14

Click here to load reader

Makalah kritisisme

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Makalah kritisisme

MAKALAH

FILSAFAT KRITISISME

Oleh :Evie Nurmala Dewi, S.PdNIM : 06022681318032

Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengasuh :Prof. Dr. Waspodo, MA., Ph.D.

Dr. Somakim, M.Pd.

Program Studi Margister Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sriwijaya2013 / 2014

Page 2: Makalah kritisisme

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut kata filsafat berasal dari kata yunani filosifia, yang berasal dari kata kerja

filosofein yang berarti mencintai kekebijaksanaan. Perkembangan filsafat tidak dapat

dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuann yang munculnyapada masa peradaban

Kuno (massa Yunani). Pada tahun 2000 SM bangsa Babylon yang hidup dilembah sungai nil

(Mesir) dan sungai Efrant, telah mengenal alat pengukur berat, tabel perkalian dengan

menggunakan sepuluh jari. Serta piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu,

yang ternyata pembuatannya menerapkan geometri dam matematika menunjukkan cara

berfikir yang lebih tinggi dan kegiatan pengamatan benda – langit dan lain – lain. Menurut

Asmoro Achmadi (2005) berdasarkan periodasi terdapat corak pemikiran yang dilihat dari

masa atau waktu. Pertama masa yunani dilihat dari kearah pemikiran pada alam semesta,

corak pemikirannya disebut kosmosentri, kedua adalah zaman adab pertengahan corak

pemikirannya kefilsafatanya bersifat teosentri, dimana pemikirannya dipengaruhi oleh agama

pemecahan semua persoalan berdasarkan atas dogma agama oleh kepercayaan kristen.

Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai

pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat

Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad

Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu

pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja

dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada

kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh

kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal.

Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan

politiknya yang bersifat absolut. dan keempat adalah masa abad dewasa ini (filsafat abad

modern)Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris,

artinya membahas tentang cara berfikir untuk mengatur pemakaian kata – kata / istilah yang

menimbulkan kerancuan, sekaligus dapat menunjukkan bahaya – bahaya yang terdapat

didalamnya, karena bahasa menjadi objek terpenting dalam pemikiran bahasa. Dengan

Page 3: Makalah kritisisme

penulis ingin mengembangkan salah satu pemikiran filsafat yaitu pada masa filsafat kuno

yang mengenai kritisisme yang merupakan filasafat yang timbul akibat pertentang antara

rasionalisme dengan empirismedan juga hubungannya dalam pembelajaran matematika.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar balakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada

makalah ini sebagai berikut :

1. Apakah pengertian Kritisisme ?

2. Bagaimanakah prinsip – prinsip kritisisme dalam pembelajaran matematika ?

3. Bagaimana pengaruh kritisisme dalam pembelajaran matematika ?

C. TUJUAN MASALAH

Berdasakan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memahami pengertian Kritisisme

2. Untuk mengetahui prinsip – prinsip kritisisme dalam pembelajaran matematika

3. Untuk mengetahui pengaruh kritisisme dalam pembelajaran matematika

D. MAMFAAT

Makalah ini diharapkan dapat bermamfaat untuk mengatahui dan memberikan

gambaran mengenai kritisisme dan kaitannya dengan matematika.

Page 4: Makalah kritisisme

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kritisisme

Aliran kritisisme ini muncul pada abad ke – 18. Suatu zaman dimana sesorang ahli

berpikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dan

empirisme. Pada zaman ini disebut zaman pencerahan (Aufklarung) dimana manusia lahir

dalam keadaan belum dewasa setelah Kant mengedakan penyelidikan ( Kritik ) terhadap

peran pengetahuan akal. Dimana manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu

pasti, biologi, filsafat dan sejarah) mencapai hasil yang mengembirakan dan disisi lain

jalannya filsafat tersendat sendat. Untuk itu filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu

pengetahuan alam. Isaac Newton ( 1642 – 1727 ) memberikan dasar berfikir yang induksi

yaitu pemikiran yang titik bertolak pada gejala gejala dan pengembalikan kepada dasar –

dasar yang bersifatnya umum. Dan dijerman pertentangan antara rasionalisme dan empirisme

semakin berlanjut.

Menurut seorang ahli pikir jerman Immanuel Kant (1724 – 1804 ) dalam Asmoro

ahmadi (2005 : 119) ingin mencoba permasalahan dan memahami secara arti dari kedua

aliran tersebut maka ia mengakui kebenaran ilmu dan dengan akal manusia akan dapat

mencapai kebenaran.

