Upload
retno-sari
View
969
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 1/29
MAKALAH PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MENGANALISIS PUISI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang dibimbing oleh Dr. Hi. Suwarjo, M. Pd.
Oleh
Kelompok 5
Andi Prasetya (1013053036)
Faridhatul Khasanah (1013053053)
Fenti Miftahul Jannah (1013053010)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UPP METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
KATA PENGANTAR
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 2/29
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Menganalisis
Puisi” ini dengan baik. Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dibimbing oleh Dr. Hi. Suwarjo, M.Pd.
Di dalam makalah ini penulis menjelaskan tentang diksi dalam puisi, penyimpangan-
penyimpangan bahasa puisi, tujuan penggunaan kebahasaan serta menjelaskan
tentang tujuan penggunaan gaya bahasa.
Penulis menyadari sesungguhnya masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu, penulis mohon maaf apabila ditemui berbagai kesalahan di
dalamnya. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan, Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Metro, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 3/29
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Teknologi Informasi......................................... 3
2.2. Pemanfaatan yang dipersepsikan (Perceived usefulness). . 4
2.3. Peranan Teknologi Informasi.............................................. 5
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pendidikan ...... 7
3.2. Beberapa Kendala dan Potensi Pengembangan............... 10
3.3. Pemanfaatan TI Sebagai Media Pembelajaran................. 11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ........................................................................ 15
3.2. Saran ................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 4/29
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap penyair untuk mengutarakan apa yang terkandung dalam hatinya
selalu terikat kepada kata-kata yang digunakannya. Seorang penyair akan
mempunyai gaya yang berbeda dengan penyair lainnya dalam mengungkapkan
buah pikiran yang akan dituangkan dalam karyanya. Penyair selalu berhati-hati
dengan penggunaan kata-kata, karena pemilihan kata-kata sangat menentukan
kepadatan dan kejelasan bahasa dalam karya puisi, dan memberi warna dalam
karya puisi tersebut. Hal ini terjadi karena pilihan kata atau diksi selain
mengandung arti yang tersirat, dan juga dapat menyentuh atau menggetarkan
perasaan si pembaca atau penikmatnya. Penyair sering menggunakan diksi untuk
membangkitkan imageri dalam melukiskan sesuatu dalam karya puisinya. Setiap
orang tentu ingin menyampaikan perasaan dan pendapatnya dengan sejelas
mungkin kepada orang lain. Kadang-kadang dengan kata-kata biasa belum begitu
jelas menerangkan atau melukiskan sesuatu, maka dipergunakanlah persamaan,
perbandingan serta kata-kata kias lainnya.
Selain itu, terkadang terdapat penyimpangan-penyimpangan dalam
karya sastra puisi baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Penyair seringmengekspresikan curahan hati dan perasaannya ke dalam puisi, sehingga
terkadang banyak kata-kata yang tidak kita mengerti karena itu adalah bahasa si
penyair. Gaya bahasa yang merupakan campuran yang tak dapat terpisahkan
dalam puisi juga patut kita cermati agar kita lebih mudah memahami sebuah
puisi. Menganalisis puisi bukanlah hal yang mudah, kita harus mencermati poin-
poin di atas.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti adalah :
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 5/29
1. Bagaimana penggunaan diksi dalam puisi?
2. Bagaimana penyimpangan-penyimpangan bahasa puisi?
3. Apa tujuan penggunaan kebahasaan dalam puisi?
4. Apa tujuan penggunaan gaya bahasa dalam puisi?
1.3 Tujuan
Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui:
1. Penggunaan diksi dalam puisi.
2. Penyimpangan-penyimpangan bahasa puisi.
3. Tujuan penggunaan kebahasaan.
4. Tujuan penggunaan gaya bahasa.
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 6/29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis
yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini
adalah poetry yang erat dengan –poet dan - poem. Mengenai kata poet , Coulter
(dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani
yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet
berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir
menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang
yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf,
negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi
puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris
sebagai berikut.
2.1.1. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata
yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang
setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang,
simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat
berhubungannya, dan sebagainya.
2.1.2. Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat
musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang
merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupahingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti
musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
2.1.3. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan
perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau
diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih
merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 7/29
2.1.4.Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran
manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta
berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun
secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat,
dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti
musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
2.1.5. Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang
paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang
sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti
kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan
kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya
merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan
pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam
Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-
garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi,
imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata
kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
2.2. Unsur-Unsur dalam Puisi
Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi.
2.2.1.Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri
dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema ( sense), rasa ( feeling ), amanat
(intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi,
imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.
2.2.2. Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur
fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur
batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
2.2.3.Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak
menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline
buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi,
imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi,
verifikasi, bentuk, dan makna, (4) isi: narasi, emosi, dan tema.
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 8/29
2.2.4. Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur
penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan
unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah
struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik
puisi.
2.2.5. Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3)
bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk (Badrun,
1989:6).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
puisi meliputi (1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7)
bahasa figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini,
menurut pendapat Richards dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur,
yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi
(diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima).
