Upload
chila01
View
5
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
impairment
Citation preview
Pengakuan
Pengakuan dalam akuntansi merupakan pengklasifikasian unsur informasi keuangan
berdasarkan beberapa kriteria yang relevan agar dapat diklasifikasikan dalam salah satu pos
di dalam laporan keuangan. Dari pengertian tersebut, maka pengakuan dalam tiap aset pun
mempunyai kriteria yang berbeda tergantung bentuk dari aset tersebut.
A. Pada Aset Lancar didasarkan pada:
1. Mempunyai biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal.
2. Memenuhi kriteria pada psak 1 yaitu:
Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau
menggunakanya dalam siklus operasi normal
Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan.
Entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah
periode pelaporan
Kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam psak 2: laporan arus kas) kecuali
aset tersebut dibatasi pertukaranya atau penggunaanya untuk menyelesaikan liabilitas
sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Dalam aset lancar ini antara lain, Kas, Persediaan, Piutang, dll
B. Pada aset tidak lancar didasarkan pada
1. Paragraf 64-65 psak 1 yang menyatakan bahwa entitas mengklasifikasikan aset selain dari
yang memenuhi kategori aset lancar, sebagai aset tidak lancar. Dimana istilah aset tidak
lancar mencakup didalamnya aset tetap, aset tak berwujud, dan aset keuangan bersifat
jangka panjang.
2. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan.
3. Mempunyai biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal.
Untuk aset tidak lancar termasuk didalamnya aset tetap, aset tak berwujud, dan aset
keuangan yang bersifat jangka panjang.
C. Untuk aset tetap, didasarkan pada
1. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan.
2. Mempunyai biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal.
3. Memenuhi definisi psak 16 “aset berwujud yang:
Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan
Diperkirakan untuk digunakan selama lebihdari satu periode”
Dalam aset tetap antara lain: gedung, tanah, bangunan, dll
D. Pada aset tidak berwujud didasarkan pada
1. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan.
2. Mempunyai biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal
3. Memenuhi definisi dalam psak 19 “aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud
fisik”
Dalam aset tak berwujud ini antara lain goodwill, merk, dll.
E. Pada Aset keuangan bersifat jangka panjang merupakan instrumen keuangan yang
diklasifikasikan dalam aset yang mempunyai manfaat yang dapat dinikmati lebih
dari satu periode akuntansi.
Jadi dapat dikatakan sebuah aset keuangan diklasifikasikan sebagai aset keuangan
yang memenuhi kategori aset sebagai berikut:
1. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan.
2. Mempunyai biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal.
Yang menjadi aset keuangan jangka ini investasi jangka panjang, surat obligasi jsngks
panjang(yang dimiliki sampai jatuh tempo, dll.
Penyajian
Penyajian merupakan bagaimana penempatan sebuah pos keuangan disesuaikan
dengan kriteria dan definisi yang sesuai dengan karakteristiknya untuk ditempatkan dalam
laporan keuangan untuk mendapatkan karakteristik pokok kualitatif yang dipenuhi laporan
keuangan.
Penempatan Aset dalam laporan keuangan ditempatkan di bagian aktiva(bagian
sebelah kiri dari laporan posisi keuangan). Posisi ini menggambarkan bagaimana penggunaan
dana dari sumber dana yang ditempatkan di pasiva(sebelah kanan laporan posisi keuangan).
Dan diklasifikasikan berdasarkan definisi dan kriteria yangs esuai dengan karakteristik dari
ASET TETAP/BERWUJUD
ASET TIDAK LANCAR
ASET LANCAR
ASET ASET TIDAK BERWUJUD
ASET KEUANGAN BERSIFAT JANGKA PANJANG
masing-masing pos aset. Berikut merpakan pembagian aset yang ditempatkan dalam
laporan posisi keuangan.
Gambaran Umum Laporan Posisi Keuangan
PT ABCLaporan Posisi Keuangan
Aset xxx Liabilitas xxx
Ekuitas xxx
xxx xxx
Pengukuran
Pengukuran merupakan kriteria penilaian untuk menentukan nilai moneter yang andal
dari sebuah pos keuangan.
Pada psak 55 tentang instrumen keuangan:pengakuan dan pengukuran. Pada aset
keuangan, pengukuran awal di dasarkan pada biaya transaksi kecuali aset keuangan tersebut
dicatat berdasarkan nilai wajar.
