Upload
agako-berangkas
View
196
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
winanda
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fanny seorang mahasiswa koas akan mengerjakan pasien dengan keluhan
kehilangan gigi pada rahang atas dan rahang bawah. Fanny mempersiapkan pasien
untuk dilakukan pemeriksaan di Dental Unit. Pemeriksaan dilakukan dan
diketahui pasien kehilangan gigi bagian posterior 14-18 dan 35-38. Kondisi Oral
Higyne buruk terutama pada bagian anterior RB terdeteksi kalkulus supra gingiva
dan sub gingiva.
Fanni akan melakukan persiapkan tindakkan pembuatan gigi tiruan Resin
Akrilik dan melakukan scaling dan penyerutan akar pada pasiennya.
a. Apa persiapan yang dilakukan Fanny di dental unit sebelum mendudukkan
pasien
b. Apa saja instument yang dipersiapkan untuk diagnostik
c. Apa saja instrument untuk scling dan penyurutan akar beserta fungsi dan
cara pemengangan instrument
d. Apa saja instrument yang disiapkan melalui mulai dari mencetak sampai
pembuatan gigi tiruan
1
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kalkulus disebut juga tartar, yaitu suatu lapisan deposit (bahan keras yang
melekat pada permukaan gigi) mineral yang berwarna kuning atau coklat pada
gigi karena dental plak yang keras. Struktur permukaan kalkulus yang kasar
memudahkan timbunan plak gigi. Kalkulus melekat erat mengelilingi mahkota
dan akar gigi, juga pada gigi tiruan dan restorasi gigi.
Penyerutan akar adalah menyingkir kalkulus dari permukaan mahkota dan
akar gigi. Menyingkirkan sementum yang tercemar toksin dan nekrosis pada
permukaan subgingival dari akar gigiMenyingkirkan dinding jaringan lunak saku.
Penyerutan akar menggunakan :
Kuret Greccy(khusus) : digunakan untuk satu gigi atau sisi tertentu
permungkaan tegak lurus
Kuret Universal(umum) : digunakan untuk seluruh permungkaan gigi
Skaling (scaling) adalah: Pada kedokteran gigi: pembersihan gigi di atas
gusi untuk menghilangkan plak, kalkulus, dan noda gigi. Scaling untuk
membersihkan kalkulus dengan mengunakan alat yaitu sceler. Alat scaling yaitu:
Scaler, sickle, hoe scaler, wingset scaler, curret scaler, chisel scaler, supersonik
scaler.
Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk
menggantikan semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena
apabila seseorang telah hilang semua gigi geliginya, maka dapat menghambat
fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi
keadaan psikis. Tujuan pembuatan GTL adalah :
Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.
2
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh
keadaan edentulous.
Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi geligi, maka prosessus
alveolaris akan mengalami penyusutan yang disebut residual ridge. Penyusutan
alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu, tetapi ada yang sampai berbulan-bulan.
Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan ( atropi processus )
3
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Posisi Pasien Sebelum Mendudukkan di Dental Unit
3.1.1 Menanyakan identitas pasien
1. Nama penderita
Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seorang penderita dari yang
lainnya di samping mengetahui asal suku atau rasnya. Hal terakhir ini penting,
karena ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan, contohnya:
orang eropa (kas kaukakus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang Asia
(ras Mongoloid) cembung.
2. Alamat
Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi
sesuatu yang tak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat.
Pemanggilan kembali penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga
dapat membantu kita mengetahui latar belakanglingkungan hidup seorang pasien,
sehingga dapat pula diketahui status sosialnya.
3. Pekerjaan
Modifikasi jenis perawatan mungkin perlu dilakukan karena factor jenis
pekerjaan. Dengan memahami pekerjaan pasien, keadaan sosial ekonominya juga
dapat diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan sosial seseorang lebih
besar tuntutannya terhadap faktor estetik.
4. Jenis kelamin
Secara jelas sebetulnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku
untuk pria dan wanita. Namun demikian hal-hal berikut ini sebaiknya
diperhatikan. Wanita pada umumnya cenderung lebih memperhatikan faktor
estetik dibanding pria. Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang lebih kuat,
sebab merekan menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih
mementingkan rasa enak/nyaman, di samping faktor fungsional geligi tiruan yang
dipakainya.
4
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Selanjutnya bentuk gigi wanita relatif lebih banyak lengkungan/bulatannya
dibanding gigi pria yang memberi kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan
perawatan penderita wanita dalam masa menopouse membutuhkan pertimbangan
lebih teliti. Pada periode ini, mulut biasanya terasa lebih kering dan ada rasa
seperti terbakar.
5. Usia
Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi
bahan pertimbangan. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan
mulut, koordinasi otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa gigi serta panjang
mahkota klinis. Usia juga menentukan bentuk, warna, serta ukuran gigi seseorang.
Pada lanjut usia, lebih sering pula dijumpai pelbagai penyakit seperti hipertensi,
jantung dan diabetes melitus.Bila pada orang usia muda lebih sering dijumpai
karies dentis, maka pada kelompok usia lanjut penyakit periodontalah yang lebih
sering dijumpai.
Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhadap geligi tiruan biasanya
lebih tinggi dibanding penderita usia lanjut. Pada usia di atas empat puluh tahun,
adapatasi biasanya mulai berkurang dan akan menjadi sukar setelah usia
enampuluhan.
3.1.2 Anamnesis
Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan,
berdasarkan pada ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan
pemeriksaan medic/dental. (Lusiana K.B., 1995)
Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis. Pada
auto anamnesis, cerita mengenaikeadaan penyakit disampaikan sendiri oleh
pasien. Disamping itu terdapat keadaan dimana cerita mengenai penyakit ini tidak
disampaikan oleh pasien yang bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang
lain. Keadaan seperi ini dijumpai umpamanya pada paien bisu, ada kesulitan
bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil. Cara
in9i disebut allo anamnesis. (Lusiana K.B., 1995)
Dari segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal pula anamnesis pasif dimana
pasien sendirilah yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa.
5
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Sebaliknya, pada anamnesis aktif penderita perlu dbantu pertanyaan-pertanyaan
dalam menyampaikan ceritanya. (Lusiana K.B., 1995)
Pada saat anamnesis biasanya ditanyakan hal-hal sebagai berikut :
Nama penderita.
Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seseorang penderita dari yang
lainnya, di samping untuk mengetahui asal suku dan rasnya. Hal terakhir ini
penting, karena ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan.
Contohnya, orang eropan(ras kaukasus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan
orang asia (ras mongoloid) cembung.
Alamat.
Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi
sesuatu yang tidak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat.
Pemanggilan kembali penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga
membantu mengetahui latar belakang lingkungan hidup seorang pasien, sehingga
dapat pula diketahui status sosialnya.
Pekerjaan.
Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan social ekonominya juga dapat
diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan social seseorang, lebih besar
tuntutannya terhadap factor estetik.
Jenis Kelamin.
Secara jelas sebenarnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku untuk
pria dan wanita. Namun demikian hal-hal beikut ini sebaiknya diperhatikan.
Wanita pada umumnya cenderung lebih memperhatikan factor estetik disbanding
pria. Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab mereka
menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih mementingkan
rasa enak/nyaman, disamping factor fungsional geligi tiruan yang dipakainya.
Selanjutnya, bentuk gigi wanita relative lebih banyak lengkungan/bulatannya,
disbanding ria yang member kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan
perawatan penderita wanita dalam masa menopause membutuhkan pertimbangan
6
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
lebih teliti. Pada periode ini, mulut biasanya terasa lebih kering dan ada rasa
seperti terbakar.
Usia.
Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi
bahan pertimbangan. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan
mulut, koordinasi otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa igi, serta panjang
mahkota klinis. Usia juga menentukan bentuk, warna, serta ukuran gigi
seseorang.Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhadap geligi tiruan
biasanya lebih tinggi disbanding penderita usia lanjut. Pada penderita usia lebih
dari empat puluh tahun, adaptasi biasanya mulai berkurang dan akan menjadi
sukar setelah usia enampuluhan.
Pencabtan Terakhir Gigi.
Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu diketahui. Apakah
gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin ada
sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu anatara pencabutan terakhir dengan
saat dimulainya pembuatan geligi tiruan akan mempengaruhi hasil perawatan.
Pengalaman Memakai Geligi Tiruan.
Seorang penderita yang pernah memakai geligi tiruan sudah mempunyai
pengalaman, sehingga adaptasinya terhadap geligi tiruan baru akan lebih mudah
dan cepat. Ia juga sudah mengalami prosedur pembuatannya. Sebaliknya,
penderita semacam ini juga sering membanding-bandingkan protesa barunya
dengan yang pernah dipakai sebelumnya.Mereka yang belum pernah memakai
geligi tiruan, biasanya membutuhkan masa adatasi lebih panjang karena
kesulitannya menyesuaikan diri. Kelompok ini belum berpengalaman dalam
prsedur pembuatan protesa; seperti pada waktu pencetakan, penentuan gigitan,
maupun pada saat awal pemakaian, yang sering kali menimbulkan rasa sakit.
Itulah sebabnya penerangan yang diberikan kepada penderita sebelum pembuatan
geligi tiruan dilaksanakan menjadi penting sekali.
Persiapan pasien
Adapun pesiapan yang dilakukan ialah sebagai berikut:
7
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Pemanggilan pasien
Pasien dipanggil dengan menyebutkan nama dan nomer antrian pasien, agar
tidak terjadi kekeliruan saat pemanggilan.
Mendudukkan dan mengatur posisi pasien
Pasien dipersilahkan untuki duduk di Dental Unit, cipatakan kenyamanan
pasien dengan mengatur arm rest,back rest, dan head rest. Ketinggian dental unit
disesuaikan dengan operator.
Mengatur posisi lampu
Lampu dental unit di arahkan ke mulut pasien, hindari kontaknya mata pasien
dengan sinar lampu secara langsung.
Memasang slaber
Slaber dipasang agar baju pasien tetap bersih, mintalah izin terlebih dahulu
sebelum memasangkan slaber.
Menginstruksikan pasien untuk kumur
Pasien dipersilahkan untuk berkumur terlebih dahulu untuk membuat kondisi
mulut pasien stabil.
Posisi operator
Posisi berdasarkan arah jarum jam
Posisi yang di gunakan dalam menentukan posisi operator yang di lihat
dari posisi menghadap ke pasien seperti kita melihat jam
Bila pasien berbaring di kursi gigi maka kepalanya menunjuk posisi jam
12 dan kakinya menunjuk posisi jam 6
Operator duduk di kanan pasien, maka kita melihatnya pada posisi jam 9,
operator bisa bergerak ke posisi jam 8, 10,11, 12
Penentuan posisi operator berdasarkan area kerja pada mulut pasien atau
kuadran mana yang akan di kerjakan.
Berdasakan lokasinya Kalkulus ada 2 macam, yaitu :
1. Kalkulus supragingiva
Letak = di sebelah koronal dari tepi gingival (diatas gingival)
8
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Kalkulus terdeposit mula-mula pada permukaan gigi yang berlawanan dengan
duktus saliva, pada permukaan lingual insisivus bawah dan permukaan bukal
molar atas, tetapi dapat juga terdeposit pada setiap gigi dan geligi tiruan yang
tidak dibersihkan dengan baik, misalnya permukaan oklusal gigi yang tidak
mempunyai antagonis.
Warna = agak kekuningan kecuali bila tercemar faktor lain seperti
tembakau, anggur, pinang.
Bentuk = cukup keras, rapuh, mudah dilepas dari gigi dengan alat khusus
Sumber mineral diperoleh dari saliva
Dapat terlihat langsung di dalam mulut
2. Kalkulus subgingiva
Letak = akar gigi di dekat batas apical poket yang dalam, pada kasus yang
parah, bahkan dapat ditemukan jauh lebih dalam sampai ke apeks gigi
(dibawah gingival).
Bentuk = bewarna hijau tua atau hitam, lebih keras daripada kalkulus
supragingiva, melekat lebih erat pada permukaan gigi
Melekat pada permukaan akar dan distribusinya tidak berhubungan dengan
glandula saliva tetapi dengan adanya inflamasi gingival dan pembentukan poket,
suatu fakta terefleksi dari namanya ‘kalkulus seruminal’
Proses Pembentukan Kalkulus
Sejumlah penelitian menunjukkan, penyebab dari beberapa masalah
rongga mulut adalah dental plaque atau plak gigi. Setelah kita menyikat gigi, pada
permukaan gigi akan terbentuk lapisan bening dan tipis yang disebut pelikel.