2.3. Pengertian Analisis
Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang
masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasiatau pemisahan dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang relevan
dari seperangkat data juga merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data
tersebut mudah diatur. Semua bentuk analisis berusaha menggambarkan pola-
pola secara konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari dan
diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti. Berikut ini adalah
pengertian dan definisi analisis:
2.3.1. KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA
Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan
2.3.2. ANNE GREGORY
Analisis adalah langkah pertama dari proses perencanaan
2.3.3. DWI PRASTOWO DARMINTO & RIFKA JULIANTY
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 9/29
Analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya
dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
2.3.4. SYAHRUL & MOHAMMAD AFDI NIZAR
Analisis berarti melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos atau
ayat-ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan yang
memungkinkan tentang perbedaan yang muncul.
2.3.5. WIRADI
Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti
mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan
dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari
kaitannya dan ditaksir maknanya.
2.3.6. KAMUS AKUNTANSI
Analisis adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos atau
ayat-ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan yang
memungkinkan tentang perbedaan yang muncul.
2.3.7. KOMARUDDIN
Analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan
menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen,
hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu
keseluruhan yang terpadu.
2.4. Pengertian Diksi
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat
mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata. Menurut wikipedia: “diksi” dalam arti
aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh
penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan
dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar
dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini
membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 10/29
Menurut KBBI, diksi berarti pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu (seperti yang diharapkan).
Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa
puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan
leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan
sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh
kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata
kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik). Hal ini
sesuai dengan pendapat pakar yang menyatakan, “membaca sanjak kita selalu
menghadapi keadaan yang paradoksal. Pada suatu pihak sebuah sanjak, atau
lebih luas sebuah karya sastra seni umumnya merupakan keseluruhan yang
bulat, yang berdiri sendiri, yang otonom, dan yang boleh dan harus kita pakai
dan tafsirkan sendiri. (Teeuw, 1980:11).
Selain itu diksi dalam puisi mencerminkan kemampuan dan keluasan
wawasan pengarang dalam pemilihan dan penggunaan kata-kata yang tepat,
sehingga diksi dapat menentukan pesan suatu teks puisi sehingga dapat
diterima atau tidak oleh masyarakat (Hermintoto, 2003:23).
2.5. Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang
dalam bertutur atau menulis. Pemakaian ragam bahasa tertentu digunakan
untuk memperoleh efek tertentu dari keseluruhan bahasa sekelompok penulis
sastra (Kridalaksana, 2001:63). Tarigan (2009:4) menyatakan bahwa gaya
bahasa merupakan bentuk retorik , yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara
dan menulis untuk meyakinkan atau pengaruh penyimak dan pembaca. Secara
singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan
konotasi tertentu, Dale dalam Tarigan (2009:4). Badudu (1975:70)
mengemukakan bahwa gaya bahasa adalah penggunaan kata-kata kiasan,
sindiran, perbandingan, dan sebagainya yang dimanfaatkan sebagai bahan
untuk mencapai plastik bahasa. Adapun plastik bahasa adalah daya melukis
yang tersembunyi pada kesanggupan pengarang memadu kata dengan kata,
memilih kata-kata, perbandingan-perbandingan yang tepat untuk memberi
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 11/29
bentuk pada lukisan itu. Dale & Warriner dalam Tarigan (2009:5) berpendapat
bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk
meningkatkan efek dan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu
benda atau hal lain yang lebih umum. Dengan demikian, gaya bahasa tertentu
dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.
Gaya bahasa mempunyai cakupan yang sangat luas. Menurut
penjelasan Harimurti Kridalaksana (Kamus Linguistik (1982), gaya bahasa
( style) mempunyai tiga pengertian, yaitu:
- pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau
menulis;
- pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu;
- keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra.
Sementara itu, Leech dan Short (1981): mengemukakan bahwa gaya
bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang
tertentu, untuk tujuan tertentu.
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 12/29
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Diksi dalam Puisi
Hal yang paling menitikberatkan pada diksi adalah pembuatan puisi.
Begitu sakralnya puisi, terkadang sastrawan atau penulis akan terus
menyempurnakan sebuah puisi dalam beberapa waktu lamanya Terkadang
menjadi ironi ketika pembaca atau penikmat sastra khususnya puisi
beranggapan sederhana dalam proses kelahiran puisi. Penyair sering
menggunakan diksi untuk membangkitkan imajinasi dalam melukiskan sesuatu
dalam karya puisinya, tentu saja seorang penyair akan mempunyai gaya yang
berbeda dengan penyair lainnya. Begitulah para penyair menggunakan diksi
untuk memperjelas maksud serta menjelmakannya dalam karya puisi tersebut
sehingga lebih menarik, bahkan dapat menyentuh perasaan si pembaca. Diksi
atau pilihan kata menjadi satu hal yang pokok bagi seorang penulis atau
sastrawan dalam membuat karyanya. Dengan pilihan kata yang se-irama
dengan nada perasaan si Penulis. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan
kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penulis. Sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata akan
menyangkut pula masalah makna kata dan kosakata seseorang. Kosakata yang
kaya memungkinkan penulis lebih bebas memilih-milih kata yang dianggapnya
paling tepat.
Ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran penulis atau
pembicara untuk megetahui bagaimana hubungan antara bentuk kata denganreferensinya. Sebenarnya diksi tidak hanya dipakai dalam menulis puisi. Dalam
menulis cerpen, novel, essai, artikel, sampai karya ilmiah sekalipun, diksi juga
diperlukan. Tapi baiklah kita membicarakan diksi dalam puisi saja kali ini
(sesuai dengan topik yang sedang menghangat di kompasiana saat ini). Saya
sendiri senang menulis puisi dan menyadari salah satu unsur penting dalam
menulis puisi adalah pemilihan diksi. Karena puisi adalah bentuk karya tulis
yang tidak memakai banyak kata-kata, cendurung tidak deskriptif dan naratif,
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 13/29
maka pemilihan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan maksud dan
nuansa tulisan haruslah dicermati dengan seksama. Termasuk di dalamnya
menghindari pengulangan kata yang sama terlampau sering, pemilihan sinonim
yang mewakili, sampai ke penggunaan tanda baca dan susunan bahasa.
Misalnya ketika kita ingin mengungkapkan rasa kesepian, kata mana yang akan
kita pilih; sunyi, diam, nelangsa, sendiri, sedih, sepi, senyap atau hening?
Meski berkonotasi sama, tiap kata yang terpilih akan memberi warna yang
berbeda apabila disandingkan dengan kata-kata lainnya dalam keseluruhan
puisi.
Bagaimana cara memilih diksi yang tepat? Dengan banyak membaca,
baik itu puisi, artikel, novel, surat kabar sampai ke tulisan kritikan sekalipun.
Sebab membaca akan memperbanyak kosa-kata. Dengan mengetahui banyak
kosa -kata, penulis puisi akan mempunyai pilihan yang lebih beragam dan
memberikan warna dan jiwa tersendiri bagi puisinya. Sekali lagi, diksi adalah
pilihan kata, yang merupakan satu kesatuan dari keutuhan puisi. Jadi bukan
berarti memakai kata-kata yang artinya baru diketahui setelah memeriksa
KBBI, lantas puisi tersebut baru dianggap keren dan mengandung nilai sastra.
Penyair-penyair besar Indonesia banyak menggunakan diksi yang sederhana
dan gampang dimengerti, tapi puisi yang dihasilkannya sungguh indah. Kita
ambil contoh puisi karya Sapardi Djoko Damono:
Perahu Kertas
Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di
tepi kali; alirnya Sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan.
“Ia akan singgah di bandar-bandar besar,” kata seorang lelaki tua. Kau
sangat gembira, pulang dengan berbagai gambar warna-warni di kepala.Sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari perahu yang tak
pernah lepas dari rindu-mu itu.
Akhirnya kau dengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan kini
terdampar di sebuah bukit.”
(Perahu Kertas - Kumpulan Sajak, 1982)
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 14/29
3.2. Penyimpangan-Penyimpangan Gramatikal dalam Puisi
3.2.1. Penyimpangan Kaidah Morfologi dalam Puisi Indonesia
Penyimpangan gramatikal terjadi pada tataran morfologis (1)
bertujuan mendapatkan variasi stilistik bentuk kata yang berkontras
dengan yang digunakan masyarakat umum, (2) untuk membentuk
rima yang diinginkan, dan (3) bertujuan mendapatkan konstruksi kata
yang lebih sederhana (ringkas dan padat). Untuk mencapai maksud
tersebut pada umumnya penyair tidak lagi mengindahkan rambu-
rambu watak idiosinkresi kata. Berikut ini contoh-contohnya.
- Kata berafiks
Afiks-afiks yang terlibat terdiri atas (1) prefiks meng -, (2) prefiks
ber -, (3) prefiks ter -, (4) prefiks se-, (5) sufiks an-, (6) konfiks kean,
(7) proklitik ku dan (8) enklitik -ku. Dalam hal ini, bentuk-bentuk
dasar yang lazimnya diberi prefiks meng- ditukar dengan ber - dan
sebaliknya. Begitu pula bentuk-bentuk dasar yang lazimnya diberi
afiks meng - kan dan atau meng - i dipangkas menjadi meng- saja.
Contoh: Bandingkan antara tipe bahasa puisi (lajur kiri) dan bahasa
publik (lajur kanan) di bawah ini.
BAHASA PUISI BAHASA PUBLIK
01) Tipe menyejuta <----- berjuta-juta
02) Tipe menghamil <--- mengandung
03) Tipe melari <----------- berlari
04) Tipe mengencana <--- mengendarai kencana , berkencana
05) Tipe berdahulu <---- berdahuluan
06) Tipe bertakut <---- berketakutan
07) Tipe berserah <------- menyerah, berserah diri
08) Tipe berberes <--- membereskan diri
09) Tipe berkendara <--- berkendaraan
10) Tipe berkesiap <-------- terkesiap
11) Tipe tersebab <----- disebabkan oleh
12) Tipe terdulu <------- terdahulu
13) Tipe terkaca <------- tercermin
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 15/29
14) Tipe dirindu <----- dirindukan
15) Tipe sekejapan <------- selama sekejap
16) Tipe sematahari <--- setinggi matahari, selangit
17) Tipe semusti <----- semustinya
18) Tipe jauhan <-------- kejauhan
19) Tipe kepenuhan <---- pemenuhan, keadaan penuh
20) Tipe kumengingat <------- aku mengingat
21) Tipe mesraku <--- kemesraanku
22) Tipe sepiku <--- penyepianku
23) Tipe rintihmu <-- kerintihanmu
- Kata bereduplikasi
1) Tipe bermuka-muka <-- berhadap-hadapan
2) Tipe binasa-membinasa <----------- binasa-membinasakan
3) Tipe kediam-diaman <---------- kediaman-kediaman
4) Tipe kelam-membelam <--- menjadi kelam
5) Tipe memutih-putih <------- menjadi putih-putih
- Kata berkomposisi
Terdapat bentukan kata majemuk yang mungkin dapat mengisi
kekosongan atau memperluas daya ungkap bahasa ,Indonesia, seperti
putih bisu dan dinding bisu yang sulit dicarikan padanannya dalam
pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Bukankah pada pihak lain
kita telah dapat menerima ungkapan saksi bisu sebagai warga bahasa
Indonesia umum.
