Upload
jenisatriani
View
58
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fisika dasar
Citation preview
DISUSUN OLEH:
ASISA
NIM 101414029
JURUSAN BIOLOGI
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika
mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan
waktu, seperti yang kita pelajari dalam fisika yaitu fluida, suhu dan kalor.
Kehidupan sehari-hari sering dijumpai sebuah bejana atau drum yang berisi
penuh memancarkan air melalui lubang-lubang kecil yang berada pada dindingnya
dengan pancaran yang berbeda-beda jumlahnya sesuai dengan letak lubang tersebut
dari permukaan air dalam bejana. Demikian pula bendungan air selalu dibuat dengan
bagian bawahnya lebih tebal (lebar) daripada bagian atasnya. Kedua contoh ini
menunjukkan bahwa tekanan yang dilakukan oleh zat cair yang berada dalam
keadaan diam (tidak mengalir) berbeda-beda besarnya sesuai dengan letak titik
tersebut dari permukaan air itulah contoh dari fluida.
Lain halnya dengan suhu dan kalor ketika kita memanaskan air di dalam ketel,
makin besar nyala api berarti makin besar kalor yang diberikan pada air tersebut, dan
menghasilkan kenaikan suhu air yang lebih besar daripada kenaikan suhu air
sebelumnya. Jika kalor yang sama diberikan pada ketel berisi air lebih sedikit, maka
kenaikan suhu air lebih cepat daripada kenaikan suhu air yang berisi air lebih banyak.
Akibatnya, pemanasan untuk selang waktu tertentu, suhu air pada ketel yang berisi air
lebih sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan suhu air pada ketel yang berisi air
lebih banyak. Jadi jelaslah bahwa ada hubungan antara banyak kalor (Q), kenaikan
suhu (T), dan massa air (m).
Demikian, untuk lebih memperjelas dari pembahasan di atas sehingga kita
akan membahas makalah yang berjudul “Fluida dan Suhu”.
1
B. Rumusan Masalah
FLUIDA
A. Apa itu fluida?
B. Apa dan bagaimana statika fluida?
C. Apa dan bagaimana dinamika fluida?
SUHU DAN KALOR
A. Bagaimana temperatur dan pemuaian?
B. Bagaimana kalor dan perubahan wujud zat?
C. Bagaimana proses perpindahan kalor?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami lebih jauh tentang konsep-konsep yang
berhubungan dengan materi fisika, khususnya materi yang berhubungan dengan
fluida dan suhu.
D. Manfaat
Kita dapat lebih mengetahui dan memahami tentang konsep-konsep yang
berhubungan dengan materi fluida dan suhu, serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
FLUIDA
A. Definisi Fluida
Berbagai macam pengertian dari fluida diantaranya yaitu:
1. fluida adalah zat yang dapat mengalami perubahan bentuk secara kontinu bila
terkena tegangan geser walaupun relatif kecil kecil. Gaya geser adalah
komponen gaya yang menyinggung permukaan dan jika dibagi dengan luas
permukaan tersebut menjadi tegangan geser rata-rata pada permukaan itu.
2. Fluida adalah gugusan yang tersusun atas molekul-molekul dengan jarak pisah
yang besar untuk gas dan kecil untuk zat cair. Molekul-molekul itu tidak
terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama
lain.
3. Fluida adalah benda yang dapat mengalami perubahan bentuk secara terus
menerus karena gaya gesek yang bekerja terhadapnya.
4. Fluida merupakan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang
mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Ketahanan fluida
terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah
mengikuti bentuk ruang.
B. Statika Fluida
1. Tekanan Fluida
Fluida adalah zat yang dapat mengalir baik berupa cairan maupun berupa
gas. Sedangkan statika fluida adalah fluida dalam keadaan diam.
Tekanan didefenisikan sebagai gaya persatuan luas
P= FA
= (gaya normal/ satuan luas)
3
A adalah elemen luas pada permukaan tertutup. Gaya oleh fluida pada
elemen luas adalah :
F=p Δ A , dimana F searah dengan Δ A .
p=ΔFΔA
p=limA→0
ΔFΔA
=dFdA
p adalah besaran skalar.
a. Tekanan dalam zat cair
Pandang suatu elemen volume di dalam fluida yang terletak pada jarak y
dari permukaan. Gaya horisontal, resultan gaya oleh tekanan fluida di sekitar
elemen = 0.