Pelikel ini belum ditumbuhi kuman. Apabila pelikel sudah ditumbuhi kuman
disebutlah dengan plak. Plak berupa lapisan tipis bening yang menempel pada
permukaan gigi, terkadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Lapisan itu tidak
lain adalah kumpulan sisa makanan, segelintir bakteri, sejumlah protein dan air
ludah. Plak selalu berada dalam mulut karena pembentukannya selalu terjadi
setiap saat, dan akan hilang bila menggosok gigi atau menggunakan benang
khusus. Plak yang dibiarkan, lama kelamaan akan terkalsifikasi (berikatan dengan
9
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
kalsium) dan mengeras sehingga menjadi karang gigi. Mineralisasi plak mulai di
dalam 24-72 jam dan rata-rata butuh 12 hari untuk matang.Karang gigi
menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan menjadi tempat menempelnya
plak kembali sehingga kelamaan karang gigi akan semakin mengendap, tebal dan
menjadi sarang kuman. Karang gigi dapat terlihat kekuningan atau kehitaman,
warna kehitaman biasanya akibat bercampur dengan rokok, teh, dan zat lain yang
dapat meninggalkan warna pada gigi. Jika dibiarkan menumpuk, karang gigi dapat
meresorbsi ( menyerap ) tulang alveolar penyangga gigi dan akibatnya gigi mudah
goyang dan tanggal.
Kalau kita berbicara mengenai gigi, tentu tidak terlepas dari
membicarakan jaringan penyangga gigi (jaringan periodontal). Jaringan
periodontal ini yang menjadi tempat tertanamnya gigi. Jaringan ini terdiri dari
gusi, sementum, jaringan pengikat tulang penyangga gigi (alveolar). Jaringan
penyangga gigi inilah yang mengikat gigi, pembuluh darah dan persarafan
menjadi satu kesatuan.
Karang gigi mengandung banyak kuman-kuman yang dapat menyebabkan
penyakit lain di daerah sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan, maka kuman-kuman
dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga gigi tersebut.
Bila sudah infeksi maka masalah lebih lanjut bisa timbul. Penderita biasanya
mengeluh gusinya terasa gatal, mulut berbau tak sedap, sikat gigi sering berdarah,
bahkan adakalanya gigi dapat lepas sendiri dari jaringan penyangga gigi. Infeksi
yang mencapai lapisan dalam gigi (tulang alveolar) akan menyebabkan tulang
pernyangga gigi menipis sehingga pada perbandingan panjang gigi yang tertanam
pada tulang dan tidak tertanam 1:3, gigi akan goyang dan mudah tanggal.
Selain mengakibatkan gigi tanggal, kuman infeksi jaringan penyangga gigi juga
dapat menyebar ke seluruh tubuh. Melalui aliran darah, kuman dapat menyebar ke
organ lain seperti jantung. Karena itu ada beberapa kasus penyakit yang
sebenarnya dipicu oleh infeksi dari gigi, ini disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi
otot jantung (miokarditis) termasuk penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi
fokal.
10
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Oleh karena itu, masalah karang gigi tidak dapat disepelekan. Bila plak
sudah mengendap menjadi karang gigi maka penyikatan sekeras apapun dengan
sikat gigi biasa tidak akan menghilangkannya. Satu-satunya cara untuk mengatasi
karang gigi adalah dengan pergi ke dokter gigi untuk dibersihkan agar terhindar
dari penyakit yang lebih berat dan tentunya butuh biaya yang lebih besar.
Karang gigi harus dibersihkan dengan alat yang disebut scaler. Ada yang
manual ataupun dengan ultrasonic scaler. Setelah dibersihkan dengan scaler,
karang gigi akan hilang dan gigi menjadi bersih kembali. Namun, karang gigi
dapat timbul kembali apabila kebersihan gigi tidak dijaga dengan baik.
Dianjurkan melakukan tindakan pencegahan sebelum karang gigi timbul yaitu
dengan menyikat gigi secara teratur dan sempurna. Dental floss juga perlu
digunakan untuk membersihkan permukaan antar dua gigi yang sering menjadi
tempat terselipnya makanan dan menjadi tempat penimbunan plak. Obat kumur
yang mengandung clorhexidine dapat digunakan untuk mencegah timbulnya plak,
obat ini dapat digunakan setelah penyikatan gigi.
3.2 Apa saja instument yang dipersiapkan untuk diagnostik
1. Kaca mulut/Mouth Mirror/Spiegel (2 buah)
Ciri-cirinya:
Alat yang tangkainya dari logam / non logamdengan diujungnya terdapat kaca
berbentuk bulat. Macam permukaan kaca :
- datar
- cembung Diameter kaca ada beberapa macam mulai dari nomor 3 sampai nomor
Kegunaan :
Melihat permukaan gigi yang tidak dapat dilihat langsung mata
Membantu memperluas daerah pekerjaan yaitu dengan menahan pipi, lidah
dan ,bibir.
Mengetahui adanya debris, karang gigi, lubang gigi.
Melihat hasil preparasi, tumpatan.
Melihat kelainan di dalam rongga mulut, lidah, gusi, palatum.
2. Pinset (Dental Pinset) (1 buah)
11
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Ciri-ciri :
Alat penjepit dari stainless steel dengan ujung jepitan melengkung/membentuk
sudut.
Kegunaan :
Untuk menjepit kapas, kasa, tampon, cotton roll, cotton pellet, mata bur gigi.
3. Sonde/Probe/Explorer (1 buah)
Ciri-ciri :
Alat dari stainless steel/logam dengan bagian ujung yang runcing.
Ujung yang runcing hanya pada satu sisi ( single end atau di kedua sisi
( double ).
Macam :
Sonde bengkok/melengkung ½ lingkaran dan Sonde lurus
Kegunaan :
Mencari caries & mengukur kedalamannya
Memeriksa adanya debris dan calculus.
Memeriksa adanya ferforasi atap pulpa.
Tankainya bisa untuk tes perkusi
Mengetahui tumpatan atau tepi tumpatan sudah rata/belum.
