Upload
kriziazia
View
61
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kesehatan ibu dan anak
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur dari
pada kesejahteraan umum. Dalam Undang-undang RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Menjelaskan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (curative), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitative), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinabungan (Depkes RI, 1995)
Dalam Rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat serta keluarga
berencana dan menwujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka peningkatan,
pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas sebagai
unit pelayanan yang memberikan pelayanan dasar langsung kepada masyarakat mutlak
dilakukan, mengingat bahwa Puskesmas adalah satuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarakat (Depkes RI, 2000).
Salah satu program yang dijalankan di suatu puskesmas adalah program kesehatan ibu
dan anak. Program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Kalianda merupakan tempat untuk
1
memberikan pelayanan kesehatan masyarakat. Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan
melalui Pemantauan Wilayah Setempat – KIA
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di
wilayah kerja puskesmas kalianda.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Membahas pengelolaan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas
Kalianda.
b. Mengetahui masalah-masalah yang ditemukan dalam
pengelolaan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Kalianda.
1.3 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai pengelolaan kesehatan ibu dan anak dalam program
puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Kalianda.
1.4 Manfaat Penulisan
Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya, mengenai pengelolaan program kesehatan ibu dan anak di
wilayah kerja Puskesmas Kalianda.
2
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur,
laporan bulan januari hingga maret tahun 2013 dan pengelolaannya di wilayah kerja
Puskesmas Kalianda tahun 2013.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya
memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya
mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan.
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman
kanak-kanak.
2.2 Prinsip Pengelolaan Program KIA
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini
diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
4
1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan kesehatan
dengan mutu sesuai standar serta manjangkau seluruh sasaran.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke fasilitas
kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di semua
pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta menjangkau seluruh
sasaran.
4. Peningkatan deteksi dini resiko/ komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat.
5. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara adekuat dan
pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.
6. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai standar dan
menjangkau seluruh sasaran.
7. Peningkatan pelayanan KB berkualitas.
8. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar pada bayi
baru lahir, bayi dan anak balita.
9. Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar.
2.2.1 Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal yang berkualitas adalah yang sesuai dengan standar
pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku standar pelayanan kebidanan
(SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
( umum dan kebidanan ), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi
5
umum dan khusus ( sesuai resiko yang ditemukan dalam pemeriksaan ). Dalam
penerapannya terdiri atas :
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b) Ukur Tekanan darah
c) Ukur Tinggi fundus uteri
d) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus Toksoi (TT) bila
diperlukan
e) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
f) Tes laboraturium ( rutin dan kusus )
g) Tata laksana kasus
h) Temu wicara ( konseling )
Pemeriksaan laboraturium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein
urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan kusus dilakukan di daerah prevalensi
tinggi dan atau kelompok perilaku berisiko; dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria,
tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional , pelayanan antenatal disebut layak apabila
dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar ‘’7T’’ tersebut.
Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
Minimal 1 kali pada trimester pertama
Minimal 1 kali pada trimester kedua
6
Minimal 2 kali pada trimester ketiga
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan
kepada ibu hamil, berupa deteksi dini risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.
2.2.2 Pertolongan persalinan
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan yang sesuai persalinan standart.
c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
d. Melakukan inisiasi menyusu dini ( IMD ).
e. Memberikan pada bayi baru lahir : Vit K, salep mata dan imunisasi
Hepatitis B0 (Hep B0).
2.2.3 Pelayanan kesehatan Ibu Nifas
Untuk deteksi dini komplikasi ibu nifas diperlukan pemantauan
pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali
dengan distribusi waktu
a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan sampai
dengan 7 hari.
7
b. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan.
c. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.
Pelayanan yang diberikan adalah :
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri ( involusi uterus ).
c. Pemeriksaan lokhea dan pengeluaran pervagina lainnya.
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali ( 2 × 24jam).
f. Pelayanan KB pasca persalinan.
2.2.4 Deteksi Dini Dan Penanganan Risiko/ Komplikasi Kebidanan Dan
Bayi Baru Lahir
Penjaringan dini kehamilan berisiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan
ibu hamil dengan resiko/ komplikasi kebidanan
Kehamilan merupakan proses reproduksi yanh normal, tetapi tetap mempunyai resiko
untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat tentang adanya resiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini
mungkin, merupakan kunci keberhasilan penurunan angka kematian ibu dan bayi yang
dilahirkan.