Gaya vertikal terdiri dari tekanan fluida dan berat elemen fluida. Dalam
keadaan diam ∑ F=0
P dx dz + g dx dy dz = (p + dp) dx dz.
dp = g dy
dpdy
=ρg
Jika tekanan pada permukaan adalah po dimana y = 0, maka :
p - po = gy
p = po + gy
b. Tekanan Udara
4
pgasPo
BA
y
po
poy
y1
y2
A B
Anggaplah bahwa kerapatan sebanding dengan tekanan :
ρρ0
=pp0
ρ=pp0
dpp
=gp0
dy
ln p−ln p0=−ρ0g
p0 yp=p0
−ρ0 gy
p0
dimana, po = tekanan udara pada permukaan
p = Tekanan udara pada ketinggian y
2. Mengukur Tekanan
a Mengukur dengan Manometer
Manometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan gas pada ruang tertutup.
Dalam keadaan setimbang, tekanan di titik
A = tekanan di titik B
p = po +
b. Barometer
Barometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan gas pada ruang terbuka.
Dalam keadaan setimbang :
po + gy1 = gy2
po = gy
5
F2
A2F1
A1
3. Hukum Pascal dan hukum Archimedes
a. Hukum Pascal
Seorang ilmuwan dari Perancis, Blaise Pascal (1623-1662) telah
menyumbangkan sifat fluida statis yang kemudian dikenal sebagai hukum
Pascal. Bunyi hukum Pascal itu secara konsep dapat dijelaskan sebagai
berikut.
“Jika suatu fluida diberikan tekanan pada suatu tempat maka tekanan itu akan
diteruskan ke segala arah sama besar.”
Dari hukum Pascal di atas dapat ditentukan perumusan untuk bejana
berhubungan pada seperti berikut.
Tekanan yang dilakukan pada zat cair yang
tertutup, diteruskan ke setiap bagian zat cair dan
dinding-dinding tempat zat cair sama besar.
p1 = p2
F1
A1
=F2
A2
b. Hukum Archimedes
Archimedes adalah seorang ilmuwan yang hidup sebelum masehi (287-
212 SM). Archimedes telah menemukan adanya gaya tekan ke atas atau gaya
apung yang terjadi pada benda yang berada dalam fluida (air). Pandangan
Archimedes dapat dirumuskan sebagai berikut.
“Jika benda dimasukkan dalam fluida maka benda akan merasakan
gaya apung yang besarnya sama dengan berat fluidayang dipindahkan”.
6
y
A
F2
F1y1
y2
Gaya pada bidang atas :
F1 = (po + gy1) A
Gaya pada bidang bawah :
F2 = (po + gy2) A
Gaya tekan ke atas :
FA = F2 – F1
= poA + gy2A – poA - gy1A
= gy2A - gy1A
= gA (y2 – y1)
= gyA
FA = gV
Jika benda dimasukkan dalam fluida atau air maka akan ada tiga
kemungkinan keadaannya, yaitu: tenggelam, terapung dan melayang.
(a) Benda akan tenggelam dalam fluida jika gaya tekan keatasnya tidak
mampu menahan beratnya.
FA < w
(b) Benda melayang dalam fluida syaratnya gaya tekan keatasnya harus sama
dengan berat bendanya.
FA = w
(c) Benda terapung dalam fluida syaratnya sama dengan benda melayang
yaitu gaya tekan keatasnya harus sama dengan berat bendanya.
FA = w
Perbedaan yang perlu diperhatikan adalah benda terapung memiliki
bagian yang di atas permukaan air.
7
C. Dinamika Fluida
1. Kontinuitas
Pada fluida yang bergerak memiliki besaran yang dinamakan debit. Debit
adalah laju aliran air. Besarnya debit menyatakan banyaknya volume air yang
mengalir tiap detik.
