13
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 pasangan suami istri di Indonesia sekitar 12% atau sekitar 3 juta pasangan mengalami infertil. Dan baru sekitar 50% dari pasangan tersebut yang berhasil ditolong untuk menangani masalah infertil dan selebihnya harus mengadopsi atau hidup tanpa seorang anak. Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidak mampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidak mampuan mutlak untuk memiliki keturunan. Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi. Infertilitas masih menjadi masalah sebagian pasangan suami istri, hal ini dikarenakan kemungkinan untuk mendapatkan seorang anak masih kecil. Di Indonesia masih

Makalah Infertil Dwi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

infertil

Citation preview

Page 1: Makalah Infertil Dwi

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 pasangan suami istri di

Indonesia sekitar 12% atau sekitar 3 juta pasangan mengalami infertil. Dan baru

sekitar 50% dari pasangan tersebut yang berhasil ditolong untuk menangani masalah

infertil dan selebihnya harus mengadopsi atau hidup tanpa seorang anak. Infertilitas

merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.Namun

sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertililitas

untuk memperoleh anak.

Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidak mampuan

mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang

reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk

menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidak mampuan mutlak untuk memiliki

keturunan. Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di

antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%,

endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti

sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada

organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.

Infertilitas masih menjadi masalah sebagian pasangan suami istri, hal ini

dikarenakan kemungkinan untuk mendapatkan seorang anak masih kecil. Di

Indonesia masih langka sekali dokter yang berminat dalam ilmu infertilitas. Faktor

kurangnya pengetahuan tentang kesuburan dan infertil juga menjadi faktor penyebab

masih tingginya angka infertilitas. Selain itu, faktor-faktor seperti kesehatan

lingkungan, gizi, dan status ekonomi juga menjadi faktor yang mempengaruhi.

Page 2: Makalah Infertil Dwi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infertilitas

1. Defenisi Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun

berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi ( Strigh B, 2005 : 5 ).

Infertilitas adalah bila pasangan suami istri, setelah bersanggama secara teratur 2-3 kali

seminggu, tanpa memakai metode pencegahan belum mengalami kehamilan selama satu

tahun (Mansjoer, 2004 : 389).

2. Jenis infertilitas

Jenis infertilitas ada dua yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer

adalah kalau istri belum pernah hamil walaupun bersanggama tanpa usaha kontrasepsi dan

dihadapkan pada kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan. Infertilitas

sekunder adalah kalau isrti pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi kehamilan lagi

walaupun bersanggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan

kehamilan selama dua belas bulan. Infertilitas sekunder adalah kalau isrti pernah hamil,

namun kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersanggama tanpa usaha kontrasepsi

dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan.

B. Penyebab Infertilitas

Penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi tiga kelompok : satu pertiga masalah terkait

pada wanita, satu pertiga pada pria dan satu pertiga disebabkan oleh faktor kombinasi.

1.Infertilitas pada wanita

a. Masalah vagina

Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan menyebabkan

infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat

menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ reproduksi

vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang mencegah penetrasi penis, atau

lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat mengurangi daya hidup sperma

( Stright B, 2005 : 60 ).

Page 3: Makalah Infertil Dwi

b. Masalah serviks

Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama periode

praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi daya hidup

sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi ( Stright B, 2005, hal. 60 ).

c. Masalah uterus

Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat

berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip endometrium,

adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma,bekas kuretase dan abortus septik. Kelainan-

kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan,nutrisi serta oksigenisasi janin

( Wiknjosastro, 2002 : 509 ).

d. Masalah tuba

Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan. Apabila

terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat menghambat

pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat implantasi ovum

yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi merupakan salah satu dari banyak penyebab

infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang

disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi (Hall et all. 1974 ). Infertilitas yang

berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling menonjol adalah adanya peningkatan

insiden penyakit radang panggul ( pelvic inflammatory disease –PID). PID ini menyebabkan

jaringan parut yang memblok kedua tuba fallopi.

e. Masalah ovarium

Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil, ovumnya harus

normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang

telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu

kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat

pembedahan yang mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat juga

suatu korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress diantara pasangan yang

mempengaruhi fungsi hormone.( Handersen C & Jones K, 2006 : 86 ).

