Upload
angga-buledhbuledh-perdana
View
125
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pendidikan mengenai limbah
Citation preview
TUGAS
LIMBAH RUMAH SAKIT
Untuk memenuhi nilai mata kuliah mikrobiologi
Disusun Oleh:
Jamiah Febrianti
Nina Nurjanah
Ori Mutira Sihaloho
Siti Fatimah
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
Jl.Surya Kencana No.1 Pamulang Tangerang Selatan
Tahun 2012/2013
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya pada
kami semua , shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad SAW, dengan
pertolongannya kami dapat menyusun makalah tentang “MACAM MACAM LIMBAH DAN
PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM STERILISASI DAN DESINFEKSI”.
Tujuan kami dalam pembuatan makalah ini agar bermanfaat bagi pembaca dan
khususnya bagi mahasiswa dalam proses belajar. Makalah ini digunakan untuk pegangan
dalam mempelajari bidang studi Mikrobiologi tentang “MACAM MACAM LIMBAH DAN
PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM STERILISASI DAN DESINFEKSI”.
Adapun dalam penyusunan makalah ini kami mendapat bimbingan dan bantuan yang
cukup dari berbagai pihak diantaranya:
1. Dr.Muslimah selaku dosen pembimbing.
2. Kedua orangtua yang memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3. Semua pihak yang banyak membantu dalam menyelesaikam makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
mambangun untuk penyempurnaan makalah ini, kami berharap agar makalah ini bermanfaat
bagi pembaca, Amiin.
Pamulang, 07 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar .....................................................................................................i
Daftar isi ....................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan ....................................................................................................1
a. Latar belakang ....................................................................................................1
b. Tujuan ....................................................................................................3
c. Manfaat ....................................................................................................4
BAB II kajian Teori
a. Penanganan limbah rumah sakit .............................................................................5
b. Macam –macam limbah ..........................................................................................6
c. Peran tenaga kesehatan dalam strelisasi dan desinfeksi ........................................11
BAB III penutup
a. Kesimpulan .......................................................................................................... 17
b. Saran ........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Dalam upaya menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di kota-kota
besar semakin meningkat pendirian rumah sakit (RS). Sebagai akibat kualitas efluen limbah
rumah sakit tidak memenuhi syarat. Limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan
penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini
dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab
penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kholera, disentri dan hepatitis sehingga
limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan (BAPEDAL, 1999).
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah
rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis
baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi
yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
- Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini
memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.
Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.
- Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang berkaitan
dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah
laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang
perawatan/isolasi penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan,
darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah
sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat
sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.Limbah farmasi ini
dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak
memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh
pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi
bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat- obatan.
- Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
- Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah
non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor / administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang
pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan
makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung
bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan
yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu
saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit
seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang
tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD,
COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain. (Arifin. M, 2008).
Pelayanan kesehatan dikembangkan dengan terus mendorong peranserta aktif
masyarakat termasuk dunia usaha. Usaha perbaikan kesehatan masyarakat terus
dikembangkan antara lain melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Perlindungan terhadap bahaya pencemaran dari manapun
juga perlu diberikan perhatian khusus. Sehubungan dengan hal tersebut, pengelolaan limbah
rumah sakit yang merupakan bagian dari penyehatan lingkungan dirumah sakit juga
mempunyai tujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang
bersumber dari limbah rumah sakit infeksi nosoknominal dilingkungan rumah sakit, perlu
diupayakan bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan
pelayanan rumah sakit. Unsur-unsur tersebut meliputi antara lain sebagai berikut :
- Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit
- Penanggung jasa pelayanan rumah sakit
- Para ahli pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran
- Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana fasilitas yang diperlukan.
(Depkes RI, 2002)
Pengelolaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan dengan menyiapkan
perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-
kebijakan yng mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan dilingkungan rumah
sakit.Disamping peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan
Departemen Kesehatan terus mengupayakan dan menyediakan dan untuk pembangunan
insilasi pengelolaan limbah rumah sakit melalui anggaran pembangunan maupun dari
sumber bantuan dana lainnya. Dengan demikian sampai saat ini sebagai rumah sakit
pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limabah, meskipun perlu untuk
disempurnakan. Namun disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu
ditingkatkan permasyarakatan terutama dilingkungan masyarakat rumah sakit. (Depkes RI,
1992).