8
Faktor resiko pada ibu hamil :
a) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Anak lebih dari 4
c) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
d) kurang energy kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,
atau gizi buruk dengan indeks massa tubuh <>
e) Anemia : hemoglobin <>
f) Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan
tulang belakang.
g) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
h) sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkolosis, kelainan
jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (diabetes mellitus, Sistemik
Lupus Eritematosis dll), Tumor dan Keganasan.
i) Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, Kehamilan Ekotopik
Terganggu, Mola Hidatidosa, Ketuban Pecah Dini, Bayi dengan cacat
Kongenital.
j) Riwayat persalinan beresiko : persalinan dengan seksio sesaria, ekstraksi
vakum/ forceps.
k) Riwayat nifas beresiko : pendarahan pasca persalinan, Infeksi masa nifas,
psikosis post partum (post partum blues)
l) Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat
cacat congenital.
9
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
a) Pendarahan pervaginam pada kehamilan : keguguran, Plasenta Previa, Solusio
Plasenta.
b) Hipertensi dalam kehamilan (HDK) : tekanan darah tinggi (sistolik>140 mmHg,
diastolik>90mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
c) Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
d) Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar.
e) Kalinan letak & posisi janin : Lintang/Oblique,Sungsang pada usia kehamilan
lebih dari 32 minggu.
f) Ancaman persalinan premature.
g) Ketuban pecah dini.
h) Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis, sepsis.
i) Distosia : persalinan macet, persalinan tak maju.
j) Perdarahan pasca persalinan : atonia uteri, retensi plasenta, robekan jalan lahir,
kelainan darah.
k) Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang
adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan.Factor waktu dan transportasi merupakan hal yang
sangat menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi.Oleh karenanya deteksi faktor resiko
pada ibu bayi oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya
penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.
10
2.2.5 Penanganan komplikasi Kebidanan
Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam
sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.Diperkirakan sekitar 15-20% ibu
hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan
tidak selalu dapat diduga atau diramalkan sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan
harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan
ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan, maka
diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan
obstetric dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan, puskesmas mampu
PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.
Pelayanan medis yang dapat dilakukakan dipuskesmas mampu PONED meliputi
pelayanan obtetri uang terdiri dari :
a) Penanganan perdarahan pada kehamilan , persalinan, dan nifas
b) Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan ( preeklamsi dan eklamsi)
c) Pencegahan dan penaganan infeksi
d) Penanganan partus lama / macet
e) Penanganan abortus
Sedangkan pelayanan neonatus meliputi :
11
a) Pencegahan dan penanganan asfiksia
b) Pencegahan dan penanganan hipotermi
c) Penanganan bayi berat lahir rendah ( BBLR)
d) Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang, ikterus ringan-sedang
e) Pencegahan dan penanganan gangguan minum
2.2.6 Pelayanan Kesehatan Neonatus
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi tau bayi
mengalami masalah kesehatan. Resiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada 24 jam
pertama dan bulan pertama kehidupannya.
Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal
difasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
neonatal I sekaligus memastikan bahwa bayi dalam keadaan sehat , pada saat bayi pulang atau
bidan meninggalkan bayi jika persalinan dirumah.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan kompherensif, manajemen
terpadu bayi muda untuk bidan / perawat yang meliputi:
a. Pemeriksaan tanda bahaya sepertikemungkinan infeksi, bakteri, ikterus, diare berat badan
rendah.
b. Perawatan tali pusat.
c. Pemberian vit K 1 bila belum diberikan pada saat lahir.
d. Imunisasi Hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir.
12
e. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif , pencegaha
hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan
buku KIA.
f. Penanganan dan rujukan kasus
Pelayanan kesehatan neonatus (bayi berumur 0- 28 hari)
Dilaksanakan oleh dokter spesialis anak/dokter/bidan/perawat terlatih, baik di
fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.Setiap neonatus harus diberikan
pelayanan kesehatan sedikitnya dua kali pada minggu pertama, dan satu kali pada minggu
kedua setelah lahir.
Pelaksanan pelayanan kesehatan neonatus:
a. Kunjungan neonatal hari ke 1 (KN 1)
1) Untuk bayi baru lahir difasilitas kesehatan pelayanan dapat dilaksanakan sebelum bayi
pulang dari fasilitas kesehatan (e”24 jam)
2) Untuk bayi baru lahir dirumah , bila bidan meninggalakan bayi sebelum 24 jam, maka
pelayanan dilaksanakan pada 6-24 jam setelah lahir.
b. Kunjungan neonatal hari ke 3 (KN 2)
Pada hari ketiga
c. Kunjungan noenatal minggu ke 2 (KN 3)
13
Pada minggu kedua
2.2.7 Pelayanan Kesehatan Bayi
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan
dasar , mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat
mendapatPertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan
pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh
kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi:
a. Pemberian imunisasi dasar (BCG, Polio 1-4, DPT-HB 1-3, Campak)
b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)
c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6-11 bulan)
d. Konseling ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI
e. Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan
Buku KIA
f. Penanganan dan rujukan kasus
Pelayanan kesehatan bayi (29 hari-11 bulan) dilaksanakan oleh dokter spesialis
anak/dokter/bidan/perawat terlatih baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan
rumah.Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya satu kali pada triwulan I,
satu kali pada triwulan II, satu kali pada triwulan III dan satu kali pada triwulan IV.
