30
MAKALAH PROBLEM BASED LEARNING BLOK 30 EMERGENCY MEDECINE II ( PATOLOGI FORENSIK) PRISCILLA SAMUEL ([email protected]) 10-2007-140

makalah forensik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah forensik

MAKALAH PROBLEM BASED LEARNING

BLOK 30EMERGENCY MEDECINE II

( PATOLOGI FORENSIK)

PRISCILLA SAMUEL([email protected])

10-2007-140

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

2010

Page 2: makalah forensik

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran forensic, juga dikenal dengan nama Legal medicine, adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran, yangmempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegak hukum serta keadilan.1

Patologi forensik (Inggris: forensic) berasal dari bahasa Latin, forum, adalah cabang patologi berkaitan dengan penentuan penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan atas mayat (autopsi). Autopsi mayat dilakukan oleh patolog atas permintaan pejabat berwenang dalam kerangka investigasi terhadap kasus kejahatan atau kasus perdata pada beberapa wilayah hukum. Melalui patologi forensik identitas mayat umumnya dapat dikonfirmasikan.2

Dokter dalam hal ini dapat bergerak pada kedokteran hukum (atau forensik). Sementara seorang pengacara dengan kepentingan identik dikatakan dalam yurisprudensi medis.3

Hasil pemeriksaan forensik dapat dibuat dalam bentuk visum et repertum. Visum et repertum sendiri adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medic terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.1

BAB II

Kasus

Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh dengan batu-batuan dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat kesebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relative mendatar, namun leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki cirri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.

    

Page 3: makalah forensik

BAB III

Identifikasi Korban

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata.Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.4

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak , membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan).4

Identifikasi forensik meliputi:

1. Pemeriksaan sidik jari

Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem.Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatan nya untuk menentukan identitas seseorang.Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastic.4,5

Sidik jari dapat ditinggalkan di hampir semua benda-benda fisik atau permukaan dan ketika tertinggal dalam kondisi yang tepat mereka dapat tetap di sana selama beberapa tahun. Setiap sidik jari yang unik untuk individu dan tidak ada dua sidik jari yang pernah ditemukan harus sama. Bahkan kembar identik yang berbagi genetika DNA yang sama akan memiliki sidik jari yang berbeda. Ketika menganalisis sidik jari masing-masing berisi pola-pola yang memungkinkan mereka harus diklasifikasikan dan dibedakan dari satu dan lainnya. Menggunakan analisis sidik jari umum adalah untuk membantu mengidentifikasi korban saksi, tidak diketahui, atau tersangka dalam investigasi kriminal. Analisis sidik jari juga digunakan untuk memverifikasi catatan dan yang paling penting menyediakan link antara tersangka dan kejahatan.6

2. Metode Visual

Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya.Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang.Hal ini

Page 4: makalah forensik

perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.4,5

3. Pemeriksan Dokumen

Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut.Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.4,5

4. Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan

Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.Khusus anggota ABRI, identifikasi dipemudah oleh adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam yang dipakainya.4,5

5. Identifikasi Medik

Metode ini menggunakan data umum dan data khusus.Data umum meliputi tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga ketepatan nya cukup tingi.Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini.Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, prkiraan umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.4,5

6. Pemeriksaan Gigi

Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (Odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan rahang.Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas.Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding antemortem.4,5

7. Pemeriksaan Serologik

Page 5: makalah forensik

Pemeriksaan serologik betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang. Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang akurasi nya sangat tinggi.4

Pemeriksaan DNA sendiri menggunakan konsep polomorfisme genetic. Sifat polimorfik ini disamping menunjukkan variasi individu, juga memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk membedakan satu orang dari yang lain.4,5

8. Metode Eksklusi

Metode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya. Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode indentifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode-metode tersebut diatas, maka sisa korban diindentifikasi menurut daftar penumpang.4,5

9. Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)

Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan jaringan berasal dari manusia atau hewan.Bilamana berasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan tersebut dari satu tubuh.Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan, dan keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.4,5

Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin).4,5

Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemriksaan makroskopik dan harus diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin seks wanita, seperti Drumstick pada leukosit dan badan Barr pada sel epitel serta jaringan otot.4,5

10. Identifikasi Kerangka

Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur dan tinggi badan, ciri-ciri khusus dan deformitas serta bila memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah.Dicari pula tanda-tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian.Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memeperhatikan kekeringan tulang.4,5