01) Tipe anggur dahaga anggur untuk menghilangkan dahaga
02) Tipe putih bisu03) Tipe pusat kutuk pusat kutukan
04) Tipe bahagia anak kebahagiaan anak
05) Tipe kabar percuma kabar kosong
06) Tipe leher tembaga leher beton, leher besi
07) Tipe mawar bibir bibir mawar
08) Tipe bisik bujuk bisikan dan bujukan
09) Tipe langit lembayung langit kelabu
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 16/29
10) Tipe semenit dua semenit atau dua menit
11) Tipe dinding tuli
3.2.2. Penyimpangan Kaidah Sintaksis dalam Puisi Indonesia
Kelainan-kelainan konstruksi sintaktis dalam puisi Indonesia secara
umum dintandai oleh gejala variasi urutan yang tidak biasa, pelesapan
morfem-morfem tertentu, dan pembentukan kombinasi-kombinasi
baru yang tidak mengindahkan kaidah persesuaian bentuk bahasa
Indonesia.
- Kelainan-kelainan konstruksi frasa
Agar jelas bagaimana bahasa puisi berkontras atau beroposisi dengan
bahasa publik, di bawah ini diberikan contoh baasa puisi (lajur kiri)
dan padanan bahasa publik (lajur kanan):
Frasa Nominal
BAHASA PUISI BAHASAPUBLIK
Itu kenangan kenangan itu
gembur subur tanahmu tanah gembur suburmu
jauh kota dan pulau kota dan pulau (yang) jauh
asin darah asinnya darah
kepala anakmu sulung kepala anak sulungmu
malam embun basah malam (yang) berembun basah
bayang-bayang berjuta berjuta juta bayang-bayang
kami punya jiwa jiwa kami
bumi yang siang bumi pada waktu siang
seribu rindu beribu-ribu kerinduan
Frasa Verbal
mengenang lupa lupa mengenang, tiada mengingat
ingin yang kulepas yang ingin kulepas
saat bumi olehnya diadili saat bumi diadili
oleh garis-garis jingga oleh garis-garis
tergores tergores jingga,
kami sudah coba sudah kami coba
Frasa Adverbial
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 17/29
enam tahun sudah terpasung sudah enam tahun terpasung
lama sudah dirambah sudah lama dirambah
ngeong tak sudah sudah tak berngeong
pergumulan batin pergumulan batin
seperti tak sudah seperti tidak selesai (berakhir)
Frasa Adjektival
keras membeku membeku (dengan) keras
perkasa mengepak mengepak dengan perkasa
damai berhubung berhubung dengan damai
mesra bunda mengelus bunda mengelus dengan mesra
paling sendiri sungguh-sungguh seorang diri
paling dendam paling mendendam
lebih bulan lebih bersifat bulan
lebih setan lebih bersifat setan
Frasa Preposisional
dalam nangis dalam keadaan menangis, waktu menangis
dalam mabuk dalam keadaan mabuk, waktu mabuk
dalam malam waktu malam
ke aku kepadaku, kepada aku
jatuh atas rumput jatuh di atas rumput
- Kelainan-kelainan konstruksi klausa
BHS. PUISI : naik mengepul debu (Pel/P/S)
BHS. PUBLIK:debu mengepul naik (S/P/Pel) debu mengepul ke atas
(S/P/K)
BHS. PUISI : kepada Allah tak sabar hati (K/P/S)
BHS. PUBLIK: hati tak sabar kepada Allah (S/P/K)
BHS. PUISI : menggelombang dalam dada darah (P/K/S)
BHS. PUBLIK: darah menggelombang dalam dada (S/P/K)
BHS. PUISI : menghempas aku di bumi keras (P/S/K/K)
BHS. PUBLIK: aku menghempas di bumi dengan keras (S/P/K/K)
BHS. PUISI : sinar pudar beca cari muatan (P/S/Pel)
BHS. PUBLIK: sinar beca pudar cari muatan (S/P/Pel)
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 18/29
BHS. PUISI : menepis segar angin terasa (Pel/S/P)
BHS. PUBLIK: angin terasa menepis (dengan) segar (S/P/Pel)
BHS. PUISI : di mulutnya menetes lewat mimpi darah di cawan
(K/P/K/S/K)
BHS. PUBLIK: darah di mulutnya menetes lewat mimpi di cawan
(S/P/K/K)
BHS. PUISI : kita berpeluk ciuman tidak jemu (S/Pel/P)
BHS. PUBLIK: kita tidak jemu berpeluk ciuman (S/P/Pel)
BHS. PUISI : aku padamu menista saja (S/Pel/P)
BHS. PUBLIK: aku menista saja padamu (S/P/PEl)
BHS. PUISI : Tuhan, di pintumu aku mengetuk (K/S/P)
BHS. PUBLIK: Tuhan, aku mengetuk pintumu (S/P/0), Tuhan, aku
mengadu kepada-Mu (S/P/K)
BHS. PUISI : kau kubayangkan di sisiku ada (S/P/K/Pel)
BHS. PUBLIK: kau kubayangkan ada di sisiku (S/P/Pel/K)
BHS. PUISI : ia sematkan dengan mesra sebuah peniti (P/K/S)