14
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
a. Kunjungan bayi antara umur 29 hari - 3 bulan
b. Kunjungan bayi antara umur 3 – 6 bulan
c. Kunjungan bayi antara umur 6 – 9 bulan
d. Kunjungan bayi antara umur 9 – 11 bulan
2.2.8 Pelayanan Neonatus Dengan Komplikasi
Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi neonatal. Hari
pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi
dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim.Bayi
baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila tidak ditangani
dengan adekuat dapat terjadi kematian.Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama,
minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan
kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di
polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.
Komplikasi pada neonatus antara lain: Asfiksia, Kejang, Ikterus, Hipotermia, Tetanus
Neonatorum, Sepsis, Trauma lahir, BBLR (bayi berat lahir rendah)
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan
komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan target
setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu PONED.
Puskesmas PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas
PONED 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas dan
15
kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan
kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada
kasus yang tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU kabupaten / kota
mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) yang
siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan operasi seksio
sesaria, perawatan neonatus level II dan tranfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka kasus – kasus
komplikasi kebidanan dapat ditangani secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu
dan bayi baru lahir.
2.2.9 Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat.
Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar
kemampuan keindraan,berfikir,berbicara,serta pertumbuhan mental yang intelektual yang
intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk
mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Dilain pihak
upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dinimenjadi sangat
penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan kearah yang lebih
berat.
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak yang berumur 12
– 59 bulan yang sesuai dengan standart oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan
masyarakat dan petugas sektor lain, yang meliputi :
16
a. Pelayanan pemantauan prtumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam buku
KIA/KMS, dan Pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) serta mendapat Vitamin A 2 kali dalam satahun.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan
yang tercatat pada buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan
berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus di rujuk ke
sarana pelayanan kesehatan.
b. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik
halus, bahasa, sosialisasi, dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan).
Pelayana SDIDTK di berikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan)
maupun di luar gedung.
c. Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak balita
minimal 2 kali pertahun.
d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.
2.2.10 Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB yang sesuai dengan standar dengan
menghormati hak individu sehingga diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan dan
menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan).
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda, menjarangkan, dan/atau menghentikan
kehamilan, dengan menggunakan metode kontrasepsi. Metode Kontrasepsi meliputi:
a. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi).
17
b. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
c. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomo, dan tubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraseptive Prevalence
Rate/CPR) mencapai 60,3% (SDKI 2002) dan angka ini merupakan pencapaian tertinggi di
antara negara-negara ASEAN. Namun demikian metode yang dipakai lebih banyak
menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik. Menurut data SDKI 2002 akseptor
KB yang menggunakan suntik sebesar 21,1%, pil 15,4%, AKDR 8,1%, susuk 6%, tubektomi 3%,
vasektomi 0,4%, dan kondom 0,7%.
Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian (DO) pada metode jangka pendek
sehingga perlu pemantauan yang terus-menerus.Disamping itu pengelola program KB perlu
memfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering, dan
banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu diupayakan
pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek kualitas, teknis, dan aspek
manajerial pelayanan KB.Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai standar dan
variasi pilihan metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-
klinis secara berkesinambungan.Selanjutnya asoek manajerial, pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan system pencatatan dan
pelaporan pelayanan KB.
2.3 Batasan dan Indikator Pemantauan
Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah Setempat – KIA
18
(PWS-KIA) dengan batasan :
Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta
alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan
untuk pemantauan program KIA secara teknis maupun non teknis.
2.3.1 Batasan
a. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehaan untuk ibu
selama masa kehamilannya , yang dilaksanankan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang di tetapkan .
b. Penjaringan / deteksi dini kehamilan beresiko
Kegiatan ini bertujuan menemukan bumil beresiko/kompilkasi oleh kader, dukun bayi
dan tenaga kesehatan .
c. Kunjungan ibu hamil
Yang di maksud kunjungan ibu hamil di sini adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang di
tetapkan .
