Makalah Pak Anam Siip

Embed Size (px)

Citation preview

Perubahan, Pembaharuan, Penyempurnaan Kurikulum.

Penerapan,

Pengembangan

dan

A. Pendahuluan. Pada umumnya, kebudayaan yang belaku dan dilakukan oleh sekelompok manusia dimana saja selalu dalam keadaan berubah. Alat yang digunakan oleh manusia pada zaman purbakala adalah berupa kapak yang terbuat dari batu. Peradaban manusia era industri lebih hebat lagi dengan menggunakan berbagai kecanggihan seperti; lampu listrik, mesinmesin, mobil, Honda, dan lain-lain. Kini, peradaban manusia jauh lebih maju karena proses berfikir selalu mengalami dinamika yang cepat.1 Gibreal (2001). Selanjutnya, nuansa lain yang terlihat dari kelompok masyarakat adalah perubahan kurikulum pendidikan 1984 (CBSA) dengan penambahan suplemen pada kurikulum tersebut pada tahun 1994, kemudian keinginan yang terus menerus untuk peningkatan mutu pendidikan Indonesia sehingga memungkinkan kembali perubahan kurikulum dilakukan dengan sebutan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK (2004). Lalu, bagaimana sebetulnya peranan sosiologi dalam menyikapi fenomena pertukaran atau perubahan kurikulum yang selalu membuat masyarakat kebingungan?, ada apa dibalik pertukaran?, dapatkah perubahan itu menghasilkan pendidikan itu yang berkualitas?, dan apa yang harus ditukar? Mungkin puluhan pertanyaan yang muncul dari teori pertukaran akan tetapi diperlukan pembatasan yang akurat sehingga dapat berpengaruh terhadap proses pembelajaran masa kini dan mendatang dalam kelompok masyarakat. KBK yang mengandalkan dan berorientasi kepada pemilikan life skill yang handal (Factur, 2006). KBK dianggap belum menghasilkan keterampilan peserta didik yang mempuni bahkan 65 % para guru masih menyajikan pola pembelajaran dengan guru sebagai pusatnya. Kondisi seperti itu, kembali para pakar pendidikan Indonesia memperbaiki dan melakukan perubahan serta kembali mempelajari kelemahan kurikulum sebelumnya dan menggantinya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Sekolah (KTSP) 2006. Lalu, dari perspektif Sosiologi perubahan ini sangat berarti karena selain dinamika berfikir manusia juga sebagai antusias masyarakat untuk pengembangan budaya yang lebih maju.

B. Perubahan dan Pembaharuan Kurikulum Sekolah.

Dalam perspektif soetopo dan soemanto pengertian perubahan kurikulum agak sukar untuk dirumuskan dalam suatu devinisi. Perubahan kurikulum adalah suatu kegiatan atauusaha yang disengaja untuk menghasilkan kurikulum baru secara lebih baik. Kalau suatu kurikulum1.

tidak lagi dianggapa sesuai dengan dan tidak lagi memenuhi tujuan pendidikan, maka dirasa perlu untuk mengubah, merombak atau mengorganisasikannya. Hal ini kana terjadi misalnyaapabila tujuan pendidikan berubah, apabila timbul teori belajar yang lebih menjamin hasil yang lebih baik, apabila bahan pelajaran yang lama jauh ketinggalan ditinjau dari sudut perkembangan masyarakat dan karena sebab lain.

Suatu kurikulum disebut mengalami perubahan bila terdapat adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara dua periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja, tentunya menuju movement yang lebih baik. Berbeda dengan ungkapan nasution, perubahan kurikulum mengenai tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu. Mengubah kurikulum sering berarti turut mengubah manusia, yaitu guru, pembina pendidikan, dan mereka-mereka yang mengasuh pendidikan. Itu sebab perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial, suatu social change. Perubahan kurikulum juga disebut devolupment (pembaharuan) atau inovasi kurikulum. Mengenai makna perubahan kurikulum, bila kita bicara tentang perubahan kurikulum, kita dapat bertanya dalam arti apa kurikulum digunakan. Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang dijadikan guru sebagai pegangan dalam proses pembelajaran. Kurikulum dapat juga dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dan sebagai proses untuk mencapainya. Keduanya saling berinteaksi. Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu di revisi secara berkala agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Selanjutnya kurikulum dapat ditafsirkan sebagai apa yang dalam kenyataan terjadi dengan murid didalam kelas. Kurikulum dalam arti ini tak mungkin direncanakan sepenuhnya betapapun rincinya dirrencanakan, karena dalam interaksi dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan dan kreatif yang tak dapat diramalkan sebelumnya. Dalam hal ini guru lebih besar kesempatannya menjadi pengembang kurikulum dalam kelasnya. Akhirnya kurikulum dapat dipandang sebagai cetusan jiwa pendidik yang berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang tertinggi dalam kelakuan anak didiknya. Kurikulum ini sangat erat hubungannya dengan kepribadian guru. Kurikulum yang formal mengubah pedoman kurikulum, relatif lebih terbatas dari pada kurikulum yang riil. Kurikulum yang riil bukan sekedar buku pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami anak dalam kelas, ruang olahraga, warung sekolah, tempat bermain, karya wisata, dan banyak kegiatan lainnya, pendek kata mengenai seluruh kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah kurikulum dalam arti yang luas ini jauh lebih luas dan dengan demikian lebih pelik, sebab menyangkut banyak variabel. Perubahan kurikulum disini berarti mengubah semua yang terlibat didalamnya, yaitu guru sendiri, murid, kepala sekolah, penilik sekolah juga orang tua dan masyarakat umumnya yang berkepentingan dalam pendidikan sekolah. Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial.

