Upload
bocah-gemblung
View
218
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MAKALAH PANCASILA“Penyusunan Konsep Pancasila dan UUD’45”Disusun untuk melengkapi tugas kuliahDosen Pengampu: Drs.Baidi,M.PdDisusun oleh : Kelompok III1. Khalida Azzahria2. Khalifah Handayani3. Khamaludin Taha4. Khoirul UmamFAKULTAS TARBIYAH dan BAHASAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTATahun 2012/2013PENGANTAR PENULISPuji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Hidayah, dan Inayahnya kepada kami, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa Shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungan kita dan suri tauladan kita Nabi besar, Nabi Agung Muhammad SAW, yang mana Syafaatnya akan sangat kita nantikan di Yaumul Kiamah nanti.Dengan terselesaikannya makalah ini, tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam pembuatan makalah ini.Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa menunjang proses belajar para peserta didik dan bermanfaat bagi para pembaca. Disamping itu Makalah ini dianjurkan untuk dibaca oleh mahasiswa sebagai dasar dan pijakan di masa mendatang, seperti ungkapan Bung Karno “Jadikanlah masa lalu sebagai jas merah”.Dan semoga makalah ini dapat menumbuhkan kreatifitas para peserta didik dalam mengenal penyusunan konsep pancasila dan undang-undang dasar 1945.Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini yang penuh dengan keterbatasan, kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca guna peningkatan dan perbaikan pada pembuatan makalah kami selanjutnya. PenulisA. Latar belakang BPUPKI dan PPKI 1. latar belakang BPUPKI Tanggal 1 Maret 1942 Tentara Jepang (Dai Nippon Teikoku) berhasil mendarat di pulau Jawa. Setelah kedatangannya, Jepang kemudian memaksa Gubernur Jenderal Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyerah tanpa syarat kepada Jenderal Imamura di Kalijati (Bandung) tanggal 9 Maret 1942. Bangsa Indonesia menyambut peristiwa itu dengan penuh kegembiraan, dan disambut dengan pengibaran bendera Sang Merah Putih (di samping bendera Jepang Hinomaru) serta nyanyian lagu Indonesia Raya. Setelah Jepang menguasai kepulauan Indonesia, mereka mengeluarkan UU no.1 1942 dan menegaskan bahwa: “Bala tentara Dai Nippon berkehendak memperbaiki rakyat Indonesia yang sebangsa dan seketurunan dengan bangsa Nippon”. Namun kegembiraan atas terlepasnya Indonesia dari Belanda dan UU Jepang yang menyatakan perihal tersebut segera pudar, pasalnya pada bulan Mei 1942 (2 bulan setelah Jepang menduduki daerah Indonesia) keluarlah Undang-undang no.3 dan 4 yang berisi mengenai bendera yang dikibarkan hanyalah bendera Hinomaru dan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo. Hal ini mengutarakan bahwa secara tidak langsung melarang pengibaran bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya. Oleh karena sebab inilah rakyat mulai merasa gelisah. Memang pada akhirnya, Jepang hanyalah menggatikan Belanda sebagai penjajah di Indonesia. Dalam melaksanakan penjajahannya, Pemerintah Balatentara Jepang membagi Indonesia menjadi tiga bagian yaitu :1. Pulau Jawa dan Madura dengan pusatnya di Jakarta, ada di bawah kekuasaan Angkatan Darat (Rikyugun).2. Pulau Sumatra dengan pusatnya di Bukittinggi (yang kemudian digabungkan dengan Singapura) ada di bawah kekuasaan Angkatan Darat (Rikyugun).3. Pulau Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian, dengan pusatnya di Makassar ada di bawah kekuasaan Angkatan Laut (Kaigun).Ketiga daerah tersebut semuanya di bawah Komando Panglima Besar untuk Asia Tenggara (Nanpoo Gun) yang berpusat di Saigon )Vietnam). Beberapa bulan semenjak itu, tentara Jepang semakin menunjukkan kekuasaan diktatornya, salah satunya mereka memaksa rakyat untuk membantu Jepang melawan sekutu (Amerika, Inggris, Australia, New Zealand) dengan tenaga, harta ataupun jiwa. Rakyat yang merasa tertindas dan kelaparan m
Citation preview
MAKALAH PANCASILA
“Penyusunan Konsep Pancasila dan UUD’45”Disusun untuk melengkapi tugas kuliah
Dosen Pengampu: Drs.Baidi,M.Pd
Disusun oleh : Kelompok III
1. Khalida Azzahria
2. Khalifah Handayani
3. Khamaludin Taha
4. Khoirul Umam
FAKULTAS TARBIYAH dan BAHASA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
Tahun 2012/2013
PENGANTAR PENULIS
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Hidayah, dan Inayahnya
kepada kami, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa Shalawat dan salam kami
haturkan kepada junjungan kita dan suri tauladan kita Nabi besar, Nabi Agung Muhammad SAW,
yang mana Syafaatnya akan sangat kita nantikan di Yaumul Kiamah nanti.
