Makalah Ices

Embed Size (px)

Citation preview

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    KONTRIBUSI BIDANG KEKHUSUSAN GEOTEKNIK PADA

    IMPLEMENTASI MEGAPOLITAN DI JABODETABEKJUR

    MAKALAH

    Diajukan untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Pengantar Sistem Rekayasa Sipil

    MASRUL WISMA WIJAYA

    1406533296

    FAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

    DEPOK

    OKTOBER 2015

  • 2

    Universitas Indonesia

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis penjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang berkat rahmat-Nya maka

    penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Kontribusi Bidang

    Kekhususan Geoteknik Pada Implementasi Megapolitan di Jabodetabekjur.

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sistem Rekayasa

    Sipil. Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat dimanfaatkan dengan baik sebagaimana

    mestinya.

    Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada

    teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kurangnya kemampuan yang penulis miliki.

    Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan

    pembuatan makalah ini.

    Penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang

    telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin

    Yaa Robbal Alamiin.

    Depok, 20 Oktober 2015

    Penulis

    ii

  • 3

    Universitas Indonesia

    Kontribusi Bidang Kekhususan Geoteknik Pada Implementasi Megapolitan

    di Jabodetabekjur

    Masrul Wisma Wijaya1

    1. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

    E-mail : [email protected]

    Abstrak

    Implementasi konsep megapolitan di kawasan Jabodetabekjur membutuhkan persiapan yang sangat matang.

    Konsep pengelolaan tata ruang kota ini diusulkan untuk mengatasi permasalahan yang ada di DKI Jakarta yaitu

    berupa permasalahan banjir yang sering melanda, permasalahan sampah/lingkungan, permasalahan

    kependudukan dan permasalahan kelayakan infrastruktur fisik transportasi publik. Kaitan permasalahan tersebut

    dengan disiplin ilmu geoteknik yaitu berupa aplikasi MRT yang menggunakan pondasi bore pile sebagai alat

    transportasi publik yang lebih aman dan nyaman serta pembuatan Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur

    sebagai upaya penanggulangan banjir di DKI Jakarta.

    Kata kunci : Geoteknik, Megapolitan, MRT, banjir.

    iii

  • 4

    Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.......i

    KATA PENGANTAR ii

    ABSTRAK..................... iii

    DAFTAR ISI.................. iv

    DAFTAR GAMBAR. vi

    1. PENDAHULUAN 7

    1.1. Latar Belakang . 7

    1.2. Perumusan Masalah.. 7

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan. 8

    1.4. Metode Penulisan.. 8

    1.5. Sistematika Penulisan... 8

    2. PEMBAHASAN. 9

    2.1. Disiplin Ilmu Geoteknik9

    2.1.1. Pengertian...9

    2.1.2. Cakupan Geoteknik 9

    2.2. Perkembangan Megapolitan. 9

    2.2.1. Pengertian.. 9

    2.2.2. Masalah Banjir...10

    2.2.3. Masalah Transportasi. 10

    2.2.4. Masalah Lingkungan dan Sampah. 11

    2.2.5. Masalah Kependudukan. 12

    2.3. Hubungan Geoteknik dan Megapolitan 12

    2.3.1. Konstruksi Jalan Raya13

    2.3.2. Konstruksi Rel Kereta Api. 14

    2.3.3. MRT (Mass Rapid Transit) ...16

    2.4. Peran Sarjana Teknik Sipil....18

    2.4.1. Etika Profesi...18

    2.4.2. Peran dalam Penataan Ruang 19

    iv

  • 5

    Universitas Indonesia

    3. PENUTUP.............. 20

    3.1. Kesimpulan...... 20

    3.2. Saran................ 20

    3.3. Ucapan Terima Kasih... 20

    DAFTAR REFERENSI... 22

    v v

  • 6

    Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Potongan Jakarta bagian utara sampai selatan 10

    Gambar 2. Strategi PTM... 11

    Gambar 3. Perbandingan distribusi beban 13

    Gambar 4. Susunan konstruksi rel kereta 16

    Gambar 5. Pekerja memasang tiang pancang untuk pondasi jalur

    Mass Rapid Transit (MRT) di kawasan Blok M-Fatmawati.. 18

    vi

  • 7

    Universitas Indonesia

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Permasalahan yang timbul di daerah DKI Jakarta menimbulkan kegelisahan

    tersendiri bagi penduduknya, misalnya masalah banjir yang sering melanda wilayah

    Jakarta. Keriuhan ini memicu gagasan pengelolaan dan penataan kota yang melibatkan

    daerah-daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur.

