Upload
cynthia-tanuwijoyo
View
649
Download
41
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah
Citation preview
Ossifying Fibroma (COF)
Definisi
Ossifying fibroma adalah tumor rahang yang bersifat jinak dan tumbuh lambat, dimana
secara klinis dan mikroskopis serupa tetapi tidak sama dengan cementifying fibroma.1
Para ahli menyatakan bahwa Cemento Ossifying Fibroma adalah suatu proses neoplastik
yang jarang ditemukan dan berasal dari elemen-elemen yang terdapat didalam jaringan
periodontal. Sebagai reaksi terhadap berbagai rangsangan yang terjadi pada sel jaringan
periodontal, maka jaringan periodontal akan memproduksi lesi yang terdiri dari sementum,
tulang lamelar, jaringan fibrous atau kombinasi ketiganya.5
Cemento ossifying fibroma adalah salah satu bentuk neoplasma fibro-osseus benigna
yang terdiri dari sel tulang yang abnormal dan sementum dalam jaringan ikat fibrous. Selama
perkembangannya cemento ossifying fibroma menunjukkan tiga tahap yang berbeda. Pada tahap
awal osteolytic stage, tumor ini hanya terdiri dari jaringan seluler dan tidak terdapat materi
kalsifikasi. Gambaran ini menunjukkan sementum yang immature dan tampak gambaran
radiolusen. Pada tahap kedua disebut cementoblastic stage, pada tahap ini sementum terdapat
pada massa fibrous, terkalsifikasi dan menunjukkan gambaran radiopak. Pada tahap akhir,
mature inactive stage semua massa terkalsifikasi dan berkapsul.8,9
Cemento ossifying fibroma sering menunjukkan variasi dalam gambaran klinis,
radiografis, dan histopatologis. Sebagian besar lesi ini tumbuh lambat dan tidak teridentifikasi
oleh pasien hingga menimbulkan bengkak pada wajah, sementara itu pada beberapa kasus
cemento ossifying fibroma bisa tumbuh dengan cepat dan menimbulkan gejala. Perawatan bedah
yang inadekuat bisa menyebabkan rekurensi, oleh karena itu diagnosis dan rencana perawatan
yang tepat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang baik.4
Secara klinis tumor jinak berbentuk bulat, berkapsul, tumbuh lambat, ekspansif, serta
jarang ditemukan adanya ulserasi dan perdarahan, sedangkan secara mikroskopis berdiferensiasi
baik dan tidak menimbulkan metastase.
Etiologi
Faktor etiologi dari cemento ossifying fibroma belum jelas, namun beberapa ahli
mengemukakan bahwa kemungkinan berhubungan dengan trauma, iritasi lokal yang kronis,
infeksi, dan faktor herediter. Menurut penelitian, cemento ossifying fibroma ini diperkirakan
berasal dari jaringan ikat periodontal, berupa lapisan jaringan ikat fibrous yang mengelilingi akar
gigi. Jaringan ikat fibrous ini akan memproduksi lesi yang terdiri dari tulang dan sementum.5,10
Variasi dari ossifying fibroma yang sering ditemukan adalah juvenile active ossifying
fibroma yang mempunyai sifat agresif.
Klasifikasi
Ossifying fibroma diklasifikasikan sebagai salah satu lesi fibroosseus rahang yang
bersifat jinak dan secara historis telah disebut sebagai fibroosteoma, osteofibroma atau lesi
fibroosseus jinak yang berasal dari jaringan periodontal.1 Tumor jinak non odontogen lain yaitu :
fibrous dysplasia, osteoblastoma, chondroma, osteoma,central giant cell.