Dengan demikian akhirnya, Kant mengakui peranan akal dan keharusan empiri,

sehingga diadakan sitensis. Walau pengetahuan bersumber pada akal ( Rasionalisme ), tetapi

adanya pengertian timbul dari benda (empirisme). Ibarat burung harus mempunyai sayap

(rasio) dan udara (empiri).

Maka kita dapat menyimpulkan bahwa Pendirian aliran rasionalisme dan Emperisme

sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasiolah sumber

pengalan/pengetahuan, sedang Empirisme sebaliknya berpendirian bahwa pengalamanlah

yang menjadi sumber tersebut.

Imanuel Kant (1724-1804 M) berusaha mengadakan penyelesaian atas pertikaian itu

dengan filsafatnya yang dinamakan Kritisisme (aliran yang kritis). Jadi metode berpikirnya

metode Kritis walaupun ia mendasarkan diri yang ringgi dari akal tetapi ia titak mengingkari

Page 5: Makalah kritisisme

adanya persoalan persoalan yang melampaui akal. Karena itu iirasionalitas dari kehidupan

dapat diterima dari kenyataannya.

2. Prinsip – Prinsip Kritisisme Terhadap Pembelajaran Matematika

Prinsip-prinsip pembelajaran pada Standar Isi Permendiknas No.22 Tahun 2006

yang memuat tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar hingga menengah di

Indonesia yaitu :

1.  Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat , efisien, dan tepat dalam

pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam

membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika.

3.   Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa

ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dengan adanya prinsip – prinsip pendidikan kita dapat menggunakan dengan

menggunakannya dalam setiap pembelajaran yang berkaitan dengan kritisisme yaitu

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

3. Pengaruh Kritisisme Dalam Pembelajaran Matematika.

Kant berangkat dari filsafat geometri untuk menjembatani ke filsafat aritmetika dan

filsafat aljabar. Namun jika disimak lebih lanjut, pandangan-pandangan Kant lebih

Page 6: Makalah kritisisme

mendasarkan kepada peran intuisi bagi semua konsep matematika dan hanya mengandalkan

konsep konstruksi seperti yang terjadi pada geometri Euclides. Terdapat pandangan bahwa

konstruksi konsep-konsep keruangan geometri Euclides sebetulnya mendasarkan kepada

“intuisi murni” namun Kant memberi kecenderungan baru tentang pandangan terhadap

matematika yang lebih bersifat konstruktif (Palmquist, 2004).

Menurut Kant dalam Wilder, R. L. (1952), matematika harus dipahamai dan

dikonstruksi menggunakan intuisi murni, yaitu intuisi “ruang” dan “waktu”. Konsep dan

keputusan matematika yang bersifat “synthetic a priori” akan menyebabkan ilmu

pengetahuan alam pun menjadi tergantung kepada matematika dalam menjelaskan dan

memprediksi fenomena alam. Menurutnya, matematika dapat dipahami melalui “intuisi

penginderaan”, selama hasilnya dapat disesuaikan dengan intuisi murni kita.

Dalam http:/runthyathpsiko. Blogspot.com/2013/01/12/pengaruh filsafat naturalisme

dan kritisisme/,/filsafat/ http:/runthyathpsiko.Blogspot.com/2013/01/12/pengaruh filsafat

naturalisme dan kritisisme/,/filsafat/, Kant menyatakan bahwa pengetahuan yang dihasilkan

dari aliran rasionalisme tercermin dalam putusan yang bersifat Analitik-Apriori. Putusan ini

memang mengandung suatu kepastian dan berlaku umum. Sedangkan pengetahuan yang

dihasilkan aliran empirisme tercermin dalam putusan Sintetik-Aposteriori (yang sifatnya

tidak tetap). Kant memadukan keduanya dalam suatu bentuk putusan yang Sintetik-Apriori.

Di dalam putusan ini, akal budi dan pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Menurut Kant

(1781), pemahaman maupun konstruksi matematika diperoleh dengan cara terlebih dulu

menemukan “intuisi murni” pada akal atau pikiran kita. Matematika yang bersifat “sintetik a

priori” dapat dikonstruksi melalui 3 tahap intuisi, yaitu “intuisi penginderaan”, “intuisi akal”,

dan “intuisi budi”.

a. Intuisi Penginderaan

Disini peranan subjek lebih menonjol, tapi harus ada bentuk rasio murni yaitu ruang

dan waktu yang dapat diterapkan pada pengalaman. Hasil pencerapan indrawi inderawi yang

dikaitkan dengan bentuk ruang dan waktu ini merupakan fenomena konkret. Namun

pengetahuan yang diperoleh dalam bidang inderawi ini selalu berubah-ubah tergantung pada

Page 7: Makalah kritisisme

subjek yang mengalami, dan situasi yang melingkupinya. Intinya bahwa obyek matematika

dapat diserap sebagai unsur a posteriori.

b. Intuisi Akal

Apa yang telah diperoleh melalui bidang inderawi tersebut haruslah dituangkan ke

dalam bidang akal untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat objektif-universal. Inti dari

intuisi akal adalah mensintetiskan hasil intuisi penginderan ke dalam intuisi “ruang” dan

“waktu” yang dikenal sebagai putusan Sintetik Apriori.

c. Intuisi Budi

Pada intuisi budi, rasio manusia dihadapkan pada putusan-putusan yang berupa

argumentasi matematika.

Dari ketiga intuisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konstruksi konsep matematika

berdasar intuisi ruang dan waktu akan menghasilkan matematika sebagai ilmu yang bersifat

“sintetik a priori”. Oleh Kant, metode sintetik dilawankan dengan metode analitik dan konsep

“a priori” dilawankan dengan “a posteriori”. Jika matematika dikembangkan hanya dengan

metode “analitik” maka tidak akan dihasilkan (dikontruksi) konsep baru, dan yang demikian

akan menyebabkan matematika hanya bersifat sebagai ilmu fiksi. Menurut Kant, matematika

tidak dikembangkan hanya dengan konsep “a posteriori” sebab jika demikian matematika

akan bersifat empiris. Namun data-data empiris yang diperoleh dari pengalaman

penginderaan diperlukan untuk menggali konsep-konsep matematika yang bersifat “a priori”

Dalam http:/runthyathpsiko. Blogspot.com/2013/01/12/pengaruh filsafat naturalisme

dan kritisisme/,/filsafat/, Filsafat kant disebut dengan kritisisme. Itulah sebab ketiga karyanya

yang besar disebut “kritik”, yaitu :

a. Kritik Der Reinen Vernunft, atau Kritik Atas Rasio Murni (1781),

b. Kritik Der Praktischen Vernunft, atau Kritik Atas Rasio Praktis (1788)

c. Kritik Der Urteilskraft, atau Kritik Atas Daya Pertimbangan (1790).

Page 8: Makalah kritisisme

Secara harfiah kata kritik berarti pemisahan. Filsafat kant bermaksud

membeda-bedakan antara pengenalan yang murni dan yang tidak murni, yang tiada

kepastiannya. Ia ingin membersihkan pengenalan dari keterikatan kepada segala

penampakan yang bersifat sementara. Jadi filsafatnya dimaksud sebagai penyadaran

atas kemampuan - kemampuan rasio secara obyektif dan menentukan batas-batas

kemampuannya, untuk member tempat kepada iman dan kepercayaan.

Page 9: Makalah kritisisme

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa aliran kritisisme muncul pada

abad ke – 18. Suatu zaman dimana sesorang ahli berpikir yang cerdas mencoba

menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme yang dimana metode

berfikirnya disebut metode kritis dimana semua pengetahuan bersumber pada

( Rasionalisme), tetapi adanya pengertian yang timbul pada benda ( Empiri). Dengan melalui

prinsip – prinsip pembelajaran matematika dan pengaruh pembelajaran matematika guru

dapat mengajarkan pembelajaran matematika yang mendalam (ontologi) dengan cara

mendapatkan pengetahuan secara berfikir, bernalar dan beranalisa dengan menyelesaikan

masalah kepada penerapan materi daam pembelajaran matematika.

2. Saran

Apa yang dikemukakan penulis tentang kritisisme merupakan suatu gambaran yang

secara garis besarnya saja. Diharapkan dengan ini kita dapat membahas apa yang belum bisa

dan pantas untuk di dibahas sehingga makalah ini menjadi lebih sempurna.

Page 10: Makalah kritisisme

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro.2005. Filsafat Umum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Surajiwo.2009. Filsafat ilmu dan Pengembangan di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara

Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer . Jakarta : Gelora

Aksara Pratama.

http:/runthyathpsiko. Blogspot.com/2013/01/12 pengaruh filsafat naturalisme dan kritisisme

diakses tgl 19/12/2013