    Konsep Megapolitan muncul ketika Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso bersama mantan

    Gubernur Ali Sadikin bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana

    Presiden pada bulan Februari 2005. Megapolitan pada dasarnya merupakan konsep lama

    yang pernah dilontarkan, akan tetapi secara resmi belum dibahas dan belum

    mengikutsertakan pemerintah daerah di sekitar Jakarta (Bogor, Depok, Tangerang, dan

    Bekasi) dalam telaah telaahnya.

    Sebenarnya sejak tahun 1960 penataan kawasan Jabodetabekjur sudah

    mulai dibahas dalam berbagai konsep, tetapi hingga saat ini tidak ada hasil signifikan

    dari konsep tersebut. Perlu penguatan lagi badan yang mempunyai kewenangan absolut

    untuk menata wilayah Jabodetebekjur. Perencanaan secara detail tata ruang juga

    diperlukan untuk memberikan secara batasan-batasan recana tata ruang yang akan di

    buat masing-masing daerah.

    2. Perumusan Masalah

    Untuk mengkaji dan mengulas tentang peran bidang geoteknik pada konsep

    megapolitan, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga

    dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut :

    a. Apa pengertian geoteknik?

    b. Bagaimana perkembangan megapolitan di Jabodetabekjur saat ini?

    c. Apa hubungan geoteknik dengan konsep megapolitan?

    d. Bagimana peran sarjana teknik sipil (geoteknik) pada implementasi

    megapolitan?

  • 8

    Universitas Indonesia

    3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

    Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

    Pengantar Sistem Rekayasa Sipil dan menjawab serta menjelaskan pertanyaan yang ada

    pada rumusan masalah.

    Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan

    penulis dan pembaca tentang peran disiplin ilmu geoteknik pada implementasi

    megapolitan.

    4. Metode Penulisan

    Penulis menggunakan metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan

    makalah ini. Referensi yang dipakai dalam penyusunan makalah ini selain bersumber

    dari buku teks, juga memakai sumber-sumber lain seperti e-book dan jurnal online.

    5. Sistematika Penulisan

    Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pertama pendahuluan, bab

    kedua pembahasan, dan bab terakhir penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas,

    latar belakang, rumusan makalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan,

    dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan subbab

    yang berkaitan dengan disiplin ilmu geoteknik pada implementasi megapolitan di

    Jabodetabekjur serta mencoba untuk menjawab pertanyaan yang ada di rumusan

    masalah. Terakhir, bab penutup terdiri dari kesimpulan, saran, dan ucapan terimakasih.

  • 9

    Universitas Indonesia

    BAB II

    PEMBAHASAN

    1. Disiplin Ilmu Geoteknik

    1.1. Pengertian

    Geoteknik adalah salah satu cabang ilmu teknik sipil. Di dalamnya

    diperdalam pembahasan mengenai permasalahan kekuatan tanah dan batuan

    serta hubungannya dengan kemampuan menahan beban bangunan yang berdiri

    diatasnya

    1.2. Cakupan Geoteknik

    Disiplin ilmu yang utama di geoteknik adalah mekanika, yang

    mempelajari karakteristik mekanis atau tingkah laku massa benda, bilamana

    dikenai gaya; bahan, yang mempelajari karakteristik fisis (ukuran butiran,

    komposisi, gesekan, lekatan, kepadatan, permeabilitas, dan sifat plastisnya).