Dengan terselesaikannya makalah ini, tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah ikut membantu dalam pembuatan makalah ini.Diharapkan dengan adanya
makalah ini bisa menunjang proses belajar para peserta didik dan bermanfaat bagi para pembaca.
Disamping itu Makalah ini dianjurkan untuk dibaca oleh mahasiswa sebagai dasar dan pijakan di
masa mendatang, seperti ungkapan Bung Karno “Jadikanlah masa lalu sebagai jas merah”.Dan
semoga makalah ini dapat menumbuhkan kreatifitas para peserta didik dalam mengenal penyusunan
konsep pancasila dan undang-undang dasar 1945.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini yang penuh dengan
keterbatasan, kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, saran
dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca guna peningkatan dan perbaikan
pada pembuatan makalah kami selanjutnya.
Penulis
A. Latar belakang BPUPKI dan PPKI
1. latar belakang BPUPKI
Tanggal 1 Maret 1942 Tentara Jepang (Dai Nippon Teikoku) berhasil mendarat di pulau
Jawa. Setelah kedatangannya, Jepang kemudian memaksa Gubernur Jenderal Belanda Tjarda van
Starkenborgh Stachouwer menyerah tanpa syarat kepada Jenderal Imamura di Kalijati (Bandung)
tanggal 9 Maret 1942. Bangsa Indonesia menyambut peristiwa itu dengan penuh kegembiraan, dan
disambut dengan pengibaran bendera Sang Merah Putih (di samping bendera Jepang Hinomaru)
serta nyanyian lagu Indonesia Raya.
Setelah Jepang menguasai kepulauan Indonesia, mereka mengeluarkan UU no.1 1942 dan
menegaskan bahwa:
“Bala tentara Dai Nippon berkehendak memperbaiki rakyat Indonesia yang sebangsa dan
seketurunan dengan bangsa Nippon”.
Namun kegembiraan atas terlepasnya Indonesia dari Belanda dan UU Jepang yang
menyatakan perihal tersebut segera pudar, pasalnya pada bulan Mei 1942 (2 bulan setelah Jepang
menduduki daerah Indonesia) keluarlah Undang-undang no.3 dan 4 yang berisi mengenai bendera
yang dikibarkan hanyalah bendera Hinomaru dan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo. Hal ini
mengutarakan bahwa secara tidak langsung melarang pengibaran bendera Merah Putih dan lagu
Indonesia Raya. Oleh karena sebab inilah rakyat mulai merasa gelisah.
Memang pada akhirnya, Jepang hanyalah menggatikan Belanda sebagai penjajah di
Indonesia. Dalam melaksanakan penjajahannya, Pemerintah Balatentara Jepang membagi Indonesia
menjadi tiga bagian yaitu :
1. Pulau Jawa dan Madura dengan pusatnya di Jakarta, ada di bawah kekuasaan Angkatan
Darat (Rikyugun).
2. Pulau Sumatra dengan pusatnya di Bukittinggi (yang kemudian digabungkan dengan
Singapura) ada di bawah kekuasaan Angkatan Darat (Rikyugun).
3. Pulau Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian, dengan pusatnya di
Makassar ada di bawah kekuasaan Angkatan Laut (Kaigun).
Ketiga daerah tersebut semuanya di bawah Komando Panglima Besar untuk Asia Tenggara
(Nanpoo Gun) yang berpusat di Saigon )Vietnam).
