46
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PADA KEBAKARAN MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Dasar-Dasar Kesehatan Kerja Yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono M,Kes Oleh: Bima Pramana Jati (130612607870) Fajar Ni’Syinta Armadani (130612607881) Gebby Dwi Puspita Rini (130612607883) Tanjung Hidayat (130612607867) UNIVERSITAS NEGERI MALANG 1

Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Suatu nyala api, baik besar atau kecil yang tidak bisa dikendalikan dan pada tempat yang tidak dikehendaki. Kerugian akibat musibah kebakaran di Jakarta saja selama 2013 dikutip dari Kompas.com tercatat 124 miliar, sedangkan di kota Bandung 27,2 miliar, di Jambi mencapai 4 miliar, dan masih banyak lagi daerah-daerah yang mengalami musibah kebakaran dengan kerugian besar.

Citation preview

Page 1: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PADA KEBAKARAN

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Dasar-Dasar Kesehatan Kerja

Yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono M,Kes

Oleh:

Bima Pramana Jati (130612607870)

Fajar Ni’Syinta Armadani (130612607881)

Gebby Dwi Puspita Rini (130612607883)

Tanjung Hidayat (130612607867)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

JANUARI 2014

1

Page 2: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER.........................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................5

1.3 Tujuan.......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebakaran……………………………....................................................7

B. Konsep Dasar Terjadinya Api…………...................................................................7

a. Definisi Api…………………………………………………………………….7

b. Teori Dasar Api………………………………………………………………...8

C. Penyebab Kebakaran ……………………………………………………………..10

a. Faktor Manusia………………………………………………………………..10

b. Faktor Teknis………………………………………………………………….10

c. Faktor Alam…………………………………………………………………...11

D. Klasifikasi Kebakaran…………………………………………………………….11

E. Klasifikasi Bahaya Kebakaran……………………………………………………12

a. Bahaya Kebakaran Ringan……………………………………………………12

b. Bahaya Kebakaran Sedang…………………………………………………....12

c. Bahaya Kebakaran Berat…………………………………………………...…14

F. Kerugian Akibat Kebakaran………………………………………………………14

a. Kerugian Materil……………………………………………………………...14

b. Kerugian Jiwa…………………………………………………………………15

c. Menurunya Produktivitas……………………………………………………..15

d. Gangguan Bisnis………………………………………………………………15

e. Kerugian Sosial……………………………………………………………….15

2

Page 3: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

G. Sarana Proteksi Aktif……………………………………………………………...16

a. Sarana Pendeteksi dan Peringatan Kebakaran…………………………...…....16

b. Sarana Pemadam Kebakaran………………………………………………….17

H. Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran……………………………22

I. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Kebakaran………………...25

J. Cara atau Metode Memadamkan Api……………………………………………25

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan......................................................................................................................26

3.2 Saran............................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................27

3

Page 4: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak yang

dapat mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup

besar sehingga memerlukan perhatian akan keselamatan masyarakat. Namun sampai saat

ini penanganan terhadap kebakaran di Indonesia masih memiliki berbagai kendala yang

mengakibatkan kejadian kebakaran sering berakibat fatal dan berulang.

Adanya peningkatan jumlah kejadian kebakaran di wilayah kota Surabaya rata-

rata 250 kejadian kebakaran per tahun disebabkan oleh beberapa hal (Perda Surabaya,

2004), yaitu rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya kebakaran,

masih kurangnya kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menanggulangi bahaya

kebakaran, rendahnya sistem proteksi kebakaran yang dimiliki gedung dan bangunan,

sistem penanganan kebakaran belum terwujud dan terintegrasi, yaitu akselerasi kecepatan

unit pemadam kebakaran tiba di lokasi bencana dikarenakan jauhnya pos PMK dengan

lokasi bencana dan kemacetan lalulintas.

Pengetahuan tentang upaya penanggulangan bahaya kebakaran sejak dini sangat

penting karena untuk mengetahui adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat,

kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu

membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap

individu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran dan jumlah

kecelakaan dapat dikurangi sekecil mungkin melalui perencanaan yang baik. Dengan

mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran di lingkungan tempat kerjanya dan

melakukan upaya pemadaman kebakaran dini. Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3

unsur yaitu bahan yang dapat terbakar, suhu penyalaan/titik nyala dan zat pembakar (O2

atau udara). Untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan mencegah

bertemunyan salah satu dari dua unsur lainnya.

Saat ini, masalah kebakaran bukan saja merupakan masalah pribadi, akan tetapi

sudah merupakan masalah nasional, apalagi kalau kita melihat data timbulnya kebakaran

akhir-akhir ini yang selain disebabkan oleh karena peledakan kompor, listrik, dan

4

Page 5: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

kelengahan-kelengahan lainnya, juga dapat merupakan usaha subversi yang sangat

membahayakan keamanan sosial dan politik, juga sangat berpengaruh terhadap kestabilan

ekonomi yang yang pada akhirnya akan merusak dan menghambat pelaksanaan

pembangunan nasional. Kerugian akibat musibah kebakaran di Jakarta saja selama 2013

dikutip dari Kompas.com tercatat 124 miliar, sedangkan di kota Bandung 27,2 miliar, di

Jambi mencapai 4 miliar, dan masih banyak lagi daerah-daerah yang mengalami musibah

kebakaran dengan kerugian besar.