Bila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi dengan membandingkan data antemortem.Bila terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi, yaitu dengan jalan menumpukkan foto Rontgen tulang tengkorak diatas foto wajah orang tersebut yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pengambilan yang sama.Dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan.4,5

Page 6: makalah forensik

11. Pemeriksaan Anatomik

Dapat memastikan bahwa kerangka adalah kerangka manusia.Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik/ reaksi presipitin dan histologi (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers).4,5

12. Penentuan Ras

Penentuan ras dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada tengkorak, gigi geligi, tulang panggul atau lainnya.Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras Mongoloid. 4,5

Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta skapula dan metakarpal.Sedangkan tinggi badan dapat diperkirakan dari panjang tulang tertentu, dengan menggunakan rumus yang dibuat oleh banyak ahli. 4,5

Melalui suatu penelitian, Djaja Surya Atmaja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia; 4,5

TB = 71,2817 + 1,3346 (tib) +1,0459(fib) (lk 4,8684) TB = 77,4717 + 2,1889 (tib) + (lk 4,9526) TB = 76,2772 + 2,2522 (fib) (lk 5,0226)

Tulang yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2 milimeter dari tulang yang segar, sehingga dalam menghitung tingi badan perlu diperhatikan.

Rata-rata tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan wanita.Apabila tidak dibedakan, maka diperhitungkan ratio laki-laki banding wanita adalah 100:90. Selain itu penggunaan lebih dari satu tulang sangat dianjurkan.(Khusus untuk rumus Djaja SA, panjang tulang yang digunakan adalah panjang tulang yang diukur dari luar tubuh berikut kulit luarnya). 4,5

Ukuran pada tengkorak, tulang dada, dan telapak kaki juga dapat digunakan untuk menilai tinggi badan.Bila tidak diupayakan rekonstruksi wajah pada tengkorak dengan jalan menambal tulang tengkorak tersebut dengan menggunakan data ketebalan jaringan lunak pada berbagai titik di wajah, yang kemudian diberitakan kepada masyarakat untuk memperoleh masukan mengenai kemungkinan identitas kerangka tersebut. 4,5

BAB IV

Aspek Hukum dan Prosedur Medikolegal

Page 7: makalah forensik

Posisi dokter dimata hukum, diatur oleh undang –undang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dalam lingkup yang lebih khusus dikenal dengan nama medikolegal.

Pasal 1337

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Pasal 1347

(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.

(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.

(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

Pasal 1357

Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan pasal 134 ayat (1) undang-undang ini.

Pasal 1797

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakirnan atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

BAB V

Page 8: makalah forensik

Pemeriksaan Medis

Traumatologi forensic

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.8

Secara mekanik trauma dapat dibagi menjadi: Kekerasan oleh benda tajam 8,9

Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:

1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.

2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.

Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat

perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu.

Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang

disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka.

1. Abrasi

2. Laserasi

3. Kontusi/ruptur

4. Fraktur

5. Kompresi

6. Perdarahan

 

Abrasi

Abrasi per definisi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja

yang terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis)atau lebih dalam lagi sampai ke

jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh

darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan

dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah

dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang

menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.

Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya. Waktu

terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat

ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah

saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari),

beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi

dapat terjadi pada abrasi yang luas.  

 

 

 

Page 9: makalah forensik

Kontusio Superfisial

Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu

yang singkat. Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat

menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Pada orang

dengan kulit berwarna memar sulit dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari nyeri tekan yang

ditimbulkannya.

Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu

tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standart pasti

untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.

Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan

menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan

pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar menjadi gelap.

Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk menentukan waktu

terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut

pun bergantung pada keahlian pemeriksa.

Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah

dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan

syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di

bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat

menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat

media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran

darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat

hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangren.

Efek lanjut lain dapat timbul pada tekanan mendadak dan luas pada jaringan subkutan.

Tekanan yang mendadak menyebabkan pecahnya sel – sel lemak, cairan lemak kemudian

memasuki peredaran darah pada luka dan bergerak beserta aliran darah dapat menyebabkan

emboli lemak pulmoner atau emboli pada organ lain termasuk otak. Pada mayat dengan kulit

yang gelap sehingga memar sulit dinilai sayatan pada kulit untuk mengetahui resapan darah

pada jaringan subkutan dapat dilakukan dan dilegalkan.

 

Kontusio pada organ dan jaringan dalam

Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang

berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan

kelainan fungsi dan bahkan kematian.

Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi

peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi

peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran,

koma dan kematian. Kontusio dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan

gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang

mengontrol pernapasan dan peredaran darah.

Page 10: makalah forensik

Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit pada

daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat menyebabkan

gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot

jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung.

Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan

perdarahan pada rongga tubuh. 

 

Laserasi

Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari jaringan

subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip

untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh

benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan

jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari

laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang

lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.

            Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya

tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler,

kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi

dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi

laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar

juga  menunjukkan arah awal kekerasan.

            Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan

tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum

robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk

permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung

laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow tails”.

Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.

            Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan

tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang

berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan

darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau

krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi

saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan

selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan

struktur lain.

            Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka

atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari

beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat

korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.

            Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya

robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus.

Page 11: makalah forensik

Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan

perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya

diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari

permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka  masuk ke dalam jaringan. Port d entree

tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.  Bila luka

terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di

gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut.

Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat

menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada

organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati

dan limpa.

            Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat

terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.

 

Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi

Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat

menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya dan lecet pada

pukulan selanjutnya.  Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu

pukulan.

 

Fraktur

Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah hanya memiliki sedikit

makna pada ilmu forensik.  Pada bedah, fraktur dibagi menjadi fraktur sederhana dan komplit

atau terbuka.

            Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa faktor

seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya masih lunak, sehingga apabila terjadi

trauma khususnya pada tulang tengkorak dapat menyebabkan kerusakan otak yang hebat

tanpa menyebabkan fraktur tulang tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah mengalami

osteoporosis, dimana dapat terjadi fraktur pada trauma yang ringan. 

            Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk mengetahui ada

tidaknya fraktur dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan sinar X, mulai dari fluoroskopi, foto

polos. Xero radiografi merupakan teknik lain dalam mendiagnosa adanya fraktur.

            Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari fraktur dapat

menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang tengkorak), arah kekerasan.

Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang mengalami penyembuhan berbeda dengan

fraktur biasanya. Jangka waktu penyembuhan tulang berbeda-beda setiap orang. Dari

penampang makros dapat dibedakan menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan,

sebagian telah sembuh, dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat dibedakan

berdasarkan akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat dibedakan daerah yang fraktur

dan daerah penyembuhan. Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi yang cukup

tinggi. Daerah fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi seperti tulang aslinya. 

Page 12: makalah forensik

            Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila perdarahan sub

periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ tersebut. Apabila

terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan

lunak yang menyebabkan pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang. Apabila

terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah yang banyak dan dapat

menyebabkan pasien shok sampai meninggal. Shok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah

selalu sebanding dengan fraktur yang dialaminya.

            Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain. Gejala pada

emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya fraktur dan dapat

menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru berupa distres pernafasan dapat

terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli

sumsum tulan atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah fraktur.

            Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi tidaklah

begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat membuat hematom ekstra

dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak

dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma

hingga kematian.

 

Kompresi

Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek lokal maupun

sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran

udara.  

 

Perdarahan

Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan kompresi. Kehilangan

1/10 volume darah tidak menyebabkan gangguan yang bermakna. Kehilangan ¼ volume darah

dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan ½ volume darah

dan mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada kematian. Kecepatan perdarahan

yang terjadi tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis perlukaan

yang mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong, akan terjadi

perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh sendiri.Apabila luka pada arteri besar berupa

sayatan, seperti luka yang disebabkan oleh pisau, perdarahan akan berlangsung lambat dan

mungkin intermiten. Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh tembakan akan

mengakibatkan luka yang sulit untuk dihentikan oleh mekanisme penghentian darah dari

dinding pembuluh darah sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu

perdarahan yang berasal dari arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari

vena.

Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat apabila terjadi

perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan

perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan penyakit hemofili dan

gangguan pembekuan darah, serta orang-orang yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu

Page 13: makalah forensik

alcohol biasanya tidak memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga

cenderung memiliki perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan

oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari penyakit atau

kondisi lain yang turut berperan dalam menciptakan atau memperberat situasi perdarahan.

  

Pola trauma

Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang mengarah

kepada kepentingan medikolegal. Contohnya :

1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat  terjadi

kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-fagmen

kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk

segiempat atau sudut.

2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang

panjang kaki. Hal ini disebut ‘bumper fractures’. Adanya fraktur tersebut yang disertai

luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban

adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi

bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor ‘nose dive’ ketika mengerem

mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak kaki, dapat

mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem pada saat

kecelakaan terjadi.