Q=Vt
dengan : Q = debit (m3/s)
V = volume air yang mengalir (m3)
t = waktu aliran (s)
Apabila melalui sebuah pipa maka volume air yang mengalir memenuhi
V = A . S. Jika nilai ini disubstitusikan ke persamaan di atas dapat diperoleh
definisi baru sebagai berikut.
Q = A.st
Q = A . v
dengan : A = luas penampang (m2)
v = kecepatan aliran (m/s)
Pipa aliran fluida atau air biasanya memiliki penampang yang tidak
sama. Contohnya pipa PDAM. Pipa aliran yang ada di jalan-jalan besar
diameternya bisa menjadi 30 cm tetapi saat masuk di perumahan bisa mengecil
menjadi 10 cm dan mencapai kran di rumah tinggal 20 cm. Jika air mengalir
tidak termanfaatkan maka akan berlaku kekekalan debit atau aliran fluida dan
dinamakan kontinuitas. Kontinuitas atau kekekalan debit ini dapat dituliskan
sebagai berikut. Cermati persamaan tersebut.
Q1 = Q2
A1 v1 = A2 v2
2. Azas Bernoulli
8
Seperti penjelasan di depan, kalian tentu sudah tahu bahwa keadaan
fluida ada yang diam dan ada yang bergerak. Fluida diam memiliki tekanan
yang dinamakan tekanan hidrostatis, P = ρgh. Besarnya sesuai dengan energi
kinetik, P = ρ v2. Pada suatu fluida ternyata berlaku kekekalan tekanan.
Kekekalan tekanan ini pertama kali dijelaskan oleh Bernoulli sehingga dikenal
sebagai azas Bernoulli. Azas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
P + ρgh + 12
ρv2 = kekal
Contoh berlakunya azas Bernoulli adalah
semprotan nyamuk. Coba perhatikan. Pada saat
udara dipompakan maka udara di atas selang
cairan akan bergerak cepat. Akhirnya tekanan
udara kecil dan cairan dapat tersedot ke atas.
Contoh peristiwa yang berlaku azas Bernoulli yang lain adalah seperti
pada kebocoran air di tangki. Sebuah bejana berisi penuh air. Bejana bocor pada
jarak h di bawah permukaan air. Kecepatan aliran kebocoran air dapat
ditentukan dengan Azas Bernoulli :
PA + ρghA +12
ρvA2 = PB + ρghB +12
ρvB2
Tekanan di titik A maupun B sama dengan tekanan udara PA= PB =
Pu, di titik A kecepatannya dapat dianggap nol vA = 0 karena luas
penampangnya jauh lebih besar dibanding kebocoran dan h = 0. Dari nilai-
nilai ini dapat diperoleh :
Pu + ρgh + ρ(0)2 = Pu + ρgh(0) +12
ρv2
V2 = 2 gh
V=√ 2g h
9
SUHU DAN KALOR
A. Temperatur dan Pemuaian
1. Temperatur
Konsep temperatur sebenarnya berawal dari perasaan manusia terhadap
materi yang disentuh atau dirasakannya. Manusia merasa “panas” pada siang
hari dan merasa “dingin” pada malam hari, atau merasa “panas” ketika
menyentuh air yang telah didihkan dan merasa “dingin” ketika menyentuh es.
Istilah temperatur atau suhu seringkali disalah artikan dengan istilah
panas. Temperatur menyatakan ukuran derajat panas suatu benda, sedangkan
panas adalah salah satu bentuk energi. Perasaan melalui sentuhan merupakan
cara yang paling sederhana untuk membedakan benda panas dengan benda
dingin, namun tidak akurat.
Pengukuran temperatur dalam kehidupan sehari-hari sangat penting.
Sebagai contoh; seorang dokter acapkali memeriksa temperatur (suhu)
pasiennya untuk mengetahui apakah ia demam atau tidak. Contoh lainnya
adalah sejumlah makanan tertentu harus dimasukkan kedalam ruang dengan
temparatur tertentu agar supaya tahan lama. Alat yang dipakai untuk
mengukur temperatur dengan teliti disebut termometer.