Aset Lancar
Pada aset lancar, pengukuran didasarkan pada,
Biaya Transaksi
Biaya transaksi tersebut biasanya terdapat biaya tambahan yang biasanya berbentuk
fee atau komisi. Biaya tambahan ini ditambahkan pada jumlah pengakuan awal. Sehingga
diperoleh biaya perolehan dari sebuah aset keuangan tersebut. Dan pada aset keuangan yang
tersedia untuk dijual, ketika terdapat penilaian ulang, maka biaya transaksi tersebut akan
diakui dalam pendapatan komprehensif lain.
Dan apabila aset keuangan tersebut mempunyai pembayaran yang tidak tetap dan
jangka waktu yang tidak terbatas, maka jika terjadi penurunan nilai atau dihentikan
pengakuanya, akan diakui dalam Laporan Laba/Rugi.
Nilai Wajar
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara
pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
dengan wajar.
Misal penggunaan nilai transaksi dan nilai wajar ini, pada persidaan terdapat dua
metode penilaian yang diperbolehkan oleh psak, yaitu metode perpetual yang mewakili
penilaian dengan biaya perolehan dan net realizable value yang mewakili nlai wajar.
Aset Tidak Lancar
Aset tetap
Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar
dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan
Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat
terjadinya. Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit
normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga
selama periode kredit kecuali dikapitalisasi
Satu atau lebih aset tetap mungkin diperoleh dalam pertukaran aset nonmoneter, atau
kombinasi aset moneter dan nonmoneter. Pembahasan berikut mengacu pada pertukaran satu
aset nonmoneter dengan aset nonmoneter lainnya, tetapi hal ini juga berlaku untuk semua
pertukaran yang dijelaskan dalam kalimat sebelumnya. Biaya perolehan dari suatu aset tetap
diukur pada nilai wajar kecuali:
transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau
nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal.
Aset yang diperoleh diukur dengan cara seperti di atas bahkan jika entitas tidak dapat
dengan segera menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika aset yang diperoleh tidak
dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari
aset yang diserahkan.
Model biaya dari aset dijelaskan sebagai berikut:
Model Biaya
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal
harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk
memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan
dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang
direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa aset tetap mengalami
perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara
tahunan. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar
tidak signifikan. Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau
lima tahun sekali.
Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi
diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:
disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto
aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah
revaluasiannya. Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara
memberi indeks untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.
dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah
eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini
sering digunakan untuk bangunan.
Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi akumulasi
penyusutan membentuk bagian dari kenaikan atau penurunan dalam jumlah tercatat.
Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi secara bersamaan untuk
menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai
lainnya pada saat yang berbeda-beda. Namun, suatu kelompok aset dapat direvaluasi secara
bergantian (rolling basis) sepanjang revaluasi dari kelompok aset tersebut dapat diselesaikan
secara lengkap dalam waktu yang singkat dan sepanjang revaluasi dimutakhirkan.
Aset tidak berwujud
Pada aset tidak berwujud, penjelasan didasarkan dalam psak 19: aset tak berwujud.
Pengukuran secara umum didasarkan pada
Model biaya
Setelah pengakuan awal, suatu aset tidak berwujud harus dinilai pada biaya
perolehanya dikurangi oleh akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian atas penurunan
nilai.
Model revaluasi
Setelah pengakuan awal, suatu aset tidak berwujud harus dinilai atas nilai
revaluasinya, dicatat pada nilai pasar pada tanggal revaluasi dikurangi nilai akumulasi
penyusutan selanjutnya dan akumulasi kerugian penurunan nilai aset selanjutnya. Untuk
tujuan revaluasi berdasarkan Pernyataan ini, nilai wajar harus ditentukan dengan
menggunakan referensi dari sebuah pasar aktif. Revaluasi harus dilakukan secara rutin pada
tiap akhir periode pelaporan sehingga jumlah tercatat aset tidak memiliki perbedaan yang
material dengan nilai wajarnya.
Model revaluasi tidak memperbolehkan:
Revaluasi aset tidak berwujud yang sebelumnya belum pernah diakui sebagai aset;
atau
Pengakuan awal aset tidak berwujud pada jumlah (tertentu) selain dari biayanya.
Model revaluasi muncul setelah sebuah aset telah diakui awalnya dengan metode
biaya. Namun, jika hanya sebagian biaya dari aset tidak berwujud diakui sebagai aset karena
aset tersebut tidak memenuhi kriteria pengakuan sampai pertengahan proses, model revaluasi
dapat diterapkan untuk keseluruhan aset. Di samping itu, model revaluasi dapat diterapkan
atas sebuah aset tidak berwujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan diakui pada
jumlah nominal.