Oleh karena itu, untuk mengurangi kasus kebakaran perlu adanya pengetahuan

oleh setiap individu dan masyarakat tentang kebakaran dan bagaimana cara mencega,

menghadapi dan menanggulangi adanya kebakaran.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan kebakaran?

2. Bagaimana konsep dasar terjadinya api?

3. Apa penyebab kebakaran?

4. Bagaimana klasifikasi kebakaran?

5. Bagaimana klasifikasi bahaya kebakaran?

6. Apa Kerugian akibat kebakaran?

7. Apa saja Sarana Proteksi Aktif?

8. Bagaimana Cara Menanggulangi dan Mencegah Bahaya Kebakaran?

9. Apa saja Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Kebakaran?

10. Apa saja Penyakit Akibat Kebakaran?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi kebakaran

2. Untuk mengetahui konsep dasar terjadinya api

3. Untuk mengetahui penyebab kebakaran

4. Untuk mengetahui klasifikasi kebakaran

5. Untuk mengetahui klasifikasi bahaya kebakaran

6. Untuk mengetahui kerugian-kerugian akibat kebakaran

7. Untuk mengetahui sarana proteksi aktif kebakaran

5

Page 6: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

8. Untuk mengetahui cara menanggulangi dan mencegah bahaya kebakaran

9. Untuk mengetahu undang-undang dan peraturan pemerintah tentang kebakaran

10. Untuk mengetahui penyakit-penyakit akibat kebakaran

6

Page 7: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBAKARAN

a. Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang berarti diluar kemampuan dan

keinginan manusia. Api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu proses

kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal

sebagai segitiga api (fire triangle) (respository.usu.ac.id).

Menurut teori ini, kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur api,

yaitu: bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan oksigen. Kebakaran dapat terjadi

jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan lainnya. Tanpa adanya salah

satu unsur tersebut, api tidak dapat menyala. Teori ini dikembangkan oleh W.H

Haessler (1974). Menururt beliau, kebakaran disebabkan oleh empat faktor, yaitu,

bahan bakar, bahan pengoksidasi, suhu, dan reaksi berantai. Ke empat unsur ini

disebut Bidang Empat Api atau istilah lainnya ialah The Tetahedron of Fire (Zaini,

1998).

b. Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita

kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan (Perda DKI, 1992).

c. Kebakaran adalah suatu nyala api atau bencana yang tidak dikehendaki bersama,

karena dapat menimbulkan bencana bagi masyarakat (Departemen penerangan RI,

1978).

B. KONSEP DASAR TERJADINYA API (The Fire Ttriangle)

1. Definisi Api

Api adalah “Suatu massa zat gas yang timbul karena adanya reaksi eksotermis dan

dapat menghasilkan panas, nyala, cahaya, asap, dan bara.” Suatu reaksi kimia yang

diikuti radiasi cahaya dan panas. Reaksi kimia disini mengandung pengertian adanya

proses yang sedang berlangsung secara kimiawi. (Dinas Kebakaran DKI Jakarta,

1994).

Untuk menimbulkan api awalnya diperlukan 3 (tiga) unsur :

a. Benda / bahan bakar (fuel) : harus menjadi uap terlebih dahulu

7

Page 8: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

b. Panas (heat/energy) : harus cukup untuk menentukan titik nyala

c. Oksigen : sebagai oksidator

Sebelum terbakar, bahan bakar harus membentuk uap terlebih dahulu dan bercampur

dengan oksigen. Panas harus memberikan panas yang cukup agar bisa terbakar. Jadi

sesungguhnya yang terbakar adalah uap bahan bakar (Zaini, 1998).

2. Teori Dasar Api

Teori dasar api menurut Dinas Kebakaran DKI Jakarta, (1994) terdiri dari segitiga api

atau dikenal dengan nama The Fire Triangle of Combustion yaitu:

a. Panas (Heat/energy)

1) Api terbuka (Open Flame)

2) Sinar matahari (Sun Light)

3) Energi mekanik

a) Gesekan (Friction) antara dua benda n

b) Bantuan dua buah benda

b. Kompersi (Compression)

1) Pemampatan udara dan gas

2) Pemimpitan benda-benda padat seperti timbunan sampah

c. Listrik (Elektrik)

1) Beban lebih pada kabel listrik

2) Peralatan listrik (keompor setrika dan las listrik)

d. Proses kimia

1) Kapur sirih dengan air

2) Asam sulfat dengan air

e. Panas Berpindah (Heat Transfer)

1) Radiasi (Radiation)

Panas berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara memancarkan

melalui udara kesemua arah

2) Konduksi (Conduction)

Panas berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara menjalar malalui

badan (logam) kesemua arah

8

Page 9: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

3) Konveksi (Convection)

Panas berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara mangalir malalui

atau pada udara atau cairan kesemua arah.