Banyak sifat fisis yang dapat diukur yang berubah sewaktu temperatur
yang ditanggapi secara psikologis berubah. Sifat fisis yang dimaksud itu
antara lain : volume sebuah cairan, panjang sebuah tongkat, hambatan listrik
atau kawat, warna sebuah kawat pijar (filamen) dan volume sebuah gas yang
dipertahankan dalam keadaan konstan. Masing-masing sifat tersebut disebut
sifat termometrik.
Misalkan X adalah sifat termometrik, T adalah temperatur maka,
T (X) = a X dengan a konstan
Dua temperatur yang diukur dengan termometer yang sama berada dalam
perbandingan yang sama dengan perbandingan nilai X-nya.
10
Τ ( Χ1)Τ (Χ 2)
=Χ1
Χ2
Untuk menentukan nilai konstan a ditentukan nilai titik tetap standar
dimana semua termometer harus memberikan bacaan yang sama untuk T (titik
triple air). Titik tetap ini dipilih pada titik dimana es, air, dan uap air bersama-
sama berada dalam kesetimbangan. Keadaan ini dicapai hanya pada tekanan
tertentu. Tekanan uap air pada titik triple adalah 4,58 mmHg. Pada titik
standar ini ditetapkan secara sebarang pada 273,16 Kelvin yang selanjutnya
disingkat K.
Jika nilai pada titik triple dinyatakan dengan indeks Tr, maka untuk
setiap termometer
Τ ( Χ )Τ (Χ Τr)
= ΧΧ Τr
atau T ( X )=273 ,16 ΚΧ
ΧΤr
Dengan mengganti sifat termometrik akan diperoleh :
- Untuk termometer cairan dalam gelas,
Τ ( L )=273 ,16 ΚL
LΤr
- Untuk gas pada tekanan konstan
Τ (V )=273 ,16 ΚV
V Τr
- Untuk gas pada volume konstan
Τ ( Ρ )=273 ,16 ΚP
PΤr
- Untuk termometer hambatan platina
Τ ( R )= 273 , 16 ΚR
RΤr
11
Hubungan antara dua skala termometer dapat ditentukan berdasarkan
perbandingan titik tetap atas (titik didih) dan titik tetap bawah (titik beku).
Misal, pada tekanan 1 atmosfir (atm),
- temperatur es mencair pada skala 320F
- temperatur uap air mendidih pada skala 2120F
- temperatur es mencair pada skala 00C
- temperatur uap air medidih pada skala 1000C
Perbandingan skala penunjukan termometer Fahrenheit dan Celsius
sebagai berikut :
Τ 0C−Titik Tetap Bawah (C )Τ 0 F−TitikTetap Bawah ( F )
=Titik Tetap Atas (C )−Titik Tetap Bawah (C )Titik Tetap Atas ( F )−Titik Bawah ( F )
Τ 0C−0
Τ 0 F−32=100−0
212−32
Τ 0C=59
(Τ 0 F−32 ) atau Τ 0 F=95
Τ 0C+32
Selanjutnya, diantara sekian banyak jenis termometer, maka
termometer volume cairan merupakan jenis paling populer karena kemudahan
dalam kalibrasi dan penggunaan. Termometer ini dibuat dari pipa kaca dengan
diisi cairan tertentu. Sebagai bahan untuk mengisi pipa termometer banyak
digunakan raksa (Hg) karena raksa mempunyai kelebihan sifat-sifat yaitu : (i)
pemuainya teratur, (ii) titik bekunya rendah (-39C) dan titik didihnya tinggi
(357 C), (iii) mudah dilihat, dan (iv) tidak membasahi dinding tempatnya.
Untuk mengukur temperatur suatu benda yang sangat rendah,
termometer raksa tidak lagi dapat digunakan karena raksa akan membeku
sebelum mencapai yang diukur untuk maksud itu, dapat digunakan
termometer alkohol (Titik beku alkohol pada –1120C dan titik didihnya 780C).
Berdasarkan tujuannya, dikenal jenis termometer :
12
1. Termometer klinik atau termometer demam
Termometer klinik umumnya digunakan untuk mengukur temperatur
tubuh manusia karenanya sering juga disebut termometer badan. Skala
termometer ini dibuat dari 350C sampai 420C.