Beberapa bulan semenjak itu, tentara Jepang semakin menunjukkan kekuasaan diktatornya,
salah satunya mereka memaksa rakyat untuk membantu Jepang melawan sekutu (Amerika, Inggris,
Australia, New Zealand) dengan tenaga, harta ataupun jiwa. Rakyat yang merasa tertindas dan
kelaparan mulai melawan kekejaman tentara Jepang, perlawanan rakyat di Karangampel Indramayu
di bawah pimpinan Haji Manrijas dan kawan-kawan. Pemberontakan di Singaparna Tasikmalaya di
bawah pimpinan K.H.Zaenal Mustofa, pemberontakan Peta di Blitar di bawah pimpinan Syoodanco
(opsir) Supriyadi, dan sebagainya.
Dalam keadaan yang berlainan, pemerintahan Jepang sedang mengalami desakan pada
perang dunia ke-II dari pihak sekutu. Hingga pertahanan terakhir yang dimiliki pihak Jepang yang
tersisa di daerah selatan yakni Indonesia, sebelumnya mereka telah meninggalkan kepulauan
Solomon, Pilipina, Irian, dan Okinawa.
Pemerintah Jepang yang merasakan desakan tersebut, kemudian melaksanakan sidang
Istimewa mereka. Setelah melalui rangkaian sidang Istimewa Parlemen Jepang (Dai Nippon
Taikoku Gikai), mereka lalu merayu dan meminta bantuan Indonesia untuk membantu
memenangkan peperangan di bagian Asia Timur Raya, dengan memberikan janji (dinyatakan oleh
Perdana Menteri Jepang Jenderal Kaiso tanggal 7 September 1944) Kemerdekaan Indonesia di
kemudian hari.
Namun, Jepang masih mengajukan 2 syarat yaitu :
1. bahwa negara yang akan terbentuk, harus terikat sebagai keluarga di bawah Dai Nippon.
2. Bangsa Indonesia bersama-sama dengan Jepang harus memenangkan Perang Asia Timur
Raya. Apabila kemenangan tidak diperoleh, maka janji kemerdekaan tersebut tidak diberi.1
Selanjutnya tanggal 1 maret 1945 pemerintah mengumumkan 2 hal bagi bangsa Indonesia :
1. didirikannya Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (BPUPKI-Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
2. memperluas pembicaraan tentang kemerdekaan yang sudah dijanjikan pada tanggal 7
september 1944
Setelah pernyataan pemerintah Jepang tersebut, pada tanggal 29 April 1945 Saiko Sisikan
membentuk Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (BPUPKI-Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia)2 dengan anggota yang berjumlah 63 anggota, sebagai ketua Dr. Radjiman
Widyodiningrat, dibantu wakil ketua muda (fuku kaicoo) dari jepang Ichibangase, ketua muda dari 1 Drs.Rozikin Daman, Pancasila Dasar Falsafah Negara, hal.422 Ibid, hal.43
indonesia RP. Suroso, serta 60 anggota lainnya diantaranya Ir.Soekarno, Mr.Moh.Yamin,
K.H.Wahid Hasyim, K.H.Abdul Halim, H.Agus Salim, R.Abdoelrahim Pratalykrama, R.Aris,
Dr.RKoesoemah Atmadja, Ki Bagoes H.Hadikoesoema, B.P.H.Bintoro, A.K.Moezakkir,
B.P.H.Poeroebejo, R.A.A.Wiranatakoesoema, Ir.R.Asharsoettedjo Moenandar, Oiej Tiang Tjoei,
Drs.Moh.Hatta, Ki Hajar Dewantara, Oei Tjong Hauw, M.Sutarjo Hadikusumo, R.M.Margono
Djojohadikusumo, K.H.Masjkoer, R.Soedirman, Prof.Dr.P.A.H. Djajadiningrat, Prof.Dr.Soepomo,
Prof.Ir.R.Roeseno, Mr.R.Singgih, Mr.Ny.Maria, Ulfah Santoso, R.M.T.A.Suryo, R.Ruslan
Wongsokusumo, Mr.R.Susanto Tirtoprojo, Ny.R.S.S.Sunaryo Mangunpuspito, Dr.Buntaran
Martoatmojo, Liem Koen Hian, Mr.J.Laturharhary, Mr.R.Hindro Martono, R.Sukardjo Pandji
Wiryopranoto, Hadji Ah Sanusi, A.M.Dasaat, Mr.Eng Hoa, Ir.M.P.Surahman Cokroadisuryo,
R.A.A.Sumitra Kolopaking Purbonegoro, K.R.M.T.H.Wuryoningrat, Mr.A.Subarjo,
Prof.Dr.R.Djenal Asikin Wijoyokusumo, Abikusno Cokrosuyoso, Mr.K.R.M.T.Wongsonegoro,
Mr.R.Sastromulyono, Mr.R.Samsudin, Mr.A.A.Maramis, Dr.Samsi, Abdul Kadir, A.Baswedan,
R.Otto Iskandar Dinata, Dr.Sukirman, P.F.Dahler, Mr.R.Suwandim, Drs.K.R.M.A.Sosrodiningrat,
Mr.R.M.Sartono, Parada Harahap, K.H.M.Mansyur. BPUPKI dibubarkan tanggal 7 agustus 1945.