Pendapat lain menyatakan bahwa ossifying fibroma adalah suatu fibroma yang
menunjukkan aktifitas osteogenik.1
Patofisiologi
Para ahli menyatakan bahwa ossifying fibroma dan cementifying fibroma adalah suatu
proses neoplastik yang jarang ditemukan dan berasal dari elemen-elemen yang terdapat didalam
jaringan periodontal. Sebagai jawaban terhadap berbagai rangsangan yang terjadi pada sel
jaringan periodontal, maka jaringan periodontal akan memproduksi lesi yang terdiri atas
cementum, lamelar tulang, jaringan fibrous atau kombinasi dari cementum, lamelar tulang dan
jaringan fibrous. Jika lesi hanya mengandung spikule tulang dan jaringan fibrous maka dikenal
sebagai ossifying fibroma, jika lesi hanya mengandung cementum dan jaringan fibrous maka
dikenal sebagai cementifying fibroma, sedangkan jika lesi mengandung campuran dari cementum
dan tulang dalam stroma jaringan fibrous dikenal sebagai cemento-osssifying fibroma.1
Cemento ossifying fibroma ini bisa timbul dari setiap bagian tulang wajah dan tengkorak,
dimana lebih dari 70% kasus-kasus melaporkan bahwa cemento ossifying fibroma timbul pada
regio kepala dan leher terutama pada mandibula dan maksila. Lesi ini biasanya lebih banyak
ditemukan di daerah mandibula daripada maksila. Urutan prevalensi lokasi cemento ossifying
fibroma adalah posterior mandibula (61%), anterior mandibula (17%), posterior maksila (15%),
dan anterior maksila (7%) (tabel 1).2,7
Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa cemento ossifying fibroma juga dapat ditemukan
pada tulang nasal, orbital, sinus ethmoid, sinus sphenoid, sinus maksilaris, oksipital, tulang
temporal, dan nasofaring. Pada tahun 1999, Kaufman dkk mendapatkan kasus cemento ossifying
fibroma yang berada pada aurikular telinga kanan.10,11
Hipotesis Barner menyatakan bahwa etiopatogenesis dari cemento ossifying fibroma pada
tulang mungkin disebabkan oleh iritasi (seperti pencabutan gigi) dimana dapat mengaktifkan
produksi jaringan baru dari sisa membran periodontal. Trauma seperti pencabutan gigi dapat
menyebabkan sisa jaringan periodontal melekat pada dinding alveolus yang bisa bertindak
sebagai asal mula dari perkembangan cemento ossifying fibroma.10,12
Cakir dan Karadayi juga menyatakan bahwa terbentuknya cemento ossifying fibroma
kadang-kadang tidak berhubungan dengan jaringan periodontal. Kemungkinan disebabkan oleh
sel-sel mesenkim primitif berdiferensiasi seperti membran periodontal untuk menghasilkan
materi-materi kalsifikasi yang menyerupai tulang dan sementum.2,12
Brademan dkk juga menjelaskan bahwa jaringan periodontal yang ektopik berdiferensiasi
dari sel mesenkim primitif pada tulang petrous yang mungkin bertindak sebagai penyebab
perkembangan cemento ossifying fibroma pada daerah nasofaringeal dan trauma seperti whiplash
mungkin merupakan salah satu faktor yang menginduksi proliferasi cemento ossifying fibroma.
Cemento ossifying fibroma yang terdapat pada sinus ethmoid mungkin juga disebabkan oleh
migrasi yang tidak sempurna dari mesenkim yang berdiferensiasi ke dalam jaringan
periodontal.10
Gambaran klinis
Cemento Ossifying Fibroma ini bisa timbul dari setiap bagian tulang wajah dan
tengkorak, dimana lebih dari 70% kasus-kasus melaporkan bahwa Cemento Ossifying Fibroma
timbul pada regio kepala dan leher terutama pada mandibula dan maksila. Lesi ini biasanya lebih
banyak ditemukan di daerah mandibula daripada maksila, pada daerah maksilla
lebih sering terjadi pada fossa canina dan daerah arcus zygomaticus. Bila ossifying fibroma
melibatkan sinus maxillaris, maka lesi ini dapat mengisi penuh rongga sinus dan meluas
pada dinding sinus. Sedangkan pada daerah mandibula
ossifying fibroma kebanyakan menyerang inferior dan premolar dan molar. Urutan prevalensi
lokasi Cemento Ossifying Fibroma adalah posterior mandibula (61%), anterior mandibula (17%),
posterior maksila (15%), dan anterior maksila (7%). 2,3
Secara klinis Cemento Ossifying Fibroma tanpa disertai rasa sakit, pertumbuhannya
lambat pada rahang, dan biasanya terjadi pada dekade kedua dan keempat. Jenis tumor ini
banyak dijumpai pada wanita dibandingkan dengan pria. Sebagian besar Cemento Ossifying
Fibroma terdapat pada regio premolar-molar dan tampak lebih agresif pada penderita usia muda.