2. Termometer maksimum atau minimum
Termometer ini digunakan untuk mengetahui maksimum dan
minimum cuaca di sekitar kita selama selang waktu tertentu. Misalnya, selama
satu minggu. Termometer ini dilengkapi dengan dua buah indeks yang terbuat
dari besi. Besi memiliki massa jenis yang lebih kecil daripada raksa. Oleh
sebab itu, besi dapat terapung di dalam air raksa, tetapi tenggelam di dalam
alkohol.
Selain termometer di atas dikenal pula termometer lain yang memiliki
ketelitian yang lebih tinggi antara lain:
- Termometer resistor (Termistor); termometer ini bekerja dengan
menggunakan hambatan sebagai sifat termometrik
- Termocuople; termometer ini bekerja dengan menggunakan gaya gerak
listrik sebagai sifat termometrik.
2. Pemuaian
Secara umum semua materi akan mengalami pemuaian jika
dipanaskan (kecuali air pada antara 00 C dan 40 C serta bismut). Pemuaian
tersebut terjadi ke segala arah sehingga semua ukuran benda akan mengalami
perubahan.
1. Pemuaian Benda Padat
Jika benda padat kita panaskan, partikel-partikelnya bergerak lebih
cepat daripada sebelumnya sehingga jarak antara partikel yang satu dengan
lainnya akan semakin besar. Oleh sebab itu, ukuran panjang, luas, maupun
volumenya bertambah besar.
13
a. Muai Panjang
Tiap materi memiliki pemuaian yang berbeda-beda, sehingga untuk
membedakan sifat muai berbagai zat digunakan konsep koefisien muai. Untuk
pemuaian panjang digunakan konsep koefisien muai panjang yang dapat
didefenisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang zat dengan
panjannya semula untuk tiap kenaikan satu satuan temperatur.
Jika koefisien muai panjang dinyatakan dengan lambang , panjang
batang sebelum dipanaskan adalah 10 dan panjang batang sesudah dipanaskan
adalah 1, maka setelah dipanaskan selama T, pertambahan panjang 1-10= 1.
Besaran-besaran di atas dapat disajikan dalam bentuk
α= Δℓℓ0 ΔΤ
atau Δℓ=α ℓ0 Δ Τ
Dengan demikian besarnya perubahan panjang benda setelah
dipanaskan bergantung pada:
perubahan temperatur,
panjang mula-mula, dan
jenis bahannya.
14
Kofesien muai panjang untuk beberapa jenis bahan dapat dilihat
didalam tabel dibawah ini Nilai kofisien nilai panjang untuk beberapa jenis
bahan dalam satuan 0C-1 atau K-1
Tabel 6.1. koefesien muai panjang dari beberapa jenis zat padat
Jenis Bahan Koefesien Muai Panjang (0C-1)
Kaca
Baja
Alimanium
Pierk
Platina
Tembaga
0,000009
0,000011
0,000026
0,000003
0,000009
0,000007
b. Muai luas
Jika benda yang dipanaskan tidak berbentuk batang misalnya
berbentuk keping empat persegi panjang, atau keping lingkaran, maka yang
akan diperhatikan adalah muai luasnya
Kofisien muai luas ini dinyatakan dengan simbol
β= ΔAA0 ΔΤ
dengan β=2 α
c. Muai ruang.
Jika benda tidak berbentuk batang ataupun keping, tetapi berbentuk
balok, bola dan sebagainya maka yang diperhatikan adalah muai rungannya
15
sebab mulai benda kesemua arah (kearah panjang, lebar, dan tingginya) tidak
boleh diabaikan
Koefisien muai ruang ini dinyatakan dengan simbol
γ= ΔVV 0 ΔΤ
dengan γ=3 α
2. Pemuaian Zat Cair
Pemuaia zat cair sebenarnya sudah teramati dalam termometer
(silahkan Anda pikirkan !). Cara lain untuk menyelidiki sifat muai pada zat
cair yaitu dengan menggunakan alat yang terdiri atas bejana kaca yang
dilengkapi dengan pipa kaca. Masing-masing alat diisi dengan zat cair yang
berlainan, misalnya minyak tanah, minyak sayur, dan minyak olie dengan
volum yang sama, sehingga permukaan zat cair yang tampak pada pipa kaca
sama tinggi. Kemudian semua alat tadi dimasukkan seluruhnya ke dalam bak
air. Jika air dalam bak dipanaskan sambil diaduk, setelah beberapa lama, akan
nampak bahwa permukaan setiap zat cair besarnya berbeda. Nilai koefesien
muai ruang zat cair untuk beberapa jenis zat.