4) Direct Burning (Direct Flame Contect)

Panas berpida dari satu tempat ke tempat lain dengan cara langsung terkena

lidah api atau dikarenakan lompatan api bara atau nyala.

f. Oksigen- zat asam

Kandungan di udara berdasarkan penyelidikan yaitu mengandung :

1) 20% kadar oksigen

2) 79% kadar nitrogen (N2)

3) 1% campuran dari Neon, Xenon, Argon, Krypton, Hydrogen, dan zat air

g. Benda / bahan (fuel)

1) Titik nyala (Flash Point)

2) Suhu penyalaan (Auto Ignition Temperature)

3) Daerah yang bisa terbakar (Flammable Range)

Berdasarkan bentuknya benda yang dapat terbakar di bagi menjadi tiga (3)

golongan yaitu :

a. Benda padat

b. Benda cair

c. Benda gas

Berrdasarkan suhu penyalaan benda menurut Dinas Kebakaran DKI Jakarta,

(1994) dapat dibagi menjadi dua (2) kelompok besar yaitu :

a. Benda yang mudah terbakar yaitu benda yang memunyai suhu penyalaan

rendah

b. Benda yang sukar terbakar yaitu benda yang mempunyai suhu penyalaan

tinggi

9

Page 10: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

C. PENYEBAB KEBAKARAN

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, secara umum dikelompokkan sebagai

berikut:

a. Faktor Manusia

Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain: manusia yang

kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran, menempatkan barang

atau menyusun barang yang mungkin terbakar tanpa menghiraukan norma – norma

pencegahan kebakaran, pemakaian tenaga listrik melebihi kapasitas yang telah

ditentukan, kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin, dan adanya unsur-

unsur kesengajaan.

b. Faktor Teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya kondisi tidak aman

dan membahayakan yang meliputi:

1. Proses fisik/mekanis

Faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini adalah timbulnya panas

akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api, misalnya pekerjaan perbaikan

dengan menggunakan mesin las atau kondisi instalasi listrik yang sudah tua atau

tidak memenuhi standar.

2. Proses kimia

Kebakaran dapat terjadi ketika pengangkutan bahan - bahan kimia berbahaya,

penyimpanan dan penanganan tanpa memerhatikan petunjuk - petunjuk yang ada.

c. Faktor Alam

Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor alam

adalah petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran hutan yang luas

dan juga perumahan – perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain-lain

(Anonim, 2010).

10

Page 11: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

D. KLASIFIKASI KEBAKARAN

a. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980,

tanggal 14 April 1980 tentang syarat – syarat pemasangan dan pemeliharaaan Alat

Pemadam Api Ringan, kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Klasifikasi Kebakaran di Indonesia

Kelas Jenis Contoh

Kelas A Bahan Padat Kebakaran dengan bahan bakar padat

bukan logam

Kelas B Bahan Cair dan Gas Kebakaran dengan bahan bakar cair atau

gas mudah terbakar

Kelas C Listrik Kebakaran instalasi listrik bertegangan

Kelas D Bahan Logam Kebakaran dengan bahan bakar logam

b. Menurut peraturan daerah DKI tahun 1971 yang di maksud dengan klasifikasi

kebakaran yaitu :

a. Kelas A

Yang termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah

terbakar biasa, misalnya: kertas, kayu, maupun plastik. Cara mengatasinya yaitu

bisa dengan menggunakan air untuk menurunkan suhunya sampai di bawah titik

penyulutan, serbuk kering untuk mematikan proses pembakaran atau

menggunakan halogen untuk memutuskan reaksi berantai kebakaran.

b. Kelas B

Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan seperti cairan

combustible dengan cairan flammable, seperi bensin, minyak tanah, dan bahan

serupa lainnya. Cara mengatasi dengan bahan foam.

c. Kelas C

Kebakaran yag di sebabkan ole listrik yang bertegangan untuk mengatasinya yaitu

dengan menggunakan bahan pemadam kebakaran non kodusif agar terhindar dari

sengatan listrik.

11

Page 12: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

d. Kelas D

Kebakaran pada bahan logam yang mudah terbakar seperti titanium, alumumium,

magnesium, dan kalium. Cara mengatasinya yaitu powder khusus kelas ini.

E. KLASIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN

Menurut Perda DKI Jakarta, (2008) terdiri dari:

1. Bahaya Kebakaran Ringan

Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai dan kemudahan terbakar rendah,

apabila kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga penjalaran api lambat. Yang

dimaksud bahaya kebakaran ringan ialah hunian:

a. Tempat ibadah

b. Perkantoran

c. Pendidikan

d. Ruang makan

e. Ruang rawat inap

f. Penginapan

g. Hotel

h. Museum

i. Penjara

j. Perumahan

2. Bahaya Kebakaran Sedang

a. Bahaya Kebakaran Sedang I

Ancaman bahaya kebakaran mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,

penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 (dua

setengah) meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga

penjalaran api sedang. Yang dimaksud bahaya kebakaran Sedang I ialah

bangunan: tempat penjualan dan penampungan susu, restoran, pabrik gelas/kaca,

pabrik asbestos, pabrik balok beton, pabrik es, pabrik kaca/cermin, pabrik garam,

12

Page 13: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

restoran/kafe, penyepuhan, pabrik pengalengan ikan, daging, buah-buahan dan

tempat pembuatan perhiasan.

b. Bahaya Kebakaran Sedang II

Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar

sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4

(empat) meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga

penjalaran api sedang.

Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya

kebakaran Sedang II antara lain: penggilingan produk biji-bijian, pabrik roti/kue,

pabrik minuman, pabrik permen, pabrik destilasi/penyulingan minyak atsiri,

pabrik makanan ternak, pabrik pengolahan bahan kulit, pabrik mesin, pabrik

batrai, pabrik bir, pabrik susu kental manis, konveksi, pabrik bohlam dan neon,

pabrik pabrik film/fotografi, pabrik kertas ampelas, laundry dan dry cleaning,

penggilingan dan pemanggangan kopi, tempat parkir mobil dan motor, bengkel

mobil, pabrik mobil dan motor, pabrik the, toko bir/anggur dan aspirtus,

perdagangan retail, pelabuhan, kantor pos tempat penerbitan dan percetakan,

pabrik ban, pabrik rokok, pabrik perakitan kayu, teater dan auditorium, tempat

hiburan/diskotik, karaoke, sauna, dank klab malam.

c. Bahaya Kebakaran Sedang III

Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar

agak tinggi, menimbulkan panas agak tinggi serta penjalaran api agak cepat

apabila terjadi kebakaran.

Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya

kebakaran Sedang III antara lain: pabrik yang membuat barang dari karet, parik

yang membuat barang dari plastic, pabrik karung, pabrik pesawat terbang, pabrik

peleburan metal. Pabrik sabun, pabrik gula, pabrik lilin, pabrik pakaian, toko

dengan pramuniaga lebih dari 50 orang, pabrik tepung terigu, pabrik kertas,

pabrik semir sepatu, pabrik sepatu, pabrik karpet, pabrik minyak ikan, pabrik dan

perakitan elektronik, pabrik kayu lapis dan papan partikel, tempat penggergajian

kayu.

13

Page 14: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

3. Bahaya Kebakaran Berat

a. Bahaya Kebakaran Berat I

Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar

tinggi, menimbulkan panas tinggi serta penjalaran api cepat apabila terjadi

kebakaran.

Yang dimaksud dengan bangunan gendung yang diklasifikasikan dalam bahaya

kebakaran Berat I antara lain: bangunanbawah tanah/bismen, subway, hangar

pesawat terbang, pabrik korek api gas, pabrik pengelasa, pabrik foam plastic,

pabrik foam karet, pabrik resin dan terpentin, kilang minyak, pabrik wool kayu,

tempat yang menggunakan fluida hidrolik yang mudah terbakar, pabrik

pengecoran logam, pabrik yang menggunakan bahan baku yang mempunyai titik

nyala 37,9oC (100oF), pabrik tekstil, pabrik benang, pabrik yang menggunakan

bahan peapis dengan foam plastic (Upholstering with plastic foams).

b. Bahaya Kebakaran Berat II

Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan ter Bakar

sangat tinggi, menimbulkan panas sangat tinggi serta penjalaran api sangat cepat

apabila terjadi kebakaran. Yang dimaksud dengan bangunan gedung yang

diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran Berat II antara lain: pabrik selulosa

nitrat, pabrik yang menggunakan dan/atau menyimpan bahan berbahaya.

F. KERUGIAN AKIBAT KEBAKARAN

Kebakaran menimbulkan kerugian baik terhadap manusia, aset, maupun produktivitas.

(usu.ac.id)

1. Kerugian Materi

Dampak kebakaran juga menimbulkan kerugian materi yang sangat besar. Angka

kerugian ini adalah kerugian langsung yaitu nilai aset atau bangunan yang terbakar.

Disamping itu, kerugian tidak langsung justru jauh lebih tinggi, misalnya gangguan

produksi, biaya pemulihan kebakaran, biaya sosial dan lainnya.

14

Page 15: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

2. Kerugian Jiwa

Kebakaran dapat menimbulkan korban jiwa baik yang terbakar secara langsung

maupun sebagai dampak dari suatu kebakaran. Berdasarkan data – data di DKI,

korban kebakaran yang meninggal dunia rata – rata 25 orang per tahun. Namun data

di USA jauh lebih tinggi yaitu mencapai rata – rata 3000 orang setiap tahun.

3. Menurunnya Produktivitas

Kebakaran juga memengaruhi produktivitas nasional maupun keluarga. Jika terjadi

kebakaran proses produksi akan terganggu bahkan dapat terhenti secara total. Nilai

kerugiannya akan sangat besar yang diperkirakan 5 – 50 kali kerugian langsung.

4. Gangguan Bisnis

Menurunnya produktivitas dan kerusakan aset akibat kebakaran mengakibatkan

gangguan bisnis sangat luas.

5 Kerugian Sosial

Kebakaran dapat mengakibatkan sekelompok masyarakat korban kebakaran akan

kehilangan segala harta bendanya, menghancurkan kehidupannya dan mengakibatkan

keluarga menderita. Kegiatan sosial juga mengalami hambatan yang berakibat

turunnya kesejahteraan masyarakat.