3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka

pada dan di bawah area ‘hat band’ dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan

adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul.

4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan

tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun

menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. Frenum pada

bibir atas kadang rusak, terutama bila korban adalah bayi yang sering mendapat

pukulan pada kepala

 

Pola trauma banyak macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal. Kadangkala

sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa cenderung

memeriksa area per area , dan gagal mengenali polanya. Foto korban dari depan maupun

belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma.  Persiapan diagram tubuh yang

memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang yang baik untuk

mengungkapkan pola trauma.

TRAUMA TAJAM

Benda tajam seperti pisau, pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet menyebabkan luka

yang dapa dikenali oleh pemeriksa. Tipe lukanya akan dibahas di bawah ini :

Page 14: makalah forensik

 

Luka insisi

Luka insisi disebabkan gerakan menyayat dengan benda tajam seperti pisau atau silet. Karena

gerakan dari benda tajam tersebut, luka biasanya panjang, bukan dalam. Panjang dan

kedalaman luka dipengaruhi oleh gerakan benda tajam, kekuatannya, ketajaman, dan keadaan

jaringan yang terkena. Karakteristik luka ini yang membedakan dengan laserasi adalah tepinya

yang rata.  

 

Luka Bacok

Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau membacok dengan menggunakan

instrument yang sedikit tajam dan relatif berat seperti kapak, kapak kecil, atau parang.

Terkadang bayonet dan pisau besar juga digunakan untuk tujuan ini. Luka alami yang

disebabkan oleh senjata jenis tersebut bervariasi tergantung pada ketajaman dan berat senjata.

Makin tajam instrument makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet yang dibuat oleh

instrument tajam yang lebih kecil, penipisan terjadi pada tempat dimana bacokan dibuat. Abrasi

lanjutan dapat ditemukan pada jenis luka tersebut pada sisi diseberang tempat penipisan, yang

disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada instrumen pembacok yang diarahkan pada

kepala, sudut besatan bilah terkadang dapat dinilai dari bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi

pipih bilah bisa meninggalkan cekungan pada salah satu sisi patahan, sementara sisi yang lain

dapat tajam atau menipis.

Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga tulang di bawah

luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan menggunakan

instrumen yang lebih berat. Pernah dilaporkan bahwa parang dapat membuat seluruh gigi

lepas. Kerusakan tulang yang hebat tidak pernah disebabkan oleh pisau biasa. Juga perlu

dicatat kemungkinan diakukannya pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya

melepaskan senjata. Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan tekanan, dapat mengakibatkan

pergeseran tulang, umumnya didekat kaki-kaki luka bacok.

Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah perdarahan. Disfungsi

karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat dicatat. Luka tusuk yang dalam dapat

mengenai organ-organ dalam. intrumen teramat kecil yang menyebabkan luka tipe tusuk dapat

menyebabkan luka kecil yang dengan keelastisan dari jaringan normal dapat kembali tertutup

setelah intrumen dicabut, dan tidak ada darah yang keluar setelahnya. Pemecah es, awls, dan

hatpins diakui dapat menyebabkan luka jenis tersebut. Sebagimana telah didiskusikan pada

pembahasan luka tembak, bentuk alami terpotongnya arteri besar dan jantung oleh karena luka

tusuk menyebabkan perdarahan lebih lambat dibandingkan kerusakan yang sama yang

disebabkan luka tembak.

Pada keadaan tertentu, senjata yang tidak umum digunakan, menyebabkan luka tusuk,

lecet, atau bacok. Anak panah berburu yang setajam silet yang umumnya dipakai jarak jauh,

pernah juga dipakai untuk menusuk korban dengan tangan. Potongan tajam gelas, botol pecah,

dan objek gelas lain yang tajam terkdang dipakai sebagai senjata untuk merobek atau

Page 15: makalah forensik

menusuk. Pisau bedah, jarum jahit, dan tonggak tajam dapat digunakan sebagai senjata yang

mematikan.

