagai akibat dari
rusaknya sel sistim vaskularisasi kapiler dan jaringan ikat, yang dapat berakhir dengan
kematian. Kerusakan sel yang mengakibatkan terjadinya peradangan akut paru ini biasanya
terjadi pada dosis 5 – 15 Gy. Perkembangan tingkat kerusakan sangat bergantung pada
volume paru yang terkena radiasi dan laju dosis. Hal ini juga dapat terjadi setelah inhalasi
partikel radioaktif dengan aktivitas tinggi dan waktu paro pendek.
Efek stokastik berupa kanker paru. Keadaan ini banyak dijumpai pada para penambang
uranium. Selama melakukan aktivitasnya, para pekerja menginhalasi gas Radon-222 secara
berkesinambungan sebagai hasil luruh dari uranium. Di dalam paru, radon selama proses
peluruhannya sampai mencapai bentuk stabil yaitu timbal, akan melepaskan partikel alpa
yang sangat berbahaya sebagai sumber pajanan radiasi interna.
6) System pencernaan
Bagian dari sistim ini yang paling sensitif terhadap radiasi adalah usus halus. Kerusakan
pada saluran pencernaan menimbulkan gejala mual, muntah, diare, dan gangguan sistem
pencernaan dan penyerapan makanan. Dosis radiasi yang tinggi dapat mengakibatkan
kematian karena dehidrasi akibat muntah dan diare yang parah. Efek stokastik yang timbul
berupa kanker pada epitel saluran pencernaan
Bahaya Radiasi 18
D. Penanggulangan Efek Radiasi
Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak melalui media
atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam sering menghubungkan
kata radiasi ionisasi (misalnya, sebagaimana terjadi pada senjata nuklir, reaktor nuklir, dan zat
radioaktif), tetapi juga dapat merujuk kepada radiasi elektromagnetik (yaitu, gelombang radio,
cahaya inframerah, cahaya tampak, sinar ultra violet, dan X-ray), radiasi akustik, atau untuk
proses lain yang lebih jelas. Apa yang membuat radiasi adalah bahwa energi memancarkan
(yaitu, bergerak ke luar dalam garis lurus ke segala arah) dari suatu sumber. geometri ini secara
alami mengarah pada sistem pengukuran dan unit fisik yang sama berlaku untuk semua jenis
radiasi. Beberapa radiasi dapat berbahaya.
Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau
gelombang. Ditinjau dari massanya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan
radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi ini
terdiri dari gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-X, sinar
gamma dan sinar kosmik. Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel yang memiliki massa,
misalnya partikel beta, alfa dan neutron.
Bahaya Radiasi 19
Jika ditinjau dari “muatan listrik”nya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi pengion dan
radiasi non-pengion. Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak
sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion. Peristiwa terjadinya ion ini
disebut ionisasi. Ion ini kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan, termasuk
benda hidup. Radiasi pengion disebut juga radiasi atom atau radiasi nuklir. Termasuk ke dalam
radiasi pengion adalah sinar-X, sinar gamma, sinar kosmik, serta partikel beta, alfa dan neutron.
Partikel beta, alfa dan neutron dapat menimbulkan ionisasi secara langsung. Meskipun tidak
memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik juga termasuk ke
dalam radiasi pengion karena dapat menimbulkan ionisasi secara tidak langsung. Radiasi non-
pengion adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi. Termasuk ke dalam radiasi non-
pengion adalah gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet.
a) Contoh Efek Negatif :
Radiasi Gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam
waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen manusia
yang terkena dosis tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal dalam waktu satu atau
dua bulan kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam rentang waktu satu bulan
atau lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi.
Bahaya Radiasi 20
Dosis radiasi akut sebesar 3,5 – 4 Sv (350 – 400 rem) yang diberikan seluruh tubuh akan
menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang mendapat radiasi dalam waktu 30 hari
kemudian. Sebaliknya, dosis yang sama yang diberikan secara merata dalam waktu satu tahun
tidak menimbulkan akibat yang sama.