Dapat terjadi pada semua umur, namun biasanya ditemukan pada remaja muda, dengan
frekuensi wanita lebih banyak terkena daripada pria. Kadang- kadang tampak asimetri wajah dan
displacement gigi.3,4
Gambaran HPA
Ossifying fibroma mengandung dua daerah sel yang kaya dan sel miskin menempel
dengan baik pada tulang yang tidak berbentuk jelas. Trabekuler juvenile osifing fibroma
menunjukkan trabekula tulang yang tipis dan berbatas jelas dengan osteoblas yang bergabung
dengan stroma seluler.
Ossifying fibroma dapat juga mengandung lebih banyak elemen-elemen tulang yang
berkontur halus berbentuk seperti sementum. Pada pembesaran yang lebih besar, osteoblas yang
berbentuk bulat mengelilingi trabikula tulang pada ossifying fibroma menunjukkan sifat yang
menonjol.13
Gambaran radiografi
Seringkali ditemukan pada pemeriksaan radiografik gigi rutin yang menampakkan
kerusakan pada rahang. Gambaran radiografik ossifying fibroma pada tahap awal pembentu
kan lesi adalah radiolusen unilocular pada tulang.
Tatalaksana
Penatalaksanaan Cemento Ossifying Fibroma tergantung hasil pemeriksaan klinis,
histopatologis dan radiografis dari aktifitas kerusakan tulang. Cemento Ossifying Fibroma dapat
dirawat dengan bedah enukleasi atau kuretase karena lesi ini mempunyai massa berkapsul
sehingga dapat dipisahkan dengan mudah dari tulang normal sekitarnya. Bahkan meskipun
Cemento Ossifying Fibroma mencapai ukuran besar, dapat dipisahkan dari jaringan sekitarnya
sehingga dapat diambil secara keseluruhan. Rekonstruksi pasca enukleasi dapat dengan
pemasangan kawat (kirschner wire), bridging plate atau dengan autoplantasi dari tulang iga atau
tulang pinggul.4,5,6,7
Diagnosa banding
Diagnosa banding dari ossifying fibroma adalah lesi-lesi yang
memberikan gambaran radiografik radiolusen- radiopak, seperti: ameloblastoma, cementoma,
myxoma, dan calcifying cysts.
Prognosis
Prognosis dari ossifying fibroma dapat dikatakan baik apabila pada saat pembedahan,
massa tumor terangkat seluruhnya. Namun, jika pengangkatan massa tumor tidak sempurna,
maka prognosis dikatakan buruk.
Daftar pustaka
1. http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=80232
2. Ong AH, Siar CH. Cemento-ossyfying fibroma with mandibular fracture. Case report
in young patient. Aus Den J 1998; 43: 229-33.
3. Sarwar HG, Jindal MK, Ahmad SS. Cemento ossifying fibroma-a rare case. J ind soc
pedo and prev dent 2008;26:126-43
4. Kamadjaja DB. Cemento ossifying fibroma of the jaws. Den J majalah kedokteran
gigi 2009; 42: 164-71.
5. Widiyanti E. Penatalaksanaan cemento ossifying fibroma mandibula dengan
enukleasi dan pemasangan bridging plate. Maj Ked Gi 2009; 16(1): 51-6.
6. Gaillard F. Cemento ossifying fibroma. 2010 <http://radiopaedia.org/cases/cemento-
ossifying-fibroma> (2 September 2010).
7. McDonald-jankowski DS. Cemento-ossifying fibroma of the jaws in Hongkong
Chinese. Dento maxillofacial radiology 1998; 27: 298-304.
8. Chuang MC, Nieh S, Wang HW. Cemento-ossifying fibroma of the spheno-ethmoid
sinus with compressive optic neuropathy. J Med Sci 2004; 24: 145-8.
9. White SC, Pharoah MJ. Oral radiology principles and interpretation fifth edition.
United States: Mosby, 2004: 498-501.
10. Jung SL, Choi KH, Park YH, Song HC, Kwon MS. Cemento-ossifying fibroma
presenting as a mass of the parapharingeal and masticator space. Am J Neuroradial
1999; 20: 1744-6.
11. Longobardi G, Pagano I, Sisalli U, Foresti M, Poddi V. Case report exstraosseus
cemento-ossifying fibroma of the cheek. Sholarly research exchange 2009: 1-3.
12. Jayachandran S, Sachdeva S. Cemento-ossifying fibroma of mandible: report of two
case. JIAOMR 2010; 22(1): 53-6.