Beberapa catatan sebaiknya dibuat mengenai kerusakan yang tertutupi oleh instrumen

tajam yang dipakai sebagai sejata untuk menusuk. Jika pisau bermata dua atau sejata sejenis

digunakan, tepi pemotongan yang tajam menyebabkan sudut tajam atau robekan dengan kaki-

kaki bersudut akut. Senjata bermata satu seringkali menyebabkan salah satu kaki luka bersudut

tajam dan yang satunya tumpul. Pemeriksaan pakaian korban penusukan dapat memeberi

perkiraan ciri-ciri senjata yang digunakan. Pemeriksaan tersebut menjadi sangat penting

nilainya apabila luka tusuk diperlebar oleh dokter bedah untuk tujuan menilai luka secara lebih

akurat untuk kepentingan medikolegal. Pemeriksaan ini juga penting untuk menilai apakah

senjata benar-benar menembus pakaian hingga kelapisan dibawahnya. Beberapa individu yang

menggunakan senjata tajam untuk bunuh diri dapat membuka sedikit bagian pakaiannya

sehingga tidak akan ditemukan robekan tembus pada pakaian. Tidak adanya kerusakan pada

pakaian yang dipakai oleh korban, padahal luka terdapat pada area yang tertutupi pakaian,

dapat menunjukkan bahwa kematian disebabkan masalah internal.

Terdapat 2 tipe luka oleh karena instrumen yang tajam dikenal dengan baik dan memiliki

ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. ”tanda percobaan” adalah insisi dangkal, luka tusuk

atau luka bacok yang dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri.

Luka percobaan tersebut seringkali terletak paralel dan terletak dekat dengan luka dalam di

daerah pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka tusuk dangkal didekat

luka tusuk dalam dan mematikan. Meskipun jarang sekali dilaporkan, luka bacok superfisial di

kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan menyebabkan kehilangan kesadaran

dan/atau kematian.

Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah ”luka perlawanan”. Luka

jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang ditempat lain) dari

korban sebagaimana ia berusaha melindungi dirinya dari ayunan senjata, contohnya dengan

menggenggam bilah dari instrumen tajam.

Jelas bahwa ”tanda percobaan” merupakan ciri khas bunuh diri dan ”tanda perlawanan”

menunjukkan pembunuhan. Bagaimanapun juga, boleh saja berpikir bahwa luka lecet dapat

ditemukan, umumnya pada leher atau sekitar leher, disebabkan oleh penyerang pada kasus

pembunuhan. Luka lecet multipel di lengan bawah dapat pula, meskipun jarang, menjadi tanda

perlawanan, namun tampil seperti luka percobaan. Interpretasi dari tanda perlawanan dan

percobaan yang tampak sebaiknya disimpulkan setelah pemeriksaan yang lengkap dan

seksama.

Tanatologi forensik

Tanatologi adalah bagian dari ilmu forensic yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta factor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dalam tanatologi

Page 16: makalah forensik

dikenal bebrapa istilah tentang mati, yaitu mati somatic (mati kklinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak).10

Untuk menetukan waktu kematian digunakan beberapa factor, diantaranya tanda pasti kematian:

Livor mortisLivor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah kematian akibat berentinya sirkulasi dan adanya gravitasi bumi . Eritrosit akan menempati bagian terbawah badan dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan lalu mengisi vena dan venula membentuk bercak merah-ungu (livide). Tetapi pada keracunan sianaida (CN) dan karbon monoksida (CO) akan berwarna merah cerah (cherry red). Muncul pada menit ke-20 sampai 30. Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap 8-12 jam.10,11

Rigor Mortis

Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu tubuh, volume otot dan suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah. Rigor mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.10,11

Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:10,11

1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum mati.

2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat yang tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lama.

3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot.

Algor mortis10,11

Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan panas dari badan ke benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi,

Page 17: makalah forensik

evaporasi dan konveksi. Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan, konstitusi tubuh dan pakaian. Bila suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan pakaiannya tipis maka suhu badan akan menurun lebih cepat. Lama kelamaan suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan.

Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah perrektal (Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus PMI (Post Mortem Interval) berikut.

Formula untuk suhu dalam o Celcius

PMI = 37 o C-RT o C +3

Formula untuk suhu dalam o Fahrenheit

PMI = 98,6 o F-RT o F

1,5

Decomposition8,10

Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat.

Proses-Proses Spesifik pada Jenazah Karena Kondisi Khusus10

Mummifikasi

Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.

Adipocere

Page 18: makalah forensik

Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri.

Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan. Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.

Gastric Emptying

Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk mengenai saat kematian. Karena makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik untuk dicerna dan dikosongkan dari lambung. Misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.

Aktivitas Serangga

Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari.