Istilah kunjungan di sini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung
ke fasilitas pelayanan , tetapi tidak kontak dengan tenaga kesehatan (di posyandu ,
pondok bersalin desa , kunjungan rumah ) dengan ibu hamil untuk dapat memberikan
pelayanan antenatal sesuai standar dapat di anggap sebagai kunjungan ibu hamil .
d. Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan .
19
e . K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang di tetapkan dengan syarat :
1) Minimal 1 kali pada trimester pertama
2) Minimal 1 kali pada trimester kedua
3) Minimal 2 kali pada trimester ketiga
f. kunjungan Neonatal (KN)
adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal baik di dalam maupun di luar gedung
puskesmas (termasuk di bidan desa , polindes dan kunjungan rumah ) dengan ketentuan
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6 jam sampai
setelah lahir hari ke tujuh)
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke dua puluh delapan (8-28
hari )
3) Pertolongan pertama oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan neonatal
Contoh : Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ke tujuh (1-7 hari)
Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke dua puluh delap
Hr 1 s/d 7 Hr 8 s/d 28 Keterangan
X X Sebagai KN
20
-
XX
XX
XX
-
XX
Bukan KN
Bukan KN
Sebagai KN
g. Kunjungan ibu Nifas (KF)
adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali untuk mendapatkan pelayanan
dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas , baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas termasuk
bila di desa , polindes dan kunjungan rumah dengan ketentuan :
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama samapai hari ketujuh (1-7 hari)
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh delapan (8-28 hari)
3) Kunjungan ketiga kali pada hari keduapulah sembilan sampai dengan hari ke empat puluh
dua (29-42 hari)
Contoh :
Hr 1 s/d 7 Hr 8 s/d 28 29 s/d 42 Keterangan
X
-
X
X
X
XX
XX
-
X
X
-
X
Kunjungan KF
Bukan KF
Bukan KF
Bukan KF
h. Sasaran ibu hamil
21
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil disuatu wilayah dalam kurun waktu 1
tahun.
i. Ibu hamil beresiko
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi.
2.3.2 Indikator
Indikator pemantauan terdiri dari 2 kelompok yaitu indikator pemantauan tehnis dan
non tehnis.
a. Indikator Pemantauan Tehnis
1) Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)
2) Cakupan Ibu Hamil (Cakupan K4)
3) Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Pn) yang memiliki kompetensi
kebidanan.
4) Cakupan pelayanan nifas oleh tanaga kesehatan
5) Penjaringan (deteksi) ibu hamil oleh masyarakat.
6) Cakupan pelayanan Neonatal (KN1) oleh tenaga kesehatan
7) Cakupan Pelayanan Nifas Oleh Tenaga Kesehatan
8) Penanganan Komplikasi Obstetri
9) Penanganan komplikasi neonatal
Indikator pemantauan program KIA tersebut merupakan indikator yang di
gunakan pada program pengelola KIA yang di sesuaikan dengan kebutuhan
22
program.Oleh karena itu indikator tersebut di sebut dengan pemantauan
tehnis.
b. Indikator Pemantauan Non – Teknis
Dalam upaya melibatkan lintas sektor terkait khususnya para tenaga kesehatan
setempat, dipergunakan indikator-indikator yang terpilih yaitu
1) Cakupan KI, yang menggambarkan keterjangkauan pelayanan KIA.
2) Cakupan K4, yang menggambarkan kualitas pelayanan KIA.
3) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN/parnakes), yang menggambarkan
tingkat keamanan persalinan.
4) Cakupan penanganan komplikasi kebidanan.
5) Cakupan kunjungan nifas.
6) Cakupan pelayanan KB aktif.
7) Cakupan kunjungan neonates.
8) Cakupan kunjungan bayi.
Penyajian indikator –indikator tersebut kepada lintas sektor di tujukan sebagai
alat motivasi, informasi dan komunikasi dalam menyampaikan kemajuan maupun
permasalahan operasional program KIA, sehingga para tenaga kesehatan dapat
memahami program KIA dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan.
Indikator pemantauan ini dapat di pergunakan dalam berbagai pertemuan lintas sektor di
semua tingkat administrasi pemerintah secara berkala dan di sajikan setiap bulan, untuk
23
melihat kemajuan suatu wilayah. Bagi wilayah yang cakupannya masih rendah di
harapkan lintas sektor dapat menindak lanjuti sesuai kebutuhan dengan menggerakkan
masyarakat dan menggali sumber daya setempat yang diperlukan.
