32
TUGAS LIMBAH RUMAH SAKIT Untuk memenuhi nilai mata kuliah mikrobiologi Disusun Oleh: Jamiah Febrianti Nina Nurjanah Ori Mutira Sihaloho Siti Fatimah STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN Jl.Surya Kencana No.1 Pamulang Tangerang Selatan Tahun 2012/2013

makalah mikro tentang limbah .doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pendidikan mengenai limbah

Citation preview

Page 1: makalah mikro tentang limbah .doc

TUGAS

LIMBAH RUMAH SAKIT

Untuk memenuhi nilai mata kuliah mikrobiologi

Disusun Oleh:

Jamiah Febrianti

Nina Nurjanah

Ori Mutira Sihaloho

Siti Fatimah

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

Jl.Surya Kencana No.1 Pamulang Tangerang Selatan

Tahun 2012/2013

Page 2: makalah mikro tentang limbah .doc

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya pada

kami semua , shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad SAW, dengan

pertolongannya kami dapat menyusun makalah tentang “MACAM MACAM LIMBAH DAN

PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM STERILISASI DAN DESINFEKSI”.

Tujuan kami dalam pembuatan makalah ini agar bermanfaat bagi pembaca dan

khususnya bagi mahasiswa dalam proses belajar. Makalah ini digunakan untuk pegangan

dalam mempelajari bidang studi Mikrobiologi tentang “MACAM MACAM LIMBAH DAN

PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM STERILISASI DAN DESINFEKSI”.

Adapun dalam penyusunan makalah ini kami mendapat bimbingan dan bantuan yang

cukup dari berbagai pihak diantaranya:

1. Dr.Muslimah selaku dosen pembimbing.

2. Kedua orangtua yang memberikan dukungan baik moril maupun materil.

3. Semua pihak yang banyak membantu dalam menyelesaikam makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini

masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

mambangun untuk penyempurnaan makalah ini, kami berharap agar makalah ini bermanfaat

bagi pembaca, Amiin.

Pamulang, 07 November 2012

Penulis

Page 3: makalah mikro tentang limbah .doc

DAFTAR ISI

Kata pengantar .....................................................................................................i

Daftar isi ....................................................................................................ii

BAB 1 Pendahuluan ....................................................................................................1

a. Latar belakang ....................................................................................................1

b. Tujuan ....................................................................................................3

c. Manfaat ....................................................................................................4

BAB II kajian Teori

a. Penanganan limbah rumah sakit .............................................................................5

b. Macam –macam limbah ..........................................................................................6

c. Peran tenaga kesehatan dalam strelisasi dan desinfeksi ........................................11

BAB III penutup

a. Kesimpulan .......................................................................................................... 17

b. Saran ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: makalah mikro tentang limbah .doc

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Dalam upaya menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di kota-kota

besar semakin meningkat pendirian rumah sakit (RS). Sebagai akibat kualitas efluen limbah

rumah sakit tidak memenuhi syarat. Limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan

penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini

dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab

penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kholera, disentri dan hepatitis sehingga

limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan (BAPEDAL, 1999).

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan

oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah

rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis

baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi

yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

-         Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau

bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,

perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini

memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.

Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan

mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.

-         Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang berkaitan

dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah

laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang

perawatan/isolasi penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan,

darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah

sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat

sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.Limbah farmasi ini

Page 5: makalah mikro tentang limbah .doc

dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak

memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh

pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi

bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat- obatan.

-         Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam

tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

-         Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal

dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. 

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah

non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari

kantor / administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang

pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan

makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai

karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung

bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan

yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu

saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit

seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang

tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD,

COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain. (Arifin. M, 2008).

Pelayanan kesehatan dikembangkan dengan terus mendorong peranserta aktif

masyarakat termasuk dunia usaha. Usaha perbaikan kesehatan masyarakat terus

dikembangkan antara lain melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta

pelayanan kesehatan ibu dan anak. Perlindungan terhadap bahaya pencemaran dari manapun

juga perlu diberikan perhatian khusus. Sehubungan dengan hal tersebut, pengelolaan limbah

rumah sakit yang merupakan bagian dari penyehatan lingkungan dirumah sakit juga

mempunyai tujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang

bersumber dari limbah rumah sakit infeksi nosoknominal dilingkungan rumah sakit, perlu

diupayakan bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan

pelayanan rumah sakit. Unsur-unsur tersebut meliputi antara lain sebagai berikut :

Page 6: makalah mikro tentang limbah .doc

-         Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit

-         Penanggung jasa pelayanan rumah sakit

-         Para ahli pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran

-         Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana fasilitas yang diperlukan.