2. Infertilitas pada pria

a. Faktor koitus pria

Faktor-faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas abnormal, kelainan

anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi seksual. Kelaianan anatomi yang

Page 4: Makalah Infertil Dwi

mungkin menyebabkan infertilitas adalah tidak adanya vasdeferens kongenital, obstruksi

vasdeferens dan kelainan kongenital system ejakulasi. Spermatogenesis abnormal dapat

terjadi akibat orkitis karena mumps, kelainan kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi atau

varikokel ( Benson R & Pernoll M, 2009 : 680 ).

b. Masalah ejakulasi

Ejakulasian retrograde yang berhubungan dengan diabetes, kerusakan saraf, obat-

obatan atau trauma bedah.

c. Faktor lain

Adapun yang berpengaruh terhadap produksi sperma atau semen adalah infeksi yang

ditularkan melalui hubungan seksual, stress, nutrisi yang tidak adekuat, asupan alkohol

berlebihan dan nikotin.

d. Faktor pekerjaan

Produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu di bawah temperature tubuh,

Spermagenesis diperkirakan kurang efisien pada pria dengan jenis pekerjaan tertentu, yaitu

pada petugas pemadam kebakaran dan pengemudi truk jarak jauh ( Henderson C & Jones K,

2006 : 89).

3. Masalah interaktif

Berupa masalah yang berasal dari penyebab spesifik untuk setiap pasangan meliputi :

frekuensi sanggama yang tidak memadai, waktu sanggama yang buruk, perkembangan

antibody terhadap sperma pasangan dan ketidakmampuan sperma untuk melakukan penetrasi

ke sel telur ( Stritgh B, 2005 : 61 ).

C. Penyebab Infertilitas Sekunder

Masalah pada infertilitas sekunder sangat berhubungan dengan masalah pada pasangan

dengan infertilitas primer. Sebagian besar pasangan dengan infertilitas sekunder menemukan

penyebab masalah kemandulan sekunder tersebut, dari kombinasi berbagai faktor meliputi :

1. Usia

Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama wanita tersebut

masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang teratur, kemungkinan masih

bisa hamil. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan indung telur

untuk menghasilkan sel telur akan mengalami penurunan. Penelitian menunjukkan bahwa

potensi wanita untuk hamil akan menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis setelah

usia diatas 38 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Center for Health

Statistics menunjukkan bahwa wanita subur berusia dibawah 25 tahun memiliki kemungkinan

Page 5: Makalah Infertil Dwi

hamil 96% dalam setahun, usia 25 – 34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35 –

44 tahun.

Pada pria dengan bertambahnya usia juga menyebabkan penurunan kesuburan. Meskipun pria

terus menerus memproduksi sperma sepanjang hidupnya, akan tetapi morfologi sperma

mereka mulai menurun. Penelitian mengungkapkan hanya sepertiga pria yang berusia diatas

40 tahun mampu menghamili isterinya dalam waktu 6 bulan dibanding pria yang berusia

dibawah 25 tahun. Selain itu usia yang semakin tua juga mempengaruhi kualitas sperma

( Kasdu, 2001:63 ).

2. Masalah reproduksi

Masalah pada system reproduksi dapat berkembang setelah kehamilan awal bahkan,

kehamilan sebelumnya kadang-kadang menyebabkan masalah reproduksi yang

benar-benar mengarah pada infertilitas sekunder, misalnya perempuan yang melahirkan

dengan operasi caesar, dapat menyebabkan jaringan parut yang mengarah pada penyumbatan

tuba. Masalah lain yang juga berperan dalam reproduksi yaitu ovulasi tidak teratur, gangguan

pada kelenjar pituitary dan penyumbatan saluran sperma.

3.Faktor gaya hidup

Perubahan pada faktor gaya hidup juga dapat berdampak pada kemampuan setiap

pasangan untuk dapat menghamili atau hamil lagi. Wanita dengan berat badan yang

berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat

mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria yang

berolah raga secara berlebihan juga dapat meningkatkan suhu tubuh mereka,yang

mempengaruhi perkembangan sperma dan penggunaan celana dalam yang ketat juga

mempengaruhi motilitas sperma ( Kasdu, 2001:66 ).