B. Tujuan
2.1 Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan limbah rumah sakit dan
peran tenanga kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi.
2.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian pengelolaan limbah rumah sakit dan peran tenaga
kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi.
b. Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah mikrobiologi.
C. Manfaat
a. Menerapkan ilmu pengetahuan yang di pelajari tentangpengelolaan limbah
dan peran tenaga kesehatan sterilisasi dan disinfeksi
b. Sebagai latihan sebelum membuat tugas karya tulis ilmiah.
c. Memahami cara-cara penulisan makalah dengan benar.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.penanganan limbah rumah sakit
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan
baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis
noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut
justru memperbesar permasalahan limbah medis.
Limbah infeksius misalnya jaringan tubuh yang terinfeksi kuman. Limbah jenis itu
seharusnya dibakar, bukan dikubur, apalagi dibuang ke septic tank. Pasalnya, tangki
pembuangan seperti itu di Indonesia sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat
pembuangan limbah. Ironisnya, malah sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki
pembuangan seperti itu.
Kenyataannya, banyak tangki pembuangan sebagai tempat pembuangan limbah yang
tidak memenuhi syarat. Hal itu akan menyebabkan pencemaran, khususnya pada air tanah
yang banyak dipergunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Setyo menyebutkan,
buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat
akreditasi rumah sakit. Sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang
diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan
benar.
Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit
dan kegiatan penunjang lainnya. Limbah rumah Sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan
sebelum dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik
yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain. Sedangkan limbah
padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-
lain. Limbah- limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen atau
bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke
lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang
memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan
dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masib buruk (Said, 1999).
Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan dengan
memilah-milah limbah ke dalam pelbagai kategori. Untuk masing-masing jenis kategori
diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah
sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko kontaminsai dan trauma (injury). jenis-jenis
limbah rumah sakit meliputi bagian berikut ini (Shahib dan Djustiana, 1998) :
B. MACAM –MACAM LIMBAH
a. Limbah Klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan dan di unit-unit resiko
tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan
populasi umum dan staff rumah sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai
resiko tinggi. contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan
badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urin dan
produk darah.
b. Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diotoklaf sebelum keluar dari unit
patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
c. Limbah Bukan Klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak
dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup
merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan mambuangnya.
d. Limbah Dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu
dan hewan mengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staff maupun pasien di rumah
sakit.
e. Limbah Radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah sakit,
pembuangannya secara aman perlu diatur dengan baik.
Pencegahan Pengolahan Limbah Pada Pelayanan Kesehatan
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau
bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau
hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah
upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan
yang meliputi upaya mengunangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah
(Shahib, 1999). Program minimisasi limbah di Indonesia baru mulai digalakkan, bagi rumah
sakit masih merupakan hal baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan
pengolahan limbah yang masih mempunyainilai ekonomi (Shahib, 1999).
Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi mana yang
terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain reduksi limbah
(waste reduction), minimisasi limbah (waste minimization), pemberantasan limbah (waste
abatement), pencegahan pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada sumbemya (source
reduction) (Hananto, 1999).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan pertama
kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi terjadinya limbah
yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi
volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan
secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan
yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan
pelaksanaannya relatif murah (Hananto, 1999). Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi
limbah pada sumbernya adalah (Arthono, 2000) :
1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga kebersihan
lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta
menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.
2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis
komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume,
atau mengurangi biaya pengolahan limbah.
3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat
menurut waktu yang telah dijadwalkan.
4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu
cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak
menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang
potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya
dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya.
Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna
yang menyangkut hal-hal berikut (Sundana, 2000) :
1. Pemisahan limbah
• Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
• Semua limbahberesiko tinggi hendaknya diberi label jelas
• Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan ke
mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang. Di beberapa negara, kantung
plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas yang tahan bocor
(dibuat secara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini dapat
ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna
dibangsal dan unit-unit lain.