BHS. PUBLIK: sebuah peniti ia sematkan dengan mesra (S/P/K)
3.2.3. Pola/Kaidah Penyimpagan Gramatikal dalam Puisi Indonesia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penulisan puisi Indonesia –
sebagaimana diduga sebelumnya-- ternyata terpola. Dalam hal ini,
terdapat enam pola penyimpangan gramatikal, yaitu 1) pola pelesapan,
2) pola variasi urutan kata, 3) pola variasi sinonim/bentuk, 4) pola
analogi, 5) pola inkorporasi, dan 6) pola transposisi. Dalam
penerapannya kadang-kadang antara satu pola dan pola yang lain
digabungkan. Misalnya, pola variasi urutan kata dan variasisinonim/bentuk masing-masing dapat disertai pola pelesapan; begitu
pula pola variasi urutan kata dan pola variasi sinonim/bentuk dapat
diterapkan secara serentak.
- Pola Pelesapan
Sekurang-kurangnya terdapat empat kaidah yang dapat diturunkan
dari pola pelesapan ini, yaitu sebagai berikut:
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 19/29
1) Dilesapkannya afiks-afiks tertentu yang biasanya terdapat dalam
penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.
2) Dilesapkannya morfem atau konstituen ulang dari kata
reduplikasi.
3) Dilesapkannya morfem-morfem tertentu dari kata majemuk.
4) Dilesapkannya morfem-morfem tertentu pada frasa dan klausa.
Adapun afiks-afiks yang kerap dilesapkan, yaitu (1) prefiks meng -,
(2) sufiks -i, (3) sufiks -kan, (4) prefiks ber-, (5) afiks kean, (6)
sufiks -an, (7) prefiks se-, dan (8) sufiks -nya. Contoh-contoh dalam
bentuk segmen (contoh lengkap pada disertasi):
(1) semakin nyala; cerlangi inihari; tahu tempatkan kasih
(2) menurun lembah; bumi hitam yang kucinta
(3) mengabur pandang; hujan menebal jendela, menyanyi lagu
(4) Kucing digilas otolet // Darah; Danau Toba batu-batu
(5) hilang tuju; melepas penat ; membelah sunyi
(6) goda perempuan; sebuah bisik; membawa harap
(7) membuat pandangnya sayu mungkin; mengepung hidup hari-
hari; Ayolah buyung, kautembangkan pucung belum tidur
(8) cicipi asin darah; mengukur luas laut; yang berabad lama
Upaya penyederhanaan bentuk kata reduplikasi terdiri atas empat
belas tipe, seperti berikut ini:
01) apa-apa ---> apa
02) berpura-pura ---> berpura
03) seakan-akan ---> seakan
04) disia-siakan ---> disiakan05) tersia-sia ---> tersia
06) sia-siakan ---> siakan
07) menggebu-gebu ---> menggebu
08) terlunta-lunta ---> terlunta
09) pohon-pohonan ---> pohonan
10) kejar-kejaran ---> kejaran
11) remang-remang ---> remang
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 20/29
12) daun-daunan ---> dedaunan
13) buah-buahan ---> bebuah
14) seluk-beluk ---> seluk
Selanjutnya, diberikan contoh-contoh bentuk komposisi yang diperas
dari konstruksi yang lebih panjang:
1) hanyut kemudian hilang ---> hanyut hilang
2) berhubungan dengan damai ---> damai berhubung
3) bulat dan panjang ---> bulat panjang
4) terbakar dan menyala ---> terbakar menyala
5) berkembang biak ---> berbiak
6) bersenda gurau dan bercubit-cubitan ---> bersenda-cubitan
Gejala pemendekan juga terdapat dalam puisi, yaitu terdiri atas (a)
aphaeresis, (b) sinkope, dan (c) apokope. Contoh: (a) aku ---> 'ku,
halaman ---> laman, akan ---> 'kan, (b) cahaya ---> caya, bahagia
---> bagia , (c) putih-putih ---> puti-puti.
Untuk mendapatkan konstruksi frasa dan klausa yang lebih singkat
dan padat (sederhana), dilakukan pelesapan morfem morfem
tertentu, yang terdiri atas sebagai berikut.
a. preposisi: dengan, untuk, agar supaya, sebagai seperti bagaikan
ala, mengenai, dan dalam. Contoh:
(01) Batu-batunya [ ] tekun kau susun kembali. [dengan]
(02) Kita beragitasi, berpesta dan berkencan [ ] melu pakan
sengitnya ujian. [untuk]
(03) Doakan si anak [ ] teringat pulang. [agar/supaya]
(04) Dan kau akan tinggal [ ] sebungkah lumpur lekat di kayu.[ sebagai/seperti/bagaikan]
(05) Aku pernah sangsi [ ] kemerdekaan. [mengenai]
(06) Kemudian ada tetes infus terus mengarus ke [ ] buh kaku.