I.

Jenis-Jenis Perubahan

Menurut Soetopo dan Soemanto, Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian-sebagian, tapi dapat pula bersifat menyeluruh. 1. Perubahan sebagian-sebagian Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tentu saja dari kurikulum kita sebut perubahan yang sebagian-sebagian. Perubahan dalam metode mengajar saja, perubahan dalam itu saja, atau perubahan dalam sistem penilaian saja, adalah merupakan contoh dari perubahan sebagian-sebagian. Dalam perubahan sebagian-sebagian ini, dapat terjadi bahwa perubahan yang berlangsung pada komponen tertentu sama sekali tidak berpengaruh terhadap komponen yang lain. Sebagai contoh, penambahan satu atau lebih bidang studi kedalam suatu kurikulum dapat saja terjadi tanpa membawa perubahan dalam cara (metode) mengajar atau sistem penilaian dalam kurikulum tersebut. 2. Perubahan menyeluruh Disamping secara sebagian-sebagian, perubahan suatu kurikulum dapat saja terjadi secara menyeluruh . Artinya keseluruhan sistem dari kurikulum tersebut mengalami perubahan mana tergambar baik didalam tujuannya, isinya organisasi dan strategi dan pelaksanaannya. Perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan 1976 lebih merupakan perubahan kurikulum secara menyeluruh. Demikian pula kegiatan pengembangan kurikulum sekolah pembangunan mencerminkan pula usaha perubahan kurikulum yang bersifat menyeluruh. Kurikulum 1975 dan 1976 misalnya, pengembangan , tujuan, isi, organisasi dan strategi pelaksanaan yang baru dan dalam banyak hal berbeda dari kurikulum sebelumnya. II. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan kurikulum. Menurut Soetopo dan Soemanto, ada sejumlah faktor yang dipandang mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai Negara dewasa ini. Pertama, bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis. Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional merdeka. Untuk itu , mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada. Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali. Di satu pihak, perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah menghasilkan diketemukannya teori-teori yang lama. Di lain pihak, perkembangan di

dalam ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya teori dan cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua perkembangan di atas, dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum. Ketiga, pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia. Dengan bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa cara atau pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau perlu diubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar. Ketiga faktor di atas itulah yang secara umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan kurikulum yang kita alami dewasa ini. III. Sebab-Sebab Kurikulum Itu Diubah. Kurikulum itu selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya. Tujuan pendidikan dapat berubah secara fundamental, bila suatu negara beralih dari negara yang dijajah menjadi Negara yang merdeka. Dengan sendirinya kurikulum pun harus mengalami perubahan yang menyeluruh. Kurikulum juga diubah bila tekanan dalam tujuan mengalami pergeseran. Misalnya pada tahun 30-an sebagai pengaruh golongan progresif di USA tekanan kurikulum adalah pada anak, sehingga kurikulum mengarah kepada child-centered curriculum sebagai reaksi terhadap subject-centered curriculum yang dianggap terlalu bersifat adulatif (pembujukan) dan society-centered.. Pada tahun 40-an, sebagai akibat perang, asas masyarakatlah yang diutamakan dan kurikulum menjadi lebih society-centered. Kurikulum dapat pula mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru mengenai proses belajar, sehingga timbul bentuk-bentuk kurikulum seperti activity atau experience curriculum, programmed instruction, pengajaran modul, dan sebagainya. Perubahan dalam masyarakat, eksplosi (ledakan) ilmu pengetahuan dan lain-lain mengharuskan adanya perubahan kurikulum. Perubahan-perubahan itu menyebabkan kurikulum yang berlaku tidak lagi relevan, dan ancaman serupa ini akan senantiasa dihadapi oleh setiap kurikulum, betapapun relevannya pada suatu saat. IV. Kesulitan-Kesulitan Dalam Perubahan Kurikulum. Sejarah menunjukkan bahwa sekolah itu sangat sukar menerima pembaharuan. Ide yang baru tentang pendidikan memerlukan waktu sekitar 75 tahun sebelum dipraktikan secara umum di sekolah-sekolah. Manusia itu pada umumnya bersifat konservatif (tertutup) dan guru termasuk golongan itu juga. Guru-guru lebih senang mengikuti jejak-jejak yang lama secara rutin. Ada kalanya karena cara yang demikianlah yang paling mudah dilakukan. Mengadakan pembaharuan memerlukan pemikiran dan tenaga yang lebih banyak. Tak semua orang suka bekerja lebih