Sebuah entitas harus menilai apakah masa manfaat suatu aset tidak berwujud terbatas
atau tak terbatas dan, jika terbatas, jangka waktu atau jumlah produksi atau jumlah unit
serupa yang dihasilkan, selama masa manfaat. Suatu aset tidak berwujud diakui entitas
memiliki masa manfaat tak terbatas jika, berdasarkan analisis dari seluruh faktor relevan,
tidak ada batas yang terlihat pada saat ini atas periode yang mana aset diharapkan
menghasilkan arus kas neto bagi entitas.
Aset tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas
Terdapat berbagai metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah penyusutan suatu
aset atas dasar yang sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode-metode tersebut
meliputi:
metode garis lurus,
metode saldo menurun dan
metode unit produksi.
Metode yang digunakan dipilih berdasarkan pola konsumsi manfaat ekonomi masa
depan yang diharapkan dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode lainnya,
kecuali terdapat perubahan dalam perkiraan pola konsumsi tersebut. Pada umumnya akan
sulit ditemukan bukti yang mendukung suatu metode amortisasi aset tidak berwujud dengan
masa manfaat terbatas menghasilkan jumlah akumulasi amortisasi lebih rendah daripada
akumulasi amortisasi berdasarkan metode garis lurus.
Aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas
Sesuai psak 19, Suatu aset tidak berwujud dengan masa manfaat tak terbatas tidak boleh
diamortisasi. Melainkan dengan menguji aset tidak berwujud dengan masa manfaat tak
terbatas untuk penurunan nilai dengan membandingkan jumlah terpulihkan dengan jumlah
tercatatnya.
setiap tahun; dan
Kapanpun apabila terdapat indikasi bahwa aset tidak berwujud mengalami penurunan
nilai.
Untuk mengetahui nilai manfaat dari aset tak berwujud dapat dilakukan dengan
mengacu psak 19 yaitu, Masa manfaat suatu aset tidak berwujud yang tidak diamortisasi
harus ditelaah setiap periode untuk menentukan apakah kejadian atau keadaan dapat terus
mendukung masa manfaat aset tetap tak terbatas. Jika tidak, perubahan masa manfaat yang
muncul dari tak terbatas menjadi terbatas harus dibukukan atau sesuai dengan perubahan
dalam perkiraan akuntasi sesuai dengan PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Kesalahan.
Aset Keuangan Yang Bersifat Jangka Panjang
Pengukuran pada aset keuangan jangka panjang didasarkan pada psak 55: tentang
intrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran.
Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau liabilitas keuangan, entitas mengukur
pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau liabilitas keuangan tidak diukur pada nilai
wajar melalui laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas
keuangan tersebut.
Pengungkapan
Pengungkapan merupakan informasi yang harus dicakup ketika entitas menyampaikan
sebuah informasi keuangan sehingga didapat informasi yang andal dan mudah dipahami oleh
pengguna laporan keuangan.
Seperti contoh, apabila entitas melaporkan aset tetapnya, maka entitas juga wajib
mencakup informasi depresiasi, metode depresiasi yang digunakan, apakah terjadi revaluasi
atau tidak, dan apakah ada impairment atau tidak.
Pengungkapan aset disebut dalam psak 1 paragraf 77 yaitu:
Rincian yang tercakup dalam sub-klasifikasi, tergantung pada persyaratan SAK serta
ukuran, sifat, dan fungsi dari jumlah dari masing-masing pos yang bersangkutan. Entitas juga
menggunakan faktor-faktor yang diuraikan pada paragraf 56 untuk menentukan dasar bagi
subklasifikasi. Pengungkapan dapat berbeda untuk setiap pos, misalnya:
pos-pos aset tetap dipisahkan sesuai dengan PSAK 16;
piutang dipisahkan ke dalam jumlah piutang dagang, piutang dari pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, pembayaran di muka dan jumlah lainnya;
persediaan dipisahkan sesuai dengan PSAK 14: Persediaan, ke dalam kelompok
barang dagangan, barang produksi, bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi;
Selain itu untuk aset keuangan dibahas juga dalam psak 60 terkait intrumen keuangan
dan pengungkapanya.
“Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan
keuangan untuk mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan atas posisi dan kinerja
keuangan.” Dari kutipan psak tersebut terkandung didalamnya aset keuangan.