2. Penyimpanan limbah
• Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian. Kemudian diikat
bagian atasnya dan diberi label yang jelas
• Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun
menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan
• Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang
samatelah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai
• Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak
sebelum diangkut ke tempat pembuangannya
3. Penanganan limbah
• Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup
• Kantung dipegang pada lehernya
• Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan
yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut
• Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk
membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging)
• Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya
di dalma kantung yang salah
• Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung limbah
4. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah
bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke
insinerator. Pengankutan dengan kendaran khusus (mungkin ada kerjasama dengan Dinas
Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya
dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung
limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.
5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat
penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak
mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada
hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk .Langkah-langkah pengapuran (liming)
tersebut meliputi yang berikut (Djoko, 2001) :
• Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.
• Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm.
• Tambahkan lapisan kapur.
• Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5
meter dibawah permukaan tanah.
• Akhirnya lubang tersebut harus dituutup dengan tanah.
Mekanisme pengelolaan limbah gas
Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding dengan
limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan
bangunan khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang antara lain
disyaratkan agar (Agustiani dkk, 2000) :
• Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak);
• Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama 24 jam.
• Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman padao
gen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer. Ruang perawatan
dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan bebas kuman patogen. Kadar gas dan bahan
berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan.
C.PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM STERILISASI DAN DESINFEKSI
A. Peranan Tenaga Kesehatan dalam Sterilisasi dan Disinfeksi
Dalam dunia kesehatan khususnya bidan sterilisasi dan disinfeksi digunakan sebagai
pencegah infeksi (PI).Dengan adanya praktek pencegah infeksi dapat mencegah
mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu,bayi baru
lahir(BBL),dan para penolong persalinan)sehingga dapat memutus rantai penyebaran infeksi.
Tindakan- tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut:
• Cuci tangan
• Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
• Menggunakan teknik asepsis atau aseptik
• Memproses alat bekas pakai
• Menangani peralatan tajam dangan aman
• Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelola sampah secara benar)
B. CUCI TANGAN
Cuci tangan merupakan prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang
meyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Harus dilakukan saat:
Segera setelah tiba di tempat kerja
Sebelum dan sesudah melakukan kontak fisik dangan pasien
Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan
Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah / cairan tubuh lainnya /
setelah menyentuh selaput mukosa (hidung,mulut atau mata)
Setelah ke kamar mandi
Sebelum pulang kerja
C.MENGGUNAKAN SARUNG TANGAN
Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh,selaput
mukosa,darah atau cairan tubuh lainnya) peralatan, sarung tangan atau sampah yang
terkontaminasi
Jika sarung tangan diperlukan ganti sarung tangan untuk setiap ibu atau bayi baru lahir untuk
menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang
berbeda pula.
Gunakan sarung tangan sreril / DTT (Disinfeksi Tingkat Tinggi) untuk prosedur yang
mengakibatkan kontak dangan jaringan di bawah kulit (persalinan,heating,pengambilan
darah)
Sarung tangan yang bersih untuk menangani darah / cairan tubuh
Sarung tangan rumah tangga / tebal untuk mencuci peralatan, menangani sampah,juga
membersihkan darah dan cairan tubuh.
D. PERLENGKAPAN PELINDUNG PRIBADI
Perlengkapan pelindung pribadi mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab
infeksi dangan cara menghalangi atau membatasi (kaca mata pelindung,masker wajah,sepatu
boot atau sapatu tertutup,celemek) petugas dari cairan tubuh,darah atau cedera selama
melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan celemek plastik sederhana dapat dibuat
sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya yang bersedia di masing-masing daerah jika alat
atau perlengkapan sekali pakai tidak tersedia.
E. ANTISEPSIS
Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh
atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit.karena kulit dan mukosa
tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan penyebab infeksi.Cuci tangan
secara teratur diantara kontak dengan setiap ibu dan bayi baru lahir,membantu untuk
menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada kulit.
F. ANTISEPTIK VS LARUTAN DiSINFEKTAN
Larutan antiseptik digunakan pada kulit atau jaringan yang tidak mampu menahan
konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam larutan disinfeksi.Sedangkan larutan disinfeksi
dipakai juga untuk mendekontaminasi peralatan atau instrument yang digunakan dalam
prosedur bedah.