[dalam]
b. konjungsi: dan, yang, bahwa, kalau, waktu, dan sehingga.
Contoh:
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 21/29
(01) Tapi jubahku terlepas [ ] jatuh ke laut terjaring jala nelayan
yang merobeknya jadi layar. [dan]
(02) Di depan gerbangmu [ ] tua. [ yang ]
(03) Aku cemas hujan [ ] tidak akan datang. [bahwa]
(04) [ ] kecilnya dulu meremasi susuku // kini letih pulang ke
ibu. [waktu, kalau]
(05) Aku terpanggang [ ] tinggal rangka. [ sehingga]
c. adverbia (aspek): sudah
(1) [ ] lama bintang tak muncul gadis di pelukan orang.
d. verba kopula: menjadi
(01) Carla pernah [ ] janda, kini kawin kedua.
e. verba lokatif: ada dan terdapat
(01) Di pojok [ ] sepasang sepatu tua.
- Pola variasi urutan kata
Pada tingkat frasa terdapat variasi DM --> MD dan sebaliknya,
sedangkan pada tingkat klausa terdapat variasi struktur fungsional,
S/P---> P/S dan S/P/P ---> Pel/P/S atau S/Pel/P. Bahkan, pada
tingkat kata terdapat variasi urutan suku kata , misalnya kasihku
kawin --->winka sihkaku (Sutardji).
- Pola variasi sinonim/bentuk
Pola variasi sinonim/bentuk ini ditandai oleh usaha substitusi secara
paradigmatis terhadap kata atau frasa tertentu yang dianggap sudah
klise dengan kata atau frasa lain yang bersinonim. Bahkan, termasuk
dalam hal ini pergantian antarafiks yang dinilai mempunyai
kemiripan dari segi peran (semantis), misalnya pertukaran posisi
prefiks meng- dan berberjuta-juta ---> menyejuta; mengering
--->berkering serta pergantian afiks di-kan dengan ter (disebabkan
oleh ---> ter-sebab). Contoh lain:
Menyimpan
Menyembunyikan
memendam ---> menghamil
dendam
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 22/29
menaruh
mengandung
menyimpan duka cita
menyembunyikan kesedihan ---> memendam
nestapa
memendam nestapa
hitam
gelap
malam kelam malam buram ---> buram
malam
suram
buram
- Pola analogi
Banyak tempaan kreatif dihasilkan dengan cara analogi, yaitu
megambil contoh bentuk tertentu yang telah ada. Misalnya:
Dasar analogi Bentuk tempaan
mengelupas mengeluar (darah)
semalaman sekejapan
selangit sematahari
pepatah bebuah, wewarna,
cecabang, bebuah
saksi bisu putih bisu, lengang bisu,
tembok bisu
- Pola inkorporasi
Inkorporasi ini merupakan salah satu cara memadatkan maknadengan meleburkan dua kata atau lebih dari kategori kata yang
berlainan melalui pendayagunaan afiks-afiks tertentu. Contoh:
mengeluarkan hawa dendam ---> menghawa dendam
mengendarai kencana ---> mengencana
cari-cari muka ---> bermuka-muka
setinggi matahari ---> sematahari
menjadi berjuta-juta ---> menyejuta
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 23/29
menjadi putih-putih ---> memutih putih
mempunyai kesempatan ---> bersempat
- Pola transposisi
Termasuk juga pemerlain, yaitu memperilakukan nomina sebagai
adjektiva dengan bantuan kata yang, lebih atau paling misalnya
bumi yang siang, lebih bulan, dan paling sendiri. Penyimpangan
gramatikal tersebut terjadi karena ingin mendapatkan bentuk bahasa
yang singkat, padat (makna), dan mengandung kelainan ataupun
kebaruan, serta mendapatkan rima yang sesuai. Untuk maksud
tersebut, penyair tidak perlu menciptakan afiks-afiks baru ataupun
kosakata baru. Yang diperlukan hanyalah kreativitas yang tinggi
serta kepekaan estetika untuk menghasilkan atau menempa
kombinasi-kombinasi terbaru sehubungan dengan pembentukan kata
berafiks, kata bereduplikasi, kata majemuk, dan penataan konstruksi
frasa dan klausa atau kalimat. 0leh karena itu, penyair penting
menguasai seluk-beluk gramatika bahasa yang digunakan
(Indonesia). Dengan demikian, kendala keterbatasan bahasa teratasi
dengan sendirinya.
3.3. Tujuan Penggunaan Kebahasaan
Penggunaan bahasa dalam menggambarkan perasaan dapat kita lihat
pada karya sastra. Seperti yang dapat kita temukan dalam bentuk puisi. Karya
sastra sebagai salah satu bentuk kreasi seni yang menggunakan bahasa sebagai
wahana penuturnya, khususnya dalam mengutarakan perasaan. Sebagai contoh,
saya mengambil beberapa baris Puisi J.E. Tatengkeng yang berjudul "Anakku".
Ya, kekasihku..........