Menurut Depnaker UNDP ILO, (1987) menyebutkan kerugian akibat kebakaran dan

segala akibat yang ditimbulkan disebabkan adanya ketimpangan sebagai berikut:

a. Tidak adanya sarana deteksi/ alarm

b. Sistim deteksi/alarm tidak berfungsi

c. Alat pemadam Api tidak sesuai / tidak memadai

d. Alat pemadam Api tidak berfungsi

e. Sarana evakuasi tidak tersedia

f. Dan banyak faktor lain seperti manajemen K3, program inpeksi, dan

pemeliharaan.

G. SARANA PROTEKSI AKTIF

Sistim perlindungan terhadap kebakaran yang di laksanakan dengan mempergunakan

peralatan yang dapat bekerja secara omatis maupun manual, digunakan oleh mpenghuni

atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadaman , selain itu

15

Page 16: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

sistim itu digunakan dalam melaksanakan penangguangan awal kebakaran (Perda DKI

Jakarta, 2008). Saran yang terdapat pada bangunan gedung yang digunakan untuk

menyelamatkan jiwa dari kebakaran dan bencana lain (Perda DKI Jakarta,2008).

Sesuai dengan peratuan yang berlaku (Kep.Men PU No.10/KPTS/2000), setiap bangunan

gedung harus melaksanakan peraturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran mulai

dari perencanaan pelaksanaan pembangunan sampai taha pemanfaatan sehingga

bangunan gedung senantiasa aman dan berkualitas sesuai dengan fungsinya. Salah satu

dari pelaksanaan pengamanan ini adalah melengkapi gedung dengan sarana proteksi akif

kebakaran, yang terdiri dari:

(upn.ac.id)

1. Sarana pendeteksi dan peringatan kebakaran

a. Detektor dan alarm kebakaran

Berdasarkan SNI 0-3985-2000 Alarnm kebakaran adalah komponen dari

sistem yang memberikan isyarat /tanda setelah kebakaran terdeteksi.

Komponen dari sistem deteksi dan alarm kebakaran yang berfungsi untuk

mengontrol bekerjanya sistem, menerima dan menunjukan adanya isyarat

kebakaran, mengaktifkan alarm kebakaran, meanjutkan ke fasilitas lain terkait,

dan lain-lain. Panel kontrol dapat terdiri dari satu panel saja dapat pula terdiri dari

beberapa panel kontrol.

Titik panggil manual adalah alat yang di operasikan secara manual guna

memberi isyarat adanya kebakaran. Untuk kepentingan standar ini , detektor

kebakaran otomaik diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya sepeti tersebut di

bawah ini :

a) Detektor panas/Heat Detector yaitu alat yang mendeteksi temperatur tinggi

atau laju kenaikan temperatur yang tidak normal.

b) Detektor asap/Smoke Detector yaitu aat yang mendeteksi peartikel yang

terlihat atau yang tidak terlihat dari satu pembakaran. Sebaiknya jangan

meletakkan detektor asap di dapur atau garasi, karena asap dapur atau mobil

16

Page 17: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

bisa menyebabkan alarm palsu. Alarm palsu adalah peringatan bahaya tetapi

tidak ada kebakaran (Zaini, 1998).

c) Detektor nyala api/Flame Detector yaitu alat yang mendeteksi sinar infa

merah, ultra violet, ata radiasi yang terlihat yang di timbulkan oleh suatu

kebakaran. Khusus Flame Detector perlu dilindungi dengan sinar yang bukan

berasal dari api, karena sangat peka (Zaini, 1998).

b. Jalan petugas

Diperlukan bagi petugas yang datang menggunakan kendaraan pemadam

kebakaran, kadang harus mondar-mandir/keluar masuk mengambil air, sehingga

perlu jalan yang memadai, keras dan lebar, juga untuk keperluan evakuasi. Untuk

itu diperlukan fasilitas:

1) Daun intu dapat dibuka keluar

2) Pintu dapat dibuka dari dalam tanpa kunci

3) Lebar pintu dapat dilewati 40 orang/menit

4) Bangunan beton strukturnya harus mampu terbakar minimal 7 jam.

2. Sarana pemadam kebakaran

a. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana

1) Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side

effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran.

Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya,

alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.

2) Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk

sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang terbakar

menggunakan sekop atau ember

3) Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup

kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya

minimal 2 kali luas potensi api.

4) Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu

penyelamatan dan pemadaman kebakaran.

17

Page 18: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

b. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR atau istilah lainnya Portable Fire Extinguisher adalah alat pemadam

kebakaran yang dapat dibawa dan mampu dipakai oleh satu orang (Zaini, 1998).

Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya.

Berdasarkan Peratuan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No:

PER.04/mMEN/1980, Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan serta

mudah di layani oleh satu rang memadamkan api pada mulai terjadi kebakaran.

Kebakaran dapat di golongan:

1) Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A);

2) Kebakaran bahan cair atau gas yang mudh terbakar (Golongan B);

3) Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);

4) Kebakarang logam (Golngan D).