BAB III
24
MASALAH
DATA CAKUPAN K1 , K4, LINAKES UPT PUSKESMAS KALIANDA JANUARI – MARET 2013
No Desa Sasaran2012 K1 K4
K4 tahun 2012
DO K1 – K4 LINAKES
ABS % ABS % ABS % ABS % ABS % K1 Palembapang 75 21 28 13 17 9 12 7 35 33 462 n.pandan 65 20 31 6 9 7 11 11 55 15 243 Sukaratu 59 5 8 5 8 4 7 0 0 14 254 Babulang 51 3 6 4 8 3 6 0 0 5 105 Kecapi 40 9 22 8 20 5 13 1 12 10 256 Pematang 79 10 13 13 16 4 5 0 0 14 187 Kesugihan 46 6 13 7 15 4 9 0 0 10 248 Buah berak 40 14 35 4 10 2 5 10 72 8 219 Sumur
kumbang29 9 31 3 10 1 4 6 67 7 25
10 Bumi Agung 112 19 17 34 30 12 11 0 0 25 2311 Kalianda 160 26 16 29 18 10 12 0 0 47 3112 Maja 42 2 17 5 12 5 12 0 0 10 2413 Pt.iman 39 4 10 3 8 2 6 0 0 4 1114 Tengkujuh 35 5 14 4 11 5 15 1 20 9 2715 Jondong 36 9 25 7 19 5 14 2 23 7 21Jumlah 908 167 18 145 16 79 9 22 14 218 25
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) LINNAKES
25
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kunjungan K1 Ibu Hamil
DATA CAKUPAN KELAHIRAN PUSKESMAS KALIANDA JANUARI- MARET 2013
27
No desa Bayi 2012 Lahir mati Lahir
hidup
BBLR Neo resti Kematian Bayi
ABS % ABS % ABS % ABS % ABS %1 Palembapang 68 0 0 27 37 0 0 0 0 0 02 n.pandan 59 1 1,6 11 18 0 0 0 0 0 03 Sukaratu 54 1 1,8 12 21 0 0 0 0 0 04 Babulang 47 0 0 3 6 0 0 0 0 0 05 Kecapi 36 0 0 8 20 0 0 0 0 0 06 Pematang 73 0 0 9 12 0 0 0 0 0 07 Kesugihan 39 0 0 6 15 0 0 0 0 0 08 Buah berak 36 0 0 7 18 0 0 0 0 0 09 Sumur
kumbang26 0 0 7 25 0 0 0 0 0 0
10 Bumi Agung 102 0 0 18 17 1 1 0 0 0 011 Kalianda 148 1 0,6 36 23 0 0 0 0 0 012 Maja 38 0 0 7 17 0 0 0 0 0 013 Pt.iman 35 0 0 3 8 0 0 0 0 0 014 Tengkujuh 32 0 0 7 21 1 0 0 0 0 015 jondong 33 0 0 6 18 0 0 0 0 0 0
825 3 3,02 167 19 1 0,9 0 0 7 1
28
DATA KUNJUNGAN BAYI PUSKESMAS KALIANDA JANUARI-MARET 2013
DATA KASUS KEMATIAN IBU UPT PUSKESMAS KALIANDA BULAN JANUARI – MARET 2013
32
DATA KEMATIAN BAYI UPT PUSKESMAS KALIANDA TAHUN 2013
Data-data dari table maupun grafik di atas merupakan masalah yang ada pada program
kesehatan ibu dan anak di puskesmas kalianda pada tiga bulan terakhir yaitu bulan januari hingga
maret 2013. Masalah yang ada berupa pencapaian dari cakupan-cakupan yang belum memenuhi
target. Mengenai masalah ini akan dibahas lebih lanjut pada bab IV mengenai pembahasan dan
tindak lanjut.
33
BAB IV
PEMBAHASAN DAN TINDAK LANJUT
1. Indikator untuk masalah kematian ibu adalah MMR (Maternal Mortality Rate atau Angka
Kematian Ibu), yaitu jumlah kematian ibu karena komplikasi kehamilan dan persalinan
dalam suatu wilayah tertentu dibandingkan dengan jumlah lahir hidup di wilayah dan waktu
yang sama dikali konstanta tertentu (1000 atau 100.000).
Keterangan :
X = Jumlah kematian ibu waktu hamil, bersalin, dan masa nifas pada suatu wilayah
tertentu selama 1 tahun
Y = Jumlah kelahiran hidup pada wilayah dan waktu yang sama
K = Konstanta (1000 atau 100.000)
Angka kematian ibu di Puskesmas Kalianda Bulan Januari – Maret : 0 / Nihil
34
MMR = X x k
Y
2. Indikator untuk masalah kematian bayi adalah IMR (Infant Mortality Rate atau
Angka Kematian Bayi), yaitu jumlah kematian bayi berumur < 13 bulan dalam suatu
wilayah tertentu dibandingkan dengan jumlah bayi yang lahir hidup dalam tahun yang
sama dikali konstanta tertentu (1.000 atau 100.000).