Hasil sidang BPUPKI 1 dan 2
1. Sidang BPUPKI 1,
sidang ini digelar tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945, dari sidang pertama tercatat beberapa
anggota sidang mengusulkan konsep sehubungan dengan dasar negara dan kemerdekaan negara
Indonesia. Prof.Mr.Moh.Yamin yang mendapat kesempatan mengajukan usulan pada tanggal 29
Mei 1945 menyampaikan secara lisan 5 perkara sebagai berikut:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
a. Permusyawaratan
b. Perwakilan
c. Kebijaksanaan
5. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial)
sedangakan secara tertulis beliau menyampaikan kepada Badan Penyelidik :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan-Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia3
Pada tanggal 31 Mei 1945 Prof.Mr.Soepomo mendapatkan giliran untuk mengusulkan pendapat
beliau, diantaranya sebagai berikut :
1. dasar persatuan dan kekeluargaan
2. dasar Ketuhahan
3. dasar kerakyatan/Permusyawaratan
4. dasar koperasi dalam sistem ekonomi
5. mengenai hubungan antar bangsa, dianjurkan supaya Indonesia bersifat sebagai Negara Asia
Timur Raya (sehingga masih ada keterkaitan dengan Jepang) :
Berlanjut pada sidang setelahnya(sidang terakhir) yang berlangsung pada tanggal 1 Juni 1945,
Ir.Soekarno diberikan kesempatan untuk memberikan usulan, diantara yang beliau sampaikan :
1. Nasionalisme-Kebangsanna Indonesia
2. Internasionalisme/Perikemanusiaan
3. Mufakat/demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan
40 orang telah memberikan usulan terkait rumusan dasar negara tersebut, Ir.Soekarno
menggolongkannya sebagai berikut :4
usul Indonesia merdeka selekas-lekasnya
usul mengenai unifikasi atau federasi
usul mengenai bentuk negara dan kepala negara
usul mengenai warga negara
usul mengenai daerah negara
usul mengenai soal agama dan negara
usul mengenai pembelaan
usul mengenai soal keuangan
2. Hasil BPUPKI 2,
menyelesaikan sidang pertama dengan perolehan hasil beberapa usulan sidang kedua ini bermula
pada 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945, sidang apda tanggal 14 juli 1945 Panitia Perancang UUD 3 Drs.Rozikin Daman, Pancasila Dasar Falsafah Negara, hal.464 Drs.Rozikin Daman, Pancasila Dasar Falsafah Negara, hal.45
'45 melaporkan hasil Rancangan UUD yang tersusun dalam 3 bagian :
1. Rancangan Pernyataan Indonesia merdeka atau Declaration of independence,
2. Rancangan Pembukaan UUD
3. Rancangan Batang Tubuh UUD, yang terdiri dari 42 pasal
Selama 8 hari BPUPKI telah melaksanakan sidangnya yang kedua dan telah menghasilkan
rumusan dasar negara sebagai berikut :5
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. kemanusiaan yang adil dan beradab
3. persatuan indonesia
4. kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
2. latar belakang PPKI
Sebelumnya, pada tahap akhir Perang dunia ke-II, penyerangan besar-besaran terhadap
kekuasaan Jepang di Asia terjadi. Puncak penyerangan yang dilakukan tentara sekutu terhadap
Jepang yakni pemboman dengan bom Atom melalui jalur udara yang pertama di kawasan
Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945. Tampak jelas dampak penyerangan ini bagi pihak Jepang,
diketahui kurang lebihnya 78.000 orang tewas.