Engkau datang mengintai hidup,
Engkau datang menunjukkan muka.
Tetapi sekejap matamu kau tutup,
Melihat terang anakda tak suka.
Engkau yang dugambarkan sebagai kekasih yang datang mengintai hidup,
dalam puisi ini seorang ayah melukiskan anaknya dalam keputusasaan kepada
anaknya yang durhaka. Anak tersebut tidak pernah mengabari kedua orang
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 24/29
tuanya dari perantauan (Kau diam anakku, kami kau tinggalkan) sampai-
sampai ketika ibunya terbaring sakit, dia juga tidak perduli, seperti kita lihat
pada baris berikutnya.
Sedikitpun matamu tak mengerling,
Memandang ibumu sakit berguling,
Air-matamu tak bercucuran,
Tinggalkan ibumu tak penghiburan.
Sampai kepada dia pulang mengunjungi ibunya yang terbaring sakit, dia tidak
terlalu perduli, tidak sedikitpun si anak merasa bersalah. Sampai dia pergi lagi.
sedikit penyesalan dan rasa sedihpun tidak ada dia tunjukkan. Sampai akhirnya
ayahnya merelakan atau menyerahkan anaknya kepada Tuhan. Yang terlihat
pada baris terakhir.
Anak kami Tuhan berikan,
Anak kami Tuhan panggilkan,
Hati kami Tuhan hiburkan
Nama Tuhan kami pujikan.
Pada bait terakhir ini si ayah lebih takut akan Tuhan daripada kehilangan si
anak. Karena dia percaya si anak adalah pemberian dari Tuhan. Dalam puisi
ini, peyair menggambarkan bagaimana perasaan seorang ayah yang telah di
durhakai oleh anaknya sendiri Ferdinaen Saragih.
Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau
ditentukan oleh konvensi (perjanjian) masyarakat. Meskipun demikian, ketika
bahasa digunakan dalam karya sastra, bahasa kemudian disesuaikan dengan
aturan dalam sastra. Dipandang dari konvensi bahasa, konvensi sastra itu
merupakan konvensi tambahan Di antara konvensi-konvensi tambahan ituadalah konvensi bahasa kiasan ( symbolic extrapolation) Preminger (dalam
Pradopo 2002:209). Kemunculan bahasa dalam karya sastra lebih banyak
didominasi bahasa kiasan, yaitu bahasa yang banyak mempergunakan suatu arti
dalam kata/ kalimat untuk menunjuk suatu hal yang jauh dari arti harfiahnya.
Penunjukan arti yang jauh dari arti harfiahnya ini menimbulkan
ketidaklangsungan dalam aturan sastra disebut sebagai ketidaklangsungan
ekspresi.
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 25/29
3.4. Tujuan Penggunaan Gaya Bahasa
Penggunaan gaya bahasa sebenarnya untuk melukiskan sesuatu
maksud tanpa untuk membentuk plastik bahasa. Plastik bahasa adalah daya
cipta pengarang dalam membuat cipta sastera dengan mengemukakan
pemilihan kata yang tepat. Berikut adalah fungsi dari peenggunaan gaya
bahasa: (1) Menarik perhatian pembaca, (2) Penekanan terhadap pesan yang
disampaikan. Sebenarnya, apakah fungsi penggunaan gaya bahasa? Pertama-
tama, bila dilihat dari fungsi bahasa, penggunaan gaya bahasa termasuk ke
dalam fungsi puitik, yaitu menjadikan pesan lebih berbobot. Pemakaian gaya
bahasa yang tepat (sesuai dengan waktu dan penerima yang menjadi sasaran)
dapat menarik perhatian penerima. Sebaliknya, bila penggunaannya tidak tepat,
maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka. Misalnya apabila dalam
novel remaja masa kini terdapat banyak gaya bahasa dari masa sebelum
kemerdekaan, maka pesan tidak sampai dan novel remaja itu tidak akan disukai
pembacanya. Pemakaian gaya bahasa juga dapat menghidupkan apa yang
dikemukakan dalam teks, karena gaya bahasa dapat mengemukakan gagasan
yang penuh makna dengan singkat.. Seringkali pemakaian gaya bahasa
digunakan untuk penekanan terhadap pesan yang diungkapkan.
Selama ratusan tahun telah dilakukan penelitian tentang hal ini.
Berbagai klasifikasi dikemukakan, tentu bukan tempatnya di sini diajukan
pendapat para ahli yang simpang-siur itu. Ducrot dan Todorov dalam
Ditionnaire encyclopédique des sciences du langage (1972) mengemukakan
antara lain klasifikasi menurut tataran bahasa, yaitu:
- tataran bunyi dan grafis (misalnya asonansi, aliterasi, dan lain-
lain)- tataran sintaksis (misalnya inversi, kalimat tak langsung yang
bebas, dan lain-lain)
- tataran semantik (metafora, ironi, dan lain-lain)
Ada jenis gaya bahasa yang dapat muncul dalam ketiga kategori di
atas; misalnya pengulangan, bisa termasuk ke dalam ketiga kategori tersebut.
Selanjutnya yang akan dibicarakan lebih lanjut di sini adalah tataran yang ke
tiga, yaitu tataran semantik. Gaya bahasa pada tataran ini biasa disebutmajas
.