4. Excavator (1buah)
Ciri-ciri :
Alat dari stainlees steel dengan bagian ujungnya menyerupai sendok kecil.
Bentuk ujungnya mempunyai berbagai ukuran, mulai dari nomor nol s/d
no.6
Kegunnaan :
12
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Membersihkan jaringan karies yang lunak dan kotoran- kotorannya atau
sisa makanan yang terdapat di dalam kavitas.
Membongkaran tumpatan sementara.
Mengambil kelebihan fletcher, cement, amalgam.
Apa saja instrument untuk scling dan penyurutan akar beserta fungsi dan cara
pemengangan instrument
3.3 Instrument untuk scling dan penyurutan akar beserta fungsi dan cara
pemengangan instrument Instrumentnya :
Scaler
1. HOE SCALER
Ciri-ciri: Bentuknya seperti cangkul, Kegunaan :Untuk meratakan permukaan
akar, sehingga bebas dari karang gigi.
2. CHISEL SCALER
Ciri-ciri :Bentuknya sperti pahat, Kegunaan: Untuk membersihkan karang gigi
pada permukaan proximal gigi anterior.
3. FILE SCALER
Ciri-ciri : Bentuknya seperti kikir. Kegunaan : Alat ini jarang dipakai, karena bisa
menyebabkan permukaan gigi menjadi rata.
4. SICKLE SCALER
Ciri-ciri : Bentuknya seperti bulan sabit. Kegunaan :Untuk mengambil supra/sub
gingival calculus pada interdental space.
5. CURRET SCALER
Ciri-ciri :Bentuknya seperti sendok. Kegunaan : Untuk mengambil sub gingival
calculus, jaringan cementum dan jaringan lunak dari dinding pocket.
13
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
6. CAVITRON / SUPER SONIC SCALER
Ciri-ciri : Suatu alat yang dipakai untuk membersihkan karang gigi yang
dijalankan dengan listrik/ultrasonic. Bagian ujung dari alat ini dapat diganti-ganti
disesuaikan dengan bentuk yang kita butuhkan. Pada bagian ujung dari alat ini ada
lubang yang gunanya untuk mengeluarkan air ketika dipakai, maksudnya supaya
tidak menjadi panas. Kegunaan : Ujung yang tipis dipakai untuk bagian
approximal.Ujung yang permukaannya lebar, dipakai untuk bagian buccal. Untuk
membersihkan karang gigi, baik sub maupun supra gingival calculus serta debris
dan stain.
3.4 Artikulator
Mounting the dental casts
1. Memilih artikulator
Pada tahap ini, dilakukan penyesuaian dental casts pasien dengan artikulator.
Artikulator adalah alat mekanis yang dapat menirukan gerakan rahang, mulai dari
gerakan membuka dan menutup sampai pada gerakan kompleks berupa simulasi
berbagai pergerakan mandibula dan juga dapat memegang model RA dan RB
dalam hubungan seperti aslinya
Kegunaan/fungsi artikulator adalah : (1) sebagai alat bantu pada pembuatan
gigi tiruan untuk memperoleh oklusi dan artikulasi yang seimbang/baik (2)sebagai
simulator untuk menggerakan rahang sehingga gigi tiruan yang dihasilkan dapat
berfungsi seperti aslinya.
Menurut heartwell, artikulator dapat diklasifikasikan sebagai :
Menurut kemampuan menirukan gerakan rahang
5. Non anatomis hanya menirukan gerakan membuka dan menutup mulut.
Contoh : okludator. Okludator digunakan sebagai alat bantu pada saat
pembuatan GTC sederhana (1-2 gigi) dan juga untuk plat ortodonthi.
6. Anatomis dapat menirukan semua gerakan mandibula. Dibangi lagi
menjadi : (1) non adjustable lereng sendi dan lereng insisal ditentukan
berdasarkan penghitungan rata-rata, tidak dapat disetel individual, cth :
14
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
free-plane articulator, handy 2A, Gysi simplex (2) adjustable ukuran
lereng-lereng tersebut dapat disetel individual sehingga gerakannya lebih
mendekati gerakan pasien. Tipe ini ada yang semi adjustable, bila hanya
beberapa unsur yang dapat disetel, cth : Whipmix, Dentatus, Hanau H2;
dan fully adjustable, bila semua unsur dapat disetel, cth: Denar D4,
Stuart,dll.
Menurut kemampuan sendinya melakukan gerakan
Simple hinge type hanya dapat melkukan gerakan buka tutup
Tipe dengan sendi yang dapat melakukan gerakan meluncur selain gerakan
engsel
Menurut letak kondilusnya
Tipe non arcon kondilus artikulator berada di lengan atas dan fossa di
lengan bawah. Jadi gerakan rahangnya merupakan kebalikan dari gerakan
mandibula (atas bergerak terhadap bawah). Contoh : semua tipe
semiadjustable
Tipe arcon (articulario condyle) kondilua artikulator berada di lengan
bawah dan fossa di lengan atas artikulator, jadi sesuai dengan keadaan
manusia
Menurut Stewarts, berdasarkan pada adjustability (kemampuan menyesuaikan)
dari artikulator, maka artikulator dibagi menjadi 3, yaitu:
Nonadjustable articulators
Nonadjustable articulators dapat membuka dan menutup di sekitar suatu axis
horizontal. Elemen kondilarnya menempel pada bagian atas artikulator dan
berotasi pada groove atau lubang di bagian bawah artikulator. Artikulator ini
memiliki fixed condylar path, dimana elemen kondilarnya dapat menunjukkan
gerak lateral dan protrusif rahang. Nonadjustable articulators diindikasikan untuk
perawatan RPD dengan sedikit kehilangan gigi posterior dan adanya disklusi gigi
kaninus. Nonadjustable articulators juga bersifat rigid (banyak diminati), karena
kelenturan bagian atas dan bawah artikulator atau adanya gerakan lateral pada
engsel kedua bagian tersebut dapat membuat kesalahan oklusi.
15
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Semi-adjustable articulators
Jenis artikulator ini paling sering dipakai. Artikulator ini memiliki adjustable
horizontal condylar paths, adjustable lateral condylar paths, dan adjustable incisal
guide tables; sehingga artikulator ini dapat disesuaikan dengan pergerakan
mandibula pasien, tidak seutuhnya, tapi semirip mungkin dengan pasien
Highly adjustable articulators
Artikulator ini dapat disetel untuk menirukan semua gerakan rahang dari
pasien, sehingga membutuhkan proses dan memakan waktu yang cukup panjang
dan juga dibutuhkan kemampuan drg yang kompeten.