banyak daripada yang diperlukan. Akan tetapi ada pula kalanya, bahwa guru-guru tidak mendapat kesempatan atau wewenang untuk mengadakan perubahan karena peraturanperaturan administratif. Guru itu hanya diharapkan mengikuti instruksi atasan. Pembaharuan kurikulum kadang-kadang terikat pada tokoh yang mencetuskannya. Dengan meninggalnya tokoh itu lenyap pula pembaharuan yang telah dimulainya itu. Dalam pembaharuan kurikulum ternyata bahwa mencetuskan ide-ide baru lebih mudah daripada menerapkannya dalam praktik. Dan sekalipun telah dilaksanakan sebagai percobaan, masih banyak mengalami rintangan dalam penyebarluasannya, oleh sebab harus melibatkan banyak orang dan mungkin memerlukan perubahan struktur organisasi dan administrasi sistem pendidikan. Disadari atau tidak pembaharuan kurikulum pastinya memerlukan biaya yang lebih banyak untuk fasilitas dan alat-alat pendidikan baru, yang tidak selalu dapat dipenuhi. Tak jarang pula pembaharuan ditentang oleh mereka yang ingin berpegang pada yang sudah lazim dilakukan atau yang kurang percaya akan yang baru sebelum terbukti kelebihannya. Bersifat kritis terhadap pembaharuan kurikulum adalah sifat yang sehat, karena pembaharuan itu jangan hanya sekedar mode yang timbul pada suatu saat untuk lenyap lagi dalam waktu yang tidak lama.C. Penerapan/ Pelaksanan Kurikulum.

Pelaksanaan kurikulum itu dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Pada pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, kepala sekolah yang bertanggung jawab melaksanakannya, karena kepala sekolah itu sebagai pemimpin, termasuk memimpin pelaksanaan kurikulum. Kepala sekolah adalah administrator dalam pelaksanaan kurikulum yang berperan dalam perencanaan program, pengorganisasian staf, pergerakan semua pihak yang perlu dilibatkan dalam pelaksanaan supervisi dalam penilaian terhadap personal sekolah. Pada pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang berperan adalah guru, yang meliputi tiga kegiatan administrasi yaitu ; kegiatan dalam proses belajar, pembinaan kegiatan ekstra kurikuler dan pembimbing dalam kegiatan belajar. Dalam bidang proses belajar-mengajar, tugas guru terdiri dari ; menyusun rencana pelaksanaan program, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran, pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan siswa, dan pengisian buku laporan pribadi siswa. Guru juga bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler.

D. Pengembangan Kurikuilum. Pada pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum ketujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dalam, dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya

dengan baik. Oleh karena itu pengembangan kurikulum hendaknya bersifat antisipatif, adaptif dan aplikatif. Dari beberapa definisi, maka dapat dipahami bahwa pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai: 1. Kegiatan menghasilkan kurikulum. 2. Proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untik menghasilkan kurikulum yang lebih baik. 3. Kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum. Dalam relitas sejarahnya, pengembangan kurikulum tersebut ternyata mengalami perubahan-perubahan paradigma, diantaranya: 1. Perubahan dari tekanan hafalan, daya ingat serta disiplin mental spriritual. 2. Perubahan cara berfikir tekstual, normative, dan absolutis dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama Islam. 3. Perubahan dari tekanan pada hasil pemikiran keagamaan Islam. 4. Perubahan dari pola pengembangan dalam memilih dan menyusun isi kurikulum untuk mengidentifikasi tujuan dan cara-cara mencapainya.9E.