(Depkes RI, 2002)

Pengelolaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan dengan menyiapkan

perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-

kebijakan yng mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan dilingkungan rumah

sakit.Disamping peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan

Departemen Kesehatan  terus mengupayakan dan menyediakan dan untuk  pembangunan

insilasi pengelolaan limbah rumah sakit melalui  anggaran pembangunan maupun dari

sumber bantuan dana lainnya. Dengan demikian sampai saat ini sebagai rumah sakit

pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limabah, meskipun perlu untuk

disempurnakan. Namun disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu

ditingkatkan  permasyarakatan terutama dilingkungan masyarakat rumah sakit. (Depkes RI,

1992).

B. Tujuan

2.1 Tujuan umum

Untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan limbah rumah sakit dan

peran tenanga kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi.

2.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui pengertian pengelolaan limbah rumah sakit dan peran tenaga

kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi.

b. Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah mikrobiologi.

Page 7: makalah mikro tentang limbah .doc

C. Manfaat

a. Menerapkan ilmu pengetahuan yang di pelajari tentangpengelolaan limbah

dan peran tenaga kesehatan sterilisasi dan disinfeksi

b. Sebagai latihan sebelum membuat tugas karya tulis ilmiah.

c. Memahami cara-cara penulisan makalah dengan benar.

Page 8: makalah mikro tentang limbah .doc

BAB II

KAJIAN TEORI

A.penanganan limbah rumah sakit

Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan

baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis

noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut

justru memperbesar permasalahan limbah medis.

Limbah infeksius misalnya jaringan tubuh yang terinfeksi kuman. Limbah jenis itu

seharusnya dibakar, bukan dikubur, apalagi dibuang ke septic tank. Pasalnya, tangki

pembuangan seperti itu di Indonesia sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat

pembuangan limbah. Ironisnya, malah sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki

pembuangan seperti itu.

Kenyataannya, banyak tangki pembuangan sebagai tempat pembuangan limbah yang

tidak memenuhi syarat. Hal itu akan menyebabkan pencemaran, khususnya pada air tanah

yang banyak dipergunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Setyo menyebutkan,

buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat

akreditasi rumah sakit. Sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang

diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan

benar.

Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit

dan kegiatan penunjang lainnya. Limbah rumah Sakit bisa mengandung bermacam-macam

mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan

sebelum dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik

yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain. Sedangkan limbah

padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-

lain. Limbah- limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen atau

bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke

lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang

memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan

Page 9: makalah mikro tentang limbah .doc

dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masib buruk (Said, 1999).

Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan dengan

memilah-milah limbah ke dalam pelbagai kategori. Untuk masing-masing jenis kategori

diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah

sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko kontaminsai dan trauma (injury). jenis-jenis

limbah rumah sakit meliputi bagian berikut ini (Shahib dan Djustiana, 1998) :

B. MACAM –MACAM LIMBAH

a. Limbah Klinik

Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan dan di unit-unit resiko

tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan

populasi umum dan staff rumah sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai

resiko tinggi. contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan

badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urin dan

produk darah.

b. Limbah Patologi

Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diotoklaf sebelum keluar dari unit

patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.

c. Limbah Bukan Klinik

Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak

dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup

merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan mambuangnya.

Page 10: makalah mikro tentang limbah .doc

d. Limbah Dapur

Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu

dan hewan mengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staff maupun pasien di rumah

sakit.

e. Limbah Radioaktif

Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah sakit,

pembuangannya secara aman perlu diatur dengan baik.

Pencegahan Pengolahan Limbah Pada Pelayanan Kesehatan

Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau

bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau

hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah

upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan

yang meliputi upaya mengunangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah

(Shahib, 1999). Program minimisasi limbah di Indonesia baru mulai digalakkan, bagi rumah

sakit masih merupakan hal baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan

pengolahan limbah yang masih mempunyainilai ekonomi (Shahib, 1999).

Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi mana yang

terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain reduksi limbah

(waste reduction), minimisasi limbah (waste minimization), pemberantasan limbah (waste

abatement), pencegahan pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada sumbemya (source

reduction) (Hananto, 1999).

Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan pertama

kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi terjadinya limbah

yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi

volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan

secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan

yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan

Page 11: makalah mikro tentang limbah .doc

pelaksanaannya relatif murah (Hananto, 1999). Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi

limbah pada sumbernya adalah (Arthono, 2000) :

1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga kebersihan

lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta

menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.

2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis

komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume,

atau mengurangi biaya pengolahan limbah.