13. World Health Organization Classification of Tumours (2005) Pathology and Genetics
of tumours of the head and neck. IARC , Lyon.
LAPORAN KASUS CEMENTO-OSSIFYING FIBROMA
I. Identitas
Nama : Tn. Azan Muhammad Nehru
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Designer
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa/Asal Daerah : -
Alamat : Jl. Mesjid No. 14 jakarta Selatan
II. Keluhan Utama
Pasien A datang dengan keluhan adanya pembengkakan pada bagian dagu sebelah kiri dan kanan
sejak 5 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit
Pasien datang ke dokter gigi untuk menambal gigi sebelah kiri 5 tahun yang lalu, kemudian
terjadi pembengkakan pada gusi sebelah kiri awalnya, dan 2 tahun kemudian pembengkakan makin
membesar dan meluas sampai kebagian kanan, yang membuat pasien merasa nyeri. Pasien juga
menceritakan bahwa gigi sebelah kiri pasien sempat ada yang putus sendiri sebanyak 1 gigi, dan terdapat
gigi yang goyang sebanyak 1 gigi sebelah kiri dan 2 gigi sebelah kanan. Pasien datang ke RS oleh karena
pembengkakan juga disertai dengan adanya pengeluaran pus dan darah yang membuat pasien merasa
tidak nyaman sejak 1 bulan yang lalu.
III. Pemeriksaan Klinis
Keadaan umum pasien : Baik
Kesadaran pasien : Kompos mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36oC
Frekuensi Nadi : 70x/menit
Frekuensi Nafas : 16x/menit
Status Lokalis
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
Inspeksi
Lokasi/region : Mandibular kiri
Bentuk kelainan : Pembengkakan
Warna : Merah muda
Palpasi
Suhu : Hangat
Batas : Tegas
Mudah digerakan : Tidak
Permukaan : Rata
Konsistenssi : Keras
Nyeri tekan : Ada
Fluktuasi : Tidak ada
Ukuran : 10x5x3,5 cm
Pembesaran KGB : Tidak ada
b. Pemeriksaan Intra Oral
Inspeksi
Trismus : Minimal
Kelainan : Pembengkakan region 3
Lokasi : 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 (44 s/d 35)
Warna : Tidak merah
Palpasi
Suhu : Hangat
Batas : Tegas
Permukaan : Rata
Mudah digerakan : Tidak
Konsistensi : Keras
Fluktuasi : Tidak ada
Nyeri Tekan : (+)
Ukuran : 6x2x2 cm
c. Keterangan
Bibir atas : Normal
Bibir bawah : Normal
Oral Hygiene : Kurang
Gingiva : Pembengkakan
Oklusi : Depan edge to edge belakang open bite
Palatum : Sedang
Mukosa pipi kiri dan kanan : Cheek biting
Lidah : Normal
Dasar Mulut : Normal
d. Status Lokalis Gigi
Gigi 33 34 35 migrasi
Gigi 46 sisa akar
IV. Pemeriksaan Penunjang
CT Scan Mandibula tanpa dan dengan kontras (14/3/2013)
Kesan : Sugestif hypertrophy os.mandibula sinistra
Penebalan jaringan lunak subcutis mandibular sinistra
Foto Panoramic
Kesan : Tampak gambaran radio opak bulat dari regio corpus kiri sampai symphisis.
Rontgen Foto Thorax PA (23/03/2013)
Kesan : Kp. Duplek lama; radiologis tenang
Jantung normal
Patologi Anatomi
FNAB : Sediaan apus FNAB dari massa tumor mandibular sukar didapat, terdiri dari sel
eritrosit dan sel PMN. Kemungkinan keganasan belum dapat disingkirkan.
Saran: Biopsi Terbuka
Biopsi Terbuka : Cemento Ossifying Fibroma
V. Diagnosis
Ossifying fibroma pada mandibula regio corpus kiri sampai symphisis.