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 26/29
Dalam tulisan ini, kata majas dipakai sesuai dengan apa yang dimaksud dengan
trope (Perancis) yaitu kata atau ungkapan yang digunakan dengan makna yang
menyimpang dari makna yang biasa digunakan. Telah banyak pembahasan
tentang hal ini. Berbagai usaha penjelasan telah dilakukan, namun tetap belum
memadai. Masih banyak penjelasan yang perlu dilakukan, baik secara
linguistik, maupun dari aspek komunikasinya. Tulisan ini hanya merupakan
suatu upaya pemahaman beberapa majas melalui proses pembentukannya.
Menurut Kerbrat-Orecchioni (1986: hal. 94), semua jenis makna yang
mengandung implisit dalam konteks tertentu dapat membentuk kehadiran
majas. Menurut pendapatnya, majas hanyalah suatu kasus khusus dari fungsi
implisit (dalam metafora, metonimi, sinekdoke, litotes, ironi, dan lain-lain).
Dalam majas, bentuk yang implisit bersifat denotatif dan bentuk yang
menggantikannya bersifat konotatif. Di sini tidak akan dikemukakan
keseluruhan majas, karena hal itu akan luas sekali, melainkan hanya akan
ditampilkan beberapa macam majas yang sering digunakan. Majas dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Beberapa pakar, antara lain
Moeliono dalam bukunya Kembara Bahasa (1979), telah mengemukakan
klasifikasi sebagai berikut:
- Kelompom Gaya Bahasa Perbandingan
• Perumpamaan
• Metafora
• Personifikasi
• Depersonifikasi
• Alegori
• Antitesis
• Pleonasme/Tautologi
• Perifrasis
• Antisipasi/Prolepsis
• Koreksi/Epanortosi
- Kelompok Gaya Bahasa Pertentangan
• Hiperbola
• Litotes
• Ironi
• Oksimoron
• Paronomasia
• Paralepsis
• Zeugma dan Silepsis
• Satire
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 27/29
• Inuendo
• Antiprasis
• Paradoks
• Klimaks
• Antiklimaks
• Apostrof
• Anastrof atau Inversi
• Apofasis atau Preterisio
• Histeron Proteron
• Hipalase
• Sinisme
• Sarkasme
- Kelompok Gaya Bahasa Pertautan
• Metonimia
• Sinekdoke
•Alusi
• Eufimisme
• Eponim
• Epilet
• Antonomasia
• Erotesis
• Pararelisme
•Elipsis
• Gradasi
• Asindeton
• Polisindeton
- Kelompok Gaya Bahasa Perulangan
• Aliterasi
• Asonansi
• Antanaklasis
• Kiasmus
• Epizeukis
• Tautotes
• Anafora
• Epitrofa
• Simploke
• Mesodilopsis
• Epanalepsis
• Anadiplosis
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 28/29
4.1.1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Ekonomi dunia menuntut
perubahan sistem pendidikan nasional secara revolusioner. Hal ini
dibutuhkan untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas,
manusia yang memiliki modal intelektual yang mampu bersaing dalam
percaturan ekonomi global.
4.1.2.Untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang harus
dilakukan dengan memperbaiki kondisi pendidikan. Tanpa pendidikan
berkualitas kecil kemungkinan menghasilkan lulusan berkualitas.
4.1.3. Sebagai tutor, komputer digunakan antara lain untuk menampilkan,
menjelaskan konsep dan ide.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi pendidik, sebaiknya lebih intensif mengajarkan peserta didiknya
tentang program komputer agar ke depannya dapat bersaing di masa
yang akan datang.
4.2.2. Bagi peserta didik, sebaiknya lebih sering mencoba atau melihat cara
membuat program komputer agar nantinya tidak menjadi orang yang
buta akan teknologi.
4.2.3.Bagi pembaca, diharapkan dapat mempelajari ilmu pengetahuan
matematika komputer tentang bagaimana menjadi tutor dengan
menggunakan aplikasi komputer yang baik dan terampil.
DAFTAR PUSTAKA
5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 29/29
Abduk Kadir & Terra CH. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Andi Offset.
Yogyakarta
Bobby DePorter. 1999. Quantum Learning . Kaifa. Jakarta
Gordon Dryden & Dr. Jeannnette Vos. 1999. Revolusi Cara Belajar . Kaifa. Jakarta
Budi Sutejo Dharma, S.Kom. 2002. e-Educationn. Andi Offset. Yogyakarta.
Jurnal Teknodik. No. 10/VI/Teknodik/Okoteober/2002. Pustekkom Depdiknas.
_____________. 1999. Quantum Teaching . Kaifa. Jakarta
Hari Suderajat.DR. 2003. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Cipta
Cekas Grafika. Bandung
Jalaludin Rakhmat,DR. 1997. AFTA Mengancam Pendidikan Kita. Rosda Remaja
Karya. Bangung
Onno W. Purbo, DR. 2002. Teknologi e-Learning . Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Suprayekti, M.Pd. 2003. Interaksi Belajar Mengajar . Dpdiknas. Jakarta
S. Nasution, DR. Prof. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar &
Mengajar. Bumi Aksara.Jakarta.
CP : [email protected]
Zamroni. DR. 2001. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Bigraf Publishing.
Yogyakarta.