Larutan antiseptik yang bisa diterima:
• Alcohol 60-90%:etil,isopropyl, atau metal spiritus
• Setrimid atau klorheksidin glukonat,berbagai konsentrasi (savlon)
• Klorheksidin glukonat 4% (hibiscub,hibitane,hibiclens)
• Heksaklorofen 3% (phisohex)
• Paraklorometaksilenol (dettol)
• Iodine 1-3%,larutan yang dicampur alkohol atau encer (lugol) atau tincture (iodine dalam
alkohol 70%).iodine tidak boleh digunakan pada selaput mukosa seperti vagina
• Iodofor,berbagai konseentras (betadine)
Larutan disinfeksi yang bisa diterima:
• Klorin pemutih 0,5% (untuk dekontaminasi permukaan dan DTT peralatan)
• Glutaraldehida 2% (digunakan untuk dekontaminasi tetapi karena mahal biasanya hanya
digunakan disinfeksi tingkat tinggi).
G. PEMELIHARAAN TEKNIK STERIL / DISINFEKSI TINGGKAT TINGGI
Dimanapun prosedur dilakukan,dearah steril harus dibuat dan dipelihara untuk menurunkan
risiko kontaminasi di area tindakan.Peralatan atau benda-benda yang disinfeksi tinngkat
tinggi bisa di tempatkan di area steril. Prinsip menjaga daerah steril harus digunakan untuk
prosedur pada area tindakan dengan kondisi disinfeksi tingkat tinggi. Pelihara kondisi steril
dengan memisahkan benda-benda steil atau disinfeksi tingkat tinggi (“bersih”)dari benda-
benda yang terkontaminasi(“kotor”).Jika mungkin gunakan baju,sarung tangan steril dan
sediakan atau pertahankan lingkungan yang steril.
H. MEMPROSES ALAT BEKAS PAKAI
Tiga proses pokok yang direkomendasi untuk proses peralatan dan benda-benda lain dalam
upaya pencegahan infeksi adalah:
• Dekontaminasi
• Cuci dan bilas
• Disinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi
Benda-benda steril atau disinfeksi tingkat tinggi harus disimpan dalam keadaan kering dan
bebas debu. Jaga agar bungkusan-bungkusan yang tetap kering dan utuh sehingga kondisinya
tetap terjaga dan dapat digunakan hingga satu minggu setelah diproses.Peralatan steril yang
dibungkus dalam kantong plastik bersegel,tetap kering dan utuh masih dapat digunakan
hingga satu bulan setelah proses.Peralatan dan bahan disinfeksi tingkat tinggi dapat disimpan
dalam wadah tertutup yang sudah di disinfeksi tingkat tinggi dan bebas debu. Jika peralatan-
peralatan tersebut tidak digunakan dalam waktu peyimpanan tersebut maka proses kembali
dulu sebelum digunakan kembali.
I.PENGGUNAAN PERALATAN TAJAM SECARA AMAN
Luka tusuk benda tajam (jarum) merupakan salah satu alur utama infeksi HIV dan hepatitis B
di antara para penolong persalinan. Oleh karena itu, perhatikan pedoman berikut:
Letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau dengan
manggunakan “daerah aman“ yang sudah ditentukan (daerah khusus untuk meletakkan dan
mengambil peralatan tajam.
Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tak sengaja.
Gunakan pemegang jarum atau pinset pada saat menjahit. Jangan pernah meraba ujung atau
memegang jarum jahit dangan tangan.
Jangan menutup kembali,melengkungkan,mematahkan atau melepaskan jarum yang akan
di buang.
Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah
2/3 penuh. Jangan memindahkan benda-benda tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda
tajam yang sudah disegel tadi harus dibakar insinerator.
Jika benda-benda tajam tidak bisa di buang secara aman dengan cara insinerasi,bilas tiga
kali dengan larutan klorin 1,5% (dekontaminasi),tutup kembali menggunakan teknik satu
tangan dan kemudian dikubur.
Cara melakukan teknik satu tangan:
Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata.
Pegang tabung suntik dangan satu tangan,gunakan ujung jarum untuk “mengait”penutup
jarum.