3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat

menurut waktu yang telah dijadwalkan.

4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu

cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak

menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.

5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk

pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.

6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang

potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya

dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya.

Page 12: makalah mikro tentang limbah .doc

Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna

yang menyangkut hal-hal berikut (Sundana, 2000) :

1. Pemisahan limbah

• Limbah harus dipisahkan dari sumbernya

• Semua limbahberesiko tinggi hendaknya diberi label jelas

• Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan ke

mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang. Di beberapa negara, kantung

plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas yang tahan bocor

(dibuat secara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini dapat

ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna

dibangsal dan unit-unit lain.

2. Penyimpanan limbah

• Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian. Kemudian diikat

bagian atasnya dan diberi label yang jelas

• Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun

menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan

• Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang

samatelah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai

• Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak

sebelum diangkut ke tempat pembuangannya

3. Penanganan limbah

• Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup

• Kantung dipegang pada lehernya

• Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan

yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut

• Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk

membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging)

• Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya

Page 13: makalah mikro tentang limbah .doc

di dalma kantung yang salah

• Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung limbah

4. Pengangkutan limbah

Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah

bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke

insinerator. Pengankutan dengan kendaran khusus (mungkin ada kerjasama dengan Dinas

Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya

dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung

limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

5. Pembuangan limbah

Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat

penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak

mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada

hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk .Langkah-langkah pengapuran (liming)

tersebut meliputi yang berikut (Djoko, 2001) :

• Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.

• Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm.

• Tambahkan lapisan kapur.

• Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5

meter dibawah permukaan tanah.

• Akhirnya lubang tersebut harus dituutup dengan tanah.

Mekanisme pengelolaan limbah gas

Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding dengan

limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan

bangunan khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang antara lain

disyaratkan agar (Agustiani dkk, 2000) :

• Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak);

Page 14: makalah mikro tentang limbah .doc

• Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama 24 jam.

• Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman padao

gen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer. Ruang perawatan

dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan bebas kuman patogen. Kadar gas dan bahan

berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan.

C.PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM STERILISASI DAN DESINFEKSI

A. Peranan Tenaga Kesehatan dalam Sterilisasi dan Disinfeksi

Dalam dunia kesehatan khususnya bidan sterilisasi dan disinfeksi digunakan sebagai

pencegah infeksi (PI).Dengan adanya praktek pencegah infeksi dapat mencegah

mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu,bayi baru

lahir(BBL),dan para penolong persalinan)sehingga dapat memutus rantai penyebaran infeksi.

Tindakan- tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut:

• Cuci tangan

• Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya

• Menggunakan teknik asepsis atau aseptik

• Memproses alat bekas pakai

• Menangani peralatan tajam dangan aman

• Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelola sampah secara benar)

B. CUCI TANGAN

Cuci tangan merupakan prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang

meyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Harus dilakukan saat:

Segera setelah tiba di tempat kerja

Sebelum dan sesudah melakukan kontak fisik dangan pasien

Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan

Page 15: makalah mikro tentang limbah .doc

Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah / cairan tubuh lainnya /

setelah menyentuh selaput mukosa (hidung,mulut atau mata)

Setelah ke kamar mandi

Sebelum pulang kerja

C.MENGGUNAKAN SARUNG TANGAN

Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh,selaput

mukosa,darah atau cairan tubuh lainnya) peralatan, sarung tangan atau sampah yang

terkontaminasi

Jika sarung tangan diperlukan ganti sarung tangan untuk setiap ibu atau bayi baru lahir untuk

menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang

berbeda pula.

Gunakan sarung tangan sreril / DTT (Disinfeksi Tingkat Tinggi) untuk prosedur yang

mengakibatkan kontak dangan jaringan di bawah kulit (persalinan,heating,pengambilan

darah)

Sarung tangan yang bersih untuk menangani darah / cairan tubuh

Sarung tangan rumah tangga / tebal untuk mencuci peralatan, menangani sampah,juga

membersihkan darah dan cairan tubuh.

D. PERLENGKAPAN PELINDUNG PRIBADI

Perlengkapan pelindung pribadi mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab

infeksi dangan cara menghalangi atau membatasi (kaca mata pelindung,masker wajah,sepatu

boot atau sapatu tertutup,celemek) petugas dari cairan tubuh,darah atau cedera selama

melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan celemek plastik sederhana dapat dibuat

sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya yang bersedia di masing-masing daerah jika alat

atau perlengkapan sekali pakai tidak tersedia.

Page 16: makalah mikro tentang limbah .doc

E. ANTISEPSIS

Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh

atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit.karena kulit dan mukosa

tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah

mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan penyebab infeksi.Cuci tangan

secara teratur diantara kontak dengan setiap ibu dan bayi baru lahir,membantu untuk

menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada kulit.