Tabel 6.2. Koefesien muai ruang zat cair untuk beberapa jenis zat
Jenis Zat Cair Koefesien Muai Ruang
Alkohol (menthy)
Alkohol (ethyl)
Gliserin
Minyak parafin
Raksa
0,0012
0,0011
0,0005
0,0009
0,0002
16
3. Pemuaian Gas
Pengaruh temperatur terhadap gas, dapat dilihat dengan menggunakan
dilatometer dapat dinaikkan temperaturnya dengan jalan memegang bola
dilatometer dengan tangan dengan asumsi temperatur tangan lebih tinggi
daripada temperatur udara. Jika udara dalam bola kaca naik temperaturnya,
pada ujung pipa dilatometer akan nampak gelembung-gelembung udara keluar
dari ujung pipa. Peristiwa ini menunjukkan bahwa karena kenaikan temperatur,
udara dalam dilatometer memuai dan mendesak zat cair untuk keluar dari pipa.
Jika pemuaian volum gas tersebut dibatasi sehingga tidak bebas
mengembang, gas akan memberikan tekanan yang besar. Oleh sebab itu, jika
tempatnya tidak dapat menahan tekanan gas, tempat itu akan pecah. Dari hasil
eksperimen, dapat diketahui bahwa muai untuk semua jenis gas nilainya sama
yaitu 1/273 K.
B. Kalor dan Perubahan Wujud Zat
1. Kalor
Bila dua sistem yang temperaturnya berbeda disatukan, maka
temperatur yang dicapai oleh kedua sistem tersebut berada diantara dua
temperatur yang dicapai oleh kedua sistem tersebut berada diantara dua
temperatur awal. Hasil eksperimen Benyamin Thompson dalam pemboran
meriam menunjukkan bahwa kalor timbul akibat adanya energi mekanik atau
dengan kata lain kalor merupakan salah bentuk energi. Hal ini didukung oleh
hukum kekekalan energi bahwa energi dapat berubah bentuk dan dapat
berpindah dari suatu sistem ke sistem yang lain.
a. Kuantitas Kalor dan Kalor Jenis
Jika 1 gram air dinaikkan dari 250C hingga 260C (1 derajat) dapat
dikatakan bahwa pada 1 gram air tersebut telah diberikan (telah menerima) 1
kalori kalor. Sebaliknya 1 gram air yang turunnya 1 derajat dikatakan
17
kehilangan 1 kalori kalor. Banyaknya kalor yang diterima/dilepas ini
didefenisikan sebagai kuantitas kalor Q.
Besar kuantitas kalor Q dipengaruhi oleh massa zat, perubahan
temperaturnya dan jenis zat. Hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan:
Q = m . c. T
dimana, m = massa zat,
c = kalor jenis zat,
T = Selisih temperatur akhir dengan awal
Azas Black
Kita ketahui bahwa kalor berpindah dari satu benda yang bersuhu tinggi
ke benda yang bersuhu rendah. Perpindahan ini mengakibatkan terbentuknya
suhu akhir yang sama antara kedua benda tersebut. Ketika membuat susu atau
kopi, Sewaktu susu diberi air panas, kalor akan menyebar ke seluruh cairan susu
yang dingin, sehingga susu erasa hangat. Suhu akhir setelah percampuran antara
susu dengan air panas disebut suhu termal (keseimbangan). Kalor yang
dilepaskan air panas akan sama besarnya dengan kalor yang diterima susu yang
dingin. Kalor merupakan energi yang dapat berpindah, prinsip ini merupakan
prinsip hukum kekekalan energi. Hukum kekekalan energi di rumuskan pertama
kali oleh Joseph Black (1728 – 1899). Oleh karena itu, pernyataan tersebut juga
di kenal sebagai asas Black. Joseph Black merumuskan perpindahan kalor antara
dua benda yang membentuk suhu termal sebagai berikut.