Jangan memegang penutup jarum dengan tangan lainnya
Jika jarum sudah tertutup seluruhnya,pegang bagian bawah dan gunakan tangan yang
lainnya untuk merapatkan penutupnya.
J. PENGELOLAAN SAMPAH
Sampah bisa terkontaminasi atau tidak terkontaminasi. Sampah yang tidak terkontaminasi
tidak mengandung risiko bagi petugas yang menanganinya. Tetapi sebagian besar limbah
persalinan dan kelahiran bayi adalah sampah terkontaminasi. Jika tidak dikelola dengan
banar,sampah terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak
atau menangani sampah tersebut termasuk anggota masyarakat. Sampah terkontaminasi
termasuk darah,nanah,urine,kotoran manusia dan benda-benda yang kotor oleh cairan
tubuh.tangani pembuangan sampah dengan hati-hati.
Tujuan pembuangn sampah secara benar :
• Menyegah penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang menangani sampah dan kepada
masyarakat
• Melindungi petugas pengelola sampah dari luka atau cedera tidak sengaja oleh benda-benda
yang sudah terkontaminasi.
K. MENGATUR KEBERSIHAN DAN KERAPIAN
Pembersihan yang teratur dan seksama akan megurangi mikroorganisme yang ada pada
bagian permukaan benda-benda tertentu dan menolong mencegah infeksi dan
kecelakaan.Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengatur kebersihan dan kerapian :
• Pastikan selalu tersedianya satu ember larutan pemutih (klorin 0,5%) yang belum terpakai.
• Gunakan disinfektan yang sesuai untuk membersihkan peralatan yang tidak bersentuhan
dengan darah atau sekresi tubuh diantara pemakaian,terutama sekali diantara ibu atau bayi
yang berbeda
• Jika menggunakan oksigen,gunakan kanula nasal yang bersih,steril atau disinfeksi tingkat
tinggi setiap kali akan digunakan. Mengusap kanula dengan alkohol tidak mencegah
terjadinya infeksi.
• Segera bersihkan percikan darah tuangkan larutan kloran 0,5% pada percikan tersebut
kemudian seka dengan air.
• Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta orong atau lemari tertutup untuk
mencegah kontaminasi dari debu.
• Setiap selesai menggunakan tempat tidur,meja dan troli prosedur,segera seka permukaan
dan bagian-bagian peralatan tersebut dengan kain yang di basahi klorin 0,5% dan deterjen.
• Setiap selesai menolong persalinan, seka celemek menggunakan larutan klorin 0,5%.
• Bersuhkan lantai dengan lab kering,jangan disapu.Seka lantai, dinding atau permukaan
datar lain (setiap hari atau setelah digunakan) dengan larutan klorin 0,5% dan deterjen.
• Ikuti pedoman umum kebersihan dan kerapian
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di uraikan pada BAB II, dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut:
Penggunaan bahan-bahan kimia sebagai zat desinfektan memudahkan kita dalam
menyingkirkan atau membunuh mikroorganisme yang di anggap pathogen.selain penggunaan
bahan kimia pada bahan desinfektan ,peran mikroorganisme juga patut di pertimbangkan
dalam hal persediaan anbiotic .desinfeksi dapat juga di gunakan dengan cara
pemijaran ,penggunaan sinar-sinar gelombang pendek sepeti sinar X,sinar gamma,UV dan
sebagainya.
3.2 Saran
1. Apabila sterilisasi dan disinfeksi dilakukan secara baik dan sempurna maka akan menjamin
keselamatan kerja dan berkurangnya resiko terpapar mikroorganisme. Dan dapat juga
dilakukan untuk mencegah ataupun mengendalikan infeksi.
2. Semoga tulisan kami ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam proses
pembelajaran mata kuliah mikrobiologi.
DAFTAR PUSTAKA
Hananto WM (1999). Mikroorganisme patogen limbah cair rumah sakitdan dampak
kesehatan yang ditimbulkannya. Bul Keslingmas : 18 (70) 1999: 37-44
Agustiani E, Slamet A, Winarni D (1998). Penambahan PAC pada proses lumpur aktif untuk
pengolahan air limbah rumah sakit: laporan penelitian. Surabaya: Fakultas Teknik
IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Mikrobiologi dasar, FK-UI 1994 : EGC