Pertimbangan pemilihan articulator
Praktisi harus memilih alat sesederhana mungkn yang telah memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dari suatu perawatan karena semakin kompleks suatu
articulator semakin signifikan kesalahan yang dapat diperbuat. Nonadjustable
articulator umumnya diindikasikan pada kasus Kennedy kelas III/.
Semiadjustable instrument seringkali digunakan pada kasis Kennedy kelas I, II,
IV. Highly adjustable instrument umumnya terbatas pada pasien yang
membutuhkan rehabilitasi oklusal yang ekstensif.
3.5 Resin akrilik
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam
rumus strukturnya. Dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi yaitu
kelompok turunan asam akrilik, CH2 = CHCOOH, dan kelompok asam metakrilik
CH2 = C(CH3)COOH. Kebanyakan Basis protesa di buat menggunakan resin poli
( metil metaktilat). Resin akrilik terdiri dari poli (metil metakrilat) yang berbentuk
bubuk disebut polimer, dan metil metakrilat yang berbentuk cairan disebut
monomer.
Berdasarkan polimerisasinya ada empat jenis resin akrilik, yaitu cold
cured, heat cured, microwave cured dan light cured. Sembilan puluh lima persen
gigi tiruan yang digunakan saat ini berasal dari resin akrilik heat cured.
Resin akrilik heat cured merupakan campuran antara monomer metil
metakrilat (H2C = CH-COOH3) dan polimer poli metil metakrilat yang mencapai
16
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
polimerisasi saat dipanaskan. Resin akrilik berpolimerisasi secara adisi radikal.
Bila suhu dinaikkan diatas 60°C, molekul benzoil peroksida yang berperan
sebagai inisiator akan terurai menjadi bentuk radikal bebas yang bereaksi dengan
molekul monomer untuk membentuk monomer baru dan seterusnya terjadi reaksi
propagasi sampai terminasi. Temperatur polimerisasi yang tinggi dan waktu
polimerisasi yang pendek akan menghasilkan gigi tiruan resin akrilik yang
berkekuatan lemah karena polimer yang terbentuk memiliki rantai yang pendek
(Craig RG, et al, 2000).
Untuk membuat bahan resin akrilik biasanya digunakan metode adonan,
yaitu mencampur cairan monomer dengan bubuk polimer. Hasil adonan ini
kemudian dimasukkan ke dalam cetakan untuk diproses lebih Ianjut. Kualitas
yang diperoleh tergantung pada berbagai parameter seperti temperatur
pencampuran, temperatur pemasakan, waktu pemasakan dan tekanan
pengepresan. Agar diperoleh bahan resin akrilik dengan kualitas terbaik perlu
diselidiki pengaruh parameter-parameter tersebut terhadap besarnya porositas.
Terdapat beberapa tahap pada interaksi bubuk polimer dan cairan monomer, yaitu:
1. Mula-mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir basah (Sandy stage/
wet sand stage).
2. Bahan menjadi merekat begitu polimer mulai larut di dalam monomer
(shrink stage/ sticky stage) sehingga campuran tersebut melunak, melekat
serta berserabut (tacky fibrous). Bila dipegang atau ditarik-tarik, campuran
tadi masih melekat di tangan.
3. Kemudian dicapai konsistensi liat (dough/gel stage), dimana; monomer
makin banyak merembes ke dalam butir-butir polimer dan ada juga
monomer yang menguap sehingga konsistensi makin padat . Pada akhirnya
akan menjadi adonan yang plastis dan tidak tidak melekat lagi pada tangan.
Ini merupakan stadium yang cocok untuk memasukkan bahan kedalam
cetakan/mould. Waktu dough ( waktu sampai tercapainya konsistensi liat)
tergantung pada ukuran partikel polimer ; partikel yang lebih kecil lebih
cepat larut dan lebih cepat tercapai konsistensi liat, terdapatnya plasticizer
pada beberapa bahan, ini mempercepat terjadinya dough stage yang dapat
diperlambat dengan menyimpan campuran di suhu rendah. Perbandingan
17
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
polimer/monomer; bila tidak sesuai (terlalu sedikit monomer) maka dough
stage lebih singkat.
4. Bila campuran dibiarkan terlalu lama, bentuk dan campuran pada tingkatan
paling akhir ini sudah agak keras, menyerupai karet , tetapi masih dapat
diputuskan dengan jari tangan untuk dibentuk (rubber stage).
5. Fase keras terjadi apabila campuran yang terbentuk seperti karet dibiarkan
lebih lama sudah tidak dapat diputuskan dengan tangan (hard stage).
(Combe ; diterjemahkan oleh drg. Slamat Tarigan : 1992).
Selanjutnya setelah tercapai dough stage, resin akrilik diisikan pada suatu
ruang cetak. Ruang cetak adalah rongga/ruangan yang telah disiapkan untuk diisi
dengan acrylic. Ruang tersebut dibatasi oleh gips yang tertanam dalam kuvet
(pelat logam yang biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga tersebut diisi
dengan acrylic, lebih dulu diulasi dengan bahan separator/pemisah, yang
umumnya menggunakan could mould seal (CMS). Agar merata dan padat, maka
diperlukan pengepresan dengan menggunakan alat hydraulic bench press.
Sebaiknya pengepresan dilakukan dilakukan berulang-ulang agar rongga cetak
terisi penuh dan padat.
Adonan resin akrilik yang telah dicetak akan mengalami pemrosesan lebih
lanjut yang dapat dilakukan dengan cara pemanasan dalam air pada suhu 70°C
selama 8 jam, atau dengan cara dipanaskan dalam air pada suhu 70°C selama 1
jam 30 menit kemudian suhu dinaikkan menjadi 100°C selama 1 jam (Anusavice,
2003). Pemanasan pada suhu 100°C penting dilakukan untuk mendapatkan
kekuatan dan derajat polimerisasi resin yang tinggi (Toeti, MWG., 1981).