Keterangan:
X = Jumlah bayi berumur < 13 bulan yang meninggal pada suatu wilayah suatu wilayah
tertentu selama 1 tahun.
Y = Jumlah kelahiran hidup pada wilayah dan waktu yang sama.
k = Konstanta (1.000 atau 100.000).
3. Penyebab kematian ibu saat hamil, saat/pasca melahirkan dan masa nifas adalah:
Saat hamil
Perdarahan semisal karena abortus provokatus dan infeksi.
Saat/pasca melahirkan
Perdarahan post partum, eklampsia, ruptur dan atonia uteri.
Masa nifas
Infeksi.
35
IMR = X x k
Y
Penyebab kematian bayi adalah: IUFD, asfiksia, tetanus neonatorum, jantung bawaan,
ISPA, dehidrasi, dll. Penyebab kematian di Puskesmas Kalianda pada tahun 2013 adalah:
IUFD sebanyak 3 orang, asfiksia 2 orang, jantung bawaan 1 orang, dan dehidrasi 1 orang.
4. Kegiatan program KIA yang seharusnya dan yang dilaksanakan di Puskesmas Kalianda
NoLevel of Prevention
Kegiatan Program Pelaksanaan Program
1. Pencegahan primer
a. Health promotion
b. Specific protection
Memberi penyuluhan & nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat mengenai segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk kesehatan umum, gizi, KB, ASI dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan
Penyuluhan secara individu dan kelompok mengenai tumbuh kembang anak dan ASI.
Imunisasi TT 2 kali pada semua ibu hamil.
Memberi tablet atau sirup zat besi pada semua bumil.
Pemberian vit A sebanyak 2x dalam setahun
Penyuluhan diberikan saat ibu memeriksakan diri ke puskesmas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan.
Penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif dan tumbuh kembang anak diberikan di puskesmas atau saat posyandu atau imunisasi.
Imunisasi TT pada bumil sudah dilakukan integrasi dengan program imunisasi puskesmas
Pemberian tablet zat besi pada semua bumil sudah
36
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Pelayanan imunisasi yaitu BCG, hepatitis B, DPT, Polio dan Campak bagi bayi
Imunisasi Campak, TT dan DT terhadap anak usia sekolah
dilakukan. Pemberian vit A sudah
dilakukan Puskesmas tidak
menyediakan layanan pertolongan persalinan karena tidak ada fasilitas rawat inap
Pelayanan imunisasi bagi bayi sudah dilakukan.
Imunisasi Campak, TT dan DT terhadap anak usia sekolah sudah dilakukan.
2. Pencegahan sekunder
a. Early detection
Memberikan perawatan antenatal (ANC) terhadap ibu hamil termasuk pelayanan 7T untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.
Deteksi ibu hamil resiko tinggi. Pencatatan ibu hamil, evaluasi riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu, dan evaluasi penyakit yang diderita ibu.
Melakukan pemantauan secara intensif selama proses persalinan untuk mendeteksi jika ada penyulit dalam persalinan (salah satunya dengan partograf).
Pelayanan kesehatan neonatus dilakukan sebanyak 3x
Penimbangan bayi secara teratur di posyandu.
Deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang anak.
ANC sudah dilakukan di puskesmas oleh dokter atau bidan yang ada.
Deteksi bumi resiko tinggi sudah dilakukan.
Pemantauan dengan partograf dan intaruterine growth chart tidak dilakukan karena puskesmas tidak menyediakan layanan pertolongan persalinan
Penimbangan bayi secara teratur di posyandu sudah dilakukan
Deteksi dini tumbuh kembang anak hanya dilakukan pada balita yang datang ke posyandu dan puskesmas.
Pelayanan kesehatan neonatus hanya dilakukan sampai KN 2
37
b. Prompt treatment
Penanganan komplikasi kebidanan melalui PONED (Program Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar).
Melaksanakan MTBS (Manajemen Terpadu Bayi Sakit) di puskesmas dan posyandu.
Di Puskesmas tidak melakukan PONED karena tidak ada fasilitas rawat inap.
MTBS (Manajemen Terpadu Bayi Sakit). Pada bayi sakit umur 2 bulan-5 tahun yang datang ke puskesmas dilayani oleh poli umum
3. Pencegahan tersier
a. Disability limitation
b. Rehabilitation
Melakukan rujukan sesuai indikasi. Sudah dilakukan.