Jenis alat pemdam api ringan tediri :

a) Jenis cairan

b) Jenis busa

c) Jenis tepung kering

d) Jenis gas (hydrcarbon berhalogen dan sebagainya)

Jenis APAR berdasarkan beratnya, yaitu :

1. APAR dengan berat kurang dari 25 kg

2. APAR dengan berat lebih dari 25 kg (biasanya dilengkapi dengan roda)

18

Page 19: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Konstruksi APAR sebagai berikut :

Gambar 1. APAR

i. Karakteristik APAR :

1) APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala jenis

kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakan APAR perlu

diidentifikasi jenis bahan terbakar.

2) APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR

kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar

3) Waktu ideal: 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus

menerus 8 detik.

4) Bila telah dipakai harus diisi ulang

5) Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali

19

Page 20: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

ii. Petunjuk Pemilihan APAR

Pilih yang

sesuai

Zat kimia kering (Dry

Chemical)

CO2 Halon Air Zat kimia basah (Wet

Chemical)

Multi

propose

Sodium

bikarbonat

Purple

K

Carbon

dioxide

Halon

1211

Water Pump

Tank

Loaded

Stream

Serba

guna

NaHCO3 CO2 Air

bertekanan

Tanki&

Pompa

Busa

Bertekanan

A Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya

B Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya

C Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak

Keterangan Bekerja dengan cepat

disarankan tersedia pada

gudang bahan bakar minyak

dan gas, mobil serta bahan

mudah terbakar lainya

Bahan ini tidak

meninggalkan

bekas. Sesuai

alat elektronik

dan gudang

bahan

pemakaian

Murah, sesuai untuk

bahan bangunan,

rumah, gedung,

sekolah, perkantoran

dsb.

Sesuai

untuk lab.

Dan

tempat

bahan

kimia

Petunjuk

Pemakain

Lepas pena kunci, genggam

handel dan arahkan moncong

di bawah api

Lepas pena

kunci, genggam

handel

& arahkan

moncong ke

sumber api

Lepas

pena

kunci,

genggam

handel

& guyur

bahan

bakar

Pegang

moncong

.

Dipompa

, guyur

bahan

terbakar

Lepas pena

kunci,

genggam

handel

& guyur

bahan

bakar

c. Alat Pemadam Kebakaran Besar

Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada pula yang bekerja secara otomatis.

1) Hidran Kebakaran

Instalasi Hidran kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadaman air bertekanan yang di alirkan melalui pipa-pipa

20

Page 21: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

dan selang kebakaran. Sistim ini terdiri dari persediaan air, pompa perpipaan,

kopling, outlet dan inlet serta selang dan nozzle (SNI 225-1987).

Sedangkan berdasarkan jenis dan penempatanya, hidran menurut SNI 225-1987

terdiri dari:

a) Hidran gedung

Hidran gedung tediri dari dua persyaratan yaitu:

iii. Persyaratan teknis

Diameter selang maksimal 1,5 inci

Minimal debit air 380 liter/menit

Tekanan air maksimal ,5 kg/cm2

Diameter pipa (kopling) 2,5 inci

iv. Persyaratan umum

Letak kotak hidran dalam gedung mudah dilihat

Letak kotak hidran dalam gedung mudah dicapai, tidak terhalang

Kotak hidran mudah di buka

Panjang selang maksimal 30m

Selang dalam kndisi baik (tidak membelit bila di tarik)

Pipa pemancar (nozzel) terasang pada selang

Pipa hidran bercat merah

Kotak hidran di beri tulisan “hydrant” berwarna putih

b) Hidran halaman

i. Persyaratan teknis

Debit hidran 950 liter / menit

Tekanan maksimal 7kg/cm dan tekanan minimum 4,5kg/cm

Diameter selang 2,5 inci

ii. Persyaratan umum

Pilar hidran di pasang pada ketinggian 50cm dari permukaan tangga

Jarak pilar hidran di pagar 1 m

21

Page 22: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Hidran haaman mudah terihat, mudah dicapai, tidak terhalang oleh benda-

benda lain

Pilar hidran harus di cat merah

Selang hidraan dalam keadaan baik

Gambar 2. Perangkat Hidran

2) Sistem penyembur api (Sprinkler System)

Kombinasi antara sistem isyarat alat pemadam kebakaran. Merupakan alat pemercik

air otomatis (Springkler), Springkler adalah alat pemancar air untuk pemadam

kenbakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflrktor pada ujung mulut

pancarnya, sehingga air dapat memacar ke semua arah secara merata (KepMen PU

No.10/KPTS/2000).

22

Page 23: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Gambar 3. Sprinkler System

H. PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN

Dalam upaya prosedur tanggap darurat secara garis bsar meliputi rencana / rencana dalam

menghadapi keadaan darurat, pendidikan dan latihan penangulagan keadaan darurat,

pendidikan dan latihan penanggulangan keadaan darurat seperti proses evakuasi atau

pemindahan dan penutupan (Jusuf,1999).