Penyempurnaan Kurikulum

Dalam Konsep penyempurnaan telah di tegaskan beberapa poin penting yang mana hal itu merupakan wujud dinamika kurikulum dalam rangka memenuhi tuntutan dunia pendidikan yang terus maju, seiring perkembangan ilmu Pengetahuan dan teknologi yang semakian maju pesat. Dan dari poin-poin tersebut memperjelas adanya perbedaan antara Kosep Penyempuenaan dengan Kosep sebelumnya. Dalam konsep Penyempurnaan di tegaskan adanya: Upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa. Dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya. Dari sini nampak jelas terjadinya kelengkapan dari upaya untuk menjadikan Kurikulum

dapat memenuhi tuntutan masyarakat sesuai dengan perkembangan Zamannya. Kurikulum itu tidak hanya sekedar di kembangkan tanpa adanya tindakan penyempurnaan, melainkan setiap kekurangan yang di temukan dalam pengembangan kurikulum harus segera di sempurnakan agar dunia pendidikan dapat mengikuti perubahan zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana layaknya perangkat pada komputer. Kita tidak hanya bisa berbangga karena telah menguasai pentium 1, yang pada kenyataannya hari ini Pentium 4 sudah dianggap ketinggalan Zaman. Hal ini sejalan dengan pernyataan Blaney, Pengembangan Kurikulum merupakan suatu proses yang sangat komplek karena mencakup pembicaraan penyusunan kurikulum, penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap komponen kurikulum. F. Kesimpulan. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan yang mana hal itu merupakan konsekwensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat Kurikulum harus di kembangkan secara dinamis. Pada dasarnya kurikulum nasional mempunyai landasan yang sama yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Perubahan kurikulum adalah suatu kegiatan atau usaha yang di sengaja untuk menghasilkan kurikulum baru secara lebih baik, yang di dasarkan atas perbedaan satu atau lebih komponen kurikulum dalam dua periode waktu yang berdekatan. Sedangakan sifatnya dapat bersifat sebagian, tetapi juga dapat terjadi atau bersifat menyeluruh. Pembaharuan (inovasi) adalah usaha menemukan sesuatu yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) dengan Invention dan discoveri. Sedangkan menurut Ibrahim (1989), inovasi adalah penemuan yang berupa suatu ide, barang, kejadian, metode, yang di amati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Jadi Pembaharuan (inovasi) kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Penerapan Kurikulum adalah Upaya mempraktikkan seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pembinaan kurikulum adalah kegiatan mempertahankan dan menjaga pelaksanaan kurikulum yang ada dengan maksut untuk mencapai hasil yang lebih baik. Dari definisi dan pendapat para ahli dapat di simpulkan Bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan di dasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar-mengajar yang lebih baik atau Pengembangan kurikulum adalah kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langlah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang di lakukan selama periode waktu tertentu. Penyempurnaan Kurikulum adalah upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa. Di samping adanya kesamaaan antara konsep-konsep tentang kurikulum dalam prakteknya ternyata juga banyak di temukan adanya beberapa perbedaan sesuai dengan penekanan arti masing-masing serta hal-hal yang mendasarinya. Namun di sadari adanya perbedaan tersebut bukan merupakan sesuatu yang dapat memisahkan tujuan pokok dari kurikulum itu sendiri, tetapi sebaliknya adanya perbedaan tersebut merupakan langkah tindak lanjut dan saling melengkapi dari setiap proses berjalannya konsep tentang kurikulun tersebut sebagai mana paparan kami di atas. Ahir dari makalah ini, kritik dan saran dari semua rekan serta Dosen Pengajar Mata kuliyah PENGEMBANGAN KURIKULUM Beliau Bapak Drs. H. Hasan Anwar, M.Si. senantiasa kami nanti agar dapat menjadi modal kami untuk koreksi diri serta menambah wawasan ilmiah bagi kami. Dan semoga sajian makalah ini dapat memberikan kemanfaatan dan keberkahan untuk kita semua, serta dapat menarik ridho dan dukungan Illahi dalam rangka kita mengkaji ilmu-ilmu Nya amin. G. Daftar Pustaka. I. BUKU 1. Prof. D.R. S. Nasution, M.A. 1991. Pengembangan Kurikulum. Bandung P.T. Citra Aditiya

Bakti 2. Hermawan, Asep heri . Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran. 2007. cet.8. Jakarta: Universitas Terbuka. 3. PETUNJUK TEKNIS MADRASAH DINIYAH Tingkat Wustho 2006.Bidang PEKAPONTREN KANWIL DEPAG JATIM II. Online Search Engine 1. Kamala, Izzatin. Perkembangan Pendidikan IPA/ Perkembangan Kurikulum.19 juni 2008. Di ambil di: http//: izzatinkamala.wordpres.com pada 16-07-2008. 2. E-Smartscool-Perjalanan Kurikulum pendidikan.htm web master:http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/16/bagaimanakah-perjalanankurikulum-nasional-pada-pendidikan-dasar-dan-menengah/ di ambil pada 16-07-2008.