5. Indikator keberhasilan program
Cakupan K1 (96%)
Rumus K1 = Jumlah bumil ANC pertama kali x 100
Jumlah sasaran bumil
38
Pelayanan ANC meliputi :
Timbang BB dan ukur tinggi badan
Ukur tekanan darah
Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
Ukur tinggi fundus uteri
Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
Screening status imunisasi TT
Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama hamil
Tes laboratorium (rutin dan khusus) seperti Hb, urine (khususnya HB, HIV, sifilis dan
malaria)
Tata laksana kasus
Temu wicara (konseling) termasuk P4K dan KB pasca salin
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat
Pencapaian K1 pada bulan januari-maret 2013 sebesar 73 % sedangkan target yang ingin
dicapai dalam 12 bulan adalah 100%.
39
Cakupan K4 (95%)
Cakupan K4 =
Jumlah bumil mendapat pelayanan minimal 4 kali sesuai standar oleh nakes x 100
Jumlah sasaran ibu hamil dalam setahun
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat
Pencapaian K4 pada bulan januari-maret 2013 sebesar 67 % sedangkan target yang ingin
dicapai dalam 12 bulan adalah 95%.
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) (90%)
Cakupan KN 1 =
Jumlah neonatus yang mendapat pelayanan sesuai standar pada 6-48 jam setelah lahir x 100
Jumlah sasaran bayi dalam setahun
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
KN 1 pada 6-48 jam setelah lahir
KN 2 pada hari ke 3-7 setelah lahir
40
KN 3 pada hari ke 8-28 setelah lahir
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan
pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat,
yang meliputi :
Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir
Perawatan Tali pusat
Melaksanakan ASI Eksklusif
Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat
badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru
lahir
41
Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan
hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan
Buku KIA.
Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
Cakupan Kunjungan Bayi (KBy) (90%)
KBy = Jumlah bayi yang telah mendapat 4x pelayanan kesehatan x 100
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam setahun
KBy adalah cakupan bayi yang mendapat pelayanan paripurna minimal 4x :
Umur 29 hari – 2 bulan
Umur 3-5 bulan
Umur 6- 8 bulan
Umur 9-11 bulan
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak) sebelum
bayi berusia 1 tahun.
Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
42
Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda – tanda sakit dan
perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.
Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Input Proses Output Outcome Dampak
Man
Tersedia tenaga kesehatan yaitu bidan-bidan yang terlatih yang mampu memberikan pelayanan KIA.
Money
Anggaran dana dari Dinkes
Material
Tensimeter, timbangan dewasa dan bayi, ukuran tinggi badan, KMS ibu hamil dan anak, vaksin TT, BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B
Semua ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal.
Petugas kesehatan dan masyarakat dapat mendeteksi secara dini ibu hamil yang berisiko.
Bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan pada masa neonatal.
Ibu nifas mendapatkan pelayanan kesehatan selama masa nifas.
Balita mendapatkan
Cakupan K1 dan K4 meningkat.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat.
Cakupan deteksi ibu hamil resiko tinggi oleh tenaga kesehatan dan masyarakat meningkat.
Cakupan kunjungan neonatus meningkat.
Cakupan kunjungan ibu nifas meningkat.
Jumlah kematian ibu menurun.
Jumlah kematian bayi menurun.
Angka harapan hidup ibu meningkat.
Angka harapan hidup bayi meningkat.
43
Minute
Pelayanan di KIA dilakukan tiap hari kerja. Pelayanan imunisasi dilakukan setiap hari Senin dan Kamis tiap minggunya sedangkan posyandu dilakukan tiap bulan
Method
ANC, KF, KN, deteksi dini resti
Market
Ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi, balita
deteksi dini tumbuh kembang.
Cakupan penjaringan dini tumbuh kembang pada balita meningkat.
6. Target dan pencapaian program KIA Bulan Januari – Maret 2013
No. IndikatorTarget
(%)Pencapaian
(%)
1 K1(96%) 24 18,4
2 K4(95%) 24 16
3 KN 1(90%) 23 14,5
44
4 KN2(90%) 23 14,6
6 Linakes(90%) 22,5 19,3
Pencapaian ini hanya dalam waktu tiga bulan terakhir sehingga dengan kinerja dan ketepatan pencatatan dan pelaporan saya yakin bahwa pencapaian ini bisa ditingkatkan tiap bulannya hingga mencapai target yang seharusnya dalam waktu satu tahun ke depan.