Penceghahan kebakaran dan cara penagulangan korban kebakran tergantung lima (5)

prinsip pokok (Suma’mur,1996) sebagai berikut :

a) Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaan panik

b) Pembuatan bangunan tahan api

c) Pengawasan yang teratur dan berkala

d) Penemuan kebakaran pada tingat awal dan pemadamannya

e) Pengendalian kerusakan untuk membatasi kersakan sebagai akibat kebakaran

Sedangkan menurut Suprapto, (1995) ketentan dan persyaratan terknis dalam proteksi

kebakaran pada bangunan mliputi :

a) Melakukan pemeriksaan dan pengecekan kondisi dan keadaan sarana dan peralatan

sistem proteksi kebakaran

b) Melengkapi sarana dan peralatan proteksi ddidasari atas analisi resiko bahaya dan

stadart serta ketentuan yang berlaku

23

Page 24: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

c) Standar dan ketentuan teknis proteksi kebakaran harus diterapkan dan disebarluaskan

d) Setiap gedung harus dilengkapi dengan sarana pengamanan terhadap kebakaran

secara lengkap dan memenuhi sandart dan ketentuan teknis yang berlaku.

e) Perlu dilakkukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala untuk menjamin agar

sarana dan peralatan proteksi kebakaran dalam kondisi siap pakai.

1. Pedoman Singkat Antisipasi dan Tindakan Pemadaman Kebakaran

a) Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah dijangkau

dan mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti lemari, rak buku dsb.

Beri tanda segitiga warna merah panjang sisi 35 cm.

b) Siagakan APAR selalu siap pakai.

c) Bila terjadi kebakaran kecil: bertindaklah dengan tenang, identifikasi bahan

terbakar dan tentukan APAR yang dipakai.

d) Bila terjadi kebakaran besar: bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain

untuk pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran.

e) Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang.

2. Pencegahan Secara Umum Agar Tidak Terjadi Kebakaran

a) Alat-alat elektrik adalah penyebab utama kebakaran di rumah tangga.

b) Belilah alat pemadam kebakaran yang praktis, jika mungkin, dan letakkan dekat

kompor atau di dalam dapur serta ajarkanlah semua orang di rumah anda

bagaimana menggunakannya sewaktu-waktu dibutuhkan.

c) Jangan pernah meninggalkan masakan yang belum matang di atas api, jika anda

tidak bisa mengawasinya secara langsung karena harus ke ruangan lain. Lebih

baik matikan kompor.  Hal ini terutama pada makanan yang digoreng, karena

minyak goreng cepat menyebabkan kebakaran jika dibiarkan panas. Jika terjadi

kebakaran karena minyak goreng terlalu panas, jangan disiram dengan air karena

berbahaya dan api malah semakin menjadi-jadi; tetapi tutuplah wajan dengan

penutup yang aman untuk mencegah oksigen.

24

Page 25: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

d) Tidak melakukan aktifitas lain pada saat memasak.

e) Saat ini sudah banyak  orang memasang detektor asap (smoke detector) di

rumahnya , terutama di setiap ruangan tertutup dan di setiap lantai. Cek setiap

bulan, ganti battery-nya minimal sekali pertahun dan gantilah detektor setiap 5

tahun sekali.

f) Simpan benda-benda yang mudah terbakar seperti spray pengharum ruangan, cat

dan lainnya jauh dari sumber api. Jangan sampai lupa: Gas, Bensin dan Propane

harus disimpan di luar ruangan, jangan di dalam rumah.

g) Buatlah rencana evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran dan latihlah

semua anggota keluarga.

h) Buatlah tempat berkumpul  yang diketahui semua keluarga jika sewaktu-waktu

terjadi kebakaran dan semua orang harus keluar rumah. Misalnya di rumah

tetangga anda.

i) Buatlah daftar barang berharga anda, dengan foto dan video jika mungkin dan

taruh di luar rumah di tempat yang aman (misalnya jika anda mampu menyewa

safety box  di bank, taruhlah bersama benda dan kertas berharga lainnya). Ini akan

membantu jika anda akan mengklaim asuransinya.

3. Tindakan Ketika Kebakaran Terjadi

a) Jika anda rasa kebakaran masih bisa diatasi karena baru terjadi atau belum

menjalar, gunakan alat pemadam kebakaran dan arahkan ke bagian bawah api,

bukan di atasnya karena itulah akarnya. Hal ini akan percuma jika kebakaran

sudah terjadi beberapa lama.

b) Tutup ruangan yang terjadi kebakaran agar tidak menjalar ke ruang lainnya.

c) Sebelum memasuki ruang lainnya, sentuh bagian atas pintu karena jika terasa

panas berarti ruang itu sudah terbakar.

d) Dengan cepat tetapi tanpa membuat keributan, keluarkan seluruh anggota

keluarga. Keributan akan membuat panik dan semua orang tidak bisa

menyelamatkan diri dengan baik.

e) Jika kebakaran terjadi di malam hari, tutupi tubuh anda dengan selimut segera

dibanding mencari baju luar.

25

Page 26: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

f) Carilah jalan keluar lalu pergilah ke tempat berkumpul dan teleponlah pemadam

kebakaran.

4. Tindakan Pasca Api Kebakaran Padam

a) Jangan masuk ke rumah yang telah rusak oleh api. Strukturnya mungkin lemah

dan akan cepat roboh. Ini berbahaya bagi keselamatan anda sendiri.

b) Kontak pemerintah setempat agar mereka bisa mengontak anda dan memberi

bantuan yang diperlukan (jika ada).

c) Kontak perusahaan asuransi anda dan  jika anda membeli barang-barang

pengganti yang telah terbakar, simpanlah semua tanda terima agar mendapat ganti

rugi.

I. UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN TENTANG KEBAKARAN

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3317);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4247;

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4723);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4725);

26

Page 27: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4532);

8. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik

Indonesia;

10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Kabinet

Indonesia Bersatu;

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008 tentang Organisasi Dan

Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum;

13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2008 Tahun 2008 Tentang

Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran;

14. Perda DKI No.(1).03 Tahun 1992

15. Perda DKI No.(1).08 Tahun 2008

16. Perda Kabupaten Serang No.03 Tahun 2010

17. Perda Kabupaten Depok No.10 Tahun 2010

18. Perda Kota Bekasi No.01 Tahun 2011

19. Perda Kotamadya Pekanbaru Tingkat II No.20 Tahun 1998

20. Undang-Undang No.1 Tahun 1960, Pasal 188 Kitab UU Hukum Pidana

27

Page 28: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

J. CARA /METODE MEMADAMKAN API

Pemadaman api pada perinsipnya adalah menghilangkan salah satu atau lebih dari ke-3

faktor tersebut dengan melakukan salah satu / lebih cara-cara sebagai berikut:

1. Cooling

Menghilangkan factor panas dengan mendinginkan api sampai pada titik uap api /

panas tidak lagi diproduksi.

2. Smothering

Menghilangkan faktor panas dengan memisahkan udara oksigen hingga mematikan

pembakaran.

3. Starving

Menyingkirkan bahan bakar / bahan yang mudah terbakar sampai pada titik dimana

tidak terdapat apapun yang dapat terbakar.

4. Breaking chain reaction

Mencegah reaksi nyala api dengan menyingkirkan rangkaian reaksi kimia di daerah

nyala api. Dengan demikian proses pembakaran akan terhenti.

Sedangkan menurut Soedharto (1985), Teknik Dasar Pemadaman Kebakaran ada tiga

macam :

1. Urai

Adalah pemadaman kebakaran dengan cara menyingkirkan/menguraikan bahan-

bahan yang terbakar. Contohnya pada kejadian kebakaran sebuah rumah, agar cepat

padam maka sebagian bangunannya (dinding, kayu, dll) dirusak atau dirobohkan. Hal

itu dilakukan agar api tidak sempat berkobar lebih besar, dan jangan sampai menjalar

ke tempat lain.

2. Pendinginan

Adalah pemadaman kebakaran dengan cara menurunkan kadar panas. Dalam hal ini

air adalah bahan pemadam yang pokok. Contohnya penyemprotan air pada kebakaran

rumah. Hal ini biasanya dilakukan bersama-sama dengan cara yang pertama tadi.

3. Isolasi

Adalah pemadaman kebakaran dengan cara mencegah reaksi udara. Cara ini disebut

juga dengan lokalisasi, yaitu membatasi atau menutup benda-benda yang terbakar

28

Page 29: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

agar tidak berhubungan dengan udara bebas. Contohnya, pemadam kebakaran minyak

dengan menggunakan bahan pemadam yang disebut busa.

29

Page 30: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita

kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan. Kebakaran merupakan

suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak yang dapat mengakibatkan

kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup besar sehingga

memerlukan perhatian akan keselamatan masyarakat. Adanya kasus kebakaran yang

terus meningkat menyebabkan pemerintah mengeluarkan undang-undang dan

peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kebakaran. Oleh karena itu, pengetahuan

tentang kebakaran dan upaya penanggulangan bahaya kebakaran sejak dini sangat

penting agar masyarakat mengetahui adanya potensi bahaya kebakaran di semua

tempat, antara lain, di rumah, tempat kerja, tempat ibadah, tempat-tempat umum dan

lain-lain. Sehingga, kasus kebakaran di Indonesia bisa diminimalisir.

3.2 SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami materi dan

persoalan kebakaran dan menambah wawasan pengetahuan mengenai kebakaran dan

bagaimana upaya untuk menanggulangi dan mencegah kebakaran sehingga kasus

kebakaran dapat diminimalisir. Selain itu, dengan adanya makalah ini diharapkan

dapat dilakukan penelitian dan penulisan lebih lanjut mengenai pengkajian ini

30

Page 31: Makalah Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

DAFTAR PUSTAKA

Soedharto, Gatot. 1984. Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran. Jakarta:

Grafindo Utama

Soedharto, Gatot. 1985. Mencegah Kerusakan Lingkungan dari Bahaya Kebakaran. Jakarta: PT.

Intemasa

Zaini, Mochamad. 1998. Panduan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran. Jakarta: Abdi

Tandur

______, 2009. Kebakaran. Jakarta. Universitas Pembangunan Nasional

______,2010. Resiko K3 dan Kebakaran . Sumatra. Universitas Sumatra Utara

Hargiyarto, Putut, 2003. Pencegahan dan dan Pemadaman Kebakaran. Yogyakarta. Universitas

Negeri Yogyakarta.

Redaksi. 1978. Usaha Mencegah Bahaya Kebakaran. Proyek Pusat Publikasi Pemerintah

Departemen Penerangan RI.

31