Peperangan inilah yang menjadi masa bagi Jepang mengalami kegoncangan kekuasaan
terutama di kawasan Asia. Tidak lama setelah serangan sekutu ke pihak Jepang yang
mengakibatkan Hiroshima merasakan duka, sekutu kembali melancarkan serangan Pada tanggal 9
Agustus 1945 dengan cara yang sama, dengan menjatuhkan bom, namun kali ini titik serangan
berada di kawasan Nagasaki. Serangan yang dilakukan sekutu secara terus-menerus mengakibatkan
tentara Jepang mengalami desakan.
Indonesia yang saat itu masih diduduki Jepang juga sedang gencarnya menginginkan
kemerdekaan, Jepang yang sebelumnya telah menjajikan perihal kemerdekaan tersebut. Setelah
membubarkan BPUPKI 7 Agustus 1945, maka dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) guna mempersiapkan kedatangan hari kemerdekaan nanti. Pada 9 Agustus 1945
Soekarno, Hatta, dan Radjiman berangkat ke Saigon menemui Panglima Wilayah Selatan yaitu
Panglima Terauchi Hisaichi atas panggilannya. Pertemuan berhasil dilaksanakan di Dalat, kemudian
pada tanggal 11 Agustus 1945 Terauchi di kota Dalat mengambil 3 keputusan dengan hasil,
5 Ibid., hal.55
1. Ir.Soekarno diangkat sebagai Ketua Paniti Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Drs.Moh.Hatta sebagai wakil ketua dan Dr.Radjiman hanya sebagai salah satu anggota.
Sedangkan 18anggota lainnya ialah : Mr.Supomo, R.P.Suroso, Sutoyo, H.A.Wahid Hasyim,
Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Abdul Kadir, Suryohamijoyo, BPH Puruboyo,
Yap Tjwan Bing, Mr.J.Latuharhary, Dr.Amin, Abd.Abbas, Hamdani, Dr.Ratulangi, Andi
Pangeran, Teungku Moh.Hassan dan I Gusti Ktut Praja.
2. PPKI boleh memulai pekerjaan tanggal 11 Agustus 1945
3. Cepat-tidaknya pekerjaan PPKI terserah sepenuhnya pada PPKI sendiri
Tiga keputusan tersebut diumumkan Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1945 sekembalinya ke
Jakarta dari Saigon.
Gencarnya serangan sekutu akhirnya menyebabkan Jepang menyerah dengan tanpa syarat,
kejadian ini berlangsung tanggal 14 Agustus 1945 setelah perjanjian kemerdekaan bagi Indonesia
dari Jepang. Hal tersebut mengakibatkan pemerintah Jepang tidak dapat meneruskan usahanya
memerdekakan bangsa Indonesia, karena hal ini dilarang oleh sekutu (mengadakan perubahan
Ketatanegaraan) bangsa yang didudukinya. Oleh karena itu, maka diteruskan atau tidaknya
kemerdekaan Indonesia terserah kepada pemimpin Indonesia sendiri.
Di bawah pimpinan Soekarno, mereka memutuskan akan meneruskan usaha-usaha persiapan
kemerdekaan dengan melanjutkan PPKI yang belum dilantik. Keputusan yang diambil ini kemudian
menimbulkan reaksi di kalangan masyarakat, terutama golongan muda yang tergabung dalam
“Angkatan Pemuda Indonesia”, “Gerakan Angkatan Baru”, dan “Barisan Pelopor Istimewa”.
Mereka menginginkan kemerdekaan dengan kekuatan sendiri tanpa bantuan Jepang (sebagai
anggapan mereka PPKI sebelumnya adalah bentukan Jepang) serta mendesak Bung Karno dan
Bung Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia.
Atas desakan golongan muda ini, pada tanggal 15 Agustus 1945 Soekarno memberikan
jawaban bahwa hal itu akan ditanyakan kepada Gunseikanbu hari setelahnya tanggal 16 Agustus
1945. Akan tetapi, jawaban ini tidak membuat puas golongan muda, karena khawatir akan ditolak
oleh Gunseikanbu dan gagallah rencana kemerdekaan Indonesia yang sudah sangat diharapkan.
Kejadian itu menjadi sebab pula terjadinya peristiwa Rengasdengklok (penculikan golongan muda
terhadap Soekarno, Moh.Hatta, Ibu Fatmawati dengan putranya yang masih bayi (Guntur).6
Hasil sidang PPKI
6 Prof.H.A.M.Effendy, S.H., Falsafah Negara Pancasila hal.23-24
Sidang pertama PPKI 18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia dan menetapkan:
1. Piagam Jakarta sebagai rancangan Mukaddimah Hukum Dasar oleh BPUPKI pada
tanggl 14 Juli 1945 dengan beberapa perubahan, disahkan sebagai Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
2. Menetapkan dan mensahkan UUD '45.
Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima oleh BPUPKI pada tanggal 16 Juli
1945 setelah mengalami berbagai perubahan, disahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia.
3. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, yakni Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta.
4. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai Badan
Musyawarah Darurat.
Sidang kedua tanggal 19 Agustus 1945, PPKI membuat pembagian daerah propinsi,
termasuk pembentukan 12 departemen atau kementerian. Sidang ketiga tanggal 20, membicarakan
agenda badan penolong keluarga korban perang, satu di antaranya adalah pembentukan Badan
Keamanan Rakyat (BKR). Pada 22 Agustus 1945 diselenggarakan sidang PPKI keempat. Sidang ini
membicarakan pembentukan Komite Nasional Partai Nasional Indonesia. Setelah selesai sidang
keempat ini, maka PPKI secara tidak langsung bubar, dan para anggotanya menjadi bagian Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Anggota KNIP ditambah dengan pimpinan-pimpinan rakyat dari
semua golongan atau aliran dari lapisan masyarakat Indonesia.
Sejarah Peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa
dimulai dari “penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (Soekarni, Wikana
dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng 31″ terhadap Soekarno dan Hatta.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00. WIB, Soekarno dan
Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar
mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya
kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr.Achmad
Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara
itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi
apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA
mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan
Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan IKADA(yang sekarang telah menjadi
lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih rumah Bung Karno
karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan,
sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton-
penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan
Timur No.56. Teks Proklamasi disusun di Jakarta, bukan di Rengasdengklok, bukan di rumah
seorang Tionghoa, Djiaw Kie Siong yang diusir dari rumahnya oleh anggota PETA agar dapat
ditempati oleh “rombongan dari Jakarta”. Naskah teks proklamasi di susun di rumah Laksamana
Muda Maeda di Jakarta, bukan di Rengasdengklok. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para
pejuang di Rengasdengklok pada Rabu tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding
dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya
menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke
Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo
mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan
Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan
dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan
mesin ketik yang “dipinjam” (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan
Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.
Latar belakang
Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi
dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan
secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut
dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda
khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia,
menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.
Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga
bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini
diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji
kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya
tetapi ditolak Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.
Para Pemuda Pejuang di Rengasdengklok
Beberapa orang pemuda yang terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok ini antara lain:
Soekarni
Jusuf Kunto
Chaerul Saleh
Shodancho Singgih, perwira PETA dari Daidan I Jakarta sebagai pimpinan rombongan
penculikan.
Shodancho Sulaiman
Chudancho Dr. Soetjipto
Chudancho Subeno sebagai pemimpin Cudan Rengasdengklok (setingkat kompi). Chudan
Rengasdengklok memiliki 3 buah Shodan (setingkat pleton) yaitu Shodan 1 dipimpin
Shodancho Suharjana, Shodan 2 dimpimpin Shodancho Oemar Bahsan dan Shodan 3
dipimpin Shodancho Affan.
Honbu (staf) yang dipimpin oleh Budancho Martono.
Kiki Abdul Gani
3. Tokoh yang berperan
Ir.Soekarno diangkat sebagai Ketua Paniti Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Drs.Moh.Hatta sebagai wakil ketua dan Dr.Radjiman hanya sebagai salah satu anggota. Sedangkan
18anggota lainnya ialah : Mr.Supomo, R.P.Suroso, Sutoyo, H.A.Wahid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Abdul Kadir, Suryohamijoyo, BPH Puruboyo, Yap Tjwan Bing,
Mr.J.Latuharhary, Dr.Amin, Abd.Abbas, Hamdani, Dr.Ratulangi, Andi Pangeran, Teungku
Moh.Hassan dan I Gusti Ktut Praja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs.Rozikin Daman, Pancasila Dasar Falsafah Negara
2. Prof.H.A.M.Effendy, S.H.1995, Falsafah Negara Pancasila, CV Cendika Press Semarang
3. Prof.H.A.M.Effendy, S.H. Cetakan ke-3, 9 maret 1993, Falsafah Negara Pancasila,
Indonesia: Duta Grafika Semarang
4. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Rengasdengklok