7. Tidak ada persalinan yang dibantu oleh dukun bersalin . Menurut pemegang program puskesmas sebelumnya juga tidak pernah melakukan pelatihan dukun bersalin.
8. Faktor-faktor p elaksanaan yang dilakukan serta alternatif pemecahan masalah.
Pelaksanaan Alternatif Pemecahan
MTBS tidak bisa dilaksanakan pada semua anak karena memerlukan waktu yang lama dan ibu si anak cenderung merasa bosan
Pemantauan dengan partograf dan intaruterine growth chart tidak dilakukan karena puskesmas tidak menyediakan layanan pertolongan persalinan
Pelayanan kesehatan neonatus
hanya dilakukan sampai KN 2
karena penting untuk mengetahui
kemungkinan efek samping lain
yang diakibatkan oleh partus
Di Puskesmas tidak melakukan PONED karena tidak tersedia fasilitas rawat inap
Menjelaskan kepada ibu pentingnya dilakukan MTBS untuk deteksi dini penyakit-penyakit yang mungkin dialami oleh anak yang tidak disadari oleh ibu.
Perlu dilakukan pelatihan PONED pada SDM Puskesmas
Segera melakukan perujukan untuk
bumil yang mengalami kejadian post
partum yang tidak diinginkan
45
Cakupan K1 mencapai 73%, namun cakupan K4 hanya 67%, padahal pemeriksaan ANC pada trisemester III amatlah penting. Hal ini mungkin disebabkan karena sebagian bumil lebih memilih melakukan ANC selanjutnya di tempat lain
Puskesmas punya data untuk
mengetahui bumil yang sudah
melakukan K1 agar untuk kunjungan
selanjutnya diingatkan dengan
media hubungan seperti telepon
ataupun kabar demi kesehatan
Segera merujuk ke rumah sakit
apabila ad kejadian” post pertum yg
tidak diinginkan
Saat bumil melakukan K1, bumil diberi KIE secara intensi supaya para ibu yang hamil mengetahui dengan baik pentingnya pemeriksaan kehamilannya dan rutin
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Pengelolaan Program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Kalianda
Pengelolaan program kesehatan ibu dan anak sacara promotif di Puskesmas
Kalianda dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui
penyuluhan.
Pengelolaan program kesehatan ibu dan anak secara preventif kepada
masyarakat dilakukan dengan melakukan pemantauan wilayah setempat PWS-
KIA yang ada di wilayah kalianda, dan berjalannya berbagai kegiatan seperti
kunjungan dan pemeriksaan.
Pengelolaan program kesehatan ibu dan anak secara kuratif di Puskesmas
Kalianda dilakukan dengan melakukan pengobatan yang rasional terhadap ibu,
bayi dan balita tersebut.
Secara umum, progam pengelolaan kesehatan ibu dan anak ini
d i l a k s a n a k a n d e n g a n c u k u p b a i k .
Masalah yang dihadapi pada program kesehatan ibu dan anak ini mencakup
masalah sarana prasarana, pendanaan, dan tenaga kesehatan, kinerja tenaga
kesehatan serta kurangnya kerja sama lintas sektoral.
47
SARAN
Dilakukan advokasi mengenai pendanaan yang terkait dengan pengelolaan
program kesehatan ibu dan anak kepada pemerintah oleh pihak puskesmas.
Dilakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat setempat oleh para
pemegang program di puskesmas agar masyarakat lebih berpartisipasi dalam
setiap program yang dilakukan puskesmas.
Dilakukannya pencatatan dan pelaporan data-data maupun cakupan dengan tepat
waktu.
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar, A, 1980, Puskesmas dan Kesehatan Masyarakat, h: 12, 14, Medica Press,
Jakarta.
2. Effendy. Nasrul, 1995. Perawatan Kesehatan Masyarakat, h: 1, Buku Kedok-teran EGC,
Jakarta.
3. Kotch, J.B, 1997. Maternal and child Health. Aspen Publishers Inc. Maryland.
4. Kosim, M.S, 2000. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,
Bidan, dan Perawat Rumah Sakit. Depkes RI. Jakarta.
5. Departemen Kesehatan RI. 2001. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Saper
(MPS) di Indonesia 2001-2010. Jakarta.
6. Departemen Kesehatan RI. 2005. Kesehatan Ibu dan Anak 2005-2009. Jakarta.
7. Departemen Kesehatan RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2003 Menuju Indonesia
Sehat 2010. Jakarta.
8. http://privacy-gembelz.blogspot.com/2008/10/mutu-layanan-organisasi-
pusat kesehatan.html
9. http://id.wikipedia.org/wiki/kesehatan ibu dan anak
49