Pemanasan resin akrilik pada suhu 100°C juga akan mengurangi sisa monomer
yang tertinggal (Vallittu PK, et al., 1995). Monomer sisa metil metakrilat bersifat
iritatif pada jaringan lunak mukosa mulut dan dapat mengakibatkan keradangan
jaringan mukosa dibawah gigi tiruan yang umum dikenal sebagai denture
stomatitis (Harrison A, Hugget R., 1992). Monomer juga dapat bertindak sebagai
antigen bagi tubuh sehingga dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas (Baker S,
et al., 1988). Pemrosesan resin akrilik dapat dilakukan dengan menggunakan:
1. kompor gas
18
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Cuvet berisi resin akrilik dimasukkan dalam panci berisi air. Kemudian
dipanaskan dengan suhu yang dibiarkan naik perlahan hingga 70˚C.
Dipertahankan selama 1,5 jam. Jika suhu diperkirakan naik maka dapat
ditambahkan air dingin atau mengecilkan nyala kompor.
2. dengan curing unit
Dilengkapi dengan sensor panas yang dihubungkan dengan pembaca suhu di
dalam bak. Diluarnya dipasang komponen pengatur panas dan waktu. Pemrosesan
resin unit dilakukan dengan mengisi bak curing unit dengan 5 liter air. Pengaturan
suhu dan waktu dilakukan 2 tahap. Tahap pertama suhu dinaikkan perlahan
sampai 70˚C lalu dipertahankan selama 1,5 jam. Kemudian dinaikkan 100 derajat
dan dipertahankan selama 30 menit.
Kekuatan dari suatu bahan gigi tiruan juga tergantung pada kekuatan bahan
aklirik yaitu molekul dari polimer yang telah dicuring, jumlah kandungan sisa
monomer, banyak dan besarnya porosity serta terdapatnya benda asing di dalam
bahan.
Adapun perbandingan polimer dan monomer (powder dan liquid resin) yang
tepat berpengaruh pada struktur akhir dari resin. Umumnya lebih banyak polimer
yang digunakan, waktu reaksi menjadi lebih pendek, pengerutan dari resin juga
menjadi lebih kecil.Proporsi polimer : monomer umumnya kurang lebih 3:1
berdasarkan volum, atau 2:1 menurut berat, perbandingan yang demikian ini
dipakai bila powder yang lebih halus sudah turun dari permukaaan, atau telah
terjadi distribusi yang merata dari ukuran partikel-partikel polimer yang berbeda
demikian juga dengan partikel-partikel pigmennya. Fungsi dari monomer (liquid)
di dalam polimer (powder) adalah untuk menghasilkan massa plastis yang dapat
dimasukkan ke dalam mold. Plastisasi ini dicapai dari sebagian larutan polimer
dalam monomer.
Sifat-sifat Resin Akrilik
Resin akrilik mempunyai beberapa sifat yaitu sebagai berikut :
a. Curing Shrinkage
Ketika monomer metil metakrilat berpolimerisasi akan terjadi perubahan
kepadatan. Perubahan kepadatan menyebabkan shrinkage polimerisasi
sebesar 21 %. Umumnya perbandingan powder-liquid adalah sebesar 3–
19
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
3,5 :1 (vol ) atau 2,5 :1 (berat). Pada proporsi adonan akrilik ini akan
terjadi Shrinkage sebesar 7%. Hal ini disebabkan karena resin akrilik
selama ini menunjukkan shrinkage yang terdistribusi merata disetiap
permukaan basis sehingga tidak begitu mempengaruhi adaptasi basis
mukosa.
b. Strength (Kekuatan )
Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik prosesing,
dan lingkungan gigi tiruan itu sendiri. Resin akrilik mempunyai modulus
elastisitas yang relatif rendah yaitu 2400 Mpa, oleh karena itu basis tidak
boleh kurang dari 1 mm.
c. Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang
telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek
negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik.
Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigi tiruan yaitu
shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage porosity terlihat
sebagai gelembung yang tidak beraturan bentuk di seluruh permukaan gigi
tiruan. Sedangkan gaseous porosity terlihat berupa gelembung kecil halus
yang uniform, biasanya terjadi terutama pada protesa yang tebal dan di
bagian yang lebih jauh dari sumber panas.
d. Stabilitas dimensi
Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh proses, molding, cooling,
polimerisasi, absorbsi air dan temperatur tinggi.
e. Crazing
Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin, hal ini disebabkan
karena adanya tensile stress sehingga terjadi pemisahan berat molekul.
f. Fraktur
Gigi tiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik dapat
menyebabkan daya fleksural yang berkelanjutan sehingga terjadi fatigue
dan akhirnya menyebabkan gigi tiruan fraktur.
g. Radiologi
20
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Akrilik tidak dapat dideteksi dalam foto karena sifat radiolusensinya. Ini
disebabkan karena atom C,H,O yang terdapat dalam akrilik melemahkan,
menyerap sinar x- ray. Hal ini akan meyulitkan jika terjadi kecelakaan
dimana ada bagian akrilik yang tertelan atau tertanam di dalam jaringan
lunak.
h. Penyerapan air
Resin akrilik meyerap air secara peerlahan dengan nilai equilibrium
absorpsi 2 – 2,5 % akan terjadi setelah 6 bulan atau lebih tergantung dari
ketebalan basis. Peyerapan air ini akan menyebabkan perubahan
dimensional, tetapi hal ini tidak signifikan dan biasanya bukan merupakan
penyebab utama ketidaksesuaian gigi tiruan.
i. Berat molekul
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang
tinggi yaitu 500.000 – 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu
100. Berat molekul polimer ini akan bertambah hingga mencapai angka
1.200.000 setelah berpolimerisasi dengan benar. Rantai polimer
dihubungkan antara satu dengan lainnya oleh gaya Van der Waals dan
ikatan antar-rantai molekul. Bahan yang memiliki berat molekul tinggi
mempunyai ikatan rantai molekul yang lebih banyak dan mempunyai
kekakuan yang besar dibandingkan polimer yang memiliki berat molekul
yang lebih rendah.
j. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa
lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya
protesa. Ethanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi
temperatur transisi kaca. Oleh karena itu, larutan yang mengandung
alkohol sebaiknya tidak digunakan untuk membersihkan protesa.
k. Cukup elastik dan cukup rigid terhadap tekanan kunyah.
l. Dapat menyesuaikan diri dengan cairan mulut.
m. Tidak mengiritasi jaringan mulut
n. Tidak beracun
o. Tidak berasa dan tidak berbau.