    Ilmu dasar dalam bidang geoteknik adalah mekanika tanah (soil mechanics),

    yang mempelajari sifat-sifat fisis dan mekanis tanah; mekanika batuan (rock

    mechanics), yang mempelajari sifat-sifat fisis dan mekanis batuan, serta geologi

    teknik (engineering geology), sedangkan aplikasi ilmu dasarnya adalah teknik

    pondasi (foundation engineering), yang mempelajari pondasi dari berbagai

    bangunan baik bangunan gedung dari tingkat sederhana sampai dengan

    bangunan tinggi, bangunan air, bangunan lepas pantai, bangunan jalan, lapangan

    terbang, dermaga dan lain-lain; teknik batuan (rock engineering), yang seperti

    teknik pondasi namun orientasi pondasi tidak pada tanah tetapi pada batuan

    (konstruksi terowongan, pusat tenaga listrik bawah muka tanah, reservoir bahan

    energi bawah muka tanah, atau suatu galian dalam, dan lain-lain); stabilitas

    lereng, yang mempelajari tentang kondisi lereng dalam keadaan labil atau

    mantab, lereng dalam sekala kecil maupun besar, lereng alam atau buatan, dalam

    tinjauan dua dimensi atau tiga dimensi, serta mitigasi dan penanggulangannya

    2. Perkembangan Megapolitan

    2.1. Pengertian

    Megapolitan pada hakekatnya merupakan konsep penataan dan

    pengaturan ruang kawasan perkotaan Jabodetabekjur (Jakarta, Bogor, Depok,

  • 10

    Universitas Indonesia

    Tangerang, Bekasi, dan Cianjur) secara terpadu berkelanjutan, namun bukan

    berarti wilayah Bodetabekjur menjadi bagian dari Provinsi DKI Jakarta.

    Pengelolaan tata ruang kota yang terpadu meliputi penyelesaian masalah banjir,

    transportasi, lingkungan, sampah, dan kependudukan.

    2.2. Masalah Banjir

    Penanganan banjir di daerah Jakarta dan sekitarnya salah satunya dapat

    menggunakan jalur sungai baru untuk memperlancar perjalanan air dari dataran

    tinggi menuju dataran rendah. Pemerintah sudah melakukan hal ini dengan

    membangun sungai Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal

    Timur mulai dibangun tahun 2003 dan selesai serta mulai dipergunakan pada

    bulan Januari tahun 2010

    Gambar 1 : Potongan Jakarta bagian utara sampai selatan

    2.3. Masalah Transportasi

    Kemacetan merupakan suatu hal yang lazim di wilayah Jabodetabek.

    Kondisi transportasi dipengaruhi oleh faktor kebutuhan perjalanan, kendaraan

    bermotor, jaringan jalan, dan biaya kemacetan. Kebutuhan perjalanan adalah

    intensitas orang untuk melakukan perjalanan ke daerah tertentu, di Jakarta

    mencapai 15,3 juta perjalanan/hari menggunakan motor. Proporsi kendaraan

    bermotor di Jakarta lebih banyak di kendaraan pribadi, yaitu sebesar 7,25 juta

    (98,8%), sedangkan untuk angkutan umum hanya berjumlah 89.270 (1,2%) saja.

  • 11

    Universitas Indonesia

    Luas jalan di Jakarta adalah 42,3 km2 (6,4 % dari luas wilayah) dan pertumbuhan

    panjang jalan hanya sekitar 0,01% per tahun. Biaya kemacetan adalah biaya

    yang diestimasi dari biaya BBM, operasional kendaraan, time value, economic

    value, dan pencemaran udara, nilainya diperkirakan Rp. 45,2 trilyun/tahun.

    Kebijakan pola transportasi makro adalah solusi yang digunakan untuk

    mengatasi masalah sistem transportasi Jabodetabek, yang dapat dilihat pada

    skema berikut :

    Gambar 2 : Strategi PTM

    2.4. Masalah Lingkungan dan Sampah

    Kegiatan pengelolaan kebersihan di wilayah DKI Jakarta diarahkan pada

    lokasi yang memiliki aktivitas strategis, seperti jalan protokol, ekonomi dan

    lingkungan. Selain itu pemerintah juga harus mendorong berkembangnya

    pengelolaan persampahan, khususnya kegiatan pengumpulan dan pengangkutan

    sampah yang partisipatif serta tridaya (partisipasi masyarakat, peningkatan

    usaha swasta dan peningkatan kondisi lingkungan). Selain itu, peningkatan

    kualitas lingkungan dari aspek kebersihan dan keindahan melalui kegiatan

  • 12

    Universitas Indonesia

    penyapuan, pengumpulan dan pengangkutan sampah baik secara swakelola

    Dinas Kebersihan maupun pihak swasta sangat diperlukan. Di sisi lain,

    diperlukan usaha-usaha pengembangan sistem monitoring dan evaluasi yang

    efektif untuk mengoptimalkan implementasi pengelolaan kebersihan di

    lapangan dari hulu hingga ke hilir.

    2.5. Masalah Kependudukan

    Tahun 1980 Provinsi DKI Jakarta sebagai wilayah inti sudah memiliki

    angka urbanisasi sebesar hampir 94 % dan meningkat menjadi 100 % pada tahun

    1995 hingga saat ini.

    Untuk wilayah Kabupaten Bogor, persentase urban mengalami sedikit

    penurunan dari 57,4 % menjadi 57 %. Hal ini menunjukkan terjadinya perluasan

    wilayah kabupaten ini dimana bagian yang diperluas ini masih terklasifikasi

    sebagai wilayah perdesaan.

    Hal yang sama juga terjadi di Kota Bekasi dari 97,5 % pada tahun 2000

    menjadi 97,3 % di tahun 2005; dan Kota Depok dari 98 % pada tahun 2000

    menjadi 97,4 % di tahun 2005. Kedua wilayah kota ini mengalami perluasan

    wilayah dimana bagian perluasan ini masih merupakan wilayah perdesaan.

    Berdasarkan publikasi hasil Sensus Penduduk 2010 oleh BPS), yaitu sekitar

    63,85 % penduduk yang tinggal di Kota Depok terdiri kaum migran seumur

    hidup, artinya 63,85 % penduduknya tidak dilahirkan di Kota Depok. Hanya

    sekitar 36,15 % penduduk saja yang dilahirkan di Kota Depok. Faktor terbesar

    yang mendorong orang untuk migrasi adalah faktor mengikuti keluarga (ikut

    suami/istri/anak).

    3. Hubungan Geoteknik dan Megapolitan

    Konsep megapolitan memerlukan infrastruktur transportasi yang lebih terintegrasi.

    Seperti yang kita tahu bahwa Beberapa infrastruktur transportasi fisik yang akan dibahas

    di makalah ini adalah jalan raya, rel kereta api, MRT. Berdasarkan data dari

    Ditlantas Polda Metro Jaya, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di kawasan

    Jabodetabek pada 2014 mencapai 9,8%. Dari Subdit Regident Ditlantas Polda Metro

    Jaya, tercatat, jumlah kendaraan pada 2012 mencapai 14.618.313 unit. Sebanyak

    10.825.973 unit di antaranya sepeda motor, lalu 2.742.414 unit mobil, 358.895 mobil

  • 13

    Universitas Indonesia

    penumpang, 561.918 mobil barang, dan 129.113 kendaraan khusus. Hal ini harus

    diseimbangkan dengan kualitas jalan atau infrastruktur jalan yang baik dan kokoh.

    3.1. Konstruksi Jalan Raya

    Jalan raya secara umum menggunakan metode konstruksi perkerasan.

    Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan

    untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu

    pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja. Sedangkan bahan

    ikat yang dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah liat.

    Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan

    atas :

    Rigid Pavement

    Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah perkerasan yang

    menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan

    atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis

    pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.

    Gambar 3 : Perbandingan distribusi beban

    Keuntungan menggunakan perkerasan kaku adalah daya tahan

    yang lebih besar karena distribusi beban dibagikan merata ke seluruh

    permukaan beton, bukan hanya pada satu titik saja. Selain itu metode

    perkerasan ini mempunyai life-cycle cost yang lebih murah, karena

    minim biaya pemeliharaan. Permukaan beton juga merefleksikan cahaya

    lima kali lebih terang dibanding aspal (perkerasan lentur), sehingga bisa

    mengurangi konsumsi energi penerangan jalan pada saat malam hari,

    namun di saat siang hari bisa menimbulkan silau. Selanjutnya rigid

  • 14

    Universitas Indonesia

    pavement lebih rendah menyerap panas sehingga bisa membuat

    pengemudi lebih nyaman dan konsumsi energi air conditioning pada

    mobil bisa dikurangi.

    Flexible Pavement

    Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), adalah

    perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan

    lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban

    lalu lintas ke tanah dasar. Aspal itu sendiri adalah material berwarna

    hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai

    agak padat. Jika aspal dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu, aspal

    dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus partikel agregat

    pada waktu pembuatan aspal beton. Jika temperatur mulai turun, aspal

    akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat

    termoplastis).

    Sifat aspal berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi

    kaku dan rapuh sehingga daya adhesinya terhadap partikel agregat akan

    berkurang. Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang

    diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan

    tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan

    ke lapisan yang ada dibawahnya, sehingga beban yang diterima oleh

    tanah dasar lebih kecil dari beban yang diterima oleh lapisan permukaan

    dan lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.

    Jenis keruskan pada perkerasan lentur adalah retak (cracking),

    distorsi (distortion), cacat permukaan (disintegration), pengausan (

    polished aggegate), kegemukan (bleeding / flushing), dan penurunan

    pada bekas penanaman utilitas. Hal inilah yang membuat biaya

    pemeliharaan perkerasan lentur lebih tinggi dibanding dengan

    perkerasan kaku.

    3.2. Konstruksi Rel Kereta Api

    Struktur jalan rel kereta api dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

    Struktur atas, dimana komponen-komponennya terdiri dari rel (rail), penambat

    (fastening system), dan bantalan (sleeper)

  • 15

    Universitas Indonesia

    3.2..1. Rel (Rail)

    Rel merupakan batangan baja longitudinal yang

    berhubungan secara langsung, dan memberikan tuntunan dan

    tumpuan terhadap pergerakan roda kereta api secara berterusan.

    Oleh karena itu, rel juga harus memiliki nilai kekakuan tertentu

    untuk menerima dan mendistribusikan beban roda kereta api

    dengan baik.

    3.2..2. Penambat (Fastening System)

    Untuk menghubungkan diantara bantalan dengan rel

    digunakan suatu sistem penambat yang jenis dan bentuknya

    bervariasi sesuai dengan jenis bantalan yang digunakan serta

    klasifikasi jalan rel yang harus dilayani. Jenis dan klasifikasi.

    3.2..3. Bantalan (Sleeper)

    Bantalan memiliki beberpa fungsi yang penting,

    diantaranya menerima beban dari rel dan mendistribusikannya

    kepada lapisan balas dengan tingkat tekanan yang kecil,

    mempertahankan sistem penambat untuk mengikat rel pada

    kedudukannya, dan menahan pergerakan rel arah longitudinal,

    lateral dan vertikal.

    Struktur bawah, dimana komponen-komponennya terdiri dari balas (ballast),

    subbalas (subbalast), dan tanah dasar (subgrade).

    3.2..1. Lapisan Balas

    Konstruksi lapisan balas terdiri dari material

    granular/butiran dan diletakkan sebagai lapisan permukaan (atas)

    dari konstruksi substruktur. Material balas yang baik berasal dari

    batuan yang bersudut, pecah, keras, bergradasi yang sama, bebas

    dari debu dan kotoran dan tidak pipih (prone). Meskipun

    demikian, pada kenyataannya, klasifikasi butiran di atas sukar

    untuk diperoleh/dipertahankan, oleh yang demikian,

    permasalahan pemilihan material balas yang ekonomis dan

    memungkinkan secara teknis masih mendapat perhatian dalam

    kajian dan penelitian. Lapisan balas berfungsi untuk menahan

    gaya vertikal (cabut/uplift, lateral dan longitudinal yang

  • 16

    Universitas Indonesia

    dibebankan kepada bantalan sehingga bantalan dapat

    mempertahankan jalan rel pada posisi yang disyaratkan.

    3.2..2. Lapisan subbalas

    Lapisan diantara lapisan balas dan lapisan tanah dasar

    adalah lapisan subbalas. Lapisan ini berfungsi sebagaimana

    lapisan balas, diantaranya mengurangi tekanan di bawah balas

    sehingga dapat didistribusikan kepada lapisan tanah dasar sesuai

    dengan tingkatannya.

    3.2..3. Tanah dasar

    Lapisan tanah dasar merupakan lapisan dasar pada

    struktur jalan rel yang harus dibangun terlebih dahulu. Fungsi

    utama dari lapisan tanah dasar adalah menyediakan landasan

    yang stabil untuk lapisan balas dan subbalas. Perilaku tanah dasar

    adalah komponen substruktur yang sangat penting yang mana

    memiliki peranan yang signifikan berkait pada sifat teknis dan

    perawatan jalan rel.

    Gambar 4 : Susunan konstruksi rel kereta

    3.3. MRT (Mass Rapid Transit)

    MRT Jakarta adalah salah satu bagian dari solusi transportasi yang

    terkait dengan bagaimana mengangkut penumpang dari satu titik asal ke titik

    tujuan secara cepat, efektif dan efisien. Untuk mengatasi kemacetan diperlukan

    langkah-langkah lain seperti peningkatan disiplin lalu lintas, pembatasan

    volume lalu lintas (kebijakan pembatasan intensitas penggunaan kendaraan

    pribadi melalui kebijakan seperti Electronic Road Pricing), mendorong

  • 17

    Universitas Indonesia

    pengguna kendaraan pribadi beralih ke MRT seperti dengan menyediakan

    fasilitas park & ride, mengintegrasikan sistem MRT dengan sistem angkutan

    massal lainnya seperti bus umum, busway, kereta Jabodetabek.

    MRT Jakarta (Mass Rapid Transit Jakarta) yang berbasis rel rencananya

    akan membentang kurang lebih 110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan

    Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih 23.8

    km dan Koridor Timur Barat sepanjang kurang lebih 87 km.

    Pembangunan koridor Selatan - Utara dari Lebak Bulus Kampung

    Bandan dilakukan dalam 2 tahap:

    Tahap I

    Pembangunan yang akan dilaksanakan terlebih dahulu

    menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang

    15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah)

    ditargetkan mulai beroperasi pada 2018.

    Tahap II

    Kelanjutan jalur Selatan-Utara dari Bundaran HI ke Kampung

    Bandan sepanjang 8.1 Km yang akan mulai dibangun sebelum tahap I

    beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2020. Studi kelayakan untuk tahap

    ini sudah selesai.

    Sedangkan koridor Timur - Barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan.

    Koridor ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024 2027

    Konstruksi MRT pada bagian pondasi menggunakan pondasi bore pile. Pondasi

    bore pile adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan dengan mengebor tanah

    lebih dahulu. Pemasangan pondasi bore pile ke dalam tanah dilakukan dengan cara

    mengebor tanah terlebih dahulu, yang kemudian diisi tulangan yang telah dirangkai dan

    dicor beton. Apabila tanah mengandung air, maka dibutuhkan pipa besi atau yang biasa

    disebut dengan temporary casing untuk menahan dinding lubang agar tidak terjadi

    kelongsoran, dan pipa ini akan dikeluarkan pada waktu pengecoran beton.

  • 18

    Universitas Indonesia

    Gambar 5 : Pekerja memasang tiang pancang untuk pondasi jalur Mass Rapid Transit (MRT) di kawasan Blok

    M-Fatmawati.

    4. Peran Sarjana Teknik Sipil

    4.1. Etika profesi

    Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh insinyur teknik secara umum adalah :

    Mengutamakan keluhuran budi.

    Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan

    umat manusia.

    Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan

    tugas dan tanggung jawabnya.

    Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional

    keinsinyuran.

    Selain itu, Insinyur Indonesia harus menjunjung tinggi tujuh tuntunan sikap, yaitu :

    Senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan Masyarakat.

    Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.

    Insinyur Indonesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung

    jawabkan.

  • 19

    Universitas Indonesia

    Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan kepentingan

    dalam tanggung jawab tugasnya.

    Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan

    kemampuan masing-masing.

    Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan

    martabat profesi.

    Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya.

    4.2. Peran dalam penataan ruang

    Pertimbangan teknik sipil dalam penataan ruang, dalam kasus ini

    Megapolitan, berpengaruh terhadap biaya pembangunan, operasi dan

    pemeliharaan prasarana dan sarana. Agar biaya dapat diusahakan serendah

    mungkin, peran disiplin ilmu teknik sipil harus dilibatkan pada seluruh proses

    penataan ruang. Dalam perencanaan tata ruang, teknik sipil berperan dalam

    menetapkan letak atau lokasi semua kegiatan sosial ekonomi beserta prasarana

    dan sarana yang diperlukan termasuk memperkirakan biaya pembangunannya.