Ikhtisar Klinis : Pembengkakan Mandibula sejak 4 tahun yang lalu
Regio 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 , asimetri wajah
Intra Oral Multiple Fistul
VI. Prognosis : dubia ad bonam
VII. Rencana Terapi :
- Reseksi mandibula : idealnya dengan bone graft dari 4-6
- Rekonstruksi mandibula
VIII. Medikamentosa yang diberikan oleh dokter
- Gentamycin 80 VI
- Tramal amp VI
- Ceftriaxone 1gr V
- Vitamin C X
- Adona Forte 100 V
VIII. Follow Up Post Op
Hari : Jumat, 19 April 2013
Waktu : 20:15
TTV :
- KU : Kompos mentis
- TD : 120/70 mmHg
- Nadi : 100x/menit
- RR : 18
- Suhu : 37,1˚C
Keluhan : tidak bisa membuka mulut, sakit menelan, nyeri di bekas operasi, tidak
bisa berbicara, badan terasa lemas. Tidak ada nanah atau darah yang keluar dari mulut.
Hari : Sabtu, 20 April 2013
Waktu : 08:30
TTV :
- KU : compos mentis
- TD : 100/60 mmHg
- Nadi : 95x/menit
- RR : 18x/menit
- Suhu : 36,5˚C
Keluhan : tidak bisa membuka mulut, sakit menelan, masih nyeri di bekas operasi
namun sudah berkurang dibanding kemarin, tidak bisa berbicara, badan terasa lemas. Ada
darah dengan konsistensi kental yang keluar dari pinggir bibir kemarin sekitar pk. 21:00
selama kurang lebih 30 menit baru berhenti setelah diberi Adonai oleh perawat.
Hari: Senin, 22 April 2013
Waktu : 07.00
Keadaan Umum : compos mentis
Keluhan :
Rasa sakit berkurang, tidak keluar darah lagi, ditransfusi
darah krn hasil lab tanggal 21/04/2013 adalah sbb:
- Hb = 8,9 gr/dL
- Ht = 26%
Diet : cair TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
XII. Laporan operasi
- Asepsis ekstraoral dan intraoral
- Pasang duck operasi
- Anestesi lokal intraoral
- Incisi marginal gingiva (intraoral) buka dengan rasparatorium
- Undermine, kalau ada perdarahan di-couter
- Ekstraksi gigi yang rusak: 6 kanan, 7 kiri
- Anestesi ekstraoral
- Insisi klasik sebelumnya di-marking 2 cm di bawah mandibular
- Undermine
- Pembuangan lesi tumor
- Grinding haluskan tulang mandibula
- Pasang bridging plate
- 3 screw kanan, 2 screw kiri
- Jahit otot intraoral
- Hecting mukosa
- Hecting subcutis
- Pasang perban
XIII. Diskusi
KESIMPULAN
Cemento ossifying fibroma adalah salah satu bentuk neoplasma fibro-osseus benigna
yang terdiri dari sel tulang yang abnormal dan sementum dalam jaringan ikat fibrous.
Perkembangan cemento ossifying fibroma ada tiga tahap yakni, osteolytic stage (tahap
awal) dimana tumor ini hanya terdiri dari jaringan seluler dan tidak terdapat materi
kalsifikasi. Pada tahap kedua disebut cementoblastic stage dimana sementum terdapat
pada massa fibrous, terkalsifikasi. Pada tahap akhir, mature inactive stage semua massa
terkalsifikasi dan berkapsul.
Secara klinis tumor jinak berbentuk bulat, berkapsul, tumbuh lambat, ekspansif, serta
jarang ditemukan adanya ulserasi dan perdarahan, sedangkan secara mikroskopis
berdiferensiasi baik dan tidak menimbulkan metastase.
Faktor etiologi dari cemento ossifying fibroma belum jelas, namun beberapa ahli
mengemukakan bahwa kemungkinan berhubungan dengan trauma, iritasi lokal yang
kronis, infeksi, dan faktor herediter.
Trauma seperti pencabutan gigi dapat menyebabkan sisa jaringan periodontal melekat
pada dinding alveolus yang bisa bertindak sebagai asal mula dari perkembangan cemento
ossifying fibroma.
Gambaran radiografik pada tahap awal adalah radioluscent, namun pada tahap akhir
gambarannya tampak radiopaque, seperti pada pasien Tn. A.
Tatalaksananya ialah enukleasi atau kuretase (reseksi tumor). Rekonstruksi pasca
enukleasi dapat dengan pemasangan kawat (kirschner wire), bridging plate atau dengan
autoplantasi dari tulang iga atau tulang pinggul. Tatalaksana tergantung sesuai tahap
perkembangan cemento ossifying fibroma.
Prognosisnya bonam apabila semua tumor telah diangkat semua, jika ada yang tersisa
maka prognosisnya ad malam.