21
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
p. Tidak berubah warna.
q. Mudah dipolish.
Alat Dan Bahan yang digunkan untuk pembuatan gigi tiruan dengan resin akrilik
dimana digunakan adalah gigi tiruan lepasan sebahagian dengan mengunakan
sendok cetakan yang berlobang dimana kita ketahui bahwa resin akrilik tersebur
terdiri dari liquid dan powder dan pencampurannya harus pas.
a. Alat :
• Pisau malam
• Pisau model
• Bowl dan spatula
• Kuvet dan begel portable
• Bunch press hidrolik
• Lampu spirtus
• Mixing jar
• Mesin pulas
• Macam-macam mata bur (sesuai kebutuhan)
• Straight dan contra h.p dan tali bur
• Masker
• Kompor dan panci
• Kuas kecil
• Chip blower
• Vibrator
• Trimmer
22
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
b. Bahan :
• Model spacer malam
• Vaselin
• Gips putih
• Gips biru
• Resin akrilik
• Baseplate wax
• Kertas gosok
• Air sabun
• CMS
• Celophan
Cara Kerja
1. Lempeng gigit yang digunakan adalah lempeng gigi dari tahap pekerjaan
praktikum malam.
2. Menutup seluruh tepi lempeng gigit dengan malam sampai batas mukosa
bergerak tak bergerak.
3. Melakukan kontur sederhana dengan merapikan seluruh permukaan
lempeng gigit sampai rata, halus dan mengkilat, digosok dengan air sabun
untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada model malam
4. Selanjutnya untuk tahap penanaman menyiapkan kuvet, begel portable,
gips putih, gips biru dan vaselin. Melakukan pemeriksaan terhadap kuvet,
apakah pasangan kuvet sudah mudah dilepas? Dan melakukan penanaman
percobaan, memerikasa apakah seluruh model dapat termuat dalam kuvet,
jika tidak melakukan pengurangan tepi tepi model dengan cara
mentrimmer model.
5. Mengulasi seluruh permukaan model lempeng gigit dengan menggunakan
vaselin kecuali model malam.
23
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
6. Mengaduk gips putih secukupnya dengan konsistensi normal, menuang ke
dalam kuvet bawah diatas vibrator hingga terisi penuh ¾ bagian, kemudian
meletakkan model dalam kuvet, untuk rahang bawah tegak lurus 90o ,
mencobakan kuvet lawan memperhatikan jarak antara bagian tertinggi
model dengan batas bibir atas kuvet lawan, jarak ideal adalah 1 cm, setelah
dicapai jarak yang sesuai melepas kembali kuvet lawan.
7. Sebelum gips mencapi finnal setting merapikan seluruh permukaan gips
pada kuvet, memperhatikan agar jangan sampai ada daerah undercut,
terakhir menggosok dengan kertas gosok sehingga seluruh permukan gips
menjadi rata dan halus.
8. Setelah gips putih mencapai finnal setting, mengolesi seluruh permukaan
dengan vaselin kecuali model malam, mengaduk gips biru secukupnya
dengan konsistensi kental, mengolesi seluruh permukaan model malam
dengan gips biru dengan menggunakan kuas, merapikan dan menghindari
terjadinya daerah undercut.
9. Setelah gips biru mencapai finnal setting, mengkatupkan kuvet lawan,
mengaduk gips putih kemudian menuang ke dalam kuvet diatas vibrator
sampai penuh, tutup kuvet, merapikan, membuang sisa sisa gips yang
keluar dari mulut kuvet. Meletakkan kuvet pada press portable kemudian
peress dengan kekuatan maksimal lalu membiarkan mencapi finnal setting.
10. Tahap selanjutnya adalah tahap burning out atau buang malam, pada tahap
ini disiapkan kompor dan panci. Mendidihkan air dalam panci, banyaknya
air diperkirakan hingga seluruh permukaan kuvet nantinya terendam dalam
air. Setelah mendidih masukkan kuvet dan press portable ke dalam panci
dibiarkan selama 5 menit.
11. Setelah 5 menit mengangkat kuvet dan press portable dari atas panci,
membuka press portable hingga kuvet terlepas, memisahkan kuvet atas
dengan kuvet bawah, memperhatikan cara mengungkit.
12. Setelah kuvet terpisah, memeriksa daerah mould space, jika masih terdapat
malam menyiram dengan air mendidih, memastikan seluruh mould space
bebas dari malam . Kemudian membiarkan setengah dingin.
24
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
13. Tahap selnjutnya adalah packing akrilik. Dengan menggunakan kuas,
mengulasi seluruh permukaan model dengan menggunakan bahan
separator (CMS), ditunggu sampai kering. Menyiapkan cellophan dan
merendam dalam air.
14. Menyiapkan monomer dan polimer akrilik dengan perbandingan 2 : 1
menurut volume dan 3 :1 menurut berat.
15. Menuang monomer ke dalam mixing jar menambahkan polimer kemudian
mengaduknya sampai homogen, menutup mixing jar agar terhindar dari
sinar matahari, didiamkan, ditunggu sampai campuran akrilik mencapai
fase dough stage.
16. Setelah mencapai dough stage ambil dari mixing jar, dibagi menjadi dua
bagian sama basar, diaplikasikan masing masing bagian kedalam kuvet
atas dan bawah, ditambahkan sedikit monomer kemudian menutup kuvet
bawah dengan cellophan, memasang kuvet lawan lalu di press dengan
press hidrolik, ditekan sampai mencapai 900 psi, dipertahankan sampai 10
detik, lalu perlahan lahan dilepaskan tekanan hingga mencapai 0, kuvet
dikeluarkan dari press hidrolik.