    Pada tahap pemanfaatan ruang, teknik sipil akan berperan dalam desain,

    pembangunaan, operasi serta pemeliharaan prasarana dan sarana agar

    keselamatan teknis dapat dijamin dan biaya dapat diusahakan serendah

    mungkin. Pada tahap ini teknik sipil berperan pula dalam menghitung biaya

    yang diperlukan. Pada proses pengendalian pemanfaatan ruang, teknik sipil turut

    berperan dalam berbagai pemberian izin dan persetujuan yang diperlukan, serta

    pengawasan terhadap dipatuhinya persyaratan yang tercantum dalam

    izin/persetujuan.

    Dalam bidang geoteknik, sarjana teknik sipil akan berperan

    mengumpulkan informasi terkait soil investigation kemudian

    menginterpretasikannya menjadi prediksi performansi pondasi bagi bangunan

    tertentu dalam bentuk laporan rekomendasi. Laporan rekomendasi ini berisi

    tentang tipe pondasi, daya dukung tanah, ataupun tentang kedalaman pondasi itu

    sendiri.

  • 20

    Universitas Indonesia

    BAB III

    PENUTUP

    1. Kesimpulan

    a. Perkembangan Megapolitan di kawasan Jabodetabekjur sebagai pusat

    perekonomian dan pembangunan di Indonesia masih menyimpan segudang

    masalah yang perlu untuk diselesaikan dan diatasi.

    b. Pada konsep megapolitan, diperlukan adanya sistem pengelolaan tata ruang

    yang lebih terintegrasi, termasuk di dalamnya penyelesaian masalah banjir,

    transportasi, lingkungan/sampah, dan kependudukan.

    c. Infrastruktur fisik di bidang geoteknik yang perlu dikembangkan lebih lanjut

    pada konsep megapolitan adalah jalan raya dan transportasi massal (kereta api

    dan MRT).

    2. Saran

    Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis

    akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan

    sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

    Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk

    menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

    3. Ucapan Terima Kasih

    Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-

    pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :

    Ibu Dr. Ir. Wiwik Rahayu DEA, Bapak Ir. Madsuri M. T., dan Ibu Dr. Ing. Ir.

    Dwita Sujiningsih Dipl. HE selaku pengajar Kelas ICES-01 yang sudah

    memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan tugas ini.

    Rekan-rekan di Kelas ICES-01 Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

    Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga

    tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang

    besar kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

  • 21

    Universitas Indonesia

    Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan

    bantuan dalam penulisan makalah ini.

  • 22

    Universitas Indonesia

    DAFTAR REFERENSI

    Waryono, Tarsoen. (2008).Peran Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah

    (BPLHD) dalam Kancah Menuju Kawasan Megapolitan. Kumpulan Makalah Periode

    1987-2008: 1-4.

    Manik, Jack M. & Marasabessy, M. Djen. (2010). Tenggelamnya Jakarta dalam

    Hubungannya dengan Konstruksi Bangunan Beban Megacity. Makara Sains, Vol. 14,

    No.1, 69-74.

    Dinas Kebersihan DKI Jakarta. (2009).Karakteristik Wilayah dan Kebijakan

    Pembangunan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta: Dinas Kebersihan DKI

    Jakarta.

    Suryolelono, Kabul Basah. (2003). Bencana Alam Tanah Longsor Perspektif Ilmu

    Geoteknik. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Teknik Universitas

    Gadjah Mada, Yogyakarta, 25 Februari 2003. Yogyakarta: UGM.

    Team Mirah Sakethi. (2010). Mengapa Jakarta Banjir? : Pengendalian Banjir

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: PT Mirah Sakethi.

    Suyono. (1999). Teori dan Praktek Penataan Ruang.

    Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta. Pengembangan Sistem Transportasi Jakarta

    yang Terintegrasi dan Berkualitas untuk Mewujudkan Efisiensi Energi. Slide 1-18.

    __. (2009). Menghidupkan lagi Konsep Megapolitan.

    http://penataanruang.pu.go.id/detail_b.asp?id=418

    __.Kode Etik PII. http://pii.or.id/overview/kode-etik/

    Mundra, Sanjay. (2012). What are the advantages and disadvantages of Pavements?

    http://www.preservearticles.com/2012020922970/what-are-the-advantages-and-

    disadvantages-of-pavements.html

    __. MRT Jakarta : Pertanyaan Umum. http://www.jakartamrt.com/informasi-

    mrt/pertanyaan-umum/