D. Faktor Penyebab Infertilitas dari Segi Psikologis

Kesuburan wanita secara mutlak dipengaruhi oleh proses-proses fisiologis dan

anatomis, di mana proses fisiologis tersebut berasal dari sekresi internal yang mempengaruhi

kesuburan. Dalam hal ini kesuburan wanita itu merupakan satu unit psikosomatis yang selalu

dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor psikis dan factor organis atau fisis. Kesulitan-

kesulitan psikologis ini berkaitan dengan koitus dan kehamilan, yang biasanya

mengakibatkan ketidakmampuan wanita menjadi hamil.

Pengalaman-pengalaman membuktikan, bahwa unsur ketakutan serta kecemasan

berkaitan dengan fungsi reproduksi yang menimbulkan dampak yang merintangi tercapainya

orgasme pada koitus. Pada umumnya dinyatakan bahwa sebab yang paling

Page 6: Makalah Infertil Dwi

banyak dari kemandulan adalah ketakutan-ketakutan yang tidak disadari atau yang ada

dibawah sadar, yang infantile atau kekanak-kanakan sifatnya. (Kartono, 2007:74 ).

Penelitian kedokteran juga menemukan bahwa peningkatan kadar prolaktin dan kadar

Lutheinizing Hormon (LH) berhubungan erat dengan masalah psikis. Kecemasan dan

ketegangan cenderung mengacaukan kadar LH, serta kesedihan dan murung cenderung

meningkatkan prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi dapat mengganggu pengeluaran LH dan

menekan hormon gonadotropin yang mempengaruhi terjadinya ovulasi ( Kasdu, 2001 : 70 ).

Pasangan suami istri yang mengalami infertilitas sering kali mengalami perasaan

tertekan terutama pihak wanita yang pada akhirnya dapat jatuh pada keadaan depresi, cemas

dan lelah yang berkepanjangan. Perasaan yang dialami para wanita tersebut timbul sebagai

akibat dari hasil pemeriksaan, pengobatan dan penanganan yang terus menerus tidak

membuahkan hasil. Hal inilah yang mengakibatkan wanita merasa kehilangan kepercayaan

diri serta perasaan tidak enak terhadap diri sendiri, suami dan keluarga ataupun lingkungan

dimana wanita itu berada.

Keadaan wanita yang lebih rileks ternyata lebih mudah hamil dibandingkan dengan

wanita yang selalu dalam keadaan stres. Adapun perasaan tertekan atau tegang yang dialami

wanita tersebut berpengaruh terhadap fungsi hipotalamus yang merupakan kelenjar otak yang

mengirimkan sejumlah sinyal untuk mengeluarkan hormon stres keseluruh tubuh. Hormon

stress yang terlalu banyak keluar dan lama akan mengakibatkan rangsangan yang berlebihan

pada jantung dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Kelebihan hormon stres juga dapat

mengganggu keseimbangan hormon, sistem reproduksi ataupun kesuburan. Pernyataan ini

seperti dikemukakan oleh Mark Saver pada penelitiannya tahun 1995, mengenai Psychomatic

Medicine yang menjelaskan bahwa wanita dengan riwayat tekanan jiwa kecil kemungkinan

untuk hamil dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalaminya. Hal ini terjadi karena

wanita tersebut mengalami ketidakseimbangan hormon (hormon estrogen). Kelebihan

hormon estrogen akan memberikan sinyal kepada hormon progesteron untuk tidak

berproduksi lagi karena kebutuhannya sudah mencukupi. Akibatnya akan terjadi kekurangan

hormon progesteron yang berpengaruh terhadap proses terjadinya ovulasi (Kasdu, 2001 : 72).

E. Pengaruh Kebudayaan terhadap Infertilitas

Berbagai budaya di belahan dunia masih menggunakan simbol dan upacara adat untuk

merayakan fertilitas ataupun keberhasilan pasangan dalam memperoleh keturunan. Salah satu

upacara yang masih bertahan sampai saat ini ialah adat istiadat melempar beras ke arah

pengantin pria dan wanita. Ada juga yang memberikan rokok, permen ataupun pensil sebagai

ucapan selamat kepada pria yang baru menjadi ayah sebagai antisipasi kelahiran anak.