17. Memisahkan kuvet, melepaskan cellophan, membuang kelebihan akrilik
dengan pisau model, menambahkan monomer, menutup kembali dengan
cellophan kemudian mengkatupkan kembali dengan cellophan kemudian
mengkatupkan kembali kedua kuvet. Meletakkan kuvet pada press hidrolik
kembali, ditekan hingga mencapai tekanan 1200 psi dipertahankan 10
detik, memisahkan kedua kuvet, merapikan kembali akrilik, membuang
kelebihan akrilik lalu menambahkan sedilit monomer pada masing masing
kuvet kemudian katupkan kembali, pada tahap ini tanpa menggunakan
cellophan. Meletakkan kuvet pada press hidrolik memberi tekanan sebesar
1500 psi mempertahankan 10 detik, lalu membuka tekanan press
keluarkan kuvet dan letakkan kuvet pada press portable, memutar hingga
mencapi kekuatan maksimal, lalu merendam kuvet dalam air selama 8
jam.
18. Tahap selanjutanya adalah proses pemasakan akrilik. Masak air dalam
panci, banyaknya air diperkirakan cukup sampai seluruh permukaan kuvet
25
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
terendam, pada saat air mendidih kuvet dan begel portable dimasukkan ke
dalam panci kemudian ditunggu hingga air mendidih kembali lalu
dipertahankan selama 20 menit. Setelah itu api dimatikan dan kuvet
dibiarkan ke dalam panci hingga air mencapai suhu normal kembali.
18. Tahap berikutnya adalah tahap finishing. Mengeluarkan kuvet dan press
portable dalam panci kemudian melepaskan kuvet dari press portable,
memisahkan kedua kuvet, arah ungkitan diperhatkan. Setelah terpisah
mengeluarkan model dari dalam kuvet, diusahakan agar model tetap utuh
(tidak pecah). Memisahkan lempeng akrilik dengan model,
memperhatikan arah ungkitan.
19. Melakukan tahap finishing dengan merapikan lempeng akrilik,
menggunakan straight hand piece dan fraser, membentuk lempeng sesuai
outline dan membebaskan daerah mukosa bergerak tidak bergerak.
20. Tahap selanjutnya adalah polishing, meratakan permukaan lempeng akrilik
dengan menggunakan kertas gosok, setelah rata dan halus dipulas dengan
mesin pulas dengan menggunakan pumice dan cryet.
21. Hasil maksimal adalah lempeng akrilik yang halus, rata dan mengkilat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Adapun pesiapan yang dilakukan ialah sebagai berikut: Pemanggilan
pasien, Mendudukkan dan mengatur posisi pasien , Mengatur posisi
lampu, Memasang slaber, Menginstruksikan pasien untuk kumur, Posisi
operator.
Instument yang dipersiapkan untuk diagnostik
1. Kaca mulut/Mouth Mirror/Spiegel (2 buah)
26
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Ciri-cirinya:
Alat yang tangkainya dari logam / non logamdengan diujungnya terdapat kaca
berbentuk bulat.
Macam permukaan kaca :
- datar
- cembung Diameter kaca ada beberapa macam mulai dari nomor 3 sampai
nomor
Kegunaan :
-Melihat permukaan gigi yang tidak dapat dilihat langsung mata
-Membantu memperluas daerah pekerjaan yaitu dengan menahan pipi, lidah
dan ,bibir.
-Mengetahui adanya debris, karang gigi, lubang gigi.
-Melihat hasil preparasi, tumpatan.
-Melihat kelainan di dalam rongga mulut, lidah, gusi, palatum.
2. Pinset (Dental Pinset) (1 buah)
Ciri-ciri :
Alat penjepit dari stainless steel dengan ujung jepitan melengkung/membentuk
sudut.
Kegunaan :
Untuk menjepit kapas, kasa, tampon, cotton roll, cotton pellet, mata bur gigi.
3. Sonde/Probe/Explorer (1 buah)
Ciri-ciri :
-Alat dari stainless steel/logam dengan bagian ujung yang runcing.
-Ujung yang runcing hanya pada satu sisi ( single end atau di kedua sisi
( double end ).
-Macam :
27
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Sonde bengkok/melengkung ½ lingkaran.
Sonde lurus
Kegunaan :
-Mencari caries & mengukur kedalamannya
-Memeriksa adanya debris dan calculus.
-Memeriksa adanya ferforasi atap pulpa.
-Tankainya bisa untuk tes perkusi
-Mengetahui tumpatan atau tepi tumpatan sudah rata/belum.
4. Excavator (1buah)
Ciri-ciri :
-Alat dari stainlees steel dengan bagian ujungnya menyerupai sendok kecil.
-Bentuk ujungnya mempunyai berbagai ukuran, mulai dari nomor nol s/d no.
Kegunnaan :
-Membersihkan jaringan karies yang lunak dan kotoran- kotorannya atau sisa
makanan -yang terdapat di dalam kavitas.
-Membongkaran tumpatan sementara.
-Mengambil kelebihan fletcher, cement, amalgam.
Instrument untuk scling dan penyurutan akar beserta fungsi dan cara
pemengangan instrument
Instrumentnya :
SCALER
HOE SCALER, Kegunaan : Untuk meratakan permukaan akar, sehingga bebas dari karang gigi.
CHISEL SCALER, Kegunaan: Untuk membersihkan karang gigi pada permukaan proximal gigi anterior.
FILE SCALER Kegunaan : Alat ini jarang dipakai, karena bisa menyebabkan permukaan gigi menjadi rata.
28
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
SICKLE SCALER, Kegunaan :Untuk mengambil supra/sub gingival calculus pada interdental space.
CURRET SCALER, Kegunaan :Untuk mengambil sub gingival calculus, jaringan cementum dan jaringan lunak dari dinding pocket.
CAVITRON / SUPER SONIC SCALER, membersihkan karang gigi yang dijalankan dengan listrik/ultrasonic.Bagian ujung dari alat ini dapat diganti-ganti disesuaikan dengan bentuk yang kita butuhkan- Pada bagian ujung dari alat ini ada lubang yang gunanya untuk mengeluarkan air ketika dipakai, maksudnya supaya tidak menjadi panas.
Kegunaan :- Ujung yang tipis dipakai untuk bagian approximal- Ujung yang permukaannya lebar, dipakai untuk bagian buccal.- Untuk membersihkan karang gigi, baik sub maupun supra gingival calculus serta debris dan stain.
Cara pemegangan instrument : Dikondisikan di mana kalkulus itu berada supaya di dapatkan tenaga yang cukup ntuk membersihkan kalkuluus itu baik denggan menggunakan teknik pen grip, palm grip, dan finger grip.
29
ILMU TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI