Upload
kristian
View
55
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
MAKALAH
PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR
Untuk Memenuhi Tugas
Matakuliah Sumber Belajar
Yang dibimbing Oleh Drs. Amat Nyoto, M.Pd
Disusun Oleh :
KELOMPOK MENTARI
Muhammad Husin (209511419952)
M Farid Riza (209511419944)
Eka Susanto (209511419948)
Makhruz Ali (209511419953)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
S1 Pendidikan Teknik Mesin
November 2011
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan peradaban manusia ditandai dalam tiga tahap mulai dari era
pertanian, ke era industri, sampai ke era informasi. Masing-masing era memiliki ciri-ciri
dalam sistem kemasyarakatan termasuk dalam keluarga, ekonomi atau perdagangan dan
pendidikan(reigeluth, 1994:4). Dalam era pertanian sistem pendidikan diarahkan pada
pemberian keterampilan agar peserta didik dapat hidup dengan mengolah dan
memanfaatkan sumber-sumber alam agar dapat bertahan hidup. Pada era evolusi industri
peserta didik dipersiapkan menyediakan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan
industri. Dengan demikian, sistem persekolahan diarahkan untuk menghasilkan tenaga
kerja sebagai buruh pabrik. Sekolah mengajar peserta didik menghafal dan bukan
membelajarkan mereka memecahkan masalah secara kreatif. Peserta didik dipersiapkan
menghadapi dan melayani mesin serta bekerja secara mekanis.
Akan tetapi sekarang ini revolusi industri sudah berlalu dan kebutuhan telah
berubah. Dewasa ini peserta didik perlu mempelajari kemampuan dan keterampilan yang
dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja dan masyarakat. Mereka perlu belajar bagaimana cara
untuk mengambil keputusan sendiri serta bekerja sama dengan orang lain dan bagaimana
memilah serta memilih informasi yang tersedia begitu banyak untuk keperluan
meningkatkan kemampuan mereka. Dalam keadaan yang demikian lembaga-lembaga
pendidikan diharapkan muncul dan melaksanakan tugasnya untuk memenuhi kebutuhan
ini.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan yang dapat di ambil dari permasalahan di atas yaitu :
1. Pergeseran Paradigma
2. Perubahan Proses Pembelajaran
3. Tantangan Dalam Penyelenggaraan pendidikan
4. Peranan Sumber Belajar
5. Belajar Berbasis Aneka Sumber
6. Pusat Sumber Belajar
1
2
7. Mengembangkan PSB
C. Tujuan
Tujuan Pengembangan Sumber Belajar adalah untuk menggunakan berbagai
sumber untuk belajar dan menelaah peranan aneka sumber belajar yang perlu dikelola
secara terpadu dan terintegrasi di lembaga-lembaga pendidikan sehingga proses
pembelajaran benar-benar membuat peserta didik sebagai subjek dan selalu
menyenangkan kegiatan belajar.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pergeseran Paradigma
Perubahan masyarakat akibat perkembangan peradabanya juga ikut mengubah
paradigma masyarakat terhadap pendidikan. (Reigeluth 1994: 8) misalnya berpendapat
bahwa perubahan itu terutama diakibatkan oleh tuntutan lapangan kerja. Pada era industri
penyelenggaraan pendidikan didasarkan antara lain pada tingkat kelas, penguasaan
materi, tes berdasarkan norma dan penilaian non-autentik, penyajian berdasarkan
pengelompokan bahan ajar, berpusat pada guru, menghafal fakta-fakta yang tidak
bermakna, kemampuan membaca dan menulis yang terpisah, dan buku merupakan proses
untuk maju secara berkesinambungan, belajar berdasarkan hasil, tes secara individu
dengan penilaian berbasis kemampuan, perencanaan belajar yang profesional, belajar
koperatif, belajar beranekaragam sumber, guru berfungsi sebagai pemandu atau
fasilitator, pembelajaran yang bermakna berdasarkan penalaran dan pemecahan masalah,
diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, dan menggunakan teknologi maju sebagai
sarana utama dalam belajar dan membelajarkan.
Lebih rinci dari apa yang dikemukakan Reigeluth, sebagai akibat kemajuan
teknologi dan perubahan di tempat bekerja, Belt (1997) mengenali perbedaan visi
pendidikan dalam era industri dan era informasi dari aspek peserta didik, sarana dan
prasarana belajar, proses belajar dan membelajarkan, serta pola pembelajaran. Berkaitan
dengan sarana dan prasarana, dalam era industri buku merupakan satusatunya alat utama,
dan ruang kelas merupakan dunia belajar dan membelajarkan. Sedangkan berkaitan
dengan proses, belajar dan membelajarkan diselenggarakan berdasarkan tingkat kelas dan
usia tertentu serta selesai dalam batas waktu tertentu dengan tujuan untuk
mewujudkan manusia yang berpendidikan (educated person). Bahan ajar ditentukan dan
dikembangkan oleh guru sebagai pembicara utama di kelas dan pembelajaran diarahkan
pada penguasaan isi bahan ajar yang diuji dengan menggunakan tes berdasarkan norma
yang ditetapkan oleh kelas atau sekolah. Proses belajar mengutamakan hafalan dan fakta-
fakta disajikan secara terpisah, kemampuan membaca yang terpisah, persaingan antar
3
4
peserta didik. Sementara itu guru berfungsi sebagai penyalur pengetahuan (dispenser of
knowledge), membelajarkan sesuai kasus dan sistem membelajarkan yang tertutup. Visi
pendidikan di era informasi, menurut Belt, mengalami perubahan yang sangat
berarti. Dari aspek sarana dan prasarana pendidikan, buku bukan lagi sumber belajar dan
membelajarkan yang utama dan satu-satunya tetapi teknologi dan perpustakaan
elektronik. Belajar dan membelajarkan tidak hanya dibatasi dalam ruang kelas yang
tertutup oleh dinding, lantai dan langit-langit, tetapi dunia yang terbuka luas menjadi
ruang kelas. Bahan ajar tidak lagi dibatasi pada rancangan yang dibuat guru
tetapi mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik. Hasil belajar
diuji bukan lagi semata-mata berdasarkan penguasaan menghafal tetapi mengacu pada
kemampuan (outcomes-based) yang ditunjukkan peserta didik dan diukur menggunakan
tes berbasis kemampuan (performance based assessment) dengan tujuan membentuk
peserta didik menjadi pemelajar mandiri (self directed learner). Oleh karena itu, belajar
dan membelajarkan tidak lagi dibatasi dengan tingkat kelas dan umur tertentu, tetapi
merupakan kemajuan yang berkesinambungan dengan prinsip belajar sepanjang
hayat dan terbuka.
Suasana belajar tidak lagi menunjukkan persaingan antar peserta didik tetapi
lebih bernuansa kerja sama dan kolaborasi dalam kelompok belajar. Guru tidak
lagi berfungsi sebagai penyalur pengetahuan tetapi lebih berperan sebagai pemandu,
mentor, atau fasilitator yang memberikan pendampingan belajar. Perubahan paradigma
tentang pendidikan seperti yang dikemukakan baik oleh Reigeluth maupun Belt seperti
yang diuraikan itu menuntut perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya
dalam proses belajar dan membelajarkan. Dalam membangun pendidikan menghadapi era
informasi, Warren (2002), Sekretaris Dewan Pendidikan Negara Bagian Michigan serta
Ketua Kelompok Kerja Dewan untuk Menyongsong Era Informasi, berpendapat bahwa
perlu diperhatikan perubahan-perubahan yang telah, sedang dan akan terjadi. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam era informasi ini perubahan yang sangat berarti dan
drastis dalam bidang budaya, ekonomi, politik, organisasi, dan teknologi di seluruh
dunia, memunculkan tuntutan dan harapan baru terhadap pendidikan. Sungguhpun
terdapat kemajuan, perubahan dalam pendidikan dianggap lamban menanggapi tuntutan
5
zaman. Standar pendidikan dan cara-cara bersekolah (schooling) tradisional yang masih
berlaku dewasa ini dianggap sudah usang dan ketinggalan. Lingkungan belajar dan
membel-ajarkan yang lebih berbasis papan tulis dan kapur serta berpusat pada pembelajar
perlu segera diubah menjadi berbasis teknologi dan berpusat pada pemelajar.
Dalam era informasi yang sudah mulai menggejala dalam dekade terakhir
abad ke 20 serta meledak dalam abad ke 21 ini, reformasi di bidang pendidikan perlu
dilakukan terutama dalam memahami dan melaksanakan proses belajar dan
membelajarkan. Pendapat bahwa pendidikan adalah bersekolah dan bukan belajar perlu
segera ditinggalkan. Bersekolah mengarahkan pikiran pada bangunan, pendidik
yang mengajar dengan menggunakan buku, serta papan tulis dan kapur di hadapan
deretan peserta didik yang duduk rapi. Bersekolah dalam keadaan yang demikian adalah
berfokus pada pendidik dan sistem. Sedangkan belajar adalah berpusat pada peserta
didik, proses, dan hasil belajar. Era informasi menawarkan kebebasan kepada peserta
didik untuk belajar dan kepada pendidik untuk membelajarkan tanpa batasan waktu,
tempat, ras, suku, agama, golongan, gender, keadaan sosial dan ekonomi, maupu asal
usul. Pendidikan yang berorientasi pada era informasi memungkinkan pendidik
melakukan program belajar individual kepada masingmasing peserta didik serta
menggunakan teknologi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik.
B. Perubahan Proses Pembelajaran
C. Tantangan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan nasional sesuai dengan amanat Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional “ harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global.”
Dinyatakan pada pasal 36 ayat 3 bahwa kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
6
memperhatikan (1) tuntutan dunia kerja; (2) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni; ( 3) dinamika perkembangan global;
Pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Oleh
karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan
kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia
kerja. (Panduan Penyusunan KTSP BSNP).
Prinsip-prinsip dasar penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada
dasarnya merupakan bagian dari sistem pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang
memenuhi standar sebagaimana yang ditetapkan dalam Pemendiknas Nomor 23 tahun 26
tentang SKL (48).
D. Peranan Sumber Belajar
Sumber belajar mempunyai peran yang sangat erat dengan pembelajaran yang
dilakukan, adapun peranan tersebut dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Peranan sumber belajar dalam pembelajaran Individual.
Pola komunikasi dalam belajar individual sangat dipengaruhi oleh peranan
sumber belajar yang dimanfaatkan dalam proses belajar. Titik berat pembelajaran
individual adalah pada peserta didik, sedang guru mempunyai peranan sebagai penunjang
atau fasilitator. Sehingga peranan sumber belajar sangat penting, pola komunikasi dalam
pembelajaran individual adalah sebagai berikut:
7
Dalam pembelajaran individual terdapat tiga pendekatan yang berbeda yaitu :
(1) Front line teaching method, dalam pendekatan ini guru berperan menunjukkan
sumber belajar yang perlu dipelajari.
(2) Keller Plan, yaitu pendekatan yang menggunakan teknik personalized system of
instruksional (PSI) yang ditunjang dengan berbagai sumber berbentuk audio visual yang
didesain khusus untuk belajar individual.
(3) Metode proyek, peranan guru cenderung sebagai penasehat dibanding pendidik,
sehingga peserta didiklah yang bertanggung jawab dalam memilih, merancang dan
melaksanakan berbagai kegiatan belajar.
Sumber belajar hendaknya dirancang berdasarkan prinsip: (a) Dialog, drama,
diskusi yang disajikan menarik melalui permainan, kombinasi warna dan suara. (b)
Persuasif dan bukan menggurui atau mendikte. (c) Pemilihan sumber belajar yang tepat.
(d) Bentuk sajiannya singkat, padat, jelas dan menyeluruh. Dalam pembelajaran
individual, peranan guru dalam interaksi dengan peserta didik lebih banyak sebagai
konsultan, pengelola belajar, pengarah, pembimbing, penerima hasil kemajuan belajar
peserta didik. Waktu yang digunakan untuk melaksanakan tugas dalam pembelajaran
individual 10 % dari total waktu belajar, oleh sebab itu frekwensi pertemuannya jarang
sekali.
b. Peranan Sumber Belajar dalam Belajar Klasikal
Pola komunikasi dalam belajar klasikal yang dipergunakan adalah komunikasi
langsung antara guru dengan peserta didik. Hasil belajar sangat tergantung oleh kualitas
8
guru, karena guru merupakan sumber belajar utama. Sumber lain seolah-olah tidak ada
peranannya sama sekali, karena frekuensi belajar didominari interaksinya dengan guru.
Bentuk Komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Pemanfaatan sumber belajar selain guru, sangat selektif dan sangat ketat di
bawah petunjuk dan kontrol guru. Di samping itu guru sering memaksakan penggunaan
sumber belajar yang kurang relevan dengan ciri-ciri peserta didik dan tujuan belajar, hal
ini terjadi karena sumber belajar yang tersedia terbatas. Peranan Sumber Belajar secara
keseluruhan seperti terlihat dalam pola komunikasinya selain guru rendah. Keterbatasan
penggunaan sumber belajar terjadi karena metode pembelajaran yang utama hanyalah
metode ceramah. Menurut Percipal and Ellington (1984), bahwa perhatian yang penuh
dalam belajar dengan metode ceramah (attention spannya) makin lama makin menurun
drastis. Misalnya dalam 50 menit belajar, maka pada awal belajar attention spannya
berkisar antara 12-15 menit, kemudian makin mendekati akhir pelajaran turun menjadi 3-
5 menit.
Di samping itu British Audio Visual Association (1985), menyatukam bahwa
75 % pengetahuan diperoleh melalui indera penglihatan, 13 % indera pendengaran, 6 %
indera sentuhan dan rabaan dan 6 % indera penciuman dan lidah. Sedangkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh perusahaan SOVOCOM COMPANY di Amerika dalam
Sadiman (1989: 155-156), tentang kemampuan manusia dalam menyimpan pesan
adalah : verbal (tulisan) 20%, Audio saja 10%, visual saja 20%, Audio visual 50%. Tetapi
kalau proses belajar hanya menggunakan methode (a) Membaca saja, maka pengetahuan
yang mengendap hanya 10% (b) Mendengarkan saja pengetahuan yang mengendap hanya
20%. (c) Melihat saja pengetahuan yang mengendap bisa 50%. Dan (e) Mengungkapkan
9
sendiri pengetahuan yang mengendap bisa 80%. (f) Mengungkapkan sendiri dan
mengulang pada kesempatan lain 90%. Dari penjelasan tersebut diatas, bahwa guru harus
pandai memilih dan mengkombinasikan metode pembelajaran dengan belajar yang ada.
c. Peranan Sumber Belajar dalam Belajar Kelompok
Pola komunikasi dalam belajar kelompok, menurut Derek Rowntere dalam
bukunya Educational Technologi in Curriculum Development (1982), menyajikan dua
pola komunikasi yang secara umum ditetapkan dalam belajar yaitu pola:
a. Buzz sessions (diskusi singkat) adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik untuk
didiskusikan singkat sambil jalan. Sumber belajar yang digunakan adalah materi yang
digunakan sebelumnya.
b. Controllet discussion (diskusi dibawah kontrol guru), sumber belajarnya antara lain
adalah bab dari suatu buku, materi dari program audio visual, atau masalah dalam praktek
laboratorium
c. Tutorial adalah belajar dengan guru pembimbing, sumber belajarnya adalah masalah
yang ditemui dalam belajar, harian, bentuknya dapat bab dari buku, topik masalah dan
tujuan instruksional tertentu.
d. Team project (tim proyek) adalah suatu pendekatan kerjasama antar anggota kelompok
dengan cara mengenai suatu proyek oleh tim.
10
e. Simulasi (persentasi untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya).
f. Micro teaching, (proyek pembelajaran yang direkam dengan video).
g. Self helf group (kelompok swamandiri).
E. Belajar Berbasis Aneka Sumber
1. Strategi Belajar
o Weinstein & Major mendefinisikan strategi belajar sebagai tingkah laku
dan pemikiran yang dilakukan oleh siswa yang bertujuan untuk
mempengaruhi hasil dari sebuah proses .
o Chamot mendefinisikan strategi belajar sebagai pikiran dan tindakan sadar
yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Sumber Belajar
o AECT , Sumber Belajar meliputi semua sumber yang dapat digunakan
oleh pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan,
biasanya dalam situasi informasi, untuk memberikan fasilitas belajar.
Sumber itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan tata tempat
3. Jenis-jenis Sumber Belajar
o Sumber Belajar yang sengaja direncanakan ( by design)
o Sumber Belajar karena dimanfaatkan/Sumber Belajar yang tidak
direncanakan.
o Pesan yaitu informasi yang harus diteruskan oleh komponen lain. Contoh:
ide, fakta, ajaran, nilai data, dan lain-lain.
4. Penggolongan Sumber Belajar
o Orang yaitu orang yang bertindak sebagai penyimpan dan penyalur
informasi. Contoh: guru, pustakawan, tenaga ahli, petugas
o laborat, dosen, widyaiswara, instruktur pelatihan, dan lain- lain.
o Bahan yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan (penyajian dengan
perangkat keras). Contoh: buku teks, modul, transparansi, program video,
11
o program multimedia pembelajaran, film, kaset, dan lain- lain.
5. Alat / Media Belajar
o Alat yaitu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan
o Contoh: kaset recorder, VCD player, OHP, TV, kamera, komputer, dan
lain-lain.
o Lingkungan yaitu situasi/suasana sekitar dimana pesan disampaikan
(lingkungan sosial, alam, budaya). Contoh: gedung sekolah, pasar, kebun,
bengkel, banjir, gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain.
6. Rahap-Tahap Media Sumber Belajar
o Sumber belajar pra-guru.
o Lahirnya guru sebagai sumber belajar utama.
o Sumber belajar bentuk cetak.
o Sumber belajar produk teknologi komunikasi.
7. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Sumber Belajar
o Bersifat ekonomis dan praktis (kesesuaian antara hasil dan biaya).
o Praktis dan sederhana artinya mudah dalam pengaturannya.
o Fleksibel dan luwes, maksudnya tidak kaku dalam perencanaan sekaligus
pelaksanaannya.
o Sumber sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan waktu yang tersedia.
o Sumber sesuai dengan taraf berpikir dan kemampuan siswa.
o Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam pengelolaannya.
8. Manfaat
o Selama pengumpulan informasi, terjadi kegiatan berpikir yang kemudian
akan menimbulkan pemahaman yang mendalam dalam belajar
(McFarlane, 1992)
o Mendorong terjadinya pemusatan perhatian terhadap topik sehingga
membuat peserta didik menggali lebih banyak informasi dan
menghasilkan hasil belajar yang lebih bermutu (Kulthan, 1993)
12
o Meningkatkan ketrampilan berpikir seperti ketrampilan memecahkan
persoalan.
9. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
o Media yang tidak diproyeksikan (buku teks, modul, dan lain-lain)
o Media yang diproyeksikan (transparansi, slide, TV, dan lain-lain)
o Media audio (radio, kaset recorder, dan lain-lain)
o Media visual (foto, grafis, bagan, dan lain-lain)
o Media berbasis komputer (multimedia pembelajaran interaktif)
o Multi media kit
10. Prinsip Dasar Pemilihan Media
o Setiap media memiliki lebihan dan kelemahan
o Pilihlah media yang memang sangat diperlukan
o Penggunaan media harus dapat mempelakukan siswa secara aktif
o Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam
penyusunan rencana pelajaran
o Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau
sekedar pengisi waktu kosong
o Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaan
media
11. Nilai-Nilai Praktis Media
o Membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit
12. Dalam Pembelajaran
o Dapat melampaui batas indra, ruang dan waktu
o Dapat diamati secara seragam atau bersama
o Memberi kesempatan pengguna untuk mengontrol dirinya kecepatan atau
kelambatan dalam belajarnya
o Membangkitkan keingintahuan dan motivasi belajar
o Dapat memberikan pengalaman belajar dari yang abstrak hingga yang
konkrit
13
o Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
13. Manfaat Media Pembelajaran
o Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
o Pembelajaran lebih interaktif dan lebih hidup
o Efisien waktu dan tenaga dalam pembelajaran
o Dapat meningkatkan hasil belajar
o Pembelajaran berbantuan media siswa dapat belajar secara luas
o Media dapat menumbuhkan sikap terhadap materi yang dipelajari
o Mengurangi kesibukan guru sehingga lebih produktif
14. Kriteria Pemilihan
o Tujuan Pembelajaran
o Sasaran pengguna (kawasan kognitif, afektif, psikomotor)
(karakteristiknya, jumlah pengguna, latar belakangnya si pengguna)
o Biaya (terlalu mahal atau terlalu murah untuk disesuaikan dengan tujuan
yang diharapkan)
o Ketersediaan (sudah tersedia atau belum, buat sendiri atau harus beli)
o Kemampuan media (untuk belajar individual, kelompok kecil, kelompok
besar atau massa)
o Sederhana Kompleks
15. Prinsip Pembelajaran
o Konkrit Abstrak
o Pengulangan
o Respon yang menyenangkan
o Individualisasi
o Informasikan kemajuan
o Langkah kecil untuk tujuan besar
16. Pertimbangan Dalam Materi Pembelajaran
o Pilih jenis materi yang diperlukan: (apakah video, animasi, teks, dan lain-
lain)
14
o Keterkaitan isi materi dengan tujuan & aktivitas pembelajaran
o Materi tidak ketinggalan jaman
o Materi cukup lengkap, jelas & mudah dipahami oleh siswa
o Hal-hal yang berkaitan dengan hak cipta
17. Pembuatan Media Akan Lebih Menarik Apabila :
o Visible (mudah dilihat)
o Interesting (menarik)
o Simple (sederhana)
o Useful (bermanfaat)
o Accurate (benar)
o Legitimate (sah, masuk akal)
o Structure (terstruktur)
18. Gaya Belajar
o Auditorial: Kalau belum mendengar kata-kata, belum dapat memahami
pesan dengan baik
o Visual: Kalau belum melihat belum dapat memahami pesan dengan baik
o Kinestetik: Kalau belum melakukan belum mengerti dengan baik (Jeannett
Vos, 2001)
F. Pusat Sumber Belajar
Ada beberapa macam pusat sumber belajar yaitu :
1. Sumber Belajar Praguru
Pada zaman praguru, sumber belajar utamanya adalah orang dalam
lingkungan keluarga atau kelompok karena sumber belajar lainnya dianggap belum ada
atau masih sangat langka (Sadiman, 1989: 143). Bentuk benda yang digunakan sebagai
sumber belajar antara lain adalah : batu-batu, debu, daun-daunan, kulit pohon, kulit
binatang dan kulit karang. Isi pesan itu sendiri ada yang disajikan dengan isyarat verbal
dan ada yang menggunakan tulisan. Perbedaan ini terletak pada tingkat kemajuan
15
peradaban masing-masing suku bangsa itu sendiri. Sumber belajar jumlahnya langka,
sedangkan pencari pengetahuan jumlahnya lebih banyak, maka pengetahuan diperoleh
dengan coba-coba sendiri. Oleh sebab itu kondisi pendidikan masih sederhana dan berada
di bawah kontrol keluarga dan anggota masyarakat, pendidikan masih tertutup, rumusan
tujuan pembelajaran tidak dirumuskan dalam kurikulum. Sehingga tidak ada keteraturan
isi pembelajaran.
2. Lahirnya Guru sebagai Sumber Belajar Utama
Pendidikan pada zaman praguru tahap demi tahap berubah. Akibat perubahan
itu terjadi pula perubahan pada sistem pendidikan dan pada kondisi sumber belajar
komponen lainnya dari sistem tersebut. Dengan demikian terjadi perubahan pada cara
pengelolaan, isi ajaran, peranan orang, teknik yang digunakan, desain pemilihan bahan,
namun demikian sumber belajar masih sangat terbatas, sehingga kedudukan orang
merupakan belajar utama. Proses belajar tidak lagi ditangani oleh anggota keluarga, tetapi
sudah diserahkan kepada orang tertentu. Orang yang menangani secara khusus tentang
pendidikan disebut Guru dibantu dengan sumber belajar penunjang yang berbentuk masih
sederhana dan jumlahnya terbatas sekali. Oleh sebab itu kelancaran Proses Instruksional
dan Kualitas pendidikan sangat bergantung pada kualitas guru.
3. Sumber Belajar Dalam Bentuk Cetak
Adanya perkembangan industri yang cepat, pada akhirnya dapat diproduksi
peralatan dan bahan yang jumlahnya besar. Dengan diketemukannya alat cetak, maka
lahirlah sumber belajar baru yang berbentuk cetak lainnya yang belum pernah ada
sebelumnya. Konsekuensi diketemukannya sumber belajar tersebut adalah terjadinya
perubahan tugas dan peranan guru dalam pembelajaran. Semula guru merupakan sumber
belajar utama yang mempunyai tugas sangat berat, dengan lahirnya sumber belajar cetak
maka tugas guru menjadi ringan. Contoh sumber belajar cetak adalah: buku, komik,
majalah, koran, panplet. Dengan lahirnya sumber belajar cetak ini, maka isi pembelajaran
16
dapat diperbanyak dengan cepat dan disebarkan ke berbagai pihak dengan mudah,
sehingga merupakan kejutan baru dalam sistem instruksional pada saat itu.
4. Sumber Belajar yang Berasal dari Teknologi Komunikasi
Dengan diketemukannya berbagai alat dan bahan (hardware dan software)
pada abad 17, efeknya sangat besar terhadap sistem pendidikan secara keseluruhan.
Setelah timbul istilah teknologi dalam pendidikan yang pada akhir perang dunia kedua
mulai berubah menjadi ilmu baru yang disebut teknologi pendidikan dan teknologi
instruksional. Pengertian teknologi dalam pendidikan populer dengan istilah audio visual,
yakni pemanfaatan bahan-bahan audio visual dan berbentuk kombinasi lainnya dalam
sistem pendidikan.
Pada akhir perang dunia kedua mulai timbul suatu kecendrungan baru dalam
bidang audiovisual kearah dua kerangka konseptual baru yang paralel, yaitu teori
komunikasi dan konsep sistem (AECT, 1977). Karena pengaruh-pengaruh ilmu sosial
seperti: psikologi, sosiologi, komunikasi, teori belajar, maka cara mendesain sumber
belajar lebih terarah, lebih spesipik dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.
Sumber belajar seperti ini lebih populer dengan istilah media instruksional. Misalnya:
program televisi pendidikan, program radio pendidikan, film pendidikan, slide
pendidikan, komputer pendidikan dan lain-lain. Keempat perkembangan sejarah sumber
belajar ini oleh Eric Ashby dalam Sadiman (1989), disebut sebagai empat perkembangan
keajaiban yang terjadi dalam dunia pendidikan sehingga dianggap sebagai revolusi
pendidikan.
5. Sumber Belajar yang Didesain dan Dimanfaatkan.
Sumber belajar yang didesain untuk keperluan belajar telah banyak dikenal
orang. Namun demikan tidak semua sumber yang didesain untuk keperluan pendidikan.
AECT dalam Miarso (1986: 88) disebutkan bahwa ada kesangsian apakah fasilitas yang
ada dalam masyarakat, misalnya museum semuanya itu didesain khusus terutama untuk
17
pembelajaran peserta didik sekolah dalam bidang yang sesuai dengan kurikulum.
Kenyataan bahwa sumber-sumber ini dimanfaatkan untuk membantu belajar manusia,
membuat semuanya itu menjadi sumber belajar.
Kelompok yang kedua, sumber yang dimanfaatkan, sama pentingnya dengan
sumber belajar yang didesain. Beberapa sumber dapat dimanfaatkan untuk memberikan
fasilitas belajar karena memang sumber itu khusus didesain untuk keperluan belajar.
Inilah yang disebut bahan atau sumber instruksional. Sumber yang lain, ada sebagian dari
kenyataan yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, namun dapat ditemukan,
diaplikasikan, dan digunakan untuk keperluan belajar. Inilah yang disebut sebagai:
Sumber belajar dari dunia nyata. Jadi, sebagian sumber menjadi sumber belajar karena
didesain untuk itu, sedangkan yang lainnya menjadi sumber belajar karena dimanfaatkan.
G. Mengembangkan PSB
Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar
menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-
kadang ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana
pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat
membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Misalkan,
bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak
berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas
kemasan sering luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas
yang biasanya dibuang secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi
sumber belajar yang sangat berharga.
Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak
perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan
sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai
bagi kepentingan belajar siswa. Tidak sedikit sekolah-sekolah di kita yang memiliki
halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya seringkali
18
ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil
akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga.
Faktor utama pendukung keberhasilan pengelolaan PSB adalah sumber belajar
yang memadai dan anggaran dana yang tercukupi serta kualitas kinerja SDM yang cukup
baik. Namun kebanyakan faktor penghambat dalam pengembangan PSB adalah
kurangnya jumlah SDM untuk mengelolah arsip atau dokumen PSB, sehingga terjadi
koleksi tercetak yang tidak dikembalikanya pada tempatnya, pengambilan koleksi tanpa
izin, kualitas media pembelajaran yang seharusnya dapat lebih baik. Pengembangan
sumber belajar itu dapat dimulai dari yang sederhana atau apa yang ada, namun
pemanfaatanya diintegrasikan ke dalam proses belajar-membelajarkan. Secara bertahap
sekolah dapat membentuk unit sumber belajar yang di dalamnya terdapat perpustakaan,
media audio-visual, alat-alat peraga/praktek, dan komputer. USB lebih sederhana
daripada PSB dilihat dari organisasi, koleksi, dan pengelolaanya. Pengembangan USB ini
diikuti dengan pengayaan koleksinya yang tidak hanya produk yang dibeli tetapi juga
termasuk karya peserta didik dan guru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pergeseran paradigma atas pendidikan dan tuntutan akan perubahan proses
pembelajaran, sebagai akibat dari kemajuan berpikir dan kebutuhan masyarakat,
membuat penyelenggaraan pendidikan pada umumnya dan pengelolaan pembelajaran
pada khususnya perlu melakukan inovasi. Salah satu hal yang dapat dilakukan ialah
mendayagunakan aneka sumber belajar dan peserta didik diberi kemampuan bagaimana
cara belajar sehingga mereka dapat belajar secara mandiri dan sepanjang hayat.
Dalam mengembangkan dan memanfaatkan aneka sumber belajar secara
optimal, keberadaan USB/PSB sangat diperlukan untuk membantu pendidik dan peserta
didik meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran tidak hanya selama tetapi juga
diluar jam belajar. USB/PSB dapat mengatasi berbagai kesulitan pendidik dan peserta
didik apabila direncanakan dengan baik serta dikelolah secara profesional. USB/PSB
pada hakikatnya dapat dikembangkan tidak hanya pada satuan pendidikan dasar dan
menengah atau perguruan tinggi, tetapi juga sangat bermanfaat di pusat-pusat pendidikan
dan pelatihan (pusdiklat).
B. Saran
USB/PSB di indonesia masih belum berkembang. Perlu adanya perhatian dari
pimpinan-pimpinan lembaga pendidikan untuk memfungsikan dan mengembangkan
USB/PSB di tempatnya masing-masing. Payung kebijakan berupa peraturan Mentri
Pendidikan Nasional akan dapat memotivasi pertumbuhan, perkembangan, dan
pemanfaatan USB/PSB secara nasional.
19
DAFTAR PUSTAKA
AECT. 1977. Definisi Teknologi Pendidikan. (Diterjemahkan oleh PAU di Universitas
Terbuka). Penerbit Manajemen PT. Grafindo Persada. Jakarta.
Adaptasi dari : Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta.
http: // id.wordpress.com/tag/makalah. Sumber Belajar untuk Mengefektifkan
Pembelajaran Siswa. Diterbitkan April 15, 2008 .
http: // www.freewebs.com/Hijrahsaputra/catatan/manajemen.htm. Manajemen Belajar
(MSB). 26 Oktober 2008 .
Seels,B. and Richey,C.1994. Teknologi Pembelajaran. (Diterjemahkan oleh Yusufhadi
Miarso, dkk. Universitas Negeri Jakarta.