F. ANTISEPTIK VS LARUTAN DiSINFEKTAN

Larutan antiseptik digunakan pada kulit atau jaringan yang tidak mampu menahan

konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam larutan disinfeksi.Sedangkan larutan disinfeksi

dipakai juga untuk mendekontaminasi peralatan atau instrument yang digunakan dalam

prosedur bedah.

Larutan antiseptik yang bisa diterima:

• Alcohol 60-90%:etil,isopropyl, atau metal spiritus

• Setrimid atau klorheksidin glukonat,berbagai konsentrasi (savlon)

• Klorheksidin glukonat 4% (hibiscub,hibitane,hibiclens)

• Heksaklorofen 3% (phisohex)

• Paraklorometaksilenol (dettol)

• Iodine 1-3%,larutan yang dicampur alkohol atau encer (lugol) atau tincture (iodine dalam

alkohol 70%).iodine tidak boleh digunakan pada selaput mukosa seperti vagina

• Iodofor,berbagai konseentras (betadine)

Larutan disinfeksi yang bisa diterima:

• Klorin pemutih 0,5% (untuk dekontaminasi permukaan dan DTT peralatan)

• Glutaraldehida 2% (digunakan untuk dekontaminasi tetapi karena mahal biasanya hanya

digunakan disinfeksi tingkat tinggi).

Page 17: makalah mikro tentang limbah .doc

G. PEMELIHARAAN TEKNIK STERIL / DISINFEKSI TINGGKAT TINGGI

Dimanapun prosedur dilakukan,dearah steril harus dibuat dan dipelihara untuk menurunkan

risiko kontaminasi di area tindakan.Peralatan atau benda-benda yang disinfeksi tinngkat

tinggi bisa di tempatkan di area steril. Prinsip menjaga daerah steril harus digunakan untuk

prosedur pada area tindakan dengan kondisi disinfeksi tingkat tinggi. Pelihara kondisi steril

dengan memisahkan benda-benda steil atau disinfeksi tingkat tinggi (“bersih”)dari benda-

benda yang terkontaminasi(“kotor”).Jika mungkin gunakan baju,sarung tangan steril dan

sediakan atau pertahankan lingkungan yang steril.

H. MEMPROSES ALAT BEKAS PAKAI

Tiga proses pokok yang direkomendasi untuk proses peralatan dan benda-benda lain dalam

upaya pencegahan infeksi adalah:

• Dekontaminasi

• Cuci dan bilas

• Disinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi

Benda-benda steril atau disinfeksi tingkat tinggi harus disimpan dalam keadaan kering dan

bebas debu. Jaga agar bungkusan-bungkusan yang tetap kering dan utuh sehingga kondisinya

tetap terjaga dan dapat digunakan hingga satu minggu setelah diproses.Peralatan steril yang

dibungkus dalam kantong plastik bersegel,tetap kering dan utuh masih dapat digunakan

hingga satu bulan setelah proses.Peralatan dan bahan disinfeksi tingkat tinggi dapat disimpan

dalam wadah tertutup yang sudah di disinfeksi tingkat tinggi dan bebas debu. Jika peralatan-

peralatan tersebut tidak digunakan dalam waktu peyimpanan tersebut maka proses kembali

dulu sebelum digunakan kembali.

I.PENGGUNAAN PERALATAN TAJAM SECARA AMAN

Luka tusuk benda tajam (jarum) merupakan salah satu alur utama infeksi HIV dan hepatitis B

di antara para penolong persalinan. Oleh karena itu, perhatikan pedoman berikut:

Letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau dengan

manggunakan “daerah aman“ yang sudah ditentukan (daerah khusus untuk meletakkan dan

mengambil peralatan tajam.

Page 18: makalah mikro tentang limbah .doc

Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tak sengaja.

Gunakan pemegang jarum atau pinset pada saat menjahit. Jangan pernah meraba ujung atau

memegang jarum jahit dangan tangan.

Jangan menutup kembali,melengkungkan,mematahkan atau melepaskan jarum yang akan

di buang.

Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah

2/3 penuh. Jangan memindahkan benda-benda tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda

tajam yang sudah disegel tadi harus dibakar insinerator.

Jika benda-benda tajam tidak bisa di buang secara aman dengan cara insinerasi,bilas tiga

kali dengan larutan klorin 1,5% (dekontaminasi),tutup kembali menggunakan teknik satu

tangan dan kemudian dikubur.

Cara melakukan teknik satu tangan:

Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata.