Efek Somatik Non – Stokastik :
Mempunyai dosis ambang radiasi
Umumnya timbul tidak begitu lama setelah kena radiasi
Ada penyembuhan spontan, tergantung kepada tingkat keparahan
Besarnya dosis radiasi mempengaruhi tingkat keparahan
Efek Somatik Stokastik :
Tidak ada dosis ambang radiasi.
Timbulnya setelah melalui masa tenang yang lama.
Tidak ada penyembuhan spontan.
Tingkat keparahan tidak dipengaruhi oleh dosis radiasi.
Peluang atau kemungkinan terjadinya tergantung pada besarnya dosis radiasi
b) Nilai Batas Dosis (NBD)
Adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) yang
dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa
menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfatan tenaga nuklir.
c) Penanggulangan Terhadap Radiasi
Mencegah radioaktif terkontaminasi dengan lingkungan
Mengunakan alat pelindung diri berupa baju pelindung lengkap seluruh tubuh dan masker
berfilter yang dilengkapi dengan suplai udara
Bahaya Radiasi 21
Memperhatikan tingkat konsentrasi radiasi di udara
d) Penanganan Radiasi
Jika efek radiasi terjadi maka tindakan:
Tetap tenang dan jangan panic
Hindari dan jauhi dari pusat kejadian/reactor
Lokasi yang dituju harus berlawanan dengan arah angin yang datang dari pusat kejadian /
reactor
Monitor terus kejadian tersebut dari berita resmi perintah.
Gunakan masker standar jika memungkinkan.
Bahaya Radiasi 22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetik dan sel somatik. Sel genetik adalah sel telur
pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatik adalah sel-sel lainnya
yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek
genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh
keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek
radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.
Efek radiasi yang langsung terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek ini hanya muncul
jika dosis radiasinya melebihi suatu batas tertentu, disebut Dosis Ambang. Sedangkan efek
radiasi yang tidak langsung terlihat, misalnya sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan,
dan akibatnya kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin
berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai periode laten disebut Efek Stokastik.
Bebebrapa penanggulangan efek radiasi :
Mencegah radioaktif terkontaminasi dengan lingkungan
Mengunakan alat pelindung diri berupa baju pelindung lengkap seluruh tubuh dan masker
berfilter yang dilengkapi dengan suplai udara
Memperhatikan tingkat konsentrasi radiasi di udara
Bahaya Radiasi 23
B. Saran
Dari pembahasan makalah diatas telah dijelaskan bahwa efek radiasi ada dua macam
yaitu efek determinestik (efek radiasi yang langsung terlihat) dan efek stokastik (efek yang
terlihat dalam jangka waktu yang sangat lama). Oleh sebab itu, kita sebagai pekerja radiasi
harus mengerti mengenai prinsip dasar proteksi radiasi, efek-efek yang ditimbulkan radiasi
dan bagaimana cara penanggulangannya.
Bahaya Radiasi 24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Diakses tanggal 24 Maret 2012 dari situs
http://ssradiology.blogspot.com/2008/08/efek-radiasi.html
Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan. 2005. Diakses tanggal 24 Maret
2012 dari situs http://radiks.wordpress.com/2010/12/23/penanganan-efek-radiasi/
Hendriyanto. 2008. Proteksi Radiasi bagi pekerja Radiasi. Diakses tanggal 24 Maret 2012 dari
situs http://hendriyanto.web.id/proteksi/index2.htm
Anonim. 2009. Diakses tanggal 7 April 2012 dari situs http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi
Rubbina. 2010. Diakses tanggal 7 April 2012 dari situs
http://rubbina.wordpress.com/2010/02/15/sinar-x-dan-efek-radiasi-sinar-x-untuk-tubuh-manusia/
Anonim.2005. Diakses tanggal 10 April 2012 dari situs
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-3.htm
Ulum, M. Fakhrul. 2008. Diakses tanggal 21 April 2012 dari situs
http://www.bedahradiologi.fkh.ipb.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=99:prinsip-dasar-penggunaan-radiasi-dalam-
radiodiagnostik&catid=1:latest-news&Itemid=50
Bahaya Radiasi 25
Bahaya Radiasi 26