Qlepas = Qterima
Keterangan:
Qlepas = besar kalor yang diberikan (J)
Qterima = besar kalor yang diterima (J)
18
2. Perubahan Wujud
Pemberian kalor pada suatu zat itu tidak selalu menyebabkan
temperaturnya naik. Pada saat tertentu selama pemberian kalor tidak terjadi
perubahan temperatur. Pada keadaan ini terjadi perubahan wujud, misalnyna
dari wujud padat menjadi cair, atau dari cair menjadi gas.
1. Melebur dan Membeku
Pada saat zat membeku, meskipun didinginkan, temperatur zat itu tetap,
selama masih ada yang berwujud cair. Ini berarti bahwa pada waktu membeku
zat tetap melepaskan kalor. Pada waktu meleburpun temperatur zat tetap,
meskipun zat terus dipanaskan ini berarti bahwa pada waktu melebur zat
memerlukan kalor.
Kalor yang diperlukan atau dilepaskan oleh berbagai zat yang massanya
sama ketika melebur atau membeku ternyata berbeda-beda bergantung pada
jenis zat. Untuk membedakan kalor yang diperlukan atau dilepaskan ini
digunakan konsep kalor laten, atau kalor tersembunyi sebab kalor itu tidak
tampak. Dalam bentuk perubahan temperatur. Kalor yang diperlukan untuk
melebur disebut kalor laten peleburan, atau kalor lebur, sedangkan kalor yang
dilepaskan pada waktu zat membeku disebut kalor laten pembekuan, atau kalor
beku. Kedua jenis kalor tersebut untuk zat yang sama adalah sama. Kalor lebur
sama dengan kalor beku. Kalor lebur suatu zat didefenisikan sebagai kalor yang
diperlukan untuk melebur satu satuan massa zat itu sampai seluruhnya melebur
pada titik leburnya. Bila untuk zat yang massanya m diperlukan kalor sebesar Q
untuk meleburkan seluruh zat itu pada titik leburnya, maka berdasarkan defenisi
di atas, kalor lebur L zat itu adalah:
L = Q/ L atau Q = mL
2. Menguap dan Mengembun
Menguap ialah perubahan ujud zat cair menjadi gas atau uap. Beberapa
jenis zat seperti kapur barus dan iod, dapat langsung berubah wujud dari padat
19
menjadi uap. Peristiwa ini diberi nama khusus yaitu sublimasi. Peristiwa
sebaliknya yaitu dari uap langsung menjadi padat, juga disebut sublimasi.
Penguapan atau pengembunan dapat terjadi pada setiap temperatur.
Kalor laten penguapan/pengembunan suatu zat dapat didefinisikan sebagai kalor
yang diperlukan/dilepaskan pada waktu satu satuan massa zat itu
menguap/mengembung pada titik didih normalnya.
C. Perpindahan Kalor
Telah dibahas sebelumnya bahwa kalor sebagai salah satu bentuk energi
dapat berpindah dalam satu sistem atau dari suatu sistem kesistem yang lain.
Perpindahan kalor adalah perpindahan energi. Berdasarkan prosesnya, di kenal
tiga cara kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, yaitu;
1. Cara konduksi
Bila dipanaskan ujung sepotong logam sambil memegang ujungnya
yang lain, berapa waktu kemudian ujung yang lainnya juga menjadi panas.
Kalor dapat meramdat melalui batang logam tanpa ada bagian-bagian logam
yang pindah bersama kalor itu. Inilah yang disebut konduksi. Satu syarat
terjadinya konduksi kalor pada suatu zat ialah adanya perbedaan temperatur
antara dua tempat di dalam zat itu. Kalor pindah dari tempat yang
temperaturnya tinggi ke tempat yang temperaturnya rendah.
Berdasarkan kemampuan zat mengantarkan kalor dengan cara konduksi,
zat dapat digolong-golongkan menjadi dua golongan besar, yaitu konduktor dan
isolator.