Pegang tabung suntik dangan satu tangan,gunakan ujung jarum untuk “mengait”penutup

jarum.

Jangan memegang penutup jarum dengan tangan lainnya

Jika jarum sudah tertutup seluruhnya,pegang bagian bawah dan gunakan tangan yang

lainnya untuk merapatkan penutupnya.

J. PENGELOLAAN SAMPAH

Sampah bisa terkontaminasi atau tidak terkontaminasi. Sampah yang tidak terkontaminasi

tidak mengandung risiko bagi petugas yang menanganinya. Tetapi sebagian besar limbah

persalinan dan kelahiran bayi adalah sampah terkontaminasi. Jika tidak dikelola dengan

banar,sampah terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak

atau menangani sampah tersebut termasuk anggota masyarakat. Sampah terkontaminasi

termasuk darah,nanah,urine,kotoran manusia dan benda-benda yang kotor oleh cairan

tubuh.tangani pembuangan sampah dengan hati-hati.

Tujuan pembuangn sampah secara benar :

• Menyegah penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang menangani sampah dan kepada

masyarakat

Page 19: makalah mikro tentang limbah .doc

• Melindungi petugas pengelola sampah dari luka atau cedera tidak sengaja oleh benda-benda

yang sudah terkontaminasi.

K. MENGATUR KEBERSIHAN DAN KERAPIAN

Pembersihan yang teratur dan seksama akan megurangi mikroorganisme yang ada pada

bagian permukaan benda-benda tertentu dan menolong mencegah infeksi dan

kecelakaan.Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengatur kebersihan dan kerapian :

• Pastikan selalu tersedianya satu ember larutan pemutih (klorin 0,5%) yang belum terpakai.

• Gunakan disinfektan yang sesuai untuk membersihkan peralatan yang tidak bersentuhan

dengan darah atau sekresi tubuh diantara pemakaian,terutama sekali diantara ibu atau bayi

yang berbeda

• Jika menggunakan oksigen,gunakan kanula nasal yang bersih,steril atau disinfeksi tingkat

tinggi setiap kali akan digunakan. Mengusap kanula dengan alkohol tidak mencegah

terjadinya infeksi.

• Segera bersihkan percikan darah tuangkan larutan kloran 0,5% pada percikan tersebut

kemudian seka dengan air.

• Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta orong atau lemari tertutup untuk

mencegah kontaminasi dari debu.

• Setiap selesai menggunakan tempat tidur,meja dan troli prosedur,segera seka permukaan

dan bagian-bagian peralatan tersebut dengan kain yang di basahi klorin 0,5% dan deterjen.

• Setiap selesai menolong persalinan, seka celemek menggunakan larutan klorin 0,5%.

• Bersuhkan lantai dengan lab kering,jangan disapu.Seka lantai, dinding atau permukaan

datar lain (setiap hari atau setelah digunakan) dengan larutan klorin 0,5% dan deterjen.

• Ikuti pedoman umum kebersihan dan kerapian

Page 20: makalah mikro tentang limbah .doc

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah di uraikan pada BAB II, dapat di tarik kesimpulan sebagai

berikut:

Penggunaan bahan-bahan kimia sebagai zat desinfektan memudahkan kita dalam

menyingkirkan atau membunuh mikroorganisme yang di anggap pathogen.selain penggunaan

bahan kimia pada bahan desinfektan ,peran mikroorganisme juga patut di pertimbangkan

dalam hal persediaan anbiotic .desinfeksi dapat juga di gunakan dengan cara

pemijaran ,penggunaan sinar-sinar gelombang pendek sepeti sinar X,sinar gamma,UV dan

sebagainya.

3.2 Saran

1. Apabila sterilisasi dan disinfeksi dilakukan secara baik dan sempurna maka akan menjamin

keselamatan kerja dan berkurangnya resiko terpapar mikroorganisme. Dan dapat juga

dilakukan untuk mencegah ataupun mengendalikan infeksi.

2. Semoga tulisan kami ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam proses

pembelajaran mata kuliah mikrobiologi.

Page 21: makalah mikro tentang limbah .doc

DAFTAR PUSTAKA

Hananto WM (1999). Mikroorganisme patogen limbah cair rumah sakitdan dampak

kesehatan yang ditimbulkannya. Bul Keslingmas : 18 (70) 1999: 37-44

Agustiani E, Slamet A, Winarni D (1998). Penambahan PAC pada proses lumpur aktif untuk

pengolahan air limbah rumah sakit: laporan penelitian. Surabaya: Fakultas Teknik

IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember

Mikrobiologi dasar, FK-UI 1994 : EGC

Page 22: makalah mikro tentang limbah .doc