BAB VI

Page 19: makalah forensik

Interpretasi Temuan

1. Sebab matiSebab mati adalah penyakit atau cedera/luka yang bertanggung jawab atas terjadinya kematian.12

2. Cara kematiancara kematian adalah macam kegiatan yang menimbulkan penyebab kematian. Pada kematian wajar (natural death) kematian terjadi akibat cedera atau luka, atau pada seseorang yang sebelumnya mengidap suatu penyakit. Sedangkan pada kematian yang dipercepat dapat dikatakan tidak wajar (unnatural death) yang dapat diakibatkan oleh kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan.12

3. Mekanisme kematianMekanisme kematian adalah gangguan fisiologik dan atau biokimiawi yang ditimbulkan oleh penyebab kematian sedemikian rupa sehingga seseorang tidak dapat terus hidup.12

BAB VII

Pembuatan serta penyampaian laporan

Laporan biasanya disampaikan dala bentuk visum et repertum. Visum repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan dan pendapat berdasarkan keilmuan tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia atau bagian dari tubuh manusia, baik hidup ataupun mati yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan sumpah untuk kepentingan peradilan.12

Visum et repertum terdiri dari:12

Bagian pendahuluan merupakan uraian tentang identitas dokter pemeriksa, instansi pemeriksa, tempat dan waktu dilakukan pemeriksaan,instansi peminta visum et repetutum, nomor dan tanggal surat permintaan, serta identitas yang diperiksa. Di bagian ini dicantumkan ada tidaknya label identifikasi yang biasa berada pada ibu jari kaki mayat

Bagian hasil pemeriksaan jenazah yang memuat semua hasil pemeriksaan terhadap barang bukti yang dituliskan secara jelas dan dapat dimengerti oleh orang yang tidak berlatar pendidikan kedokteran. Berupa pemeriksaan luar, dalam (bedah jenazah),pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya.

Bagian kesimpulan berisikan setidaknya jenis perlukaan atau cedera, kelainan yang ditemukan, penyebab serta sebab kematiannya.

Page 20: makalah forensik

Bagian penutup menyatakan visum dibuat dengan sebenar-benarnya. Berdasarkan keilmuan serta mengingat sumpah dan sesuai KUHAP.

BAB VIII

KESIMPULAN

Aspek identifikasi korban kasus II

Keadaan jenazah tidak berlabel. Jenazah laki-laki mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya.

Posisi jenazah terlungkup dengan leher terikat lengan baju dan ujung lengan baju lainnya terikat kesebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. posisi jenazah relative mendatar, namun leher terjerat oleh baju.

Tubuh jenazah ditemukan membusuk Dijumpai satu luka diketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak putus. Ada

beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki cirri-ciri sesuai dengan akibat kekerasan benda tajam.

BAB IX

Page 21: makalah forensik

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian kedokteran Forensik FKUI. Ilmu Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik; 1997;II:p1-2

2. Patologi Forensik.http://id.wikipedia.org/wiki/Patologi_forensik (online).2009.Diakses 11 januari 2011.

3. Definition of Legal Medecine. http://id.wikipedia.org/wiki/Patologi_forensik (online).2003. diakses 11 Januari 2011.

4. Identifikasi forensic. http://id.wikipedia.org/wiki/Identifikasi_forensik (online).2008. diakses 11 Januari 2011.

5. Bagian kedokteran Forensik FKUI. Identifikasi Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik; 1997;II:p197-206.

6. Forensic Fingerprint Analysis and Fingerprint Expert Witness Services. http://www.forensicresources.co.uk/Fingerprints.php (online).2009. diakses 11 Januari 2011.

7. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Prosedur Medikolegal. Peraturan Perundang-undangan Bidang kedokteran;1994;II:11-12

8. Bagian kedokteran Forensik FKUI. Traumatologi. Ilmu Kedokteran Forensik; 1997;II:p37-54..

9. Windi,dkk. Traumatologi.http://www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.htm. (online).2006. diakses 11 Januari 2011.

10. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal: Tanatologi. http://yasinfadillah.blogspot.com/2008/05/ilmu-kedokteran-forensik-dan_22.html (online).2008. diakses 11 januari 2011.

11. Bagian kedokteran Forensik FKUI. Tanatologi. Ilmu Kedokteran Forensik; 1997;II:p25-36.

12. Bagian kedokteran Forensik FKUI .Sebab Kematian,Cara Kematian dan Mekanisme Kematian.Tehnik Autopsi Forensik; 2000;IV:p7.

13. Bagian kedokteran Forensik FKUI .Visum et Repetutum.Tehnik Autopsi Forensik; 2000;IV:p72-73.

Page 22: makalah forensik