Banyaknya kalor Q yang mengalir dari ujung temperatur T1 ke ujung
bertemperatur T2 dapat dinyatakan dengan persamaan:
Q = kLtd
ΔΤ
k pada persamaan ini merupakan satu tetapan yang bergantung pada jenis satu
zat yang disebut konduktivitas termal (konduktivitas kalor).
20
2. Konveksi
Pada konveksi kalor pindah karena berpindahan fluida (zat cair atau
gas) yang menerima kalor (dipanaskan). Perpindahan fluida pada konveksi
ada yang terjadi secara alamiah, ada yang terjadi karena dialirkan
(perpindahan “paksa”). Karena itu dibedakan dua macam konveksi yaitu
konveksi alamiah dan konduksi paksa. Arus zat alir yang terjadi karena
konveksi arus zat alir disebut arus konveksi.
3. Radiasi
Pada radiasi energi yang berpindah dengan cara merambat tanpa
memerlukan zat perantara. Perpindahan ini terjadi dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Karena tidak membutuhkan perantara seperti halnya
konveksi, radiasi terjadi pada setiap benda yang memiliki kalor yang lebih
tinggi terhadap benda yang memiliki kalor yang lebih rendah. Besarnya kalor
yang diradiasikan oleh suatu benda bergantung pada pangkat empat
temperatur mutlak benda tersebut.
Secara matematis pernyataan besar kalor radiasi dapat dituliskan:
E = e T4 (6-15)
Dengan e adalah emisivasi termal (0<e<1, bergantung pada zat),
kontanta boltzman 5,7.10-8 Wm-2K-4 dan T temperatur mutlak benda.
21
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
1. FLUIDA
a) Fluida statis memiliki tekanan yang tergantung pada massa jenis dan
kedalamannya. P = ρ g h
b) Jika sebuah benda dirasakan dalam fluida maka benda akan merasakan gaya
tekan ke atas sebesar: F = ρ g V
c) Ada tiga keadaan benda akibat pengaruh gaya tekan ke atas atau gaya
Archimedes:a. Tenggelam: w > FA,b. Melayang: w = FA,c. Terapung: w = FA
d) Fluida yang bergetar yang tidak termampatkan akan memenuhi kekekalan debit
atau kontinuitas: A1 v1 = A2 v2
e) Azas Bernoulli menjelaskan tentang kekekalan tekanan:P +1/2 ρ v2 + ρ g h =
tetap
2. SUHU DAN KALOR
a) Suhu merupakan derajat panas atau dinginnya suatu benda.
b) Berdasarkan penetapan skala termometer dibedakan menjadi empat jenis,
yaitu termometer Celsius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin.
c) Kalor adalah salah satu bentuk energi panas yang dapat berpindah dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
d) Perpindahan kalor ada tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
B. Saran
Dari makalah ini, sekiranya perlu Pembelajaran lebih lanjut mengenai fluida,
suhu dan kalor. Sehingga, demikian kita dapat lebih memahami dan mengerti
mengenai teori, konsep-konsep fluida, suhu dan kalor, dan dapat mengaplikasikannya
ke dalam kehidupan sehari-hari.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. http://definisi-fluida.com. Diakses pada tanggal 10 Januari 2011 di Makassar.
Anonim. 2010. http://suhu-kalor.com. Diakses pada tanggal 12 Januari 2011 di Makassar.
Tim Pengajar. 2007. Fisika Dasar. Makassar : Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar.
23
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “fluida, suhu dan kalor”.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
dalam kesempatan inipenulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan tangan
terbuka menerima masukan, saran, dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Makassar, Januari 2011
Penulis
i24
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................................... 2
D. Manfaat.................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
FLUIDA
A. Definisi Fluida.............................................................................. 3
B. Statika Fluida ............................................................................... 3
C. Dinamika Fluida........................................................................... 8
SUHU DAN KALOR
A. Temperatur dan Pemuaian............................................................ 10
B. Kalor dan Perubahan Wujud Zat............................................................ 17
C. Perpindahan Kalor ....................................................................... 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 22
B. Saran...................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 23
ii25