Page 7: Makalah Infertil Dwi

Banyak budaya yang masih menjamur terutama ditengah-tengah masyarakat kita yang

menyatakan bahwa suatu ketidaksuburan itu merupakan tanggung jawab wanita.

Ketidakmampuan wanita untuk mengandung dihubungkan dengan dosa-dosanya, roh setan

atau fakta yang menyatakan bahwa wanita itu tidak adekuat ataupun sempurna ( Bobak dkk,

2005 : 997 ).

F. Kecemasan

Kecemasan atau ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Comer,

1992 dalam Videbeck 2008). Menurut Daradjat Z (2006), kecemasan adalah suatu

manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang

sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan bathin atau konflik.

Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang

bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami dan seberapa baik seseorang itu

menghadapi ansietas tersebut. Setiap tingkat ansietas menyebabkan perubahan fisiologis dan

emosional pada setiap individu yang mengalaminya.

Gangguan kecemasan pada pasangan infertilitas sekunder dapat berupa rasa takut dan

khawatir yang tidak menyenangkan yang sering disertai dengan rasa tidak percaya bahwa

mereka sulit untuk hamil lagi setelah sukses untuk hamil pertama kali. Hal ini umum untuk

mengalami perasaan sedih, melihat orang yang dengan begitu mudah mengembangkan

keluargan mereka. Pasangan yang mengalami infertilitas sekunder sering juga merasa

sendirian, tidak hanya keluarga, teman-teman juga sepertinya tidak mampu memahami dan

kurang mendukung mereka.

G. Tingkat kecemasan

Menurut Peplau (1952 ), ada empat tingkatan kecemasan yaitu :

a. Kecemasan ringan berhubungan dengan perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan

membutuhkan perhatian khusus. Dalam hal ini individu dapat memproses informasi, belajar

dan menyelesaikan masalah. Pada dasarnya kecemasan ini dapat memotivasi belajar, berpikir,

bertindak, merasakan dan melindungi diri sendiri.

b. Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-

benar berbeda, yang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang

penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini dapat mempersempit lapang

persepsi individu. Dengan demikian individu mengalami tindak perhatian yang selektif,

namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

Page 8: Makalah Infertil Dwi

c. Kecemasan berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada

ancaman serta memperlihatkan respon takut dan distress. Pada tahap ini individu mengalami

kesulitan untuk berpikir dan melakukan pertimbangan, otot-otot menjadi tegang, tanda vital

meningkat, mondar mandir, gelisah, iritabilitas dan kemarahan. Semua prilaku yang

ditunjukkan menggunakan cara psikomotor emosional yang sama untuk melepas ketegangan

dan individu memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada hal lain.

d. Tahap panik memperlihatkan bahwa semua pemikiran rasional berhenti dan individu

tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze, yakni kebutuhan untuk pergi secepatnya,

tetap di tempat dan berjuang atau menjadi beku dan tidak dapat melakukan sesuatu. Panik

mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan persepsi yang

menyimpang. Gangguan kecemasan pada setiap individu dapat bersifat ekstrem dan

melemahkan, yang mengganggu kehidupan sehari-hari.

H. Kecemasan infertilitas sekunder

Masalah infertilitas sekunder bisa mengakibatkan stress psikologis bagi suami ataupun

isteri. Walaupun tidak sampai mengganggu kehidupan sehari-hari tetapi rasa sedih dan cemas

akan selalu ada. Hal ini disebabkan kegagalan untuk hamil lagi setelah sukses hamil anak

pertama. Disamping kurangnya dukungan dari keluarga dan teman-teman yang semakin

memperburuk keadaan pasangan ini. Selain adanya tuntutan anak untuk meminta adik lagi,

membuat rasa sedih dan kadang-kadang menimbulkan emosi yang amat dalam.

Dalam hal ini sebagai pelayan kesehatan, harus mampu membangun hubungan

terapeutis, agar suami dan istri dapat mengungkapkan perasaan terhadap masalah dan

ketidakberdayaan yang mereka alami. Pasangan pada tahap awal evaluasi sering merasa

enggan dan malu, karena untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi, harus membicarakan

mengenai hubungan intim mereka, riwayat kehamilan sebelumnya, kondisi kesehatan, serta

gaya hidup mereka selama ini. ( Siswadi, 2007:59 ).